Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

GIZI DAN PENYAKIT JANTUNG KORONER

DISUSUN OLEH:
Rina Yulianingsih
Rizka Dwi Sulistia
Siti Aminah

UNIVERSITAS MUHAMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA

FAKULTAS KESEHATAN

S1 KEPERAWATAN

R8 (Semester 1/Tingkat 1)

2015/2016
BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
1.2.Rumusan masalah
1.3.Tujuan

BAB II PEBAHASAN

A. Definisi Penyakit Jantung Koroner


B. Faktor-faktor Resiko Penyebab PJK

1. Faktor Resiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable Risk Factors)


2. Faktor Resiko yang Dapat Diubah (Changeable Risk Factors)
C. Pengaturan Diet pada penderita jantung Koroner

D. Makanan yang Boleh dan tidak Boleh Diberikan Bagi Penderita Penyakit Jantung
Koroner
E. Berbagai jenis menu untuk penyakit jantung koroner
1. Menu sehari Diet Jantung II
2. Menu sehari Diet Jantung III
3. Menu sehari Diet Jantung IV
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Jantung merupakan mesin pompa darah yang berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan
kanan, dan berbentuk seperti kerucut. Jantung terbagi menjadi empat ruangan yaitu dua
ruangan atas yang disebut atrium (serambi) dan dua ruang bawah yang disebut ventrikel
(bilik), (Irawan, 1998). Menurut WHO Coronary Heart Desease (PJK) adalah
ketidaksanggupan jantung, akut maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah
pada miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner dan menurut
American Heart Organitation (AHA), PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih
pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah
disertai adanya plak yang akan mengganggu aliran darah ke otot jantung. Kemudian terjadi
kerusakan otot jantung yang akibatnya dapat menggangu fungsi jantung, (Fahmi, 2004).
Penderita penyakit jantung mempunyai resiko mengalami kematian mendadak, sehingga
penyakit ini tergolong berbahaya. Upaya menurunkan resiko terjadinya panyakit jantung,
terjadinya kematian akibat penyakit jantung, serta upaya penyembuhan penyakit jantung
secara bertahap dapat dilakukan melalui beberapa cara, salah satunya yaitu dengan cara
mengatur diet pasien. Untuk pengaturan diet diperlukan pengetahuan tentang berbagai menu
yang cocok diberikan pada penderita penyakit jantung koroner. Sehingga penulis pada
makalah ini akan membahas berbagai menu tentang penyakit jantung koroner.

1.2.Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Jantung Koroner?
b. Faktor resiko apa saja yang menjadi penyebab timbulnya Penyakit Jantung Koroner?
c. Bagaimanakah pengaturan diet pada penderita jantung Koroner?
d. Makanan apa sajakah yang boleh dan tidak boleh diberikan bagi penderita Penyakit
Jantung Koroner?
e. Apa sajakah jenis menu untuk penyakit jantung koroner?
1.3.Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi Penyakit Jantung Koroner.


b. Untuk mengetahui faktor-faktor resiko penyebab Penyakit Jantung Koroner.
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan diet pada penderita Jantung Koroner.
d. Untuk mengetahui makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan bagi penderita
Penyakit Jantung Koroner.
e. Untuk mengetahui berbagai jenis menu untuk penyakit jantung koroner.
BAB II

