Anda di halaman 1dari 13

TAWAKAL DALAM MENUNTUT ILMU

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Telaah Kitab Pendidikan

Dosen Pengampu : Muhammad Alghifary, M.Hum

Disusun oleh :

Aulia Nur Syafaatin ( 2119145)


Diyanah (2119208)
Nafsiyah (2119256)
Ulinuha Neviyana (2119157)

KELAS B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, inayah dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Telaah Kitab Pendidikan yang berjudul “Tawakal Dalam
Menuntut Ilmu” dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan,
kepada junjungan nabi agung, Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan para
sahabatnya kelak di hari akhir nanti. Amiin.

Kami menyampaikan rasa terimakasih kepada Bapak Muhammad Alghifary,


M.Hum selaku guru pembimbing kami yang telah memberikan tugas karenanya
kami mendapatkan banyak ilmu pengetahuan khususnya dalam mata kuliah telaah
kitab pendidikan

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu itu penyusun
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Pekalongan, 13 April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................. 3
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan .......................................................................................... 4
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian Tawakal ...................................................................... 5
B. Tawakal Dalam Menuntut Ilmu..................................................... 6
a. Pengaruh Rizki ...................................................................... 6
b. Pengaruh Urusan Duniawi ..................................................... 7
c. Hidup Dengan Prihatin .......................................................... 8
d. Menggunakan Seluruh Waktu Untuk Ilmu ............................. 9
C. Manfaat Tawakal .......................................................................... 11
BAB III: KESIMPULAN................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tawakal adalah salah satu sifat yang harus dimiliki bagi setiap orang
muslim. Tawakal merupakan akhlak iman yang agung. Menurut Muhammad
bin Hasan asy-Syarif, tawakal adalah orang yang mengetahui bahwa hanya
Allah penanggung rizkinya dan urusannya. Oleh karena itu ia bersandar
kepada-Nya semata-mata dan tidak bertawakal kepada selain-Nya.
Menurut imam al-Ghazali tawakal adalah pengendalian hati
kepada Tuhan Yang Maha Pelindung karena segala sesuatu tidak keluar dari
ilmu dan kekuasaan-Nya, sedangkan selain Allah tidak dapat membahayakan
dan tidak dapat memberikan manfaat.
Menurut pandangan Islam, tawakal adalah tumpuan terakhir
setelah melakukan ikhtiar/usaha yang sungguh-sungguh secara maksimal,
kemudian menyerahkan segalanya dan yakin hanya kepada Allah Swt
Tawakal merupakan salah satu pekerjaan hati, bukan pekerjaan
anggota tubuh. Jadi tidak ada pertentangan antara tawakal dan usaha.
Karena Nabi Saw. adalah orang yang paling besar tawakalnya kepada Allah.

A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tawakal ?
2. Apa yang dimaksud tawakal dalam menunutut ilmu ?
3. Apa manfaat tawakal?

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tawakal.
2. Mengetahui tawakal dalam menuntut ilmu.
3. Mengetahui manfaat tawakal.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tawakal
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, tawakal berarti berserah
(kepada kehendak Tuhan), dengan segenap hati percaya kepada Tuhan
terhadap penderitaan dan lain-lain. Menurut istilah bahasa, tawakal ialah
mengandalkan, menyerahkan, dan mewakilkan suatu urusan kepada
seseorang, yakni menyerahkan dan mempercayakan urusan itu untuk
ditanganinya.
Secara terminologi menurut Abdul Mujib tawakal adalah
menyerahkan diri dan apa yang dimiliki dengan sepenuh hati kepada
kekuatan (qudrah) dan kehendak (Iradah) Allah Swt. sehingga dalam
hatinya tiada beban psikologis yang dirasakan. Tawakal adalah penyerahan
segala ikhtiar atau usaha yang dilakukan secara maksimal serta berserah diri
sepenuhnya kepada-Nya, memiliki keyakinan yang benar tentang kekuasaan
1
dan kehendak Allah Swt.
B. Tawakal Menuntut Ilmu
Banyak sekali orang yang salah mengerti dalam melaksanakan
ketawakalan kepada Allah SWT. Ada yang berpendapat tawakal adalah
menyerah bulat-bulat kepada Allah SWT tanpa melakukan usaha dan daya
upaya untuk mencari kebaikan dan kebahagiaan. Orang tersebut berpendapat
bahwa ia tidak perlu belajar karena jika Allah menghendaki
seseorang
2
menjadi pandai tentu sudah pasti akan pandai walaupun tanpa usaha.
Ringkasnya maksud dari tawakal yang sebenarnya dan yang diperintahkan

