FISIOLOGI TULANG
Oleh :
Aliya Wardhani G991902003
Mardatilla Nur Juwita G992003093
Felizia Alika Yusman G992003054
Alifia Ramdhani Herida G991903003
Annisa Safitri A. G991905005
Pembimbing :
dr. Udi Herunefi Hancoro, Sp. B., Sp. OT (K)
FISIOLOGI TULANG
Hari, tanggal :
Oleh :
FUNGSI TULANG
Tulang terdiri dari matriks interseluler yang mengalami klasifikasi yang
juga mengandung serabut kolagen, dan beberapa jenis sel di dalam matriksnya
[ CITATION Dra12 \l 1033 ]. Tulang berfungsi sebagai:
1. penyokong struktur-struktur tubuh
2. pelindung organ-organ vital
3. tempat penyimpan kalsium dan fosfor
4. tempat melekatnya musculi/otot-otot untuk menghasilkan gerak
5. tempat untuk sel-sel yang memproduksi darah.
MACAM-MACAM OSIFIKASI
Osifikasi merupakan suatu proses pembentukan tulang baru oleh sel yang
disebut dengan osteoblas. Sel ini dan matriks tulang adalah dua elemen yang
paling penting terlibat dalam pembentukan tulang. Proses dari pembentukan
tulang normal melibatkan dua proses penting, yaitu :
a. Osifikasi intramembranosa (mesenchymal)
Osifikasi intramembranosa terutama terjadi pada pembentukan
tulang pipih dari tengkorak, mandibular, maksila, dan klavikula. Hal ini
juga merupakan proses penting dalam penyembuhan tulang normal.
Tulang terbentuk dari jaringan ikat seperti jaringan mesenkim, bukan
kartilago. Tahap-tahap dari osifikasi intramembranosa adalah
pembentukan ossification center, kalsifikasi, pembentukan trabekula,
perkembangan periosteum.
Sel yang penting dalam pembentukan jaringan tulang melalui
osifikasi intramembranosa adalah mesenchymal stem cell. MSCs pada
mesenkim manusia atau kavitas medulari dari fraktur tulang, akan
menginisiasi osifikasi intramembranosa. MSC adalah sel yang tidak
bersifat khusus, yang morfologinya mempunyai karakteristik yang berubah
sewaktu ia berkembang menjadi osteoblas. Proses dari osifikasi
membranosa, yang intinya adalah mineralisasi langsung dari jaringan ikat
yang kaya akan pembuluh darah, mulai dari beberapa titik yang juga
dikenal sebagai center of ossification. Pada titik pusat tersebut, sel
mesenkimal (sel osteoprogenitor) berproliferasi dan menyatu disekitar
jaringan kapiler. Diantara sel-sel dan disekitar pembuluh darah terdapat
substansi amorphous dengan struktur kolagen fiber yang tertata rapi. Sel
osteoprogenior berdiferensiasi menjadi osteoblast, yang menciptakan
osteoid pada titik tengah agregasi. Osteoblas memproduksi matriks tulang
dan dikelilingi oleh fiber kolagen dan menjadi osteosit. Pada titik ini,
osteoid menjadi termineralisasi, menjadi sebuah nidus yang terdiri dari
osteoid termineralisasi yang mengandung osteosit dan dilapisi oleh
osteoblast aktif. Nidus ini bermula sebagai gabungan difus dari MSC yang
telah menjadi jaringan tulang. Proses dari terperangkapnya osteoblast
berlanjut, trabekula perlahan menebal, dan mengintervensi ruang vascular
(lapisan spongiosa) dan menyempit secara perlahan. Pada tulang
cancellous, akan tetapi, proses ini berjalan lambat, dan ruangannya akan
kelak ditempati oleh jaringan hemopoietik. Seiring perubahan ini terjadi
pada ossification center, jaringan mesenkim sekitar akan berkondensasi
menjadi periosteum fibrovaskular disekitar tepid an permukaannya.
Periosteum akan terbentuk dan pertumbuhan tulang akan berlanjut pada
permukaan trabekula. Seperti spicules, pertumbuhan dari trabekula akan
menghasilkan interkoneksi, dan jaringan ini disebut dengan woven bone.
Seiring waktu woven bone akan digantikan dengan lamellar bone.
Perkembangan dari proses osifikasi berlanjut disertai dengan peran stem
cells yang berasal dari bagian dalam dari periosteum (Breeland et al, 2020)
b. Osifikasi Intracartilaginous (endochondral)
Osifikasi endochondral terjadi pada tulang panjang dan sebagian
besar tulang di dalam tubuh, hal ini mencakup pembentukan inisial
kartilago hialin yang terus bertumbuh. Osifikasi ini juga merupakan proses
penting selama pertumbuhan panjang dari tulang panjang dan
penyembuhan alami sewaktu fraktur tulang (Mackie et al, 2008).
Langkah-langkah dalam osifikasi endochondral adalah :
1. Pembentukan model kartilago
2. Pertumbuhan dari model kartilago
3. Perkembangan dari primary ossification center
4. Perkembangan dari secondary ossification center
5. Pembentukan dari articular cartilage dan lempeng epifisis
Osifikasi endochondral bermula dari sebuah titik pada kartilago
yang disebut dengan “primary ossification centers”. Titik ini muncul pada
saat perkembangan fetus, walaupun beberapa tulang pendek memulai
primary ossificationnya setelah lahir. Osifikasi ini bertanggung jawab
pada pembentukan diafisis tulang panjang, tulang pendek, dan beberapa
bagian dari tulang irregular. Secondary ossification terjadi setelah lahir
dan membentuk epifisis dari tulang panjang dan ekstremitas dari tulang
irregular dan tulang pipih, Diafisis dan epifisis dari tulang panjang
dipisahkan oleh zona pertumbuhan kartilago (lempeng epifisis). Ketika
anak tersebut mencapai tingkat maturitas skeletal (18-25 tahun), semua
dari kartilago akan digantikan oleh tulang, menggabungkan diafisis dan
epifisis (penutupan epifisis) (McGonnel et al, 2012).
dipenuhi, yaitu viabilitas dari fragmen (suplai darah yang intak), immobilisasi
paling sering terjadi, dimana kedua fragmen fraktur didekatkan namun tidak
dalam 7-14 hari setelah fraktur. Penggunaan obat anti inflamasi dalam
penyembuhan fraktur.
woven bone antar fragmen fraktur. Proses ini berlangsung selama 4-6 minggu,
dan pada saat ini kalus masih rentan terhadap shear force, sehingga dibutuhkan
fiksasi. Woven bone kemudian akan diganti oleh lamellar bone, yang disusun
yang sembuh kembali menpunyai bentuk, struktur dan kekuatan yang semula.
dibawah 0.1 mm dan dilakukan netralisasi terhadap strain antar fragmen. Ini
merupakan tujuan dari fixasi internal yang stabil. Dalam penyembuhan fraktur
fiksasi internal meninggalkan jarak diatas 0.1 mm antar fragmen tulang. Dalam
proses ini, lamellar bone dideposisi dahulu tegak lurus terhadap aksis tulang.
Remodelling Harvesian tidak mulai sampai celah tersebut diisi oleh proses ini.
Dalam penelitian ini, kalus akan diambil pada hari ke 22, yaitu dalam
fase reparasi. Kalus tidak diambil lebih awal agar fase inflamasi telah dilewati
dibanding fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak pada fraktur oblik
vaskularisasi yang lebih baik dalam posisi asalnya. Imobilisasi yang sempurna
Bila terjadi infeksi pada daerah fraktur, baik itu disebabkan oleh
tindakan seperti reposisi terbuka fraktur tertutup atau pada fraktur terbuka,
Fase aktivasi
Input yang berbeda, seperti fraktur mikro, perubahan beban mekanis
yang dirasakan oleh osteosit atau beberapa faktor yang dilepaskan dalam
lingkungan mikro tulang, termasuk faktor pertumbuhan insulin-I (IGFI),
faktor nekrosis tumor-α (TNF-α), paratiroid hormon (PTH) dan interleukin-6
(IL-6), mengaktifkan sel-sel lapisan yang merupakan osteoblas yang belum
teraktivasi. Akibatnya, sel-sel yang melapisi, akan meningkatkan ekspresi
permukaannya sendiri dari RANKL (Penggerak Reseptor Nuklir κB Ligan),
yang pada gilirannya akan berinteraksi dengan reseptornya RANK
(Penggerak Reseptor Nuklear κB), yang diekspresikan oleh pra-osteoklas.
Interaksi RANKL / RANK memicu fusi pra-osteoklas dan berdiferensiasi
menjadi osteoklas berinti banyak.
Fase resorpsi
Setelah berdiferensiasi, osteoklas berpolarisasi, menempel pada
permukaan tulang dan mulai melarutkan tulang. Fungsi ini membutuhkan
dua langkah: i) pengasaman matriks tulang untuk melarutkan komponen
anorganik, dan ii) pelepasan enzim lisosom, seperti cathepins K, dan MMP9,
keduanya bertugas untuk mendegradasi komponen organik tulang. Setelah
mencapai fungsinya, osteoklas mengalami apoptosis. Ini adalah konsekuensi
fisiologis yang diperlukan untuk menghindari resorpsi tulang yang
berlebihan.
Fase Reverse
Sel-sel reverse, yang perannya belum sepenuhnya diklarifikasi akan
berperan pada fase ini. Memang, diketahui bahwa mereka adalah sel mirip
makrofag dengan kemungkinan fungsi penghilangan puing yang dihasilkan
selama degradasi matriks.
Fase pembentukan
Resorpsi matriks tulang mengarah pada pelepasan beberapa faktor
pertumbuhan yang disimpan di sini, termasuk protein morfogenetik tulang
(BMP), faktor pertumbuhan fibroblast (FGFs) dan faktor pertumbuhan
transformasi β (TGF β), yang kemungkinan bertanggung jawab untuk
perekrutan osteoblas di daerah yang diserap kembali. Setelah direkrut,
osteoblas menghasilkan matriks tulang baru, awalnya tidak mengalami
kalsifikasi (osteoid) dan kemudian mereka akan memicu mineralisasinya,
dengan demikian hal itu akan menyelesaikan proses pembentukan kembali
tulang. Ketidakseimbangan antara fase resorpsi dan pembentukan tulang,
mencerminkan remodeling tulang yang salah, yang pada gilirannya
memengaruhi massa tulang, yang akhirnya mengarah ke kondisi patologis.
(Cohen MM, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
Carey JJ, Licata AA, Delaney MF. Biochemical markers of bone turnover. Clin
Rev Bone Miner Metab. 2006;4:197–212.
Cohen MM. The new bone biology: pathologic, molecular and clinical
correlates. Am J Med Genetics. 2006;140A:2646–2706.
Drake, R. L., Vogl, W. & Mitchell, A. W. M., 2012. Gray's Basic Anatomy.
Philadelhia: Elsevier Churchill Livingstone
Mackie JE, Ahmed YAG, Tatarczuch L, Chen KS. Endochondral ossification :
How cartilage is converted into bone in the developing skeleton.
[internet] 2008 [diakses pada 11 September 2020] tersedia dari :
https://www.researchgate.net/publication/6179017_Endochondral_ossif
ication_How_cartilage_is_converted_into_bone_in_the_developing_sk
eleton
McGonnel I, Grigoriadis AE, Lam EWF, Price JS, Sunters A. A specific role for
phosphoinositide 3-kinase and AKT in osteoblast. [internet] 2012
[diakses pada 11 September 2020] tersedia dari :
https://www.researchgate.net/publication/230571038_A_specific_role_
for_phosphoinositide_3-kinase_and_AKT_in_osteoblasts
Paulsen F & Waschke J. 2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid 1, Edisi 23.
EGC, Jakarta
Prof. Chairuddin Rasjad, MD. P. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. 2012.
Thomas SDC. Bone turnover markers. Aust Prescr 2012; 35: 156-158.