Anda di halaman 1dari 18

OM SWASTIASTU

“Laporan Pendahuluan dan


Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Syok Neurogenik”
Oleh : Kelompok 5
Nama Anggota Kelompok :
1. TSAMARA ADZRA SEPIRA (C1118042)
2. NI PUTU LENI ANGGRAENI (C1118048)
3. PUTU AYU MELANI (C1118053)
4. AYU NANDA ROSMA DEWI (C1118058)
5. GEDE WIRYAWAN (C1118066)
6. PANDE KADEK ANIS DWI PRATIWI PUTRI (C1318106)
Definisi Syok Neurogenik
• Syok neurologik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari
syok distributif, Syok neurogenik terjadi akibat  kegagalan pusat
vasomotor karena hilangnya tonus pembuluh darah secara
mendadak di seluruh tubuh sehingga terjadi hipotensi dan
penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance
vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah
sistemik ini  diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti:
trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam.
• Syok neurogenik, merupakan tipe lain dari syok distributif, yaitu
akibat kehilangan atau supresi dari tonus simpatik. Kekurangan
hantaran tonus simpatik  menyebabkan penurunan perfusi
jaringan dan inisiasi dari respon syok umum (Linda, 2008).
Etilogi / Faktor Resiko

• Syok neurogenik disebabkan oleh gangguan susunan saraf


simpatis, yang menyebabkan dilatasi arteriola dan kenaikan
kapasitas vakular. Tekanan darah sistolik biasanya akan turun
hingga dibawah 80-90 mm Hg walaupun curah jantung normal
atau meningkat. Pingsan yang biasa merupakan contoh syok
neurogenik sementara. Kerusakan medula spinalis servikalis
merupakan sebab tersering syok neurogenik traumatik. (Boswick,
1997).
Patofisiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh cedera pada medulla spinalis yang
menyebabkan gangguan aliran keluar otonom simpatis. Sinyal-sinyal tersebut
berasal dari kornu grisea lateralis medulla spinalis antara T1 dan L2. Konsekuensi
penurunan tonus adrenergic adalah ketidakmampuan meningkatkan kerja
inotopik jantung secara tepat dan konstriksi buruk vaskularisasi perifer sebagai
respon terhadap stimulasi eksitasional. Tonus vagal yang tidak mengalami
perlawanan menyebabkan hipotensi dan bradikardia. Vasodilatasi perifer
menyebabkan kulit menjadi hangat dan kemerahan. Hipotermia dapat
disebabkan oleh tidak adanya vasokontriksi pengatur otonomik pada redistribusi
darah ke inti tubuh. Lebih tinggi tingkat cedera medulla spinalis karena lebih
banyak massa tubuh terpotong dari regulasi simpatisnya. Syok neurogenik
biasanya tidak terjadi cedera dibawah T6 (Greenberg, dkk. 2007).
Tanda dan Gejala/Manifesitas Klinis
Syok neurogenic ditandai dengan kulit kering, hangat, dan bukan
dingin, lembab seperti yang terjadi pada syok hipovolemik. Tanda
lainnya adalah bradikardia dan bukan takikardia seperti yang
terjadi pada bentuk syok lainnya (Smeltzer & Brenda 2013).
Gangguan neurologis akibat syok neurogenik dapat meliputi
paralisis flasid, reflex ekstremitas hilang dan priapismus (Leksana,
2015).
Pemeriksaan Penunjang / Diagnosis
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
• CT-scan
Pemeriksaan CT-scan Berhubungan dengan omen atau lavasi peritoneal bila diduga ada perdarahan atau
cedera berhubungan dengan ominal (Batticaca, 2008). Menentukan tempat luka/jejas, mengevalkuasi
gangguan structural
• Elektrolit serum menunjukkan kekurangan cairan dan elektrolit.
• Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur , dislokasi), untuk kesejajaran traksi
atau operasi
• MRI: mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi
• Mielografi: untuk memperlihatkan kolumna spinalis jika terdajat oklusi pada subaraknoid medulla spinalis
• Rongent torak : untuk memperlihatkan keadan paru
• Pemeriksaan fungsi paru: mengukur volume inspirasi maksimal dan ekpirasi maksimal terutama pada
kasus trauma servikal bagian bawah
• GDA : menunjukan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi.
Penatalaksanaan
• Imobilisasi pasien untuk mencegah semakin beratnya cedera medulla
spinalis atau kerusakan tambahan
• Kolaborasi tindakan pembedahan untuk mengurangi tekanan pada medulla
spinalis akibat terjadinya trauma yang dapat mengurangi disabilitas jangka
panjang.
• Pemberian steroid dosis tinggi secara cepat (satu jam pertama) untuk
mengurangi pembengkakan dan inflamasi medulla spinalis serta
mengurangi luas kerusakan permanen.
• Fiksasi kolumna vertebralis melalui tindakan pembedahan untuk
mempercepat dan mendukung proses pemulihan.
• Terapi fisik diberikan setelah kondisi pasien stabil.
Pathway
Asuhan Keperawata Dengan
Syok Neurogenik
Pengkajian data dasar
Pemeriksaan fisik didasarkan pada survei umum (Apendiks F) dapat menunjukkan
manifestasi klasifikasi syok: hipotensi takikardia, pucat, kulit lembab dingin, sianosis
perifer, haluaran urine rendah, gelisah, perubahan sesorium (delirium, kacau mental,
agitasi, letargi, obtudansi, koma).
Selain itu, perhatikan manifestasi khusus terhadap tipe syok (manifestasi tersebut diatas):
Syok neurogenik: hipotensi dengan penampilan merah hangat, reaksi refleks simpatis
khas dari syok tidak terjadi, seperti takikardia dan takipnea (Engram, 1998).

Pemeriksaan penunjang
CT-scan
Pemeriksaan CT-scan Berhubungan dengan omen atau lavasi peritoneal bila diduga ada perdarahan atau
cedera berhubungan dengan ominal (Batticaca, 2008). Menentukan tempat luka/jejas, mengevalkuasi
gangguan structural
Elektrolit serum menunjukkan kekurangan cairan dan elektrolit.
Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur , dislokasi), untuk kesejajaran traksi atau
operasi
MRI: mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi
Mielografi: untuk memperlihatkan kolumna spinalis jika terda[at oklusi pada subaraknoid medulla spinalis
Rongent torak : untuk memperlihatkan keadan paru
Pemeriksaan fungsi paru: mengukur volume inspirasi maksimal dan ekpirasi maksimal terutama pada kasus
trauma servikal bagian bawah
GDA : menunjukan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi.
Diagnosa keperawatan

Dari masalah diatas dapat ditentukan diagnosa yang mungkin muncul :


1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan konsentrasi Hb,
Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
2. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre load dan afterload,
kontraktilitas jantung.
3. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan:
1. Infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma,
trauma
2. Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan
nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan
nafas.
4. Resiko Aspirasi berhubungan dengan ketidakbersihan jalan napas, penurunan tingkat kesadaran, kaku
rahang
5. Hipertermia berhubungan dengan penyakit/ trauma, peningkatan metabolisme, aktivitas yang
berlebih, dehidrasi
6. Kecemasan berhubungan dengan Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan status
kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Perfusi jaringan NOC : NIC :
cerebral tidak efektif  Circulation status  Monitor TTV
b/d gangguan afinitas  Neurologic status  Monitor AGD,
Hb oksigen,  Tissue Prefusion : ukuran pupil,
penurunan konsentrasi cerebral ketajaman,
Hb, Hipervolemia, Setelah dilakukan asuhan kesimetrisan dan
Hipoventilasi, selama………ketidakefektifan reaksi
gangguan transport perfusi jaringan cerebral  Monitor adanya
O2, gangguan aliran teratasi dengan kriteria hasil: diplopia,
arteri dan vena - Tekanan systole dan pandangan kabur,
diastole dalam rentang nyeri kepala
DO : yang diharapkan  Monitor level
 Gangguan status - Tidak ada kebingungan dan
mental ortostatikhipertensi orientasi
 Perubahan - Komunikasi jelas  Monitor tonus otot
perilaku - Menunjukkan pergerakan
 Perubahan respon konsentrasi dan orientasi  Monitor tekanan
motorik - Pupil seimbang dan intrkranial dan
 Perubahan reaksi reaktif respon nerologis
pupil - Bebas dari aktivitas  Catat perubahan
 Kesulitan menelan kejang pasien dalam
 Kelemahan atau - Tidak mengalami nyeri merespon stimulus
paralisis kepala  Monitor status
ekstrermitas cairan
 Abnormalitas  Pertahankan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung NOC : NIC :
b/d gangguan irama jantung,  Cardiac Pump  Evaluasi adanya
stroke volume, pre load dan effectiveness nyeri dada
afterload, kontraktilitas  Circulation Status  Catat adanya
jantung.  Vital Sign Status disritmia jantung

 Tissue perfusion:  Catat adanya


DO/DS: perifer tanda dan gejala
 Aritmia, takikardia, Setelah dilakukan asuhan penurunan
bradikardia selama………penurunan cardiac putput
 Palpitasi, oedem kardiak output klien  Monitor status
 Kelelahan teratasi dengan kriteria pernafasan yang
 Peningkatan/penurunan hasil: menandakan
JVP - Tanda Vital dalam gagal jantung
 Distensi vena jugularis rentang normal  Monitor balance
 Kulit dingin dan (Tekanan darah, cairan
lembab Nadi, respirasi)  Monitor respon
 Penurunan denyut nadi - Dapat mentoleransi pasien terhadap
perifer aktivitas, tidak ada efek pengobatan
 Oliguria, kaplari refill kelelahan antiaritmia
lambat - Tidak ada edema  Atur periode
 Nafas pendek/ sesak paru, perifer, dan latihan dan
nafas tidak ada asites istirahat untuk
 Perubahan warna kulit - Tidak ada menghindari
 Batuk, bunyi jantung penurunan kelelahan
S3/S4 kesadaran  Monitor
 Kecemasan - AGD dalam batas toleransi
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Masalah
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan Jalan NOC:
Nafas tidak efektif  Respiratory status :  Pastikan kebutuhan oral
berhubungan Ventilation / tracheal suctioning.
dengan:  Respiratory status :  Berikan O2 ……l/mnt,
 Infeksi, Airway patency metode………
disfungsi  Aspiration Control  Anjurkan pasien untuk
neuromuskular, Setelah dilakukan tindakan istirahat dan napas
hiperplasia keperawatan selama dalam
dinding …………..pasien  Posisikan pasien untuk
bronkus, alergi menunjukkan keefektifan memaksimalkan
jalan nafas, jalan nafas dibuktikan ventilasi
asma, trauma dengan kriteria hasil :  Lakukan fisioterapi
 Obstruksi jalan - Mendemonstrasikan dada jika perlu
nafas : spasme batuk efektif dan suara  Keluarkan sekret
jalan nafas, nafas yang bersih, tidak dengan batuk atau
sekresi tertahan, ada sianosis dan suction
banyaknya dyspneu (mampu  Auskultasi suara nafas,
mukus, adanya mengeluarkan sputum, catat adanya suara
jalan nafas bernafas dengan mudah, tambahan
buatan, sekresi tidak ada pursed lips)  Berikan bronkodilator :
bronkus, adanya - Menunjukkan jalan ………………………
eksudat di nafas yang paten (klien ……………………….
alveolus, tidak merasa tercekik, ………………………
adanya benda irama nafas, frekuensi  Monitor status
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Aspirasi NOC : NIC:
DO:  Respiratory Status :  Monitor tingkat
 Peningkatan Ventilation kesadaran, reflek
tekanan dalam  Aspiration control batuk dan
lambung  Swallowing Status kemampuan menelan
 elevasi tubuh Setelah dilakukan tindakan  Monitor status paru
bagian atas keperawatan selama….  Pelihara jalan nafas
 penurunan tingkat pasien tidak mengalami  Lakukan suction jika
kesadaran aspirasi dengan kriteria: diperlukan
 peningkatan residu - Klien dapat bernafas  Cek nasogastrik
lambung dengan mudah, tidak sebelum makan
 menurunnya irama, frekuensi  Hindari makan kalau
fungsi sfingter pernafasan normal residu masih banyak
esofagus - Pasien mampu  Potong makanan
 gangguan menelan menelan, mengunyah kecil kecil
 NGT tanpa terjadi aspirasi,  Haluskan obat
 Penekanan reflek dan mampumelakukan sebelumpemberian
batuk dan oral hygiene  Naikkan kepala 30-
gangguan reflek - Jalan nafas paten, 45 derajat setelah
 Penurunan mudah bernafas, tidak makan
motilitas merasa tercekik dan
gastrointestinal tidak ada suara nafas
abnormal
Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncakan.
Evaluasi
Melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan,
apabila berhasil maka tindakan dihentikan, apabila tindakan tidak berhasil maka
dilakukan pengkajian kembali
PENUTUP
Kesimpulan
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik
yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
adekuat organ-organ vital tubuh.
Syok neurogenik, juga diketahui sebagai syok spinal, adalah akibat dari kehilangan tonus
vasomotor yang mengakibatkan dilatasi vena dan arteriol umum. Syok ini menimbulkan
hipotensi , dengan penumpukan darah pada pembuluh penyimpanan atau penampung
dan kapiler organ splanknik.
Setiap syok yang harus dimonitor adalah Tanda-tanda vital, ritme jantung, penurunan
produksi urine dan memerlukan monitoring yang terus- menerus Oleh karena itu Syok
merupakan keadaan gawat darurat yang membutuhkan terapi yang agresif dan
pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di unit terapi intensif.
Saran
Penting bagi kita mempelajari tentang syok, agar dalam penatalaksanaan konsep asuhan
keperawatan gawat darurat dapat kita lakukan dengan cepat dan tepat sesuai dengan
metode yang telah di pelajari di atas.

Anda mungkin juga menyukai