Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN SYOK NEUROGENIK

OLEH

Kelompok 5 :

VI B KEPERAWATAN
1. Tsamara Adzra Sepira C1118042
2. Ni Putu Leni Anggraeni C1118048
3. Putu Ayu Melani C1118053
4. Ayu Nanda Rosma Dewi C1118058
5. Gede Wiryawan C1118066
6. Pande Kadek Anis Dwi Pratiwi Putri C1318106

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA USADA BAL

2021
A. Definisi
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital tubuh. Seseorang
dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan zat gizi ke
sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi menyebabkan kematian sel
yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita
(Boswick, 1997)
Syok sulit didefinisikan, hal ini berhubungan dengan sindrom klinik yang
dinamis yang ditandai dengan perubahan sirkulasi volume darah yang
menyebabkan ketidaksadaran dan memyebabkan kematian (Skeet,1995).
Shock tidak terjadi dalam waktu lebih lama dengan tanda klinis penurunan
tekanan darah, dingin, kulit pucat, penurunan cardiac output , ini semua
tergantung dari penyebab shock itu sendiri.
Syok neurologik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat  kegagalan pusat vasomotor
karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh
sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung
(capacitance vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah
sistemik ini  diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma
kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam.
Syok neurogenik, merupakan tipe lain dari syok distributif, yaitu akibat
kehilangan atau supresi dari tonus simpatik. Kekurangan hantaran tonus
simpatik  menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi dari respon
syok umum (Linda, 2008).
Syok Neurogenik (depresi pusat vasomotor). Syok neurogenik, juga
diketahui sebagai syok spinal, adalah akibat dari kehilangan tonus vasomotor
yang mengakibatkan dilatasi vena dan arteriol umum. Syok ini menimbulkan
hipotensi , dengan penumpukan darah pada pembuluh penyimpanan atau
penampung dan kapiler organ splanknik. Tonus vasomotor dikendalikan dan
dimediasi oleh pusat vasomotor di medulla dan serat simpatis yang meluas
kemedula spinalis sampai pembuluh darah perifer secara berurutan.
Karenanya,kondisi apa pun yang menekan fungsi medulla atau integritas
medulla spinalis serta persarafan dapat mencetuskan syok neurogenik. Salah
satu contohnya adalah kondisi cedera kepala yang secara langsung dan tidak
langsung berefek negative pada area medulla batang otak. Cedera langsung
akibat edema serebral, dengan peningkatan tekanan intracranial yang
menyertai trauma kepala atau iskemia otak. Contoh lain yang dapat
menimbulkan syok neurogenik karena depresi batang otak medulla adalah
anesthesia umum dan takar lajak (overdose) obat, khususnya barbiturate,
opium, dan tranquilizer. Episode sinkope atau pingsan dipertimbangkan
menjadi bentuk syok neurogenik ringanyang relative sementara
(Tambayong, 2000).
B. Etiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh gangguan susunan saraf simpatis,
yang menyebabkan dilatasi arteriola dan kenaikan kapasitas vakular.
Tekanan darah sistolik biasanya akan turun hingga dibawah 80-90 mm
Hg walaupun curah jantung normal atau meningkat. Pingsan yang biasa
merupakan contoh syok neurogenik sementara. Kerusakan medula
spinalis servikalis merupakan sebab tersering syok neurogenik traumatik.
(Boswick, 1997).
Syok neurogenik disebabkan oleh kerusakan alur simpatik di spinal
cord. Alur system saraf simpatik keluar dari torakal vertebrae pada daerah
T6. Kondisi pasien dengan syok neurogenik : Nadi normal, tekanan darah
rendah , keadaan kulit hangat, normal, lembab. Kerusakan alur simpatik
dapat menyebabkan perubahan fungsi autonom normal (elaine cole,
2009):

C. Manifestasi Klinis
Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat,
dan bukan dingin, lembab seperti yang terjadi pada syok hipovolemik.
Tanda lainnya adalah bradikardia dan bukan takikardia seperti yang
terjadi pada bentuk syok lainnya (Smeltzer & Brenda 2013).
Gangguan neurologis akibat syok neurogenik dapat meliputi paralisis
flasid, reflex ekstremitas hilang dan priapismus (Leksana, 2015).
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok
neurogenik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah
cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan
adanya defisit neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia .
Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar,
barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah
di dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan
cepat berwarna kemerahan.

D. Patofisiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh cedera pada medulla spinalis yang
menyebabkan gangguan aliran keluar otonom simpatis. Sinyal-sinyal
tersebut berasal dari kornu grisea lateralis medulla spinalis antara T1
dan L2. Konsekuensi penurunan tonus adrenergic adalah
ketidakmampuan meningkatkan kerja inotopik jantung secara tepat
dan konstriksi buruk vaskularisasi perifer sebagai respon terhadap
stimulasi eksitasional. Tonus vagal yang tidak mengalami perlawanan
menyebabkan hipotensi dan bradikardia. Vasodilatasi perifer
menyebabkan kulit menjadi hangat dan kemerahan. Hipotermia dapat
disebabkan oleh tidak adanya vasokontriksi pengatur otonomik pada
redistribusi darah ke inti tubuh. Lebih tinggi tingkat cedera medulla
spinalis karena lebih banyak massa tubuh terpotong dari regulasi
simpatisnya. Syok neurogenik biasanya tidak terjadi cedera dibawah
T6 (Greenberg, dkk. 2007).
E. Komplikasi
Syok neurogenik dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
a. Hipoksia jaringan, kematian sel, dan kegagalan multiorgan akibat
penurunan aliran darah yang berkepanjangan.
b. Sindrom distres pernapasan pada orang dewasa akibat destruksi
pembatasan alveolus-kapiler karena hipoksia.
c. Kebanyakan pasien yang meninggal karena syok, disebabkan
koagulasi intravascular diseminata akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi stimulus berlebihan kaskade
koagulasi (Corwin, 2009)
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. CT-scan
Pemeriksaan CT-scan Berhubungan dengan omen atau lavasi
peritoneal bila diduga ada perdarahan atau cedera berhubungan dengan
ominal (Batticaca, 2008). Menentukan tempat luka/jejas,
mengevalkuasi gangguan structural
b. Elektrolit serum menunjukkan kekurangan cairan dan elektrolit.
c. Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur ,
dislokasi), untuk kesejajaran traksi atau operasi
d. MRI: mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan
kompresi
e. Mielografi: untuk memperlihatkan kolumna spinalis jika terdajat
oklusi pada subaraknoid medulla spinalis
f. Rongent torak : untuk memperlihatkan keadan paru
g. Pemeriksaan fungsi paru: mengukur volume inspirasi maksimal dan
ekpirasi maksimal terutama pada kasus trauma servikal bagian bawah
h. GDA : menunjukan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi.
G. Penatalaksanaan
a. Imobilisasi pasien untuk mencegah semakin beratnya cedera medulla
spinalis atau kerusakan tambahan
b. Kolaborasi tindakan pembedahan untuk mengurangi tekanan pada
medulla spinalis akibat terjadinya trauma yang dapat mengurangi
disabilitas jangka panjang.
c. Pemberian steroid dosis tinggi secara cepat (satu jam pertama) untuk
mengurangi pembengkakan dan inflamasi medulla spinalis serta
mengurangi luas kerusakan permanen.
d. Fiksasi kolumna vertebralis melalui tindakan pembedahan untuk
mempercepat dan mendukung proses pemulihan.
e. Terapi fisik diberikan setelah kondisi pasien stabil.
f. Penyuluhan dan konseling mengenai komplikasi jangka panjang
seperti komplikasi pada kulit, system reproduksi, dan system
perkemihan dengan melibatkan anggota keluarga (Corwin, 2009).

H. Pathway

Multiple Vehicle Trauma

Suhu lingkungan SCI Fraktur tulang Trauma kepala Obat-obatan


panas, terkejut, anastesi
takut atau nyeri

Nyeri hebat Perdarahan


Spinal Lumbal
Reaksi
vasovagal
refleks

Lumpuhnya Penekanan
Perfusi ke neurogenik venus
Vasokonstriksi sfingter venomotor
otak
Nadi pembuluh perkapiler
berkurang
darah
Volume
sirkulasi darah
tidak efektif

Sinkop

Syok
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Syok Neurogenik
neurogenik
2.1 Pengkajian data dasar
a. Pemeriksaan fisik didasarkan pada survei umum (Apendiks F) dapat
menunjukkan manifestasi klasifikasi syok: hipotensi takikardia, pucat, kulit
lembab dingin, sianosis perifer, haluaran urine rendah, gelisah, perubahan
sesorium (delirium, kacau mental, agitasi, letargi, obtudansi, koma).
Selain itu, perhatikan manifestasi khusus terhadap tipe syok (manifestasi
tersebut diatas):
Syok neurogenik: hipotensi dengan penampilan merah hangat, reaksi refleks
simpatis khas dari syok tidak terjadi, seperti takikardia dan takipnea
(Engram, 1998).
b. Pemeriksaan penunjang
- CT-scan
Pemeriksaan CT-scan Berhubungan dengan omen atau lavasi peritoneal
bila diduga ada perdarahan atau cedera berhubungan dengan ominal
(Batticaca, 2008). Menentukan tempat luka/jejas, mengevalkuasi
gangguan structural
- Elektrolit serum menunjukkan kekurangan cairan dan elektrolit.
- Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur ,
dislokasi), untuk kesejajaran traksi atau operasi
- MRI: mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan
kompresi
- Mielografi: untuk memperlihatkan kolumna spinalis jika terda[at oklusi
pada subaraknoid medulla spinalis
- Rongent torak : untuk memperlihatkan keadan paru
- Pemeriksaan fungsi paru: mengukur volume inspirasi maksimal dan
ekpirasi maksimal terutama pada kasus trauma servikal bagian bawah
- GDA : menunjukan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi.

Penilaian masalah terhadap kasus syok neurologis :


1. Perubahan kesadaran
2. Perubahan mental
3. Status pernapasan, diperlukan alat bantu respirasi atau tidak
4. Perubahan tekanan intrakranial
5. Kematian jaringan otak

2.2 Dari masalah diatas dapat ditentukan diagnosa yang mungkin muncul :
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb
oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi,
gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
2. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume,
pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.
3. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan:
- Infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi
jalan nafas, asma, trauma
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya
mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di
alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
4. Resiko Aspirasi berhubungan dengan ketidakbersihan jalan napas,
penurunan tingkat kesadaran, kaku rahang
5. Hipertermia berhubungan dengan penyakit/ trauma, peningkatan
metabolisme, aktivitas yang berlebih, dehidrasi
6. Kecemasan berhubungan dengan Faktor keturunan, Krisis situasional,
Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan
konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi
C. Intervensi
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Perfusi jaringan NOC : NIC :
cerebral tidak efektif  Circulati  Monitor TTV
b/d gangguan afinitas on status  Monitor AGD,
Hb oksigen,  Neurolo ukuran pupil,
penurunan konsentrasi gic status ketajaman,
Hb, Hipervolemia,  Tissue kesimetrisan dan
Hipoventilasi, Prefusion : cerebral reaksi
gangguan transport Setelah dilakukan asuhan  Monitor adanya
O2, gangguan aliran selama………ketidakefektifan diplopia,
arteri dan vena perfusi jaringan cerebral pandangan kabur,
teratasi dengan kriteria hasil: nyeri kepala
DO : - Tekanan systole dan  Monitor level
 Gangguan diastole dalam rentang kebingungan dan
status mental yang diharapkan orientasi
 Perubahan - Tidak ada  Monitor tonus
perilaku ortostatikhipertensi otot pergerakan
 Perubahan - Komunikasi jelas  Monitor tekanan
respon motorik - Menunjukkan intrkranial dan
 Perubahan konsentrasi dan orientasi respon nerologis
reaksi pupil - Pupil seimbang dan  Catat perubahan
 Kesulitan reaktif pasien dalam
menelan - Bebas dari aktivitas merespon stimulus
 Kelemahan kejang  Monitor status
atau paralisis - Tidak mengalami nyeri cairan
ekstrermitas kepala  Pertahankan
 Abnormalitas parameter
bicara hemodinamik
 Tinggikan
kepala 0-45o
tergantung pada
konsisi pasien dan
order medis

Intervensi:
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung NOC : NIC :
b/d gangguan irama jantung,  Cardiac Pump  Evaluasi
stroke volume, pre load dan effectiveness adanya nyeri
afterload, kontraktilitas  Circulation Status dada
jantung.  Vital Sign Status  Catat adanya
 Tissue perfusion: disritmia jantung
DO/DS: perifer  Catat adanya
 Aritmia, takikardia, Setelah dilakukan asuhan tanda dan gejala
bradikardia selama………penurunan penurunan
 Palpitasi, oedem kardiak output klien cardiac putput
 Kelelahan teratasi dengan kriteria  Monitor
 Peningkatan/penuru hasil: status pernafasan
nan JVP - Tanda Vital dalam yang
 Distensi vena rentang normal menandakan
jugularis (Tekanan darah, gagal jantung
 Kulit dingin dan Nadi, respirasi)  Monitor
lembab - Dapat mentoleransi balance cairan
 Penurunan denyut aktivitas, tidak ada  Monitor
nadi perifer kelelahan respon pasien
 Oliguria, kaplari - Tidak ada edema terhadap efek
refill lambat paru, perifer, dan pengobatan
 Nafas pendek/ sesak tidak ada asites antiaritmia
nafas - Tidak ada  Atur periode
 Perubahan warna penurunan latihan dan
kulit kesadaran istirahat untuk

 Batuk, bunyi jantung - AGD dalam batas menghindari

S3/S4 normal kelelahan

 Kecemasan - Tidak ada distensi  Monitor


vena leher toleransi
- Warna kulit normal aktivitas pasien
 Monitor
adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu
dan ortopneu
 Anjurkan
untuk
menurunkan
stress
 Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
 Monitor VS
saat pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
 Auskultasi
TD pada kedua
lengan dan
bandingkan
 Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum, selama,
dan setelah
aktivitas
 Monitor
jumlah, bunyi
dan irama
jantung
 Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
 Monitor pola
pernapasan
abnormal
 Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban
kulit
 Monitor
sianosis perifer
 Monitor
adanya cushing
triad (tekanan
nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
 Jelaskan pada
pasien tujuan
dari pemberian
oksigen
 Sediakan
informasi untuk
mengurangi
stress
 Kelola
pemberian obat
anti aritmia,
inotropik,
nitrogliserin dan
vasodilator
untuk
mempertahankan
kontraktilitas
jantung
 Kelola
pemberian
antikoagulan
untuk mencegah
trombus perifer
 Minimalkan
stress
lingkungan

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan Jalan NOC:
Nafas tidak efektif  Respiratory status :  Pastikan kebutuhan
berhubungan Ventilation oral / tracheal
dengan:  Respiratory status : suctioning.
 Infeksi, Airway patency  Berikan O2  ……
disfungsi  Aspiration Control l/mnt, metode………
neuromuskular, Setelah dilakukan tindakan  Anjurkan pasien
hiperplasia keperawatan selama untuk istirahat dan
dinding …………..pasien napas dalam
bronkus, alergi menunjukkan keefektifan  Posisikan pasien
jalan nafas, jalan nafas dibuktikan untuk memaksimalkan
asma, trauma dengan kriteria hasil : ventilasi
 Obstruksi - Mendemonstrasikan  Lakukan fisioterapi
jalan nafas : batuk efektif dan suara dada jika perlu
spasme jalan nafas yang bersih, tidak  Keluarkan sekret
nafas, sekresi ada sianosis dan dengan batuk atau
tertahan, dyspneu (mampu suction
banyaknya mengeluarkan sputum,  Auskultasi suara
mukus, adanya bernafas dengan mudah, nafas, catat adanya suara
jalan nafas tidak ada pursed lips) tambahan
buatan, sekresi - Menunjukkan jalan  Berikan
bronkus, adanya nafas yang paten (klien bronkodilator :
eksudat di tidak merasa tercekik, ………………………
alveolus, irama nafas, frekuensi ……………………….
adanya benda pernafasan dalam ………………………
asing di jalan rentang normal, tidak  Monitor status
nafas. ada suara nafas hemodinamik
DS: abnormal)  Berikan pelembab
 Dispneu - Mampu udara Kassa basah NaCl
DO: mengidentifikasikan Lembab
 Penurunan dan mencegah faktor  Berikan antibiotik :
suara nafas yang penyebab. …………………….
 Orthopneu - Saturasi O2 dalam …………………….
 Cyanosis batas normal  Atur intake untuk
 Kelainan - Foto thorak dalam cairan mengoptimalkan
suara nafas batas normal keseimbangan.
(rales,  Monitor respirasi
wheezing) dan status O2
 Kesulitan  Pertahankan hidrasi
berbicara yang adekuat untuk
 Batuk, tidak mengencerkan sekret
efekotif atau  Jelaskan pada pasien
tidak ada dan keluarga tentang
 Produksi penggunaan peralatan :
sputum O2, Suction, Inhalasi.
 Gelisah
 Perubahan
frekuensi dan
irama nafas

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Aspirasi NOC : NIC:
DO:  Respiratory Status :  Monitor tingkat
 Peningkatan Ventilation kesadaran, reflek
tekanan dalam  Aspiration control batuk dan
lambung  Swallowing Status kemampuan menelan
 elevasi tubuh Setelah dilakukan tindakan  Monitor status
bagian atas keperawatan selama…. paru
 penurunan pasien tidak mengalami  Pelihara jalan
tingkat kesadaran aspirasi dengan kriteria: nafas
 peningkatan - Klien dapat bernafas  Lakukan suction
residu lambung dengan mudah, tidak jika diperlukan
 menurunnya irama, frekuensi  Cek nasogastrik
fungsi sfingter pernafasan normal sebelum makan
esofagus - Pasien mampu  Hindari makan
 gangguan menelan, mengunyah kalau residu masih
menelan tanpa terjadi aspirasi, banyak
 NGT dan mampumelakukan  Potong makanan
 Penekanan oral hygiene kecil kecil
reflek batuk dan - Jalan nafas paten,  Haluskan obat
gangguan reflek mudah bernafas, tidak sebelumpemberian
 Penurunan merasa tercekik dan  Naikkan kepala
motilitas tidak ada suara nafas 30-45 derajat setelah
gastrointestinal abnormal makan

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Thermoregulasi  Monitor suhu
 penyakit/ sesering mungkin
trauma Setelah dilakukan tindakan  Monitor warna dan
 peningkatan keperawatan suhu kulit
metabolisme selama………..pasien  Monitor tekanan
 aktivitas yang menunjukkan : darah, nadi dan RR
berlebih Suhu tubuh dalam batas  Monitor penurunan
 dehidrasi normal dengan kreiteria tingkat kesadaran
hasil:  Monitor WBC, Hb,
DO/DS: - Suhu  36 – 37C dan Hct
 kenaikan suhu - Nadi dan RR dalam  Monitor intake dan
tubuh diatas rentang normal output
rentang normal - Tidak ada perubahan  Berikan anti piretik:
 serangan atau warna kulit dan tidak  Kelola Antibiotik:
konvulsi (kejang) ada pusing, merasa ……………
 kulit nyaman  Selimuti pasien
kemerahan  Berikan cairan
 pertambahan intravena
RR  Kompres pasien pada
 takikardi lipat paha dan aksila
 Kulit teraba  Tingkatkan sirkulasi
panas/ hangat udara
 Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
 Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa)

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kecemasan NOC : NIC :
berhubungan dengan  Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
Faktor keturunan,  Koping (penurunan
Krisis situasional, Setelah dilakukan asuhan kecemasan)
Stress, perubahan selama ……………klien  Gunakan
status kesehatan, kecemasan teratasi dgn kriteria pendekatan yang
ancaman kematian, hasil: menenangkan
perubahan konsep - Klien mampu  Nyatakan
diri, kurang mengidentifikasi dan dengan jelas
pengetahuan dan mengungkapkan gejala harapan terhadap
hospitalisasi cemas pelaku pasien
- Mengidentifikasi,  Jelaskan semua
DO/DS: mengungkapkan dan prosedur dan apa
 Insomnia menunjukkan tehnik yang dirasakan
 Kontak mata untuk mengontol cemas selama prosedur
kurang - Vital sign dalam batas  Temani pasien
 Kurang normal untuk memberikan
istirahat - Postur tubuh, ekspresi keamanan dan
 Berfokus pada wajah, bahasa tubuh mengurangi takut
diri sendiri dan tingkat aktivitas  Berikan
 Iritabilitas menunjukkan informasi faktual
 Takut berkurangnya mengenai

 Nyeri perut kecemasan diagnosis, tindakan

 Penurunan TD prognosis

dan denyut nadi  Libatkan

 Diare, mual, keluarga untuk

kelelahan mendampingi klien

 Gangguan  Instruksikan

tidur pada pasien untuk


menggunakan
 Gemetar
tehnik relaksasi
 Anoreksia,
 Dengarkan
mulut kering
dengan penuh
 Peningkatan
perhatian
TD, denyut nadi,
 Identifikasi
RR
 Kesulitan tingkat kecemasan
bernafas  Bantu pasien
 Bingung mengenal situasi
 Bloking dalam yang menimbulkan
pembicaraan kecemasan
 Sulit  Dorong pasien
berkonsentrasi untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
 Kelola
pemberian obat anti
cemas:........

Implementasi

Dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncakan.

Evaluasi

Melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan,


apabila berhasil maka tindakan dihentikan, apabila tindakan tidak berhasil
maka dilakukan pengkajian kembali.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi
untuk mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital tubuh.
Syok neurogenik, juga diketahui sebagai syok spinal, adalah akibat dari
kehilangan tonus vasomotor yang mengakibatkan dilatasi vena dan arteriol
umum. Syok ini menimbulkan hipotensi , dengan penumpukan darah pada
pembuluh penyimpanan atau penampung dan kapiler organ splanknik.
Setiap syok yang harus dimonitor adalah Tanda-tanda vital, ritme
jantung, penurunan produksi urine dan memerlukan monitoring yang terus-
menerus Oleh karena itu Syok merupakan keadaan gawat darurat yang
membutuhkan terapi yang agresif dan pemantauan yang kontinyu atau terus-
menerus di unit terapi intensif.
3.2 Saran
Penting bagi kita mempelajari tentang syok, agar dalam penatalaksanaan
konsep asuhan keperawatan gawat darurat dapat kita lakukan dengan cepat
dan tepat sesuai dengan metode yang telah di pelajari di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Cole, Elaine. 2009. Trauma Care: Initial Assessment and Management in the
Emergency Departement. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta. EGC.
Urden, Linda D., Stacy Kathleen M, & Lough, Mary E. 2012. Prioritas in Critical
Care Nursing-Seventh edition.St, Louis, Missouri: ELSEVIER
Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2012), Aplikasi Asuhan Keperawatan
NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta. EGC.
Leksana, Ery. 2015. Dehidrasi dan Syok. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Vol 42 No. 5 hal 393.

Anda mungkin juga menyukai