1
Abdul Mujib, Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2017), hlm. 307.
2
Muhammad Al-Azzam, Batshul Kutub Pengertian Tawakal,
https://muhammadalazzam.blogspot.com/2019/10/batshul -kutub-pengertian-tawakal.html?m=1
(diakses pada tanggal 19 April 2021 pukul 21:03).

5
oleh agama adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT sesudah
3
melakukan daya upaya dan usaha secara sungguh-sungguh.
Salah satu kitab yang banyak dijadikan bahan penelitian dan rujukan
yang sangat diperhitungkan terutama dalam bidang pendidikan adalah kitab
Ta’lim Muta’allim karya al-Zarnuzi. Di dalamnya juga terdapat pasal yang
membahas tentang tawakal dalam menuntut ilmu. Ada beberapa hal yang
harus di lakukan seorang pelajar dalam bertawakal menurut kitab yaitu:
1. Pengaruh Rizki
Pada hakikatnya, menuntut ilmu adalah perkara yang sangat penting,
namun juga merupakan perkara yang sulit. Dalam perjalanannya,
pasti akan melalui banyak kendala dan permasalahan yang dialami oleh
pelajar. Namun, di atas itu semua pelajar hendaknya selalu
mengutamakan sikap tawakal. Seperti yang telah dijelaskan dalam kitab
Ta’lim Muta’alim.
Dalam kitab itu dijelaskan bahwa seorang pelajar haruslah selalu
bertawakal kepada Allah SWT dalam keadaan bagaimanapun,
terlebih jangan menghiraukan pengaruh urusan rizki dan menjaga hati
supaya tidak terkotori oleh urusan tersebut.

ٞ ‫ ال‬ٝ‫ٗز ﺐسﺘح‬ٙ ‫صىﺍ ﺙزﺎحىﺍ ِﺑ اللّدﺒع ِع ال ّلَٔحزْٔفح٘ﺑأ‬P‫ﺑ‬ٞ‫د‬ٙ ‫سز ﺐحﺎص‬P٘‫يص ال ّل ه‬ٚ ‫ال ّل‬
‫ىﺎعﺗ‬ٚ ‫ﺚح ٍِٔقشٗز‬
‫يع‬ٞٔٗ‫يس‬:ٌ ٍِ ‫فٔقفﺗ‬ٜ ‫ د‬ِٝ ‫فم ال ّل‬ٜ َٕٔ‫ال ّل‬

Abu Hanifah meriwayatkan dari Abdullah Ibnul Hasan Az-Zubaidy


sahabat Rasulullah SAW: “Barangsiapa mempelajari agama Allah, maka
Allah akan mencukupi kebutuhannya dan memberinya rizki dari
jalan yang tidak di kira sebelumnya.”
Karena orang yang hatinya telah banyak terpengaruh dengan urusan
rizki baik makanan maupun minuman tak jarang akan sulit untuk

3
Muhammad Al-Azzam, Ibid., (diakses pada tanggal 19 April 2021 pukul 21:05).

6
menghilangkan pengaruh tersebut dan sulit untuk memusatkan
perhatiannya dalam mencapai akhlakul karimah dan keinginan yang
mulia.
Syi’ir menyebutkan: Tinggalkanlah kemuliaan, jangan kau
mencarinya. Duduklah dengan tenang, kau akan disuapi dan dipakaiani.
Ada seseorang lelaki berkata kepada Manshur Al-Hallaj: “Berilah
aku wasiat!” ia pun berkata: “Wasiatku adalah hawa nafsumu. Kalau
tidak kau tundukkan, engkaulah yang dikalahkan”
Dan hendaklah bagi setiap orang untuk sibuk dalam kebaikan, dan
jangan sampai terpengaruh oleh bujukan hawa nafsu. Sangat dianjurkan
bagi setiap orang untuk menghindari hawa nafsu dengan memperbanyak
4
amal sholih, sehingga tidak ada peluang untuk menuruti hawa nafsu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam belajar, peserta didik hendaknya
harus bertawakal kepada Allah SWT dan tidak tergoda oleh urusan rezeki.
2. Pengaruh Urusan Duniawi
Orang yang senantiasa menggunakan akal, hendaknya jangan gelisah
oleh urusan dunia. Karena, rasa gelisah dan sedih tersebut tidak akan bisa
menghindari musibah bahkan tidak berguna sama sekali.
Rasa gelisah dan sedih malah akan membahayakan hati, akal,
dan badan serta dapat merusak perbuatan-perbuatan yang baik. Yang
harus lebih diperhatikan dibanding urusan dunia adalah urusan-urusan
5
akhirat, sebab urusan inilah yang akan memberikan manfaat.
Nabi Muhammad SAW bersabda “Sesungguhnya ada di antara dosa
yang tidak akan bisa dilebur kecuali dengan cara memperhatikan
ma’isyah.” Maksudnya adalah “perhatian” yang dalam batas-batas
tidak
merusak amal kebaikan dan tidak mempengaruhi konsentrasi
dan

4
Burhanudin Al Zarnuji, Terjemah Ta’limul Muta’allim Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu
Pengetahuan, hlm.100-101.
5
Burhanudin Al Zarnuji, Ibid., hlm. 102.

7
kekhusukan sewaktu shalat. Perhatian dan maksud dalam batas-batas
tersebut, adalah termasuk kebagusan sendiri. Oleh karena itu, hendaknya
peserta didik mengurangi urusan duniawi dan selalu bersabar dalam
6
perjalanannya menuntut ilmu.
3. Hidup dengan prihatin
Menjalani kehidupan dengan menikmati atas semua pemberian-Nya .
memaknainya dengan rasa syukur. Kemudahan yang didapat bukan
alasan untuk memudahkan mudahkan segala urusan. Dalam menuntut
ilmu hendaknya kita harus mawas diri, bersikap prihatin menerima
segala
kesulitan dan kesusahan dalam menuntut
ilmu.

ٌٗ‫ﲢٍدﺑلا‬ ْ P‫ﺸى ٗﺍ ﺐ‬
ِ ‫ﺼىﺍَو‬ َ ‫ف ﺔق‬ٚ‫ٌيعﺘىﺍسفس‬,‫٘سٍهﺎقَﺎم‬Pٚ‫يعﷲﺕﺍ٘يص‬ٚ‫ّﺒ‬Pٞ‫يعْٗﺎ‬ٞPٔ‫ف‬ٚ‫يعﺗسفس‬

‫ْقٗى‬ٌٝ‫ْعو‬Pٔ‫ف لىذ‬ٚ‫سﻏ‬ٞٓ ٍ‫[سفسﻷِﺍ‬P‫ٍْﺎقى دقى‬ٞ‫س‬


ِ ‫ﺼ ﺍرّٕﺎسف‬
ّ ٞ‫]ﺎ‬P. ‫ى‬ٞ‫ﺐعﺘىِﺍع٘يﲞال ٌيع سفُسأ ٌيع‬
,
ٗ
‫ٍسأ ٌيعىﺍﺐيﻃُﻷ‬P‫ﻆع‬ٞPٌ ‫ﻀفٕ٘أ‬P‫ءﺎَيعىسﺜمأ دْعﺓﺍصﻐىِﺍٍ و‬. ‫ ٗﺍ‬P‫يعسﺟﻷ‬ٚ‫عﺘىﺍسدق‬P‫ﺐﺼْى ٗﺍ ﺐ‬

Dan juga seorang pelajar harus sanggup hidup susah dan sulit di
waktu kepergiannya menuntut ilmu. Sebagaimana nabi Musa as
Bersabda, dalam masa pengembaraan belajarnya: “ Benar-benar kuhadapi
kesulitan dalam kelanaku ini”. Dan tidak pernah diriwayatkan darinya
hal itu dalam beberapa perjalananya selain saat pengembaraanya
menuntut ilmu, supaya perlu kiranya diketahui bahwa mengembara
dalam rangka menuntut ilmu itu tidaklah lepas dari kesulitan, karena
sungguh menuntut ilmu itu
merupakan suatu hal yang agung, dan merupakan hal yang lebih utama

6
Saihu, Etika Menuntut Ilmu Menurut Kitab Ta’lim Muta’allim, (Jakarta: Al-Amin Jurnal
Kajian Ilmu dan Budaya Islam Vol. 3, No. 1, 2020), hlm. 108.
8
disbanding berperang menurut kebanyakan ulama. Pahala atau imbalan itu
sesuai dengan kadar kesulitannya.

ٚ‫صَف‬
ِ ‫سﺒ‬P‫يع‬ٚ‫ﺟ ﺐعﺘىﺍلىذ‬
ٗ ‫ى[ق٘قٌﺗيعىﺍ ٓرىد‬P‫ر‬P‫ﺎدى ﺕ‬ّٞP] ‫يىﺍٖسسﺍذإ ِسحىﺍ ِﺑ ﷴ ُﺎمﺍرٖٗى‬ٞ‫ىﺎ‬

٘ P، ‫ ﺖيﲢ ٗﺍ‬Barang siapa


‫أ ﺕﺍريىﺍ‬ٝ‫ْﺎِأ‬ٝ‫دٍِٕ ٘كيَىﺍء‬Pٓ ‫هقﺑﺕﻼنﺸﳌٔﺍى‬
bersabar dalam menghadapi segala kesulitan diatas, maka akan
mendapat kelezatan ilmu yang melebihi kelezatan yang ada di
dunia.
Hal ini terbukti dengan perkataan syekh Muhammad Ibnul
Hasan, ketika beliau terjaga dari tidurnya bermalam-malam, lalu
terpecahkanlah problem yang menjadikan pikirannya, sebagai berikut:
“Dimanakah letak kelezatan putra-putra raja, bila dibandingkan
kelezatan yang saya alami kali ini”.
4. Menggunakan Seluruh Waktu Buat Ilmu
Dalam menjalani kehidupan yang terpenting kita bisa mengatur dan
menggunakan waktu dengan sebaik mungkin. Waktu yang telah
terlewati tidak akan kembali, maka dari itu waktu adalah bagian
terpenting dalam kehidupan.
‫ﺒ‬ْٝٗ ‫ﻐ‬Pٚ[‫لاأ ٌ]يعىﺍ ﺐىﺎﻄى‬ٝ‫ﺸﺑوﻐﺸ‬ٞPٚ‫ﻏسﺧأ[ ء‬ٞ‫لاٗ ٌ]يعىﺍس‬Pٝ‫ٔقفىِﺍع ضسع‬,P‫ﷴهﺎق‬
‫ﷲَﺔحز ِسحىِﺍﺑ‬:
٘ ‫٘ع‬ٝ P‫د‬. ‫سٍف‬ٜ ‫ﳚٕ٘ٗٔ٘ﺗٍض‬P٘‫ﺘعﺎْص د‬Pْ‫ﳌِﺍٍ ٓرٕﺎ‬Pٖ‫ىإ د‬ٚ ‫ﺘدﺍزأ َِف دحيىﺍ‬ٝ‫ ﺎَْيع كس‬Pٕ‫ﺘيف ﺔعﺎسﺍر‬ٞ‫ﺔعﺎسىﺍٔمس‬
.‫يع‬ٚ‫٘ﺑأ‬ٝٚP‫ﻑس‬
‫سْفﺑ‬,ٔ ‫٘٘سﺑأ هﺎقف‬ٝ٘ ‫ﺧد ﻑ‬
ٗ ‫ٔقفو‬ٕٞٗ٘ ‫سﺑإ‬ٕٞ‫ﺡﺍسﺠىﺍ ٌِﺑ‬,:
ٔ‫ﺍز‬ٍٚ‫ﳉ‬P‫أﺎﺒمﺍز سﺒ‬P‫ﺟز ًأ وﺿف‬P‫ ٌيف ?و‬ٝ‫ﺏ ٘ﺍﳉﺍ ﻑسع‬، ‫سفْﺑﺏﺎﺟﺄف‬.

9
Hendaknya pula pelajar tidak terlena dengan segala apapun selain
ilmu pengetahuan, dan jangan berpaling dari fikih. Syekh Muhammad
rohimahuloh ta’ala berkata: “ sesungguhnya kesibukanku ini (mendalami
ilmu fiqih), dipelajari sejak masih di buaian hingga masuk liang kubur.
Barangkali siapa meninggalkannya.”
Ada seorang Ahli Fiqh yaitu syekh Ibrahim Ibnul Jarrah, beliau
sempat menjenguk imam Abu Yusuf yang sedang sakit keras mendekati
wafat. Lalu, atas kemurahan imam Abu Yusuf sendiri, berkata;ah beliau
kepada syekh Ibrahim: Manakah yang lebih utama, melempar jumrah
dengan berkendaraan atau dengan berjalan kaki? Syekh Ibrahim
mengetahui jawabnnya, amaka beliau menjawab sendiri: “ Sesungguhnya
melempar jumrah dengan berjalan kaki itu lebih disukai atau lebih utama
dilakukan dalam dua jumrah ( selain jumrah aqobah karena dalam
melempara jumroah aqobah lebih utama dilakukan
dengan
berkendaraan).”

ْ‫ﺍ‬ٝ ‫يى‬P‫قف‬ٞ‫ﺸُٔأ‬ٝ ‫فٔﺑوﻐﺘ‬ٜ ‫ﻊَﺟ‬ٞ ‫ ٗأ‬P‫حفٔ[ىﺎق‬ٞ‫ْﺌ‬P‫َٔﻈع ﺓرىدﳚ ]ر‬ٞ‫ف‬ٜ‫لىذ‬. ‫وٗق‬ٞ


‫م‬ٞP‫مﺎف‬Pْ‫ف ﺖ‬ٜ‫ىﺍ هﺎح‬Pْ‫ هﺎقف ?عص‬:P‫م‬Pْ‫ ﺖ‬:ٗ‫ ٕن‬P‫ﻐﺒ ر‬ٚ
ٍ ‫ﺎنﳌﺍ وﺋﺎ‬P‫جسﲞسعﺷأ ٌيف ﺐﺗ‬
‫س‬ ٗ ‫حٗز‬ٚ. ‫وٗق‬ٞ ‫ٶز هﺎقّٔإ‬Pٛ‫[ ِسﳊِﺍﺑ]ﷴ‬P‫ﺍف‬ٜ‫ دعﺑ ًْﺎﳌ‬Pٗ‫وقفٔﺗﺎف‬ٞ ‫ى‬:ٔ
ٍ ‫ﻼ ﺎﺘ‬
ٍ ‫ف‬ٚ ‫س‬
ٍ ‫ٍِﺔىﺄ‬
ٓ‫آف‬ٚ‫سﺧ‬P‫َسع‬:
‫ﺘيفﺷ ﺎ‬ٍْٚٞP‫ﳍد ﺍدعﺘسﻹﺍ ِعﺐﺗ ﺎنﳌﺍ وﺋﺍﺎس‬P‫ى ﺍر‬٫ً٘ٞ ‫عﺿ ٘ﺍﺗ لىذ هﺎق ﺎ َّٗﺍ‬.
Demikian pula, hendaknya sebagai seorang Ahli Fiqh kapan sja selalu
fokus dengan fikihnya. Dengan cara begitulah beliau
memperoleh kelezatan yang amat besar.
Dikatakan bahwa syekh Muhammad setelah wafat dijumpai
dalam mimpi , lalu kepadanya diajukan pertanyaan: “Di kala itu
saya telah

1
mengangan-angan satu permasalahan dari beberapa permasalahannya
budak mukatab, sehingga tak kurasalan nyawaku telah
terlepas. Dikatakan pula bahwa diakhir hayatnya syekh Muhammad
senmpat belia berkata: “ masalah-masalah budak mukatab menyibukkan
diriku, hingga tidak sempat menyiapkan diri dalam menghadapi hari ini.”
7
Beliau mengucap seperti ini, karena tawadhu’.
C. Manfaat Tawakal
1. Mewujudkan iman.
2. Ketenangan jiwa dan hati.
3. Kecukupan dari Allah segala kebutuhan orang yang bertawakkal.
4. Sebab terkuat dalam mendatangkan berbagai manfaat dan
menolak berbagai mudlarat.
5. Mewariskan cinta Allah kepada sang hamba.
6. Mewariskan kekuataan hati, keberanian, keteguhan dan menantang
para musuh.
7. Mewariskan kesabaran, ketahanan, kemenangan dan kekokohan.
8. Mewariskan rezeki, rasa ridha dan memelihara kekuasaan setan.
8
9. Sebab masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.

7
Nailul Huda, dkk, Kajian dan Analisis Ta’lim Muta’allim 2, ( Jawa Timur: Santri Salaf
Press, 2017), hlm. 43.
8
https://fatim12.blogspot.com/2015/01/makalah -tawakal.h tml?m=1 (diakses pada tangal 20
April 2021 pukul 09.30).

1
BAB III

KESIMPULAN

Tawakal adalah mengandalkan, menyerahkan, dan mewakilkan suatu


urusan kepada seseorang, yakni menyerahkan dan mempercayakan urusan
itu untuk ditanganinya. Tawakal merupakan menyerahkan diri kepada Allah baik
sebelum usaha dilakukan , maupun ketika usaha sedang berlangsung
maupun ketika usaha tersebut telah selesai dilakukan. Jadi arti tawakkal yang
sebenarnya menurut Al-Quran adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT.
setelah terlebih dahulu berusaha keras sesuai dengan kemampuan.

Sikap tawakal bukanlah sikap yang cenderung pasif hanya menyerahkan


segala urusan kepada Allah tanpa di barengi dengan usaha dan kerja keras untuk
menggapi yang diinginkan, tetapi pada dasarnya sikap tawakal adalah
manifestasi dari rasa kebesaran Tuhan yang menentukan berhasil atau tidaknya
usaha yang dilakukan manusia. Manusia pada prinsipnya hanya berusaha
ketentuan tetap pada Allah.

1
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, 2007. Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam,


(Jakarta: Raja Grafindo Persada

Burhanudin Al Zarnuji, Terjemah Ta’limul Muta’allim Bimbingan Bagi


Penuntut Ilmu Pengetahuan, hlm.100-101.

https://fat im12.blogspot.com/2015/01/makalah-tawakal.ht ml?m=1


(diakses pada tangal 20 April 2021 pukul 09.30).

Muhammad Al-Azzam. 2021. Batshul Kutub Pengertian


Tawakal. https://muhammadalazzam. blogspot.com/2019/10/batshul-kutub-
pengertian- tawakal. ht ml?m=1 (diakses pada tanggal 19 April 2021 pukul 21:03).

Nailul Huda, dkk. 2017. Kajian dan Analisis Ta’lim Muta’allim 2. ( Jawa
Timur: Santri Salaf Press.

Saihu. 2020. Etika Menuntut Ilmu Menurut Kitab Ta’lim Muta’allim.


Jakarta: Al-Amin Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam Vol. 3 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai