Anda di halaman 1dari 45

PRESENTASI KASUS

SEORANG WANITA P1A0 BERUSIA 35 TAHUN DENGAN


KLINIS KARSINOMA OVARIUM GRADE IA

DISUSUN OLEH:
NIKKO RIZKY AMANDA G 99162025
IVAN NUH RASYAD G 99162027
DYAH INASE SOBRI G 99162032
DITA PURNAMA ASBIANTARI G 99162036
STEFANUS ERDANA PUTRA G 99162037

PEMBIMBING :
dr. ERIANA MELINAWATI, Sp.OG(K).

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
2017

0
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik


Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret /
RSUD Dr. Moewardi. Presentasi kasus dengan judul:

Seorang Wanita P1A0 Berusia 35 Tahun dengan Klinis Karsinoma


Ovarium Grade 1A dengan Perlengketan

Hari, tanggal : , November 2017

Oleh :
Nikko Rizky Amanda G 99162025
Ivan Nuh Rasyad G 99162027
Dyah Inase Sobri G 99162032
Dita Purnama Asbiantari G 99162036
Stefanus Erdana Putra G 99162037

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Presentasi Kasus

dr. Eriana Melinawati, Sp.OG(K).


NIP. 19700121 200003 2 005

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kista ovarium adalah suatu kantong berisi cairan seperti balon
berisi air yang terdapat di ovarium. (Owen, 2005). Kista ovarium
merupakan penyebab umum dari prosedur bedah dan rawat inap di
kalangan perempuan di seluruh dunia. Telah dilaporkan bahwa 5% sampai
10% dari wanita akan menjalani operasi untuk kista ovarium. Setiap tahun
di Amerika Serikat, lebih dari 250.000 perempuan dengan diagnosis kista
ovarium. Karena kista ovarium merupakan penyakit yang sering dijumpai,
penting bagi dokter umum harus memiliki pengetahuan tentang pilihan
pengobatan dan risiko keganasan (Horlen, 2011).
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi
yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk
gangguan yang bisa dikatatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos
pada ovarium yang jinak. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan
untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Perjalanan penyakit yang silent
killer atau secara diam-diam menyebabkan banyak wanita yang tidak
menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya
mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.
Kista ovarium juga dapat berubah menjadi ganas dan berubah menjadi
kanker ovarium. Untuk mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi
kanker ovarium maka seharusnya pendeteksian dini kanker ovarium
dengan pemeriksaan yang lebih lengkap sehingga dengan ini pencegahan
terjadinya keganasan dapat dilakukan.
Kebanyakan kista ini jinak, sementara sebagian kecil lainnya bisa
berupa kista yang ganas. Risiko keganasan ovarium meningkat secara
signifikan seiring dengan usia. Diperkirakan bahwa 13% dari neoplasma
ovarium ganas terjadi pada wanita premenopause, dan insidensi meningkat
menjadi 45% pada wanita pasca menopause (Horlen, 2011).

2
Kista ovarium yang ganas disebut juga dengan kanker ovarium
(Hadibroto, 2009). Data dari American cancer society tahun 2007
menunjukkan kanker ovarium menempati urutan ke-8 dan menjadi
penyebab kematian kelima terbanyak akibat kanker yang terjadi pada
wanita di amerika serikat (Wiknjosastro, 2007). Oleh karena itu, penting
bagi klinisi untuk mengetahui tanda-tanda keganasan ovarium. Tanda-
tanda keganasan tersebut bisa didapatkan dari hasil analisis anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan didukung pemeriksaan penunjang. Saat ini tersedia
berbagai macam sistem skoring yang dapat memudahkan klinisi untuk
menentukan apakah suatu tumor mengarah pada keganasan atau tidak.
Skoring keganasan ovarium diperlukan untuk menentukan apakah pasien
perlu dilakukan pembedahan onkologi atau dapat ditangani oleh obstetri-
ginekologi umum. Selain itu, dengan diagnosis yang lebih dini dapat
memberikan prognosis yang lebih baik.
Sebagian besar kista tidak menimbulkan gejala yang nyata, namun
sebagian lagi menimbulkan masalah seperti rasa sakit dan pendarahan.
Bahkan kista ovarium yang ganas tidak menimbulkan gejala pada stadium
awal, sehingga sering ditemukan dalam stadium yang lanjut. Komplikasi
yang paling sering dan paling serius pada kista ovarium yang terjadi dalam
kehamilan adalah peristiwa torsio atau terpuntir. Penatalaksanaan kista
ovarium sebagian besar memerlukan pembedahan untuk mengangkat kista
tersebut. Penanganannya melibatkan keputusan yang sukar dan dapat
mempengaruhi status hormonal dan fertilitas seorang wanita.

B. TUJUAN
1. Mengetahui tanda-tanda keganasan pada kista ovarii
2. Mengetahui beberapa sistem skoring keganasan pada kista ovarii

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kista ovarium adalah kantung, berisi materi cair atau setengah cair yang
berada pada ovarium. Pertumbuhan kista ovarium berhubungan dengan
stimulasi oleh hormon gonadotropin, yaitu FSH dan LH. Adanya iritasi
juga merupakan pencetus tumbuhnya kista. Selain itu, kista ovarium
disebabkan juga oleh adanya transformasi dari sel-sel ovarium. Sementara
itu, tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan
histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast
(ektodermal, endodermal, dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis
maupun biologis yang beraneka ragam (Mardjikoen, 2005).

B. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita


Sistem reproduksi wanita terdiri atas organ reproduksi eksterna dan organ
reproduksi interna.

1. Organ genetalia eksterna


Organ reproduksi wanita eksterna sering disebut sebagai vulva yang
mencakup semua organ yang dapat dilihat dari luar, yaitu yang dimulai
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, himen, vestibulum,
kelenjar bartholini dan berbagai kelenjar serta pembuluh darah.

4
Gambar 1. Organ Reproduksi Eksterna pada wanita (Wiknjosastro, 2005)
a. Mons veneris
Disebut juga gunung venus, menonjol ke bagian depan menutup
tulang kemaluan. Setelah pubertas, kulit mons veneris tertutup oleh
rambut ikal yang membentuk pola distribusi tertentu yaitu pada
wanita berbentuk segitiga.
b. Labia mayora
Berasal dari mons veneris, bentuknya lonjong menjurus ke bawah
dan bersatu di bagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari
kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian di
dalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian
ini mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitif saat
hubungan seks.
c. Labia minora
Merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora. Bagian
depannya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai
pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks
bertambah. Labia ini analog dengan kulit skrotum pada pria.
d. Klitoris

5
Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria.
Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga
sangat sensitif saat hubungan seks.
e. Himen
Merupakan selaput yang menutupi bagian lubang vagina luar. Pada
umumnya himen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah
menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan
kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim).
f. Vestibulum
Bagian kelamin yang dibasahi oleh kedua labia kanan – kiri dan
bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia
minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang
senggama), saluran kencing, kelenjar Bartholini, dan kelenjar
Skene.
g. Orifisium uretra
Lubang atau meatus uretra terletak pada garis tengah vestibulum, 1
sampai 1,5 cm di bawah arkus pubis dan dekat bagian atas liang
vagina. Meatus uretra terletak di dua pertiga bagian bawah uretra
terletak tepat di atas dinding anterior vagina.
h. Orifisium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara (hymen), utuh tanpa
robekan.
i. Vagina
Vagina atau liang kemaluan merupakan suatu tabung yang dilapisi
membran dari jenis epithelium bergaris khusus, dialiri banyak
pembuluh darah dan serabut saraf. Panjang vagina dari vestibulum
sampai uterus adalah 7,5 cm. Bagian ini merupakan penghubung
antara introitus vagina dan uterus. Pada puncak vagina menonjol
leher rahim yang disebut porsio. Bentuk vagina sebelah dalam
berlipat – lipat disebut rugae. Vagina mempunyai banyak fungsi

6
yaitu sebagai saluran luar dari uterus yang dilalui sekret uterus dan
aliran menstruasi, sebagai organ kopulasi wanita dan sebagai jalan
lahir.
j. Perineum
Perineum terletak di antara vulva dan anus, panjang perineum
kurang lebih 4 cm. Jaringan utama yang menopang perineum
adalah diafragma pelvis dan urogenital.

2. Alat kelamin dalam (genitalia interna)


Genitalia interna adalah alat reproduksi yang berada didalam dan tidak
dapat dilihat kecuali dengan cara pembedahan. Organ genitalia terdiri dari

Gambar 2. Organ genitalia interna wanita (Bobak dan Lowdermilk, 2004)

a. Rahim (uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak
di panggul kecil diantara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan
di depannya terletak kandung kemih. Hanya bagian bawahnya
disangga oleh ligamen yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh
dan berkembang saat kehamilan. Ruangan rahim berbentuk

7
segitiga, dengan bagian besarnya di atas. Dari bagian atas rahim
(fundus) terdapat ligamen menuju lipatan paha (kanalis inguinalis),
sehingga kedudukan rahim menjadi ke arah depan. Rahim juga
merupakan jalan lahir yang penting dan mempunyai kemampuan
untuk mendorong jalan lahir. Lapisan–lapisan uterus meliputi
endometrium, miometrium, dan parametrium. Uterus terdiri dari :
i. Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur.
Pada pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat
memperkirakan usia kehamilan
ii. Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini
berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga
rahim.
iii. Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis
disebut ostium uteri internum.
b. Tuba fallopi
Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan ke arah
lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. Tuba fallopi merupakan
bagian yang paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab
utama terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopi
sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran
spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum,
tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan
tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu
menanamkan diri pada lapisan dalam rahim.

8
c. Indung telur (ovarium)
Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan
digantung ke rahim oleh ligamentum ovari proprium dan ke
dinding panggul oleh ligamentum infundibulopelvicum. Indung
telur merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama,
sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam pengaturan proses
menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan
silih berganti kanan dan kiri.
d. Parametrium (penyangga rahim)
Merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan, yang
menghubungkan rahim dengan tulang panggul, lipatan atasnya
mengandung tuba fallopi, dan ikut serta menyangga indung telur.
Bagian ini sensitif tehadap infeksi sehingga mengganggu
fungsinya. Hampir keseluruhan alat reproduksi wanita berada di
rongga panggul. Setiap individu wanita mempunyai bentuk dan
ukuran rongga panggul (pelvis) yang berbeda satu sama lain.
Bentuk dan ukuran ini mempengaruhi kemudahan suatu proses
persalinan. (Tambayong, 2002).

C. Epidemiologi
Kista ovarium fungsional ditemukan pada setiap usia dan terbanyak
ditemukan pada wanita dalam masa reproduksi dan jarang pada wanita
yang telah menopause. Di Amerika Serikat kista ovarium ditemukan pada
hampir seluruh wanita pre menopause dengan sonogram transvaginal dan
pada 14,8% wanita post menopause. Sebagian besar kista ini jinak. Kista
teratoma atau dermoid ditemukam pada lebih dari 10% dari seluruh
neoplasma ovarium. Insidens karsinoma ovarium diperkirakan 15 kasus
per 100.000 wanita per tahun. Setiap tahun di Amerika Serikat, karsinoma
ovarium didiagnosa pada 22.000 wanita, dan menimbulkan kematian pada
16.000 wanita. Tumor ovarium yang cenderung ganas sebagian besar
adalah kista adenokarsinoma epitel ovarium, paling sering mengenai

9
wanita Eropa dan Amerika Utara, sedangkan wanita dari Asia dan Afrika
lebih jarang 20% nya adalah tumor malignan potensi rendah, tumor sel
garminosa pada kurang dari 5% dan kurang lebih 2% tumor sel granulosa.
Tumor ganas ovarium merupakan 20% dari semua keganasan alat
reproduksi wanita. Insidensi rata-rata dari semua jenis diperkirakan 15
kasus baru per 100.000 populasi wanita setahunnya (Mardjikoen, 2005).

D. Faktor Predisposisi Keganasan pada Ovarium


Sampai saat ini ada beberapa hal yang diketahui berhubungan dengan
kejadian karsinoma ovarium yaitu :
1. Riwayat kanker ovarium dalam keluarga
Dari hasil penelitian diketahui bahwa risiko akan meningkat sampai
50 % bila ada riwayat karsinoma ovarium dalam keluarga dari garis
keturunan pertama maupun kedua. Risiko ini akan lebih tinggi apabila
dalam keluarga juga terdapat riwayat kanker payudara, kanker
endometrium, dan kanker kolon (Lynch syndrome) (Berek, 2002).
2. Umur
Terdapat perbedaan insiden karsinoma ovarium berdasarkan golongan
umur. Umumnya insiden kanker ovarium meningkat setelah
menopause atau sekitar umur 51 tahun ke atas. Lebih dari 50 %
kanker ovarium terjadi pada wanita berumur lebih dari 65 tahun
(Busmar, 2006).
3. Riwayat menstruasi, kehamilan, dan infertilitas
Banyak peneliti yakin bahwa ada hubungan antara kanker ovarium
dengan riwayat menstruasi. Risiko karsinoma ovarium meningkat
pada wanita yang haid pertamanya dibawah umur 12 tahun atau
menopause diatas umur 50 tahun. Demikian juga wanita yang tidak
pernah hamil, tidak pernah mengalami proses kehamilan secara
lengkap atau mempunyai anak pertama pada umur diatas 30 tahun.
Risiko karsinoma ovarium menurun sampai 40-50% pada wanita yang

10
memakai kontrasepsi hormonal jenis pil squensial demikian juga pada
wanita yang menyusui anaknya setelah melahirkan (Busmar, 2006).
4. Pengobatan infertitilas
Suatu penelitian retrospektif menyatakan pemakaian klomifen sitrat
pada perempuan infertil lebih dari 12 siklus akan meningkatkan resiko
relatif menjadi 11. Sementara itu, penelitian kohort lainnya
menyatakan bahwa sampai saat ini tidak ada hubungan antara
penggunaan obat-obat fertilitas terhadap peningkatan risiko untuk
terjadinya karsinoma ovarium. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan
karena banyak perempuan dalam penelitian ini belum mencapai umur
puncak terjadinya kanker ovarium. Beberapa data menyatakan bahwa
infertilitas yang menyebabkan wanita infertil yang mendapatkan terapi
klomifen sitrat mempunyai resiko karsinoma ovarium, atau faktor-
faktor predisposisi lain yang dimiliki sebelumnya (Jensen, et.al.,
2009)
5. Diet tinggi lemak
Diet banyak daging dan lemak binatang berhubungan dengan
peningkatan risiko untuk terjadinya karsinoma ovarium (Berek, 2002).
6. Talcum Powder
Kebiasaan menggunakan bedak pada daerah genital dapat
meningkatkan risiko kanker ovarium. Umumnya bedak mengandung
asbestos, senyawa yang diketahui memiliki sifat karsinogenik (Berek,
2002).
7. Mutasi genetik yang didapat
Seperti kanker pada umumnya, karsinoma ovarium dapat disebabkan
oleh mutasi DNA yang sebabkan rangsangan bahan onkogenik.
Terjadinya mutasi pada HER2 onkogen atau gen penekan tumor p53
berhubungan dengan tingginya risiko terjadinya karsinoma ovarium
(Berek, 2002).

11
E. Klasifikasi Tumor Ovarium
Pelbagai kesulitan dijumpai ketika menyusun klasifikasi tumor ovarium
dengan menggunakan kriteria histologik, sehingga WHO pada tahun 1973
mengajukan klasifikasi sebagai berikut (Chrisdiono, 1996) :
1. Neoplasia epitel
a. Jenis serosum : jinak, borderline, ganas
b. Jenis musinosum : jinak, borderline, ganas
c. Endometrioid : jinak, borderline, ganas
d. Mesonefroid : jinak, borderline, ganas
e. Tumor Brenner : jinak, borderline, ganas
f. Kombinasi jenis epitelial : jinak, borderline, ganas
g. Tidak terdiferensiasi
h. Tidak terklasifikasi
2. Neoplasma stroma gonad
a. Tumor sel granulosa/tekofibroma
b. Tumor sel Sertoli-Leydig
c. Gonadoblastoma
3. Tumor sel lipoid
4. Neoplasma germinal
a. Disgerminoma
b. Tumor sinus endodermal
c. Karsinoma embrional
d. Khoriokarsinoma
e. Teratoma
5. Tumor jaringan lain yang tidak khas ovarium
6. Limfoma maligna
7. Tumor primer yang tidak terklasifikasi
8. Tumor metastatik

Sebanyak 90% kanker ovarium berasal dari epitelial, 75% dari kanker
ovarium epitelial adalah tipe histologis serosum, 20% musinosum, 2%

12
endometrioid, dan kurang dari 1% adalah mesonefroid, Brenner, dan
karsinoma yang tidak terdiferensiasi.

F. Kriteria Diagnostik (Busmar, 2006)


1. Gejala Klinis
a. Dicurigai kanker ovarium usia kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 60 tahun atau menopause dengan:
i. Tumor kistik atau solid.
ii. Mobile atau terfiksir.
b. Sangat dicurigai kanker ovarium:
i. Tumor cepat membesar, padat berdungkul, dan
terfiksir.
ii. Dapat disertai keadaan umum yang menurun sampai
kakeksia, ascites, efusi pleura, gangguan pasase
usus, pembesaran kelenjar limfe supra klavikula dan
lain-lain sesuai dengan luas penyebaran penyakit ke
organ lainnya.
2. Pemeriksaan Penunjang (Andrijono, 2009)
a. USG (dikerjakan pada setiap kasus tumor ovarium)
b. Tumor marker
c. Sitologi aspirasi kista ovarium
d. Sitologi cairan ascites dan pleura
e. Biopsi kelenjar limfe yang membesar
f. CT-scan, MRI, PET, foto toraks, rektosigmoidoskopi, dan barium
enema.
3. Stadium klinis kanker ovarium (FIGO) (Berek, 2002)
a. Stadium I (tumor tumbuh terbatas pada ovarium)
 Stadium Ia
Terbatas pada satu ovarium, kapsul intak, tidak ada tumor pada
permukaan dan sel ganas (-) pada cairan ascites.

13
 Stadium Ib
Terbatas pada kedua ovarium, kapsul intak, tidak ada tumor
pada permukaan dan sel ganas negatif pada cairan ascites atau
cucian peritoneum
 Stadium Ic
Adalah stadium Ia dan Ib dengan tumor pada permukaan
ovarium atau ruptur kapsul atau ascites dengan sel ganas (+)
atau cucian peritoneum sel ganas (+). Stadium lc tegak apabila
stadium Ia terjadi:
i. Kapsul ruptur spontan atau dipecahkan oleh operator
ii. Sitologi (+) dari cairan peritoneum atau ascites.
b. Stadium II (pertumbuhan tumor pada satu atau kedua ovarium
dengan penyebaran pada pelvis)
 Stadium IIa
Penyebaran ke uterus atau tuba
 Stadium IIb
Penyebaran ke organ pelvis lainnya
 Stadium IIc
Stadium IIa/IIb dengan tumor pada permukaan ovarium atau
ruptur kapsul, atau asites dengan sel ganas (+) atau cucian
peritoneum sel ganas (+)
c. Stadium III (tumor pada satu/kedua ovarium dengan implantasi
tumor pada peritoneum di luar kavum pelvis dan/atau
pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal atau inguinal (+),
metastasis ke bagian superfisial hati atau tumor terbatas pada
rongga pelvis tetapi hasil pemeriksaan histopatologi positif
terhadap perluasan pada usus halus atau omentum)
 Stadium IIIa
Tumor secara makros terbatas pada true pelvis dengan
pembesaran kelenjar limfe (-) tetapi secara histologi ada
perluasan pada peritoneum abdomen.

14
 Stadium IIIb
Stadium IIIa dan perluasan tumor pada peritoneum abdomen
kurang dari 2 cm, pembesaran kelenjar limfe (-).
 Stadium IIIc
Stadium IIIa + pertumbuhan tumor pada peritoneum abdomen
lebih dari 2 cm dan atau pembesaran kelenjar limfe
retroperitoneal atau inguinal (+).
d. Stadium IV (tumor pada satu atau kedua ovarium dengan
metastase jauh berupa pleural efusion dengan sitologi (+) atau
penyebaran pada parenkim hati)

Skoring keganasan ovarium diperlukan untuk menentukan apakah pasien


perlu dilakukan pembedahan onkologi atau dapat ditangani oleh obstetri-
ginekologi umum. Selain itu, dengan diagnosis yang lebih dini dapat
memberikan prognosis yang lebih baik. Berikut macam-macam skoring
keganasan tumor ovarium yang sering digunakan :

1. Risk Malignancy Index (RMI)


Sistem skoring yang seringkali digunakan untuk prediksi keganasan
ovarium ialah Risk Malignancy Index (RMI), sebuah sistem skoring
yang digunakan di seluruh dunia, yang diperkenalkan oleh Jacobs
pada tahun 1990, dan direvisi dua kali oleh Tingulstad pada tahun
1996, dan Jacobs pada tahun 1999. RMI menggunakan tiga
indikator, yaitu temuan pada pemeriksaan USG, status menopause,
dan kadar CA-125. Cut-off point yang digunakan RMI yaitu 200,
dengan sensitivitas sebesar 73% dan spesifisitas 86%. Pada skor
ultrasound, mendapat nilai 1 untuk setiap abnormalitas yang
ditemukan menggunakan USG transvaginal, sebagai berikut :

a. Kista multilokular
b. Gambaran area solid

15
c. Gambaran metastasis
d. Ascites
e. Lesi bilateral

Jika tidak didapatkan gambaran tersebut diberikan nilai 0, jika


terdapat 1 gambaran diberikan nilai 1, jika ditemukan lebih dari 1
gambaran, diberikan nilai 3. Untuk status menopause, diberikan nilai
1 untuk premenopause, dan nilai 3 untuk postmenopause.
Rumus perhitungannya ialah :
U x M x CA-125

Tabel 1. Risk Malignancy Index

Tabel 2. Risk Malignancy Index


Kriteria Skor
Status menopause

16
Premenopause 1
Postmenopause 3
Gambaran USG
Tidak ada = 0
a. Kista multilokular
1 gambaran = 1
b. Gambaran area solid
>1 gambaran = 3
c. Gambaran metastasis
d. Ascites
e. Lesi bilateral
Kadar CA-125 U/mL

2. Skor Gatot Purwoto


Gatot, tahun 1996, membuat suatu sistem skoring untuk keganasan
epitel ovarium yang dapat membedakan lesi ganas dengan lesi jinak.
Penelitiannya menggunakan 133 pasien dengan kanker epitel
ovarium. Dengan menggunakan karakteristik dari kanker ovarium,
seperti penurunan berat badan, indeks resistensi Doppler, gambaran
solid dari pemeriksaan ultrasonografi (USG), adanya asites, dan
kadar CA-125, ia membuat skor Gatot. Sistem skoring ini
memberikan sensitivitas sebesar 96%, dan spesifisitas sebesar 97%,
dengan skor total 10 dan cut-off point 5.

Tabel 3. Skor Gatot Purwoto


Indikator Skor
Adanya asites 2
Gambaran solid pada USG 2
Indeks resistensi Doppler < 0,4 2
BMI < normal 2
Kadar CA-125 > 35 U/ml 2
Total skor 10

17
3. De Priest Ultrasound Morphology Index
Skoring lain ialah menggunakan indeks morfologi ultrasound de
Priest yang berdasarkan hasil pengamatan USG transvaginal, ialah
sebagai berikut :

Tabel 4. De Priest Ultrasound Morphology Index


1 2 3 4
3
Volume tumor < 10 cm 10 – 50 cm3 50 – 200 cm3 >200 cm3
Struktur dan Licin, < 3 mm Licin, > 3 mm Papiler, < 3 Papiler, > 3
ketebalan mm mm
dinding
kista
Struktur Tidak ada Septum tipis < Septum tebal Area solid >
septum septum 3 mm 3-10 mm 10 mm

Interpretasi :
Poin dari setiap kategori dihitung, dan dijumlahkan dengan total poin
bervariasi dari 0-12. Skor indeks morfologi ultrasound < 5 pada
perempuan premenopause diduga tumor jinak. Pada perempuan
postmenopause, skor indeks morfologi ultrasound > 5 memiliki arti
positif keganasan. Keganasan tumor ovarium dapat dilihat dari
struktur dinding yang tebal, dan total volume lebih dari 10 cm3.
4. Guidelines ASOG dan SGO
Menurut guidelines dari American Congress of Obstetricians and
Gynecologist (ACOG) dan Society of Gynecology Oncology (SGO),
setiap massa pelvis perlu dirujuk ke bagian ginekologi onkologi, jika
pada perempuan post-menopause dengan massa pelvis yang
mencurigakan, dan terdapat tanda-tanda di bawah ini :
a. Peningkatan kadar serum CA-125 (>35 U/mL)
b. Asites
c. Massa pelvis noduler atau terfiksasi
d. Adanya metastasis di abdomen atau tempat lainnya
e. Riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau kanker payudara

18
Pada perempuan pre-menopause dengan massa pelvis yang
mencurigakan, dan terdapat tanda-tanda di bawah ini :
a. Peningkatan kadar serum CA-125 > 200 U/mL
b. Asites
c. Adanya metastasis di abdomen atau tempat lainnya
d. Riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau kanker payudara

5. Skor Sassone
Sassone et al. membuat sebuah sistem skoring menggunakan temuan
USG transvaginal dari massa ovarium atau adneksa ekstrauterin
yang dapat mengidentifikasi risiko keganasan dari lesi tersebut.
Tekniknya menggunakan USG transvaginal dengan probe yang
bervariasi. Ovarium dengan ukuran > 5 cm pada pemeriksaan USG
transvaginal memiliki risiko sebesar 2,5 kali untuk terjadinya
keganasan dibandingkan dengan ovarium yang lebih kecil.

Tabel 5. Skor Sassone


Indikator Gambaran Skor
Struktur dinding dalam Licin 1
Irreguler ≤ 3 mm 2
Papiler > 3 mm 3
Gambaran hampir 4
seluruhnya solid
Ketebalan dinding Tipis (≤ 3 mm) 1
Tebal (> 3 mm) 2
(mm)
Gambaran hampir 3
seluruhnya solid
Septum (mm) Tidak ada septum 1
Tipis (≤ 3 mm) 2
Tebal (> 3 mm) 3
Echogenisitas Sonolusen 1
Echogenisitas rendah 2

19
Echogenisitas rendah 3
dengan inti
echogenik
Echogenisitas 4
campuran
Echogenisitas tinggi 5
Skor USG dijumlahkan pada keempat indikator. Jika ukuran ovarium
normal, atau tidak terlihat, maka dianggap memiliki skor USG < 5.
Interpretasi :
 Skor < 9 : risiko rendah keganasan
 Skor ≥ 9 : risiko tinggi keganasan
Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas sebesar 100% dan spesifisitas
sebesar 83%.

G. Prognosis
Prognosis untuk kista benigna adalah baik. Dapat residual dan terjadi
diovarium kontralateral. Mortalitas pada karsinoma ovarium berhubungan
dengan stadium saat diagnosis, dan biasanya terdeteksi pada stadium
lanjut. Angka harapan hidup secara umum adalah 41,6%, bervariasi antara
86,9% pada stadium II dan 11,1% pada stadium IV.

H. Pencegahan
Pemakaian kontrasepsi oral mencegah pertumbuhan kista ovarium
fungsional. Penggunaan selama 15 tahun mengurangi resiko kistadeno
karsinoma epitel ovarium. Setiap wanita harus melakukan pemeriksaan
ginekologis tahunan. Pada wanita dengan resiko tinggi dengan riwayat
keluarga atau riwayat kanker payudara terdahulu harus melakukan
pemeriksaan USG dan CA 125 tahunan. Pada wanita dengan resiko tinggi
–kistadeno kasinoma ovarium, dapat dilakukan ooforektomi profilaktik
untuk mencegah pertumbuhan karsinoma ovarium.

20
I. Penatalaksanaan
Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor non neoplastik tidak. Tumor non
neoplastik biasanya besarnya tidak melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor-
tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan
tuba.
Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian
patologi anatomi untuk diperikasa. Pasien dengan kista ovarium simpleks
biasanya tidak membutuhkan terapi. Penelitian menunjukkan bahwa pada
wanita post menopause, kista yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar
CA 125 dalam batas normal, aman untuk tidak dilakukan terapi, namun
harus dimonitor dengan pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk wanita
premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk
tidak dilakukan terapi. Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium
simpleks persisten yang lebih besar 10 cm dan kista ovarium kompleks.
Laparoskopi digunaknan pada pasien dengan kista benigna, kista
fungsional atau simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi harus
dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan dan panda pasien dengan
kista benigna yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista
dengan konservasi ovarium dikerjakan pada pasien yang menginginkan
ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di masa mendatang. Pengangkatan
ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita post menopause,
perimenopause, dan wanita pre menopasue yang lebih tua dari 35 tahun
yang tidak menginginkan anak lagi serta yang berisiko menyebabkan
karsinoma ovarium.
Diperlukan konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan
infertilitas untuk endometrioma dan sindrom ovarium polikistik.

21
Konsultasi dengan onkologi ginekologi diperlukan untuk kista ovarium
kompleks dengan serum CA125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien
dengan riwayat karsinoma ovarium pada keluarga. Jika keadaan
meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan penteriksaan sediaan yang
dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk
mendapat kepastian tumor ganas atau tidak untuk tumor ganas ovarium,
pembedahan merupakan pilihan utama. Prosedurnya adalah total
abdominal histerektomi, bilateral salfingo-ooforektomi, dan appendiktomi
(opsional). Tindakan hanya mengangkat tumornya saja (ooforektomi atau
ooforokistektomi) masih dapat dibenarkan jika pasien masih muda, belum
menpunyai anak, serta derajat keganasan tumor rendah seperti pada low
potential malignancy (borderline). Radioterapi hanya efektif untuk jenis
tumor yang peka terhadap radiasi, disgerminoma dan tumor sel granulosa.
Kemoterapi menggunakan obat sitostatika seperti alkylating agents
(cyclophosphamide, chlorambucyl) dan anti metabolit (adriamycin).
FoIlow up tumor ganas sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2 bulan,
kemudian 4 bulan selama 3 tahun, setiap 6 bulan sampai 5 tahun, dan
seterusnya setiap tahun sekali.

J. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium. Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista
ovarium. Cancer antigen 125 (CA 125) adalah protein yang
dihasilkan oleh membran sel ovarium normal dan karsinoma
ovarium. Level serum kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA 125
ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan karsinoma epitel
ovarium. Terkadang CA125 ditemukan meningkat pada kasus jinak
dan pada 6% pasien sehat.
2. Laparoskopi. Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan
menentukan sifat-sifat tumor.
3. Ultrasonografi. Mentukan letak dan batas tumor kistik atau solid,
cairan dalam rongga perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat

22
diagnostik imaging yang utama untuk kista ovarium. Kista
simpleks bentuknya unilokular, dindingnya tipis, satu kavitas yang
di dalamnya tidak terdapat internal echo. Biasanya jenis kista
seperti ini tidak ganas, dan merupakan kista fungsional, kista luteal,
atau mungkin juga kistadenoma serosa atau kista inklusi. Kista
kompleks multilokular dindingnya menebal terdapat papul ke
dalam lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga
kista neoplasma benigna. USG sulit membedakan kista ovarium
dengan hidrosalfing, para ovarian, dan kista tuba. USG endo
vaginal dapat memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas dari
struktur pelvis. Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih
yang penuh. USG transabdominal lebih baik dari endo vaginal
untuk mengevaluasi massa yang besar dan organ intrabdomen lain,
seperti ginjal, hati dan ascites. Pemeriksaan ini memerlukan
kandung kemih yang penuh.
4. MRI. MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari
CT scan, dapat memberikan gambaran massa ginekologik yang
lebih baik. MRI ini biasanya tidak diperlukan.
5. CT Scan. Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik,
CT Scan kurang baik bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat
dipakai untuk mengidentifikasi organ intra abdomen dan
retroperitoneum dalam kasus keganasan ovarium.
6. Foto Rontgen. Menentukan adanya hidrotoraks. Pada kista dermoid
kadang dapat terlihat gigi.
7. Parasentesis. Pungsi pada ascites berguna untuk menentukan sebab
asites.
8. Tes kehamilan dan HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan.

23
BAB III
STATUS PASIEN

A. ANAMNESIS
1. Identitas Penderita
Nama : Ny. S
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
BB : 45 kg
TB : 145 cm
Alamat : Mantingan, Ngawi, Jawa Timur
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 30 September 2017
No RM : 013905xx

2. Keluhan Utama
Benjolan di perut

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang P1A0, 35 tahun, datang dengan rujukan dari RS Islam
Amal Sehat Sragen dengan keterangan suspek kista ovarii dengan hasil
Ca125= 364 dan ROMA= 48,48. Saat ini, pasien mengeluhkan benjolan
sejak 4 tahun yang lalu dan semakin lama semakin membesar. Penurunan
berat badan (+). Nafsu makan baik. Riwayat BAB dan BAK normal. Nyeri
perut di bagian bawah (+). Nyeri saat haid (+). Riwayat menstruasi teratur
setiap bulan, ganti pembalut 2-3x/hari, lamanya 4-5 hari. Keputihan (+).
Pasien memiliki riwayat rawat inap di RS Amal Sehat selama 1 hari karena
gastritis.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat/ makanan : disangkal
Riwayat mondok : di RSI Amal Sehat 1 hari karena
gastritis

24
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kanker : kanker payudara pada saudara
kandung

6. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Lama menstruasi : 4-5 hari
Siklus menstruasi : 30 hari

7. Riwayat Obstetri
Riwayat obstetri baik

8. Riwayat Perkawinan
Menikah 1x selama 13 tahun.

9. Riwayat KB
Pasien tidak menggunakan kontrasepsi, namun pernah menggunakan
suntik KB 3 bulan selama 12 bulan.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis dan ginekologi
a. Keadaan Umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup
b. Tanda Vital
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respiratory Rate : 18 x/menit
Suhu : 36,70C
c. Kepala : mesocephal
d. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
e. THT : discharge (-/-)
f. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
g. Thorax : glandula mammae hipertrofi (-), aerola mammae
hiperpigmentasi (-)
1) Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
2) Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : sonor/ sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara napas tambahan
(-/-), wheezing (-)

25
h. Abdomen
Inspeksi : distended (+), tampak bekas luka operasi di linea
mediana
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : redup (+) di seluruh lapang abdomen
Palpasi : supel (-), teraba massa padat, permukaan
berbenjol-benjol, dengan batas atas 3 jari di bawah
pusat, batas kanan kiri linea midclavicula dextra
dan linea midclavicula sinistra, nyeri tekan (+)
i. Genital
Inspekulo : Vulva uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,
portio licin, OUE tertutup, sondase 6 cm, anteflexi, darah (-),
discharge keputihan (+)
VT : vulva uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio
utuh, OUE tertutup, CU sebesar telur ayam, teraba pole bawah tumor,
permukaan padat, jika massa digerakkan maka portio ikut bergerak,
kesan dari adnexa, darah (-), discharge (+).
RT : tonus muscularis sphincter ani dalam batas normal, mukosa recti
licin, ampula tidak kolaps, teraba pole bawah tumor kesan dari adnexa
kiri, darah (-), feses (+).
USG: vesika urinaria terisi cukup, uterus ukuran dan bentuk normal,
tampak cairan di kavum douglas, floating gut (+), tampak lesi
hyperechoic ukuran 8,10 x 7,12 kesan dari adnexa kiri, parametrium
dan adnexa kanan dalam batas normal. Kesan menyokong gambaran
tumor padat ovarium.

j. Ekstremitas :
oedema akral dingin
- - - -
- - - -

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM (30 September 2017)
Hematologi AL : 7.5 x103/uL
Hb : 13 g/dL AT: 356 x103/uL
Hct : 41 % AE : 4,49 x106/uL

26
Gol.darah : A
Rhesus : +

Hemostasis
PT : 13.8 detik
APTT : 38.1 detik
INR : 1.030

Kimia Klinik
GDS : 108 mg/dL
SGOT : 24 u/l
SGPT : 18 u/l
Creatinine: 0,6 mg/dl
Ureum : 15 mg/dl
Albumin : 4,6 g/dl

Elektrolit
Natrium darah : 136 mmol/L
Kalium darah : 3.3 mmol/L
Klorida darah : 108 mmol/L

Serologi
HBsAg : non reaktif

27
USG ( 30 September 2017)
- Hepar: ukuran normal, echostruktur normal, VH/VP normal, sudut
tajam, tepi reguler, IHBD/EHBD normal, tak tampak nodul/kista/massa.
- GB: ukuran normal, dinding tidak menebal, tak tampak
batu/kista/massa.
- Lien: ukuran normal, echostruktur normal, tak tampak kista/massa.
- Pankreas: echostruktur normal, tak tampak nodul/kista/massa.
- Ginjal kanan: ukuran normal, echostruktur normal, batas sinus-korteks
tegas, tak tampak ectasis PCS, tak tampak batu/kista/massa.
- Ginjal kiri: ukuran normal, echostruktur normal, batas sinus-korteks
tegas, tak tampak ectasis PCS, tak tampak batu/kista/massa.
- Bladder: terisi cukup urin, dinding menebal, tak tampak
batu/kista/massa.
- Uterus: ukuran normal, tak tampak massa.
- Adnexa kanan: tak tampak kelainan.
- Adnexa kiri: tampak lesi solid kistik di adnexa kiri batas sebagian tidak
tegas, tepi ireguler, kesan menempel dengan uterus, ukuran 7,08 x 7,26
cm, pada CDFI tampak sebagian hipervaskularisasi pada bagian solid.
- Tak tampak limfadenopati paraaorta, parailiaka dan inguinal kanan kiri.
- Tampak cairan di kavum abdomen.
- Kesimpulan: 1) lesi solid kistik di adnexa kiri, kesan berasal dari
ovarium (Complex Cyst), disertai ascites; 2) Cystitis
- Saran: CT-Scan Abdomen dengan kontras

D. SIMPULAN
Seorang P1A0, 35 tahun, datang dengan rujukan dari RS Islam Amal Sehat
Sragen dengan keterangan suspek kista ovarii dengan hasil Ca125= 364 dan
ROMA= 48,48. pasien mengeluhkan benjolan sejak 4 tahun yang lalu dan
semakin lama semakin membesar. Penurunan berat badan (+). Nafsu makan
baik. Riwayat BAB dan BAK normal. Nyeri perut di bagian bawah (+). Nyeri
saat haid (+). Keputihan (+).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan abdomen distended (+), tampak bekas
luka operasi di linea mediana, perkusi redup (+) di seluruh lapang abdomen,
pada palpasi teraba massa padat, permukaan berbenjol-benjol, dengan batas
atas 3 jari di bawah pusat, batas kanan kiri linea midclavicula dextra dan linea

29
midclavicula sinistra, nyeri tekan (+). Pemeriksaan genital: inspekulo:
discharge keputihan (+), VT: teraba pole bawah tumor, permukaan padat, jika
massa digerakkan maka portio ikut bergerak, kesan dari adnexa, darah (-),
discharge (+)., RT: teraba pole bawah tumor kesan dari adnexa kiri. Hasil USG
mendukung gambaran tumor padat ovarium curiga malignansi.

E. DIAGNOSIS AWAL
TPO curiga malignansi

F. PROGNOSIS
Dubia

G. TERAPI DAN PLANNING


1. Mondok bangsal
2. Pengangkatan massa tumor+FZ (Kamis, 5 Oktober 2017)
3. Konsul jantung
4. Konsul anestesi
5. KIE keluarga

H. FOLLOW UP
1. Evaluasi tanggal 1 Oktober 2017
P1A0, 35 tahun
S:-
O:
KU : baik, compos mentis
VS : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), teraba massa padat permukaan
berbenjol-benjol dengan batas atas 3 jari di bawah pusat,
batas kanan kiri linea midclavicularis dextra dan linea
midclavicularis sinistra

30
Genital : darah (-), discharge (+) keputihan
A : tumor padat ovarium suspek malignansi
P : pro pengangkatan massa tumor + FZ

2. Evaluasi tanggal 2 Oktober 2017


P1A0, 35 tahun
S:-
O:
KU : baik, compos mentis
VS : TD : 120/70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), teraba massa padat permukaan
berbenjol-benjol dengan batas atas 3 jari di bawah pusat,
batas kanan kiri linea midclavicularis dextra dan linea
midclavicularis sinistra
Genital : darah (-), discharge (+) keputihan
A : tumor padat ovarium suspek malignansi
P : pro pengangkatan massa tumor + FZ

3. Evaluasi tanggal 3 Oktober 2017


P1A0, 35 tahun
S:-
O:
KU : baik, compos mentis
VS : TD : 120/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
RR : 20 x/menit

31
Suhu : 36,6oC
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), teraba massa padat permukaan
berbenjol-benjol dengan batas atas 3 jari di bawah pusat,
batas kanan kiri linea midclavicularis dextra dan linea
midclavicularis sinistra
Genital : darah (-), discharge (+) keputihan
A : tumor padat ovarium suspek malignansi
P : pro pengangkatan massa tumor + FZ

4. Evaluasi tanggal 4 Oktober 2017


P1A0, 35 tahun
S:-
O:
KU : baik, compos mentis
VS : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36,6oC
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), teraba massa padat permukaan
berbenjol-benjol dengan batas atas 3 jari di bawah pusat,
batas kanan kiri linea midclavicularis dextra dan linea
midclavicularis sinistra
Genital : darah (-), discharge (+) keputihan
A : tumor padat ovarium suspek malignansi
P : pro pengangkatan massa tumor + FZ

5. Evaluasi tanggal 5 Oktober 2017

32
P1A0, 35 tahun
S:-
O:
KU : baik, compos mentis
VS : TD : 120/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,6oC
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), teraba massa padat permukaan
berbenjol-benjol dengan batas atas 3 jari di bawah pusat, batas
kanan kiri linea midclavicularis dextra dan linea midclavicularis
sinistra
Genital : darah (-) discharge (+) keputihan
A : tumor padat ovarium suspek malignansi
P : pro pengangkatan massa tumor + FZ (hari ini)

6. Laporan Operasi tanggal 5 Oktober 2017

Nama : Ny S Ruang : OK IBS 14


Tanggal Lahir : 20/7/1982 / P Tanggal : 5 / 10 / 2017
Nomor RM : 01390579 Jam : 09.30 – 11.50
Alamat : Tambakboyo, Ngawi, Jawa Timur Jenis Operasi : Elektif

TIM OPERASI TIM ANESTESI


Leader : dr Hermawan Sp.OG (K) Leader : dr. Heri Sp.An
Asisten : dr. Ronald, dr Deka Asisten : dr. Dedi
Perawat : Amir Perawat : Lestari
Jenis Anestesi : General Anestesi
Pengambilan Jaringan : Dikirim ke
Ovarium, Omentum, KGB pelvis dextra et sinistra, appendix, peritoneum PA :

33
dextra et sinistra Ya
Diagnosis Pre-Operatif : ICD – X Diagnosis Post-Operatif : ICD - X
TPO susp malignansi Klinis Ca ovarii IA
Kode Nama Tindakan : ICD –IX Operator :
Biling Complete Surgical Staging dr Hermawan Sp.OG (K)
Jumlah perdarahan : ±200 cc
Penyulit yang ditemukan :
Penemuan / LaporanOperasi :
1. Prosedur operasi rutin
2. Pasien dibaringkan di meja operasi dalam keadaan narkose
3. Dilakukan toilet medan operasi dan daerah sekitarnya, pasang duk steril
4. Dilakukan insisi pada linea mediana sepanjang 3cm di atas SOP dan 2 jari di bawah
pusat
5. Insisi diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum parietale, peritoneum parietale
dibuka
6. Dilakukan identifikasi dan eksplorasi
 Tampak uterus bentuk dan ukuran normal
 Tampak tuba dan ovarium kanan bentuk dan ukuran normal
 Tampak tuba kiri dan ovarium kiri berubah menjadi massa padat berbenjol-benjol
dengan ukuran 10x8x8cm  Kesan maligna
 Ditegakkan diagnosis klinis Ca Ovarii IA berdasarkan gambaran makroskopis
massa
7. Diputuskan dilakukan konservatif Complete Surgical Staging (Salphyngoovorectomy
sinistra + Omentectomy + Limphadenectomy + Appendictomy, peritoneal washing,
biopsy para collica dextra et sinistra )  Hasil jaringan kirim PA
8. Massa melalui Fz  hasil jinak  PA
9. Kontrol perdarahan  perdarahan +- 200cc
10. Dilakukan penjahitan dinding abdomen lapis demi lapis sampai kutis
11. Operasi selesai
12. KU ibu s/s/s operasi baik

Kesimpulan :
 Klinis Ca Ovarii IA

7. Instruksi post operasi tanggal 5 Oktober 2017


 Awasi KU VS dan tanda – tanda perdarahan sampai dengan 24
jam post operasi
 Puasa sampai dengan bising usus (+)

34
 Medikamentosa
Inj Ceftriaxone 2 gr/24 jam
Inj Ketorolac 1 amp/8 jam
Inj Asam tranexamat 500mg/8jam

8. Evaluasi 2 jam post operasi tanggal 5 Oktober 2017


P1A0, 35 tahun
S:-
O : KU : baik, compos mentis
VS : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,4oC
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), tampak perban menutupi luka bekas
operasi
Genital : darah (-) discharge (-)
A : klinis Ca Ovarii IA post complete surgical staging
P : Inj Ceftriaxone 2 gr/24 jam
Inj Ketorolac 1 amp/8 jam
Inj Asam tranexamat 500mg/8jam
Awasi KU/VS/BC dan tanda perdarahan

9. Evaluasi tanggal 6 Oktober 2017


P1A0, 35 tahun
S:-
O : KU : baik, compos mentis
VS : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 82x/menit

35
RR : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), tampak luka operasi tertutup perban
Genital : darah (-), discharge (-)
A : Klinis Ca ovarii IA
P : Inj Ceftriaxone 2 gr/24 jam
Inj Ketorolac 1 amp/8 jam
Inj Asam tranexamat 500mg/8jam
Diet tinggi kalori tinggi protein
Awasi KU/VS/tanda perdarahan

10. Evaluasi tanggal 7 Oktober 2017


P1A0, 35 tahun
S:-
O : KU : baik, compos mentis
VS : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), tampak luka operasi tertutup perban
Genital : darah (-), discharge (-)
A : klinis Ca ovarii IA
P : Inj Ceftriaxone 2 gr/24 jam
Inj Ketorolac 1 amp/8 jam
Inj Asam tranexamat 500mg/8jam
Diet tinggi kalori tinggi protein
BLPL

36
37
BAB IV
ANALISIS KASUS

Ca ovarium stadium awal biasanya tidak khas atau bahkan asimptomatik.


Ca ovarium epitelial menunjukkan variasi gejala yang luas dan non-spesifik,
seperti sebah, rasa cepat kenyang, distensi abdomen, atau rasa tidak nyaman pada
abdomen, efek penekanan pada kandung kemih dan rektum yang dapat
menyebabkan gangguan BAK atau BAB, konstipasi, perdarahan per vaginam,
refluks asam lambung, sesak napas, fatigue, dan penurunan berat badan. Pasien
biasanya mengeluhkan adanya benjolan di perut. Seperti pada kasus ini, pasien
merasakan benjolan pada perut yang makin membesar. Terkadang benjolan terasa
nyeri. Nyeri yang dirasakan berupa nyeri tajam yang hilang timbul. Pasien juga
mengeluhkan adanya penurunan berat badan. Namun, pasien tidak mengeluhkan
gejala lain seperti adanya perasaan sebah atau cepat kenyang, gangguan BAK atau
BAB.
Pada stadium awal penyakit, biasanya tidak ditemukan penemuan khas
pada pemeriksaan fisik. Sedangkan pada stadium lanjut, bisa ditemukan gejala
seperti massa pelvis, massa abdomen, ascites, hingga efusi pleura. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan abdomen distended (+), tampak bekas luka operasi
di linea mediana, perkusi redup (+) di seluruh lapang abdomen, pada palpasi
teraba massa padat, permukaan berbenjol-benjol, dengan batas atas 3 jari di bawah
pusat, batas kanan kiri linea midclavicula dextra dan linea midclavicula sinistra,
nyeri tekan (+). Pemeriksaan genital: inspekulo: discharge keputihan (+), VT:
teraba pole bawah tumor, permukaan padat, jika massa digerakkan maka portio
ikut bergerak, kesan dari adnexa, darah (-), discharge (+)., RT: teraba pole bawah
tumor kesan dari adnexa kiri.
Melihat topografi ovarium hampir tak memungkinkan kita melakukan
deteksi dini tumor ganas ovarium karena letaknya tersembunyi. Diagnosis
didasarkan atas 3 gejala atau tanda yang biasanya muncul dalam perjalanan
penyakitnya yang sudah agak lanjut :
1. Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi
ke jaringan sekitar,

38
2. Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal
dan bermanifestasi adanya ascites,
3. Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminasi, maskulinisasi atau
hiperestrogenisme; intensitas gejala ini sangat bervariasi sesuai dengan tipe
histologik tumor dan usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor
atau massa di dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dan
yang kistik sampai yang solid (padat).
Kondisi yang sebenarnya dari tumor jarang dapat ditegakkan hanya
dengan pemeriksaan klinik. Pemeriksaan pencitraan USG dan CT scan dapat
memberi informasi yang berharga mengenai ukuran tumor dan perluasanya
sebelum pembedahan. Hasil USG yang dilakukan oleh staf Ginekologi pada
pasien ini yang dilakukan pada tanggal 30 September 2017 adalah tampak cairan
di kavum douglas, tampak lesi hyperechoic ukuran 8,10 x 7,12 kesan dari adnexa
kiri, parametrium dan adnexa kanan dalam batas normal. Kesan menyokong
gambaran tumor padat ovarium. Sementara hasi USG yang dilakukan Bagian
Radiologi pada adnexa kiri tampak lesi solid kistik di adnexa kiri batas sebagian
tidak tegas, tepi ireguler, kesan menempel dengan uterus, ukuran 7,08 x 7,26 cm,
pada CDFI tampak sebagian hipervaskularisasi pada bagian solid dengan
kesimpulan lesi solid kistik di adnexa kiri, kesan berasal dari ovarium (Complex
Cyst), disertai ascites.
Etiologi pasti dari ca ovarium masih belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor risiko yang berperan terhadap timbulnya ca ovarium. Hippisley-Cox dan
Coupland (2011) mengembangkan suatu algortima untuk menentukan faktor risko
ca ovarium pada wanita baik dengan gejala ataupun tanpa gejala. Pada studi
kohort mereka, 10% wanita dengan risiko tinggi, 63% dari mereka terdiagnosis ca
ovarium dalam kurun waktu 2 tahun selanjutnya. Faktor risko yang berperan
dalam ca ovarium adalah faktor paritas dan faktor genetik. Paritas adalah faktor
risiko yang penting. Risiko terjadinya ca ovarium meningkat pada wanita yang
tidak mempunyai anak, nullipara, menarche dini, atau terlambat menopause.
Kehamilan multipel meningkatkan efek proteksi terhadap ca ovarium, begitu juga
dengan penggunaan kontrasepsi oral. Risiko seorang individu menderita ca

39
ovarium dalam populasi umum adalah 1,6%. Risiko ini akan meningkat menjadi
4-5% apabila terdapat satu anggota keluarga tingkat pertama dengan riwayat
kanker, dan semakin meningkat menjadi 7% apabila ada 2 anggota keluarga
dengan riwayat kanker atau keganasan. (Green, 2017).
Pasien ini memiliki faktor risiko ca ovarium oleh karena adanya riwayat
kanker payudara pada saudara kandungnya. Hal ini meningkatkan risiko
terjadinya ca ovarium pada pasien karena kanker ovarium dan kanker payudara
memiliki karakteristik molekuler yang mirip seperti tipe dan frekuensi dari mutasi
genomiknya (Green, 2017). Pada pasien dengan ca ovarium, penting untuk
dilakukan skoring keganasan untuk menentukan apakah pasien perlu dilakukan
pembedahan onkologi atau dapat ditangani oleh obstetri-ginekologi umum. Selain
itu, dengan diagnosis yang lebih dini dapat memberikan prognosis yang lebih
baik.
Ada beberapa skoring keganasan yang dapat dipakai, antara lain Risk
Malignancy Index (RMI) dan Skor Gatot Purwoto, De Priest Ultrasound
Morphology Index, dan Skor Sassone. Skor Gatot Purwoto memerlukan index
resistensi doppler, sedangkan De Priest Ultrasound Morphology Index dan Skor
Sassone memerlukan pemeriksaan USG transvaginal. Karena pada pasien ini tidak
dilakukan USG transvaginal dan doppler, maka skoring keganasan yang dipakai
adalah RMI. Rumus perhitungan RMI memerlukan status menopause, gambaran
USG, dan kadar Ca-125.
Terdapat 4 variasi RMI. RMI 1, RMI 2, RMI 3, dan RMI 4. Di antara ke-
empat RMI tersebut, RMI 4 mempunyai spesifisitas dan sensitivitas yang paling
baik. Dalam RMI 4 terdapat penambahan kriteria yaitu ukuran tumor. Bila
diameter terbesar tumor <7cm diberi skor 1, bila >7cm diberi skor 2 (Arkturk et
al., 2011). Penilaian pada pasien ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Kriteria RMI 1 RMI 2 RMI 3 RMI 4


M
Pre-menopause 1 1 1 1
Post-menopause 3 4 3 4
U
Gambaran USG (Multilokular,

40
Solid, Metastasis, Ascites, Lesi
Bilateral)
Tidak terdapat gambaran USG di
0 1 1 1
atas 1 1 1 1
Terdapat 1 gambaran USG 3 4 3 4
Terdapat >1 gambaran USG
CA-125
Langsung dihitung
Kadar Ca-125
S - - -
Ukuran tumor
<7cm 1
>7cm 2
Cut off 200 200 200 450
Perhitungan pada pasien ini 1x3x 1x4x 1x3x 1x4x
M x U x CA-125 x S
364 = 364 = 364 = 364 x 2 =
1092 1456 1092 2912
Kesimpulan High risk High High High risk
risk risk

Hasil penilaian RMI menunjukkan high risk, yang berarti tumor pada
pasien ini cenderung mengarah pada keganasan. Hal ini terbukti pada saat
dilakukan operasi tanggal 5 Oktober 2017, tampak uterus bentuk dan ukuran
normal, tampak ovarium kanan dan tuba kanan bentuk dan ukuran normal, tuba
kiri dan ovarium kiri berubah menjadi massa padat berbenjol-benjol ukuran
10x8x8 cm, dengan kesan maligna. Kemudian ditegakkan diagnosis klinis Ca
Ovarii IA berdasarkan gambaran makroskopis massa. Lalu dilakukan konservatif
complete surgical staging (Salphyngoovorectomy sinistra + Omentectomy +
Limphadenectomy + Appendictomy, peritoneal washing, biopsy para collica
dextra et sinistra). Dilakukan frozen section dengan hasil jinak kemudian jaringan
dikirim ke PA.

41
BAB V
KESIMPULAN

1. Tanda-tanda keganasan pada kista ovarii tidak spesifik, antara lain


gejala pendesakan, gejala penyebaran, gejala hormonal. Beberapa parameter
yang dapat membantu diagnosis keganasan antara lain usia post menopause,
gambaran USG yang menunjukkan tumor padat, multilokulare, bilateral,
terdapat metastasis, ascites, efusi pleura, dan ukuran tumor, dan peningkatan
CA-125. Penurunan berat badan tidak dapat dijadikan patokan karena adanya
pertambahan massa dari tumor dan ascites yang membuat bias.
2. Beberapa sistem skoring yang dapat digunakan untuk menentukan
kecenderungan keganasan pada kista ovarii antara lain Risk Malignancy
Index (RMI), Skor Gatot Purwoto, De Priest Ultrasound Morphology Index,
dan Skor Sassonne. Pada pasien ini, kami menggunakan sistem skoring RMI
dan diperoleh hasil high risk.

42
DAFTAR PUSTAKA

Andrijono, 2009. Kanker Ovarium. Sinopsis Kanker Ginekologi. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr. Cipto Mangunkusumo. Pustaka
Spirit. Jakarta.p. 167 – 168.

Arkturk E, Karaca RE, Alanbay I, Dede M, Karasahin E, Yenen MC, Baser I.


2011. Comparison of four malignacy risk indices in the detection of
malignant ovarian masses. J Gynecol Oncol. 22(3): 177-182.

Berek J.S., editors. 2002. Ovarian Cancer. Novak’s Gynecology. 13 th ed.


Lippincott Williams & Wilkins. p.1245-1262.

Busmar B. 2006. Kanker Ovarium. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi.


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. p.468-494.

Centers for Disease Control and Prevention, 2011. Ovarian Cancer Rates by State.
Diakses 16 November 2014

43
Chrisdiono A. 1996. Tumor-tumor Ovarium Borderline. Dokter Spesialis dan
Ginekologi RSUP Tegalyoso, Klaten, Jawa Tengah. Cermin Dunia
Kedokteran No.112. p. 21.

Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2. Jakarta : ECG; 2004. p. 934, 1035-7.

Green AE. 2017. Ovarian Cancer. http://emedicine.medscape.com/article/255771-


overview#a2

Hadibroto, B.,R.,Laparoskopi pada kista Ovarium. Jurnal Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara

Hippisley-Cox J, Coupland C. Identifying women with suspected ovarian cancer


in primary care: derivation and validation of algorithm. BMJ. 2011 Jan 4.
344:d8009

Horlen C. 2010. Ovarian Cyst: A Review. US Pharm. 2010;35(7):HS-5-HS-8.

Jensen A., Sharif H., Frederiksen K., Kruger SK,. 2009. Use of fertility drugs and
risk of ovarian cancer: Danish population based cohort study.
BMJ;338:b249.

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor Ovarium


Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p.
388-9.

Mardjikoen P., 2005. Tumor Ganas Ovarium. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. p.400-408.

Moeloek, Farid Anfasa. (2003), Standar Pelayanan Medik Obstetri dan


Ginekologi, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Jakarta.

Owen, E. 2005. Panduan Kesehatan Bagi Wanita. Jakarta: PT. Prestasi


Pustakaraya

44
Wiknjosastro, H., 2007. Ilmu Kandungan Edisi II. Jakarta Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.

45

Anda mungkin juga menyukai