Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN MATERNITAS II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU BERSALIN DENGAN


“DISTOSIA BAHU“

OLEH :
KELOMPOK 2
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
1. ANAK AGUNG AYU INTAN DARMAYANI ( C1118071 )
2. NI PUTU AYUNI TRISNA DEWI ( C1118074 )
3. NI MADE FITRI LAKSMINI ( C1118078 )
4. NI KOMANG SRI MELIYANI ( C1118082 )
5. NI LUH MADE PUSPAWATI ( C1118085 )
6. LUH ADE FITRI DIANI ( C1118087 )
7. NI KETUT DWI LAKSMIANI ( C1118090 )
8. NI LUH PUTU RUSTININGSIH ( C1118094 )
9. I KETUT KRISNA PRAMANA ( C1118101 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah “Keperawatan Maternitas II”
dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah mengalami berbagai hal baik suka maupun
duka. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan
tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai
rasa syukur atas terselesainya maklah ini, maka dengan tulus kami sampaikan terimakasi
kepada pihak-pihak yang turut membantu.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik
padaa teknik penulisan penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkam dalam, menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul
makalah ini.

Mangupura, 19 Mei 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah................................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
A. Konsep dasar persalinan...................................................................................... 3
2.1 Pengertian persalinan......................................................................................... 3
2.2 Fisiologi persalinan............................................................................................ 3
2.3 Klasifikasi atau jenis persalinan........................................................................ 3
2.4 Tanda mulai persalinan...................................................................................... 4
2.5 Tahapan-tahapan dalam persalinan.................................................................... 4
B. Distosia bahu...................................................................................................... 5
2.1 Pengertian distosia bahu.................................................................................... 5
2.2 Etiologi distosia bahu......................................................................................... 6
2.3 Klasifikasi distosia ............................................................................................ 6
2.4 Manifestasi klinis distosia bahu......................................................................... 10
2.5 Komplikasi........................................................................................................ 10
2.6 Pemeriksaan diagnostik..................................................................................... 11
2.7 Penatalaksanaan distosia bahu........................................................................... 11
2.8 Pathway distosia bahu........................................................................................ 15
C. Konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan distosia bahu........................ 16
2.1 Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dg distosia bahu.......................... 16
2.2 Diagnosa keperawatan asuhan keperawatan pada pasien dg distosia bahu....... 16
2.3 Intervensi keperawatan asuhan keperawatan pada pasien dg distosia bahu...... 17
2.4 Implementasi keperawatan asuhan keperawatan pada pasien dg distosia bahu 17
2.5 Evaluasi keperawatan asuhan keperawatan pada pasien dg distosia bahu........ 17
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 18
3.2 Saran.................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULULUAN

1.1.   Latar Belakang


Distosia bahu merupakan presentasi kepala, kepala telah lahir tetapi bahu tidak dapat
dilahirkan dengan cara-cara biasa. Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu
anterior macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam
panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi terdapat halangan dari tulang
sacrum (Oxorn, 2013).
Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat proses
persalinan. Distosia bahu adalah suatu  keadaan diperlukannya manuver obstetrik oleh
karena dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan kepala
bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat
dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan
tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal
presentasi kepala (Prawirohardjo, 2012).
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat digunakan
sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu
bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan tingginya
resiko kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup dan angka
kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada saat
melahirkan. Namun hasil SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai
turun perlahan bahwa tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka
kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.
Komplikasi yang bisa  terjadi , yaitu tingginya angka kematian ibu dan besarnnya
resiko akibat distosia bahu pada saat persalinan maka fokus utama asuhan persalinan
normal adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran
paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi, menjadi mencegah komplikasi
yang mungkin terjadi. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir
akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir (Depkes, 2004).
Sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan yang dapat dilakukan adalah
mengupayakan agar setiap persalinan ditolong atau minimal di dampingi oleh bidan dan

1
pelayanan obstetrik sedekat mungkin pada ibu hamil, sehingga komplikasi dapat terdeteksi
lebih dini dan dapat ditangani sesegera mungkin

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian persalinan ?
2. Bagaimana Fisiologi persalinan ?
3. Apa saja Klasifikasi atau jenis persalinan ?
4. Apa Pengertian distosia bahu ?
5. Bagaimana Etiologi distosia bahu ?
6. Apa saja Klasifikasi distosia ?
7. Bagaimana Manifestasi klinis distosia bahu ?
8. Apa saja Komplikasi distosia bahu ?
9. Bagaimana Pemeriksaan diagnostik distosia bahu ?
10. Bagaimana Penatalaksanaan distosia bahu ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan distosia bahu ?

1.3.   Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan Persalinan pada ibu dengan
Distosia Bahu.

2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian Asuhan Persalinan pada Ibu dengan Distosia Bahu
b) Mampu mengidentifikasi Perumusan diagnosa dan atau masalah Asuhan
Persalinan pada Ibu dengan Distosia Bahu
c) Mampu membuat perencanaan Asuhan Persalinan  pada Ibu dengan Distosia Bahu
d) Mampu melakukan implementasi Asuhan Persalinan pada Ibu dengan Distosia
Bahu
e) Mampu membuat evaluasi Asuhan Persalinan pada Ibu dengan Distosia Bahu

1.4. Manfaat
Dengan adanya tugas ini, selain meningkatkan proses belajar atau menyelesaikan tugas,
tetapi juga menambah wawasan mahasiswi dalam pengetahuan tentang tindakan praktik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar persalinan
2.1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah suatu proses membuka dan menipisnya servik dan janin turun
kedalam jalan lahir, atau proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi
bayi ibu maupun janin (maritalia,2012).
2.2. Fisiologi persalinan
Menjelang proses persalinan otot polos uterus mulai menunjukkan aktifitas kontraksi
secara terkoordinasi diselingi dengan periode relaksasi dan mencapai puncaknya
menjelang persalinan serta ssecara berangsur-angsur menghilang pada periode
postpartum (prawirohardjo,2012).
2.3. Klasifikasi atau jenis persalinan
Ada 2 klasifikasi persalinan menurut Asrinah (2012), yaitu:
a) Persalinan berdasarkan teknik, terdiri dari
1) Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
melalui jalan lahir.
2) Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi
forceps, ekstraksi vakum dan section cesaria.
3) Persalinan anjuran, yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian Pitocin aprostaglandin.
b) Menurut umur atau tuanya kehamilan persalinan dapat dibagi menjadi:
1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup,
berat janin 500 gram, usia kehamilan dibawah 22 minggu.
2) Partus immaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin atau berat janin
antara 500-1000 gram dan usia kehamilan antara 22 minggu dengan 28 minggu.
3) Persalinan prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 26-
36 minggu, janin dapat hidup tetapi premature, berat janin antara 1000-2500
gram.
4) Persalinan mature (cukup bulan) adalah persalinan pada kehamilan 37-40
minggu, janin mature, berat janin diatas 2500 gram
3
5) Persalinan postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu persalinan yang di tafsir.
2.4. Tanda mulai persalinan
Menurut prawirohardjo (2012), tanda mulai persalinan adalah:
a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b) Keluar lendir bercampur darah (blood show) yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
c) Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d) Pada pemeriksaan dalam yaitu serviks mendatar dan pembukaan telah ada
2.5. Tahapan-tahapan dalam persalinan
Menurut asrinah (2013) menjelaskan tahapan dalam persalinan yaitu:
a) Kala I (kala pembukaan)
1) Pembukaan persalinan pada primigravida
Kala I disebut juga kala pembukaan karena pada kala ini terjadi pembukaan
serviks dari 1 s/d 10 cm (pembukaan lengkap),pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 12 jam, pembukaan primigravida 1 cm per jam. Secara klinis
kala I dimulai dari timbulnya his yang semakin lama teratur disertai keluarnya
lendir yang bercampur darah (bloody show).
2) Pembukaan persalinan pada multigravida
Kala pembukaan pada multigravida berlangsung selama 8 jam. Pembukaan pada
multigravida berlangsung 2 cm per jam. Lender yang bercampur darah ini berasal
dari kanalis servikalis karena mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya
berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis
itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.
 Proses pembukaan serviks dari 0 sampai dengan 10 cm dibagi kedalam 2 fase:
a) Fase laten: pembukaan yang sangat lambat yaitu berawal dari awal kontraksi
yang menyebabkan penipisan serviks hingga pembukaan 1 sampai 3 cm dan 
berlangsung selama 8 jam.
b) Fase aktif: berlangsung sekitar 8 jam, pembukaan serviks dari 4 sampai dengan
10 cm, terbagi kedalam 3 fase:
1) Fase akselarasi lamanya 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4 menjadi 9 cm.

4
3) Fase deselarasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi lambat sekali.
Dalam waktu pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm.
Mekanisme membukanya serviks sangat berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Pada multigravida pembukaan ostium
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang
sama.
b) Kala II (kala pengeluaran)
Kala pengeluaran yaitu kala atau fase yang dimulai dari pembukaan lengkap (10cm)
sampai dengan pengeluaran janin. Setelah serviks membuka lengkap janin akan segara
keluar. His 2-3 x/menit lamanya 40-50 detik. Kala II pada primigravida berlangsung
sekitar 1,5 - 2 jam  dan multigravida sekitar 1 jam.
c) Kala III ( kala uri)
Kala uri (kala pengeluaran plasenta dan selaput ketuban). Setelah bayi lahir, uterus teraba
keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus akan
berkontraksi kembali untuk mengeluarkan plasenta. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15
menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
d) Kala IV ( kala pengawasan )
Kala IV dimulai dari lahirnya lasenta sampai dengan 2 jam postpartum. Kala IV disebut
juga kala pengawasan karena pada kala ini ibu postpartum perlu di awasi tekanan
darahnya, kandung kemih, suhu dan jumlah pendarahan yang keluar melalui vagina.

B.  Distosia Bahu

2.1 Pengertian Distosia Bahu

Distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Distosia bahu adalah kelahiran kepala janin
dengan bahu anterior macet diatas sacralpromontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke
dalam panggul. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver
obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak
berhasil untuk melahirkan bayi (Prawirohardjo, 2012).

5
2.2 Etiologi Distosia Bahu
Distosia bahu ada hubungannya dengan obesitas ibu, pertambahan berat badan yang
berlebihan, bayi berukuran besar, riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada
ibu (Hakimi, 2013).
Menurut The Royal College of Obstetricians and Gynaecologists tahun 2005 : Insiden
keseluruhan adalah 2-3% dari kelahiran dengan; 48% kasus terjadi pada bayi berat badan
normal, 0,3% pada bayi dengan berat 2500-4000gram, 5-7% pada bayi dengan berat
4000-4500gram.
Distosia bahu umumnya terjadi pada makrosomia, yakni suatu keadaan yang ditandai
oleh ukuran badan bayi yang relative besar dari ukuran kepalanya dan bukan semata-
mata berat badan bayi yang >4000 gram. Kemungkinan makrosomia perlu dipikirkan bila
dalam kehamilan terdapat penyulit-penyulit obesitas, diabetes mellitus, atau kehamilan
lewat waktu, atau bila dalam persalinan terdapat pemanjangan kala II. Distosia bahu juga
dapat terjadi pada bayi anensefalus yang disertai kehamilan serotinus.
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
“melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan
persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu
cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah
melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu
berhasil melipat masuk ke dalam panggul. Anak besar Badan anak relatif
besar(anencephalus) Abdomen Bayi Besar (tumor abdomen) Bayi kembar. Ibu dengan
riwayat distosia bahu sebelumnya atau dengan riwayat vakum karna makrosomia, ibu
dengan DM.
2.3 Klasifikasi distosia
1) Distosia karena kelainan presentasi
Malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara malposisi adalah
posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik
referens,masalah ;janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi
kemungkinan menyebabkan partus lama.
 Kelainan letak, persentasi atau posisi
a) Posisi oksipitalis posterior persisten : Yaitu persalinan persentasi belakang
kepala

6
b) Presentasi puncak kepala : Bila defleksinya ringan sehingga UUB merupakan
bagian terendah
c) Presentasi Muka : Dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga
oksiput tertekan pada punggung.
d) Presentasi Dahi : Kedudukan kepala berada antara fleksi maksimal dan defleksi
maksimal sehingga dahi merupakan bagian terendah
e) Letak sungsang : Janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong di bagian bawah kavum uteri
f) Letak lintang : Sumbu memanjang janin menyilang, sumbu memanjang ibu
tegak lurus atau mendekati 90 derajat
g) Presentasi Ganda : Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga
panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan di samping bokong
janin dijumpai tangan
2) Distosia Kelainan Tenaga dan / His
a. Inersia uteri atau Hypotonic uterine countraction.
Kontraksi uterus lebih lemah, singkat dan jarang daripada normal. Keadaan
umum biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa.
b. His terlampau kuat atau Hypertonic uterine contraction (tetania uteri)
His yang terlalu kuat dan sering menyebabkan persalinan berlangsung singkat
tanpa relaksasi rahim. Hal ini dapat membahayakan bagi ibu karena terjadinya
perlukaan luas pada jalan lahir (dapat menyebabkan ruptura uteri) sedangkan
bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena mendapat tekanan
kuat dalam waktu singkat.
c. Aksi uterus inkoordinasi atau uncoordinate hypertonic uterine contraction.
Sifat his yang tidak berubah dimana tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara
kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan
pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin.
3) Distosia karena alat kandungan dan jalan lahir
Meliputi alat kelamin luardan dalam,adapun yang bisa mempengaruhi kemajuan
persalinan dapat dijabarkan sebagi berikut :
a. Pada vulva
 edema ditemukan pada persalinan lama yang disebabkan pasien dibiarkan
mengedan terus,jarang mempengaruhi kelangsungan persalinan.

7
 Stenosis pada vulva yang diakibatkan oleh radang dapat sembuh dan
meninggalkan jaringan perut sehingga mengalami kesulitan pada kala
pengeluaran sehingga diperlukan episiotomy yang cukup luas.
 Tumor dalam bentuk neoplasma.
b. Pada vagina
 Septum vagina yang tidak lengkap menyebabkan kadang-kadang menahan
turunnya kepala janin sehingga harus dipotong dahulu.
 Stenosis vagina yang tetap kaku menyebabkan halangan untuk lahirnya janin
perlu dipertimbangkan seksio sesaria
 Tumor vagina menyebabkan rintangan persalinan pervaginam,beresiko
kelancaran persalinan pervaginam.
c. Pada uterus
 Posisi anterversio uteri (posisi uterus ke depan)pada kala 1 pembukaan kurang
lancar sehingga tenaga his salah arah,ajurkan ibu untuk tidur pada posisi
terlentang.
 Kelainan uterus seperti uterus sub septus dan uterus arkuatus yang
menyebabkan terjadinya letak lintang dan tidak bisa dikoreksi.biasanya
jalannya partus kurang lancar dan his kurang lancar yang menyebabkan
fungsi uterus kurang baik.
d. Kelainan pada ovarium
 Kista ovarium,jika tempatnya di daerah fundus maka persalinan dapat
berlangsung normal
 Jika kedudukan kista di pelvis minor,maka dapat menganggu persalinan dan
persalinan diakhiri dengan seksio saesaria.
4) Distosia karena kelainan janin
a. Klasifikasi :
- Distosia kepala : hydrosefalus (kepala besar,hygromonas koli / tumor leher)
- Distosia bahu : bahu janin lebar seperti anak kingkong
- Distosia perut : hydro post fetalis,asites,akardiakus
- Distosia bokong : meningokel,spina bifida dan tumor pada bokong janin
- Kembar siam (double monster)
- Monster lainnya.
b. Pertumbuhan janin yang berlebihan (janin besar )
8
Dikenal dengan makrosomia,atau giant baby adalah bayi dengan berat badan
diatas 4 kilogram.

c. hydrosefalus
adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam
pentrikel otak,sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-
sutura dan ubun-ubun.cairan yang tertimbun dalam pentrikel biasanya antara
500-1500 ml,akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter.hydrosefalus
seringkali disertai kelainan bawaan lain seperti misalnya spinabifida.
d. Anencefalus
Suatu kelainan congenital dimana tulang tengkorak hanya terbentuk dari bagian
basal dari os frontalis,os parietalis,dan os oksipitali,os orbita sempit hingga
Nampak penonjolan bola mata.
e. Kembar siam
Terjadi pada janin kembar ,melekat dengan penyatuan janin secara lateral.pada
banyak kasus biasanya terjadi persalinan premature.apabila terjadi kemacetan
dapat dilakukan tindakan vaginal dengan merusak janin atau melakukan section
saesaria.
f. Gawat janin
Terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen,sehingga mengalami hipoksia .
5) Distosia karena kelainan panggul
a) Jenis kelainan panggul (Caldwell moloy) :
- Panggul ginekoid
- Panggul anthropoid
- Panggul android
- Panggul platipeloid
b) Perubahan panggul menurut munro kerr
- Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intruretin
- Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul dan atau sendi
- Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang
- Perubahan bentuk karena penyakit kaki
c) Perubahan bentuk Karena kelainan pertumbuhan intrauretin

9
- Panggul naegele
- Panggul Robert
- Split pelvis
- Panggul asimilasi

d) Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul dan atau sendi :
- Rakitis
- Osteoplasma
- Neoplasma
- Fraktur
- Atrofi
- Penyakit sendi
2.4 Manifestasi Klinik Distosia Bahu
 Gejala pada ibu :
a) Gelisah
b) Letih
c) Suhu tubuh meningkat
d) Nadi dan pernafasan cepat
e) Edema pada vulva dan serviks
 Gejala lain :
a) Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping.
b) Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan
c) Nyeri hebat dan janin sulit di keluarkan
d) Terjadi distensi berlebihan pada uterus
2.5 Komplikasi distosia bahu
Distosia yang tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan komplikasi antara
lain :

a. Pada ibu akan terjadi ruptur jalan lahir akibat his yang kuat sementara kemajuan
janin dalam jalan lahir tertahan dan juga dapat mengakibatkan terjadinya fistula
karena nekrosis pada jalan lahir
b. Pada janin distosia akan berakibat kematian karena janin mengalami hipoksia dan
perdarahan

10
2.6 Pemeriksaan Diagnostik distosia bahu

a) Tes Prenatal : Untuk memastikan penyulit persalinan seperti : janin besar,


malpresentasi
b) Pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi dan posisi janin
c) Pengambilan sample kulit kepala janin : mendeteksi atau mencegah asidosis

2.7 Penatalaksanaan Distosia Bahu


Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya dapat dilakukan
dengan cara :
a) Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal beresiko tinggi:
janin luar biasa besar (>5 kg), janin sangat besar (>4,5 kg) dengan ibu diabetes,
janin besar (>4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala
II yang memanjang dengan janin besar.
b) Identifikasi dan obati diabetes pada ibu.
c) Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi.
d) Kenali adanya distosia bahu seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan
suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan resiko cedera pada
janin.
e) Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui. Bantuan
diperlukan untuk membuat posisi McRoberts, pertolongan persalinan, resusitasi
bayi, dan tindakan anestesia (bila perlu).
Diperlukan seorang asisten untuk membantu, sehingga bersegeralah minta bantuan.
Jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa bahu posterior sudah
masuk ke panggul. Bahu posterior yang belum melewati pintu atas panggul akan semakin
sulit dilahirkan bila dilakukan tarikan pada kepala. Untuk mengendorkan ketegangan yang
menyulitkan bahu posterior masuk panggul tersebut, dapat dilakukan episiotomi yang luas,
posisi McRobert, atau posisi dada-lutut. Dorongan pada fundus juga tidak diperkenankan
karena semakin menyulitkan bahu untuk dilahirkan dan beresiko menimbulkan ruptura
uteri. Disamping perlunya asisten dan pemahaman yang baik tentang mekanisme
persalinan, keberhasilan pertolongan dengan distosia bahu juga ditentukan oleh waktu.
Setelah kepala lahir akan terjadi penurunan pH arteria umbilikalis dengan laju
0,04unit/menit. Dengan demikian, pada bayi yang sebelumnya tidak mengalamai hipoksia

11
tersedia waktu antara 4-5 menit untuk melakukan manuver melahirkan bahu sebelum
terjadi cedera hipoksik pada otak.
 Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai berikut:
a) Langkah pertama : Manuver McRobert
Manuver McRobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi McRobert,
yaitu ibu telentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat
mungkinke dada, dan rotasikan kedua kaki ke arah luar (abduksi). Lakukan
episiotomi yang cukup lebar.
Gabungan episiotomi dan posisi McRobert akan mempermudah bahu posterior
melewati promontorium dan masuk ke dalam panggul. Mintalah asisten menekan
suprasimfisis ke arah posterior menggunakan pangkal tangannya untuk menekan
bahu anterior agar mau masuk di bawah simfisis. Sementara itu lakukan tarikan pada
kepala janin ke arah posterokaudal dengan mantap (Prawirohardjo, 2012).
Langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan yang berlebihan
karena akan mencederai pleksus brakialis. Setelah bahu anterior dilahirkan, langkah
selanjutnya sama dengan pertolongan persalinan persentasi kepala. Manuver ini
cukup sederhana, aman, dan dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat
ringan sampai sedang (Prawirohardjo, 2012).
b) Langkah Kedua: Manuver Rubin
Oleh karena diameter anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit daripada
diameter oblik atau transversanya, maka apabila bahu dalam anteroposterior perlu
diubah menjadi posisi oblik atau transversanya untuk memudahkan melahirkannya.
Tidak boleh melakukan putaran pada kepala atau leher bayi untuk mengubah posisi
bahu. Yang dapat dilakukan adalah memutar bahu secara langsung atau melakukan
tekanan suprapubik ke arah dorsal. Pada umumnya sulit menjangkau bahu anterior,
sehingga pemutaran bahu lebih mudah dilakukan pada bahu posteriornya. Masih
dalam posisi McRobert, masukkan tangan pada bagian posterior vagina, tekanlah
daerah ketiak bayi sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik atau transversa.
Lebih menguntungkan bila pemutaran itu ke arah yang membuat punggung bayi
menghadap ke arah anterior (Manuver Rubin anterior) oleh karena kekuatan tarikan
yang diperlukan untuk melahirkannya lebih rendah dibandingkan dengan posisi bahu
anteroposterior atau punggung bayi menghadap ke arah posterior. Ketika dilakukan
penekanan suprapubik pada posisi punggung janin anterior akan membuat bahu lebih

12
abduksi, sehingga diameternya mengecil. Dengan bantuan tekanan siprasimfisis ke
arah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk
melahirkan bahu anterior (Prawirohardjo, 2012).
c) Langkah ketiga: Melahirkan bahu posterior, posisi merangkak, atau manuver
Wood
Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi dulu
posisi punggung bayi. Masukkan tangan penolong yang berseberangan dengan
punggung bayi (punggung kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan
kiri) ke vagina. Temukan bahu posterior, telusuri lengan atasdan buatlah sendi siku
menjadi fleksi (bisa dilakukan dengan menekan fossa kubiti). Peganglah lengan
bawah dan buatlah gerakan mengusap ke arah dada bayi. Langkah ini akan membuat
bahu posterior lahir dan memberikan ruang cukup bagi bahu anterior masuk ke
bawah simfisis. Dengan bantuan tekanan suprasimfisis ke arah posterior, lakukan
tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior
(Prawirohardjo, 2012).
Manfaat posisi merangkak didasarkan asumsi fleksibilitas sandi sakroiliaka bisa
meningkatkan diameter sagital pintu atas panggul sebesar 1-2 cm dan pengaruh
gravitasi akan membantu bahu posterior melewati promontorium. Pada posisi
telentang atau litotomi, sandi sakroiliaka menjadi terbatas mobilitasnya. Pasien
menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan kedua lututnya. Pada manuver ini
bahu posterior dilahirkan terlebih dahulu dengan melakukan tarikan kepala
(Prawirohardjo, 2012).
Bahu melalui panggul ternyata tidak dalam gerak lurus, tetapi berputar sebagai
uliran sekrup. Berdasarkan hal itu, memutar bahu akan mempermudah
melahirkannya. Manuver wood dilakukan dengan menggunakan dua jari tangan dan
berseberangan dengan punggung bayi yang diletakkan dibagian depan bahu posterior
menjadi bahu anterior. Bahu posterior dirotasi 180 derajat. Dengan demikian, bahu
posterior menjadi bahu anterior dan posisinya berada di bawah arkus pubis,
sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas panggul dan berubah menjadi bahu
posterior. Dalam posisi seperti itu, bahu anterior akan mudah dapat dilahirkan
(Prawirohardjo, 2012).
Setelah melakukan prosedur pertolongan distosia bahu, tindakan selanjutnya
adalah melakukan proses dekontaminasi dan pencegahan infeksi pasca tindakan serta

13
perawatan pascatindakan. Perawatan pascatindakan termasuk menuliskan laporan di
lembar catatan medik dan memberikan konseling pascatindakan (Prawirohardjo,
2012).

14
2.8 PATHWAY

15
C. Konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan distosia bahu
2.1 Pengkajian

16
2.3 Rencana Asuhan Keperawatan

17
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalulama
lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal seringterjadi
apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir. Distosia bahu
merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral promontory
karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, ataubahu tersebut bisa lewat
promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya
distosia bahu merupakan kejadian dimanatersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan.

3.2 SARAN
Diharapkan kepada ibu yang selama dalam masa kehamilan agar melakukan kunjungan /
pemeriksaan kehamilan, dengan tujuan untuk mengetahui perubahan berat badan pada ibu dan
bayi bertambah atau tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupun ibu yang mengalami riwayat
penyakit sistematik. Agar nantinya bisa didiagnosa apakah ibu bisa bersalin secara normal
atau tidak normal.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. HK, Joseph dan S, Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri.
Yogyakarta: Nuha Medika.
2. Ralph C. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Ed. 9. Jakarta : EGC.
3. Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi Ed. 2.
Jakarta : EGC.
4. Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC
5. FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan Ginekologi. 
Bandung : Eleman
6. Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo
7. Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetric untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta:EGC
8. Farrer, Helen. 2001. Perawatan Meternitas Edisi II. Jakarta: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai