Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ILMU NAHWU

(MUNADA)

Dosen Pembimbing :

DisusunOleh : Ahmad Zamakhsari

Muhammad Agil (5371010120056)

Muhammad Azhar Sholihin (5371010120057)

Muhammad Fauzi (53710101200..)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

AL MARHALAH AL ‘ULYA

BEKASI

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.
Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW. Semoga syafa'atnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul "MUNADA" bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu
nahwu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
kekurangan.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan apabila ada salah dari
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bekasi, 25 Desember 2021

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Hadist Munada
B. Macam - macam munada
C. Contoh munada dalam alquran
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar pustaka

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam memahami ilmu nahwu tidak pernah lepas dari namanya Munada yang dimana
Munada memiliki fungsi untuk menyerukan/memanggil seseorang (yang biasa dikenal
dengan istilah “huruf-huruf nida”).
Oleh karena itu, salah satu hal yang mendasari dilakukannya pembahasan ini adalah
untuk mengetahui lebih mengetahui Munada dan menjelaskan mengenai mcam-
macamnya Munada: munada yang berbentuk mufrad 'alam, munada yang bersifat
nakirah maqshudah, munada yang bersifat nakirah ghair maqshudah, munada yang
berbentuk mudhaf, dan munada yang diserupakan dengan mudhaf.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut penulis memiliki rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah munada yang berbentuk mufrad 'alam?

2. Bagaimanakah munada yang bersifat nakirah maqshudah ?

3. Bagaimanakah munada yang bersifat nakirah ghair maqshudah ?

4. Bagaimanakah munada yang berbentuk mudhaf ?

5. Bagaimanakah munada yang diserupakan dengan mudhaf ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui munada yang berbentuk mufrad 'alam.
2. Untuk mengetahui munada yang bersifat nakirah maqshudah.
3. Untuk mengetahui munada yang bersifat nakirah ghair maqshudah.
4. Untuk mengetahui munada yang berbentuk mudhaf.
5. Untuk mengetahui munada yang diserupakan dengan mudhaf.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits Munada

Munada adalah kata benda (isim) yang disebut sesudah huruf dari salah satu huruf-huruf
nida (seruan). Atau isim yang dipanggil dengan mempergunakan huruf-huruf panggilan
(huruf nida) agar yang dipanggil mendatangi atau menoleh kepada orang yang memanggil.
Munada adalah isim yang disebut sesudah “ya” atau salah satu akhwatnya, untuk meminta
kehadiran orang yang ddisebutkan”
Sedangkan dengan pengertian yang lebih singkat disebutkan:

ِ ‫اَ ْل ُمنَادَى اِ ْس ٌم يَقَ ُع بَ ْع َد َأدَا ٍة ِم ْن َأد ََوا‬.


‫ت النِّدَا ِء‬
Atau dengan pengertian yang sama:

ِ ‫ُف ِم ْن َأحْ ر‬
‫ُف النِّدَا ِء‬ ٍ ‫اَ ْل ُمنَادَى اِ ْس ٌم يَقَ ُع بَ ْع َد حُ ر‬.
“Munada adalah isim yang terletak setelah huruf dari salah satu huruf nida.”
‫المنادى هو المطلوب اقبله بحرف نائب مناب أدعو لفظا أو تقديرا‬.
Contohnya: ‫قَا َل يَا َمرْ يَ ُم اَنَّى لَكَ هَ َذا‬
Zakaria berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan)ini?” (QS. 3:37)
Yang menjadi munada adalah kata ‫ َمرْ يَ ُم‬sedangkan huruf nida-nya (huruf seruannya adalah
‫يَا‬.

B. Ketentuan Kalimat Isim setelah Nida’


Ada ketentuan khusus dalam menggunakan kalimat isim setelah huruf nida’, dalam
pemanggilannya. Ketentuan tersebut harus dipahami dan dipatuhi oleh sahabat
muslim semuanya.
 Kata yang wajib dipanggil I’robnya marfu’.
 Menggunakan tambahan huruf nida’ untuk isim mudzakkar dan isim muannats.
 Penggunaan lafaz Allah, diperbolehkan menggunakan huruf nida’.
 Bila mudhof digunakan untuk ya’ mutakallim, diperbolehkan untuk tidak digunakan
atau dibuang.
C. Huruf - huruf nida
Huruf nida’ seringkali digunakan untuk memanggil orang lain. Dalam huruf tersebut, terdiri
dari tujuh macam. Mulai dari (‫) أيا‬,( ‫)هيا‬,(‫)ا‬,(‫)ا ()أي‬,( ‫()يا‬,‫ )ؤا‬Masing – masing huruf nida’,
memiliki fungsi sendiri. Sehingga dalam penggunaan huruf nida’ ini, tidak boleh
sembarangan.
)‫(اي‬، )‫ (ا‬.١ berfungsi untuk memanggil seseorang dalam jarak dekat.
‫ ا‬،‫ هيا‬، ‫ أيا‬.٢berfungsi untuk memanggil seseorang dalam jarak dekat.
‫ يا‬.٣ digunakan untuk semua kalimat isim setelah huruf nida’, baik sedang, jauh, atau dekat.
‫ ؤا‬.٤ berfungsi untuk meratapi hal yang dianggap menyakitkan.
‫ يا‬.٥ untuk menyebut nama Allah, untuk memohon pertolongan
‫يا‬،‫ وا‬.٦digunakan khusus untuk ratapan atau nudbah, tidak boleh menggunakan selain dua
huruf tersebut.
D. Pembagian Kalimat Isim setelah Nida’
Pada kalimat isim setelah huruf nida’, terbagi menjadi lima bagian. Dalam masing – masing
bagian tersebut, memiliki fungsinya sendiri. Sehingga sahabat muslim semuanya wajib
menggunakan kalimat isim setelah huruf nida’ ini, sesuai fungsinya masing – masing.
1. Mufrad Alam
Mufrad alam atau sering dikenal sebagai mufrad ma’rifat merupakan kalimat isim setelah
huruf nida’, yang bukan syibeh mudhof dan mudhof. Meskipun kalimat tersebut berupa jama’
atau tatsniyah. Contohnya (‫) يا زيد‬، (‫)يا زيدان‬
2. Nakirah Maqshudah
Nakirah maqshudah merupakan semua jenis isim nakirah yang digunakan untuk hal tertentu.
Tidak hanya itu, nakirah maqshudah digunakan setelah jatuh di depan huruf nida’. Contohnya
( ‫ ) يا ر خل‬artinya panggilan untuk orang yang ada di hadapannya.
3. Nakirah Ghairu Maqsudah
Nakirah ghairu maqsudah bisa dikatakan sebagai kebalikan dari nakirah maqshudah, yaitu
semua jenis isim nakirah yang tidak digunakan untuk hal tertentu. Namun penggunaan
nakirah ghairu maqsudah ini, setelah jatuh di depan huruf nida’ contoh nya (‫ذ‬ŠŠ‫ا رخالخ‬ŠŠ‫ي‬
‫)بيدي‬artinya seruan dari seseorang yang tidak dapat melihat kepada anak kecil, agar bisa
menggenggam tangannya.
4. Mudhof
Mudhof merupakan kalimat isim setelah huruf nida’, yang berbentuk nama dari dua atau
beberapa gabungan kata. Misalnya Zainuddin Aslam, Aminulloh, hingga Abdu Syamsudin.
Ketiga nama tersebut mengandung idhofat atau dua kata.
5. Syibih Mudhof
Syibih mudhof merupakan kalimat isim setelah huruf nida’, yang berupa lafal dan memiliki
makna sempurna di dalamnya. Kesempurnaan tersebut tidak dapat tercipta, tanpa bantuan
dari lafal lainnya
Hukum Kalimat Isim setelah Nida’
Hukum atau nashab dalam kalimat isim setelah huruf nida’, memiliki dua macam. Setiap
hukum yang berlaku, tidak boleh dilanggar. Hal ini bertujuan agar sahabat muslim semuanya
tidak keliru menuliskan kalimat isim setelah huruf nida’ tersebut.
• Hukum secara Lafdzi
Kalimat isim setelah huruf nida’ yang hukumnya lafdzi, berlaku ketika berbentuk sebagai
syibeh mudhof dan nakirah ghairu maqshudah. Sehingga kalimat isim setelah huruf nida’
tersebut, akan dibaca seperti isim yang mu’rab.
• Hukum secara Mahalli
Hukum secara mahalli artinya kalimat isim setelah huruf nida’ yang berupa mabni, namun
bermahal nashab. Hukum ini berlaku saat kalimat isim setelah huruf nida’, berbentuk sebagai
nakirah maqshudah atau mufrad ma’rifat. Kemudian untuk kemabnian kalimat isim setelah
huruf nida’, berdasarkan rafa’nya yang menggunakan alif, dhommah tanpa ditanwin, atau
wau.

E. Penggunaan huruf nida


Penggunaan huruf nida juga disesuaikan dengan jarak antara orang yang memanggil dan yang
dipanggil. Pembagiannya adalah seperti berikut:
1. Munada ghairu mandub:
a. Nida untuk jarak dekat: ْ‫ َأى‬,‫أ‬
b. Nida untuk jarak jauh: ‫ آه‬,‫ هَيا‬,‫][ َأيا‬dan ‫ يا‬bisa masuk pada semua munada dan tertentu masuk
pada lafadz: ‫ ][ هللا‬karena tidak boleh menggunakan lafadz ‫ َأيُّهَا‬dan ‫َأيَّتُهَا‬. Pengamalan ‫ يا‬adalah
dapat digunakan sebagai istighosah dan ta’ajub (kekaguman).
2. Munada mandub, yaitu memenggil sesuatu yang dikhawatirkan (mutafajja’ aliah) atau
sesuatu yang dirasakan sakit (mutajaffa’ minhu). Sedangkan hurufnya menggunakan ‫ َوا‬dan
‫يا‬.Contoh:

ُ‫ َوا َولَدَاه‬Aduh anakku (tolong aku)


ُ‫َوا ِرَأ َساه‬ Aduh (sakitnya) kepalaku

ُ‫َوا ظَ ْه َراه‬ Aduh (sakitnya) punggungku


‫ َوقُ ْمتَ فِ ْي ِه بَِأ ْم ِر هللاِ يَا ُع َم َرا‬# ُ‫َظ ْي ًما فَاصْ طَبَرْ تَ لَه‬
ِ ‫ُح ِملَتَ َأ ْمرًا ع‬
“Engkau diberi beban amanat yang sangat berat da engkau melaksanakannya dengan penuh
kesabaran, karena mengikuti perintah Allah, Aduh Umar bin Abdul Aziz” (Jarir yang memuji
Umar bin Abdul Aziz).

F. Ketentuan Munada
Apabila sebuah kata ada AL ( ‫ )ا ُْل‬ada sejumlah ketentuan dalam pemanggilannya.
1. Kata yang di panggil I’robnya marfu’
2. Menambahkan lafazh sesudah huruf nida’:
a. ‫ َأيُّهَا‬Bagi isim mudzakkar
b. ‫ َأيَّتُهَا‬Bagi isim muannats
ُ ‫يَا َأيُّهَا النَّبِ ُّي =يَا َأيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ = يَا َأيَّتُهَا ْال َمرْ َأةُ= يَا َأيَّتُهَا ْال ُم ْسلِ َم‬
Contoh: ‫ات‬
3. Khusus guna lafazh jalalah Allah ‫هللا‬, melulu boleh memakai huruf nida’ ‫ يَا‬. Contoh:
ُ ‫ يَا هللَا‬Biasanya guna memanggil lafzhul jalalah Allah dipakai ‫اَللّهُ َّم‬
4. Terkadang munada melemparkan huruf Nida Contoh: ‫ف َر ِح ْي ٌم‬ ٌ ْ‫ َربَّنَا ِإنَّكَ َرءُو‬Asalnya ialah
‫ يَا َربَّنَا يُوْ ُسفُ َأ ْع ِرضْ ع َْن هَ َذا‬Asalnya ialah ُ‫يَا يُوْ ُسف‬
5. Jika munada mudhof untuk ya’ mutakallim maka ya’ boleh dibuang. Contoh: ‫يَا َربِّي َولَ ِد‬
َ ‫ تَ َع‬Asalnya ‫يَا َولَ ِدي‬
‫ال‬
Contoh Munada dalam Alquran

ِ ‫قُلْ يَا َأ ْه َل ا ْل ِكتَا‬


59 :‫ المائدة‬...‫ب َه ْل تَ ْنقِ ُمونَ ِمنَّا‬
40 :‫ البقرة‬...‫س َراِئي َل ْاذ ُك ُروا نِ ْع َمتِ َي الَّتِي َأ ْن َع ْمتُ َعلَ ْي ُك ْم‬
ْ ‫يَا بَنِي ِإ‬

ِ ‫ستَ ْكثَ ْرتُ ْم ِمنَ اِإْل ْن‬


128 :‫ األنعام‬...‫س‬ ْ ‫ش ُر ُه ْم َج ِمي ًعا يَا َم ْعشَرَ ا ْل ِجنِّ قَ ِد ا‬
ُ ‫َويَ ْو َم يَ ْح‬
َ ‫َوِإ ْذ قُ ْلتُ ْم يَا ُمو‬
55 :‫ البقرة‬...ً‫سى لَنْ نُْؤ ِمنَ لَكَ َحتَّى نَ َرى هَّللا َ َج ْه َرة‬
132 :‫ البقرة‬... َ‫اصطَفَى لَ ُك ُم الدِّين‬
ْ َ ‫وب يَا بَنِــ َّي ِإنَّ هَّللا‬
ُ ُ‫صى بِ َها ِإ ْب َرا ِهي ُم بَنِي ِه َويَ ْعق‬
َّ ‫َو َو‬
ِ ‫ص َحيَاةٌ يَا ُأولِي اَأْل ْلبَا‬
179 :‫ البقرة‬. َ‫ب لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ َ ِ‫لَ ُك ْم فِي ا ْلق‬
ِ ‫صا‬
ِ َ‫َوِإ ْذ قَال‬
ْ َ ‫ت ا ْل َماَل ِئ َكةُ يَا َم ْريَمُ ِإنَّ هَّللا‬
42 :‫ آل عمران‬....‫اصطَفَا ِك َوطَهَّ َر ِك‬
َ ‫ِإ ْذ قَا َل هَّللا ُ يَا ِعي‬
55 :‫ آل عمران‬...‫سى ِإنِّي ُمت ََوفِّيكَ َو َرافِ ُعكَ ِإلَ َّي‬

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Munada adalah isim yang dipanggil atau disapa yang disebut sesudah huruf dari salah satu
huruf-huruf nida (seruan) agar yang dipanggil mendatangi atau menoleh kepada orang yang
memanggil. munada terbagi menjadi lima.1. Munada mufrad alam atau mufrad ma’rifat ialah
munada yang tidak berupa mudlaf atau syibhul mudlaf, baik munada tersebut berupa
tatsniyyah atau jama’, laksana (ُ‫)يا َ زَ ْيد‬, (‫َان‬
ِ ‫)يا َ َز ْيد‬, dan ( َ‫)يا َ َز ْي ُدون‬.
2. Munada nakirah maqshudah. Yaitu seluruh isim nakirah yang jatuh sesudah huruf nida’
dan dimaksudkan guna memu’ayyankannya (untuk sesuatu yang tertentu), Contoh :(‫)يا َ َر ُج ُل‬
“Wahai anak muda.”
3. Munada nakirah ghairu maqsudah. seluruh isim nakirah yang jatuh sesudah huruf nida’
yang dimaksudkan tidak guna sesuatu yang tertentu, laksana orang buta yang
ْ ً
menyampaikan (‫“ )يا َ َر ُجال ُخذ بِيَ ِدي‬Wahai anak muda! Peganglah tanganku.”
4. Munada mudlaf. munada yang berupa rangkaian mudlaf-mudlaf ilaih, laksana (‫)يا َ ُغالَ َم َز ْي ٍد‬.
5. Munada syibhul mudlaf. munada yang berupa lafal yang memerlukan pada lafal yang
lainnya guna kesempurnaan maknanya.

B. Saran
Dengan segala kerendahan hati, jika ada kekurangan dalam makalah ini kami sebagai penulis
mengharapkan kritik yang membangun dari pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini
di masa mendatang. Jika ada kekurangan dan kesalahankami memohon maaf karena kami
sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan dan kami masih dalam tahap
belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim

A. Rahman, Salimudin. 2004. Tata Bahasa Arab Untuk Mempelajari Al-Qur’an. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Al-Ghulayayni, Musthafa. 1439-2008. Jami’u Ad-Durus Al-Arabiyah. Beirut: Daar Al-
Bayan.
Djuha, Djawahir. 1989. Tata Bahasa Arab (Ilmu Nahwu). Bandung: Sinar Baru.
Nikmah, Fu’ad. Mulakhos Qawaid Al-Lughah Al-Arabiyah. Damaskus: Daar Al-Hikmah.
Umam, Chatibul. Pedoman Dasar Ilmu Nahwu. Jakarta: Daarul Ulum Press, 2000.
Sahrotul Fitria, http://kalidanastiti-space.blogspot.co.id/2013/11/munada.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai