Disusun Oleh:
1. Siti Rozaha A (203203068)
2. Alviani (213203001)
3. Andi Setiawan (213203002)
4. Anisa Choiru R (213203003)
5. Kevin Arova (213203020)
6. Nurlinda Juriati (213203031)
7. Ovilia Nabila (213203032)
8. Antika Cahyani (213203049)
B. Method
Design penelitian yang direview pada penelitian ini terdiri dari beberapa
jurnal penelitian dengan study qualitative, case study, descriptive study dengan
pendekatan qualitative. Kriteria inklusi yaitu upaya meningkatkan komunikasi
efektif perawat pasien. Pencarian literatur melalui penelusuran beberapa artikel
yang telah di publish dengan populasi yaitu perawat dan pasien. Penelusuran
telah dilakukan dengan menggunakan EBSCO Shot 359 jurnal, yakni terdiri 3
Jurnal yang Full teks Pdf, pencarian Science Direct 9.864 dan menemukan 2
Jurnal yang Full teks pdf, googlesearch, artikel yang ditemukan dari masing
masing pencarian berdasarkanpublication date 2012 -2017 dengan kata kunci :
effective communication, efforts to improve, patient nurse. Artikel atau jurnal
yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian dilakukan critical appraisal skills
programme (CSAP) Ekstraksi data penelitian dilakukan dengan membaca hasil
dari penelitian kemudian diambil intisarinya. Semua bagain tersebut dimasukan
dalam sebuah tabel agar mempermudah dalam membaca hasil ekstraksi.
C. Result
Berdasarkan analisis artikel didapatkan beberapa upaya meningkatkan
komunikasi efektif pada perawat pasien yakni:
1. Pelatihan
Penelitian Sue Duke et al, (2014) : Jumlah peserta (85%) sangat setuju
bahwa pelatihan telah meningkatkan kepercayaan diri perawat untuk
memberikan pelayanan yang intensif pada pasien, perawat sangat setuju
bersedia untuk berbicara dengan orang-orang yang menderita dan mengatasi
masalah emosional , perawat sebagai peserta pelatihan (87%) sangat setuju
bahwa pelatihan tersebut akan membuat dampak pada praktek keperawatan
sangat baik.
4. Mini workshop
Penelitian oleh Anita Permatasari, 2016 : Mengadakan pelatihan
komunikasi terapeutik pada perawat baru dengan mini workshop. Hasilnya
sebanyak 4 responden (80%) perawat melakukan komunikasi terapeutik
dengan baik, sedangkan perawat dengan komunikasi terapeutik kurang baik
sebanyak 1 responden (20%).
D. Analisis
Dari hasi diatas dapat dianalisis bahwa upaya dalam meningkatkan
komunikasi efektif pada perawat pasien sangat penting untuk dilakukan. Kualitas
komunikasi perawat yang profesional memiliki korelasi positif yang signifikan
dengan kepuasan pasien. Penelitian ini membutuhkan pola strategi dan
ketrampilan komunikasi yang efektif melalui upaya profesional secara formal
yang memberi pengaruh pada kepuasan pasien yang dirawatnya. Efektifitas
komunikasi perawat pasien melalui evidence based literature review
mendapatkan bahwa untuk memiliki ketrampilan komunikasi yang efektif
melalui upaya pelatihan komunikasi, membuat panduan keterampilan
komunikasi yang peka terhadap budaya, Program komunikasi terapeutik
terencana, mini workshop.
E. Disscussion
1. Pelatihan
Model pelatihan komunikasi SAGE dan THYME, sangat efektif
karena memberikan pembinaan, dan pelatihan kepada perawat yang
menghargai pasien serta fokus pada penyelesaian masalah pasien itu sendiri.
Menggunakan pelatihan model komunikasi SAGE & THYME telah
memungkinkan perawat memiliki rasa percaya diri yang baik menghadapi
setiap pasien yang mengalami deprasi, kecemasan, kekwatiran terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh pasien.
4. Mini workshop
Penelitian oleh Anita, (2016) yakni dengan mini workshop yang
dikoordinir oleh Kepala Ruangan memberikan arahan tentang bagaimana
komunikasi terapeutik, apa yang harus dilakukan dari fase pra interaksi
sampai dengan fase terminasi kepada perawat yang ditunjuk. Setelah diberi
pengarahan (treatment), peneliti dan partisipan mengimplementasikan
rencana tindakan dengan harapan adanya peningkatan. Komunikasi
merupakan upaya individu dalam menjaga dan mempertahankan individu
untuk tetap berinteraksi dengan orang lain dan komponen penting dalam
praktik keperawatan. Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk
mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan
dan dipelihara secara terus menerus.
Pembagian peran:
1. Perawat : Alviani
2. Keluarga pasien : Andi S
3. Pasien : Anisa C
4. Video grafer : Siti R A
NASKAH KASUS :
NARATOR:
Disuatu hari pagi yang cerah. Perawat beserta tim telah melakukan
operan jaga dari sift malam ke pagi. Selanjutnya, perawat bertugas sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
BAGIAN DIALOG
TAHAP PRE INTERAKSI
1. Sebelum ke pasien, perawat sudah membaca catatan medis pasien atas nama
Ny AN 50 tahun dengan diagnose medis DM.
2. Perawat sudah mempersiapkan alat (injeksi novorapid 6 unit, alcohol swab ,
troli obat dan sarung tangan).
3. Perawat mencuci tangan 6 langkah dengan baik dan benar.
TAHAP ORIENTASI
Perawat “Assalamualaikum, permisi bu..
Selamat pagi..”
Pasien& “Waalaikumsalam, pagi sus”
keluarga
Perawat “Perkenalkan Ibu, saya perawat Alvi yang bertugas pagi ini
dari pukul 08.00 pagi hingga jam 14.00 nanti”
Perawat “Dengan ibu siapa ? Alamatnya dimana bu ?”
Pasien “AN, Triharjo Sleman”
Perawat “Biasanya ibu suka dipanggil siapa bu?”
Pasien “Ibu A”
Perawat “Baik ibu A nggih”. (Kemudian perawat mengecek gelang
identitas & menyocokan no RM)
“Benar ya bu..”
Perawat “Bagaimana keadaannya bu? Apa yang ibu rasakan”
Pasien “Pegel badan saya sus..”
Perawat “Hmm baik, ibu merasakan pegal sejak kapan bu?”
Pasien “Hari ini sus pas bangun tidur.. sudah..”
Perawat “Baik ibu, badan ibu pegal tadi malam posisi tidur ibu
bagaimana?”
Pasien “Miring terus sus..”
Perawat “Baik ibu, badan pegal ibu karena tidur dalam satu sisi ya,
sebaiknya jika tidur ibu bisa berbaring, miring dengan
berganti posisi nyaman untuk mencegah pegal pada badan
ibu.”
Pasien “O.. iya sus tangan saya buat bantalan yang sebelah makanya
pegal.”
Perawat “Jadi ibu nanti ketika tidur bisa berganti posisi dengan
mengatur posisi nyaman nggih bu..”
“Baik bu, tujuan saya di sini akan memberikan injeksi /
menyuntikkan insulin pada bagian lengan kiri ibu untuk
menurunkan kadar glukosa darah ibu/ supaya gula ibu
terkontrol dan tidak tinggi nggih. Karena tadi pagi pukul
05.00 di cek gula darah ibu 241 nggih. Normalnya gula darah
<200. Nanti sedikit agak sakit ketika saya suntik dibagian
lengan nggih bu”
Pasien “Nggih sus, kemarin disuntikkan dilengan..”
Perawat “Baik ibu jika ibu sudah paham, apakah ibu bersedia dan bisa
kita mulai? Kurang lebih membutuhkan waktu 10 menit.”
“Sebelumnya apakah ada yang ditanyakan?”
“Ibu sudah sarapan nggih? Berapa menit yang lalu bu?”
Pasien “Nggih sus silakan, saya sudah sarapan sekitar 30 menit yang
lalu.”
“Tidak ada.”
Tutup privasi (Tirai)
TAHAP KERJA
Perawat “Kita mulai ya bu..”
“Permisi nggih bu saya buka lengan baju ibu sebelah kiri.”
“Nanti saya akan suntikkan tegak lurus/ sudut 90 derajat
nggih bu.”
“Jika sakit nanti ibu bisa tarik nafas dalam.”
(Cuci tangan pakai handrub)
(Pakai sarung tangan, buka alcohol swab lalu desinfektan
tempat penyuntikan, buka novorapid).
“Permisi nggih bu, saya mulai suntikkan insulinnya, apabila
sakit bisa tarik napas dalam.”
(menyuntikkan novorapid 6 unit)
Perawat “Sampun nggih bu..” (sambil membereskan alat)
“Bagaimana bu perasaannya setelah disuntik insulin ?”
Pasien “Gak kerasa sus. Nyaman saja.”
FASE TERMINASI
Perawat “Baik ibu, Alhamdulillah jika tidak sakit. Kerjasama ibu
sangat baik dan kooperatif. Nanti jam 12.00 saya akan
kembali setelah makan siang untuk mengecek GDS ibu lagi.
Sebelum saya kembali ke ruangan apakah ada yang ingin
ditanyakan?”
Keluarga “Sus inikan ibu saya mau minum teh manis, karena suka
sekali minum the manis. Boleh gak ya ?”
Perawat “Boleh saja mas, tetapi jangan terlalu sering. Sebaiknya gula
nya diganti gula jagung, biasanya dengan merk
(tropikanaslim) hehe. Supaya gula darah ibu tetap terjaga dan
tidak tinggi nggih.”
Keluarga “Oh baik sus, di supermarket terdekat atau apotik ada ya gula
itu”
Perawat “Ada mas biasanya”
Keluarga “Oke sus makasih”
Perawat “Sama-sama.. sebelum saya kembali ke ruangan ada yang
ingin ditanyakan lagi? Jika tidak, apabila ibu memerlukan
saya, bisa pencet bell sebelah sini atau keluarga bisa
memanggil ke ruangan perawat. Saya permisi nggih bu..
selamat pagi.”
(Perawat setelah melakukan tindakan, cuci tangan dan mendokumentasikan
tindakan keperawatan)
DAFTAR PUSTAKA
Arwani. (2006). Manajemen Bangsal Keperawatan. EGC.
M, T., & Juliane. (2010). Komunikasi Terapeutik dan Konseling dalam Praktek
Kebidanan. Salemba Medika.