Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL OBSERVASI

TAREKAT NAQSABANDIYAH BERSAMA KHALIFAH KASMAN


HARAHAP
Dosen Pengampu : Drs.H.Sokon Saragih,M.Ag
“Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf”

Disusun oleh:
Kelompok VI
Tiaysah Hasibuan 0306232123
Bunayya Khairun Nisa 0306232127
Badrun Nafiza 0306232134
Najwa Naumira Hasibuan 0306232136
Muhammad Fahri 0306232141

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengajarkan makhluknya melalui
perantara kalam, yaitu zat zat yang mengajarkan sesuatu yang belum di ketahui
manusia. Sehingga kami bisa menyelesaikan tugas laporan hasil observasi kami
sebagai pengajaran bagi kami dan kedisplinan dalam menjalankan perkuliahan kami
agar besjadi manusia disiplin. Shalawat berangkaikan salam senantiasa kita hadiahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Terima kasih banyak kami ucapkan kepada Bapak Drs.H.Sokon Saragih, M.Ag
yang telah memberikan kepada kami kesempatan belajar dalam menyusun laporan atau
tugas tambahan bagi kami. Semoga laporan hasil observasi ini dapat berguna bagi para
pembaca dan menjadi amal jariyah bagi kami.
Akhirnya demi kesempurnaan dan kelengkapan tulisan ini, kami harapkan
kritikan dan saran dari para pembaca laporan ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan dunia pendidikan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 18 Desember 2023

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II .......................................................................................................................... 3
KAJIAN TEORI.......................................................................................................... 3
A. Tarekat ................................................................................................................ 3
B. Tarekat Naqsabandiyah ...................................................................................... 4
C. Ajaran atau Amalan Tarekat Naqsabandiyah ..................................................... 4
BAB III ......................................................................................................................... 5
METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................ 5
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 5
B. Rancangan dan Variabel Penelitian .................................................................... 5
C. Instrumen Penelitian........................................................................................... 5
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 6
E. Teknik Analisis Data .......................................................................................... 6
BAB IV ......................................................................................................................... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 7
BAB V ........................................................................................................................... 9
PENUTUP .................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 10
LAMPIRAN ............................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tarekat sebagai organized mysticism menjadi pembicaraan yang
cukup menarik. Pasalnya, oleh sebagian kalangan, tarekat dijadikan
tertuduh bagi kemunduran Islam abad pertengahan.Tarekat yang
berkembang pesat di abad ke 12/13 M secara simplistik dikaitkan
dengan penurunan pengaruh Islam secara sosio-politik-ekonomi-militer.
Kesimpulan ini tentu saja masih perlu diperdebatkan mengi-ngat
kesamaan waktu kejadian belum tentu menunjukkan kausalitas dua
peristiwa. Pun demikian, jika kedua peristiwa itu menunjukkan adanya
hubungan sebab-akibat, pertanyaan yang muncul adalah mana di antara dua
peristiwa tersebut yang berposisi sebagai sebab dan mana yang akibat.
Klarifikasi ini perlu dilakukan agar kita bisa melihat secara jernih
dan obyektif sehingga terhindar dari kesimpulan yang kurang tepat. Image
negatif tentang tarekat menunjukkan masih banyaknya masyarakat yang
belum mengenal apa dan bagaimana tarekat sesungguhnya.
Naqsyabandiyah adalah sebuah tarekat yang berkembang pesat di
Indonesia termasuk di Sumatera Utara. Tidak diketahui secara pasti kapan
tarekat ini masuk ke daerah Sumatera Utara, namun jika dikaitkan dengan
kompleks pasantren kaum sufi persulukan Babussalam, masyarakat Sumatera
Utara lebih sering menyebutnya Basilam, tarekat Naqsyabandiyah memasuki
daerah ini menjelang pertengahan abad ke-13 H/19 M. Hal ini dikaitkan dengan
berdirinya suluk 1 di Babussalam, Langkat, Sumatera Utara, atas kerjasama
Sultan Musa, dari Kesultanan Langkat dengan Syaikh Abdul Wahab Rokan
(1811 M-1926 M) sebagai pemimpin (Syaikh) persulukan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah tarekat itu dan apa yang dimaksud dengan tarekat naqsabandiyah ?
2. Apakah tarekat dan persulukan itu sama ?
3. Apakah tarekat dan tasawuf itu sama ?
4. Bagaimana hukum mengamalkan tarekat ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu tarekat dan yang dimaksud dengan tarekat
naqsabandiyah.
2. Untukmengetahui apakah tarekat dan persulukan itu sama
3. Uuntuk mengetahui apakah tarekat dan tasawuf itu sama.
4. Untuk mengetahui hukum mengamalkan tarekat.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tarekat
Secara etimologi tarekat berasal dari kata thariqah yang berarti jalan,
keadaan, aliran atau garis pada sesuatu. Sedangkan secara terminologi para
pengkaji tarekat mengemukakan beberapa definisi, di antaranya :

1. Menurut Aboebakar Atjeh, tarekat mempunyai arti jalan atau petunjuk


dalam melakukan suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan
dicontohkan Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun-
temurun sampai kepada guru-guru, secara berantai.
2. Menurut Al-Taftazani, tarekat diartikan sekumpulan sufi yang
terkumpul dengan seorang syaikh tertentu, tunduk dalam aturan aturan
yang terperinci dalam tindakan spiritual, hidup secara berkelompok di
dalam ruang-ruang peribadatan atau berkumpul secara berkeliling
dalam momen-momen tertentu, serta membentuk majelis-majelis ilmu
dan zikir secara organisasi.
3. Menurut Harun Nasution, tarekat berarti jalan yang harus ditempuh
seorang calon sufi agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah.
4. Menurut Nurcholis Madjid, tarekat adalah jalan menuju Allah guna
mendapatkan ridha-Nya dengan mentaati ajaran-ajaran-Nya.
5. Menurut al-Syaikh Muhammad Amin al-Kudry, tarekat dapat diartikan
sebagai berikut : pertama, mengamalkan syariat melaksanakan beban
ibadah dengan tekun dan menjauhkan diri dari sikap yang sebenarnya
memang tidak boleh dipermudah. Kedua, menjauhi larangan dan
melakukan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupan, baik larangan
dan perintah yang nyata maupun tidak (batin).1

Bedasarkan definisi yang disebut diatas, jelaslah bahwasanya tarekat


adalah jalan yang ditempuh oleh seorang salik untuk mendekatkan diri kepada
Tuhannya. Dengan melakukan amalan yang dicontohkan nabi Muhammad saw,
sahabat, tabiin, tabiit tabiin para guru dan ulama.

1
TIM HUMAS, “Tarekat : Pengertian, Sejarah, dan Aliran-alirannya”, (https://an-nur.ac.id/tarekat-
pengertian-sejarah-dan-aliran-alirannya/ , diakses pada 18 Desember 2023, pukul 22.21)

3
B. Tarekat Naqsabandiyah
Naqsabandiyah menurut syaikh Najjamuddin Amin AlKurdi dalam
kitabnya Tanwirul Qulub berasal dari dua buah kata bahasa arab, “Naqsy”dan
“band”, naqsy yang artinya ukiran atau gambar yang ditancap pada sebatang
lilin atau benda lainnya, dan Band artinya bendera atau layar besar.
Jadi Naqsabandi artinya ukiran atau gambar yang terlukis pada suatu
benda, melekat, tidak terpisah lagi, seperti tertera pada sebuah bendera atau
spanduk besar. Dinamakan Naqsabandiyah karena Syaikh Bahauddin Pendiri
tarekat ini senantiasa berdzikir mengingat Allah berkepanjangan, sehingga
lafaz Allah itu terukir melekat ketat dalam hatinya.2

C. Ajaran atau Amalan Tarekat Naqsabandiyah


Ajaran dasar Tarekat umumnya mengacu kepada empat asas pokok
yaitu: Syariat, Hakikat, Tarekat, Ma’rifat. Ajaran Tarekat Naqsabandiyah pada
prinsipnya adalah cara-cara atau jalan yang harus dilakukan oleh seseorang
yang ingin merasakan nikmatnya dekat dengan Allah.
Adapun ajaran Tarekat Naqsabandiyah menurut Najjamuddin al-Qurdi
di dalam kitabnya “Tanwirul Qulub” terdiri atas 11 kalimat bahasa parsi, 8
diantaranya berasal dari syaikh Abdul Khaliq al-Ghajudwani dan 3 berasal dari
Syaikh Muhammad Bahauddin Naqsabandy. Kalimat yang 11 itu adalah :
Huwaisy Dardam, nazhar barqadam, safar darwathan, khalwat dar anjaman, ya
dakrad, baz kasyat, nakah dasyat, dan bad dasyat. Dan yang tiga lagi ialah
wuquf zamani, wuquf’ adadi, dan wuquf qalbi.
Amalan Tarekat Naqsabandiyah. Amalan adalah sebuah perintah atau
amanah dari seoarang guru kepada murid, dan tugas seorang murid adalah
mengamalkan amalan tersebut kedalam kehidupan sehari-harinya. Dalam
tarekat Naqsabandiyah ada beberapa amalan yang wajib dikerjakan oleh
seorang murid agar dalam amalan tersebut membentuk akhalak yang baik,
amalan ajaran Tarekat Naqsabandiyah antara lain, yaitu: dzikir dan wirid.3

2
Tarekat Naqsabandiyah, (https://repository.radenfatah.ac.id/14614/3/BAB%20III.pdf , diakses pada
18 Desember 2023, pukul 23.20) hal. 27-28
3
Tarekat Naqsabandiyah, (https://repository.radenfatah.ac.id/14614/3/BAB%20III.pdf , diakses pada
18 Desember 2023, pukul 23.20) hal. 38-41

4
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi : Masjid Al-Huda

Alamat : Jl. Sisingamangaraja Jl. Bajak I KEL, Harjosari II, Kec.


Medan Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara 20147

Hari/Tanggal : Senin/18 Desember 2023

Jam : 13.50 – 15.25

B. Rancangan dan Variabel Penelitian


Rancangan penelitian yang kami gunakan adalah penelitian kualitatif.
Yaitu, penelitian kami langsung mendatangi objek penelitian untuk
mengumpulkan informasi sesuai dengan rumusan masalah yang kami miliki.
Variabel dalam penelitian kami ini adalah bagaimana Tarekat Naqsabandiyah
bersama Khalifah Kasman.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan untuk Bapak
Kasman :
NO. Daftar Pertanyaan Untuk Narasumber
1. Apakah tarekat itu ? apakah tarekat dan persulukan itu sama?
2. Apa bedanya tarekat naqsabandiyah dngan tarekat lainnya ?
3. Tarekat jenis apa yang dilakukan oleh narasumber ?
4. Apakah tarekat terdapat pada al-Quran ?
5. Apakah boleh berpindah dari tarekat yang satu ketarekat lainnya ?
6. Apakah ada perbedaan dan persamaan antara tarekat dengan tasawuf
?
7. Bisakah seseorang belajar tasawuf tanpa adanya tarekat pak ?
8. Dalam tarekat harus terus beribadah pagi, siang, sore, malam. Lalu,
bagaimana caranya seseorang yang sedang bersuluk atau bertarekat
mencukupi kebutuhannya ?
9. Apa manfaat dan gunanya kita bersuluk atau bertarekat ?

5
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini
adalah teknik wawancara. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan
narasumber. Wawancara yang kami gunakan adalah wawancara terstruktur
yaitu peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang hendak digali
dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya sudah membuat daftar
pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan berbagai
instrumen penelitian seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta
istrumen-instrumen lain.4
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kualitatif, analisis data
dalam penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis. Dan proses pelacakan dan peraturan secara
sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan analisis
keadaan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-
bahan tersebut agar dapat diinpretasikan kedalam temuannya kepada orang lain.
Analisi data yang diguanakan berupa model analisis interaksi data terhadap
narasumber. Dalam hal ini komponen data didapatkan pada saat pengumpulan
data dengan teknik wawancara.

4
“Teknik Pengumpulan Data”, (https://agribisnis.uma.ac.id/2023/01/13/teknik-pengumpulan-data/ ,
Diakses pada 24 November 2023, 11:10)

6
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan bersama Bapak Kasman


Harahap Dapat kami simpulkan bahwa :
1. Persulukan adalah tempat untuk pendidikan tarekat. Dan pendidikan
tarekat hanya bisa didapatkan di persulukan.
Tarekat itulah pembelajarannya. Tarekat mempunyai banyak macam
dan tarekat yang dijalankan dipersulukan ini adalah tarekat
naqsabandiyah.
2. Yang membedakan antara tarekat yang satu dengan yang lainnya itu
terletak pada mazhab dan pengikutnya juga berbeda.tarekat
naqsabandiyah ini pengikutnya syeikh. Muhammad Bahuddin.
Tarekat naqsabandiyah merupakan tarekat yang banyak dipakai di
persulukan sumatera.
3. Tarekat yang dijalankan narasumber adalah tarekat naqsabandiyah.
4. ya, tarekat dan tasawuf terdapat pada al-Quran
5. jika ingin pindah dari tarekat yang satu ketarekat yang lainnya tentu saja
diperbolehkan. Karena ilmu itu harus dipelajari dantarekat itu ilmu yang
wajib dipelajari. Dan kita belajar tidak cukup dengan hanya satu guru.
Jika penyampaiyannya berbeda itu hanya masalah pemahaman saja.
Tapi tujuannya tetap sama yaitu Allah SWT.
Yang menjadi ketakutan kita dalam bertarekat itu ketika kita beribadah
raga kita ada tapi fikiran kita tidak tau kemana. Menyembah Allah itu
harus ada ilmunya. Ibaratnya ilmu itu adalah jembatan dan ilmu itu
banyak jenisnya contohnya :
Syariat itu hukum atau aturan dari Allah, tarekat itu jalan, hakikat itu
perbuatanku, dan makrifat itu rahasia antara aku engan tuhanku.
6. Yang membedakan tasawuf dengan tarekat itu, orang yang bertasawuf
belum tentu bertarekat dan orang yang bertarekat sudah pasti
bertasawuf.
Dan persamaannya kalau tasawuf itu tentang mengkaji diri
(menambahkan keilmuan kita) dan tarekat juga mengkaji diri tetapi
lebih dalam lagi. Dan harus masuk kedalam persulukan.
7. Tarekat Bisa dipelajari tanpa adanya tarekat. karena tasawuf bisa
dipelajari dengan hanya membaca buku, beda halnya dengan
mempelajari tarekoh.

