Anda di halaman 1dari 24

Tugas Makalah

MAKALAH KEGAWAT DARURATAN

“AMBULASI”

Kelompok 4

Firawati Ali Saputri

Asri rahmawati

Safirawati

Ati Muliati

Fira Safitri

Dewi mutmainah

Siti Nur Faisa

Zalza Nurhaliza

Nela Afrianti

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

DIII KEPERAWATAN

2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
petunjuk serta pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu. Adapun judul makalah ini yaitu “ Ambulasi “ yang merupakan salah satu tugas
diskusi pada mata kuliah Kegawat daruratan yang dibawakan oleh Ibu Dr. Lilin Rosyanti.,
M Kep

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis dibantu oleh teman-
teman oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih. Harapan penulis semoga makalah ini
dapat dijadikan sebagai bahan untuk belajar guna menambah wawasan .

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
makalah selanjutnya.

Kendari, 24 juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan masalah........................................................................................................1

C. Tujuan masalah............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian Ambulasi...................................................................................................3

B. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Ambulasi..............................................3

C. Prinsip dasar Ambulasi................................................................................................3

D. Teknik Ambulasi........................................................................................................4

E. Posisi korban...............................................................................................................8

E. Jenis-Jenis dari Transportasi Pasien...........................................................................9

F. Definisi tandu...........................................................................................................11

G. Tujuan tandu..............................................................................................................12

H. Manfaat tandu............................................................................................................12

I. Macam-macam tandu..................................................................................................12

J. Cara pembuatan tandu darurat....................................................................................14

BAB III PENUTUP...........................................................................................................17

A. Kesimpulan................................................................................................................17

B. Saran.......................................................................................18DAFTAR PUSTAKA
........................................................................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di sekitar kita sering terjadi kecelakaan, baik kecelakaan sederhana maupun


kecelakaan yang darurat. Maka dari itu perlu kita ketahui bahwa pada pertolongan pertama
pada kecelakaan ada beberapa teknik pertolongan pada korban dan salah satu dari teknik
tersebut adalah Ambulasi. Pada Ambulasi ada dua teknik Ambulasi yaitu Ambulasi
darurat dan Ambulasi biasa serta menggunakan peralatan untuk memindahkan korban.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Ambulasi ?

2. Hal-hal apa sajakah yang harus diperhatikan dalam Ambulasi ?

3. Jelaskan prinsip dasar Ambulasi ?

4. Jelaskan teknik ambulasi

5. Jelaskan Posisi korban?

6. Jelaskan jenis-jenis transportasi pasien?

7. Jelaskan definisi tandu ?

8. Apa tujuan tandu ?

9. Apa manfaat tandu ?

10. Jelaskan macam-macam tandu ?

11. Jelaskan cara membuat tandu darurat ?

C. Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui definisi Ambulasi.

2. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam Ambulasi.

3. Untuk menjelaskan prinsip dasar Ambulasi.

4. Untuk menjelaskan teknik Ambulasi

5. Untuk mengetahui posisi korban


6. Untuk mengetahui jenis-jenis transportasi pasien

7. Untuk mengetahui definisi tandu.

8. Untuk mengetahui tujuan tandu.

9. Untuk mengetahui manfaat tandu.

10. Untuk menjelaskan macam-macam tandu.

11. Untuk menjelaskan cara membuat tandu darurat .

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ambulasi

Ambulasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke tempat


lain yang lebih aman untuk diberi pertolongan atau untuk ditindak lanjuti dengan
kondisinya guna kelangsungan hidupnya biasa juga disebut dengan evakuasi.

Ambulasi merupakan kegiatan pemindaian dari tempat darurat ke tempat yang


fasilitas perawatannya lebih baik, seperti rumah sakit. biasanya dilakukan bagi korban
cedera cukup parah sehingga harus dirujuk ke dokter.

B. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Ambulasi


Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Ambulasia antara lain
sebagai berikut :

1. Nilai kesulitan yang mungkin terjadi pada Ambulasi.

2. Rencanakan gerakan sebelum mengangkat dan memindahkan korban.

3. Jangan memindahkan dan mengangkat korban jika tidak mampu.

4. Gunakan otot tungkai, panggul dan otot perut.

5. Hindari mengangkat dengan otot punggung dan membungkuk.

6. Jaga keseimbangan.

7. Rapatkan tubuh penderita dengan tubuh penolong saat memindahkan dan


mengangkat korban.

8. Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap.

C. Prinsip dasar Ambulasi

Berikut ini ada beberapa prinsip dasar Ambulasi antara lain sebagai berikut :

1. Jangan dilakukan jika tidak perlu.

2. Melakukan sesuai dengan cara yang baik dan benar.

3. Jangan sampai memnat cedera lebih lanjut pada penderita

4. Hindari cedea pada penolong

5. Kondisi fisik penolong harus baik dan terlatih


Tidak ada definisi yang pasti kapan korban harus dipindahkan. Dan sebagaimana
petunjuk dapat dikatakan bahwa jika tidak ada bahaya, berikanlah pertolongan terlebih
dahulu pada korban setelah itu pindahkanlah korban. Jika situasi dan kondisi di tempat
kejadian relative tidak aman mungkin harus dilakukan tindakan Ambulasi terlenih dahulu.

D. Teknik Ambulasi

Ambulasi penderita digolongkan menjadi dua bagian antara lain :

1. Ambulasi darurat

Ambulasi darurat dilakukan apabila ada bahaya yang mengancam bagi penderita
(korban) dan penolong.

Contoh :

a. ancaman kebakaran.

b. ancaman ledakan.

c. ancaman banunan runtuh.

d. ancaman mobil terguling bensin tumpah.

e. adanya bahan-bahan berbahaya.

f. orang sekitar yang berperilaku aneh.

g. kondisi cuaca yang buruk.

Berikut ini beberapa cara Ambulasi darurat antara lain :


a) Tarikan Bahu

Cara ini berbahaya bagi penderita cedera spinal (tulang belakang dari
tulang leher sampai tulang ekor). Posisikan penolong berlutut di atas kepala
penderita. Masukkan kedua lengan di bawah ketiak penderita kemudian tarik ke
belakang.

b) Tarikan Selimut

Apabila penderita telah berbaring di atas selimut atau sejenisnya, maka


lipat bagian selimut yang berada di bagian kepala penderita lalu tarik penderita ke
tempat yang aman. Supaya penderita tidak bergeser dari atas selimut, maka dapat
dibuat simpul di ujung selimut bagian kaki penderita.

c) Tarikan Lengan

Posisikan tubuh penolong di atas kepala penderita. Kemudian masukkan


lengan di bawah ketiak penderita dan pegang lengan bawah penderita. Selanjutnya
silangkan kedua lengan penderita di depan dada dan tarik penderita menuju tempat
aman. Hat-hati terhadap kaki penderita yang mungkin akan membentur benda di
sekitar lokasi kejadian.

d) Tarikan Baju

Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain


(pembalut). Kemudian cengkram baju penderita di daerah baju dan tarik di bawah
kepala penderita untuk penyokong dan pegangan untuk menarik penderita ke
tempat aman.

e) sampir pundak

Cara ini umumnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran yaitu


dengan menggendong penderita di belakang punggung penolong dengan cara
mengangkat lalu membopong penderita

2. Ambulasi biasa

Ini dilakukan jika tidak membahayakan korban maupun penolong.


Contohnya :

A. Angkatan langsung (tindakan langsung )

A. Teknik angkat langsung dengan tiga penolong :

a) ketiga penolong berlutut pada salah satu sisi korban, apabila


memungkinkan beradalah pada sisi yang paling sedikit cedera.

b) Penolong pertama menyisipkan satu lengan bidawah leher dan bahu,


kemudian lengan yang satu disisipkan dibawah punggung korban.

c) Penolong kedua menyisipkan tangan dibawah punggung dengan bokong


penderita.

d) Penolong ketiga menyisipkan lengan dibawah bokong dan dibawah


lutut korban.

e) Korban siap diangkat dengan satu perintah.

f) Angakatlah korban keatas lutut ketiga penolong secara bersamaan.

g) Sisipkan tandu yang akan digunakan dan atur letaknya oleh penolong
yang lain.

h) Letakkan kembali korban diatas tandu dengan satu perintah yang tepat.
i) Jika akan berjalan tanpa menggunakan tandu dari langkah keenam
teruskan dengan memiringkan korban ke dada penolong.

j) Berdiri secara bersamaan dengan satu perintah .

k) Berjalanlah kearah yang dikehendaki dengan langkah bertahap.

B. Teknik angkat langsung dengan dua penolong

B. angkatan ekstremitas (alat gerak)

Biasanya diperlukan dua penolong untuk melakukan ini:


1)     Penolong pertama mengambil posisi di kepala penderita
2)     Lakukan pengangkatan pada lengan penderita
3)     Penolong yang lain berdiri di antara dua tungkai penderita,
menyelipkan tangan dan mengangkat kedua lutut penderita
4)     Dengan satu aba-aba kedua penolong dapat memindahkan penderita
pada lokasi yang diinginkan.

C. Teknik mengangkat dengan menggunakan alat gerak Penolong dalam


keadaan berjongkok dan akan mengangkat tandu dengan posisi :

a. Tempatkan kaki pada jarak yang tepat.


b. Punggung harus tetap lurus.

c. Kencangkan otot punggung dan otot perut. Kepala tetap menghadap ke


depan dalam posisi netral.

d. Genggamlah pengangan tandu dengan baik.

e. Pada saat mengangkat , punggung harus tetap terkunci sebagai poros


dan kekuatan kontraksi otot seluruhnya pada otot tungkai.

f. saat menurunkan tandu lakukan langkah diatas.

E. Posisi korban
Secara umum posisi korban tergantung pada jenis cedera yang dialami dan keadaan
pada saat itu(kecelakaan).

Beberapa pedoman untuk memposisikan korban :

1. korban dengan syok Jika tidak ditemukan tanda-tanda cedera pada tungkai atas
dan tulang belakang tinggikan tungkai sekitar 20 - 30 cm.

2. korban dengan gangguan pernapasan Posisikan korban duduk atau setengah


duduk.

3. korban dengan nyeri perut Posisikan tidur, Posisikan tidur miring dengan
tungkai ditekuk

4. korban Muntah-muntah Posisikan nyaman dan awasi jalan napas.

5. Korban trauma Korban trauma , terutama dicurigai cedera tulang belakang


(spinal) harus segera distabilkan dan imobilisasi dengan papan spinal panjang.

6. Korban tidak sadar dan tidak dicurigai ada cedera spinal.


7. Korban tidak sadar dan tidak dicurigai ada cedera spinal atau cedera berat
lainnya, posisikan miring stabil. Posisi terbaik melakukan Ambulasi
tergantung pada kondisi saat itu.

E. Jenis-Jenis dari Transportasi Pasien


Transportasi pasien pada umumnya terbagi atas dua: Transportasi gawat darurat

dan kritis.

Transportasi Gawat Darurat:

Setelah penderita diletakan diatas tandu (atau Long Spine Board bila diduga patah

tulang belakang) penderita dapat diangkut ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan

dilakukan Survey Primer, Resusitasi jika perlu.

Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan yang

paling kuat diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang beraksi pada

tulang tersebut juga paling kuat. Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan

dengan tenaga terutama pada paha dan bukan dengan membungkuk angkatlah dengan

paha, bukan dengan punggung.

Panduan dalam mengangkat penderita gawat darurat.

a) Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita.

b) Diangkat secara bersama dan bila merasa tidak mampu jangan dipaksakan

c) Ke-dua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki sedikit

sebelahnya

d) Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat

e) Tangan yang memegang menghadap kedepan


f) Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila terpaksa jarak

maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm

g) Jangan memutar tubuh saat mengangkat

h) Panduan diatas berlaku juga saat menarik atau mendorong penderita

Transportasi Pasien Kritis

Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih
sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.

Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa aturan, yaitu:

1. Koordinasi sebelum transport

 Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap untuk

menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi

 Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi antar

dokter dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis pasien

 Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama

transport dan evaluasi kondisi pasien


2. Profesional beserta dengan pasien: 2 profesional (dokter atau perawat) harus

menemani pasien dalam kondisi serius.

 Salah satu profesional adalah perawat yang bertugas, dengan pengalaman

CPR atau khusus terlatih pada transport pasien kondisi kritis

 Profesioanl kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter harus

menemanipasien dengan instabilitas fisiologik dan pasien yang membutuhkan

urgent action

3. Peralatan untuk menunjang pasien

 Transport monitor

 Blood presure reader

 Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport, dengan tambahan


cadangan30 menit

 Ventilator portable, dengan kemampuan untuk menentukan


volume/menit, pressure FiO2 of 100% and PEEP with disconnection alarm and
high airway pressure alarm.

 Mesin suction dengan kateter suction

 Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan sodium


bicarbonate

 Cairan intravena dan infus obat dengan syringe atau pompa infus dengan
baterai

 Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut

4. Monitoring selama transport.

Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut:

Level 1= wajib, Level 2= Rekomendasi kuat, Level 3= ideal

 Monitoring kontinue: EKG, pulse oximetry (level 1)

 Monitoring intermiten: Tekanan darah, nadi, respiratory rate (level1


pada pasien pediatri, Level 2 pada pasien lain
F. Definisi tandu
Tandu merupakan sebuah alat yang dibuat untuk mengevakuasi korban dari tempat
kejadian ke tempat yang lebih aman atau rujukan. Adapun rujukan dapat di artikan sebagai
tempat dimana korban harus dirawat, misalnya rumah sakit, puskesmas, ataupun tempat
yang dimana korban layak untuk dirawat/ tempat yang lebih aman.

G. Tujuan tandu

Ada begitu banyak macam-macam tandu, namun penulis akan uraikan sebagian
dibawah ini, meskipun begitu banyak macam-macam tandu namun tujuan dari tandu itu
semua sama. Yaitu sebagai alat untuk mengevakuasi korban dari tempat kejadian ke
tempat yang lebih aman atau rujukan.

H. Manfaat tandu

Memudahkan penolong untuk mengevakuasi korban, memberi rasanyaman pada


korban pada saat evakuasi berlangsung dan lain-lain.

I. Macam-macam tandu
Macam-macam tandu itu sangatlah banyak dan beraneka ragam bentuknya, namun
tujuan dari tandu itu sama yaitu sebagai alat untuk mengevakuasi korban. Adapun macam-
macam tandu yang sering kita kenal antara lain sebagai berikut :

1. Tandu Spinal Tandu Spinal yaitu tandu yang digunakan untuk mengevakuasi
korban patah tulang belakang. Tandu ini memiliki bentuk seperti daun pintu yang
rata. Dikarenakan tulang yang patah tersebut adalah bagian belakang maka tandu
harus berbentuk rata, tujuannya agar tulang balakang yang patah tetap pada posisi
yang benar, mencegah terjadinya kematian dan dapat memberi rasa nyaman
terhadap pasien.
2. Tandu beroda. Tandu ini sering kita jumpai di rumah sakit, puskesmas, maupun di
dalam ambulance. Tandu sorong ini jarang kita jumpai pada saat di lapangan
dikarenakan adanya roda yang memerlukan jalan atau lintasan yang bagus maka
tandu ini jarang kita jumpai pada saat di lapangan. Tandu sorong ini adalah tandu
yang sangat megah, dikatakan megah karena tandu ini terbuat dari bahan busa yang
beralaskan kain yang membuat pasien merasa lebih nyaman.

3. Tandu Lipat Dikatakan tandu lipat karena tandu ini memiliki sifat yang sangat
praktis, kepraktisannya ini terdapat pada kemudahan tandu untuk dapat dilipat
sehingga tandu tidak memebesar dan mudah dibawa, tandu ini dibuat dengan
memakai alat atau bahan dari besi dan kain. Tandu ini sering digunakan untuk
mengevakuasi korban pada saat permainan bola. Dikarnakan tandu ini memiliki
sifat yang sangat praktis,maka tandu ini dapat dugunakan dimana saja.
4. Tandu darurat adalah tandu yang sering sekali di gunakan ketika dalam keadaan
darurat atau mendesak yang diluar dari perkiraan atau kemampuan manusia
misalnya lupa atau lintasan yang tidak memungkinkan untuk membawa tandu yang
sudah ada. Tandu darurat ini sering di gunakan ketika dalam keadaan darurat
misalnya ketika di hutan ataupun lembah yang mana dalam keadaan itu tidak
mungkin untuk membawa tandu yang sudah ada atau sudah jadi, maka dalam
keadaan itulah tandu darurat ini dipakai

J. Cara pembuatan tandu darurat

Adapun pengertian tandu darurat itu sendiri adalah sebagai alat transportasi darurat
yang dibuat dengan menggunakan alat atau bahan yang seadanya.

Hal-hal yang diperlukan dalam pembuatan tandu darurat adalah sebagai berikut:

1. bambu atau kayu

2. tali

3. mitella

4. pembalut gulung

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. 2 (dua) buah bambu panjang yang memiliki ukuran panjang 225 cm atau yang
disebut ibu tandu. 2 buah bambu pendek yang memiliki ukuran panjang 60 cm atau
yang disebut anak tandu.
b. 2(dua) buah tali tandu yang memiliki panjang 13 m dan memiliki ukuran diameter
3,5,8 ml.

c. 3 (tiga) buah mitella yang memiliki ukuran segitiga sama kaki yang panjang
kakinya 60 dan lebar 125

d. 2(dua) buah pembalut gulung yang memiliki ukuran panjang 2 m adapun kegunaan
dari pembalut gulung ini adalah untuk pengikat korban, agar korban tetap dalam
posisi dan tidak jatuh dari tandu ketika melewati lintasan yang sulit, misalnya
didaerah tebing dan lintasan-lintasan yang dikhawartirkan korban dapat terjatuh.

Selain dari pada apa yang telah penulis uraikan di atas pembuatan tandu juga
memiliki cara pengikatan yang khusus yaitu dengan memakai simpul.

Simpul yang digunakan dalam pembuatan tandu darurat ada dua macam yaitu:

1. simpul pangkal yaitu simpul yang digunakan pada awal pembuatan tandu darurat.

2. simpul jangkar yaitu simpul yang digunakan dalam proses pengenaman jaring
tandu. Dari pengikatan simpul jangkar yang benar, maka akan ditemukan 7(tuju)
buah belah ketupat.

Jarak dan sisa tali Dalam pembuatan tandu darurat harus juga diperhatikan akan
adanya jarak, adapun tujuan dari jarak ini adalah agar penolong mendapatkan kemudahan
dan kenyamanan baik dalam hal pengangkatan tandu saat evakuasi ataupun yang lainnya.

a. jarak pegangan tandu adalah 25-30 cm.

b. jarak anak tandu 3-5 cm.

c. sisa tali tandu 10-12 cm.


Terlebih dahulu kita siapkan alat-alat yang akan digunakan, kemudian kita
membuat simpul pangkal yang kemudian simpul tersebut di kaitkan pada anak tandu,
kemudian tali dililitkan keatas memutar sebanyak 3(tiga) kali, dan kesamping juga
sebanyak 3(tiga) kali.

