H
PERADABAN ISLAM PADA MASA NABI
MUHAMMAD
Disusun oleh :
Kelompok III
1. Linamro’ah Dzawissiadah (2618084)
2. Wiluyo (2618013)
3. Syareza Dany Yusuf (2618127)
4. Vesti Aina Faura (2619001)
Kelas A
Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT
yang isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat
tantangan yang besar dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada
masa itu kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu berhala- berhala
yang dibuat oleh mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian itulah,
dakwah pertama yang dilakukan di Mekah dilaksanakan secara sembunyi-
sembuyi, terlebih karena jumlah orang yang masuk Islam sangat sedikit.
Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang memeluk islam semakin
hari semakin banyak, Allah pun memerintah Nabi untuk melakukan dakwah
secara terang-terangan. Bertambahnya penganut agama islam yang dibawa
oleh Nabi Muhammad Saw. membuat kemampuan spiritual yang sudah lama
mengakar di kaum Quraisy menjadi terancam. Karena hal inilah mereka
berusaha dengan semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan
dakwah tersebut. Dengan cara diplomasi dan kekerasan mereka lakukan.
Merasa terancam, Allah SWT. memerintahkan Nabi Muhammad beserta
kaum muslim lainnya untuk berhijrah ke kota Madinah dan disinilah kemajuan
islam dimulai.
1
IAIN
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Periode Mekkah
Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah islam dilakukan secara
sembunyi sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam di
lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, kemudian Ali bin
Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, Zaid bekas budak beliau. Di samping itu, juga
banyak orang-orang yang lebih dahulu masuk islam dengan perantara Abu Bakar
yang terkenal dengan julukan Assabiqunal Awwalun.
Orang-orang yang lebih dahulu masuk islam adalah Utsman bin Affan, Zubair bin
Awwan, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin
‘Ubaidillah, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah, dan Al-Arqanm bin Abil Arqam, yang
dirumahnya dijadikan markas untuk berdakwah. Kemudian setelah turun ayat 94
Surah Al-Hijr, Nabi Muhammad Saw. memulai berdakwah secara terang-terangan.
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musrik” (QS.
Al-Hijr: 94).
Namun, dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena mendapat
tantangan dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena beberapa faktor
sebagai berikut.
1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka
mengira bahwa tunduk kepada seruan kaum Nabi Muhammad berarti tunduk
kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
3. Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui serta tidak
menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada
bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama
nenek moyang dan mengikuti agama islam.
B. Periode Madinah
Melihat pesatnya dakwah Islam di Yasrib dan masuk Islamnya suku Aus
dan Khazraj, maka Rasulullah. memerintahkan umatnya untuk berhijrah ke
kota itu secara perorangan atau berkelompok kecil-kecil agar tidak
3
menimbulkan goncangan bagi masyarakat Quraisy. Rasulullah, sendiri
menunggu perintah hijrah langsung dari Allah swt. Pada suatu malam para
pemuda Quraisy pilihan itu mengepung rumah Rasulullah saw. agar mereka
dapat membunuhnya bila beliau keluar.
2
Ibid, hlm. 68.
3 Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, hlm.
23.
Jibril datang menemui Rasulullah dan mengabarkan kepadanya tentang
kesepakatan kaumnya. Dia menyuruh Rasulullah untuk segera hijrah.
Kemudian Rasulullah keluar sambil menebarkan debu di atas kepala mereka
4
yang membuat mereka pingsan.
Rasulullah pergi menemui Abu Bakar, dan menuju ke Gua Tsur di Selatan
Makkah. Sedangkan, Ali bin Abi Thalib diperintahkan tidur di tempat tidurnya
dengan memakai mantel Rasulullah. Tatkala bangun, dia mendapatkan orang-
orang Quraisy memasuki rumah Rasulullah yang nyata hanya menemukan
dirinya.
Sebagai penghormatan, nabi mengubah nama kota itu menjadi Madinah al-
Munawwarah (kota yang bercahaya). Dari sinilah cahaya Islam mulai
memancar ke seluruh dunia.
4
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam : Sejak Zaman Nabi Adam hingga Abad XX, Jakarta: Media
Akbar, 2011, hlm. 102.
5 Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam: dari Arab sebelum Islam hingga
Dinasti-
dinasti Islam, Yogyakarta: Teras, 2012, hlm. 38-39.
Nabi membiarkan untunya berjalan hingga berhenti di tempat penjemurna
kurma milik dua anak yatim dari Bani Najjar yang walinya adalah Sahl dan Suhail
Ibn Amar. Di tempat itulah Rasulullah memerintahkan umatnya untuk
mendirikan masjid dan tempat tinggalnya setelah dibeli dari pemilik
pekarangan itu. Sementara itu Nabi tinggal di rumah Abu Ayyub Khalid ibn
Zaid al-Ansari.
