Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN POST PARTUM SPONTAN

Untuk memenuhi tugas


Praktik Klinik Keperawatan Maternitas
Yang dibina oleh Ibu Sri Muda, S.Kp., M.Kes.

Oleh
Rahil Salsabilaning Disti
P17220194071

PRODI D-III KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Oktober 2021
POST PARTUM SPONTAN

A. Definisi

Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan,
keluarnya cairan berupa lochea dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,
2009).

Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu
penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia, 2012).

Post partum spontan adalah masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran
meliputi minggu-minggu selanjutnya pada waktu saluran reproduksi kembali dalam
keadaan tidak hamil yang normal (Ambarwati, 2010 dikutip dari Kumalasari, 2015).

B. Etiologi

Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan


dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi (Hafifah, 2011)

a. Teori penurunan hormone

1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen.
Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.

b. Teori placenta menjadi tua


Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh
darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

d. Teori iritasi mekanik

Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini
digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

e. Induksi partus

Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan
ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

C. Tanda dan Gejala

Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai berikut:

a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.

b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik


(kerumitan).

c. Masa menyusui anak dimulai.

d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan sebagai tanggung
jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

D. Patofisiologi

Masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dan terjadinya
perubahan fisikologis serta perubahan psikologis. Perubahan fisikologis ini terdapat
involusi uterus yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Involusi terjadi perubahan-perubahan penting yakni mengkonsentrasi dan
timbulnya laktasi yang terakhir karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar-kelenjar mamae.

Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah yang


ada antara nyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks
adalah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2- 5mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisasisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3
minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan perlu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti semula
(Aspiani, 2017).

E. Klasifikasi

Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :

1. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan dimana
ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih dan boleh
melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.

2. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu
3. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bias berminggu-minggu, bulanan
bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).

F. Penatalaksanaan

Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien dengan post
partum adalah sebagai berikut:

a. Meperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.

b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan makanan pada


bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik antara ibu dan anak.

c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya mingisi


peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga baru, maupun budaya
tertentu.

G. Komplikasi
Komplikasi post partum spontan menurut Aspiani, 2017 antara lain :

a. Pembengkakan payudara

b. Mastitis (peradangan pada payudara)

c. Endometritis (peradangan pada endometrium).

d. Post partum blues.

e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada


jaringan terinfeksi atau pengeluaran cairan berbau dari jalan lahir selama persalinan atau
sesudah persalinan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama pada semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data
dilakukan melalui anamnesis. Anamnesis adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan
data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan dan anamnesis dapat
dilakukan melalui dua cara antara lain : Autoanamnesis yaitu Anamnesis yang dilakukan
kepada pasien langsung, sedangkanAlloanamnesis yaitu Anamnesis yang dilakukan
kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang klien, hal ini dilakukan pada
keadaan darurat ketika klien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang
akurat (Sulistyawati & Nugraheny, 2010).

1. Identitas

Identitas klien dan identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, alamat,
pekerjaan, tanggal lahir, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan, ruang rawat,
nomor medical record, diagnosa medis, alasan masuk, keadaan umum, tanda-tanda
vital.

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan pada klien dengan post partum adalah nyeri pada
daerah perineum atau vagina.

3. Riwayat penyakit sekarang

Klien merasakan nyeri karena trauma akibat proses persalinan, ASI sudah keluar dan
klien dapat memberikan ASI pada bayinya.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang pernah diderita yang ada hubungannya dengan penyakit
sekarang (post partum spontan).

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit yang pernah diderita menyangkut penyakit keluarga atau keturunan.

6. Riwayat Obstetri

Riwayat obstetri pada klien dengan post partum sebagai berikut :

a. Keadaan haid, tentang menarche, siklus haid, hari pertama, haid terakhir, jumlah
dan warna darah keluar, encer, menggumpal, lamanya haid, nyeri atau tidak dan
berbau.

b. Riwayat kehamilan, berapa kali melakukan antenatal care, selama kehamilan


periksa dimana, ukur tinggi badan dan berat badan.

c. Riwayat persalinan, jenis persalinan spontan atau sectio caesaria, penyulit selama
persalinan.

7. Pola Kebiasaan Sehari-hari menurut Virginia Henderson :

a. Respirasi, frekuensi pernafasan meningkat.

b. Nutrisi

c. Eliminasi, buang air kecil secara spontan sudah dapa dilakukan dalam 8 jam post
partum. Buang air besar terjadi pada 2-3 hari post partum.

d. Istirahat/ tidur

e. Kebutuhan personal hygiene

f. Gerak dan keseimbangan tubuh, aktivitas berkurang dan tidak bisa berjalan karena
nyeri akibat adanya trauma persalinan.

8. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada klien dengan post partum :

a. Keadaan umum, keadaan umum klien biasanya lemah setelah persalinan.

b. Kesadaran, kesadaran klien biasanya baik (composmentis).

c. Pemeriksaan fisik head to toe

1) Kepala dan rambut


Bentuk kepala, kulit kepala, apakah kotor atau berketombe, rambut apakah tampak
lusuh atau kusut, apakah ada luka/ laserasi.