7
8. Dalam melaksanakan tarekat pekerjaan kita tidak akan terganggu.
Karena dalam persulakan itu ada masanya contohnya ada yang 5, 10,
20, dan 40 hari. Kita harus bisa mengikhlaskan dunia dalam bertarekat
karena yang sedang dikejar akhirat yang mana jika kita mengejar akhirat
dunia pasti dapat.
9. Manfaat dan kegunaan tarekat ini sangat banyak
Untuk manfaatnya kalau ditingkatkan syariaatnya, yaitu jalan menuju
Allah. Karena tarekat ini mengkaji lebih dalam lagi tentang islam.
Misalnya kalau dalam fiqih itu hanya menyembah dengan cara shalat,
kalau ditarekat dipertanyakan lagi apa yang disembah.
Dan untuk kegunaannya agar kita kenal siapa itu Allah. Disitulah kita
hanya dititikkan pada ibadah dengan sungguh-sungguh

8
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tarekat adalah jalan yang ditempuh oleh seorang shaleh untuk
mendekatkan diri kepada Tuhannya. Naqsabandi artinya ukiran atau gambar
yang terlukis pada suatu benda, melekat, tidak terpisah lagi, seperti tertera pada
sebuah bendera atau spanduk besar. Dinamakan Tarekat Naqsabandiyah karena
Syaikh Bahauddin Pendiri tarekat ini senantiasa berdzikir mengingat Allah
berkepanjangan, sehingga lafaz Allah itu terukir melekat ketat dalam hatinya
Persulukan adalah tempat untuk pendidikan tarekat. Dan pendidikan
tarekat hanya bisa didapatkan di persulukan.Tarekat itulah pembelajarannya
Yang membedakan tasawuf dengan tarekat itu adalah orang yang bertasawuf
belum tentu bertarekat dan orang yang bertarekat sudah pasti bertasawuf. Dan
persamaannya kalau tasawuf itu tentang mengkaji diri (menambahkan
keilmuan kita) dan tarekat juga mengkaji diri tetapi lebih dalam lagi. Dan harus
masuk kedalam persulukan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fata, A. K. (2011). Tarekat. Al-Ulum, 11(2), 373-384.


HUMAS, T. (2023). Tarekat : Pengertian, Sejarah, dan Aliran-alirannya. Retrieved
from an-nur.ac.id: https://an-nur.ac.id/tarekat-pengertian-sejarah-dan-aliran-
alirannya/
Siregar, L. H. (2011). Tarekat Naqsyabandiyah Syaikh Abdul Wahab Rokan: Sejarah,
Ajaran, Amalan, dan Dinamika Perubahan. Miqot: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman, 35(1), 131.
Tarekat Naqsandiyah. (2023, Desember 18). Retrieved from radenfatah.ac.id:
https://repository.radenfatah.ac.id/14614/3/BAB%20III.pdf
Tarekat Naqsabandiyah, (https://repository.radenfatah.ac.id/14614/3/BAB%20III.pdf
diakses pada 18 Desember 2023, pukul 23.20) hal. 27-28
Tarekat Naqsabandiyah, (https://repository.radenfatah.ac.id/14614/3/BAB%20III.pdf
diakses pada 18 Desember 2023, pukul 23.20) hal. 38-41
Teknik Pengumpulan Data,
(https://agribisnis.uma.ac.id/2023/01/13/teknik-pengumpulan-data/ , Diakses
pada 24 November 2023, 11:10)

10
LAMPIRAN

11

Anda mungkin juga menyukai