Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN OLEH
NIA SARTIKA, S. Kep
19.04.019

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) (Kens Napolion, S.Kp. M.Kep. Sp. Kep J)

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROFESI NERS
2020
A. Masalah Utama
Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana evaluasi diri dan
perasaan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif, yang
secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 1995 hal
74).
Harga diri adalah penilaian diri terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Sunaryo, 2004
hal 32).
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lama (NANDA, 2005). Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif
dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).

2. Etiologi
Menurut Keliat (1995) harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll.
Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
privasi yang kurang diperhatikan: pemeriksaan fisik yang
sembarangan, harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang
tidak menghargai.
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien mempunyai cara fakir yang negatif,
kejadian sakit, dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya.
Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1998) penyebab harga diri
rendah dibedakan menjadi dua yaitu faktor predisposisi dan stressor
presipitasi.
a. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi dapat menunjang terjadinya perubahan

dalam konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibedakan sebagai

berikut:

1) Perkembangan

Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dapat

mempengaruhi gangguan konsep diri, misal: krisis psikososial pada

masa perkembangan, harapan orang yang penting dalam hidupnya,

peran sosial yang diharapkan, aspek budaya yang mempengaruhi,

keadaan kesehatan fisik, dan pola penyelesaian masalah yang

dimiliki.

2) Faktor yang mempegaruhi harga diri

Pengalaman masa kanak-kanak merupakan faktor kontribusi

pada gangguan konsep diri diantaranya: anak sangat peka terhadap

perlakuan dan respon orang tua yang kasar, membenci, tidak

menerima atas usaha anak, ketidak pastian diri, dan anak yang tidak

menerima kasih sayang maka anak tersebut akan gagal mencintai

dirinya dan menggapai cinta orang lain.

3) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran

Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu telah

diterima masyarakat bahwa wanita kurang mampu, kurang mandiri,


kurang obyektif, dan kurang rasional dibandingkan dengan pria

sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, dan

kurang ekspresif dibandingkan dengan wanita.

4) Faktor yang mempengaruhi identitas personal

Orang tua selalu curiga pada anak sehingga anak akan ragu

apakah yang ia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang

tua maka akan timbul rasa bersalah. Kontrol orang tua pada anak

remaja akan menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua.

Anak remaja ingin diterima, dibutuhkan, diinginkan, dan dimiliki

oleh kelompoknya.

b. Faktor presipitasi

Gangguan konsep diri dapat disebabkan dari luar dan dari

dalam. Dimana situasi-situasi yang dihadapi individu tidak mampu

menyesuaikan stressor yang mempengaruhi gambaran diri seperti:

1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau

menyaksikan kejadian yang megancam.

2) Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang

diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis

transisi peran:

a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang

berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap

perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan


norma-norma budaya atau nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian

diri.

b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau

berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

c) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari

keadaan sehat menuju keadaan sakit. Transisi ini mungkin

dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,

bentuk, penampilan, dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur

medis, dan keperawatan.

3. Tanda Dan Gejala


Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah
(Stuart dan Sundeen, 1995)
a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri
b. Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri
c. Rasa bersalah atau khawatir
d. Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan
penyalahgunaan zat.
e. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan
f. Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan sosial
g. Menarik diri dari realitas
h. Merusak diri
i. Merusak atau melukai orang lain
j. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri
4. Mekanisme Sebab – Akibat
Sebab
a. Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi tentang tubuh
yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh, klien
biasanya tidak dapat menerima kondisinya, merasa kurang sempurna
kemudian akan timbul harga diri rendah
Tanda dan Gejala :
1) Menolak melihat,
menyentuh bagian tubuh yang berubah.
2) Menolak penjelasan
perubahan tubuh.
3) Persepsi negative
terhadap perubahan tubuh.
4) Mengungkapkan
keputusasaan.
5) Mengungkapkan
ketakutan.
b. Ideal diri tidak realistic
Ideal diri yang terlalu tinggi sukar dicapai dan tidak realitas, ideal diri
yang suram dan tidak jelas, cenderung menuntut. Kegagalan –
kegagalan yang dialami dan fantasi yang terlalu tinggi yang tidak dapat
dicapai membuat frustasi dan timbul harga diri rendah.
Tanda dan gejala :
1) Merasa diri tak berharga
2) Perasaan tidak mampu
3) Rasa bersalah
4) Ketegangan peran yang
dirasakan
5) Pandangan hidup yang
pesimis
6) Penolakan terhadap
kemampuan personal atau ketidakmampuan untuk mendapatkan
penghargaan yang positif

Akibat
a. Isolasi sosial : menarik diri
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu menari
diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun
minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri)
(Stuart dan Sundeen, 1995).
Tanda dan Gejala
1) Apatis
2) Ekspresi wajah sedih
3) Afek tumpul
4) Menghindar dari orang
lain
5) Klien tampak
memisahkan diri dengan orang lain
6) Komunikasi kurang
7) Kontak mata kurang
8) Berdiam diri
9) Kurang mobilitas
10) Gangguan pola tidur
(Tidur berlebihan/ kurang tidur)
11) Mengambil posisi tidur
seperti janin
12) Kemunduran kesehatan
fisik
13) Kurang memperhatikan
keperawatan diri

C. Pohon Masalah menurut Keliat (1998)

Isolasi sosial : menarik diri Akibat

Gangguan konsep diri : harga diri rendah Core problem

Gangguan citra tubuh Penyebab

D. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Menarik diri
Data Obyektif :
a. Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul.
b. Komunikasi kurang atau tidak ada.
c. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering
menunduk.
d. Berdiam diri dikamar/ tempat terpisah ; klien
kurang mobilisasi.
e. Menolak berhubungan dengan orang lain.
f. Tidak melakukan kegiatan sehari- hari.
Data Subyektif
Klien mengatakan lebih suka sendiri daripada berhubungan dengan orang
lain.

2. Harga diri rendah.


Data Obyektif :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
(mengkritik diri).
c. Merendahkan martabat.
d. Gangguan hubungan social, menarik diri,
lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang (sukar mengambil
keputusan)
f. Menciderai diri akibat harga diri rendah
serta tatapan yang suram.

Data Subyektif
a. Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak
mampu, bodoh, tidak tahu apa-apa.
b. Klien megungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri
3. Gangguan citra tubuh
Data Obyektif :
a. Menolak melihat, menyentuh bagian tubuh yang berubah.
b. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
c. Persepsi negative terhadap perubahan tubuh.
d. Mengungkapkan keputusasaan.
e. Mengungkapkan ketakutan.
Data Subyektif
Klien mengatakan malu terhadap dirinya sendiri.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh.

F. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Keperawatan: Isolasi sosial : menarik diri b.d gangguan konsep
diri: harga diri rendah
1. Tujuan Umum
Klien dapat mencegah terjadinya isolasi sosial : menarik diri, dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina berhubungan saling percaya
Kriteria evaluasi:
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Menunjukkan rasa senang
3) Ada kontak mata
4) Mau berjabat tangan dan menyebut nama
5) Mau menjawab salam
6) Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
7) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi:
1) Sapa klien dengan ramah baik dengan verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian kepada kllien dan perhatika kebutuhan dasar klien
Rasionalisasi: hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
hubungan interaksi selanjutnya.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki.
Kriteria Evaluasi:
1) Daftar kemampuan yang dimiliki klien di RS, rumah, sekolah dan
tempat kerja.
2) Daftar positif keluarga klien
3) Daftar positif lingkungan klien
Intervensi:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, buat
daftarnya.
2) Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif
3) Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan
aspek positif klien

Rasionalisasi:
1) Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol
diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan
keperawatannya.
2) Reinforcemen positif akan meningkatkan harga diri klien
3) Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan
hanya karena ingin mendapatkan pujian.

c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan


Kriteria evaluasi:
1) Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit
2) Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan dirumah
Intervensi Keperawatan:
1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama
sakit
2) Diskusikan kemampuan yang dapt dilanjutkan pengguanaan di
rumah sakit
3) Berikan pujian
Rasionalisasi:
1) Diskusikan pada klien tentang kemampuan yang dimiliki adalah
prasarat untuk berubah
2) Pengertia tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk
tetap mempertahankan penggunaannya.

d. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi:
1) Klien memiliki kemampuan yang akan dilatih
2) Klien mencoba
3) Susun jadwal harian
Intervensi Keperawatan:
1) Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di
rumah sakit.
2) Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.
3) Beri pujian atas keberhasilan klien.
4) Diskusikan jadwal kegiatan haria atas kegiatan yang telah dilatih.
5) Catatan : ulangi untuk kemampuan lain sampai semuanya selesai
6) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan, buat jadwal.
a) Kegiatan mandiri
b) Kegiatan dengan bantuan sebagian
c) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
d) Tingkatkan kegiatan yang disukai sesuai dengan kondisi klien
e) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
Rasionalisasi:
1) Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri
2) Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.
3) Contoh peran yang dilihat klien akan memotovasi klien untuk
melaksanakan kegiatan.

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan


kemampuanya.
Kriteria Evaluasi:
1) Klien melakukan kegiatan yang telah dilatih (mandiri, dengan
bantuan atau tergantung)
2) Klien mampu melakukan beberapa kegiatan mandiri
Intervensi Keperawatan:
1) Beri kesempatan pada untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasionalisasi:
1) Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri kllien
2) Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan
kegiatan yang biasa dilakukan
f. Klien dapt memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Kriteria Evaluasi :
1) Keluarga dapat memberi dukungan dan pujian
2) Keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien
Intervensi Keperawatan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
denga harga diri rendah.
2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
4) Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah
5) Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil
Rasionalisasi :
1) Mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat
proses penyembuhan klien
2) Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC, Jakarta.
Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
EGC. Jakarta.

Keliat, Budi Anna. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai