Teori Lewin ini dapat dimengerti dalam rangka struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian.
1. Struktur Kepribadian
Kenyataan psikologi yang selalu dipegang Lewin ialah bahwa pribadi itu selalu ada dalam
lingkungannya, pribadi tidak dapat dipikirkan lepas dari lingkungannya.
a. Pribadi
Pribadi itu secara struktural ialah dengan cara melukiskan pribadi itu sebagai keseluruhan yang
terpisah dari hal-hal lainnya yang di dunia ini.
b. Lingkungan Psikologis
c. Ruang Hidup
Ruang hidup disebut juga “medan psikologis” (keseluruhan situasi) adalah totalitas realitas psikologis
yang berisikan semua fakta yang dapat mempengaruhi tingkah laku individu pada sesuatu saat. Dengan
kata lain, tingkah laku adalah fungsi daripada ruang hidup. Dan ruang hidup itu adalah hasil interaksi
antara Pribadi (P) dan lingkungan psikologis (Lp).
d. Diferensiasi Ruang Hidup
Penggambaran ruang hidup (pribadi dalam lingkungan psikologisnya) seperti yang telah diberikan di
muka atau tidak cukup menggambarkan kenyataan yang sebenarnya, sebab dalam kenyataannya baik
pribadi maupun lingkungan psikologisnya itu bukan unitas yang mutlak, tetapi mempunyai diferensiasi.
Diferensiasi ruang hidup terdiri atas dua aspek yaitu Pribadi berdiferensiasi dan Lingkungan psikologis
berdiferensiasi.
e. Banyaknya Daerah
Banyaknya daerah itu ditentukan oleh banyaknya faktor-faktor psikologis yang ada pada sesuatu saat.
Apabila hanya ada dua fakta dalam ruang hidup, pribadi dan ruang psikologisnya, maka hanya ada dua
daerah di dalam ruang hidup.
f. Dimensiasi-dimensiasi Ruang Hidup
Ruang hidup itu mempunyai dimensi waktu dan dimensi realitas-realitas.
1). Dimensi Waktu
Kurt Lewin berpegang pada prinsip kekinian. Walaupun menurut prinsip kekinian masa lampau dan
masa depan tidak mempengaruhi tingkah laku kini, tetapi sikap, perasaan, pikiran mengenai masa
lampau atau masa depan mempengaruhi tingkah laku kini. Karena itu, masa kini harus juga memuat
sangkut-pautnya dengan masa lampau dan masa depan. Lewin menunjukkan bahwa ruang hidup
neonatus dapat digambarkan sebagai medan yang daerah-daerahnya relatif sedikit dan kurang jelas
bedanya satu sama lain.
2). Dimensi realitas-irrealitas
Dimensi dalam ruang hidup itu membawa diferensiasi pula dalam dimensi realitas-realitas. Irrealitas
berisikan fakta khayal. Diantara kedua bentuk ekstrem itu terdapat berbagai taraf, seperti perbuatan itu
lebih mempunyai realitas daripada berbicara tentang perbuatan itu, tujuan yang ideal kurang sifat
realitasnya daripada tujuan yang langsung.
2. Dinamika Kepribadian
3. Perkembangan Kepribadian
Hakikat perkembangan itu menurut Lewin adalah perubahan-perubahn tingkah laku (behavioral
changes).
( a ) Perkembangan berarti perubahan di dalam variasi tingkah laku. Makin bertambah umur seseorang
sampai pada batas-batas umur tertentu maka variasi kegiatannya, perasaannya, kebutuhannya,
hubungan sosialny terus bertambah.
( b ) Perkembangan berarti perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah laku.
( c ) Perkembangan berarti bertambah luasnya arena aktivitas. Makin bertambah dewasa anak, maka
arena aktivitasnya bertambah luas.
( d ) Perkembangan berarti perubahan dalam taraf realitas. Makin bertambah umur anak, maka dimensi
realitas-irrealitas juga berubah.
( e ) Perkembangan berarti makin terdiferensiasinya tingkah laku. Tingkah laku anak kecil bersifat
difus. Setelah anak menjadi lebih besar, maka tingkah lakunya makin terdiferensiasikan.
( f ) Perkembangan berarti diferensiasi dan stratifikasi. Makin bertambah umur orang, maka makin
bertambah daerah-daerah di dalam pribadinya dan di dalam lingkungan psikologisnya.
“Pengembangan Teori Orientasi Lapangan dan Teori-Teori Kontemporer”
Teori Lapangan (Field Theory) atau dinamakan juga teori psikodinamika,sering dikira
orang hanya dikemukakan oleh Kurt Lewin.Hal ini tidak benar karena selain Kurt Lewin ada
tokoh-tokoh lain yang juga mengemukakan Teori Lapangan seperti
Tolman(1932),Wheeler(1940),Lashley(1929) dan Brunswik(1949).Kelebihan Kurt Lewin
atas tokoh-tokoh lainnya adalah bahwa Lewinlah yang paling jauh mengembangkan teori
Lapangan ini sehingga ia dikenal sebagai tokoh yang paling terkemuka.
Salah satu ciri yang terpenting dari teori Lapangan adalah bahwa teori ini menggunakan
metode “konstruktif”.Ini merupakan metode yang digunakan Lewin sebagai pengganti
metode “klasifikasi” yang pada waktu itu lazim digunakan.Menurut Lewin,metode klasifikasi
mempunyai kelemahan karena hanya mengelompokkan objek studi berdasarkan persamaan-
persamaannya.Pengelompokan seperti ini bersifat statis.Padahal Lewin menghendaki metode
yang dinamis karena objek studinya adalah tingkah laku yang dinamis pula.Sifat dinamis ini
ada pada metode konstruktif yang mengklasifikasikan objek-objek studinya berdasarkan
hubungan antara satu objek dengan objek lainnya.
c) Daya(Forces)
Kurt Lewin membagi-bagi daya dalam beberapa jenis berikut ini :
1) Daya yang mendorong.
2) Daya yang menghambat.
3) Daya yang berasal dari kebutuhan sendiri.
4) Daya yang berasal dari orang lain.
5) Daya yang impersonal (daya yang tidak berasal dari kehendak sendiri maupun dari orang lain
melainkan dari situasi).
d) Ketegangan (tension)
Meredakan ketegangan tidak berarti bahwa ketegangan itu harus hilang sama sekali
(dalam keadaan nol),melainkan ketegangan itu disebarkan secara merata dari satu wilayah ke
wilayah-wilayah lain dalam lapangan kehidupan.Dengan perkataan ini,peredaan ketegangan
berarti tercapainya equilibrium (keseimbangan) di antara wilayah-wilayah.Dengan
demikian,ketegangan suatu wilayah tertentu bisa mereda,tetapi secara umum ketegangan di
seluruh lapangan kehidupan belum tentu mereda.
F. Teori Sosiokultural
Selama beberapa tahun belakangan ini, para psikolog telah mengkaji bagaimana latar
belakang orang yang berbeda – beda akan mempengaruhi pemikiran , perasaan, dan perilaku
mereka (Fiske, Kitayama, Markus, & Nisbett, 1998).
Edward Hall (1959) mendeskripsikan aturan kultural penggunaan waktu ini sebagai
“bahasa diam” yang kita pelajari melalui pengalaman dalam suatu kultur. Kekurangan
pemahaman mengenai perbedaan kultur waktu dapat menimbulkan persoalan saat seseorang
berpergian ke Negara lain.
Untuk memahami perbedaan seperti itu, para psikolog mulai mengakui pentingnya
culture (kultur), socialization (sosialisasi). Social norms (norma sosial).Istilah social role
(peran sosial) berarti seperangkat norma yang berlaku untuk orang – orang dengan posisi
tertentu, seperti guru atau siswa.Perspektif sosiokultural berguna untuk memahami perilaku
didalam konteks kultural atau sosial tertentu.
Perspektif sosiokultural juga menekankan pada perbandingan kultur – kultur atau
kelompok sosial yang berbeda – beda. Kecuali kita memperhatikan pengaruh kultural, kita
mungkin akan melewatkan arti penting pengaruh itu. Kita cenderung berasumsi bahwa
perilaku kultur kita adalah perilaku “standar” atau khas.
Salah satu tujuan riset lintas – kultural atas perilaku sosial adalah untuk mengidentifikasi
bagaiman kultur bisa berbeda satu sama lain. Perbedaan yang berguna untuk mengontraskan
kultur adalah kultur yang menekankan pada individualism dan colectivisme (Triandis, 1995).
Terkadang apa yang kelihatannya merupakan konsep yang sama ternyata memiliki
makna yang berbeda didalam kultur kolektivis dan individualis (Triandis, Bontenpo,
Villareal, Asai, & Lucca, 1998).