PEBAHASAN

A. Definisi Penyakit Jantung Koroner


Jantung merupakan mesin pompa darah yang berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan
kanan, dan berbentuk seperti kerucut. Jantung terbagi menjadi empat ruangan yaitu dua
ruangan atas yang disebut atrium (serambi) dan dua ruang bawah yang disebut ventrikel
(bilik), (Irawan, 1998).
Menurut WHO Coronary Heart Desease (PJK) adalah ketidaksanggupan jantung, akut
maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan
dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner dan menurut American Heart Organitation
(AHA), PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana
terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plak yang akan
mengganggu aliran darah ke otot jantung. Kemudian terjadi kerusakan otot jantung yang
akibatnya dapat menggangu fungsi jantung, (Fahmi, 2004).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh
darah arteri koroner yang memeberi pasokan zat makanan dan O2 ke otot-otot jantung
terutama bilik kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh, (Sani, 2001).
Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda-beda.
Untuk menentukan manifestasi klinisnya, perlu dilakukan pemeriksaan yang seksama.
Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik,
elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, dan pemeriksaan enzim jantung dapat
membedakan subset klinis PJK, (Joewono, 2003).
Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pectoris, infark miokardium (akut
miokard infark), payah jantung (iskemic heart diseases) dan mati mendadak (sudden death).
Pada umumnya gangguan suplai darah arteri koronaria dianggap berbahaya bila terjadi
penyempitan sebesar 70% atau lebih pada pangkal atau cabang utama arteri koronaria.
Penyempitan yang kurang dari 50% kemungkinan belum menampakkan gangguan yang
berarti. Keadaan ini tergantung kepada beratnya arterisklerosis dan luasnya gangguan dan
apakah serangan itu lama atau masih baru, (Bustan, 2000).
1. Angina Pectoris
Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang khas, yaitu
seperti ditekan atau rasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Hal ini sering
timbul saat pasien melakukan aktifitas dan segera hilang saat aktifitas dihentikan.
Angina pectoris biasanya berkaitan dengan PJK aterosklerotik tetapi dalam beberapa
kasus dapat merupakan kelanjutan dari aterosklerosis aorta berat, insufiensi atau hipertropi
kardiomiopati tanpa disertai obstruksi, aortitis sifilitika, peningkatan kebutuhan metabolik
(seperti hipertiroidisme atau pasca pengobatan tiroid), anemia yang jelas takikardia proksimal
dengan frekuensi ventrikuler cepat, emboli atau spasme koroner), (Mansjoer, 2001).
Nyeri dada yang khas dari angina pectoris ialah rasa tertekan, seperti merasa terpilin,
sperti terbakar (panas yang berpusat di daerah retrostenal (dibalik tulangsternum yang berada
ditengah-tengah dada) yang bisa menjalar kelengan kiri, leher, bahu dan punggung. Dalam
hal ini angina pectoris bisa digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
a. Angina pectoris stabil, yaitu gejala yang timbul frekuensinya tetap, baik lamanya maupun
kadar pencetusnya.
b. Angina pectoris tidak stabil, yaitu pola gejala yang timbul berubah-ubah, baik
frekuensinya, lamanya, maupun kenyerian yang dirasakan.
c. Angina prinzmental, yang biasanya timbul sewaktu sedang beristirahat. Biasanya
disebabkan oleh spasme pembuluh darah koroner.
Secara elektrokardiografi (EKG), timbulnya angina pectoris sering pula dibarengi dengan
depresi segmen ST dan inversi gelombang T. Kelainan segmen ST (depresi segmen ST)
sangat nyata pada pemeriksaan uji beban masuk (Irawan, 1998).

2. Infark Miokard Akut/Acute Myocardial Infraction (serangan jantung)


Acute myocard infraction atau serangan jantung akut umumnya disebabkan oleh
penyumbatan pembuluh arteri koroner secara tiba-tiba, karena pecahnya plak lemak
ateroskeloris pada arteri koroner. Plak lemak tersebut menjadi titik-titik lemah dari arteri itu
dan cenderung untuk pecah. Pada waktu pecah, gumpalan cepat terbentuk dan mengakibtkan
penghambatan (okulasi) arteri yang menyeluruh, serta memutuskan aliran darah ke otot
jantung. Ini mengakibatkan rasa sakit dada yang hebat pada pusat dada dan menyebar sampai
lengan atau leher (Joewono, 2003).
3. Ischemic Heart Disease (payah jantung)
Ischemic Heart Disease adalah suatu keadaan dimana terjadi pengurangan oksigen secara
temporer pada jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluhdarah atau karena
penyakit tertentu. Ischemic ini ada yang disebut sebagai silent ischemic dimana penderitanya
tidak merasakan gejala yang timbul (Andari, 2001).
Payah jantung terjadi karena denyut jantung sudah sedemikian lemahnya sehingga
jantung tidak lagi dapat memompa darah dengan baik. Rasa sakit akibat payah jantung
bertahan berjam-jam. Gejala yang timbul ialah gelisah, pusing, keringat dingin, gangguan
gastro intestinal (muntah, diare, mual) dan shock yang menyebabkan tensi turun serta nadi
cepat, (Bustan, 2000).

4. Kematian Mendadak (sudden death)


Kematian mendadak (sudden death) terjadi pada 50% penderita yang tanpa keluhan
sebelumnya. Sedangkan selebihnya disertai keluhan yang mati mendadak 6 jam setelah
keluhan. Proses mati mendadak ini dimulai dengan trombosis pembuluh darah koroner yang
disusul dengan nekrosis yang disertai aritmia ventrikel (Bustan, 2000).
Salah satu unsur dalam makanan adalah lemak. Lemak tidak dapat larut dalam darah kecuali
terikat oleh protein tertentu. Lemak akan mengalami pemecahan asam lemak bebas,
trigliserida dan kolesterol.
Selama dalam peredaran darah ada kecenderungan kolesterol menempel pada dinding
pembuluh darah sehingga mempersempit pembuluh darah, menjadi tidak lancar dan lemak
terlarut dalam darah sehingga tidak mencukupi proses metabolisme dan mengganggu
keseimbangan kebutuhan oksigen dan penyediaan oksigen. Penyempitan ini dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Bila penyumbatan ini terjadi di pembuluh
koronaria dinamakan penyakit jantung koroner.

B. Faktor-faktor Resiko Penyebab PJK

Faktor resiko adalah semua faktor penyebab (etiologi) ditambah dengan faktor
epidemiologi yang berhubungan dengan terjadinya suatu penyakit. Secara garis besar faktor
resiko dapat dibagi 2 (dua) yaitu, faktor resiko yang tidak dapat diubah dan faktor resiko yang
dapat diubah.

3. Faktor Resiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable Risk Factors)


Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah terdiri dari keturunan, jenis kelamin, umur
dan stress.
a. Keturunan
Keturunan mengambil peranan penting dalam menentukan resiko alamiah dari PJK.
Penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai anggota keluarga menderita PJK
di bawah umur 55 tahun menunjukkan bahwa ada anggota lain dari keluarga tersebut yang
mempunyai penyakit jantung yang bersifat premature.
Beberapa kelompok keluarga yang mempunyai predisposisi PJK adalah ayah (37%), ibu
(9,98%), saudara sekandung (27,6%), saudara kembar laki-laki ( 43%) dan saudara kembar
perempuan 21%, (Bustan, 2000).
b. Jenis Kelamin
Pria lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan wanita, setelah manopause
frekuensinya sama antara pria dan wanita. Pria beresiko terkena PJK setelah berusia 40 tahun,
sedangkan wanita setelah berusia 50 tahun. Wanita lebih terlindungi dari PJK mungkin
karena hormon estrogen pada wanita (Soeharto, 200)
Pravalensi PJK lebih tinggi pada laki-laki dari pada wanita. Pada umur 45-54 tahun rasio
terkena PJK pada laki-laki 6 kali dari pada wanita. Pada umur 50 tahun ASDR laki-laki dan
wanita akibat PJK tidak berbeda, dan pada umur 80 tahun ASDR pada kedua jenis kelamin
sama (Sitepu, M, 1997).
c. Umur
Jelas sekali umur merupakan faktor yang amat berpengaruh terhadap terjadinya PJK,
terutama terhadap terjadinya pengendapan aterosklerosis pada arteri koroner. Saluran arteri
koroner ini dapat dibandingkan dengan saluran pipa ledeng, makin tua umurnya makin besar
kemungkinan timbulnya kerak di dindingnya, yang menyebabkan terganggunya aliran
dalam pipa (Soeharto,2000).
d. Stress
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi dan
dapat berakibat mempercepat kekejangan arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot
jantung terganggu. Dalam jangka panjang, terlalu banyak peristiwa yang menegangkan dalam
satu tahun dapat menjadi awal serangan jantung (Payne, 1995).

4. Faktor Resiko yang Dapat Diubah (Changeable Risk Factors)


a. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus beban pembuluh arteri perlahan-lahan.
Arteri mengalami proses pengerasan, menjadi tebal dan kaku, sehingga mengurangi
elastisitasnya. Tekanan darah yang terus menerus tinggi dapat pula menyebabkan dinding
arteri rusak atau luka dan mendorong proses terbentuknya pengendapan plak pada arteri
koroner (aterosklerosis). Proses ini menyempitkan lumen yang terdapat pada pembuluh
darah, sehingga aliran darah menjadi terhalang. Dengan demikian hipertensi merupakan salah
satu resiko PJK (Soeharto, 2000).
b. Kolesterol
Kolesterol dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar kolesterol dalam
darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh akan tetap sehat,
tetapi kelebihan kolesterol dapat mengendap di dalam pembuluh darah arteri, sehingga
menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal aterosklerosis, sehingga
menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup jumlahnya sehingga timbul sakit atau
nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke serangan jantung (Soeharto,
2000).
c. Pola Makan
Pola makan adalah frekuensi jumlah serta jenis makanan yang dikonsumsi. Tujuannya
untuk mencapai serta memelihara kesehatan dan status gizi optimal, untuk itu tubuh perlu
mengkonsumsi makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi yang seimbang sesuai
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Yang dimaksud dengan PUGS adalah pedoman dasar tentang gizi seimbang yang
disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi makanan di masyarakat secara baik dan
benar.
Berdasarkan fungsi utama zat gizi makanan harus mengandung sumber energi, sumber
protein dan sumber zat pengatur. Untuk memudahkan penyusunan menu sehari-hari yang
bervariasi dan bergizi dapat digunakan daftar bahan makanan penukar. Penukar ini dapat
digunakan dalam keadaan sehat maupun sakit (Almatsier, 2004).
d. Merokok
Asap merokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti adrenalin,
zat ini merangsang denyutan jantung dan tekanan darah. Asap rokok mengandung karbon
monoksida (CO2) yang memiliki kemampuan jauh lebih kuat dari pada sel darah merah
untuk menyerap oksigen, sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk
membawa oksigen ke jaringan-jaringan termasuk jantung (Irawan, 1998).
e. Diabetes melitus
Diabetes menyebabkan faktor resiko PJK yaitu bila kadar glukosa darah naik, terutama
bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, gula darah tersebut dapat mendorong
terjadinya pengendapan (arterosklerosis) pada arteri koroner. Diabetes yang tidak terkontrol
dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung menaikkan kadar kolesterol dan
trigliserida. Kadar glukosa darah stabil berkisar antara 70-140 mg/dl. Jika kadar glukosa
darah melebihi angka tadi maka dapat dipastikan jika seseorang telah positif menderita
diabetes melitus (Vitahealth, 2004).
f. Kegemukan dan kurang aktivitas
Kegemukan dan kurang aktivitas merupakan salah satu faktor risiko PJK, namun berbeda
dengan faktor risiko yang lain, kegemukan mendorong timbulnya faktor risiko yang lain
seperti diabetes melitus, hipertensi yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK.
Tekanan darah tinggi tidak jarang terjadi pada penderita obesitas. Kelebihan berat badan
memaksa jantung bekerja lebih keras. Adanya beban ekstra bagi jantung itu, ditambah dengan
terjadinya pengerasan pembuluh darah arteri koroner, cenderung mendorong terjadinya
kegagalan jantung (Soeharto, 2000).

C. Pengaturan Diet pada penderita jantung Koroner


Pengaturan diet merupakan salah satu upaya strategis untuk memperkecil resiko penyakit
jantung koroner. Dengan memperhatikan faktor resiko penyakit jantung koroner dan peranan
gizi dapat mengurangi resiko tersebut. Syarat diet yang dapat diterapkan untuk penderita
penyakit jantung adalah sebagai berikut:
1. Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
2. Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB
3. Lemak sedang yaitu 25-30% ari kebutuhan energi total, 10% berasal dari lemak jenuh,
dan 10-15% dari lemak tidak jenuh
4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia.
5. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan sulemen kalium, kalsium, dan
magnesium jika tidak dibutuhkan.
6. Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi dan edema.
7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.

Sedangkan syarat diet yang dianjurkan untuk penderita jantung koroner menurut
Krisnatuti adalah sebagai berikut : rendah kalori (terutama bagi penderita yang terlalu
gemuk), protein dan lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, rendah garam bila ada
tekanan darah tinggi, mudah dicerna, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas, porsi
kecil dan frekuensi pemberian tergolong sering (Krisnatuti dan Yenrina, 1999).
Jenis diet yang diberikan untuk penyakit jantung adalah sebagai berikut:
1. Diet jantung I
Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti Miokard Infark
(MCI) atau Decompensasio Kordis berat. Diet yang diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari
selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah energi dan
semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan selama 1-3 hari.
2. Diet jantung II
Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari diet jantung I atau setelah fase akut dapat diatasi. Jika disertai
hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung II garam rendah. Diet ini rendah
energi, protein, kalsium dan tiamin.
3. Diet jantung III
Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet diberikan sbagai
perpindahan dari diet jantung II atau kepada pasien jantung dengan kondisi penyakit jantung
yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai diet
jantung III garam rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi cukup zat gizi lain.
4. Diet jantung IV
Diet jantung IV diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari diet jantung III atau kepada pasien jantung dengan kondisi yang tidak
terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung IV garam
rendah. Diet ini cukup energi dan zat gizi lain kecuali kalsium.

D. Makanan yang Boleh dan tidak Boleh Diberikan Bagi Penderita Penyakit Jantung
Koroner
Bahan makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber karbohidrat Beras ditim ata disaring; roti, Makanan yang mengandung
mie, kentang, makaroni, gas atau alkohol, seperti:
biskuit, tepung beras/ terigu/ ubi, singkong, tape
sagu/ aren/ sagu ambon, singkong, dan tape ketan.
kentang, gula pasir, gula
merah, madu dan sirup.
Sumber protein hewani Daging sapi, ayam dengan Daging sapi dan ayam yang
lemak rendah; ikan, telur, berlemak, gajih, sosis, ham,
susu rendah lemak dalam hati, limpa, babat, otak,
jumlah yang sudah kepiting dan karang-
ditentukan. karagan, keju dan susu
penuh.
Sumber protin nabati Kacang-kacangan kering, Kacang-kacangan kering
seperti: kacang kedelai dan yang mengandung lemak
hasil olahannya, seperti tahu cukup tinggi seperti kacang
dan tempe. tanah, kacang mete, dan
kacang bogot.
Sayuran Sayurn yang tidak Semua sayuran yang
mengandung gas, seperti: mengandung gas, seperti:
bayam, kangkung, kacang kol, kembang kol, lobak,
buncis, kacang panang, sawi, dan nangka muda.
wortel, tomat, labu siam dan
tauge.
Buah-buahan Semua buah-buahan segar Buah-buhan segar yang
seperti: pisang, pepaya, mengndung alkohol dan gas
jeruk, semangka, apel, melon seperti: durian dan nangka
dan sawo. matang.
Lemak Minyak jagung, minyak Minyak kelapa dan minyak
kedelai, margarine, mentega kelapa sawit, santan kental
dalam jumlah terbatas dan
tidak untuk menggoreng
tetapi untuk menumis.
Kelapa atau santan encer
dalam jumlah terbatas.
Minuman Teh encer, cokelat, sirup Teh/kopi kental, minuman
yang mengandung soda dan
alkohol seperti bir dan wiski
Bumbu Semua bumbu selain bumbu Lombok, cabai rawit, dan
tajam dalam jumlah terbatas bumbu lai yang tajam.
Makanan yang menolong bagi penderita penyakit jantung koroner adalah sebagai berikut
(Wirakusumah, 2001) :
1. Sumber antioksidan, meliputi :

a. Sumber B-Karoten, yaitu ubi jalar, wortel, labu kuning, mangga bayam dan kailan

b. Sumber vitamin E, yaitu asparagus, taoge, minyak sayur dan kacang-kacangan


c. Sumber vitamin C, yaitu daun singkong, mangga, jeruk, brokoli, sawi dan jambu biji.

2. Sumber asam lemak omega 3, yaitu jenis ikan laut (teri, sarden, tenggiri dan tembang),
serta minyak ikan.

3. Sumber asam folat, yaitu kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah dan kacang
polong), sari jeruk asli, bayam dan hati ayam.

4. Sumber vitamin B6, yaitu pisang, daging ayam tanpa lemak, beras merah, oatmeal dan
tuna putih dalam kaleng.

5. Sumber flavonoid, yaitu melon, anggur, jeruk, pepaya, mangga, kesemek dan jambu biji.

6. Makanan tinggi serat, yaitu serealia, kacang-kacangan, labu, jagung, apel dan sayuran.

7. Bawang putih

8. Sumberlycopene, yaitu tomat masak

9. Minyak zaitun.
Makanan yang harus dikurangi oleh penderita penyakit jantung koroner adalah sebagai
berikut : daging berlemak, telur, susu penuh (whole milk), jeroan, makanan tinggi kolesterol
dan lemak jenuh (Wirakusumah, 2001).
Banyak mengkonsumsi lemak hewani (lemak jenuh) akan meningkatkan kolesterol
dalam darah, dalam proses jangka panjang akan mengakibatkan penimbunan (flak) di
pembuluh darah sehingga aliran darah ke seluruh tubuh dapat terganggu. Apabila perubahan
ini terjadi pada pembuluh darah koronaria menyebabkan PJK (Krisnatuti dan Yenrina, 2000).
E. Berbagai jenis menu untuk penyakit jantung koroner
4. Menu sehari Diet Jantung II
Waktu Menu
Pagi Bubur nasi
Telur dadar
Sup wortel
Susu skim
Pukul 10.00 Selada buah

Siang Bubur nasi


Daging semur
Sayur bening bayam
Jeruk
Pukul 16.00 Apel

Malam Bubur nasi


Ayam panggang
Tumis kacang panjang
Pepaya
Sumber: (Almatsier, 2010)
5. Menu sehari Diet Jantung III
Waktu Menu
Pagi Nasi tim
Telur rebus
Tahu ungkep
Sayur bening labu siam
Teh encer
Pukul 10.00 Selada buah

Siang Nasi tim


Ikan panggang
Tempe bumbu kuning
Sup oyong
Apel
Pukul 16.00 Agar-agar buah

Malam Nasi tim


Daging rolade
Tahu bacem
Tumis wortel
Pepaya
Sumber: (Almatsier, 2010)
6. Menu sehari Diet Jantung IV
Menu yang diberikan sama dengan menu diet jantung III, yang diubah hanya nasi tim
menjadi nasi.
Sumber: (Almatsier, 2010)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menurut WHO Coronary Heart Desease (PJK) adalah ketidaksanggupan jantung, akut
maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium
sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi. (Fahmi, 2004).
Faktor resiko penyebab Penyakit Jantung Koroner terdiri dari 2 faktor yaitu: tidak dapat
diubah (Unchangeable Risk Factors) dan yang dapat diubah (Changeable Risk Factors)
Syarat diet yang dianjurkan untuk penderita jantung koroner menurut Krisnatuti adalah
sebagai berikut : rendah kalori (terutama bagi penderita yang terlalu gemuk), protein
dan lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, rendah garam bila ada tekanan darah
tinggi, mudah dicerna, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas, porsi kecil dan
frekuensi pemberian tergolong sering (Krisnatuti dan Yenrina, 1999).
Jenis diet yang diberikan untuk penyakit jantung adalah Diet Jantung I, Diet Jantung II,
Diet Jantung III, dan Diet Jantung IV.
3.2. Saran
Apabila belum terkena penyakit Jantung Koroner, sebaiknya pola makan diatur
dengan tidak mengonsumsi makanan yang berisiko menyebabkan Penyakit Jantung
Koroner secara berlebihan.
Apabila telah terkena Penyakit Jantung Koroner, sebaiknya mengikuti prinsip dan
syarat pemberian makan untuk penyakit Jantung Koroner, serta tidak mengonsumsi
makanan yang berisiko memperparah penyakit Jantung tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23958/3/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/705/1/08E00124.pdf?origin=publication_det
ail

Anda mungkin juga menyukai