2) Wajah

Wajah pucat atau tidak, bentuk wajah lonjong atau oral.

3) Mata

Bentuk bola mata, ada tidaknya gerak mata, konjungtiva anemis atau tidak, bentuk
mata simetris atau tidak.

4) Hidung

Ada tidaknya septuminasi, polip dan kebersihan.

5) Telinga

Kebersihan atau tidaknya kelainan fungsi pendengaran, kelainan anatomi pada


telinga.

6) Mulut, bibir

Bentuk bibir simetris atau tidak, kelembapan, kebersihan mulut, ada tidaknya
pembesaran tonsil, ada tidaknya kelainan bicara.

7) Gigi

Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan gigi, ada tidaknya peradangan pada gusi
atau caries gigi.

8) Leher

Ada tidaknya pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis.

9) Integument kulit

Warna kulit, apakah pucat atau tidak, kebersihan, turgor kulit, tekstur kulit.

10) Payudara

Payudara membesar, areola mammae warnanya lebih gelap, papilla mammae


menonjol, keluar colostrum ASI.

11) Thorax atau dada


a) Jantung

Inspeksi : seperti tak tampak retraksi dinding dada

Perkusi : bunyi pekak.

Palpasi : seperti tak ada nyeri tekan, tak teraba ictus cordis.

Auskultasi : seperti S1, S2 reguler.

b) Paru-paru

Inspeksi : seperti tidak ada jejas

Perkusi : bunyi sonor.

Palpasi :seperti tidak ada nyeri tekan, fokal fremitus seimbang kanan dan
kiri.

Auskultasi : vesikuler

c) Abdomen

Inspeksi : diastasis rektus abdominalis

Auskultasi : fungsi pencernaan untuk mengetahui bissing usus.

Perkusi : kuadran I bunyi redup, kuadran II, III, IV tympani.

Palpasi : involusi uterus suatu proses dimana uterus kembali kekondisi


sebelum hamil, fundus uterus, kandung kemih dan kontraksi.

12) Genetalia

a) Vagina (integritas kulit, edema, hematom)

b) Perineum : utuh/ episiotomi/ ruptur.

Tanda REEDA :

Rednees : seperti tidak ada kemerahan.

Edema : seperti tidak ada pembengkakan

Echimosis : seperti tidak ada kebiruan

Dischargment : seperti tidak ada cairan sekresi yang keluar.


Approximity : seperti ada jahitan luka

c) Lochea ( jumlah, jenis, konsistensi, bau)

13) Ekstremitas atas dan bawah: seperti tidak ada bengkak, tidak ada varises.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Post Partum Spontan Menurut Hermand, dkk (2015),


diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia terhadap
gangguann kesehatan atau proses kehidupan dari seorang individu, keluarga, kelompok
atau komunitas.

Menurut Aspiani (2017), diagnosa yang muncul pada klien post partum spontan adalah :

1. Nyeri Akut (00132) berhubungan dengan Agen Cidera Fisik

2. Kerusakan Integritas Kulit (00046) berhubungan dengan Faktor Mekanik (Luka Insisi)

3. Defisiensi Pengetahuan (00126) berhubungan dengan Kurang Informasi

4. Hambatan Mobilitas Fisik (00085) berhubungan dengan Kelemahan Umum

5. Intoleransi Aktivitas (00092) berhubungan dengan Tirah Baring

6. Resiko Infeksi (00004) berhubungan dengan Prosedur Invasif

3. Intervensi

Intervensi Keperawatan Post Partum SpontanMenurut Bullechek, dkk (2015),


rencana keperawatan atau intervensi keperawatan adalah suatu perawatan yang dilakukan
perawat berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan
outcome klien.

Menurut Aspiani (2017), intervensi keperawatan yang muncul pada kasus post partum
spontan sebagai berikut :

1. Nyeri Akut (00132) berhubungan dengan Agen Cidera Fisik


a. Monitor tanda-tanda vital sign (6680)

1) Monitor tekanan darah ,nadi, pernafasan dan suhu

b. Manajement Nyeri (1400)

1) Lakukan pengkajian skala nyeri komprehensif

2) Berikan posisi yang nyaman (setengah duduk atau telentang)

3) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan


sampaikan penerimaan klien terhadap nyeri.

4) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (misalnya: teknik relaksasi nafas


dalam, terapi musik, bimbingan antisipatif, akupressur, pijatan atau massase) dan
teknik farmakologis (dengan menggunakan terapi pemberian obat analgesik dari
dokter).

c. Pemberian Analgesik (2210)

1) Tentukan lokasi karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.

2) Kolaborasi pemberian terapi obat analgesik sesuai dengan indikasi dokter.

2. Kerusakan Integritas Kulit (00046) berhubungan dengan Faktor Mekanik (luka


insisi/luka jahitan)

a. Perawatan Luka (3660)

1) Angkat balutan dan plester perekat atau angkat pembalut

2) Monitor karakteristik luka termasuk drainase, warna, ukuran, dan bau

3) Ukur luas luka yang sesuai

4) Bersihkan luka dengan air bersih dengan tepat

5) Berika perawatan luka insisi pada luka yang diperlukan

6) Berikan perawatan ulkus pada kulit yang diperlukan

7) Oleskan salep yang sesuai dengan kulit yang diperlukan

8) Ganti pembalut yang bersih atau steril


9) Anjurkan klien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi

10) Dokumentasi lokasi luka dan ukuran luka

b. Perawatan Perineum (1750)

1) Inspeksi kondisi insisi atau robekan (misalnya episiotomi, laserasi atau


sirkumsisi)

2) Membantu klien membersihkan perineum

3) Jaga area perineum tetap kering

4) Bersihkan area perineum secara teratur

5) Menganjurkan klien untuk mengganti pembalut yang sesuai untuk menyerap


cairan

6) Memberikan posisi yang nyaman

7) Memberikan obat antibiotik dengan tepat

c. Perawatan Post Partum (6930)

1) Pantau tanda-tanda vital sign

2) Monitor lokhea terkait dengan warna, jumlah, bau, adanya gumpalan

3) Pantau perineum atau luka insisi dan jaringan sekitarnya yaitu memantau adanya
kemerahan, edema, echimosis, cairan nanah, dan perkiraan tepi luka)

4) Ajarkan klien perawatan perineum untuk mencegah infeksi dan mengurangi


ketidaknyamanan.

5) Kolaborasi obat antibiotik dengan dokter

3. Defisiensi Pengetahuan (00126) berhubungan dengan Kurang Informasi

a. Pendidikan Kesehatan : Tindakan Pemberian ASI (5510)

1) Identifikasi tingkatkan pengetahuan pasien

2) Berikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat pemahaman klien mengenai ASI


eksklusif
3) Anjuran klien untuk bertanya dan diskusi

4) Kolaborasi dengan anggota keluarga untuk selalu mengingatkan klien agar selalu
menerapkan informasi yang sudah didapat.

b. Pendidikan Orang Tua : Bayi (5568)

1) Tentukan pengetahuan, kesiapan, dan kemampuan orang tua dalam belajar


mengenai perawatan bayi.

2) Ajarkan orang tua keterampilan dalam merawat bayi yang baru lahir

4. Hambatan Mobilitas Fisik (00085) berhubungan dengan Kelemahan Umum

a. Manajement Energi (0180)

1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan beraktifitas mobilisasi.

b. Terapi Latihan : Ambulasi (0221)

1) Beri terapi ambulasi tukar posisi pada klien

2) Bantu posisi untuk berdiri, berjalan, ambulasi dengan jarak tertentu dan dibantu
dengan keluarga atau perawat.

3) Kolaborasi pemberian terapi obat dengan dokter

5. Intoleransi Aktivitas (00092) berhubungan dengan Tirah Baring

a. Terapi Aktivitas (4310)

1) Monitor tanda – tanda vital

2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

3) Berikan aktivitas untuk meningkatkan aktivitas klien.

4) Kolaborasi dengan tim medis.

b. Terapi Latihan : Ambulasi (0221)

1) Beri terapi ambulasi tukar posisi pada klien

2) Bantu posisi untuk berdiri, berjalan, ambulasi dengan jarak tertentu dan dengan
sejumlah staf tertentu.
3) Bantu klien untuk perpindahan sesuai kebutuhan.

4) Kolaborasi pemberian terapi obat dengan dokter.

6. Resiko Infeksi (00004) berhubungan dengan Prosedur Invasif

a. Kontrol Infeksi (6540)

1) Kaji tanda dan gejala infeksi (misalnya: suhu tubuh, kemerahan, panas, bengkak,
berbau busuk, vulva udema).

2) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya : usia lanjut, status
imun menurun dan malnutrisi)

3) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.

4) Monitor sel darah putih (leukosit).

b. Perawatan Perineum (1750)

1) Inspeksi kondisi insisi atau robekan perineum

2) Bersihkan lingkungan secara tepat.

3) Ganti peralatan klien setiap selesai tindakan.

5) Gunakan sabun untuk cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril.

6) Bantu klien membersihkan vulva dan perineum.

7) Menganjurkan klien untuk mengganti pembalut yang sesuai untuk menyerap


cairan

8) Menganjurkan klien atau keluarga untuk menjaga personal hygiene dan


melindungi tubuh terhadap infeksi.

9) Kolaborasi pemberian terapi obat antibiotik dari dokter

4. Implementasi

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk


mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh sebab itu, rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari
implementasi adalah membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Efendi & makhfudli, 2009)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan
implementasinya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan
klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan
dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan,
sehingga perawat dapat mengambil keputusan. Proses evaluasi terdiri atas dua tahap yaitu
mengukur pencapaian tujuan klien yang baik kognitif, afektif, psikomotor dan perubahan
fungsi tubuh serta gejalanya serta membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan
dan pencapaian tujuan (Efendi & Makhfudli, 2009).

Anda mungkin juga menyukai