Pada saat memasuki pelilitan dua ke tiga ibu jari dimasukkan pada daerah peliitan,
tujuannya adalah untuk memberi senggang atau kemudahan pada saat memasukkan tali
yang untuk mengikat agar tandu kuat, begitu juga yang di lakukan pada pelilitan
berikutnya. Teknik selanjutnya dalam proses pembuatan tandu darurat ialah membuat
simpul jangkar yang langsung di kaitan pada ibu tandu.

Setelah selesai maka akan di temukan hasilnya. Pemasangan mitella Adapun tujuan
dari pemasangan mitella ini adalah sebagai berikut :

a. sebagai penentu letak kepala.

b. pemberi rasa nyaman terhadap pasien Keterangan :

 mitella harus dipastikan pada posisi bagian atas tandu.


 mitella tengah menunjukkan atau menentukan letak posisi kepala korban.

Pemasangan pemblut gulung (pg) Seperti yang telah penulis jelaskan di atas bahwa
fungsi dari pembalut gulung ini adalah sebagai pengikat korban agar tidak jatuh dari tandu
pada saad melintasi lintasan yang sulit yang di khwatirkan korban akan jatuh dari tandu.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Ambulasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke tempat


lain yang lebih aman untuk diberi pertolongan atau untuk ditindaklanjuti dengan
kondisinya guna kelangsungan hidupnya biasa juga disebut dengan evakuasi. Atau
Ambulasi merupakan kegiatan Ambulasi dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas
perawatannya lebih baik, seperti rumah sakit. biasanya dilakukan bagi korban cedera
cukup parah sehingga harus dirujuk ke dokter. Yang biasa disebut dengan transportasi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Ambulasi yaitu :

1. Nilai kesulitan yang mungkin terjadi pada Ambulasi.

2. Rencanakan gerakan sebelum mengangkat dan memindahkan korban.

3. Jangan memindahkan dan mengangkat korban jika tidak mampu.

4. Gunakan otot tungkai, panggul dan otot perut.

5. Hindari mengangkat dengan otot punggung dan membungkuk.

6. Jaga keseimbangan.

7. Rapatkan tubuh penderita dengan tubuh penolong saat memindahkan dan


mengangkat korban.

8. Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap.

Prinsip dasar Ambulasi :

1. Jangan dilakukan jika tidak perlu.

2. Melakukan sesuai dengan cara yang baik dan benar.


3. Kondisi fisik penolong harus baik dan terlatih. Berdasarkan keselamatan penolong
dan penderita,

Ambulasi penderita digolongkan menjadi dua bagian antara lain :

1. Ambulasi darurat.

2. Ambulasi biasa.

Tandu merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengevakuasi korban dari
tempat darurat ke tempat yang lebih aman. Tandu terdiri atas beberapa yaitu :

1. Tandu Spinal.

2. Tandu Sorong.

3. Tandu Lipat.

4. Tandu Darurat.

B. Saran

Ambulasi merupakan salah satu bentuk pertolongan pada pertolongan pertama


pada kecelakaan, oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui lebih dalam
tentang Ambulasi agar pada saat mengevakuasi korban tidak terjadi lagi kesalahan yang
dapat menimbulkan cedera terhadap korban.

Makalah ini merupakan salah satu bahan pedoman untuk menambah wawasan
mengenai Ambulasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://phipet.blog.friendster.com/2008/04/teknik-evakuasi

http://pmrskapsa.blogspot.com/2012/02/evakuasi-transportasi.htm

https://endrosambodo1984.wordpress.com/2012/03/28/pertolongan-pertama-gawat-darurat-
pengangkatan-dan-pemindahan-penderita/

http://ariantykartinihafiaty.blogspot.com/2014/04/makalah-k3-pemindahan-korban_17.html?
m=1

https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2015/07/pemindahan-penderita.html
24

Anda mungkin juga menyukai