Anda di halaman 1dari 11

TEORI KEPRIBADIAN KURT LEWIN

Teori Lewin ini dapat dimengerti dalam rangka struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian.

1. Struktur Kepribadian

Kenyataan psikologi yang selalu dipegang Lewin ialah bahwa pribadi itu selalu ada dalam
lingkungannya, pribadi tidak dapat dipikirkan lepas dari lingkungannya.
a. Pribadi
Pribadi itu secara struktural ialah dengan cara melukiskan pribadi itu sebagai keseluruhan yang
terpisah dari hal-hal lainnya yang di dunia ini.
b. Lingkungan Psikologis
c. Ruang Hidup
Ruang hidup disebut juga “medan psikologis” (keseluruhan situasi) adalah totalitas realitas psikologis
yang berisikan semua fakta yang dapat mempengaruhi tingkah laku individu pada sesuatu saat. Dengan
kata lain, tingkah laku adalah fungsi daripada ruang hidup. Dan ruang hidup itu adalah hasil interaksi
antara Pribadi (P) dan lingkungan psikologis (Lp).
d. Diferensiasi Ruang Hidup
Penggambaran ruang hidup (pribadi dalam lingkungan psikologisnya) seperti yang telah diberikan di
muka atau tidak cukup menggambarkan kenyataan yang sebenarnya, sebab dalam kenyataannya baik
pribadi maupun lingkungan psikologisnya itu bukan unitas yang mutlak, tetapi mempunyai diferensiasi.
Diferensiasi ruang hidup terdiri atas dua aspek yaitu Pribadi berdiferensiasi dan Lingkungan psikologis
berdiferensiasi.
e. Banyaknya Daerah
Banyaknya daerah itu ditentukan oleh banyaknya faktor-faktor psikologis yang ada pada sesuatu saat.
Apabila hanya ada dua fakta dalam ruang hidup, pribadi dan ruang psikologisnya, maka hanya ada dua
daerah di dalam ruang hidup.
f. Dimensiasi-dimensiasi Ruang Hidup
Ruang hidup itu mempunyai dimensi waktu dan dimensi realitas-realitas.
1). Dimensi Waktu
Kurt Lewin berpegang pada prinsip kekinian. Walaupun menurut prinsip kekinian masa lampau dan
masa depan tidak mempengaruhi tingkah laku kini, tetapi sikap, perasaan, pikiran mengenai masa
lampau atau masa depan mempengaruhi tingkah laku kini. Karena itu, masa kini harus juga memuat
sangkut-pautnya dengan masa lampau dan masa depan. Lewin menunjukkan bahwa ruang hidup
neonatus dapat digambarkan sebagai medan yang daerah-daerahnya relatif sedikit dan kurang jelas
bedanya satu sama lain.
2). Dimensi realitas-irrealitas
Dimensi dalam ruang hidup itu membawa diferensiasi pula dalam dimensi realitas-realitas. Irrealitas
berisikan fakta khayal. Diantara kedua bentuk ekstrem itu terdapat berbagai taraf, seperti perbuatan itu
lebih mempunyai realitas daripada berbicara tentang perbuatan itu, tujuan yang ideal kurang sifat
realitasnya daripada tujuan yang langsung.

2. Dinamika Kepribadian

Di dalam membahas dinamika kepribadian, Lewin mengemukakan konsepsi yang istilah-istilahnya


