Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN CANCER OVARIUM

RSPAD GATOT SOEBROTO

OLEH :

Nama Mahasiswa : Isjan Harisal Liambo

NIM 20220305006

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS

PROGRAM STUDI NERS

UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Setelah kanker paru-paru dan bronkus, kanker payudara, kanker pancreas, dan

kanker kolon, kanker ovarium primer merupakan penyebab terbesar kelima dari kematian

akibat kanker pada wanita Amerika. Pada wanita yang sebeleumnya menderita kanker

payudara, kanker metastatic lebih umum terjadi daripada kanker di tempat lain.

Prognosisnya bervariasi menurut tipe histologist dan stadium penyakit, namun umumnya

buruk karena tumor ovarium hanya menunjukkan sedikit tanda dan umumnya saat

didiagnosis sudah berasa di stadium atas. Kanker ovarium muncul dalam tiga tipe utama.

Tumor ovarium menyebar cepat secara intraperitoneal dengan ekstensi local atau

pembenihan permukaan dan kadang-kadang melalui limfatik dan aliran darah.

Kanker ovarium merupakan suatu kanker yang belum diketahui penyebabnya.

Kanker Ovarium sering ditemukan wanita yang berumur 40 - 74 tahun. Penyebaran suatu

kanker ovarium bisa menyebar kebagian yang lain,seperti daerah panggul dan perut

melalui getah bening dan melalui peredaran darah untuk menuju kehati dan paru-paru.

Kanker ovarium adalah jenis epitel adalah penyebab utama kematian akibat kanker

ginekologi diamerika serikat. Pada tahun 2003 diperkirakan terdapat 25.400 kasus kanker

dengan 14.300 kematian yang mencakup kira- kira 5% dari semua kematian wanita karena

kanker. Meskipun mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitelial,kanker ovarium dapat

juga berasal dari sel yang terdapat diovarium. Tumor ovarium yang berasal dari sel

germinal yang kelasifisikan sebagai disgerminoma dan teratoma sedangkan tumor


ovarium yang berasal dari sel folikel di kelasifisaikan sebagai sex cord stromal terutama

tumor sel granulosa dan tumor yang berasal dari stroma ovarium adalah sarkoma. Akan

tetapi angka kejadian tumor ovarium non epitelial kecil sekali sehingga dianggap angka

kejadian seluruh kanker ovarium.

Kanker ovarium jarang ditemukan pada umur dibawah 40 tahun . Angaka kejadian

meningkat dengan makin tuanya usia 15 – 16 per 100.000 pada usia 40 -44 tahun menjadi

paling tinggi dengan angka kematain 57 per 100.000 pada usia 70 – 74 tahun.Usia median

saat diagnosis adalah 63 tahun dan 48 % penderita berusia diatas 65 tahun.

Pada tahun 2005, Masyarakat kanker Amerika memperkirakan bahwa 22.220 kasus baru

kanker ovarian akan bisa di diagnosa, dan itu kan membunuh 16.200 wanita. Hanya 77%

kasus yang mempunyai tingkat nilai survival 1 tahun, 44% kasus yang mempunyai tingkat

nilai suvival 5 tahun. Dan hanya 19% kasus saja kasus yang di diagnosa sebelum

metastasis terjadi. Hal tersebut disebabkan Oleh karena ketiadaan adanya deteksi dini

peyakit dan kemajuan penyakit yang cepat. Sehingga menyebabkan angka kematian yang

sebabkan oleh kanker Ovari meningkat. Karena belum ada metode skrining yang efektif

untuk kanker ovarium 70% kasus ditemukan kasus pada keadaan yang sudah usia lanjut

yakni tumor yang menyebar jauh dari ovarium.

Kebanyakan dari kasus keganasan pada ovarium terdeteksi saat sudah memasuki

stadium lanjut sehingga saat diketahui sudah parah. Biasanya orang yang menderita

kanker ovarium tampak kurus dan perut asites. Karena proses perjalanan penyakit yang

ditmbulkan dari kanker tersebut, sehingga penderita mengalami anorexia atau tidak nafsu

makan karena mual dan muntah. Sedangkan asites itu sendiri ditimbulkan akibat dari

cairan tumor dan tumor itu sendiri. kanker ovarium bisa juga mengakibatkan efusi pleura

karena perjalanan tumor itu. Penatalaksanaan pada klien dengan kanker ovarium adalah

pembedahan, pembedahan bisa pembedahan total dengan mengangkat keseluruhan dari


rahim, salping, dan ovarium tapi juga bisa saja hanya pada ovarium atau pada saluran tuba

falopii tergantung keparahan dari kanker itu sendiri. Tanda khas dari kanker ovarium yang

paling banyak adalah Meigg Syndrome, yang merupakan tiga gejala khas pada orang

dengan kanker ovarium.

B.       RUMUSAN MASALAH

1.         Apakah yang dimaksud dengan kanker ovarium?

2.         Bagaimanakah asuhan keperawatan pada kanker ovarium?

C.      TUJUAN PENULISAN

1.         Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengerti dan memahami keseluruhan isi materi tentang konsep dasar

penyakit maupun konsep dasar asuhan keperawatan pada kanker ovarium.

2.         Tujuan khusus

a.       Menjelaskan definisi dan etiologi kista atau tumor ovarium.

b.      Menjelaskan manifestasi klinis, klasifikasi, komplikasi dan diagnosa kista ovarium.

c.       Mengkaji bagaimana asuhan keperawatan dari kanker ovarium


BAB II

LANDASAN TEORI

A.     Anatomi fisiologi ovarium

1.      Ovarium

Adalah gonad wanita, dua struktur kecil yang terletak pada kedua sisi uterus.

Kelenjar yanng berada di bawah pengaruh sikliis hormon hipofise ini menghasilkan oosit

dan hormon ovarium (Brooker, 2012)

Ovarium adalah salah satu di antara beberapa organ reproduksi wanita yang berfungsi

untuk menghasilkan sel telur. Setiap wanita memiliki dua ovarium, terletak pada rongga

panggul sebelah kiri dan kanan. (Ilmu Dokter, 2014)

Ovarium merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Setiap wanita memiliki dua

ovarium. Mereka oval, sekitar empat sentimeter panjang dan berbaring di kedua sisi rahim

(uterus) terhadap dinding panggul di daerah yang dikenal sebagai fossa ovarium. Mereka

diadakan di tempat oleh ligamen melekat pada rahim, tetapi tidak secara langsung melekat

pada sisa saluran reproduksi wanita, misalnya saluran telur. (Kliksama, 2015)

2.      Fungsi ovarium

a. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba

fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika

terjadi proses pembuahan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus

dan berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi

akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi.
b. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini berperan terhadap

pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus

menstruasi.

c. Ovarium berfungsi mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti estrogen dan

progesteron. Kedua hormon ini penting dalam proses pubertas wanita dan ciri-ciri

seks sekunder. Estrogen dan progesteron berperan dalam persiapan dinding rahim

untuk implantasi telur yang telah dibuahi. Selain itu juga berperan dalam memberikan

sinyal kepada hipotalamus dan pituitari dalam mengatur sikuls menstruasi.

3.      Letak Ovarium

Ovarium adalah dua organ kecil, seukuran ibu jari Anda, yang terletak di panggul

perempuan. Mereka melekat pada rahim, satu di setiap sisi, dekat pembukaan tuba fallopi.

Ovarium berisi sel gamet wanita, disebut oosit. Dalam istilah non medis, oosit disebut

“telur”. Ovarium merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Setiap wanita memiliki

dua indung telur. Mereka oval, sekitar empat sentimeter panjang dan berbaring di kedua

sisi rahim (uterus) dinding panggul di wilayah yang dikenal sebagai fossa ovarium.

Mereka ditahan oleh ligamen melekat pada rahim tetapi tidak secara langsung melekat

pada sisa saluran reproduksi wanita. (Hikmat, 2014)

4.      Bagian bagian ovarium

Struktur ovarium terdiri atas :

a. Korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang berbentuk

kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel primordial.

b. Medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh-

pembuluh darah, serabut-serabut saraf dan sedikit otot polos.Diperkirakan pada

wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap bulan satu folikel akan keluar,

kadang-kadang dua folikel, yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel de


Graff. Folikel-folikel ini merupakan badian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat

di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat-tingkat

perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai

menjadi folikel de Graff yang matang terisi dengan likuor folikulli, mengandung

estrogen dan siap untuk berovulasi.

1. Pengertian

Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur)

yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa

menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke

hati dan paru – paru.

Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian

dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan

tidak terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit).

Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal

dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006)

Kanker ovarium merupakan sebuah penyakit di mana ovarium yang dimiliki

wanita memiliki perkembangan sel-sel abnormal. Secara umum, kanker ovarium

merupakan suatu bentuk kanker yang menyerang ovarium. Kanker ini bisa berkembang

sangat cepat, bahkan, dari stadium awal hingga stadium lanjut bisa terjadi hanya dalam

satu tahun saja. Kanker ovarium merupakan suatu proses lebih lanjut dari suatu tumor

malignan di ovarium. Tumor malignan sendiri merupakan suatu bentuk perkembangan sel-

sel yang tidak terkontrol sehingga berpotensi menjadi kanker. Wikipedia Kanker adalah

pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan disekitarnya dan

menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh (Corwin, 2009, Hal; 66).
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histogenesis yang beraneka ragam,

dapat berasal dari ketiga demoblast (ektodermal, endodermal, mesoderal) dengan sifat-

sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).

Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30%

dan 10% terdapat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak

jelas jinak dan tidak jelas pasti ganas (borderline malignancy atau carsinoma of low-

maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant)(Priyanto, 2007).

Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian

dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan

tidak terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit. Hal.2 di akses tgl

20-7-2009).

Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan

penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297)

Kanker ovarium memiliki 4 stadium yaitu :

(Smeltzer, 2001;1570)

 Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium

 Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluasan

pelvis

 Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis

diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif

 Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan

metastasis jauh

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau kita

sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung
telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga

mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

2.         Epidemiologi

Kanker ovarium adalah kanker yang membuat frustasi bagi pasien dan pemberi

pelayanan kesehatan karena awitannya yang tersembunyi dan tidak adanya gejala

peringatan adalah penyeab mengapa penyakit ini telah mencapai tahap lanjut ketika

didiagnosa. Kejadian merupakan penyebab kematian utama di antara malignan si

ginekologis. Penyakit ini mempunyai angka kejadian sekitar 13,8 wanita per 100.000.

Sayang sekali, sekitar 75% dari kasus dideteksi pada tahap lanjut. Amatlah sulit untuk

mendiagnosa dan adalah unik sehingga kemungkinan kondisi ini merupakan awal dari

banyak kanker primer dan mungkin menjadi tempat metastase dari kanker lainnya.

Kondisi ini membawa angka kematian 14.500 setiap tahunnya dan merupakan penyebab

prevalen keenam dari kematian akibat kanker pada wanita ( Wingo et. al. , 1995 ).

Sebagian kasus mengenai wanita usia 50 – 59 tahun. Insidens tertingginya adala di negara

– negara industri, kecuali Jepang yang insidennya paling rendah.

Wanita dengan kanker ovarium mempunyai resiko mengidap kanker payudara tiga

sampai empat kali lipat dan wanita dengan kanker payudara mempunyai resiko yang

meningkat terhadap kanker ovarium. Tidak ada faktor penyebab definitif yang telah

ditetapkan, tetapi kontraseptif oral tampak memberikan efek protektif. Hereditas dapat

berperan dalam menimbulkan penyakit ini, dan banyak dokter menyarankan pemeriksaan

pelvis bimanual bagi wanita yang mempunyai satu atau dua orang saudara dengan kanker

ovarium. Meskipun dengan pemeriksaan yangn cermat, tumor ovarium biasanya terdapat

jauh di dalam dan sulit untuk dideteksi. Belum ada skrinng dini yang tersedia saat ini,

meskipun penanda tumor sedang dalam penelitian. Sonogram transvaginal dan pengujian

antigen Ca-125 sangat membantu pada mereka yang beresiko tinggi untuk mengalami
kondisi ini. Akhir – akhir ini, antigen yang berkaitan dengan tumor membantu dalam

perawatn tindak lanjut setelah didiagnosis dan pengobatan, tetapi tidak pada skrining

umum dini.

Faktor – faktor resiko termasuk diet tinggi lemak, merokok, alkohol, penggunaan

bedak talk perineal, riwayat kanker payudara, kanker kolon, kanker endometrium, dan

riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium. Nulipara, infertilitas, dan tak-

ovulasi adalah faktor – faktor resiko. Angka kelangungan hidup tergantung pada tahap

mana kanker didiagnosis. Lebih dari 80% kanker ovarium epitelial ditemukan pada wanita

pascamenopause. Usia 62 tahun adalah usia di mana kanker ovarium epitelial paling

sering ditemui. Kanker ovarium epitelial jarang ditemukan pada usia kurang dari 45 tahun.

Pada wanita premenopause hanya 7% tumor ovarium epitelial yang ganas.

Di RSCM Jakarta antara tahun 1989-1992 ditemukan 1.726 kasus kanker

ginekologi, di antaranya 13,6% adalah kanker ovarium. Umumnya (72%) adalah kanker

ovarium epitelial yang datang dalam stadium lanjut, sedangkan stadium I-II (42,5%).

Mortalitas karena kanker ovarium adalah 22,6% dari 327 kematian kanker ginekologi.

3.         Etiologi

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang

menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium yaitu :

 Hipotesis incessant ovulation

Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk

penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang

terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor

 Hipotesis Gonadotropin

Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang pada data

epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada


beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika

kadar hormon esterogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan

mengikat. Peningkatan kadar hormon goonadotropin ini ternyata berhubungan dengan

makin bertambah bsarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.

 Hipotesis androgen

Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal

ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor

androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan

epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

 Hipotesisi Progesteron

Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh androgen,

progesteron ternyata memiliki peranan protektif terhadap terjadinya kanker ovarium.

Epitel normal ovarium mengandung reseptor progesteron. Percobaan pada kera

macaque, progesteron menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium, sedangkan

esterogen menghambatnya. Pemberian pil yang mengandung esterogen saja pada

wanita pasca menopause akan meningkatkan terjadinya resiko kanker ovarium,

sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron akan menurunkan resikonya.

Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi, menurunkan kanker ovarium. Pil

kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium. Demikian juga

yang hanya mengandung progesteron yang menekan ovulasi juga menurunkan resiko

kanker ovarium. Akan tetapi, pemakaian depo medroksiprogesteron asetat ternyata

tidak menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium.

Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko

berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor genetik

(Price, 2005;1297).
a. Faktor lingkungan

Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan

penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin

menyebabkan kanker.

b. Faktor endokrin

Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang nulipara,

menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat, dan tidak

pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan

mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti estrogen (ERT) pascamenopause

untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker

ovarium

c. Faktor genetic

Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah

ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila terdapat

dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium, seorang

perempuan memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium.

Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium yaitu:

 Diet tinggi lemak

 Merokok

 Alkohol

 Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium

 Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium

 Nulipara

 Infertilitas

 Menstruasi dini
 Wanita diatas usia 50 – 75 tahun

 Wanita yang memiliki anak > 35 tahun

 Ras kaucasia > Afrika-Amerika

 Kontrasepsi oral

 Berawal dari hyperplasia endometrium yang berkembang menjadi karsinoma.

 Menarche dini

4.         Patofisiologi

Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan

pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium

tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone

hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan

penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel

tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara

tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari,

ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada

pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan

oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang

memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi

pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.

Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara

gradual akan mengecil selama kehamilan.

Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan

dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan

pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi dan

pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal.


Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel

ganas. Semua kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena.

Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa

gejala yang spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah

perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi

gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan

konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder

akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor

menghasilkan testosterone dan menyebabkan virilasi. Gejala-gejala keadaan akut pada

abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor , ruptur atau torsi

ovarium. Namun tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
5.         Pathway
6.         Klasifikasi

Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium

dikelompokkan dalam 3 kategori (Price, 2005;1297) besar yaitu :

 Tumor-tumor epitel

Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium dan

diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas

 Tumor stroma gonad

 Tumor-tumor sel germinal

Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaitu : tumor jinak (kista dermoid),

tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal primitive ganas (sel

embrionik dan ekstraembrionik)

Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive ganas. Penting

untuk mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.

Klasifikasi stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of

Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :

 Stadium I : pertumbuhan terbatas pada ovarium

o Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi

sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.

o Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel

ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.

o Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau

kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan

bilasan peritoneum positif.

 Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul

o Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba


o Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya

o Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau

kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan

bilasan peritoneum positif.

 Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum

di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi

sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.

o Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi

secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan

(seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.

o Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan

peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar

getah bening negatif.

o Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah

bening retroperitoneal atau inguinal positif.

 Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.

Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis

ke permukaan liver.

7.         Tanda dan Gejala Klinis

Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker ovarium

adalah sebagai berikut :

a. Haid tidak teratur

b. Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara

c. Menopause dini

d. Dispepsia
e. Tekanan pada pelvis

f. Sering berkemih dan disuria

g. Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut,

cepat kenyang dan konstipasi.

h. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder

akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen. (Smeltzer,

2001;1570)

8.         Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah

massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu

membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa

tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan.

Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi

dan sering bilateral. Massa yang besar memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih

mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada

cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.

9.         Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien kanker ovarium yaitu :

a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvic

b. Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI

c. Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH, HCG, dan

AFP (penanda tumor sel germinal)

d. Laparoskopi

e. Laparotomi

f. Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium


g. Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan

sigmoidoskopi.

h. Foto rontgen dada dan tulang

i. Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)

j. Scan traktus urinarius

10.     Diagnosis / Kriteria Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik ginekologi,

serta pemeriksaan penunjang

a.         Riwayat

Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang

timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada permukaan

serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa

kenyang sering berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul

adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura

dan asites yang masif.

Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan umur

penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru lahir dapat

ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari

hormon ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila

menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang

tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia

kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan

risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause.

Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus,

payudara, dan traktus gastrointestinal.


b.        Pemeriksaan fisik ginekologi

Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan

ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada pemeriksaan

rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior, ligamentum sakrouterina,

parametrium, kavum Dauglas dan rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat

perhatian, mengingat tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma

payudara.

Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga

pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor

adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak

cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan

tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering

bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih

mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada

cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.

c.         Pemeriksaan penunjang

Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan

diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan

gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites .

Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance

imaging), dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan,

namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih

baik dari ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling

sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai

keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel
germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human

placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human

chorionic gonadotrophin(hCG).

