OLEH:
Elik Anistina, S.Kep.
NIM 182311101070
i
LEMBAR PENGESAHAN
Malang, 2018
Mahasiswa
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Malang,
Mahasiswa
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
LAPORAN PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Konsep Anatomi Fisiologi Acetabulum ............................................... 1
B. Definisi Acetabulum ............................................................................ 3
C. Epidemiologi ........................................................................................ 4
D. Etiologi ................................................................................................. 4
E. Klasifikasi ............................................................................................ 5
F. Patofisiologi ......................................................................................... 5
G. Manifestasi Klinis ................................................................................ 6
H. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 7
I. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi .......................... 10
J. Clinical Pathway .................................................................................. 12
K. Penatalaksanaan Keperawatan ............................................................. 13
a. Pengkajian/Assesment .................................................................... 13
b. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 17
c. Intervensi Keperawatan.................................................................. 23
d. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 29
e. Discharge Planning ....................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 30
iv
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN CLOSE FRAKTUR ACETABULUM
Oleh : Elik Anistina, S.Kep
Tulang manusia tersusun atas berbagai komponen, yaitu sel, matriks protein,
dan mineral. Sel terdiri dari tiga jenis dasar yaitu osteosit, osteoblas, dan
osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dan mensekresikan
matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen, dan 2% substansi dasar.
Matriks merupakan kerangka tempat garam mineral anorganik disimpan. Osteosit
adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang, dan terletak
dalam unit matriks tulang, atau osteon. Osteoklas adalah sel berinti banyak atau
multinuclear yang berfungsi untuk menghancurkan, resorpsi, dan remodelling
tulang.
Tulang pelvis terbentuk dari sacrum, coccygeus, dan sepasang tulang panggul
(coxae, innominate) yang menyatu kedepan membentuk simfisis pubis. Sacrum
dan coccygeus merupakan perpanjangan dari kolumna vertebra dan dihubungkan
sendi sakrococcygeus. Os coxae atau tulang innominate terdiri dari tiga bagian,
yaitu ilium, iscium, dan pubis. Ketiganya bertemu membentuk acetabulum
5
a. Ilium terdiri dari:
1) Fossa iliaka: bagian anterior yang berbentuk cekung dan halus
2) Tuberositas iliaka/iliac crest: bagian posterior, tempat menempelnya
fossa iliaka, otot abdomen, dan fasia lata
3) Spina anterior superior dan inferior: spina superior menjadi tempat
fiksasi ligamentum inguinal
4) Spina posterior superior dan inferior: spina superior menjadi tempat
fiksasi ligamentum sakrotuberosa dan sakroiliaka posterior
5) Linea arcuata: merupakan bagian pinggir pelvis, terletak diantara dua
segmen pertama sacrum
6) Linea terminalis/iliopectineal eminence: garis yang menghubungkan
ilium dan pubis
b. Ischium terdiri dari:
1) Spina ischiadika: perpanjangan bagian tengah posterior tiap tulang
ischium, jarak antara keduanya menggambarkan diameter terpendek
ruang pelvis
2) Ramus ischiadika: bergabung dengan os pubis membentuk foramen
obturatoar
3) Tuberositas ischiadika: tonjolan tulang yang menunjang tubuh saat posisi
duduk
c. Pubis terdiri dari:
1) Badan: dibentuk dari garis tengah penyatuan rami pubis superior
dan inferior
2) Simfisis pubis: sendi fibrokartílago tempat badan pubis bertemu
3) Tuberkulus pubis: proyeksi lateral dari ramus superior, tempat
melekatnya ligamentum inguinal dan rectus abdominis
4) Rami pubis superior dan inferior: bergabung dengan rami
ischiadika melingkari foramen obturatoar, tempat melekatnya
lapisan inferiordiafragma urogenital. Rami inferior desendens
menyatu dengan membentuk sudut 90-1000.
6
Gambar. Os Coxae tampak anterior
Pelvis dibagi menjadi dua bagian besar, pelvis mayor (pelvis bagian atas
/false pelvis), yang berada di atas linea terminalis termasuk 2 fossa iliaka, dan
pelvis minor (pelvis bagian bawah/true pelvis), yaitu area dibawahnya yang
bagian depannya dibatasi dengan os pubis, bagian posterior dengan sacrum dan
coccygeus, bagian lateral dengan iscium dan sedikit bagian ilium.
7
hiatus urogenital tempat lewatnya uretra, vagina, dan rektum; serta muskulus
koksigeus.
a. Arteri iliaca externa: bercabang menjadi arteri epigastrica inferior dan arteri
circumflexa ilium profunda. Arteri ini meninggalkan pelvis minor dengan
berjalan ke bawah ligamentum inguinale untuk selanjutnya menjadi arteri
femuralis.
b. Arteri iliaca interna: bercabang menjadi bagian anterior dan posterior yang
mengurus viscera pelvis, perineum, dinding pelvis, dan bokong
Kaufmann dkk. (2018) menjelaskan bahwa fungsi utama sistem skeletal pada
manusia meliputi 3 hal, yaitu support, movement, dan protection. Sistem skeletal
manusia terdiri dari tulang rawan, ligamen, dan jaringan lain yang melakukan
fungsi penting untuk tubuh manusia. Jaringan tulang atau jaringan osteosis
merupakan jaringan ikat padat yang keras, dan berfungsi untuk membentuk
sebagian besar kerangka, dan struktur pendukung internal tubuh. Tulang rawan
berfungsi untuk memberikan fleksibilitas dan permukaan halus untuk gerakan.
Ligamen yang merupakan jaringan ikat yang menghubungkan tulang ke tulang
lain merupakan jaringan ikat padat yang mengelilingi sendi dan mengikat tulang
bersama sama. Komponen komponen tersebut melakukan fungsi sebagai berikut:
8
C. Epidemiologi
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat
5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat
kecelakaan lalu lintas. Menurut Depkes RI (2011), fraktur pada ekstremitas bawah
akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya,
yaitu 46,2%.
D. Etiologi
Nurafif dan Kusuma (2015) menjelaskan bahwa etiologi fraktur adalah
sebagai berikut:
a. Faktor traumatik
Kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat
yang terkena, akan mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak
disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka terjadi
fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan
jaringan lunak ditempat yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat
fraktur mungkin tidak ada. Fraktur karena trauma ada 2 yaitu:
1) Trauma langsung adalah benturan pada tulang yang berakibat ditempat
tersebut.
2) Trauma tidak langsung adalah titik tumpu benturan dengan terjadinya
fraktur yang berjauhan.
b. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah
oleh karena tumor, kanker osteomilitis, dan osteoporosis.
E. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
oleh karena perlukaan di kulit (Smelter & Bare, 2002). Fraktur terjadi apabila
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka
akan terjadi trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang. Selain itu, beberapa keadaan patologis seperti osteoporosis,
osteomilitis, kanker tulang, dll dapat mengakibatkan tulang rapuh sehingga tulang
tidak mampu menopang berat badan tubuh dan akan terjadi fraktur.
Fraktur yang terjadi akan merusak jaringan sekitar. Pada fraktur terbuka akan
terdapat lesi atau luka yang mengakibatkan kerusakan intergritas jaringan yang
menjadi port de entry bakteri maupun kuman sehingga klien beresiko mengalami
infeksi. Pelepasan mediator nyeri (histamine, prostaglandin, bradikinin, serotonin,
dll) akan ditangkan oleh reseptor nyeri perifer dan kemudian impuls akan dikirim
ke otak yang memunculkan persepsi terhadap nyeri. Pelepasan mediator inflamasi
membuat pembuluh darah mengalami vasodilatasi sehingga terjadi peningkatan
9
aliran darah. Peningkatan permeabilitas kapilar mengakibatkan kebocoran cairan
ke intersisial sehingga terdapat tanda oedema. Oedema yang terjadi dapat
menekan pembuluh darah perifer.
Kerusakan jaringan sekitar akan mengakibatkan trauma pada arteri/vena
sehingga terjadi perdarahan. Perdarahan yang tidak terkontrol membuat klien
mengalami kehilangan volume cairan sehingga berisiko mengalami syok. Selain
itu, tanda deformitas mengakibatkan gangguan fungsi sehingga klien terhambat
dalam mobilitas fisiknya.
F. Manifestasi Klinis
Belleza (2016) menjelaskan bahwa manifestasi klinis fraktur adalah sebagai
berikut:
a. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di
imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Kehilangan fungsi
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur
menyebabkan deformitas, ekstrimitas yang bias di ketahui dengan
membandingkan dengan ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melekatnya otot.
c. Pemendekan ekstremitas
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Saat
ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
yang lainya.
10
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan fraktur adalah:
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada klien dengan fraktur
acetabulum meliputi:
11
f. Coagulation profile, bertujuan untuk mengetahui perubahan akibat
kehilangan darah.
I. Penatalaksanaan
Norvell (2017) menjelaskan bahwa penatalaksanaan pada pasien dengan
fraktur adalah melalui metode RICE, yaitu:
a. Rest
Nyeri merupakan sinyal tubuh bahwa telah terjadi suatu masalah. Hal yang
harus dilakukan ketika mengalami nyeri adalah menghentikan kegiatan fisik
dan yang paling penting harus dilakukan 2 hari pertama. Tulang yang
mengalami trauma harus diistirahatkan dan tidak diberikan banyak gerakan.
Tulang yang mengalami trauma dan mendapatkan tidak diistirahatkan atau
mendapatkan banyak gerakan, akan beresiko mengalami perpanjangan masa
penyembuhan.
b. Ice
Kompres menggunakan es pada hari pertama hingga hari kedua pasca
terjadinya trauma bertujuan untuk mengurangi nyeri atau rasa sakit, dan
menghentikan perdarahan.
c. Compression
Pemberian tekanan pada tubuh yang mengalami trauma dapat dilakukan
menggunakan elastic medical bandage atau ACE bandage. Pembebatan harus
dilakukan tepat, dalam arti tidak terlalu longgar, dan tidak terlalu rapat untuk
menjaga sirkulasi tetap berjalan lancar.
d. Elevation
Hal terakhir yang bisa dilakukan untuk menangani fraktur adalah dengan
mengelevasikan bagian yang trauma lebih tinggi dari jantung. Hal ini
bertujuan untuk melancarkan sirkulasi. Ketika terjadi fraktur pada tulang tibia
atau fibula maka tindakan elevasi bisa dilakukan dengan memberikan bantal
di bawah tulang tersebut, sehingga bagian yang mengalami trauma
diposisikan lebih tinggi daripada jantung.
12
imobilisasi fraktur, pasien harus disiapkan untuk menjalani prosedur dan
harus diperoleh izin untuk melakukan prosedur, dan analgetika diberikan
13
14
A. Clinical pathway
Tulang tidak mampu
Trauma langsung Tekanan pada meredam energi Keadaan
dan tidak tulang yang terlalu besar patologis
langsung
16
dibantu oleh orang lain, namun untuk aktivitas yang sifatnya ringan
pasien masih dapat melakukannya sendiri.
5) Personal Hygiene
Pasien masih mampu melakukan personal hygienenya, namun harus ada
bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering dilakukan pasien ditempat
tidur.
6) Riwayat Psikologis
Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas terhadap fraktur, selain itu
dapat juga terjadi ganggguan konsep diri body image, jika terjadi atropi
otot kulit pucat, kering dan besisik. Dampak psikologis ini dapat muncul
pada pasien yang masih dalam perawatan dirumah sakit. Hal ini dapat
terjadi karena adanya program immobilisasi serta proses penyembuhan
yang cukup lama.
7) Riwayat Spiritual
Pada pasien post operasi fraktur riwayat spiritualnya tidak mengalami
gangguan yang berarti, pasien masih tetap bisa bertoleransi terhadap
agama yang dianut, masih bisa mengartikan makna dan tujuan serta
harapan pasien terhadap penyakitnya.
8) Riwayat Sosial
Dampak sosial adalah adanya ketergantungan pada orang lain dan
sebaliknya pasien dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena
merasa dirinya tidak berguna (terutama kalau ada program amputasi).
f. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
Pre operasi: pada pemeriksaan sistem pernafasan tidak mengalami
gangguan.
Post operasi: biasanya terjadi reflek batu tidak efektif sehingga terjadi
penurunan akumulasi sekret. Bisa terjadi apneu, lidah ke belakang akibat
general anastesi, RR meningkat karena nyeri.
2) B2 (Blood)
Pre operasi: dapat terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi
dan respirasi karena nyeri, peningkatan suhu tubuh karena terjadi infeksi
terutama pada fraktur terbuka.
Post operasi: dapat terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi
dan respirasi karena nyeri, peningkatan suhu tubuh karena terjadi infeksi
terutama pada proses pembedahan.
3) B3 (Brain)
Pre operasi: tingkat kesadaran biasanya compos mentis.
17
Post operasi: dapat terjadi penurunan kesadaran akibat tindakan anastesi,
nyeri akibat pembedahan.
4) B4 (Bladder)
Pre operasi: biasanya klien fraktur tidak mengalami kelainan pada sistem
ini.
Post operasi: terjadi retensi urin akibat general anastesi.
5) B5 (Bowel)
Pre operasi: pemenuhan nutrisi dan bising usus biasanya normal, pola
defekasi tidak ada kelainan.
Post operasi: penurunan gerakan peristaltic akibat general anastesi.
6) B6 (Bone)
Pre operasi: adanya deformitas, nyeri tekan pada daerah trauma.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Kerusakan intergritas jaringan berhubungan dengan kelebihan volume
cairan
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kondisi
terkait: trauma
e. Risiko infeksi berhubungan dengan terpajan pada wabah
f. Risiko syok berhubungan dengan hipovolemik
g. Hambatan mobilitas fisik di tempat tidur berhubungan dengan nyeri
18
3. Intervensi Keperawatan
No. Masalah Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
19
2: jarang menunjukkan
3: kadang-kadang menunjukkan
4: sering menunjukkan
2.. Kerusakan integritas jaringan Intregitas jaringan: kulit dan membran Perawatan Luka Tekan (3520)
(00046) mukosa (1101)
Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan pasien dan keluarga akan adanya tanda
keperawatan selama 3x24 jam kulit pecah-pecah
diharapkan integritas kulit tetap 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
terjaga dengan kriteria hasil: 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
Indikator Aw 1 2 3 4 5 kering
al 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua
Sensasi jam sekali
elastisitas 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
Lesi 6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah
Perfusi yang tertekan
jaringan 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Pengecekan kulit (3590)
20
14. Monitor infeksi terutama daerah edema
15. Ajrkan anggota keluarga/pemberi asuhan
mengenai tanda-tanda kerusakan kulit, dengan
tepat
3. Hambatan mobilitas fisik Koordinasi pergerakan (0212) Peningkatan Mekanika Tubuh (0140)
(00085)
setelah dilakukan perwatan selama 3x24 1. Bantu pasien latihan fleksi untuk memfasilitasi
jam mobilitas fisik pasien membanik mobilisasi sesuai indikasi
dengan kriteria hasil: 2. Berikan informasi tentang kemungkinan posisi
penyebab nyeri otot atau sendi
1. Dapat mengontrol kontraksi 3. Kolaborasi dengan fisioterapis dalam
pergerakkan mengembangkan peningkatan mekanika tubuh
2. Dapat melakukan kemantapan sesuai indiksi
pergerakkan Peningkatan Latihan: Latihan Kekuatan (0201)
3. Dapat menahan keseimbangan
pergerakkan 4. Sediakan informasi mengenai fungi otot, latihan
Indikator Aw 1 2 3 4 5 fisiologis, dan konsekuensi dari
al penyalahgunaannya
Kontraksi 5. Bantu mendapatkan sumber yang diperlukan
pergeraka untuk terlibat dalam latihan otot progresif
n 6. Spesifikkan tingkat resistensi, jumlah
Kemantap pengulangan, jumlah set, dan frekuensi dari sesi
an latihan menurut lefel kebugaran actor atau
pergeraka tidaknya actor resiko
n 7. Instruksikan untuk beristirahat sejenak setiap
selesai satu set jika dipelukan
Keseimba
8. Bantu klien untuk menyampaikan atau
ngan
mempraktekan pola gerakan yan dianjurkan tanpa
pergeraka
beban terlebih dahulu sampai gerakan yang benar
n
sudah di pelajari
21
Terapi Latihan : Mobilitas Sendi (0224)
22
nadi
Akral
hangat
Tekanan
darah
Suhu
tubuh
Irama
pernafasan
Nadi
5. Resiko infeksi (00004) Keparahan infeksi (0703) Kontrol infeksi (6540)
Kontrol resiko (1902) 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah dipakai
setiap pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Ganti perawatan peralatan setiap pasien sesuai
selama 3x24 jam, tidak terjadi infeksi SOP rumah sakit
pada pasien dengan kriteria hasil: 3. Batasi jumlah pengunjung
4. Ajarkan cara mencuci tangan
Perlindungan infeksi (6550)
Indikator Aw 1 2 3 4 5 5. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
al 6. Berikan perawatan kulit yang tepat
Bau busuk Manajemen nutrisi (1100)
Suhu 7. Tentukan status gizi pasien
tubuh 8. Identifikasi adanya alergi
Nanah Identifikasi resiko (6610)
pada luka 9. Kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu
Kemampu 10. Identifikasi strategi koping yang digunakan
an
23
mengident
ifikasi
faktor
risiko
6. Risiko syok (00205) Pencegahan syok Pencegahan syok (4260)
24
2. Dapat melakukan kemantapan mengembangkan peningkatan mekanika tubuh
pergerakkan sesuai indiksi
3. Dapat menahan keseimbangan Peningkatan Latihan: Latihan Kekuatan (0201)
pergerakkan
4. Sediakan informasi mengenai fungi otot, latihan
fisiologis, dan konsekuensi dari
penyalahgunaannya
5. Bantu mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk terlibat dalam latihan otot progresif
6. Spesifikkan tingkat resistensi, jumlah
pengulangan, jumlah set, dan frekuensi dari sesi
latihan menurut lefel kebugaran dan ada atau
tidaknya faktor resiko
7. Instruksikan untuk beristirahat sejenak setiap
selesai satu set jika dipelukan
8. Bantu klien untuk menyampaikan atau
mempraktekan pola gerakan yan dianjurkan tanpa
beban terlebih dahulu sampai gerakan yang benar
sudah di pelajari
Terapi Latihan: Mobilitas Sendi (0224)
25
teraktur dan terencana
12. Instruksikan pasien atau keluarga cara melakukan
latihan ROM pasif, dan aktif
13. Bantu pasien ntuk membuat jadwal ROM
14. Sediakan petujuk tertulis untuk melakukan latihan
26
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan periodik setelah pasien
diberikan intervensi dengan berdasarkan pada berdasarkan pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, dan implementasi keperawatan. Evaluasi
keperawatan ditulis dengan format SOAP, yaitu:
C. Discharge Planning
Discharge planning yang dapat dilakukan pada pasien antara lain:
1. Meningkatkan masukan cairan
2. Dianjurkan untuk diet lunak terlebih dahulu
3. Dianjurkan untuk istirahat yang adekuat
4. Kontrol sesuai jadwal
5. Mimun obat sesuai dengan yang diresepkan dan segera periksa jika ada keluhan
6. Menjaga masukan nutrisi yang seimbang
7. Hindari trauma ulang
8. Melakukan terapi latihan untuk pemulihan pasca pembedahan
27
DAFTAR PUSTAKA
28