diambil dari ilmu pengetahuan alam. Pengertian-pengertian pokok yang dipergunakan Lewin yaitu :
( a ) Energy (energi)
Lewin berpendapat bahwa tiap gerak atau kerja itu pasti menggunakan energi. Pribadi dipandangnya
sebagai sistem energi. Energi yang menyebabkan kerja psikologis disebutnya energi psikis.
( b ) Tension (tegangan)
Tension atau tegangan adalah keadaan pribadi, keadaan relatif daerah dalam pribadi yang satu terhadap
daerah yang lain. Dalam hal ini Lewin menyebut daerah itu daerah itu sebagai sistem.
( c ) Need (kebutuhan)
Kebutuhan adalah keadaan atau sifat pribadi yang menyebabkan meningkatnya tension. Hal tersebut
dapat berupa :
( i ) keadaan fisiologis, seperti haus, lapar dan sebagainya,
( ii ) keinginan akan sesuatu, seperti baju, mobil dan sebagainya,
( iii ) keinginan mengerjakan sesuatu, seperti bermain bola, nonton dan sebagainya.
( d ) Valance (Valensi)
Valensi adalah pengertian yang dipakai oleh Lewin untuk menggambarkan sifat daripada lingkungan
psikologis, yaitu nilai lingkungan psikologis itu bagi pribadi.
( e ) Force atau Vector
Valensi bukanlah hal yang mendorong pribadi untuk bergerak dalam lingkungan psikologisnya, tetapi
hanya memberi arah gerakan itu. Yang mendorong adalah force atau vector. Sesuatu gerakan
(locomotion) terjadi apabila ada kekuatan yang cukup besar mendorong pribadi.
( f ) Locomotion (gerakan)
Cara menggambarkan gerakan itu dengan ilustrasi. Misalnya seorang anak melewati sebuah toko, dan
melihat di etalase toko itu sebuah boneka yang sangat bagus dan dia ingin memilikinya. Jadi melihat
boneka menimbulkan kebutuhan akan boneka. Misalnya anak itu harus masuk ke toko itu untuk
membeli boneka tersebut, maka hal itu disebut gerakan.
( g ) Pengubahan atau perubahan struktur ( unstruckturierung, restructuring)
Dinamika kepribadian itu juga nampak pada pengubahan atau perubahan struktur lingkungan
psikologis. Pengubahan itu dapat berlangsung dalam berbagai cara :
( i ) Nilai daerah-daerah berubah, hal ini dapat :
a) Secara kuantitatif dari positif sedikit ke positif banyak, atau dari negatif banyak ke negatif sedikit.
b) Secara kualitatif, dari negatif menjadi positif dan sebaliknya.
( ii ) Vector berubah :
a) Berubah dalam arahnya,
b) Berubah dalam kekuatannya,
c) Berubah dalam arah dan kekuatannya.

3. Perkembangan Kepribadian

Hakikat perkembangan itu menurut Lewin adalah perubahan-perubahn tingkah laku (behavioral
changes).
( a ) Perkembangan berarti perubahan di dalam variasi tingkah laku. Makin bertambah umur seseorang
sampai pada batas-batas umur tertentu maka variasi kegiatannya, perasaannya, kebutuhannya,
hubungan sosialny terus bertambah.
( b ) Perkembangan berarti perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah laku.
( c ) Perkembangan berarti bertambah luasnya arena aktivitas. Makin bertambah dewasa anak, maka
arena aktivitasnya bertambah luas.
( d ) Perkembangan berarti perubahan dalam taraf realitas. Makin bertambah umur anak, maka dimensi
realitas-irrealitas juga berubah.
( e ) Perkembangan berarti makin terdiferensiasinya tingkah laku. Tingkah laku anak kecil bersifat
difus. Setelah anak menjadi lebih besar, maka tingkah lakunya makin terdiferensiasikan.
( f ) Perkembangan berarti diferensiasi dan stratifikasi. Makin bertambah umur orang, maka makin
bertambah daerah-daerah di dalam pribadinya dan di dalam lingkungan psikologisnya.
“Pengembangan Teori Orientasi Lapangan dan Teori-Teori Kontemporer”

 Teori Orientasi Lapangan

A. Latar Belakang Psikodinamika

Teori Lapangan (Field Theory) atau dinamakan juga teori psikodinamika,sering dikira
orang hanya dikemukakan oleh Kurt Lewin.Hal ini tidak benar karena selain Kurt Lewin ada
tokoh-tokoh lain yang juga mengemukakan Teori Lapangan seperti
Tolman(1932),Wheeler(1940),Lashley(1929) dan Brunswik(1949).Kelebihan Kurt Lewin
atas tokoh-tokoh lainnya adalah bahwa Lewinlah yang paling jauh mengembangkan teori
Lapangan ini sehingga ia dikenal sebagai tokoh yang paling terkemuka.
Salah satu ciri yang terpenting dari teori Lapangan adalah bahwa teori ini menggunakan
metode “konstruktif”.Ini merupakan metode yang digunakan Lewin sebagai pengganti
metode “klasifikasi” yang pada waktu itu lazim digunakan.Menurut Lewin,metode klasifikasi
mempunyai kelemahan karena hanya mengelompokkan objek studi berdasarkan persamaan-
persamaannya.Pengelompokan seperti ini bersifat statis.Padahal Lewin menghendaki metode
yang dinamis karena objek studinya adalah tingkah laku yang dinamis pula.Sifat dinamis ini
ada pada metode konstruktif yang mengklasifikasikan objek-objek studinya berdasarkan
hubungan antara satu objek dengan objek lainnya.

1) Konsep-konsep Dasar Teori Lapangan


a) Lapangan Kehidupan
Lapangan kehidupan dari seorang individu terdiri dari orang itu sendiri dan lingkungan
kejiwaan (psikologis) yang ada padanya.Demikian pula lapangan kehidupan suatu kelompok
adalah kelompok itu sendiri ditambah dengan lingkungan tempat kelompok itu berada pada
suatu saat tertentu.
Lapangan kehidupan terbagi-bagi dalam wilayah-wilayah (region) atau disebut juga
lingkungan kehidupan (life-sphere).Lingkungan kehidupan ini ada yang bersifat nyata
(reality) seperti ibu,teman,pekerjaan,dan sebagainya dan ada pula yang bersifat maya
(irreality),seperti harapan,cita-cita,dan sebagainya.Jadi lapangan kehidupan mempunyai
dimensi nyata-maya(dimensi R-I).Dimensi kedua dari lapangan kehidupan adalah
kecairan(fluidity) dari lingkungan-lingkungan kehidupan tersebut di atas.Kecairan berarti
dapat terjadi gerak,perpindahan dari satu wilayah ke wilayah yang lain yang tergantung pada
keras atau lunaknya dinding-dinding pembatas dari masing-masing wilayah dalam lapangan
kehidupan itu.
Dimensi lain dari Lapangan Kehidupan adalah “waktu psikologik”.Walaupun cara
pendekatan yang digunakan Lewin adalah ahistoris,perkembangan lapangan kehidupan itu
sendiri menyebabkan adanya masa lalu,masa kini,dan masa depan psikologik.Dalam
kombinasinya dengan dimensi nyata-maya (R-I),dimensi waktu ini memberikan sifat yang
dinamis pada lapangan kehidupan.
Hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan lapangan kehidupan yaitu :
1. Meningkatkan diferensiasi dalam suatu wilayah;
2. Dua atau beberapa wilayah menggabung menjadi satu;
3. Diferensiasi berkurang;
4. Suatu wilayah pecah.membebaskan diri dan membentuk wilayah sendiri;
5. Restrukrusasi,yaitu ada perubahan pola pada wilayah-wilayah dalam lapangan
kehidupan,tetapi tidak terjadi diferensiasi.

b) Tingkah Laku dan Lokomosi


Tingkah laku menurut Lewin adalah lokomosi (locomotion) yang beraryi perubahan atau
gerakan pada lapangan kehidupan.Lokomosi dapat terjadi karena ada “komunikasi” antara
dua wilayah dalam lapangan kehidupan seseorang.Komunikasi antara dua wilayah tersebut
menimbulkan ketegangan (tension) pada satu wilayah dan ketegangan menimbulkan
kebutuhan (need) dan kebutuhan inilah yang menyebabkan tingkah laku.Namun,sebelum
kebutuhan bisa menimbulkan lokomosi,masih ada satu faktor lagi yaitu batas-batas (barrier)
wilayah yang bersangkutan.Kalau batas itu kaku dan kenyal,maka batas itu akan sukar
ditembus oleh daya(forces) yang ada dalam lapangan kehidupan seseorang sehingga sulit
terjadi lokomosi.Sebailknya,kalau batas wilayah-wilayah itu lunak,maka akan terjadi
pertukaran daya antar wilayah sehingga wilayah-wilayah yang berkomunikasi itu berada
dalam tingkat ketegangan yang seimbang kembali.

c) Daya(Forces)
Kurt Lewin membagi-bagi daya dalam beberapa jenis berikut ini :
1) Daya yang mendorong.
2) Daya yang menghambat.
3) Daya yang berasal dari kebutuhan sendiri.
4) Daya yang berasal dari orang lain.
5) Daya yang impersonal (daya yang tidak berasal dari kehendak sendiri maupun dari orang lain
melainkan dari situasi).

d) Ketegangan (tension)
Meredakan ketegangan tidak berarti bahwa ketegangan itu harus hilang sama sekali
(dalam keadaan nol),melainkan ketegangan itu disebarkan secara merata dari satu wilayah ke
wilayah-wilayah lain dalam lapangan kehidupan.Dengan perkataan ini,peredaan ketegangan
berarti tercapainya equilibrium (keseimbangan) di antara wilayah-wilayah.Dengan
demikian,ketegangan suatu wilayah tertentu bisa mereda,tetapi secara umum ketegangan di
seluruh lapangan kehidupan belum tentu mereda.

2) Penerapan Teori Lewin


a. Konflik
Konflik adalah suatu keadaan di mana ada daya-daya yang saling bertentangan arah,tetapi
dalam kadar kekuatan yang kira-kira sama.Ada tiga macam konflik,yaitu :
1. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict),yaitu orang (P) berada di antara
dua valensi positif yang sama kuat.
2. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict),yaitu P berada di antara dua
valensi negatif yang sama kuat.
3. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict),yaitu P menghadapi valensi positif
dan negatif pada jurusan yang sama.

b. Tingkah Laku Agresif


Dalam eksperimennya,Kurt Lewin dan kawan-kawan menemukan bahwa dalam kelompok
anak laki-laki yang diberi tugas-tugas tertentu di bawah pimpinan seorang pemimpin yang
demokratis ,maka tampak bahwa tingkah laku agresif yang timbul berada dalam taraf yang
sedang (medium).Akan tetapi,kalau pemimpin kelompok itu adalah seorang otoriter,maka
perilaku agresif mereka menjadi tinggi atau justru sangat rendah.

3. Kelebihan dan Kekurangan Teori Lapangan


Sumbangan terbesar dari Teori Lapangan adalah adanya bukti bahwa penelitian psikologi
sosial dapat juga dilakukan dengan metode eksperimental dan dapat dilakukan dalam
laboratorium.Akan tetapi,teori ini juga mengandung beberapa kekurangan yaitu :
 Kurt Lewin tidak menyajikan teorinya secara sistematis
 Banyak konsep dan konstruk yang tidak didefinisikan secara jelas sehingga memberi arti
yang kabur
 Teori ini terlalu bersibuk diri dengan aspek-aspek yang mendalam dari kepribadian sehingga
agak mengabaikan tingkah laku motoris yang “covert” (nampak dari luar)
 Penggunaan konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti sebenarnya(penyalahgunaan
topologi).

B. Teori-Teori Lapangan Dalam Psikologi Sosial


1. Teori tentang Hubungan Interpersonal :
a) Mengamati Orang lain
Pengamatan terhadap orang lain sebenarnya tidak jauh berbeda dengan dari pengamatan
terhadap objek-objek lainnya(meja,pohon,dll).Hanya saja orang yang diamati itu memiliki
kemampuan emosi,kehendak,keinginan,dan sentimen yang tidak terdapat pada benda
mati.Lagi pula,seseorang(P) yang mengamati orang lain (O) tahu bahwa O tersebut juga
mengamati P kembali.
b) Orang Lain sebagai Pengamat
Dalam pengamatn terhadap lingkungannya,termasuk terhadap orang lain(O),seorang (P)
menyadari bahwa O juga mengamati P.Pengetahuan ini berpengaruh terhadap P dalam tiga
hal,yaitu tindakan,harapan,dan sifat-sifatnya.
c) Analisis yang Naif terhadap Tindakan Orang
Dalam hubungan interpersonal,seseorang mengamati dan menginterpretasi perilaku atau
tindakan orang lain.Dalam menginterpretasi tindakan orang lain itu dilakukan analisis secara
sederhana(naif) dan dalam analisis itu dicari sifat-sifat bawaan (dispotitional properties) dari
orang yang sedang diamati tersebut.Sifat-sifat bawaan adalah faktor-faktor yang mendasari
perilaku seseorang yang tidak berubah-ubah(permanen).Sifat-sifat bawaan inilah yang
membuat perilaku orang dapat diperkirakan,stabil,dan dapat dikendalikan.
d) Kausalitas Personal dari Impersonal
Heider membedakan gejala dalam hubungan interpersonal dalam dua jenis,yang
disebutnya sebagai kausalitas personal dan kausalitas impersonal.Dalam kausalitas personal,P
dengan sengaja menghasilkan X.Tujuan P (Yaitu X) adalah tetap (equifinality) dan untuk
mencapai tujuan itu P akan mengubah-ubah tindakannya kalau ia menghadapi situasi yang
berbeda-beda.
e) Hasrat dan Kesenangan
Hasrat(desire) adalah sesuatu yang harus ada terlebih dahulu sebelum timbul
percobaan(trying).Dengan perkataan lain,hasrat merupakan prakondisi dari
percobaan,sedangkan kesenangan (pleasure) adalah pengalaman yang timbul akibat (setelah)
percobaan.
f) Sentimen
Sentimen adalah perasaan yang timbul dalam diri seseorang (P) kepada orang lain (O) atau
benda-benda lain (X).Sentimen ada dua macam :positif dan negatif,yang oleh Heider dinamai
suka (like) dan tidak suka (dislike).Pengaruh dua macam ini sentimen ini terhadap hubungan
interpersonal adalah bahwa ia dapat menimbulkan atau menghambat pembentukan unit (unit
information) dan keadaan berimbang(balances state).
g) Keharusan dan Nilai
Keharusan adalah hal-hal yang dituntut oleh lingkungan (bukan oleh orang lain) untuk
dilakukan P.Jadi keharusan bersifat impersonal.Nilai juga bersifat impersonal.Nilai menurut
Heider hanyalah menyangkut segi positif dari suatu hal.Jadi,kalau suatu hal dianggap bernilai
oleh P,maka P menganggap hal tersebut positif.Perbedaan antara keduanya adalah bahwa
keharusan merupakan hasil dari daya-daya yang secara nyata selalu bekerja,sedangkan nilai
lebih merupakan daya yang masih potensial dan baru muncul dalam bentuk perilaku dalam
keadaan tertentu.
h) Permintaan dan Perintah
Permintaan didasarkan pada sentimen positif dimana P bergantung pada O dan
mengharapkan hasil X.Sebaliknya,perintah didasarkan pada kekuasaan P terhadap O.O harus
melaksanakan apa yang diperintahkan P karena P dapat melakukan sesuatu yang
mempengaruhi O.
i) Keuntungan dan Kerugian
Jika O melakukan apa yang diminta atau diperintahkan P,maka O memberi keuntungan
(benefit) kepada P karena ia memberikan X yang bernilai positif karena P.Sebaliknya,kalau O
tidak melakukan apa yang diminta atau diperintahkan P,maka O akan merugikan P karena X
bernilai positif tidak diperoleh P.
j) Reaksi terhadap Pengalaman Orang Lain
Persepsi terhadap pengalaman orang lain (O) menimbulkan reaksi yang oleh psikologi
common sense disebut “emosi”.
2. Teori Lapangan tentang Kekuasaan
Kekuasaan sosial (social power) menurut Cartwright adalah masalah yang sangat penting
dalam menganalisis perilaku sosial.Karena itu sudah banyak definisi yang dikemukakan
tentang kekuasaan sosial ini.Reformulasi Cartwright tentang definisi kekuasaan berbunyi
sebagai berikut : “Kekuasaan A atas B dalam rangka mengubah X menjadi Y pada waktu
tertentu sama dengan kekuatan maksimum dari daya-daya yang dapat dihasilkan oleh A ke
jurusan tersebut (X ke Y),pada waktu tersebut”.
3. Teori tentang Kekuasaan Sosial
Teori yang dikembangkan oleh French ini terutama membahas proses pengaruh
mempengaruhi dalam kelompok,khususnya dalam kaitannya dengan pendapat dan perubahan
pendapat kelompok.Proses ini menurut French melibatkan tiga pola relasi dalam
kelompok,yaitu hubungan kekuasaan antar anggota kelompok,pola komunikasi dalam
kelompok,dan hubungan antar pendapat dalam kelompok.
4. Teori tentang Kerjasama dan Persaingan
Dalam situasi kerjasama,wilayah yang menjadi tujuan dari seorang anggota kelompok atau
subkelompok hanya dapat dimasuki oleh individu atau oleh subkelompok yang bersangkutan
jika individu-individu lain atau subkelompok lain juga bisa memasuki wilayah tujuan
itu.Sedangkan dalam situasi persaingan,kalau seorang individu atau suatu subkelompok
sudah memasuki wilayah tujuan,maka individu-individu atau subkelompok yang lain tidak
akan bisa mencapai wilayah tujuan mereka masing-masing.

 Teori – Teori Kontemporer Psikologi Sosial


A. Teori Motivasi
Teori ini berfokus pada kebutuhan atau motif individu. Pengalaman sehari – hari maupun
riset psikologi sosial telah memberikan banyak contoh cara bagaimana kebutuhan kita bisa
mempengaruhi persepsi kita, sikap kita, dan perilaku kita.
Pandangan Freudian, atau psikoanalitik, tentang motivasi manusia menunjukkan arti
penting dari dorongan “bawaan” (inborn) kita, khususnya dorongan yang berhubungan
seksualitas dan agresi. Sebaliknya, psikolog sosial lebih mempertimbangkan sederetan
kebutuhan dan keinginan manusia. Psikolog sosial juga menekankan cara diamana situasi dan
hubungan sosial tertentu dapat menciptakan dan menimbulkan kebutuhan dan motif. Intinya
adalah situasi dapat menciptakan atau menimbulkan kebutuhan yang, pada gilirannya,
menyebabkan orang melakukan suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan itu
B. Teori Belajar
Ide utama dalam teori belajar adalah bahwa perilaku seseorang sekarang adalah hasil dari
pengalaman sebelumnya. Dalam situasi tertentu, seseorang belajar perilaku tertenu, yang
seiring dengan berjalannya waktu mungkin akan menjadi kebiasaan. Ketika dia berhadapan
dengan situasi serupa, orang itu akan cenderung berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang
pernah dilakukannya.pendekatan ini ketika diaplikasikan ke perilaku sosial oleh Albert
Bandura (1977), dinamakan social learning theory (teori belajar sosial)
Ada tiga mekanisme umum terjadinya proses belajar. Yang pertama adalah asosiasi, atau
pengkondisian klasik.Mekanisme yang kedua adalah reinforcement (penguatan), yang
dipelajari oleh B. F. Skinner dan yang lainnya, orang belajar melakukan perilaku tertentu
Karen perilaku itu diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan atau yang memuaskan
kebutuhan (atau mereka belajar untuk menghindari perilaku yang menyebabkan konsekuensi
yang tidak menyenangkan).
Mekanisme yang ketiga adalah observasional learning (belajar Observasi). Orang sering
belajar sikap dan perilaku sosial dengan mengamati orang lain, yang secara teknis disebut
“model”. Imitasi (peniruan), atau modeling, terjadi ketika seseorang tak hanya mengamati
tetapi juga meniru perilaku dari model.
C. Teori Kognitif
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang akan tergantung pada cara
dia memahami situasi sosial. Kurt Lewin mengaplikasikan gagasan Gestalt ke psikologi
sosial. Dia menekan pentingnya bagaimana individu memahami lingkungan sosial.
Menurut Lewin, perilaku dipengaruhi oleh karakteristik personal individu(seperti
kemampuan, kepribadian, dan disposisi genetic) dan oleh pemahamannya tentang lingkungan
sosial.
Gagasan inti dalam perspektif kognitif adalah bahwa orang cenderung secara spontan
mengelompokkan dan mengategorikan objek. Kita cenderung mengelompokkan objek
menjadi satu unit sederhana, misalnya kemiripan bentuk. Kedua, orang mudah memandang
sesuatu sebagai menonjol “tokoh” dan memandang beberapa hal lain sebagai sesuatu yang
kurang menonjol “latar belakang”.
Dua prinsip tersebut – yakni kita mengelompokkan atau mengategorikan sesuatu secara
spontan dan kita lebih focus pada stimuli yang lebih menonjol – adalah penting bagi persepsi
kita terhadap objek fisik didunia sosial. Sebagai pemikir sosial, kita berusaha memberi
interpretasi yang bermakna terhadap cara orang lain merasakan sesuatu, terhadap apa – apa
yang mereka inginkan, seperti apa sosok mereka, dan seterusnya. Riset kognisi sosial
difokuskan pada bagaimana kita menyatukan berbagai informasi tentang orang, situasi sosial,
dan kelompok dalam rangka ,emarik kesimpulan tentang mereka(Fiske & Taylor, 1991).
Periset kognisi sosial meneliti aliran informasi dari lingkungan ke orang.
Pendekatan kognitif berbeda dengan pendekatan belajar dalam dua hal. Pertama,
pendekatan kognitif lebih berfokus pada persepsi saat ini ketimbang pada pengalaman masa
lalu. Kedua, pendekatan kognitif lebih memperhatiak arti penting persepsi atau interpretasi
seseorang terhadap suatu situasi, bukan pada “realitas” objektif dari situasi sebagaimana
disaksikan oleh pengamat netral.
D. Teori Pengambilan Keputusan
Decision Makking theories (teori pengambilan keputusan) mengasumsikan bahwa
individu mengevaluasi untung raugi atau biaya dan manfaat dari berbagai macam tindakan
dan akan memilih alternative terbaik berdasarkan pertimbangan yang logis dan rasional.
Orang memiih alternative yang memberinya imbalan atau manfaat terbesar dengan biaya
terkecil. Pengambilan keputusan dengan menggunakan pro (manfaat) dan kontra (kerugian)
dari beberapa macam tindakan dan kemudian memilih yang terbaik. Kekuatan relative dari
untung dan rugi ini akan menentukan pilihan yang diambil.
Expectancy – value theory (teori perkiraan – nilai) memperluas gagasan teori untung rugi
dengan menambahkan elemen penilaian kemungkinan bahwa kemungkinan masing – masing
pilihan akan terwujud (Edwards, 1954). Teori ini menyatakan bahwa kaputusan akan
didasarkan pada kombinasi dari dua faktor: (1) nilai dari setiap hasil atau alternative yang
mungkin, dan (2) kemungkinan, atau “perkiraan” bahwa masing – masing hasil akan lahir
dari keputusan yang diambil. Ringkasannya, model pengambilan keputusan tidak selalu
dipakai dalam pengambilan keputusan dan pemecahan problem sehari – hari. Ada batas
sejauh mana orang menggunakan prinsip rasional dalam kehidupan sehari – hari mereka.
E. Teori Interdependensi
Teori kesaling ketergantungan (interdependensi) lebih focus pada analisis perilaku dari
dua individu atau lebih yang berinteraksi satu sama lain. Ketika orang – orang berinteraksi,
mereka akan saling mempengaruhi. Ketika dua orang saling mempengaruhi pemikiran,
perasaan, atau perilaku masing – masing, mereka dikatakan saling berhubungan
(interdependen). Dalam term teknis interdependence berarti hasil yang diterima oleh
seseorang akan bergantung setidaknya pada perilaku orang lain dan sebaliknya.
Contoh utama dari pendekatan interdependensi adalah social exchange theory (teori
pertukaran sosial). Prinsip pertukaran sosial didasarkan pada gagasan teori belajar dan teori
pengambilan keputusan. Teori pertukaran sosial menganalisis interaksi antar – orang dari segi
keuntungan dan kerugian yang dipertukarkan individu. Terkadang orang melakukan
pertukaran yang jelas.Teori pertukaran sosial menganalisis interaksi interpersonal
berdasarkan keuntungan dan kerugian bagi masing – masing pihak saat mereka berinteraksi.

F. Teori Sosiokultural
Selama beberapa tahun belakangan ini, para psikolog telah mengkaji bagaimana latar
belakang orang yang berbeda – beda akan mempengaruhi pemikiran , perasaan, dan perilaku
mereka (Fiske, Kitayama, Markus, & Nisbett, 1998).
Edward Hall (1959) mendeskripsikan aturan kultural penggunaan waktu ini sebagai
“bahasa diam” yang kita pelajari melalui pengalaman dalam suatu kultur. Kekurangan
pemahaman mengenai perbedaan kultur waktu dapat menimbulkan persoalan saat seseorang
berpergian ke Negara lain.
Untuk memahami perbedaan seperti itu, para psikolog mulai mengakui pentingnya
culture (kultur), socialization (sosialisasi). Social norms (norma sosial).Istilah social role
(peran sosial) berarti seperangkat norma yang berlaku untuk orang – orang dengan posisi
tertentu, seperti guru atau siswa.Perspektif sosiokultural berguna untuk memahami perilaku
didalam konteks kultural atau sosial tertentu.
Perspektif sosiokultural juga menekankan pada perbandingan kultur – kultur atau
kelompok sosial yang berbeda – beda. Kecuali kita memperhatikan pengaruh kultural, kita
mungkin akan melewatkan arti penting pengaruh itu. Kita cenderung berasumsi bahwa
perilaku kultur kita adalah perilaku “standar” atau khas.
Salah satu tujuan riset lintas – kultural atas perilaku sosial adalah untuk mengidentifikasi
bagaiman kultur bisa berbeda satu sama lain. Perbedaan yang berguna untuk mengontraskan
kultur adalah kultur yang menekankan pada individualism dan colectivisme (Triandis, 1995).
Terkadang apa yang kelihatannya merupakan konsep yang sama ternyata memiliki
makna yang berbeda didalam kultur kolektivis dan individualis (Triandis, Bontenpo,
Villareal, Asai, & Lucca, 1998).

Anda mungkin juga menyukai