KAIDAH KE 1
ْ َع أ
صلُهُ بَيَ َع َ ُصلُه
َ ص َونَ َوبَا َ صلَ ٍة فِ ْي َك ِل َمت َ ْي ِه َما أ ُ ْب ِدلَت َا آ ِلفًا ِمثْ ُل
ْ َ صانَ أ ِ َّ ت ْال َو ُاو َو ْاليَا ُء بَ ْع َد فَتْ َح ٍة ُمت
ِ إ َذا ت َ َح َّر َك.
Apabilah ada Wawu atau Yya’ berharkah, jatuh sesudah harkah Fathah dalam
satu kalimah, maka Wawu atau Ya’ tsb harus diganti dengan Alif seperti contoh
َصان
َ asalnya َص َون
َ , dan ع
َ َباasalnya بَ َي َع.
Praktek I’lal :
َصان َ ikut pada wazan فَ َع َل. Wawu diganti Alif karena ia berharkah
َ asalnya َص َون
dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi َصان َ .
َ َباasalnya َبيَ َعikut pada wazan فَ َع َل. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan
ع
sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ع َ َبا.
غَزَ اasalnya غَزَ َوikut pada wazan فَعَ َل. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan
sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi غزا.
َ َر َمikut pada wazan فَ َع َل. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan
َر َم ْىasalnya ي
sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ي َ ر َم.
َ (*Alif pada lafazh
َر َم ْىdinamakan Alif Layyinah).
Perhatian:
Kaidah ini berlaku pada Wau atau Ya’ dengan Harkah asli. Apabila harkah
ْ ع ُو
keduanya bukan asli atau baru, maka tidak boleh dirubah. Contoh االقَ ْو َم َ َد.
Apabila setelah wawu atau ya’ itu ada huruf mati/sukun, maka diklarifikasikan
sbb:
Jika Wawu atau Ya’ tsb bukan pada posisi Lam Fi’il, maka tidak boleh di-I’lal,
َ ,ان
karena dihukumi seperti Huruf Shahih. Contoh: خ ََو ْرن ٌَق,ٌط ِو ْيل ٌ َب َي.
Jika Wawu dan Ya’ tsb berada pada posisi Lam Fi’il, maka tetap berlaku Kaidah
I’lal ini. Contoh َ يَ ْخش َْونasalnya َشي ُْون
َ يَ ْخ. Namun disyaratkan huruf yg mati/sukun
setelah Wawu dan Ya’ tsb bukan huruf Alif dan huruf Ya’ tasydid, maka yang
demikian juga tidak boleh di-I’lal. Contoh: غَزَ َوا,ي ٌّ علَ ِو
َ ,ر َميَا.
َ
KAIDAH KE 2
Apabila wau atau ya’ berharokat berada pada ‘ain fi’il Bina’ Ajwaf dan huruf
sebelumnya terdiri dari huruf Shahih yang mati/sukun, maka harakat wawu
atau ya’ tsb harus dipindah pada huruf sebelumnya. Contoh: يَقُ ْو ُمasalnya يَ ْق ُو ُم
dan َي ِب ْي ُعasalnya َي ْب ِي ُع.
Praktek I’lal:
َيقُ ْو ُم
َيقُ ْو ُمasalnya َي ْق ُو ُمikut pada wazan َي ْفعُ ُل. harkah wawu dipindah pada huruf
sebelumnya, karena wawu-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg
mati/sukun, untuk menolak beratnya mengucapkannya, maka menjadiَيقُ ْو ُم
يَبِ ْي ُع
يَبِ ْي ُعasalnya يَ ْبيِ ُعikut pada wazan يَ ْف ِع ُلharkah Ya’ dipindah pada huruf
sebelumnya, karena Ya’-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg
mati/sukun, untuk menolak beratnya mengucapkannya, maka menjadi يَبِ ْي ُع
Perhatian:
KAIDAH KE 3
ْ ط َرفًا ِف ْي َم
,ص َد ٍر َ ت ْال َو ُاو َو ْال َيا ُء َب ْع َد آلِفٍ زَ ا ِئ َد ٍة أ ُ ْب ِدلَت َا ه َْمزَ ة ً ِبش َْر ِط أ َ ْن ت َ ُك ْونَا
َ ع ْينًا ِف ْي اس ِْم ْالفَا ِع ِل َو ِ ِإ َذا َوقَ َع
ي ْ َ ِلقَا ٌء أ,سا ِي ٌر
ٌ صلُهُ ِلقَا ْ َ سائِ ٌر أ
َ ُصلُه َ ,صا ِو ٌن َ ُصلُه ْ َ صائِ ٌن أ َ نَحْ ُو.
Apabila ada wawu atau ya’ jatuh sesudah alif zaidah, maka harus diganti
hamzah, dengan syarat wau atau ya’ tersebut berada pada ‘Ain Fi’il kalimah
bentuk Isim Fail, atau berada pada akhir kalimah bentuk masdar. Contoh: صائِ ٌن
َ
asalnya صا ِو ٌن
َ dan سائِ ٌر َ dan ِلقَا ٌءasalnya ي
َ asalnya سايِ ٌر ٌ ِلقَا
Praktek I’lal:
صائِ ٌن
َ
صائِ ٌن َ ikut pada wazan فَا ِع ٌل. wawu diganti Hamzah, karena jatuh
َ asalnya صا ِو ٌن
sesudah Alif Zaidah dan berada pada ‘Ain Fi’il Isim Fa’il, maka menjadi صائِ ٌن َ
سائِ ٌر
َ
سا ِئ ٌر َ ikut pada wazan فَا ِع ٌل. Ya’ diganti Hamzah, karena jatuh
َ asalnya سا ِي ٌر
sesudah Alif Zaidah dan berada pada ‘Ain Fi’il Isim Fa’il, maka menjadi سائِ ٌر َ
َ ع
طا ٌء َ
َ ع
طا ٌء َ asalnya او
ٌ طَ ع
َ ikut pada wazan فَعَا ٌلwawu diganti Hamzah, karena jatuh
sesudah Alif Zaidah dan berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi
طا ٌءَ عَ .
ِلقَا ٌء
KAIDAH KE 4
Apabila wau dan ya’ berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya
didahului dengan sukun, maka wau diganti ya’. Kemudian ya’ yang pertama di-
idgham-kan pada ya’ yang kedua. Contoh lafadz ٌ َميِِّتasalnya adalah ٌ َم ْي ِوتdan
ي
ٌّ َم ْر ِمasalanya adalah ي
ٌ َم ْر ُم ْو
Praktek I’lal:
ٌَميِِّت
ٌ َميِِّتasalnya ٌ َم ْي ِوتmengikuti wazan َف ْي ِع ٌل. wau diganti ya’ karena berkumpul
dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi
ٌ َم ْييِت. Kemudian ya’ yang pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena
satu jenis, maka menjadi ٌَميِِّت
ي
ٌّ َم ْر ِم
ي
ٌّ َم ْر ِمasalnya ي ٌ َم ْر ُم ْوmengikuti wazan َم ْفعُ ْو ٌل. wau diganti ya’ karena berkumpul
dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi
ي ٌ َم ْر ُم ْي. Kemudian ya’ yang pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena
satu jenis, maka menjadi ي ٌّ َم ْر ِم
KAIDAH KE 5
ْ َ صلُهُ يَ ْغ ُز ُو َويَ ْر ِم ْي أ
ُ صلُهُ يَ ْر ِم
ي ْ ت ْال َو ُاو َو ْاليَا ُء َو َكانَت َا َم
ْ َ ض ُم ْو َمةً ا ُ ْس ِكنَت َا نَحْ ُو يَ ْغ ُز ْوا أ َ َ إِ َذا ت
ِ َط َّرف
Apabila Wau atau Ya’ menempati ujung akhir kalimah, dan ber-harakah
dhammah, maka disukunkan. Contoh: يَ ْغ ُز ْواasalnya يَ ْغ ُز ُوdan يَ ْر ِم ْيasalnya ي
ُ يَ ْر ِم
Praktek I’lal:
َي ْغ ُز ْو
يَ ْغ ُز ْوasalnya يَ ْغ ُز ُوmengikuti wazan يَ ْفعُ ُل. Wau di ujung akhir kalimah ber-
harakah dhammah, maka disukunkan menjadi يَ ْغ ُز ْو.
يَ ْر ِم ْي
Perhatian:
َاز
ٍ غ
َاز ِ غmengikuti wazan فَا ِع ٌل. Wau diganti Ya’, karena jatuh sesudah
ٍ غasalnya َاز ٌو
harakah kasrah, maka menjadi ي ٌ َاز
ِ غ, kemudan Ya’ disukunkan karena beratnya
harkah dhammah atas Ya’ maka menjadi ي ْ َاز
ٍ غ, kemudian Ya’ dibuang untuk
menolak bertemunya dua mati yaitu Ya’ dan Tanwin, maka menjadi َاز ٍ غ
ار
ٍ سَ
ار
ٍ سَ asalnya ي
ٌ ار
ِ سَ mengikuti wazan فَا ِع ٌل. Ya’ disukunkan karena beratnya
harakah dhammah atas Ya’ maka menjadi ي ْ ار
ٍ س
َ , kemudian Ya’ dibuang untuk
menolak bertemunya dua mati yaitu Ya’ dan Tanwin, maka menjadi ار ٍ س
َ
ٍ ا َ َوا
ق
ٍ ا َ َواasalnya ي
ق ُ ِ َو َواقmengikuti wazan فَ َوا ِع ُلwau pada fa’ fi’il diganti Hamzah,
karena kedua wau berkumpul dalam satu kalimah, maka menjadi ا َ َواقِ ْي.
Kemudian Ya’ dibuang untuk meringankannya, maka menjadi ق ِ ا َ َوا. Dan
didatangkanlah tanwin sebagai pengganti dari Ya’ yang dibuang, maka menjadi
قٍ ا َ َوا.
KAIDEAH KE 6
ُصلُهْ َ ت ْال َو ُاو يَا ًء نَحْ ُو يُزَ ِ ِّك ْي أِ َض ُم ْو ًما أ ُ ْب ِدل
ْ ف َولَ ْم يَ ُك ْن َما قَ ْبلَ َها َم
ِ الط ْر َ َت ْال َو ُاو َرابِعَةً ف
َّ صا ِعدًا فِي ِ اِ َذا َوقَ َع
ِ َصلُهُ يُع
اط ُو ْ َ اط ْي أ
ِ َيُزَ ِ ِّك ُو َو يُع
Apabila wau menempati ujung akhir kalimah empat huruf atau lebih, dan
sebelum wau tidak ada huruf yang didhammahkan, maka wau tsb diganti ya’.
Contoh: يُزَ ِ ِّك ْيasalnya يُزَ ِ ِّك ُوdan اط ْي
ِ َ يُعasalnya اط ُو
ِ َيُع.
Praktek I’lal:
يُزَ ِ ِّك ْيasalnya يُزَ ِ ِّك ُوmengikuti wazan يُفَ ِعِّ ُلwau diganti ya’, karena berada pada
akhir kalimah empat huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan,
maka menjadi يُزَ ِ ِّك ْي
اط ْي
ِ َيُع
اط ْي ِ يُ َعmengikuti wazan يُفَا ِع ُلwau diganti ya’, karena berada pada
ِ يُ َعasalnya اط ُو
akhir kalimah empat huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan,
maka menjadi اط ْي ِ َيُع
Perhatian:
ً َم ْع
طى
طىً َم ْعasalnya ط ًوا َ ُم ْعikut wazan ً ًم ْفعَل. wau diganti ya’, karena berada pada akhir
kalimah empat huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka
menjadi طيًا َ ُم ْعkemudian ya’ diganti alif karena berharkah jatuh sesudah harkah
fathah, maka menjadiْ طىا ً ُم ْعkemudian alif dibuang untuk menolak bertemunya
dua mati yaitu Alif dan Tanwin, maka menjadi طى ً َم ْع
KAIDAH KE 7
ْ َ ف نَحْ ُو يَ ِع ُد أ
صلُهُ يَ ْو ِع ُد و يَ ِئ ُد ْ ع ِة تُحْ َذ
َ ار
َ ضَ ف ْال ُم
ُ ت ْال َو ُاو بَيْنَ ْالفَتْ َح ِة َو ْال َكس َْرةِ ْال ُم َحقَّقَ ِة َوقَ ْبلَ َها َح ْر
ِ َاِ َذا َوقَع
ْ َأ
صلُهُ يَ ْو ِئ ُد
Apabila wau ada diantara harkah fathah dan kasrah nyata, dan sebelumnya
ada huruf mudhara’ah, maka wau tersebut dibuang. Contoh: يَ ِع ُدasalnya يَ ْو ِع ُد
dan يَئِ ُدasalnya يَ ْوئِ ُد
Praktek I’lal:
َي ِع ُد
يَ ِع ُدasalnya يَ ْو ِع ُدmengikuti wazan يَفَ ِع ُل. wau dibuang karena ada diantara fathah
dan kasrah nyata dan sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka menjadi يَ ِع ُد
ض ُع
َ َي
ض ُع
َ َ يasalnya ض ُع ِ يَ ْوmengikuti wazan يَفَ ِع ُل. wau dibuang karena ada diantara
fathah dan kasrah nyata dan sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka
menjadi ض ُع ِ َي. Kemudian Dhad-nya difathahkan untuk meringankan huruf
ithbaq juga huruf Halaq yaitu ‘Ain, maka menjadi ض ُع َ َي
Perhatian:
Huruf Mudhara’ah : أ – ن – ي – ت
Huruf Ithbaq : ص – ض – ط – ظ
KAIDAH KE 8
ْ َ َاز أ
ِ صلُهُ غ
َاز ٌو ٍ صلُهُ يُزَ ِ ِّك ُو َو غ ْ َت ْال َو ُاو بَ ْع َد َكس َْرة فِ ْي اس ٍْم ْأو فِ ْع ٍل أ ُ ْب ِدل
ْ َ ت يَا ًء نَحْ ُو يُزَ ِ ِّك ْي أ ِ َإ َذا َوقَع
Bilmana ada Wau jatuh setelah harkah Kasrah dalam Kalimah Isim atau
Kalimah Fi’il, maka Wau tersebut harus diganti Ya’. Contoh: يُزَ ِ ِّك ْيasalnya يُزَ ِ ِّك ُو
dan َاز
ٍ غasalnya َاز ٌو
ِ غ
Praktek I’lal:
يُزَ ِ ِّك ْيasalnya يُزَ ِ ِّك ُوikut wazan يُفَ ِعِّ ُل, wau diganti Ya’ karena jatuh sesudah harkah
kasrah, maka menjadi يُزَ ِ ِّك ْي
َاز
ِ غ
َاز
ِ غasalnya َاز ٌو
ِ ( غpraktek I’lalnya telah disebut pada Kaidah I’lal ke 5)
KAIDAH KE 9
Bilamana ada Wau atau Ya’ sukun, bertemu dengan husuf sukun lainnya, maka
Wau tau Ya’ tersebut dibuang, ini setelah memindahkan harakah keduanya
(Wau atau Ya’) kepada huruf sebelumnya (lihat kaidah I’lal ke 2). Contoh: ص ْن
ُ
ْ ُ أdan ِس ْرasalnya اِ ْسيِ ْر
asalnya ص ُو ْن
Praktek I’lal:
ص ْن
ُ
ص ْن ْ ُ أmengikuti wazan ا ُ ْفعُ ْل, harkah Wau dipindah ke huruf
ُ asalnya ص ُو ْن
sebelumnya, karena Wau berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih
mati/sukun (lihat Kaidah I’lal ke 2) untuk menolak beratnya mengucapkan,
maka menjadi ص ْو ْن ُ ُ ا, maka Wau dibuang untuk menolak bertemunya dua
mati/sukun, maka menjadi ص ْن ُ ُ ا, kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena
tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi ص ْن ُ
ِس ْر
ِس ْرasalnya اِ ْسيِ ْرmengikuti wazan اِ ْف ِع ْل, harkah Ya’ dipindah ke huruf
sebelumnya, karena Ya’ berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih
mati/sukun (lihat Kaidah I’lal ke 2) untuk menolak beratnya mengucapkan,
maka menjadi اِ ِسي ْْر, maka Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua
mati/sukun, maka menjadi اِ ِس ْر, kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena
tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi ِس ْر
KAIDAH KE 10
ان فِي ْال َم ْخ َرجِ يُ ْد ِغم اْأل َ َّو ُل فِي الث َّانِ ْي بَ ْع َد َج ْع ِل ِ َاح ٍد أ َ ْو ُمتَق
ِ َارب ِ ان ِم ْن ِج ْن ٍس َو ِ َِِاِ َذا اجْ ت َ َم َع فِ ْي َك ِل َم ٍة َح ْرف
ص َل ْ َ ص َل أ
َ َ صلُهُ ا ِْوت ْ اربَيْن ِمثْ َل الثَّانِ ْي ِلث َ ْق ِل ْال ُم َك َّر ِر نَحْ ُو َم َّد أ
ْ َ صلُهُ َم َد َد َو ُم ِ ِّد أ
َ َّ صلُهُ ا ُ ْم ُد ْد َو ات ِ َْال ُمتَق
Bilamana ada dua huruf sejenis atau hampir sama makhrajnya berkumpul
dalam satu kalimah, maka huruf yang pertama harus di-idghamkan pada huruf
yang kedua,–ini setelah menjadikan huruf yang hampir sama makhrajnya
serupa dengan huruf yg kedua (lihat kaidah i’lal ke 18 insyaallah)–, karena
beratnya pengulangan/memilah-milahnya. contoh َم َّدasalnya َم َد َدdan ُم ِ ِّدasalnya
ا ُ ْم ُد ْد, dan ص َل
َ َّ اتasalnya ص َل
َ َ ا ِْوت.
Praktek I’lal:
َم َّد
َم َّدasalnya َم َد َدikut pada wazan فَعَ َل, huruf dal yang pertama disukunkan untuk
melaksanakan syarat Idgham, maka menjadi َم ْد َد, kemudian huruf Dal yang
pertama di-idgamkan pada huruf Dal yang kedua, maka menjadi َم َّد
ُمد/َّ ُمد/ِّ ُم ِدasalnya ا ُ ْم ُد ْدmengikuti wazan ا ُ ْفعُ ْل, harkah Dal yang pertama dipindah
pada huruf sebelumnya untuk melaksanakan syarat Idgham, maka menjadi ا ُ ُم ْد ْد,
bertemu dua huruf mati/sukun yaitu kedua Dal, maka Dal yang kedua diberi
harkah untuk menolak bertemunya dua mati/sukun, baik diberi harkah kasrah
karena kaidah; “apabilah ada huruf mati mau diberi harkah, berilah harkah
kasrah”. atau diberi harkah fathah karena ia paling ringannya harkah. atau
diberi harkah dhammah, karena mengikuti harkah ‘Ain fi’il pada fi’il
mudhari’nya, maka menjadi ا ُ ُم ْد ُد/ا ُ ُم ْد َد/ِا ُ ُم ْدد, kemudian Dal yang pertama di-
idgham-kan pada Dal yg kedua maka menjadi ا ُ ُمد/َّا ُ ُمد/ِّا ُ ُم ِد, kemudian Hamzah
Washal-nya dibuang karena sudah tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi ُمد/َّ ُمد/ِّ ُم ِد.
َ َّ ات
ص َل
KAIDAH KE 11
Bilamana terdapat dua huruf Hamzah berkumpul sejajar dalam satu kalimah,
yang nomor dua sukun, maka huruf hamzah ini harus diganti dengan huruf
yang sesuai dengan harakah Hamzah yang pertama. contoh آمنasalnya أأمنdan
أوملasalnya أؤمل.
Praktek I’lal:
َآ َمن
َِ آ َمنasalnya َ أَأْ َمنmengikuti wazan ;أ َ ْفعَ َلberkumpul dua Hamzah dalam satu
kalimah dan yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti alif,
karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah fathah. maka menjadi َآ َمن
أ ُ ْو ُم ْل
ِْأ ُ ْو ُملasalnya أُؤْ ُملmengikuti wazan ;أ ُ ْفعُ ْلberkumpul dua Hamzah dalam satu
kalimah dan yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau,
karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah dhammah. maka menjadi أ ُ ْو ُمل
اِ ْي ِد ْم
ُخ ْذ
ُخ ْذasalnya أُأْ ُخذmengikuti wazan ;أ ُ ْفعُ ْلberkumpul dua Hamzah dalam satu
kalimah dan yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau,
karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah dhammah. maka menjadi أ ُ ْو ُخذ
kemudian wau-nya dibuang untuk meringankan ucapan, maka menjadai أ ُ ُخذ
selanjutnya hamzah-nya dibuang karena sudah tidak dibutuhkan lagi, maka
menjadi ُخ ْذ
Perhatian :
KAIDAH KE 12
ت َح ْر َكت ُ ُه ُما اِلَى َما قَ ْبلَ ُه َما ْ َي ِبأ َ ْن نُ ِقل ْ َ غي َْر أ
ٍِّ ص ِل َّ ِإ َّن ْال َو َاو َو ْال َيا َء ال
ُ َسا ِكنَتَي ِْن الَ ت ُ ْب َدالَ ِن آ ِلفًا إِالَّ ِإ َذا َكان
َ س ُك ْونُ ُه َما
َصلُهُ أ َ ْبيَن
ْ َ ب َو أَبَانَ أ َ صلُهُ أَجْ َو ْ َ اب أ َ نَحْ ُو أ َ َج.
Wau atau ya’ yang sukun, keduanya tidak boleh diganti Alif, kecuali jika
sukunnya tidak asli –dengan sebab pergantian harkat keduanya pada huruf
َ أ َ َجasalnya ب
sebelumnya– (lihat kaidah ilal ke 2). Contoh: اب َ أَجْ َوdan َ أ َ َبانasalnya
َأ َ ْبيَن.
Praktek I’lal:
َ أ َ َج
اب
َ أ َ َجasalnya ب
اب َ أَجْ َوmengikuti wazan أ َ ْف َع َلharkah wau dipindah pada huruf
sebelumnya karena ia berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih sukun,
karena beratnya mengucapkan, maka menjadi ب َ ( أ َ َج ْوlihat kaidah I’lal ke 2).
Kemudian wau diganti alif, karena asalnya wau berharkah dan sekarang ia
jatuh sesudah harkah fathah (lihat kaidah I’lal ke 1). Maka menjadi اب َ أ َ َج.
َأَبَان
KAIDAH KE 13
Bilamana ada wau berada di akhir kalimah jatuh sesudah harkah dhammah
didalam asal kalimah Isim yang Mutamakkin (bisa menerima tanwin), maka
wau tsb diganti ya’, kemudian setelah itu harkah dhammah diganti kasrah.
ُ تَعَاdan تَعَ ِ ِّديًاasalnya تَعَد ًوا.
ِ َ تَعasalnya ط ًوا
Contoh: اطيًا
Praktek I’lal:
ِ َتَع
اطيًا
ُ تَعَاmengikuti wazan ًعل
ِ َ تَعasalnya ط ًوا
اطيًا ُ تَفَاwau diganti ya’ karena berada di
akhir kalimah Isim Mutamakkin dan sebelumnya ada harkah dhammah, maka
menjadi يًِ ا ُ تَعَاkemudian huruf Tha’nya dikasrahkan untuk memantaskan Ya’.
ً ط
Maka menjadi اطيًا ِ َتَع.
تَعَ ِ ِّديًا
KAIDAH KE 14
ْ َ صلُهُ يُ ْي ِس ُر َو ُم ْو ِس ٌر أ
صلُهُ ُم ْي ِس ٌر ْ َض ُم ْو ًما أ ُ ْب ِدل
ْ َ ت َو ًاوا نَحْ ُو ي ُْو ِس ُر أ َ ت ْاليَا ُء
ْ سا ِكنَةً َو َكانَ َما قَ ْبلَ َها َم ِ َإِ َذا َكان
Bilamana terdapat Ya’ sukun dan sebelumnya ada huruf yang didhammahkan
maka ya’ tersebut harus diganti wau. contoh: ي ُْو ِس ُرasalnya يُ ْي ِس ُرdan
ُم ْو ِس ٌرasalnya ُم ْي ِس ٌر
Praktek I’lal:
ي ُْو ِس ُر
ي ُْو ِس ُرasalnya يُ ْي ِس ُرmengikuti wazan يُ ْف ِع ُلya’ yang nomor dua diganti wau karena
ia sukun dan sebelumnya ada huruf yang didhammahkan, maka menjadi ي ُْو ِس ُر.
ُم ْو ِس ٌر
KAIDAH KE 15
ص ْو ٌنُ ف َوا ٍو ْال َم ْفعُ ْو ِل ِم ْنهُ ِع ْن َد ِس ْي َب َو ْي ِه نَحْ ُو َم َ ِإ َّن اس َْم ْال َم ْفعُ ْو ِل إ َذا َكانَ َِ َِ َِ ِم ْن ُم ْعت َ ِِّل ْال َعي ِْن َو َج
ُ ب َح ْذ
ْ َ ص ُو ْو ٌن َو َم ِسي ٌْر أ
صلُهُ َم ْسي ُْو ٌر ْ صلُهُ َم ْ َأ
Sesungguhnya Isim Maf’ul bilamana ia terbuat dari Fi’il Mu’tal ‘Ain (Bina’
Ajwaf) maka wajib membuang wau maf’ulnya menurut Imam Syibawaihi
(menurut Imam lain yg dibuang adalah Ain Fi’ilnya).
contoh: ص ْو ٌن
ُ َمasalnya ص ُو ْو ٌن
ْ َمdan َم ِسي ٌْرasalnya َم ْسي ُْو ٌر
Praktek I’lal:
ص ْو ٌن
ُ َم
ص ْو ٌن ْ َمmengikuti wazan َم ْفعُ ْو ٌلharkah wau dipindah pada huruf
ُ َمasalnya ص ُو ْو ٌن
sebelumnya karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk
menolak berat maka menjadi ص ْو ْو ٌن ُ ( َمlihat i’lal ke 2), kemudian bertemu dua
huruf mati (dua wau) untuk menolak beratnya mengucapkan maka wau
maf’ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi) maka menjadi ص ْو ٌن ُ َم.
َم ِسي ٌْرasalnya َم ْسي ُْو ٌرmengikuti wazan َم ْفعُ ْو ٌلharkah Ya’ dipindah pada huruf
sebelumnya karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk
menolak berat maka menjadi سي ْْو ٌر ُ ( َمlihat i’lal ke 2), kemudian bertemu dua
huruf mati (ya’ dan wau) untuk menolak beratnya mengucapkan maka wau
maf’ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi)maka menjadi َم ِسي ٌْر.
KAIDAH KE 16
Bilamana Fa’ Fi’il kalimah wazan اِ ْفت َ َع َلberupa huruf Shad, atau Dhad, atau Tha’,
atau Zha’ (huruf Ithbaq), maka huruf Ta’ yg jatuh sesudah huruf Ithbaq
tersebut harus diganti Tha’, demi mudahnya mengucapkannya. Digantinya Ta’
dengan Tha’ karena dekatnya makhraj keduanya.
contoh: طلَ َح
َ ص
ْ ِ اasalnya صتَلَ َح
ْ ِ اdan ب َ ض
َ ط َر ْ ِ اasalnya ب ْ ِا
َ ضت ََر
Praktek I’lal:
طلَ َح
َ ص
ْ ِا
طلَ َح
َ ص ْ ِ اmengikuti wazan َ ِا ْفتَعَلTa’ diganti Tha’ karena demi
ْ ِ اasalnya صتَلَ َح
mudahnya mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena
dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi طلَ َح َ ص
ْ ِا.
ب َ ض
َ ط َر ْ ِا
ب َ ض
َ ط َر ْ ِ اasalnya ب ْ ِ اmengikuti wazan اِ ْفت َ َع َلTa’ diganti Tha’ karena demi
َ ضت ََر
mudahnya mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena
dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi ب َ ض
َ ط َر ْ ِا.
َّ ا
ِط َر َد
ْ اmengikuti wazan اِ ْفتَعَ َلTa’ diganti Tha’ karena demi mudahnya
َّ اasalnya ِطت ََر َد
ِط َر َد
mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya
makhraj keduanya, maka menjadi ط َر َد َ ِطْ اkemudian Tha’ pertama di-idghamkan
karena dua huruf sejenis, maka menjadi ِط َر َد َّ ا.
َّ ا
ِظ َه َر
َّ اasalnya اِظت َ َه َرmengikuti wazan اِ ْفتَعَ َلTa’ diganti Tha’ karena demi
ِظ َه َر
mudahnya mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena
dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi ط َه َر َ اِظkemudian Tha’ diganti Zha’
karena sama-sama huruf isti’la’, maka menjadi ظ َه َر ْ اkemudian Zha’ pertama
َ ِظ
di-idghamkan karena dua huruf sejenis, maka menjadi ِظ َه َر َّ ا.
KAIDAH KE 17
ب التَّا ُء ُ َف َوإنَّ َما ت ُ ْقل ِ ق ِب َها بَ ْع َد َه ِذ ِه ْال ُح ُر ْوِ ط ْ ت تَاؤُ هُ َداالً ِلعُس ِْرالن ْ َِإ َذا َكانَ فَا ُء اِ ْفت َ َع َل َداالً ْأو َذاالً ْأو زَ ايًا قُ ِلب
صلُهُ ا ِْزت َ َج َر ْ َ صلُهُ اِ ْذت َ َك َر َو ا ِْز َد َج َر أ
ْ َ صلُهُ اِ ْدت ََرأ َ َو اِذَّ َك َر أ
ْ َ بِالدَّا ِل ِلقُ ْربِ ِه َما َم ْخ َر ًجا نَحْ ُو اِد ََّرأ َ أ.
Bilamana Fa’ Fi’il wazan berupa huruf Dal, atau Dzal, atau Zay, maka huruf Ta’
(Ta’ zaidah wazan ) ِا ْفت َ َع َلyang jatuh sesudah huruf-huruf tersebut harus diganti
Dal, demi mudahnya mengucapkannya. Digantinya Ta’ dengan Dal’ karena
dekatnya makhraj keduanya. contoh: َ ِاد ََّرأasalnya َ اِ ْدت ََرأdan ِاذَّ َك َرasalnya اِ ْذت َ َك َر
dan ا ِْز َد َج َرasalnya ا ِْزت َ َج َر.
Praktek I’lal:
َاِد ََّرأ
َ اِد ََّرأasalnya َ اِ ْدت ََرأmengikuti wazan اِ ْفتَعَ َلTa’ diganti Dal karena demi mudahnya
pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya
makhraj keduanya, maka menjadi َ ِا ْد َد َرأ. kemudian dal yang pertama di-
idghamkan pada dal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi َ اِد ََّرأ.
اِذَّ َك َر
اِذَّ َك َرasalnya اِ ْذت َ َك َرmengikuti wazan اِ ْفت َ َع َلTa’ diganti Dal karena demi mudahnya
pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya
makhraj keduanya, maka menjadi ِا ْذ َد َك َر.kemudian Huruf Dal diganti Dzal kerena
dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi اِ ْذ َذ َك َرkemudian dzal yang pertama
di-idghamkan pada dzal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi اِذَّ َك َر. (juga
boleh dibaca Dal dengan di-i’lal sbb: kemudian Huruf Dzal diganti Dal kerena
dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi اِ ْد َد َك َرkemudian dal yang pertama
di-idghamkan pada dal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi اِ َّد َك َر.)
ا ِْز َد َج َر
ا ِْز َد َج َرasalnya ا ِْزت َ َج َرmengikuti wazan اِ ْفت َ َع َلTa’ diganti Dal karena demi
mudahnya pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Zay dan karena
dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi ا ِْز َد َج َر.
KAIDAH KE 18
َّ ف اللَّي ِْن ال
سا ِك ِن ِِ ِل َما بَ ْينَ ُه َما ِم ْن ِ ق بِ َح ْر ِ طْ ت فَاؤُ هُ ت َا ًء ِلعُس ِْرالن ْ َإِ َذا َكانَ فَا ُء اِ ْفتَعَ َل َو ًاوا ْأو يَا ًء ْأو ثَا ًء قُ ِلب
ص َل َو َ َ صلُهُ ا ِْوتْ َ ص َل أ َ َّ سةٌ نَحْ ُو اِت َ ف اللَّي ِْن َمجْ ُه ْو َرة ٌ َوالتَّا ُء َم ْه ُم ْوَ ف أل َ َّن َح ْر ِ صْ ار َب ِة ْال َم ْخ َرجِ َو ُمنَافَاةِ ْال َوَ َُمق
ُ َت ثَا ًء يَ ُج ْو ُز قُ ْل
ب ت َِاء اِ ْفت َ َع َل ثَا ًء التِ ِّ َحا ِد ِه َما فِي ْ إن َكان ْ ( ُم ِه َمةٌ) َو.صلُهُ اِثْتَغ ََر ْ َ س َر َو اِتَّغ ََر أ ْ َ س َر أ
َ َ صلُهُ ا ِْوت َ َّ اِت
صلُهُ اِثْتَغ ََر ُ ْال َم ْه ُم ْو ِسيَّ ِة ن.
ْ َ َحْو اِثَّغ ََر أ
Bilamana Fa’ Fi’il wazan اِ ْفت َ َع َلberupa huruf wau, atau Ya’, atau Tsa’, maka huruf
Fa’ Fi’ilnya tersebut harus diganti Ta’ karena sukarnya mengucapkah huruf
“Layn” ( )لَيْنsukun dengan huruf yang diantara keduanya termasuk berdekatan
Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf “layin” ( )و – يbersifat
Jahr sedangkan huruf Ta’ bersifat Hams.
Contoh: ص َل َ َّ اِتasalnya ص َل َ َ ا ِْوتdan اِتَّغ ََرasalnya اِثْتَغ ََر.
َ َّ اِتasalnya س َر
َ َ ا ِْوتdan س َر
(penting) dan apabila Fa’ Fi’il-nya tsb berupa huruf Tsa’, boleh mengganti
Ta’nya wazan اِ ْفتَعَ َلdengan Tsa’, karena keduanya sama-sama bersifat Hams.
contoh: اِثَّغ ََرasalnya اِثْتَغ ََر.
Praktek I’lal:
َ َّ اِت
ص َل
َ َّ اِت
س َر
اِتَّغ ََرasalnya اِثْتَغ ََرmengikuti wazan اِ ْفت َ َع َلhuruf Tsa’ diganti Ta’ karena sama-sama
bersifat Hams, maka menjadi اِتْتَغ ََرkemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada
Ta’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi اِتَّغ ََر
َّ اdengan Praktek I’lal sbb:
Dan boleh juga dibaca Tsa’ ِث ِِّ ِِّ ِِّ ِِّغ ََر
َّ اasalnya اِثْتَغ ََرmengikuti wazan ِا ْفت َ َع َلhuruf Ta’ diganti Tsa’ karena
ِث ِِّ ِِّ ِِّ ِِّغ ََر
sama-sama bersifat Hams, maka menjadi اِثْثَغ ََرkemudian Tsa’ pertama di-
idghamkan pada Tsa’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi اِتَّغ ََر
اِت َّ َخ َذ
اِت َّ َخ َذasalnya اِئْت َ َخ َذmengikuti wazan اِ ْفت َ َع َلhuruf Hamzah yang kedua diganti Ya’
karena ia sukun dan sebelumnya ada huruf berharkah kasrah, maka
menjadi اِ ْيت َ َخ َذkemudian huruf Ya’ diganti Ta’ (tanpa mengikuti kias*) maka
menjadi اِت َّ َخ َذ.
* Pergantian Ya’ dengan Ta’ tidak mengikuti Qias yakni termasuk dari perihal
Syadz.
KAIDAH KE 19
طا ًء أ َ ْو َ ضادًا أ َ ْو َ صادًا أ َ ْو َ ع َل ت َا ًء أ َ ْو ثَا ًء ْأو َداالً ْأو َذاالَ أ َ ْو زَ ايًا ْأو ِس ْينًا أ َ ْو ِش ْينًا أ َ ْو َ إ َذا َكانَ فَا ُء تَفَعَّ َل َوتَفَا
ار َبي ِْن ِ َت اْالُ ْولَى فِي الثَّانِيَّ ِة َب ْع َد َج ْع ِل أ َ َّو ِل ْال ُمتَق ِ ف ِِي ْال َم ْخ َرجِ ث ُ َّم أ ُ ْد ِغ َم ِ ُاربُه ِ َب ت َائِ ِه َما ِب َما يُق ُ ظا ًء يَ ُج ْو ُز قَ ْلَ
س َواِثَّاقَ َل َ صلُهُ تَت ََّر ْ ِّ سا ِك ِن نَحْ ُو اِت َّ َر ِس أ َّ ص ِل ِلي ُْمكِنَ اْ ِال ْبتِ َدا ُء بِال ْ ب ه َْمزَ ةِ ْال َو ِ َس ِة َم َع اجْ تِل َ َِمثْ َل الثَّانِ ْي ِل ْل ُم َجان
شقَّقَ أصله َّ ِس َّم َع َوا ْ ِّ س َّم َع أ
َ َ صلُهُ ت َّ ِصلُهُ ت َزَ َّج َر َوا ْ ِّ صلُهُ ت َ َذ َّك َر َوا َِّز َّج َر أ
ْ ِّ صلُهُ ت َ َدث َّ َر واِذَّ َّك َر أْ ِّ صلُهُ تَثَاقَ َل َواِ َّدث َّ َر أ ْ ِّ أ
طاه ََر َ َ صلُهُ ت ْ ِّ ِطاه ََر أ َّ ظ َّه َر َواَ َ صلُهُ ت ْ ِّ ِظ َّه َر أ
َّ ع َوا َ ض َّر َ َ صلُهُ ت ْ ِّ ع أَ صدَّقَ َواِض ََّّر َ َ صلُهُ ت ْ ِّ صدَّقَ أ َّ ِشقَّقَ َو ا َ َ ت.
Bilamana Fa’ Fi’il wazan تَفَعَّ َلdan ع َل َ تَفَاberupa huruf , ض، ص, ش, س، ز، ذ، د، ث،ت
، ظ,طmaka boleh Ta’ dari kedua wazan tersebut diganti dengan huruf yang
mendekati dalam Makhrajnya, kemudian huruf yang pertama di-idghamkan
pada huruf yang kedua, demikian ini setelah huruf yang pertama dari kedua
huruf yang berdekatan makhrajnya tersebut, dijadikan serupa dengan huruf
yang kedua. berikut memasang Hamzah Washal agar memungkinkan
permulaan dengan huruf mati. contoh: اِت َّ َر ِسasalnya س َ تَت ََّرdan اِثَّاقَ َلasalnya تَثَاقَ َل
dan اِ َّدث َّ َرasalnya ت َ َدث َّ َرdan ذَّ َّك َرasalnya ت َ َذ َّك َرdan ا َِّز َّج َرasalnya ت َزَ َّج َرdan س َّم َع َّ ِ اasalnya
َ َ تdan َشقَّق
س َّم َع َّ ِ اasalnya َشقَّق َ َ تdan َصدَّقَّ ِ اasalnya َصدَّق َ َ تdan ع َ اِض ََّّرasalnya ع َ ض َّرَ َ تdan
َّ اasalnya ظ َّه َر
ِظ َّه َر َّ اasalnya طاه ََر
َ َ تdan ِطاه ََر َ َ ت.
Praktek I’lal :
َ اِت َّ َر
س
Perhatian :
I’lal dalam Kaidah ke 19 ini cuma bersifat Jaiz atau boleh, bukan suatu
ketentuan musti. Sebagai pengalaman bagi kita, karena ini jarang ditemukan.
dan yang banyak digunakan adalah berupa bentuk asalnya.
ALHAMDULIILAH TAMAT.