11.     Kemungkinan komplikasi

a.         Torsi

b.        Rupture kista

c.         Perdarahan

d.        Keganasan

12.     Penatalaksanaan

Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara lain:

(Smeltzer, 2001;1570)

 Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal total dengan

pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum (salpingo-oofarektomi bilateral

dan omentektomi) adalah prosedur standar unruk penyakit tahap dini

 Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 ( 32P) interperitoneal, isotop radioaktif, dapat

dilakukan setelah pembedahan

 Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya termasuk sisplantin,

sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan

 Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara pasifik,

bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk berkumpul dan

mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini. Secara umum, sel-sel tidak

dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan mikrotubulus dan mereka tidak dapat

membelah diri. Karena medikasi ini sering menyebabkan leucopenia, pasien juga

harus minum G-CSF (factor granulosit koloni stimulating)


 Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan

asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista

akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut.

Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat

desakan pada diafragma.


BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data

yang akurat dan sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola

pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa

keperawatan (Mocthar, 2006)

a.       Dasar data pengkajian

1)        Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur

pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas,

berkeringat malam, keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan. Pekerjaan atau profesi

dengan pemajanan karsinoma lingkungan, tingkat stres tinggi.

2)        Sirkulasi

Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja, perubahan TD

3)        Integritas ego

Gejala: Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres

(misal merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan

religius/spiritual). Masalah tentang perubahan dalam penampilan misal alopesia, lesi cacat,

pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,

tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.

Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah


4)        Eliminasi

Gejala: Perubahan pada pola defekasi misal darah pada feces, nyeri pada defekasi.

Perubahan eliminasi urinarius misal nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih sering

berkemih.

Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.

5)        Makanan/cairan

Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet),

anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan.

Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.

6)        Neurosensori

Gejala : Pusing

7)        Nyeri/kenyamanan

Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal ketidaknyamanan ringan sampai

nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)

8)        Keamanan

Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinoma, pemajanan matahari lama/berlebihan.

Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.

9)        Pernapasan

Gejala : Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes.

10)    Seksualitas

Gejala: Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan

nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multipel, aktivasi

seksual dini, herpes genital.


11)    Interaksi social

Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan

dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang fungsi atau

tanggung jawab peran.

b.         Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan darah, respirasi,

berat badan

a. Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata, konjungtiva, sclera, pupil,

akomodasi.

b. Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus, dan lain-lain

c. Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan

d. Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae

e. Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan otot bantu

pernafasan

f. Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan bunyi jantung, sakit

dada

g. Abdomen : kaji adanya asites

h. Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis

i. Ekstremitas : kaji turgor kulit\

c.         Pemeriksaan laboratorium

1)       Pemeriksaan darah : Hb dan leukosit menurun, trombosit meningkat, ureum dan

kreatinin meningkat.

2)       Pemeriksaan urine : Ureum dan kreatinin meningkat.


2.        Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium akibat penyakit

kanker ovarium

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan perubahan

fungsi gastrointestinal

3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada vesika urinaria

4. Gangguang eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi mengenai

penyakit (kanker ovarium)

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

7. Risiko perdarahan berhubungan dengan hyperplasia endometrium

8. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel kanker ke

bagian tubuh yang lain)

3.        Rencana Tindakan Keperawatan


No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah diberikan asuhana.       Lakukan pengkajian nyeria.       Membantu membedakan
keperawatan selama (… secara komprehensif catat penyebab nyeri dan
x24) jam diharapkan keluhan, lokasi nyeri, memberikan informasi
nyeri pasien berkurang frekuensi, durasi, dan tentang kemajuan atau
atau terkontrol dengan intensitas (skala 0-10) dan perbaikan penyakit,
Kriteria Hasil : tindakan penghilangan terjadinya komplikasi dan
a.      Pasien mengatakan nyeri yang dilakukan] keefektifan intervensi.
skala nyeri yang
dialaminya menurun b.       Pantau tanda - tanda vitalb.      Peningkatan nyeri akan
b.      Pasien melaporkan mempengaruhi perubahan
nyeri yang sudah pada tanda - tanda vital
terkontrol maksimal
dengan pengaruh atau c.       Dorong penggunaan c.       Memungkinkan pasien
efek samping minimal keterampilan manajemen untuk berpartisipasi secara
c.      TTV pasien dalam nyeri seperti teknik aktif untuk mengontrol
batas normal, meliputi : relaksasi dan teknik rasa nyeri yang dialami,
       Nadi normal (60 - 100 distraksi, misalnya dengan serta dapat meningkatkan
x / menit) mendengarkan musik, koping pasien
       Pernapasan normal (12 - membaca buku, dan
20 x / menit) sentuhan terapeutik.
       Tekanan darah normal d.      Berikan posisi yang d.      Memberikan rasa nyaman
(110 - 130 mmHg / 70 - nyaman sesuai kebutuhan pada pasien,
90 mmHg) pasien meningkatkan relaksasi,
       Suhu : (360-37,50C) dan membantu pasien
d.      Ekspresi wajah pasien untuk memfokuskan
tidak meringis kembali perhatiannya.
e.      Pasien tampak tenang
(tidak gelisah) e.       Dorong pengungkapan e.       Dapat mengurangi
f.      Pasien dapat perasaan pasien ansietas dan rasa takut,
melakukan teknik sehingga mengurangi
relaksasi dan distraksi persepsi pasien akan
dengan tepat sesuai intensitas rasa sakit.
indikasi untuk
mengontrol nyeri f.        Evaluasi upaya f.       Tujuan yang ingin dicapai
penghilangan nyeri atau melalui upaya kontrol
kontrol pada pasien adalah kontrol nyeri yang
maksimum dengan
pengaruh atau efek
samping yang minimum
pada pasien.

g.       Tingkatkan tirah baring, g.      Menurunkan gerakan


bantulah kebutuhan yang dapat meningkatkan
perawatan diri yang nyeri
penting
h.       Kolaborasi pemberian h.      Nyeri adalah komplikasi
analgetik sesuai indikasi tersering dari kanker,
meskipun respon
individual terhadap nyeri
berbeda-beda. Pemberian
analgetik dapat
mengurangi nyeri yang
dialami pasien
i.         Kolaborasi untuk i.        Rencana manajemen
pengembangan rencana nyeri yang terorganisasi
manajemen nyeri dengan dapat mengembangkan
pasien, keluarga, dan tim kesempatan pada pasien
kesehatan yang terlibat untuk mengontrol nyeri
yang dialami. Terutama
dengan nyeri kronis,
pasien dan orang terdekat
harus aktif menjadi
partisipan dalam
manajemen nyeri di
rumah.

j.         Kolaborasi untuk         Mungkin diperlukan


pelaksanaan prosedur untuk mengontrol nyeri
tambahan, misalnya berat (kronis) yang tidak
pemblokan pada saraf berespon pada tindakan
lain

2 Setelah diberikan asuhan a.       Pantau intake makanan a.       Mengidentifikasi


keperawatan selama (… setiap hari, biarkan kalien kekuatan atau defisiensi
x24 ) jam diharapkan menyimpan buku harian nutrisi
klien dapat tentang makanan sesuai
mendemonstrasikan indikasi
berat badan stabil dengan
Kriteria Hasil : b.       Identifikasi klien yang b.       Mual muntah
  a.     Berat badan pasien mengalami mual atau psikogenik terjadi
stabil. muntah yang diantisipasi sebelum kemoterapi
  b.     Pasien bebas dari mulai.
tanda – tanda malnutrisi. c.       Ukur tinggi badan (TB), c.       Membantu dalam
  c.     Pengungkapan berat badan (BB), dan identifikasi malnutrisi
pemahaman pengaruh ketebalan lipatan kulit protein-kalori, khususnya
individual pada masukan triseps atau dengan bila BB dan pengukuran
adekuat antropometrik lainnya. antropometrik kurang dari
d.     Berpartisipasi dalam pastikan jumlah normal
intervensi spesifik untuk penurunan BB saat ini
merangsang nafsu makan
g.      TTV pasien dalam d.       Dorong klien untuk d.       Kebutuhan metabolic
batas normal, meliputi: makan dengan diet tinggi jaringan ditingkatkan
       Nadi normal : (60 - 100 kalori kaya nutrient,
x / menit) dengan intake cairan yang
       Pernapasan normal : ( 12 adekuat. Dorong
- 20 x / menit) penggunaan suplemen dan
       Tekanan darah normal : makan sedikit tapi sering.
( 110 - 130 mmHg / 70 -
90 mmHg) e.       Ciptakan suasana makane.       Membantu waktu makan
       Suhu : (36 -37,5 C)
0 0
malam yang lebih menyenangkan, yang
menyenangkan, dorong dapat meningkatkan
pasien untuk berbagi masukan.
makan dengan keluarga
atau teman.

f.       Rujuk pada ahli atau tim f.       Memberikan rencana


pendukung nutrisi diet khusus untuk
memenuhi kebutuhan
individu dan menurunkan
masalah berkenaan
dengan malnutrisi protein
atau kalori dan defensiensi
mikronutrien.

3 Setelah diberikan asuhana.       Catat keluaran urine, a.       Penurunan aliran urine
keperawatan selama (… selidiki penurunan atau tiba-tiba dapat
x24) jam diharapkan penghentian aliran urine mengindikasikan adanya
pola eliminasi urine tiba-tiba obstruksi atau disfungsi
pasien kembali normal pada traktus urinarius
(adekuat) dengan
Kriteria Hasil : b.      Kaji pola berkemih b.      Identifikasi kerusakan
a.     Tidak terjadi hematuria (frekuensi dan fungsi vesika urinaria
b.     Tidak terjadi jumlahnya). Bandingkan akibat metastase sel-sel
inkontinensia urine haluaran urine dan kanker pada bagian
c.     Tidak terjadi disuria masukan cairan serta catat tersebut
d.    Jumlah output urine berat jenis urine
dalam batas normal (±
0,5 - 1 cc / kgBB / jam) c.       Observasi dan catat warna
c.       Penyebaran kanker pada
urine. Perhatikan ada atau traktus urinarius (salah
tidaknya hematuria satunya di vesika urinaria)
dapat menyebabkan
jaringan di vesika urinaria
mengalami nekrosis
sehingga urine yang
keluar berwarna merah
karena bercampur dengan
darah

d.      Observasi adanya bau d.      Identifikasi tanda - tanda


yang tidak enak pada infeksi pada jaringan
urine (bau abnormal) traktus urinarius

e.       Dorong peningkatan e.       Mempertahankan hidrasi


cairan dan pertahankan dan aliran urine baik
pemasukan akurat

f.       Awasi tanda vital. Kaji f.       Indikator keseimbangan


nadi perifer, turgor kulit, cairan dan menunjukkan
pengisian kapiler, dan tingkat hidrasi
membran mukosa

g.      Kolaborasi : g.      Pemeriksaan diagnostik


Siapkan untuk tes dan penunjang misalnya
diagnostik, prosedur pemeriksaan retrograd
penunjang sesuai indikasi dapat digunakan untuk
mengevaluasi tingkat
infiltrasi kanker pada
traktus urinarius sehingga
dapat menjadi dasar untuk
intervensi selanjutnya

h.      Kolaborasi : h.      Kadar BUN dan kreatinin


Pantau nilai BUN dan yang abnormal dapat
kreatinin menjadi indikator
kegagalan fungsi ginjal
sebagai akibat komplikasi
metastase sel-sel kanker
pada traktus urinarius
hingga ke organ ginjal.

4 Setelah diberikan asuhana.       Kaji dan dokumenasikana.       Mengetahui sejauh mana


keperawatan selama (… frekuensi, warna dan dampak dari konstipasi itu
x24) jam diharapakan konsistensi feses, sendiri terhadap pasien.
konstipasi pasien keluarnya flatus, adanya
menurun dengan Kriteria impaksi, ada tidaknya
Hasil : bisisng usus dan distensi
a.       Pola eliminasi dalam abdomen pada ke empat
rentang yang diharapkan kuadran abdomen.
b.      Feses lunak dan
berbentuk b.      Identifikasi factor yang b.      Dapat mempermudah
c.       Mengeluarkan feses dapat menyebabkan pengobatan dan
tanpa bantuan konstipasi. penatalaksanaan yang
tepat.

c.       Berikan privasi dan c.       Dapat meningkatkan rasa


keamanan untuk pasien nyaman untuk pasien.
selama eliminasi defekasi.

d.      Anjurkan pasien untuk d.      Mengurangi rasa nyeri


meminta obat nyeri pada pasien.
sebelum defekasi untuk
memfasilitasi pengeluaran
feses tanpa nyeri.

e.       Lakukan penyuluhan e.       Memberikan gambaran


untuk pasien dan keluarga. kepada pasien dan
keluarga mengenai
konstipasi dan apa dan
tidak yang boleh
dilakukan.

f.       Kolaborasi dengan ahli f.       Mengurangi konstipasi


gizi untuk meningkatkan berkelanjutan melalui
serat dan cairan dalam diet makanan yang dicerna.

5 Setelah dilakukan asuhan


a.       Kaji pengetahuan pasien a.       Mengetahui seberapa
keperawatan selama (… tentang penyakit yang tingkat pengetahuan
x24) jam diharapkan dialaminya pasien tentang
pengetahuan pasien penyakitnya
bertambah dengan
Kriteria Hasil: b.      Berikan penkes pada b.      Meningkatkan
        Pasien mengerti tentang pasien tentang penyakit pengetahuan pasien
penyakit yang yang dialaminya tentang penyakitnya
dialaminya (pengertian, tanda dan sehingga pasien kooperatif
b.        Pasien dapat gejala, penyebab, dalam setiap tindakan
berpartisipasi selama penatalaksanaan) yang diberikan
proses perawatan dan
pengobatan c.       Berikan dukungan pada c.       Meningkatkan semangat
pasien pasien sehingga pasien
tidak takut dengan
penyakitnya

d.      Libatkan keluarga dalam d.      Membangkitkan semangat


setiap tindakan yang akan pasien sehingga keluarga
dilakukan pada pasien dan pasien bisa saling
mensupport

6 Setelah dilakukan asuhan


a.       Kaji tingkat ansietas a.       Mengetahui tingkat
keperawatan selama ansietas pasien untuk
(...x24) jam diharapkan menentukan intervensi
kecemasan pasien yang tepat
berkurang dengan
Kriteria Hasil: b.      Gali penyebab ansietas b.      Membantu pasien
        Pasien tampak lebih pasien mengurangi ansietas
rileks
b.        Pasien mampu c.       Libatkan keluarga dalamc.       Membangkitkan
menunjukkan setiap tindakan yang akan semangat pasien sehingga
mekanisme koping yang dilakukan pada pasien keluarga dan pasien bisa
efektif saling mensupport

d.      Gali intervensi yang e.       Menurunkan ansietas


menurunkan ansietas pasien
(musik, latihan relaksasi)
7 Setelah dilakukan asuhan
a.       Kaji tanda-tanda vital a.       Mengetahui adanya
keperawatan selama (… tanda-tanda syok
x24) jam diharapkan
pasien tidak mengalami b.      Monitor tanda-tanda b.      Mengetahui adanya
perdarahan dengan perdarahan perdarahan sehingga lebih
Kriteria Hasil : dini dapat dicegah
        Tanda-tanda vital dalam
batas normal = (TD : c.       Anjurkan pasien untuk c.       Menghindari adanya
110-130/70-90 mmHg, N tirah baring perdarahan
: 60-100 x/menit, S : 36o-
37,5º C, RR: 12-20 d.      Kolaborasi pemberian d.      Mencegah perdarahan
x/menit) antikoagulan
b.        Perdarahan tidak ada

8 Setelah dilakukan asuhan


a.       Kaji tanda-tanda vital a.       Mengetahui adanya
keperawatan selama (… tanda-tanda syok
x24) jam diharapkan
pasien tidak mengalami b.      Monitor tanda-tanda b.      Mengetahui adanya tanda-
infeksi dengan Kriteria infeksi tanda infeksi sehingga
Hasil: lebih dini dapat dicegah
a.       Tanda-tanda vital dalam
batas normal c.       Lakukan prosedur cuci c.       Menghindari adanya
      TD : 110-130/70-90 tangan yang benar infeksi
mmHg sebelum ke pasien
      N : 60-100 x/menit
      S : 36o-37,5º C d.      Pertahankan tindakan d.      Tindakan aseptik yang
      RR: 12-20 x/menit aseptik setiap akan dilakukan pada pasien

b.      Tidak terdapat tanda- melakukan tindakan untuk mencegah infeksi

tanda infeksi (kalor, perawatan ke pasien

tumor, rubor,
fungsiolaesa) e.       Kolaborasi pemberian e.       Mencegah infeksi
antibiotik
f.       Kolaborasi pemeriksaan f.       Mengetahui adanya
darah lengkap (WBC) infeksi atau tidak
g.      Dorong dan pertahankan g.      Memenuhi kebutuhan
c.       Hasil lab terutama WBC masukan kalori dan kalori tubuh pasien
dalam batas normal protein dalam diet sehingga membantu
(WBC = 4,9-10,9) meningkatkan daya tahan
tubuh

4.        Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang dibuat

5.        Evaluasi Keperawatan

No. Dx Evaluasi
1        Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
b.         Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh atau
efek samping minimal
       TTV pasien dalam batas normal
d.        Ekspresi wajah pasien tidak meringis
       Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
        Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai
indikasi untuk mengontrol nyeri
2         Berat badan pasien stabil.
b.         Pasien bebas dari tanda – tanda malnutrisi.
        Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat
d.        Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan
        TTV pasien dalam batas normal
3         Tidak terjadi hematuria
b.         Tidak terjadi inkontinensia urine
        Tidak terjadi disuria
d.        Jumlah output urine dalam batas normal (± 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)
4         Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan
b.         Feses lunak dan berbentuk
        Mengeluarkan feses tanpa bantuan
5         Pasien mengerti tentang penyakit yang dialaminya
b.        Pasien dapat berpartisipasi selama proses perawatan dan pengobatan
6         Pasien tampak lebih rileks
b.         Pasien mampu menunjukkan mekanisme koping yang efektif
7         Tanda-tanda vital dalam batas normal
b.        Perdarahan tidak ada
8 a.       Tanda-tanda vital dalam batas normal
b.      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor, tumor, rubor, fungsiolaesa)
c.       Hasil lab terutama WBC dalam batas normal (WBC = 4,9-10,9)

DAFTAR PUSTAKA

Donges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Manuaba, I Gede Bagus. 2004. Kapita Selekta Kedokteran dan KB. Jakarta : EGC

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta : EGC

Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP

Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6.

Jakarta : EGC

Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume

3. Jakarta : EGC

TIM FK UNPADJ.2001. Ginekologi. Bandung : FK UNPADJ

Wilkinson M. Judith, dkk. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis NANDA,

Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai