Anda di halaman 1dari 9

A.

Tanda dan Gejala Syok Neurogenik


1. Hipotensi pada kasus menunjukkan tekanan darah 80/60 mmHg
Syok neurogenik menyebabkan terjadinya kegagalan pusat pengaturan vasomotor,
sehingga terjadi iskemia jaringan menyeluruh kemudian terjadi hipotensi karena
terdapat penurunan Tekanan Darah sistemik sebagai akibat terjadinya vasodilatasi
perifer dan penurunan curah jantung. Vasodilatasi ini terjadi karena menurunnya
resistensi perifer yang disebabkan oleh gangguan saraf otonom dan menimbulkan
gejala syok, dengan penumpukan darah pada pembuluh penyimpan atau penampung
di capacitance vessels dan kapiler organ splanknik. Pusat vasomotor yang ada pada
medulla batang otak merupakan pengatur sirkulasi. Pusat vasomotor ini terletak pada
substansi reticular pada medulla dan bagian terendah ketiga pada pons. Sistem
pengaturan tekanan arteri diatur oleh bagian lateral dari pusat vasomotor ini. Bila
tubuh perlu menaikkan frekuensi serta kontraktilitas jantung maka pusat vasomotor
akan mengirimkan impuls eksitasi melalui serabut saraf simpatis ke jantung.
Sedangkan jika tubuh perlu untuk menurunkan pompa jantung maka media pusat
vasomotor mengirimkan signal ke nucleus motoric dorsalis nerveus vagus, yang
kemudian mengirimkan impuls parasimpatis melalui nerveus vagus ke jantung untuk
menurunkan frekuensi dan kontraktilitas jantung. Jika terdapat kegagalan dalam
fungsi vasomotor pada saraf spinal C7 maka alur persarafan dari pusat vasomotor
yang mengatur frekuensi dan kontraktilitas jantung akan terganggu sehingga
menyebabkan jantung kehilangan kemampuannya untuk bekerja secara normal. Tonus
vasomotor dikendalikan dan dimediasi oleh pusat vasomotor dimedula dan serat
simpatis yang meluas ke medulla spinalis sampai pembuluh darah perifer secara
berurutan. Karenanya, kondisi apapun yang menekan fungsi medulla atau integritas
medulla spinalis serta persarafan dapat mencetuskan syok neurogenik.
2. Bradikardi pada kasus tersebut menunjukkan tekanan nadi 58x/menit
Syok neurogenik disebabkan oleh gangguan persarafan simpatis descendens ke
pembuluh darah yang mendilatasi pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya
hipotensi dan  bradikardia karena penurunan curah jantung disebabkan oleh
bertambahnya pengaruh nervus vagus pada jantung sehingga mengakibatkan
bradikardi (Smeltzer & Brenda 2013).
3. Kulit hangat dan bukan dingin
Dengan adanya cedera pada sistem syaraf menyebabkan penurunan resistensi
pembuluh darah sistemik akibatnya hilangnya kontrol saraf simpatis terhadap tahanan
vaskuler atau kegagalan pusat vasomotor karena hilangnya tonus pembuluh darah di
seluruh tubuh sehingga menyebabkan vasodilatasi perifer dengan adanya
pengumpulan darah dalam arteriol, kapiler dan vena secara besar-besaran sehingga
kulit terasa hangat dan berwarna kemerahan (Cheatham et al. 2003).
4. Hipoksia karena SpO2 89% kurang dari normal
Paralisis otot intercostal menyebabkan hambatan pada pernapasan dada sehingga
membutuhkan bantuan otot diafragma untuk mengkompensasi pernapasan. Akibatnya
terjadilah hipoventilasi yaitu ventilasi pada alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk pengeluaran CO2, akibatnya terjadilah hipoksemia
yaitu kurangnya kadar O2 dalam darah sehingga darah yang di edarkan ke jaringan
tubuh mengalami defisiensi O2. Hal inillah yang di sebut hipoksia. Kondisi ini
mengakibatkan tubuh kekurangan O2. Hal inilah yang menyebabkan hipoksia pada
syok neurogenik.
5. CRT > 2 detik
Dengan adanya Kehilangan control tonus vasomotor persarafan simpatis ke jantung
meyebabkan vasodilatasi pada vena dan arteri kecil, darah akan tertahan dan tidak
kembali bermuara kedalam vena besar. Karena faktor ini, aliran balik vena maupun
curah jantung akan menurun sehingga terjadi penumpukan darah maka terjadilah
penurunan saturasi oksigen dan CRT > 2detik
6. Kaki tidak dapat digerakkan
Dengan adanya kerusakan saraf simpatis descenden menyebabkan hilangnya aktivitas
neurologis karena Trauma di C7 sehingga mengakibatkan terjadinya paraplegi atau
paralisis pada ekstremitas, dalam kasus ditunjukkan dengan adanya kaki pasien tidak
bisa digerakkan. Trauma servikal adalah suatu keadaan cedera pada tulang belakang
servikal dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, subluksasi, atau fraktur
vertebra servikalis dan ditandai dengan kompresi pada medula spinalis daerh servikal
(Muttaqin, 2011).

B. Definisi Syok Neurogenik


Syok neurogenik merupakan syok yang disebabkan karena kegagalan pusat vasomotor
dalam mengatur saraf simpatis dan parasimpatis yang mengakibatkan terganggunya aliran
darah ke seluruh tubuh. Syok neurogenik merupakan hasil dari perubahan system
pembuluh darah sistemik yang diakibatkan oleh trauma pada system saraf (Fitria, Cemy
2010).

C. Etiologi Syok Neurogenik


Penyebab dari syok neurogenik adalah (Skeet Muriel.,1995, 70):
1. Trauma medulla spinalis dengan quadriplegi atau paraplegi
2. Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti pada fraktur tulang dengan
skala nyeri ringgi
3. Trauma kepala sehingga terdapat gangguan pada pusat autonomi
4. Rangsangan pada medulla spinalis seperti obat anestesi spinal/ lumbal
5. Suhu lingkungan yang panas, terkejut dan takut
D. Manifestasi Klinis
Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat, dan bukan dingin,
lembab seperti yang terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya adalah bradikardia dan
bukan takikardia seperti yang terjadi pada bentuk syok lainnya (Smeltzer & Brenda
2013). Gangguan neurologis akibat syok neurogenik dapat meliputi paralisis flasid, reflex
ekstremitas hilang dan priapismus (Leksana, 2015).
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik terdapat
tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat
(bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia atau
paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah
nadi bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler
dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan (Fitria, Cemy,
2010).
Tidak ada tes diagnostik definitif, namun pasien klasik menunjukkan hipotensi
dan bradikardia relatif. Bradikardi sering diperburuk dengan cara suction, defecation,
turning, dan hipoksia (Lehmann, 1987) dalam Mack (2013). Kulitnya hangat dan
memerah awalnya. Hipotermia dapat berkembang karena vasodilatasi dan kehilangan
panas yang dalam. Seringkali tekanan vena sentral rendah karena penurunan resistensi
vaskular sistemik (Mack, 2013).
Model hewan SCI/spinal cord injury serviks lengkap menunjukkan adanya
bradikardia dan hipotensi, peningkatan curah jantung akibat peningkatan volume stroke,
dan peningkatan serum vasopressin (Zahra, M, 2010) dalam Mack (2013). Ada beberapa
bukti yang menunjukkan bahwa hipertensi terjadi dalam beberapa menit pertama SCI,
sering di lapangan atau bagian gawat darurat, dan hipotensi mungkin terjadi kemudian
(Guly, HR, 2008) dalam Mack (2013).
E. Patofisiologi
Syok neurogenik merupakan salah satu bentuk dari syok distributif, dimana pada
syok ini terjadi penurunan perfusi jaringan karena penurunan resitensi pembuluh darah
sistemik. Pusat vasomotor yang ada pada medulla batang otak merupakan pengatur dari
aktivitas saraf kontraksi jantung dan mengatur frekuensi jantung. Jika tubuh perlu
menaikkan frekuensi serta kontraktilitas jantung maka pusat vasomotor akan
mengirimkan impuls eksitasi melalui serabut saraf simpatis ke jantung. Lalu frekuensi
dan kontraktilitas jantung akan naik. Sedangkan jika tubuh perlu untuk menurunkan
pompa jantung, maka pusat vasomotor akan mengirim signal ke nucleus motoric dorsalis
nervus vagus, yang kemudian mengirimkan saraf parasimpatis melalui nervus vagus ke
jantung sehingga jantung menurunkan frekuensi dan kontaktilitasnya. Pada keadaan syok
neurogenik yang disebabkan oleh sedera medulla spinalis, hal ini tidak dapat berjalan
karena terjadi kerusakan jalur simpatis dan blok saraf parasimpatis. Terjadi overstimulasi
parasimpatis dan understimulasi simpatis sehingga menyebabkan pembuluh darah
mengalami vasodilatasi, menyebabkan hipotensi.
Selain karena jalus persarafan yang rusak, pingsan mendadak akibat gangguan
emosional juga dapat menjadikan syok neurogenik karena munculnya rangsangan
parasimpatis yang memperlambat denyut jantung dan menurunkan rangsangan simpatis
ke pembuluh darah. Pada penggunaan anestesi spinal, obat anestesi dapat melumpuhkan
kendali neurogenik sfingter prekapiler dan menekan venomotor sehingga meningkatkan
vasodilatasi dan menyebabkan sinkop.

 
Patofisiologi Syok Neurogenik
Kecelakaan
B. mobil

Fraktur C7

Cedera Medulla Spinallis

Kerusakan jalur simpatis desenden Blok saraf parasimpatis

Paralisis otot interkosta


Kehilangan control tonus Terputusnya saraf jaringan di
vasomotor persarafan medulla spinalis
simpatis ke jantung Otot diafragma dan aksesori
Paralisis dan paraplegi mengkompensasi otot
pada ekstrimitas abdominal interkostal
Vasodilatasi
Ketidakefektifan
Kaki tidak bisa pola nafas
Dilatasi Dilatasi digerakkan
vena arteri
Hipoventilasi
Hambatan mobilitas fisik
Pembuluh darah balik Tahanan
turun perifer Iskemik dan hipoksemia
vaskuler turun Penekanan jaringan
setempat Hipoksia
Stroke volume Penumpukan
turun darah Gangguan kebutuhan
Resiko kerusakan
integritas kulit O2
Hipotensi
Cardiac output
turun
Perfusi jaringan
perifer turun

Penurunan
curah jantung CRT
memanjang

Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
DAFTAR PUSTAKA

Annonyme. (2012). Diakses tanggal 31 Oktober 2012.


http://nursingbegin.com/penatalaksanaan-syok-neurogenik/

Anonymouse. (2015). Syok Neurogenik. Diakses pada 14 September 2017 dari :


https://docslide.net/documents/syok-neurogenik-kel-5-2.html

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta :


EGC

Fitria, Cemy. (2010). Syok dan penanganannya. Gaster, Vol.7 No.2, 593-604.

Leksana, Ery. (2015). Dehidrasi dan syok. CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015, 391-394.

Mack, Elizabeth. (2013). Neurogenic shock. The Open Pediatric Medicine Journal, 7,
(Suppl 1: M4) 16-18.

Peter,C Wing. (2008). Clinical practice guideline spinal cord medicine early acute
management in adults with spinal cord injury: a clinical practice guideline for
health-care providers. The Journal Of Spinal Cord Medicine, Volume 31,
Number 4, 403-479.

Sagita. (2015). Syok Neurogenik. Diakses pada 13 September 2017 dari :


https://www.scribd.com/mobile/document/288340425/SYOK-NEUROGENIK

Skeet ,Muriel. 1995. Buku Tindakan Paramedis Terhadap Kegawatan dan Pertolongan
Pertama. Edisi 2. Jakatra:EGC

Wawan. (2012). Isi Makalah Syok Neurogenik. Diakses pada 14 September 2017 dari
:http://www.academia.edu/19304314/ISI_MAKALAH_SYOK_NEUROGENI
K
TUGAS CASE STUDY
SYOK NEUROGENIK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Keperawatan Gawat Darurat & Kritis
Dosen Pembimbing : Ns. Nana Rochana, S.Kep., MN

Disusun oleh :

1. Annisa Rahma Wijayanti (22020115130108)


2. Handika Kiswantoro (22020115140096)
3. Iffah Nur Amalia (22020115120022)
4. Indun Candra Kirana (22020115120027)
5. Lailatuz Zulia Ifianti (22020115130067)
6. Naela Zulfa (22020115120025)
7. Ressy Amalia Anjani (22020115120030)
8. Yulita Intananda Pamungkas (22020115120018)
9. Zelikha Puspita Wijayanti (22020115120053)

Kelompok 5

Kelas A15.1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2017

Anda mungkin juga menyukai