Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MENGENAL DAN MEMAHAMI TAKDIR


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Aqidah Akhlak yang
diampu oleh :
Ishak Trianda, MA.

Oleh : Kelompok 5
1. Novery Dwi Rachmat
2. Rajib Sulaiman

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL QUDWAH
DEPOK
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Tiada kata terucap selain pujian bagi Alloh Ta’ala atas semua limpahan
rahmat dan karuniaNYA sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Semoga sholat dan salam senantiasa tercurah kepada manusia mulia, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan dari kegelapan menuju cahaya
Alloh SWT.
Alhamdulillah, makalah ini telah disusun sebagai bentuk kewajiban kami
untuk memenuhi tugas mata kuliah Aqidah Akhlak dan juga untuk pembaca sebagai
bentuk tambahan pengetahuan serta informasi dalam wawasan keagamaan.
Makalah ini kami susun dengan segenap upaya terbaik, meski kami
menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan yang ada pada makalah ini.
Untuk itu kami mohon kritik, saran, dan pesan dari seluruh pembaca makalah ini
terutama dosen Aqidah Akhlak Bapak Ustadz Trianda Ishak, MA yang diharapkan
sebagai bahan masukan dan koreksi bagi kami.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Depok, 25 September 2021


Kelompok 5

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
I.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
I.3 Batasan Masalah........................................................................................... 2
I.4 Metode Pembahasan .................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
II. 1 Pengertian Takdir ........................................................................................ 4
II. 2 Iman kepada takdir ...................................................................................... 5
II. 3 Macam – macam takdir ............................................................................... 5
II. 4 Hakikat takdir .............................................................................................. 8
II. 5 Takdir dalam kehidupan manusia ............................................................ 10
II. 6 Ayat – Ayat tentang takdir dalam Al Qur’an .......................................... 11
II. 7 Hikmah beriman kepada takdir................................................................ 12
BAB III............................................................................................................................. 15
PENUTUP........................................................................................................................ 15
III.1 Kesimpulan ................................................................................................. 15
III.2 Kritik dan Saran ......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Setiap manusia yang hidup di dunia pasti memiliki jalan hidupnya sendiri.
Memilih jalan hidup dibutuhkan ilmu dan pengalaman. Apalagi sebagai seorang
muslim yang sedang belajar menjadi orang beriman. Bahkan iman kepada takdir
menjadi salah satu dari rukun iman yang wajib diimani. Secara umum seorang
muslim diharuskan memilih antara 2 pilihan, yaitu pilihan baik atau buruk.
Sementara bagi orang beriman, tentu ia akan memutuskan yang terbaik menurut
Allah dan RasulNYA. Ada pertimbangan ketaataan didalamnya. Sekalipun ia
memiliki pertimbangan pribadi sebagai seorang manusia, tapi pertimbangan
ketaatan atau keshalihan menjadi faktor utama dalam memilih jalan hidupnya.
Itu juga yang diperintahkan oleh Allah kepada hambaNYA. Karena Allah
yang menciptakan, maka DIA juga yang memberikan keputusan apapun terhadap
hambaNYA. Apapun yang terjadi dalam kehidupan seorang hamba tentu Allah
sudah mengetahuinya bahkan Allah sudah mencatatnya. Keyakinan bahwa Allah
yang Maha Menciptakan, Allah yang Maha Memutuskan, dan Allah yang Maha
Mengetahui apa yang terjadi kepada hambaNYA dibutuhkan pemahaman yang utuh
dan menyeluruh. Bukan sekedar mengetahui tentang kekuasaan Allah tapi juga
memahami apa yang Allah kehendaki. Untuk itulah dibutukan pengetahuan serta
pemahaman yang mendalam tentang kekuasaan Allah dalam menentukan dan
memutuskan apa yang terjadi bagi hambaNYA. Dalam bahasa Indonesia hal
tersebut disebut dengan takdir.
Memahami takdir haruslah dengan pola keshalihan dan keimanan sesuai
dengan apa yang Baginda Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wassalam telah
contohkan. Hal ini tentu saja untuk mengantisipasi adanya misspersepsi tentang
takdir. Terbukti bagi sebagian orang yang kurang tepat memahami takdir, akan
mengatakan bahwa hidup tidak diperlukan adanya usaha sebab Allah sudah
menakdirkan semuanya. Apa yang terjadi sudah ditentukan Allah, manusia tak
punya kuasa atas dirinya sendiri. Sementara sebagian yang lain justru malah
mengatakan bahwa apa yang terjadi pada diri manusia adalah sebab hasil usaha

1
2

manusia itu sendiri. Allah tidak ikut campur atas apa yang terjadi di dunia dan
akhirat. Sebab begitu Allah ciptakan, Allah juga telah membekali akal kepada
manusia untuk berpikir sehingga bebas memilih dan membuat keputusan tanpa
adanya campur tangan Alloh.
Pemahaman – pemahaman menyimpang seperti inilah yang harus dihindari
sebagai seorang muslim. Apalagi bagi siapapun yang sedang belajar menjadi orang
beriman. Maka mengetahui dan memahami takdir dengan benar menjadi dasar
seorang muslim untuk menjalani hidup di dunia sebagai bekal untuk pulang ke
akhirat, sekalipun pembahasan takdir jika dilakukan semakin dalam akan semakin
gelap layaknya samudera. Sebab takdir adalah hal ghaib. Dan iman kepada takdir
akan membuat seorang muslim menjadi lebih bijak dalam menjalankan perannya di
dunia.
I.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini tentu memiliki tujuan. Selain untuk memenuhi tugas
mata kuliah Aqidah Akhlak, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
informasi dan pemahaman kepada pembaca mengenai takdir. Sehingga pembaca
dapat terhindar dari kesalahpahaman dalam memahami konsep takdir dalam
kehidupan.
I.3 Batasan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini perlu adanya pembatasan masalah yang
akan dibahas, agar lebih fokus dan tidak meluas ke pembahasan lain sehingga
tujuan dari penulisan makalah ini dapat tercapai. Diantara pembatasan masalah
tersebut, antara lain :
 Apa pengertian takdir
 Bagaimana iman kepada takdir
 Apa saja ayat – ayat dalam Al Qur’an terkait takdir
 Apa saja macam-macam takdir
 Apa yang dimaksud dengan hakikat takdir
 Apa saja hikmah beriman kepada takdir
 Bagaimana takdir mempengaruhi kehidupan seseorang
3

I.4 Metode Pembahasan


Penyusun menggunakan 2 Metode pembahasan yang digunakan dalam
makalah ini, yaitu :
 Metode deskriptif, yaitu dengan memberikan gambaran tentang takdir.
 Studi literatur, dengan menelusuri sumber-sumber atau data-data melakui
buku, jurnal, dan penelitian yang ada kaitannya dengan batasan masalah
dalam makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN
II. 1 Pengertian Takdir
Yang dimaksud dengan istilah taqdir sebagai judul makalah ini
adalah Qadar (al-Qadar khairuhu wa syarruhu) atau qadha dan qadar (al-Qadha
wal qadar).
Secara etimologis Qadha adalah bentuk mashdar dari kata kerja qadha yang
berarti kehendak atau ketetapan hukum. Dalam hal ini qadha adalah kehendak atau
ketetapan hukum Allah swt terhadap segala sesuatu. Sedangkan Qadar secara
etimologis adalah bentuk mashdar dari qadara yang berarti ukuran atau ketentuan.
Dalam hal ini qadar adalah ukuran atau ketetntuan Allah swt terhadap segala
sesuatunya.
Secara terminologis ada ulama yang berpendapat kedua istilah tersebut
mempunyai pengertian yang sama, dan ada pula yang membedakannya. Yang
membedakan, mendefinisikan qadar sebagai: “Ilmu Allah swt tentang apa-apa yang
akan terjadi pada seluruh makhluk-Nya pada masa yang akan datang”. Dan qadha
adalah: “Penciptaan segala sesuatu oleh Allah swt sesuai dengan ilmu dan iradah-
Nya”. Sedangkan Ulama yang menganggap istilah Qadha dan qadar mempunyai
pengertian yang sama memberikan definisi sebagai berikut: “Segala ketentuan,
udang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah swt
untuk segala yang ada (maujud), yang mengikat antara sebab dan akibat segala
sesuatu yang terjadi”.
Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan kata qadar di dalam al-Quran
dengan berbaai macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian
kekuasan Allah swt untuk menentukan ukuran, susunan, aturan, undang-undang
terhadap segala sesuatu, termasuk hukum sebab dan akibat yang berlaku bagi segala
yang maujud, baik makhluk hidup maupun yang mati. Takdir adalah ketentuan
yang telah ditentukan oleh Allah kepada makhluknya sebelum makhluk itu
diciptakan, dan takdir ini pasti terjadi.

4
5

II. 2 Iman kepada takdir


Iman kepada Takdir adalah rukun iman yang keenam. Oleh karena itu orang
yang mengingkarinya termasuk ke dalam golongan orang kafir. Dalil yang
menunjukkan wajibnya iman kepada takdir terdapat dalam Al-Qur'an dan sunnah,
yaitu :
ٍ َ ‫ض َو ََل فِ ٓى أَنفُ ِس ُك أم ِإ اَل فِى ِك َٰت‬
‫ب ِمن قَ أب ِل أَن ناب َأرأ َ َها ٓ ۚ ِإ ان‬ ِ ‫صيبَ ٍة فِى أٱْل َ أر‬
ِ ‫اب ِمن ُّم‬ َ ‫ص‬ َ َ ‫َما ٓ أ‬
‫َٰ َذلِكَ َعلَى ٱللا ِه يَ ِسير‬
“ Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-
Hadid:22)

‫ش أىءٍ َخلَ أق َٰنَهُ بِقَ َد ٍر‬


َ ‫إِناا ُك ال‬
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar (ukuran).”
(Al-Qamar: 49).
Adapun dari hadits adalah ketika malaikat Jibril bertanya kepada Nabi
Muhammad tentang iman, maka Nabi Muhammad bersabda, “Iman adalah
beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir,
dan beriman kepada takdir baik dan buruk." (Bukhari Muslim).
Abdullah bin Umar berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:
“ Allah telah menulis (menentukan) takdir seluruh makhluk sebelum menciptakan
langit dan bumi lima puluh ribu tahun .” (HR. Muslim)
Masalah takdir adalah masalah ghaib dan dirahasiakan Allah, kita tidak tahu
apakah akan selamat atau celaka, yang tampak di hadapan kita adalah syariat, maka
kewajiban kita adalah menjalankan syariat dan hasilnya akan sesuai dengan yang
ditakdirkan oleh Allah. Iman kepada takdir meyakini semua hal tersebut sesuai
dengan apa yang Allah inginkan.
II. 3 Macam – macam takdir
Setidaknya ada 6 macam takdir yang perlu diketahui, yaitu :
6

1. Takdir Azali. Yakni ketetapan Allah sebelum penciptaan langit dan bumi
ketika Allah Ta’ala menciptakan qolam (pena). Allah berfirman,
ِ ‫قُل لَّن ي‬
َ ‫ُصيبَنَآ إِالَّ َما َكت‬
َ‫َب اللهُ لَنَا ه َُو َموالَنَا َو َعلَى الل ِه فَليَت ََو َّك ِل ال ُمؤ ِمنُون‬
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah
ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah
orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At Taubah:51)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallaam bersabda, “… Allah telah menetapkan
takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit
dan bumi’ (HR Muslim)
2.Takdir Kitaabah. Yakni pencatatan perjanjian ketika manusia ditanya
oleh Allah:
”Bukankah Aku Tuhan kalian?”. Allah Ta’ala berfirman,
‫ش ِهدنَآ أَن تَقُولُوا‬ َ ‫ورهِم ذ ُ ِريَّت َ ُهم َوأَش َهدَهُم َعلَى أَنفُ ِس ِهم أَلَستُ بِ َربِ ُكم قَالُوا بَلَى‬ ُ ‫َوإِذ أ َ َخذَ َربُّكَ ِمن بَنِي َءادَ َم ِمن‬
ِ ‫ظ ُه‬
‫} أَو تَقُولُوا إِنَّ َما أَش َركَ َءا َبآ ُؤنَا ِمن قَب ُل َو ُكنَّا ذُ ِريَةً ِمن َبع ِدهِم أَفَتُه ِل ُكنًا‬271{ َ‫يَو َم ال ِقيَا َم ِة إِنَّا ُكنَّا َعن َهذَا غَافِلِين‬
}271{ َ‫ِب َما فَعَ َل ال ُمب ِطلُون‬
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau
Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengata-kan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. atau agar kamu tidak
mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan
sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah
mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-
orang yang sesat dahulu ?” (QS. Al A’raaf 172-173).
3. Takdir ‘Umri. Yakni ketetapan Allah ketika penciptaan nutfah di dalam
rahim, telah ditentukan jenis kelaminnya, ajal, amal, susah senangnya, dan rizkinya.
Semuanya telah ditetapkan, tidak akan bertambah dan tidak berkurang.
Allah Ta’ala berfirman,
‫ب ث ُ َّم ِمن نُّطفَ ٍة ث ُ َّم ِمن َعلَقَ ٍة ث ُ َّم ِمن ُمضغَ ٍة ُّم َخلَّقَ ٍة‬
ٍ ‫ث فَإِنا َّ َخلَقنَا ُكم ِمن ت ُ َرا‬ ٍ ‫اس إِن ُكنتُم فِي َري‬
ِ ‫ب ِمنَ البَع‬ ُ َّ‫يَاأَيُّ َها الن‬
‫شدَّ ُكم َو ِمن ُكم َّمن‬ُ ُ ‫س ًّمى ث ُ َّم نُخ ِر ُج ُكم ِطفلً ث ُ َّم ِلتَبلُغُوا أ‬
َ ‫َوغَي ِر ُم َخلَّقَ ٍة ِلنُبَيِنَ لَ ُكم َونُ ِق ُّر فِي األَر َح ِام َمانَشَآ ُء إِلَى أَ َج ٍل ُم‬
7

‫َامدًَ ً فَإِذَ أَنََ لنَا َعلَي َها ال َمآ َء‬


ِ ‫ضه‬َ ‫يُت ََوفَّى َو ِمن ُكم َّمن ي َُردُّ إِلَى أَرذَ ِل العُ ُم ِر ِلكَيلَ يَعلَ َم ِمن بَع ِد ِعل ٍم شَيئًا َوت ََرى األَر‬
}5{ ٍ‫اهت َََّت َو َربَت َوأَنبَتَت ِمن ُك ِل زَ وجٍ بَ ِهيج‬
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang
sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada
yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya
sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al Hajj:5)
4. Takdir Hauli. Yakni takdir yang Allah tetapkan pada malam lailatul
qadar, Allah menetapkan segala sesuatu yang terjadi dalam satu tahun. Allah
berfirman,
}4{ ‫} فِي َها يُف َر ُق ُك ُّل أَم ٍر َح ِك ٍيم‬1{ َ‫ار َك ٍة إِنَّا ُكنَّا ُمنذ ِِرين‬
َ َ‫} إِنَّآ أَنََ لنَاهُ فِي لَيلَ ٍة ُّمب‬1{ ‫ين‬
ِ ِ‫ب ال ُمب‬
ِ ‫} َوال ِكت َا‬2{ ‫حم‬
}5{ َ‫أَم ًرا ِمن ِعن ِدنَآ إِنَّا ُكنَّا ُمر ِسلِين‬
“Haa miim . Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah
yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh
hikmah , (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah
Yang mengutus rasul-rasul” (QS. Ad Dukhaan:1-5)
5. Takdir Yaumi. Yakni penentuan terjadinya takdir pada waktu yang telah
ditakdirkan sbelumnya. Allah berfirman,
ِ ‫ت َواألَر‬
}12{ ‫ض ُك َّل يَو ٍم ه َُو فِي شَأ ٍن‬ َّ ‫يَسئَلُهُ َمن فِي ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia
dalam kesibukan . “ (QS. Ar Rahmaan: 29).
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Munib bin Abdillah bin Munib Al Azdiy dari
bapaknya berkata, “Rasulullah membaca firman Allah, “Setiap waktu Dia dalam
8

kesibukan”, maka kami bertanya: Wahai Rasulullah apakah kesibukan yang


dimaksud?. Rasulullah bersabda :” Allah mengampuni dosa, menghilangkan
kesusahan, dan meninggikan suara serta merendahkan suara yang lain”
II. 4 Hakikat takdir
Seperti diketahui bersama bahwa iman kepada takdir adalah rukun iman ke
6 yang selayaknya menjadi tolak ukur keimanan seseorang. Seorang muslim harus
meyakini takdir ini bukan sekedar sebatas hafalan namun juga harus berimplikasi
pada kondisi imannya. Itu juga yang menjadi sebab bahwa pemahaman takdir
dalam kehidupan harus dipahami secara utuh dan menyeluruh. Setidaknya ada 4
konsep takdir yang dapat mempengaruhi keimanan seorang muslim.
Pertama, seorang muslim hendaknya harus mengimani bahwa Alloh Ta’ala
mengetahui dengan ilmuNYA apapun yang terjadi, baik itu perkara besar atau kecil,
apakah itu tersirat atau tersurat. Semua terjadi atas ilmu Alloh yang tentu tak akan
mampu terjangkau oleh manusia disebabkan kemampuan dan kapasitas yang
terbatas.
Kedua, seorang muslim juga harus mengimani bahwa Alloh Ta’ala telah
menetapkannya dalam lauhul mahfuz. Tidak ada seseuatupun yang sudah terjadi
maupun yang akan terjadi kecuali telah tercatat.
Untuk point pertama dan kedua ini, Alloh telah mengisyaratkannya dalam
Al Qur’an, yaitu
َ ِ ‫ك ف ِ ي ِك ت َا ب ٍ ۚ إ ِ َّن ذ َٰ َ ل‬
‫ك عَ ل َ ى‬ َ ِ ‫ض ۗ إ ِ َّن ذ َٰ َ ل‬
ِ ‫أ َ ل َ م ت َع ل َ م أ َ َّن ال ل َّ ه َ ي َ ع ل َ م ُ َم ا ف ِ ي ال س َّ َم ا ِء َو األ َر‬
‫س ير‬ ِ َ ‫ال ل َّ هِ ي‬
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja
yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam
sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi
Allah.” (QS Al Hajj : 70)
Begitupun dengan dengan firman Alloh yang mengatakan,
ٍ‫ح ال غ َي ب ِ َال ي َ ع ل َ ُم هَ ا إ ِ َّال ه َُو ۚ َو ي َ ع ل َ م ُ َم ا ف ِ ي ال ب َ ِر َو ال ب َ ح ِر ۚ َو َم ا ت َس ق ُ ط ُ ِم ن َو َر ق َ ة‬
ُ ِ ‫َو ِع ن د َ ه ُ َم ف َ ا ت‬
‫ض َو َال َر ط ب ٍ َو َال ي َ ا ب ِ ٍس إ ِ َّال ف ِ ي ِك ت َا بٍ مُ ب ِ ي ٍن‬ ِ ‫ت األ َر‬ ِ ‫ح ب َّ ةٍ ف ِ ي ظ ُ ل ُ َم ا‬
َ ‫إ ِ َّال ي َ ع ل َ مُ هَ ا َو َال‬
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan
9

di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya
(pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu
yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfudz)" (QS Al An’am : 59)
Sementara itu Baginda Nabi Muhammad SAW juga telah memberikan
sabdanya yang artinya, “ …..Alloh telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk
sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi” HR. Muslim no.
2653.
Ketiga, seorang muslim harus mengimani bahwa kehendak Allah meliputi
segala sesuatu. Semua yang terjadi atas kehendak Alloh. Kalau Allah sudah
berkehendak maka tidak ada yang bisa menunda atau menggantinya.
Keempat, seorang muslim harus juga mengimani takdir dengan melihat
penciptaan Allah. Bahwa apapun yang ada di alam semesta ini adalah
penciptaanNYA. Baik itu makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, hewan, darata,
lautan, udara, api, air, dan sebagainya adalah ciptaan Allah. Sementara manusia
hanya dipersilahkan untuk mengambil dan memanfaatkannya sebaik mungkin
sesuai dengan kehendak Allah juga. Seperti firman Alloh untuk poin ketiga dan
keempat yang mengatakan,
‫س ُر و َن‬
ِ ‫خا‬ َ ِ ‫ت ال ل َّ هِ أ ُو لَٰ َ ئ‬
َ ‫ك ه ُ م ُ ال أ‬ ِ ‫ض ۗ َو ا ل َّ ِذ ي َن ك َ ف َ ُر وا ب ِ آ ي َ ا‬
ِ ‫اْل َ أر‬
‫ت َو أ‬ َ ‫ل َ ه ُ َم ق َ ا ل ِ ي د ُ ال س َّ َم‬
ِ ‫او ا‬
“Kepunyaan-Nya-lah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-
orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang
merugi.” (QS Az Zumar : 63)
Di firman Allah yang lain juga disebutkan,
َ ُ ‫َو ال ل َّ ه‬
‫خ ل َ ق َ ك ُ م َو َم ا ت َع َم ل ُ و َن‬
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu" (QS
As Saffat : 96)
Empat point diatas adalah konsep takdir yang harus diyakini oleh seorang
muslim agar iman yang ada di jiwanya senantiasa meningkat. Mulai dari
mengimani bahwa Allah mengetahui dengan ilmuNya apapun yang terjadi lalu
segalanya sudah tertulis di lauhul mahfuz kemudian senantiasa mengimani bahwa
10

kehendak Allah juga meliputi segala sesuatu hingga mengimani melalui penciptaan
Allah di alam semesta.
II.5 Takdir dalam kehidupan manusia
Beriman dengan benar terhadap takdir bukan berarti meniadakan kehendak
dan kemampuan manusia untuk berbuat. Hal ini karena dalil syariat dan realita yang
ada menunjukkan bahwa manusia masih memiliki kehendak untuk melakukan
sesuatu. Allah Ta’ala telah berfirman tentang kehendak makhluk,
َ ِ‫ذَلِكَ اليَو ُم ال َح ُّق فَ َمن شَآ َء ات َّ َخذَ إ‬
‫لى َربِ ِه َمئَابًا‬
“Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia
menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.” (QS. An Nabaa’:39)
Adapun tentang kemampuan makhluk Allah menjelaskan,
َ‫ش َّح نَف ِس ِه فَأُولَئِكَ ُه ُم ال ُمف ِلحُون‬
ُ َ‫طعتُم َواس َمعُوا َوأَ ِطيعُوا َوأَن ِفقُوا خَي ًرا ألَنفُ ِس ُكم َو َمن يُوق‬
َ َ ‫فَاتَّقُوا اللهَ َمااست‬
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah
serta ta’atlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu . Dan barangsiapa
yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (QS. At Taghobun :16)
َ ‫سا ِإالَّ ُوس َع َها لَ َها َما َك‬
… ‫س َبت َو َعلَي َها َمااكتَ َس َبت َربَّنَا‬ ُ ‫الَ يُك َِل‬
ً ‫ف اللهُ نَف‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya….”(QS. Al Baqoroh:286)
Sedangkan realita yang ada menunjukkan bahwa setiap manusia
mengetahui bahwa dirinya memiliki kehendak dan kemampuan. Dengan kehendak
dan kemampuannya, dia melakukan atau meninggalkan sesuatu. Ia juga bisa
membedakan antara sesuatu yang terjadi dengan kehendaknya (seperti makan,
minum, belajar, dsb), dengan sesuatu yang terjadi tanpa kehendaknya, (seperti
bernapas, jantung yang berdetak, dsb). Namun, kehendak maupun kemampuan
makhluk itu terjadi dengan kehendak dan kemampuan Allah Ta’la karena Allah
berfirman,
َ‫} َو َماتَشَآ ُءونَ إِآلَّ أَن يَشَآ َء اللَّهُ َربُّ العَالَ ِمين‬12{ ‫يم‬
َ ‫ِل َمن شَآ َء ِمن ُكم أَن يَستَ ِق‬
11

“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan
kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki
Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwiir:28-29).
Dan karena semuanya adalah milik Allah maka tidak ada satu pun dari
milik-Nya itu yang tidak diketahui dan tidak dikehendaki oleh-Nya. Itulah yang
seharusnya terjadi pada kehidupan manusia.
Bukan justru meniadakan kehendak atau usaha manusia dan merasa seolah-
olah karena yang terjadi adalah kehendak Allah jadi merasa terpaksa
menjalankannya atau justru sebaliknya menganggap tidak adanya kehendak Allah
dalam kehidupan manusia. Pemahaman yang mengatakan bahwa ini semua
kehendak Allah dan manusia jadi terpaksa menjalani kehendak Allah tersebut
dikenal dengan paham jabbariyah. Sementara pemahaman yang mengatakan bahwa
selepas manusia diciptakan, manusia bebas berkehendak dan Allah tidak ada kuasa
lagi disebut dengan paham Qaddariyah yang akhirnya berkembang menjadi paham
mu’tazilah. Kedua paham ini jelas sesat dan keluar dari pemahaman ahlu sunnah
wal jama’ah. Untuk itu, mengenali dan memahami takdir sesuai dengan apa yang
Allah inginkan melalui risalah baginda Nabi Muhammad bertujuan agar manusia
tidak terjerumus kepada paham-paham yang menyesatkan dan menyimpang.
II. 6 Ayat – Ayat tentang takdir dalam Al Qur’an
Sebagai petunjuk dan panduan bagi seorang muslim, tentu saja Al Qur’an
sudah mengisyaratkan dan memberitahukan tentang takdir. Setidaknya ada sekitar
124 ayat dalam Al Qur’an yang berkaitan dengan takdir seorang manusia,
diantaranya : Al-Qalam :25, Al-Muzammil : 20, Al-Mudatsir :18-20, Al-A’la : 3,
Al-Fajr : 16, ‘Abasa :19, Al-Qadr : 1-3, Al-Qiyamah : 4,40, Al-Mursalat : 22,23,
Al-Balad : 5, Ath-Thariq : 8, Al-Qamar : 12,42,49,55, Yāsin : 38,39,81, Al-Furqan
: 2,54, Fathir : 1,44, Thaha :40, Al-Waqi’ah :60, An-Naml : 57, Al-Qashash : 82,
Al-Isra’ : 30,99, Yunus :5,24, Hud :4, Al-Hijr : 21,60, Al-An’am : 17,37,65,91,96,
Saba’ : 11,13,18,36,37, Az-Zumar : 52,67, Fushilat : 10,12,39, As-Syura :
9,12,27,29,50, Az-Zukhruf : 11,42, Al-Ahqaf :32, Al-Kahfi : 45, An-Nahl :70-76,
Ibrahim :18, Al-Ambiya’ : 87, Al-Mu’minun : 18,95, As-Sajdah : 5, Al-Mulk :1,
Al-Ma’arij : 4,40, Al-Rūm : 37,50,54, Al-Ankabuut : 20,62, Al-Baqarah :
12

20,106,109,236,259,264,284, Al-Anfal : 41, Ali-Imran : 26,29,165,189, Al-Ahzab


: 27,38, Al-Mumtahanah :7, An-Nisa’ : 133,149, Al-Hadīd : 2,29, Ar-Ra’du :
8,17,26, Al-Insan :16, Ath-Thalaq : 7,3,12, Al-Hashr : 6, An-Nuur : 45, Al-Hajj :
6,39,74, At-Tahrim : 8, At-Taghabuun :1, Al-Fath :21, Al-Ma’idah :
17,19,34,40,120, At-Taubah : 39.
II. 7 Hikmah beriman kepada takdir
Allah Swt. mentakdirkan segala perkara yang akan terjadi pada alam
semesta ini. Karenanya, keimanan pada taqdir Allah ini merupakan bagian
terpenting dalam konsep keimanan kepada Allah. Yang jelas, Allah telah mengatur
seluruh proses semesta ini, mulai dari hal yang menyangkut penciptaan alam
semesta ini, hubungan manusiawi, hubungan manusia dengan alam semesta, dan
seterusnya. Karena itu, Rasulullah saw. menjadikan keimanan tersebut sebagai
rukun tersendiri. Dari keimanan tersebut banyak hikmah yang dapat diambil oleh
orang beriman, antara lain :

1. Munculnya kekuatan tekad dan hilangnya keraguan. Dalam komunitas


manusia, tidak akan ada tekad yang setajam dan sekuat tekadnya seorang mukmin
dalam menghadapi taqdir Allah Swt. Jika seorang mukmin menghadapi berbagai
permasalahan, lantas berniat untuk meminta nasehat kepada orang lain dan
beristikharah kepada Tuhannya, dia akan memiliki kemantapan hati serta berniat
dan mengerjakan segala perbuatan dan pekerjaan tanpa ragu dan takut. Dia sangat
meyakini bahwa seluruh situasi dan kemungkinan yang akan terjadi itu betul-betul
di luar kemampuan manusia. Semuanya merupakan bagian dari perkara yang ada
dalam pengetahuan dan taqdir Allah. Dia sangat yakin bahwa Allah akan
menolongnya dengan memilih yang terbaik untuknya. Jika merasa bahwa Allah
memudahkan pelaksanaan suatu niat, yakin bahwa Allah akan memberi padanya
sesuatu yang terbaik, dan memelihara-Nya dari keburukan-keburukan.
2. Berani menghadapi kematian. Jiwa itu tidak akan ditimpa kematian
kecuali dengan izin dan ketetapan Allah Swt.. Sebagaimana Firman Allah:
ًً‫َو َما َكانَ ِلنَ أفس أَن ت َ ُموتَ ِإ َّّل بِإِ أذ ِن ٱللَّ ِه ِك َٰت َبًا ُّم َؤ َّجل‬
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya…”. (QS. Ali Imran :145)
13

Karena itu, tidak mungkin seorang mukmin sejati sesumbar bahwa dia tidak
akan pernah mati, untuk itu pula Allah berfirman:
‫ض أ َ أو‬
ِ ‫ض َربُوا فِى أٱْل َ أر‬َ ‫َٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا َّل ت َ ُكونُوا َكٱلَّذِينَ َكفَ ُروا َوقَالُوا ِ ِِل أخ َٰ َونِ ِه أم ِإذَا‬
‫غ ًّزى لَّ أو َكانُوا ِعن َدنَا َما َماتُوا َو َما قُتِلُوا ِليَ أجعَ َل ٱللَّهُ َٰذَلِكَ َحس َرً ً فِى قُلُوبِ ِهم ۗ َوٱللَّهُ يُح ِۦ‬
‫ى‬ ُ ‫َكانُوا‬
‫صير‬ ِ َ‫َوي ُِميتُ ۗ َوٱللَّهُ بِ َما ت َع َملُونَ ب‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-
orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila
mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: "Kalau
mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh."
Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah
menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah
menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan”
(QS.Ali Imran : 156)
Jika seorang mukmin dididik untuk berani menghadapi maut, dia akan
berani menghadapi segala tantangan hidup, baik berupa kehilangan harta kekayaan,
kedudukan, pangkat dan jabatan, atau menghadapi musibah dan penyakit karena dia
sangat yakin bahwa itu semua adalah rangkaian taqdir Allah Swt.. Demikian itu
sebagai seorang muslim sepatutnya meyakini bahwa apa yang ditaqdirkan Allah,
entah itu baik ataupun buruk, dan meyakini bahwa kematian seseorang pasti datang
pada saat yang telah ditentukan dan hal ini tidak seorang pun yang sanggup
menambah ataupun mengurangi umurnya, seperti yang terdapat dalam QS. al-A`raf
: 34
َ َ‫َو ِل ُك ِل أ ُ ام ٍة أ َ َجل ۖ فَإِذَا َجا ٓ َء أ َ َجلُ ُه أم ََل يَ أست َأ أ ِخ ُرون‬
َ‫سا َعةً ۖ َو ََل يَ أست َ أق ِد ُمون‬
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula)
memajukannya”.
3. Semakin yakin dan hanya bersandar kepada Allah ketika melakukan
berbagai sebab, dan tidak bersandar kepada sebab itu sendiri. Karena segala sesuatu
tergantung pada takdir Allah.
14

4. Menjadikan seseorang tidak sombong terhadap dirinya sendiri ketika


tercapai tujuannya, karena keberhasilan yang ia dapatkan merupakan nikmat dari
Allah, berupa sebab-sebab kebaikan dan keberhasilan yang memang telah
ditakdirkan oleh Allah. Kekaguman terhadap dirinya sendiri akan melupakan
dirinya untuk mensyukuri nikmat tersebut.
5. Munculnya ketenangan dalam hati terhadap takdir Allah yang menimpa
dirinya, sehingga dia tidak bersedih atas hilangnya sesuatu yang dicintainya atau
ketika mendapatkan sesuatu yang dibencinya. Sebab semuanya itu terjadi dengan
ketentuan Allah. Allah berfirman,
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Sebagai akhir dari tulisan ini, penyusun ingin menyampaikan sebuah
kesimpulan dengan memberikan jawaban dari pertanyaan umum yang sering
diajukan oleh manusia, yaitu bahwa jika segalanya adalah kehedak Allah atau sudah
ditakdirkan Allah maka dimanakah kebebasan manusia sebagai hambaNYA untuk
memilih? Pertanyaan tersebut sungguh menarik. Sebab inilah yang menjadi titik
keraguan bagi orang – orang yang belum beriman kepada takdir.
Merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk beriman kepada takdir. Apa
yang telah Allah tetapkan harus diimani dengan sepenuh hati, diucapkan dalam
lisan, dan dilakukan dalam perbuatan. Setiap manusia hanya memastikan bahwa
dirinya memilih pilihan yang benar sesuai yang Allah kehendaki, namun manusia
diberikan kebebasan untuk memilih. Allah telah mengetahui sebelumnya bahwa
manusia akan memilih satu pilihan dan hasil akhirnya akan seperti apa. Sebab Allah
Maha Mengetahui yang ghaib.
Bukan karena Allah menuliskan apa yang akan manusia pilih lalu manusia
memilih hal tersebut, tapi karena manusia akan memilih 1 pilihan maka Allah pun
sudah menuliskan hasil akhirnya. Allah memiliki pengetahuan tentang masa depan
sementara manusia tidak. Itulah sebabnya Allah sudah tau hasilnya akan jadi apa
setelah manusia memilih pilihannya. Pilihan ada di tangan manusia. Sekalipun jika
Allah mau, Allah sebenarnya bisa mengubahnya (takdir yang sudah dipilih
manusia). Tapi jika Allah mengubahnya maka Allah akan bersifat tidak adil.
Sebagai contoh jika ada siswa dalam 1 kelas sedang ujian matematika. Lalu dalam
salah satu soal ada pertanyaan 2+2=?. Tiba – tiba ada 1 murid yang menjawab
2+2=5. Lalu guru pengawas ujiannya mengoreksi jawaban tersebut saat ujian.
Bukankah jadi sebuah ketidakadilan bagi murid lainnya yang juga mengikuti ujian.
Akan banyak kecurigaan muncul akibat tindakan guru tersebut. Kalau hal seperti
itu saja bisa menimbulkan ketidakadilan apalagi dengan takdir manusia yang
betapapun Allah Maha Kuasa, Maha berkehendak untuk mengubah takdir
seseorang namun Allah Maha Adil. Ia biarkan manusia memilih jalannya.

15
16

Manusia diberikan panduan lewat Al Qur’an, diberikan contoh melalui


Rasul, dimudahkan oleh penjelasan para ‘ulama, tapi ketika manusia masih salah
dalam memilih takdir hidupnya dan akhirnya ia terjerumus kepada neraka
jahannam, maka siapa yang salah disini. Masihkah manusia mengatakan bahwa ini
semua kehendak Allah? Atau masihkah manusia memilih untuk mengesampingkan
takdir Allah, sementara Allah Maha Mengetahui yang ghaib? Sungguh Maha Adil,
Maha Baik, dan Maha Sempurna Allah dengan setiap takdirNYA. IA berikan
manusia panduan dan contoh untuk bisa memilih kehidupannya dengan baik
sehingga berbuah syurga. Sebab takdir Allah tak pernah mendzalimi hambaNYA
kecuali hamba tersebut yang mendzalimi dirinya sendiri.
III.2 Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini, pastinya masih banyak terdapat kekurangan.
Untuk itu, kami memohon kritik dan saran yang membangun supaya dalam
penulisan makalah berikutnya dapat kami lakukan dengan lebih baik lagi. Kamipun
juga menyarankan kepada pembaca untuk menambah literature tentang takdir dari
kitab-kitab yang ditulis oleh para ‘ulama.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hakami, Syaikh Hafidz. (2004). Ma’aarijul Qobuul. Jakarta : Darul Kutub
‘Ilmiyah.
Amal, Taufik Adnan. (2011). Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an. Jakarta : Divisi
Muslim Demokratis.
Sholih al ‘Utsaimin, Muhammad. (1998). Syarh Ushuulil Iman. Jakarta : Daarul
Sholih al ‘utsaimin, Muhammad. (2016). Jalan Selamat Bekasi : Daarul Haq.
Qaradhawi, Yusuf. (2000). Al-Imân bi al-Qadr. Kairo: Maktabah Wahbah.

17

Anda mungkin juga menyukai