6
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2007, Hlm. 68.
7 Khoiriyah,op.cit. hlm. 39
seluruh anggota masyarakat berkewajiban memeprtahankan keamanan
Negara dari serangan luar. Setiap golongan masyarakat memiliki hak
tertentu dalam bidang keagamaan.
d. Meletakkan landasan politik, ekonomi dan kemasyarakan bagi negeri
Madinah yang baru terbentuk. Dasar berpolitik antara lain prinsip keadilan
yang harus dijalankan tanpa pandang bulu. Prinsip egaliter atau kesamaan
derajat antara manusia, yang membedakan adalah ketaqwaan kepada
Allah semata. Untuk memecahkan masalah atau persoalan umat
dipeganglah prinsip musyawarah.
Islam di Madinah menjadi semakin kuat dan berkembang pesat. Hal ini
yang mendorong kaum Quraisy dan musuh Islam lainnya semakin bertambah
memusuhi Islam.
3. Peperangan dalam Islam
a. Perang Badar
Perang Badar al-Kubra terjadi pada tanggal 8 Ramadhan tahun kedua
Hijriyah (624 M), yaitu antara kaum muslimin Madinah di bawah pimpinan
Rasulullah melawan kaum Quraisy. Sebab-sebab perang Badar ini antara lain
kaum Quraisy ingin melenyapkan musushnya padahal mereka telah
merampas harta kaum muslimin di Makkah. Bila kaum Quraisy menang,
maka jalur perdagangan ke utara akan aman tanpa gangguan, tetapi jika
kalah maka perdagangan terganggu yang akan merugikan perniagaan
8
kaum Qurais sehingga mereka bertekad memerangi kaum muslimin.
Medan pertempuran terjadi di dekat sumur Badr (di lembah Badar) antara
Makkah dan Madinah. Sumur itu kepunyaanseorang yang benama Badr
9
sehingga dikenal dengan perang Badr. Nabi sendiri yang memegang
komando. Kaum Quraisy dipimpin oleh Uthbah bin Rabi’ah, AL-Walid putra
Uthbah dan Sayaibah, saudara Uthbah. Sedangkan pasukan Islam
ditampilkan Ubaidah bin Haris, Hamzah, dan Ali bin Abi Talib. Pasukan
Quraisy sebanyak kira-kira 1000 orang, sedangkan kekuatan Islam hanya
300 ornag. Pertempuran ini akhirnya dimenangkan oleh pihak Muslimin.
Ketiga pimpinna Quraisy mati terbunuh termasuk Abu Jahal. Di pihak Islam,
Ubaidah gugur sebagai syahid.
8
Khoiriyah, ibid, hlm. 41
9 Ali Mufrodi, loc.it, hlm. 30.
b. Perang Uhud
Perang Uhud terjadi pada bulan Sya’ban tahun ke-3 Hijriyah di Kaki
Gunung Uhud yang terletak di Utara Madinah. Sebab peperangan ini
berkobar adalah kaum Quraisy ingin menebus kekalahan yang dideritanya
pada waktu perang Badar.
Kaum Quraisy Makkah berangkat menuju Madinah dengan Panglima
perang Abu Sufyan membawa pasukan 300 orang berkendara unta, 200
orang berkendara kuda di bawah pimpinan Khalid bin Walid dan 700 orang
berbaju besi. Psukan Nabi berjumlah sekitar 1000 orang, tetapi sampai di
perbatasan kota, 300 orang Yahudi dengan Abdullah bin Ubay membelot
dan kembali ke Madinah. Pasukan Islam tinggal 700 orang. Di bukit Uhud
kedua pasukan bertemu dan terjadi prang dahsyat. Pada awalnya pasukan
Islam menang karena disiplin dan strategi jitu meskipun jumlahnya lebih
kecil. akan tetapi, kemudian karena godaan harata peninggalan perang
musuh, pasukan Islam mulai memungut dengan tidak menghiraukan
gerakan musush meskipun sudah diperaingatkan oleh Nabi agar tidak
meninggalkan posnya. Kelenggangan kaum Muslimin ini dimanfaatkan
oleh musuh. Pasukan Quraisy kemudian menyerang dan pasukan
Islampun porak poranda. Banyak kaum muslimin yang gugur sebagai
syahid dalam perang Uhud ini yaitu sebanyak 70 orang. Nabi sendiri
terluka.10
c. Perang Khandaq
Perang Khandaq terjadi pada bulan Syawal 5 H, di Madinah. Sekitar
Madinah digali parit (khandaq), ide Salman Al Farisi untuk
mempertahankan dari serangan musuh. Perang ini dimenangkan kaum
muslimin.
d. Perjanjian Hudaibiyah
Perjanjian Hudaibiyah terjadi pada tahun 628 M/ 6 H, perjanjian dengan
penduduk Makkah. Pada bulan Januari 630 M (8 H) Umat Islam berhasil
menaklukkan kota Makkah / Fathu Makkah.
10
IAIN
turunnya Al-Qur’an dengan surat-surat yang panjang, luas cakupannya,
mengandung hukum-hukum Agama seperti shalat, zakat, puasa, pernikahan,
perceraian, perlakuan terhadap budak, tahanan perang dan musuh. Meskipun
Muhammad menjadi Rasul, sebagai pemimpin Agama dan negara, tetapi
kehidupannya masih sangat sederhana. Rumahnya sangat sederhana dan
perilakunya telah mampu membentuk tatanan norma yang diikuti oleh jutaan
orang dari komunitas di Madinah inilah kemudian lahir sebuah negara Islam
yang lebih besar. Dari perjalanan sejarah Nabi, dapat disimpulkan bahwa Nabi
Muhammad mempunyai peran ganda yaitu selain sebagai pemimpin agama
juga sebagai pemimpin negara. Hanya sebelas tahun beliau menjadi
pemimpin politik. Beliau berhasil menundukkan seluruh jazirah Arab ke dalam
kekuasaannya.
C. Partai-partai Politik
Kehidupan masyarakat arab sebelum lahirnya islam dan hijrahnya Rasulullah
SAW beserta kaum muslimin, belum lahir seorang pemimpin yang
mempersatukan mereka. Karena mereka belum hidup membentuk sebuah
negara atau kerajaan yang mengatur segala aspek kehidupan. Mereka hidup
berpindah-pindah sesuai dengan perdagangan mereka. Mereka menganggap
orang arab merupakan ras paling baik dan Suku Quraisy merupakan suku paling
terpandang.
Nabi Muhamad SAW beserta kaum muslimin hijrah ke Yatsrib, mereka
disambut dengan suka cita oleh masyarakat Yatsrib. Kaum muslimin yang hijrah
bersama Nabi Muhammad SAW disebut dengan Kum Muhajirin, sedangkan kaum
muslimin Yatsrib disebut dengan Kaum Anshar. Kaum Anshar menyediakan
keperluan Kaum muhajirin yang akan hidup berdampingan dengan mereka.
Kemudian, Nabi Muhammad Saw mempersaudarakan mereka.
Setelah terjadi perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dengan orang-orang
Yatsrib yang berhaji ke Makkah yaitu perjanjian Baitul Aqabah I dan II pada tahun
620 dan 621 M, yang menyatakan mereka memeluk agama Islam, bersedia
mendakwahkannya dan juga mengajak Nabi Muhammad Saw berhijrah ke Yatsrib
serta menjadikan beliau sebagai pemimpin mereka. Pada tahun 622 M Nabi
Muhammad Saw beserta kaum muslimin berhijrah ke Yatsrib, setelah mereka
dianiaya kaum kafir Quraisy. Saat sampai di Yatsrib Nabi Muhammad Saw dan
kaum muslimin (yang disebut Kaum Muhajirin) disambut dengan suka cita oleh
penduduk Yatsrib yang mengharapkan terjadinya peristiwa itu. Masyarakat
Yatsrib sangat beragam, baik agama maupun sukunya. Tetapi, mereka belum
terbentuk masyarakat yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang mengatur
aspek kehidupan mereka. Mereka menyadari, perlunya seorang pemimpin.
Mereka memandang Nabi Muhammad Saw lah yang pantas memimpin dan
menciptakan kondisi yang damai diantara mereka.
Masyarakat Yatsrib memiliki keberagaman agama yaitu Yahudi dan Islam,
serta orang-orang musyrik. Mereka juga terdiri dari bermacam-macam suku yaitu
Bani ‘Auf, al Harits, Sa’idah, Jusyam, An-Najjar, ‘Amru bin Auf, An-Nabit, Al-Aus, dan
Tsa’labah. Setelah Nabi Muhammad membentuk negara Madinah, beliau dapat
mempersatukan mereka walaupun mereka berbeda-beda. Mereka saling
bertoleransi dalam menjalankan ibadah dan tolong-menolong dalam menghadapi
serangan terhadap negara mereka yaitu Madinah.
Setelah Nabi Muhammad Saw disepakati menjadi kepala negara. Pertama
tama beliau menyusun Dustur Madinah (Konstitusi madinah) yang akan mengikat
seluruh warga Madinah dalam persatuan dan pemerintahan. Menurut beberapa
penulis sejarah politik, bahwa dustur ini merupakan konstitusi negara yang
pertama di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa negara yang dipimpin oleh Nabi
Muhammad adalah negara hukum, bukan monarki absolut. Yang menarik di sini
bahwa hukum tata negara dan hukum publik yang diterapkan oleh nabi berlaku
secara menyeluruh kepada penduduk Madinah, sementara Nabi menghargai
kemerdekaan beragama bagi warga Madinah dan tidak memaksakan Islam
kepada mereka. Nabi memberi otonomi kepada kelompok umat beragama
12
dalam menjalankan agama masing-masing.
Menurut Munawir, pondasi yang telah diletakkan dalam Piagam Madinah
sebagai landasan bagi kehidupan bernegara untuk masyarakan majemuk
(heterogen) di Madinah adalah:
a. Semua pemeluk Islam meskipun bersasl dari banyak suku, tetapi merupakan
suatu komunitas
b. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara anggota
12
M. Basyir Syam, ”Kebijakan dan Prinsip-prinsip Kenegaraan Nabi Muhammad SAW di
Madinah (622-632 M) (Tinjauan Perspektif Pemikiran Politik Islam)” (Makasar: KRITIS:Jurnal Sosial
Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Vol. 1, No. 1, Juli 2015), hlm. 162.
komuitas Islam dengan anggota komunitas-komunitas yang lain didasarkan
atas prinsip-prinsip:
1. Bertetangga baik;
2. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama;
3. Membela mereka yang teraniaya;
4. Menghormati kebebasan beragama.
Suatu hal yang patut dicatat bahwa Piagam Madinah, yang oleh banyak pakar
politik didakwakan sebagai konstitusi negara Islam yang pertama itu, tidak
menyebut agama tertentu sebagai agama negara. (Sjadzali, 1993:15-16).
Pada tahun ke-9 H, setelah berdirinya negara Madinah terkenal sebagai ‘Am al
Wufud (tahun delegasi), kerena datangnya berbagai delegasi suku-suku yang ada
di Timur Tengah untuk menyatakan bergabung, bahkan diantara mereka datang
menyatakan keislaman mereka. Mereka yang datang adalah para pembesar atau
tokoh-tokoh masyarakat mereka. Khalil Abdul Karim dalam Daula Yatsrib (Negara
Madinah) menyebutkan adanya 70 delegasi yang menghadap Rasulullah.
Mungkin ada yang terpaksa datang karena melihat kekuatan politik yang telah
terbangun di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad, akan tetapi banyak
diantara mereka yang suka rela karena menyaksikan kepemimpinan beliau yang
sangat santun terhadap mereka yang dipimpinnya. (Karim & Yatsrib, 2005:26)13.
Beliau juga mengajarkan kepada masyarakat Madinah yang heterogen untuk
saling menghargai hak-hak diantara mereka, menunaikan kewajiban seperti zakat
bagi kaum muslimin, membayar pajak dan saling bertoleransi dalam kehidupan.
Nabi Muhammad Saw membangun angkatan bersenjata untuk melindungi
warga Madinah dari ancaman dan serangan, terutama dari kaum kafir Quraisy
yeng selalu memusuhi mereka sejak datangnya Islam. Selain itu, untuk
mempersiapkan diri dari ancaman serangan dua imperium dunia saat itu, yaitu
Persia dan Romawi yang menguasai sebagian besar wilayah Timur
Tengah.
Beliau juga menyeru kepada seluruh masyarakat madinah yang heterogen untuk
membela negara, meskipun kenyataannya umat Islamlah yang selalu tampil
dalam peperangan dengan semangat jihad fi sabilillah. Tetapi, Nabi Muhammad
Saw berperang hanya dalam bentuk pembelaan terhadap agama Islam, negara
dan masyarakat Madinah serta penghianatan. Bahkan jika tindakan diplomasi
5) Bahwa Allah adalah penolong yang sebenarnya, dan oleh karena itu
hanya kepada-Nya lah manusia meminta pertolongan.
b. Pengajaran al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan intisari dan sumber pokok dari ajaran Islam yang
disampaikan Nabi Muhammad saw. kepada umat. Tugas Muhammad
15
Hamim Hafiddin, “Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah” (Bandung: JURNAL
TARBIYA UIN Sunan Gunung Djati, Vol. 1, No. 1, 2015), hlm. 26
BAB III
PENUTU
P
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
.
DAFTAR
PUSTAKA
20
IAIN
21
IAIN
PEKALONGAN