Anda di halaman 1dari 73

UJIAN AKHIR SEMESTER ( UAS) GENAP

KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH

NAMA : ELISABETH TAHAPARY

NPM : 12114201180156

KELAS :C

SEMESTER : IV

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON 2020
Soal Ujian Akhir Semester

1. Trend dan issue keperawatan maternitas family centered maternity care


2. Evidence based pratice dalam keperawatan maternitas

Jawaban

1. Artikel yang menyangkut trend dan issue

Artikel yang pertama :


MODEL FAMILY CENTERED MATERNITY CARE SEBAGAI STRATEGI
OPTIMALISASI COMPETENT MOTHERING

Penjelasannya :

Pada artikel tersebut menyebutkan bahwa hal yang sering terjadi di indonesia yaitu
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA) masih cukup tinggi jika
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Untuk persoalan tersebut perlu pemecahan
dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan bayi, salah satunya dengan membangun model
edukasi postnatal yang difokuskan pada ibu postpartum dengan melibatkan keluarga sebagai
dukungan sosial.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian partisipatif (kualitatif) dan
Participatory Action Research (PRA), dengan tujuan uji coba model edukasi postnatal secara
komprehensif sekaligus evaluasi dalam menyempurnakan model sehingga diperoleh model
yang tepat. Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara
survei/observasi, wawancara, FGD, wawancara mendalam pada ibu postpartum dan keluarga
sejumlah 100 responden, maupun petugas kesehatan.
Hasil dari penelitian yang dilakukan telah berhasil merumuskan model edukasi
postnatal melalui pendekatan FCMC sebagai strategi optimalisasi competent mothering dalam
menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Model tersebut telah dilakukan ujicoba secara
komprehensif baik terhadap ibu postpartum dan keluarga serta terhadap petugas kesehatan
dengan media modul dan booklet tentang perawatan diri ibu nifas dan perawatan bayi baru
lahir yang disesuaikan dengan tahapan masa postpartum. Terdapat pengaruh model edukasi
postnatal dengan pendekatan FCMC terhadap persepsi ibu nifas dan keluarga tentang
perawatan diri pada masa immediately postpartum, perawatan diri dan bayi baru lahir pada
fase early postpartum dan fase late postpartum dengan nilai p masing-masing adalah 0,00
(α≤0,05). Selain itu juga didapatkan ada pengaruh sosialisasi model edukasi postnatal dengan
pendekatan FCMC terhadap persepsi petugas kesehatan dengan nilai p 0,00.
1. Artikel yang pertama pada trend dan issue
GEMASSIKA Vol. 2 No. 1 Mei 2018 20 FAMILY CENTERED MATERNITY
CARE (FCMC) SEBAGAI SALAH SATU UPAYA SKRINING / DETEKSI
DINI RESIKO TINGGI IBU HAMIL BERBASIS KELUARGA DI DESA
DANGURAN

Penjelasan :

Pada artikel menyebutkan bahwa masalah berkaitan dengan kehamilan beresiko tinggi
yang dihadapi masyarakat desa Danguran dikarenakan masih rendahnya partisipasi keluarga
dalam keikutsertan pemantauan kehamilan, kehamilan masih menjadi tanggungjawab ibu
hamil, hal ini bisa dilihat dari wawancara 3 ibu hamil yang mengatakan bahwa “Suami saya
bekerja dikantor berangkat pagi, pulang malam sehingga dak sempat mengantar saya periksa
kehamilan.”

Target luaran yang diharapkan dari penyelenggaraan kegiatan Family Centered Maternity
Care (FCMC) adalah Sebagai Salah Satu Upaya Skrining/Deteksi Dini Resiko . Kunjungan
rumah kedua dengan waktu yang telah disepakati bersama ibu dan keluarga untuk dilakukan
pre test dan KIE sesuai modul kehamilan resti yang telah diberikan kepada ibu dan keluraga
pada kunjungan pertama. 4. Kunjungan rumah ketiga untuk simulasi tentang keadaan tanggap
darurat apabila sewaktu-waktu ibu mengalami kegawatdaruratan termasuk menyiapkan ibu
dan keluarga, dan apa yang harus disiapkan keluarga. 5. Kunjungan keempat untuk evaluasi
seluruh kegiatan prenatal class dengan metode Family Centered Maternity Care (FCMC)
termasuk post tes

Penelitian ini dengan metode: kelas prenatal (prenatal class) melalui kunjungan
rumah yang melibatkan ibu hamil dan keluarga, brainstorming, diskusi, simulasi dan praktek.
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan prenatal class dengan metode Family Centered
Maternity Care (FCMC) tidak jauh beda dengan prenatal class pada umumnya yaitu: lembar
balik, alat peraga berupa bedong kangguru, modul kehamilan resiko tinggi, dan alat tulis
untuk ibu dan pasanganya/keluarga pendamping. Pelaksanaanya terdiri dari langkahlangkah
sebagai beriku: 1. Pendataan ulang ibu hamil dengan faktor resiko. 2. Pendekatan keluarga
melalui kunjungan rumah pada ibu hamil dengan faktor resiko untuk menjelaskan maksud
dan tujuan pengabmas serta meminta kesedian ibu dan keluarga untuk berpartisipasi dalam
kegiatan pengabmas.

Faktor Resiko yang ditemukan pada 7 ibu hamil adalah sebagai berikut:Gemeli,
Faktor umur diatas 35 Tahun Kekurangan Energi Kronis (KEK) Grande Multipara, Primi
Tua, Riwayat SC dan Jarak Kelahiran kurang 2 tahun. Indikator keberhasilan dari
pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1. Ibu Hamil dan Keluarga mengenal tentang resiko tinggi
pada kehamilan, macam faktor resiko serta kemungkinan terjadinya resiko
kematian/kesakitan pada ibu dan atau bayinya. 2. Ibu Hamil dan Keluarga dapat melakukan
pengendalian/pencegahan pro-aktif terjadinya komplikasi persalinan. 3. Ibu Hamil dan
Keluarga dapat melakukan persiapan/perencanaan tempat/penolong persalinan sesuai kondisi
ibu/janin. 4. Ibu Hamil dan Keluarga teredukasi melalui kegiatan penyuluhan dalam bentuk
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE),

Hasil dari penelitian ini :

Kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) pada ibu hamil dengan faktor
resiko dilakukan melalui prenatal class dan kunjungan rumah di desa Danguran wilayah
Puskesmas Klaten Selatan.Konsep kegiatan FCMC sebenarnya adalah prenatal class, namun
karena kendala sulitnya mempersatukan ibu hamil dan keluarga maka kegiatan prenatal class
dilakukan melalui kunjungan rumah pada 7 keluarga ibu hamil yang memiliki faktor resiko.
Kegiatan diawali

. Peserta Kegiatan Family centered maternity care (FCMC) mengikuti serangkaian kegiatan
(koordinasi, pelaksanaan prenatal class dan evaluasi melalui kunjungan rumah selama 4 kali)
dengan antusias. Pemberian materi terkait pengetahuan

tentang kehamilan resiko tinggi, menggunakan metode ceramah dan diskusi. Kegiatan
Asuhan FCMC (Family Centered Maternity Care) yang telah dilakukan meliputi:
Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua. 1. Mengikut serta keluarga dalam
KIE tentang perawatan kehamilan, persalinan, dan nifas. 2. Mengikut sertakan keluarga dalam
mempersiapkan Persalinan termasuk suasana rumah, peraturan yang flexible, kontrak dini
bayi dan orang tua, roomingin (Ruang rawat gabung untuk ibu hamil), 3. Mengikut sertakan
anak-anak dalam dalam KIE tentang proses perawatan bayi 4. Edukasi tentang masalah yang
dihadapi oleh keluarga terkait dengan faktor resiko yang dialami oleh ibu hamil dan berusaha
untuk memecahkan dengan sumberdaya yang berasal dari keluarga. Gambar pelaksanaan
kelas ibu hamil Sebelum diberikan materi tentang faktor resiko dan deteksi dini kehamilan
beresiko, diberikan kuesioner terkait materi tersebut untuk menilai prior knowledge ibu hamil
(pre test), dan kemudian di akhir kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) (minggu
keempat April) diberikan kembali kuesioner Family Centered Maternity Care ...

Lampiran artikel pertama :

FAMILY CENTERED MATERNITY CARE (FCMC) SEBAGAI SALAH SATU UPAYA


SKRINING / DETEKSI DINI RESIKO TINGGI IBU HAMIL BERBASIS KELUARGA
DI DESA DANGURAN Henik Istikhomah Poltekkes Surakarta, Jurusan Kebidanan Email:
janeetaqueen@gmail.com

ABSTRACT

Background: Family centered maternity care (FCMC) activity in high-risk pregnancy is one
of the high risk screening / early detection of family-based pregnant women because it gets
full support and involvement from all family members. This activity aims to improve the
ability of the family as a companion of pregnant women in suppressing maternal mortality.
With the introduction of Family Centered Maternity Care (FCMC) activities, family
knowledge and ability in early detection and promotive efforts in high-risk pregnancy cases
increases. With family awareness and ability to monitor pregnant women’s health, it can
make it easier for cadres and midwives to make early detection of pregnancy at risk.
Keywords: Family centered maternity care (FCMC);early detection; pregnant women Family
Centered Maternity Care ... PENDAHULUAN Peristiwa kehamilan dengan resiko tinggi
merupakan sumber krisis bagi keluarga.Peran dari tenaga professional dalam berinteraksi
dengan anggota keluarga sangat diperlukan untuk membantu mengembangkan kemampuan
keluarga mendeteksi adanya factor resiko dan pengambilan keputusan yang tepat untuk
asuhan kebidanan. Asuhan kebidanan komunitas dikenal adanya konsep atau pendekatan yang
digunakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi, yaitu family centered
maternity care (FCMC). Melalui pendekatan FCMC, peran keluarga dikenali dan dihargai
keterlibatannya, keluarga diberikan dorongan untuk mengenali dan membangun kekuatannya,
serta memungkinkan keluarga untuk membuat keputusan yang terbaik dalam perawatan ibu
hamil risiko tinggi dengan menciptakan pola hidup yang normal. FCMC menghargai
keragaman struktur keluarga, latar belakang budaya, pilihan, kekuatan, kelemahan dan
kebutuhan keluarga.Pelaksanaan FCMC membuat keluarga lebih mandiri dan percaya diri
dalam melakukan tindakan perawatan pada ibu hamil risiko tinggi. GEMASSIKA Vol. 2 No.
1 Mei 2018 21 Pendekatan ini merupakan bentuk pelayanan yang lebih mengarahkan
dukungan sosial untuk memberikan kekuatan pada ibu hamil risiko tinggi. Keluarga
diarahkan untuk bertanggung jawab dan mengontrol peristiwaperistiwa penting dalam
kehamilan dan proses persalinan yang akan dilalui ibu hamil risiko tinggi (May &
Mahlmeister, 1990) Salah satu kegiatan FCMC dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu
hamil risiko tinggi adalah penyelenggaraan kelas prenatal (prenatal class).Kegiatan ini
berbeda dengan konsep asuhan kebidanan tardisional, yaitu dalam kunjungan antenatal care
(ANC) ibu hamil tidak disarankan didampingi oleh pasangan atau keluarganya. Ibu hamil
risiko tinggi lebih utama dilakukan pemeriksaan fisik dan selanjuntnya diberikan tablet
vitamin jika diperlukan. Dalam kelas prenatal, ibu hamil risiko tinggi dimotivasi untuk
didampingi terutama oleh pasangan, selain dilakukan pemeriksaan rutin terhadap kesehatan
ibu dan bayi, ibu hamil risiko tinggi dan pasangan diberikan berbagai penyuluhan,
diantaranya tentang perubahan fisik dan psikologi pada ibu hamil, faktor risiko pada
kehamilan, tanda bahaya pada kehamilan dan upaya yang harus dilakukan keluarga secara
cepat dan tepat jika terjadi tanda bahaya. Selain itu pada ibu hamil resiko tinggi beserta
keluarganya ditekankan bahwa kesehatan dan keselamatan ibu hamil ditentukan oleh
partisipasi mereka (May & Mahlmeister, 1990). Bentuk pelayanan Family centered Maternity
Care (FCMC) lebih mengarahkan dukungan sosial untuk memberikan kekuatan pada ibu
hamil resiko tinggi dan keluarga agar mampu bertanggungjawab dan mengontrol kesehatan
ibu hamil resiko tinggi. Melalui pelayanan asuhan kebidanan yang berfokus pada keluarga.
Menurut data dari Puskesmas Klaten selatan, pada desa Danguran terdapat 10% dari 82 ibu
hamil dengan faktor resiko tinggi (RISTI). Salah satu faktor penyebab adalah partisipasi
masyarakat dalam memanfaatkan posyandu khususnya ibu hamil masih rendah 63%.target
penurunan AKI tahun 2015 menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKP
menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup, untuk mencapai target di perlukan pengembangan
program yang mampu mencapai penurunan AKI dan AKP. Dari Uraian di atas, maka
“Pemberdayaan Keluarga Melalui Kegiatan centered maternity care (FCMC) sebagai Salah
Satu Upaya Skrining Family Centered Maternity Care ... GEMASSIKA Vol. 2 No. 1 Mei
2018 22 / Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil Berbasis Keluarga Di Desa Danguran,
Klaten Selatan” sangat perlu dilakukan. MASALAH DAN TARGET LUARAN Masalah
berkaitan dengan kehamilan beresiko tinggi yang dihadapi masyarakat desa Danguran
dikarenakan masih rendahnya partisipasi keluarga dalam keikutsertan pemantauan kehamilan,
kehamilan masih menjadi tanggungjawab ibu hamil, hal ini bisa dilihat dari wawancara 3 ibu
hamil yang mengatakan bahwa “Suami saya bekerja dikantor berangkat pagi, pulang malam
sehingga dak sempat mengantar saya periksa kehamilan.” “Kalau saya suami bekerja sebagai
buruh, waktu sich ada cuma katanya urusan kehamilan urusan wanita, jadi ya dak pernah mau
tahu saya sudah periksa apa belum.” “Kalau saya karena ini anak yang ketiga, saya sudah tahu
banyak tentang cara mengurus anak dan suami juga sibuk jadi dak pernah ngatar periksa.”
Target luaran yang diharapkan dari penyelenggaraan kegiatan Family Centered Maternity
Care (FCMC) adalah Sebagai Salah Satu Upaya Skrining/Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu
Hamil Berbasis Keluarga yang akan dilihat dari meningkatnya pengetahuan keluarga dalam
deteksi dini resiko kehamilan oleh keluarga.

METODE PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan dengan metode: kelas prenatal (prenatal class) melalui kunjungan
rumah yang melibatkan ibu hamil dan keluarga, brainstorming, diskusi, simulasi dan praktek.
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan prenatal class dengan metode Family Centered
Maternity Care (FCMC) tidak jauh beda dengan prenatal class pada umumnya yaitu: lembar
balik, alat peraga berupa bedong kangguru, modul kehamilan resiko tinggi, dan alat tulis
untuk ibu dan pasanganya/keluarga pendamping. Pelaksanaanya terdiri dari langkahlangkah
sebagai beriku: 1. Pendataan ulang ibu hamil dengan faktor resiko. 2. Pendekatan keluarga
melalui kunjungan rumah pada ibu hamil dengan faktor resiko untuk menjelaskan maksud
dan tujuan pengabmas serta meminta kesedian ibu dan keluarga untuk berpartisipasi dalam
kegiatan pengabmas. Family Centered Maternity Care ... GEMASSIKA Vol. 2 No. 1 Mei
2018 23 3. Kunjungan rumah kedua dengan waktu yang telah disepakati bersama ibu dan
keluarga untuk dilakukan pre test dan KIE sesuai modul kehamilan resti yang telah diberikan
kepada ibu dan keluraga pada kunjungan pertama. 4. Kunjungan rumah ketiga untuk simulasi
tentang keadaan tanggap darurat apabila sewaktu-waktu ibu mengalami kegawatdaruratan
termasuk menyiapkan ibu dan keluarga, dan apa yang harus disiapkan keluarga. 5. Kunjungan
keempat untuk evaluasi seluruh kegiatan prenatal class dengan metode Family Centered
Maternity Care (FCMC) termasuk post test.

HASIL KEGIATAN Kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) pada ibu hamil
dengan faktor resiko dilakukan melalui prenatal class dan kunjungan rumah di desa Danguran
wilayah Puskesmas Klaten Selatan.Konsep kegiatan FCMC sebenarnya adalah prenatal class,
namun karena kendala sulitnya mempersatukan ibu hamil dan keluarga maka kegiatan
prenatal class dilakukan melalui kunjungan rumah pada 7 keluarga ibu hamil yang memiliki
faktor resiko. Kegiatan diawali dengan perijinan pada Puskesmas Klaten Selatan, koordinasi
dengan bidan coordinator (BIKOR), perencanaan kegiatan bersama tim pengabmas, pre test
pada ibu hamil dan keluarga, kunjungan rumah sebanyak 4 kali, post test pada ibu hamil dan
keluarga, evaluasi kegiatan oleh tim pengabmas dan penyusunan laporan kegiatan
pengabmas. Faktor Resiko yang ditemukan pada 7 ibu hamil adalah sebagai berikut:Gemeli,
Faktor umur diatas 35 Tahun Kekurangan Energi Kronis (KEK) Grande Multipara, Primi
Tua, Riwayat SC dan Jarak Kelahiran kurang 2 tahun. Indikator keberhasilan dari
pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1. Ibu Hamil dan Keluarga mengenal tentang resiko tinggi
pada kehamilan, macam faktor resiko serta kemungkinan terjadinya resiko
kematian/kesakitan pada ibu dan atau bayinya. 2. Ibu Hamil dan Keluarga dapat melakukan
pengendalian/pencegahan pro-aktif terjadinya komplikasi persalinan. 3. Ibu Hamil dan
Keluarga dapat melakukan persiapan/perencanaan tempat/penolong persalinan sesuai kondisi
ibu/janin. 4. Ibu Hamil dan Keluarga teredukasi melalui kegiatan penyuluhan dalam bentuk
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), Family Centered Maternity Care ... GEMASSIKA Vol.
2 No. 1 Mei 2018 24 mengenai kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil, suami dam keluarga,
agar tahu, peduli dan patuh untuk persiapan mental, biaya dan transportasi dalam
pengambilan keputusan untuk perencanaan tempat dan penolong munuju persalinan aman. 5.
Ibu Hamil dan Keluarga terbantu dan terpecahkan permasalahan yang ada oleh Dosen dengan
cara memberi informasi, adanya faktor resiko dan kelompok resiko pada ibu hamil,sehingga
dapat menentukan pengambilan keputusan oleh ibu hamil dan keluarganya. Peserta Kegiatan
Family centered maternity care (FCMC) mengikuti serangkaian kegiatan (koordinasi,
pelaksanaan prenatal class dan evaluasi melalui kunjungan rumah selama 4 kali) dengan
antusias. Pemberian materi terkait pengetahuan (dasar teori) tentang kehamilan resiko tinggi,
menggunakan metode ceramah dan diskusi. Kegiatan Asuhan FCMC (Family Centered
Maternity Care) yang telah dilakukan meliputi: Melaksanakan kelas untuk pendidikan
prenatal orang tua. 1. Mengikut serta keluarga dalam KIE tentang perawatan kehamilan,
persalinan, dan nifas. 2. Mengikut sertakan keluarga dalam mempersiapkan Persalinan
termasuk suasana rumah, peraturan yang flexible, kontrak dini bayi dan orang tua, roomingin
(Ruang rawat gabung untuk ibu hamil), 3. Mengikut sertakan anak-anak dalam dalam KIE
tentang proses perawatan bayi 4. Edukasi tentang masalah yang dihadapi oleh keluarga terkait
dengan faktor resiko yang dialami oleh ibu hamil dan berusaha untuk memecahkan dengan
sumberdaya yang berasal dari keluarga. Gambar pelaksanaan kelas ibu hamil Sebelum
diberikan materi tentang faktor resiko dan deteksi dini kehamilan beresiko, diberikan
kuesioner terkait materi tersebut untuk menilai prior knowledge ibu hamil (pre test), dan
kemudian di akhir kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) (minggu keempat
April) diberikan kembali kuesioner Family Centered Maternity Care ... GEMASSIKA Vol. 2
No. 1 Mei 2018 25 yang sama untuk menilai peningkatan pengetahuan ibu hamil (post test).
Hasil pre test dan post test disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 3 Hasil Pre Test dan Post
Test Pengetahuan tentang Kehamilan Resiko Tinggi Nilai Terendah Rata-Rata Tertinggi
PreTest 30 47,14 60 PostTest 60 74,8 80 Berdasarkan tabel 1.di atas, dapat diketahui bahwa
terjadi peningkatan ratarata pengetahuan peserta antara sebelum dan sesudah diberikan
pelatihan sebesar 30 poin, dari skor maksimal 100. Terjadi peningkatan nilai terendah dari 30
menjadi 60.Pada pencapaian nilai tertinggi juga mengalami peningkatan dari 60 menjadi 80.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) pada ibu hamil
dengan kehamilan beresiko di desa Danguran berdasarkan indikator pengetahuan ibu hamil
berhasil dilakukan. Pada akhir kegiatan, dosen memberikan kuesioner tentang pelaksanaan
kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) yang bertujuan untuk menilai keberhasilan
kegiatan secara keseluruhan, dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Evaluasi
Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Kader tentang Deteksi Dini Kehamilan Beresiko No. Aspek
Penyuluhan Skore 1. Tujuan kegiatan ini tercapai 9.5 2. Penjelasan terhadap materi 9.0 3.
Alokasi waktu 9.0 4. Relevansi materi 9.2 5. Pengelolaan kegiatan 9.3 6. Presentasi
narasumber 9.2 7. Ketersediaan materi 9.7 8. Kualitas kegiatan secara keseluruhan 9.5
Berdasarkan penjumlahan skor rata-rata yang telah dilakukan pada 7 ibu hamil, diketahui
bahwa dari delapan aspek penilaian didapatkan skor terendah sebesar 9.0 (indikator alokasi
waktu) dengan skor tertinggi 9,7 (indikator ketersediaan materi), dari skor maksimal 10. Skor
rata-rata secara keseluruhan adalah 9,3 lebih besar dari skor terendah yaitu 9,0. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) pada ibu hamil dengan
kehamilan beresiko di desa Danguran dan Tegalyoso secara keseluruhan dikatakan berhasil.
Kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) dapat menambah pengetahuan ibu hamil
dan keluarga tentang faktor resiko yang mereka hadapi, keluarga lebih siap dan siaga
sehingga dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam melakukan pendampingan Family
Centered Maternity Care ... GEMASSIKA Vol. 2 No. 1 Mei 2018 26 ibu hamil beresiko.
Dengan meningkatnya kemampuan keluarga, maka harapannya kasus-kasus ibu hamil
beresiko dapat dideteksi sedini mungkin untuk segera dilaporkan oleh kader, dan dilakukan
penanganan segera oleh petugas kesehatan. Dengan demikian, dengan
terselenggaranyakegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) ini dapat memperkuat
program pendampingan ibu hamil beresiko oleh keluarga. Berdasarkan wawancara secara
langsung yang dilakukan pada ibu hamil dan keluarga, mereka mengatakan bahwa kegiatan
ini bermanfaat bagi mereka. Mereka berharap bahwa kegiatan serupa dapat dilaksanakan
kembali pada periode berikutnya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) pada
kehamilan resiko tinggi merupakan suatu salah satu upaya skrining / deteksi dini resiko tinggi
ibu hamil berbasis keluarga karena mendapatkan dukungan penuh dan keterlibatan dari semua
anggota keluarga. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga sebagai
pendamping ibu hamil dalam menekan angka kematian ibu. Dengan diselenggarakannya
Kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) pengetahuan dan kemampuan keluarga
dalam deteksi dini dan upaya promotif pada kasuskasus kehamilan resiko tinggi meningkat.
Dengan kesiagaan dan kemampuan keluarga dalam pemantauan kesehatan ibu hamil, dapat
mempermudah kader dan bidan dalam melakukan deteksi dini kehamilan beresiko.
Peningkatan pengetahuan dan dukungan keluarga dalam deteksi dini kehamilan beresiko
tinggi melalui kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC), dapat memperkuat program
pendampingan ibu hamil resiko tinggi di desa Danguran, berdasarkan hal tersebut perlu
dilakukan upaya-upaya lanjutan yang dilakukan oleh: bidan desa, kader dan masyarakat. 1.
Bidan desa Melaksanakan kegiatan serupa dan melaksanakan evaluasi program secara
berkala, guna memperkuat keberlangsungan program. 2. Kader Senantiasa melakukan
pendampingan pada ibu hamil, dan melalukan identifikasi/ pendataan pada kasus-kasus baru
kehamilan, untuk kemudian melakukan pencatatan dan pelaporan kepada bidan desa wilayah.
Family Centered Maternity Care ... GEMASSIKA Vol. 2 No. 1 Mei 2018 27 3. Keluarga dan
Masyarakat Proses kehamilan merupakan suatu hal yang alamiah, namun perlu adanya
perhatian khusus, untuk itu perlu adanya keterlibatan antara ibu, suami, keluarga dan
masyarakat. Guna mendukung program pemerintah maka masyarakat diharapkan berperan
aktif dalam setiap program yang diselenggarakan. Family Centered Maternity Care ...

REFERENSI Afiyanti, Y (2003). Persepsi Menjadi Ibu yang Baik: Suatu Pengalaman
Wanita Pedesaan Pertama Kali Menjadi Seorang Ibu. Jurnal keperawatan Indonesia,
7(2),54-60. May, A.K., & Mahlmeister, M. (1990) Maternal and Newborn Nursing.
Philadelphia, J.B. Lippincot
2. Artikel menyangkut evidence based pratice

Artikel yang pertama :


PENINGKATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL DALAM
PELAYANAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN KANKER
GINEKOLOGI DI RUANG ONKOLOGI: EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE
Penjelasannya :
Kesejahteraan spiritual memberikan manfaat positif terhadap kondisi psikologis pasien
karena penyakit yang dialaminya. Kesejahteraan spiritual tidak hanya mendekatkan diri
dengan sang pencipta tetapi mencakup diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Metode yang digunakan dalam penulisan menggunakan action reserch yang di lakukan di
ruang onkologi melalui workshop asuhan keperawatan spiritual sehingga dapat melakukan
tindakan edukasi pada sepuluh orang pasien kanker cervik yang didampingi oleh keluarga
melalui media leaflet yang berisi tata cara sholat dan doa-doa untuk kesembuhan penyakitnya.
Hasil dari kegiatan tersebut didapatkan bahwa kesejahteraan spiritual pasien meningkat
sehingga diperlukan tindak lanjut dari kegiatan yang sudah dilakukan dengan partisipasi aktif
dari perawat ruangan untuk terus melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif
biopsikososiospiritual sehingga kebutuhan spiritual pasien terpenuhi.
Artikel yang kedua :
EVIDENCE BASED NURSING SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGURANGI
KONSTIPASI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI
KEMOTERAPI
Penjelasannya :
Self-management (SM) adalah salah satu penerapan Evidence Based Nursing (EBN)
untuk mengurangi konstipasi pada pasien kanker payudara akibat kemoterapi yang
mendapatkan antiemetik 5-hydroxytryptamine (serotonin; 5HT3 yaitu ondansentron). SM
terdiri dari abdominal massage, abdominal streching, dan pendidikan posisi buang air besar
yang tepat. Tujuan dari EBN ini adalah mengidentifikasi efektivitas self-management (SM)
terhadap penurunan konstipasi pada pasien kanker payudara. Skor konstipasi diukur
menggunakan constipation assessment scale (CAS). Dalam penerapan EBN ini didapatkan
bahwa SM dapat mengurangi konstipasi ditandai dengan penurunan skor CAS. SM dapat
digunakan sebagai salah satu terapi non farmakologi untuk mengurangi konstipasi, bersifat
mudah dilakukan, aman dan secara teknis praktis untuk mengurangi konstipasi pada pasien
kanker payudara karena tidak dibutuhkan keterampilan atau pelatihan khusus untuk
melakukannya.
Dalam penerapan EBN ini, pasien yang terlibat adalah sebanyak 10 orang pasien Hasil
yang didapatkan dalam penerapan EBN ini adalah terdapat penurunan skor konstipasi selama
menjalani kemoterapi dengan rata-rata skor konstipasi pada kelompok intervensi setelah
dilakukan SM adalah 3,2 dan rata-rata skor konstipasi pada kelompok kontrol adalah 7,6.

Artikel yang Ketiga :


TERAPI ALQURAN MEMINIMALKAN RISIKO DEPRESI IBU HAMIL DENGAN
FETAL ANOMALY: PENERAPAN EVIDENCE BASED PRACTICE
Penjelasannya :
Kehamilan dengan fetal anomaly menimbulkan distres pada orang tua, terlebih jika
kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang sangat diharapkan dan sudah direncanakan.
Stres yang dirasakan karena adanya pengalaman tidak menyenangkan berupa kehilangan
dapat memberikan dampak berupa trauma pada kehamilan berikutnya.
Studi kasus ini dilakukan pada dua pasien yang didiagnosa mengalami fetal anomaly
pada kehamilannya yang berlokasi di salah satu rumah sakit rujukan Nasional. Studi kasus ini
dilakukan dengan mengaplikasikan evidence based practice (EBP) yang dilakukan dari masa
kehamilan sampai dengan masa postpartum. Umumnya, ibu dan keluarga merasakan
kesedihan, kecemasan, membutuhkan informasi terkait kelainan dan juga dilema dalam
membuat keputusan terkait terminasi kehamilan. Salah satu intervensi keperawatan yang
dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak kehilangan yaitu dengan melakukan
pendekatan spiritual.
Metode pelaksanaan EBP terkait pendekatan spiritual pada studi ini adalah dengan
mendengarkan bacaan Alquran. Edinburgh Postnatal Depression Scale digunakan sebagai
alat ukur untuk menilai risiko depresi, dengan pertimbangan skala ini berisi pertanyaan yang
sedikit dan mudah untuk dianalisis. Hasil penerapan EBP, terdapat perubahan nilai skala
depresi menuju kearah positif, sehingga mendengarkan bacaan Alquran dapat dijadikan salah
satu intervensi bagi perempuan yang didiagnosis mengalami kehamilan dengan fetal anomaly
untuk meminimalisir risiko depresi.

Jurnal pada trend dan issue


Jurnal yang pertama

MODEL FAMILY CENTERED MATERNITY CARE SEBAGAI STRATEGI


OPTIMALISASI COMPETENT MOTHERING

(Family centered maternity care model as the strategy to optimize competent mothering)

Asmuji*, Diyan Indriyani*

Faculty of Health Sciences Muhammadiyah University Jember, Jl. Karimata 49 Jember


Email: asmuji@gmail.com
ABSTRAK

Pendahuluan: Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya.Untuk persoalan tersebut perlu pemecahan dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan bayi,
salah satunya dengan membangun model edukasi postnatal yang difokuskan pada ibu postpartum dengan melibatkan
keluarga sebagai dukungan sosial. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian partisipatif (kualitatif) dan
Participatory Action Research (PRA), dengan tujuan uji coba model edukasi postnatal secara komprehensif sekaligus
evaluasi dalam menyempurnakan model sehingga diperoleh model yang tepat. Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan cara survei/observasi, wawancara, FGD, wawancara mendalam pada ibu postpartum dan keluarga
sejumlah 100 responden, maupun petugas kesehatan. Hasil: Penelitian yang dilakukan telah berhasil merumuskan model
edukasi postnatal melalui pendekatan FCMC sebagai strategi optimalisasi competent mothering dalam menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Bayi. Model tersebut telah dilakukan ujicoba secara komprehensif baik terhadap ibu postpartum dan
keluarga serta terhadap petugas kesehatan dengan media modul dan booklet tentang perawatan diri ibu nifas dan perawatan
bayi baru lahir yang disesuaikan dengan tahapan masa postpartum. Terdapat pengaruh model edukasi postnatal dengan
pendekatan FCMC terhadap persepsi ibu nifas dan keluarga tentang perawatan diri pada masa immediately postpartum,
perawatan diri dan bayi baru lahir pada fase early postpartum dan fase late postpartum dengan nilai p masing-masing adalah
0,00 (α≤0,05). Selain itu juga didapatkan ada pengaruh sosialisasi model edukasi postnatal dengan pendekatan FCMC
terhadap persepsi petugas kesehatan dengan nilai p 0,00. Diskusi: Rekomendasi penelitian ini adalah model edukasi
postnatal melalui pendekatan FCMC sebagai strategi optimalisasi competent mothering dapat diterapkan sebagai salah satu
upaya dalam menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

Kata Kunci: Model Edukasi Postnatal, FCMC, Competent Mothering.

ABSTRACT

Introduction: Indonesia’s rate of MMR and IMR remains high among other ASEAN countries. This issue needs to be
seriously addressed, particularly in dealing the mother-and-infant related problems, through developing the postnatal
education model which focuses on postpartum mother by involving family as the social support. Methods: This research
employed participative approach (qualitative) and Participatory Action Research (PRA), with the intention of conducting
the try-out to the postnatal education model comprehensively, as well as evaluating the perfection attempts to the model in
order to generate the fittest model. The data collection technique used in this research were survey/observation, interview,
FGD, in-depth interview for postpartum mothers and family (100 respondents), as well as healthcare extension agents.
Results: This research has successfully formulated the postnatal education model through FCMC approach as the
optimization of competent mothering strategy in lowering the infant and maternal mortality rate. This model has undergone
comprehensive trial to postpartum mothers and family as well as the healthcare extension agents by providing modules and
booklet concerning the treatment of postpartum mother and newly born infants in accordance with the postpartum stages.
The results also revealed that postnatal education model through the FCMC approach affected the perception of postpartum
mothers and their family regarding the self-care treatment during the immediately post partum period, the infant and self-
care treatment at the early and late postpartum stages as shown by the p value of 0,00 (α≤0.05). Furthermore, there was
also an impact of the extension attempt of postnatal education model through the FCMC towards the perception of the
healthcare extension agents with the p value of 0,00. Discussion: This research recommended that the postnatal education
model through family centered maternity care (FCMC) as the optimization of competent mothering is implemented as one of
the attempts in lowering the Maternal and Infant Mortality Rates, respectively.

Keywords: Postnatal Education Model, FCMC, Competent Mothering

____________________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN peristiwa yang fisiologis, sehingga prinsip


keperawatannya berorentasi pada kemandirian
ibu. Peran sebagai orang tua tidak terlepas dari
Periode masa nifas yang dijalani ibu partisipasi atau kerja sama antara ibu dan
postpartum masih memiliki berbagai kendala keluarga (suami) serta anggota keluarga yang
salah satunya persepsi yang belum sinergis lain (Sulistyawati 2009). Hambatan yang masih
dengan anjuran kesehatan. Paradigma perawatan ditemukan dalam perawatan ibu postpartum
post partum yang baru menekankan bahwa ibu
post patum adalah ibu sehat dan merupakan

17

keluarga melalui pendekatan FCMC


adalah adanya anggapan masyarakat bahwa ibu diharapkan memiliki kemampuan yang
post partum merupakan ibu yang sakit, optimal dalam beradaptasi secara
mobilisasinya dihambat, jenis makanannya maternal pada masa nifas, juga
dibatasi, pemberian ASI colostrum dihambat kemampuan dalam mengasuh bayi.
sehingga kebutuhan ibu post partum Berbagai persepsi yang kurang tepat
dalam dua kondisi ini akan sangat
diprioritaskan untuk istirahat penuh. berisiko terhadap kesehatan baik ibu
Keterlibatan keluarga besar dalam perawatan maupun bayi.
bayi sejauh ini disalah artikan, dimana
perawatan bayi diserahkan pada anggota Pemerintah memerlukan upaya
keluarga yang lain. Kondisi ini membuat ibu yang sinergis dan terpadu untuk
nifas cenderung merasa belum siap dalam mempercepat penurunan AKI dan AKB
melakukan perkembangan dan tugas-tugas di Indonesia khususnya dalam mencapai
perawatan bagi diri serta bayinya. Oleh karena target Millenium Development Goals
itu pentingnya adanya pembelajaran pada (MDGs) pada tahun 2015. Tentunya hal
periode postnatal yang memiliki tujuan untuk ini merupakan tantangan yang cukup
berat bagi Pemerintah Indonesia (RI
mengadaptasikan ibu dan keluarga 2007) Target RPJMN Tahun 2010-2014
berpartisipasi dalam perawatan ibu nifas dan mengamanatkan agar AKI dapat
bayi baru lahir melalui pendidikan postnatal. diturunkan menjadi 118 /100.000
kelahiran hidup pada tahun 2014.
Berbagai upaya pemerintah telah
Salah satu jembatan untuk mengoptimalkan dilakukan untuk menurunkan AKI dan
upaya edukasi postnatal adalah melalui keterlibatan AKB ini. Bila diidentifikasi terkait
keluarga. Ibu dengan dukungan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
AKI dan AKB sangatlah kompleks
(Saifuddin 2004) Kondisi penyebab
kematian ibu tersebut ternyata memang
bisa ditemukan pada periode postnatal. Untuk
itu perlu perhatian dalam mengidentifikasi yang difokuskan pada ibu postpartum dengan
masalah kesehatan ibu selama periode melibatkan keluarga sebagai sosial support.
perinatal yang salah satunya adalah masa nifas, Model ini memiliki keunggulan bahwa dalam
termasuk bayi yang menjadi tanggungjawab mengoptimalkan pemahaman ibu tentang
ibu dalam berperan sebagai orangtua. peran dan fungsinya dalam beradaptasi secara
maternal dan perawatan bayi baru lahir,
keluarga ikut terlibat aktif dalam upaya
Berkaitan dengan permasalahan
tersebut di atas telah dipecahkan, salah satunya
dengan membangun Model Edukasi Postnatal tersebut. Dampak dari peningkatan
pemahaman ibu postpartum tersebut ibu akan
memiliki kemampuan competent mothering
secara optimal. Hal ini tentunya berkontribusi
18 terhadap optimalisasi status kesehatan ibu
maupun bayi yang dilahirkan, sehingga dapat
berdampak untuk menekan angka kematian
ibu dan bayi.

Masalah yang diteliti ini berkaitan


dengan 1) peran petugas kesehatan dan
institusi kesehatan dalam optimalisasi
competent mothering ibu postpartum dalam
upaya menurunkan Angka Kematian Ibu dan
Bayi; 2) peran keluarga dengan pendekatan
FCMC dalam optimalisasi competent
mothering ibu postpartum dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini diawali dengan tahap


penggalian data faktual persepsi tentang
adaptasi maternal fisiologis dan psikologis,
perawatan diri dan perawatan bayi baru lahir
(BBL) masa nifas dan status kesehatan pada
ibu nifas dan keluarga. Selain itu juga
penggalian data peran (Dinas Kesehatan,
pelayanan kesehatan, dan petugas kesehatan).
Selanjutnya pada tahap 2 dilakukan
penyusunan rancangan model dengan cara
telaah hasil analisis data dan selanjutnya
mengadakan diskusi untuk menetapkan model.
Pada tahap 3 dilakukan uji coba model secara
komprehensif yang dilakukan dengan: a)
melakukan pendidikan kesehatan tentang
adaptasi maternal fisiologis dan psikologis,
perawatan diri masa nifas, keluarga sebagai
social support, perawatan bayi baru lahir, dan
FGD tentang kesiapan penerimaan peran
menjadi orangtua; b) melakukan koordinasi
dengan institusi kesehatan terkait penyusunan
kebijakan pelaksanaan edukasi postnatal bagi
ibu nifas dan keluarga; dan c) melakukan
pelatihan terhadap petugas kesehatan tentang
strategi edukasi postnatal dengan pendekatan
FCMC serta pelatihan tentang optimalisasi
competent mothering ibu nifas.
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

Model edukasi postnatal dengan Penelitian ini melibatkan ibu nifas dan
pendekatan FCMC memiliki beberapa keluarga di Ruang Dahlia RSD dr. Soebandi
ketetapan seperti pada gambar 1. Ketetapan Jember dan wilayah Kecamatan Kaliwates
tersebut antara lain: 1) pemberian edukasi Kabupaten Jember dengan pendekatan
postnatal dilakukan dengan menyediakan
format discharge planning; 2) melibatkan
keluarga terdekat bagi ibu nifas (misal: suami, penelitian partisipatif (kualitatif) dan
ibu maupun mertua) sebagai social support; 3) Participatory Action Research (PRA). Tehnik
memperhatikan tahapan masa nifas yang pengumpulan data dilakukan dengan cara
terdiri dari fase immediately postpartum (0-24 Survei/observasi, Wawancara, FGD, indept
jam pertama), early postpartum (>24 jam-1 interview. Penentuan sampel dilakukan dengan
minggu pertama) dan late postpartum (> 1 tehnik purposive sampling. Jumlah sampel
minggu- 6/8 minggu); 4) memperhatikan diambil 50 orang sampel di RSD dr. Soebandi
karakterisktik ibu nifas dan keluarga, termasuk Jember dan 50 sampel ibu postpartum di
budaya yang digunakan oleh mereka; 5) topik Wilayah Kecamatan Kaliwates, sehingga
edukasi disesuaikan dengan kebutuhan ibu jumlah keseluruhan adalah 100 responden.
terkait tahapan masa nifas. Adapun topik pada
fase immediately postpartum meliputi adaptasi Data yang telah dikumpulkan pada
nyeri dan mobilisasi dini. Topik pada fase penelitian ini meliputi data 1) persepsi ibu
nifas dan keluarga tentang adaptasi maternal
early postpartum meliputi perawatan fisiologis dan psikologis; 2) persepsi ibu nifas
payudara, pijat oksitosin, tehnik menyusui dan keluarga tentang perawatan diri masa
yang benar, nutrisi masa menyusui, perawatan nifas; 3) persepsi ibu nifas dan keluarga
perineum, personal hygiene, kebutuhan tentang perawatan bayi baru lahir; 4) persepsi
istirahat, senam nifas, ASI ekslusif, perawatan petugas kesehatan tentang edukasi postnatal
bayi baru lahir (memandikan, perawatan tali dengan pendekatan FCMC; 5) pengaruh
pusat, dan mengganti popok). Sedangkan topik edukasi postnatal terhadap persepsi ibu nifas
pada fase late postpartum meliputi dan keluarga tentang perawatan diri masa
kontrasepsi, seksualitas, imunisasi bayi, nifas dan bayi baru lahir. Pengolahan data
mengenal perilaku bayi, tumbuh kembang bayi yang diperoleh baik secara teoritis maupun
dan keamanan bayi. lapangan dianalisis secara kuantitatif baik
secara deskriptif maupun menggunakan uji
dependent t-tes.

FCMC

Immediately postpartum Topics: early mobilization, pain

(first 0-24 hours) adaptation

Topics: breast care, oxytocin

Postpartum massage, breastfeeding

mothers technique, nutrition, perineum


F F
care, personal hygiene, the
Postnatal

Education on Early postpartum


C education need of rest, gymnastic C
postpartum (>24 hours - 1 week)
by health parturition, exclusive
M M
period breastfeeding, neonatal care
workers

C (bathing, umbilical cord care, C


Family as
changing diapers)

social

support

Topics: contraception,

sexuality, baby immunization,

Late postpartum

infant’s behavior, infant’s

(week 2 – 6/8 weeks)

savety

FCMC

Gambar 1. Model edukasi postnatal dengan pendekatan Family Centered Maternity Care

19
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

HASIL

Tabel 1 Distribusi Persepsi Tentang Perawatan Diri Pada Masa Immadiately Postpartum dan Early
Postpartum pada Ibu Nifas dan Keluarga

Immadiately Postpartum Early Postpartum

Nilai
Pretest (n=50) Posttest (n=50) Pretest (n=50) Posttest (n=50)

Mean 44.20 70.00 47.80 71.20

Median 45.00 70.00 50.00 70.00

Mode 40 70 50 70

Std. Deviation 14.441 9.476 12.171 7.990

Minimum 10 50 10 50

Maximum 70 90 70 90

Tabel 2 Distribusi Persepsi Ibu Nifas Dan Keluarga Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir pada Masa
Early Postpartum

Early Postpartum (n=50)

Nilai
Pretest Posttest

Mean 47.80 70.00

Median 50.00 70.00

Mode 50 70

Std. Deviation 11.301 7.559

Minimum 20 50

Maximum 70 90
Tabel 3 Distribusi Persepsi Petugas Kesehatan Tentang Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC

Persepsi Tentang MEP (n=17)

Nilai
pretest posttest

Mean 52.53 77.82

Median 56.00 77.00

Mode 56 70

Std. Deviation 11.495 7.376

Minimum 28 70

Maximum 70 91

Tabel 4 Pengaruh Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan Family FCMC terhadap Persepsi Perawatan
Diri pada Ibu Nifas dan Keluarga

Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value

Persepsi Fase Immadiately Postpartum (n=50)

pretest 44.20 14.441 2.042 0,00

posttest 70.00 9.476 1.340

Persepsi Fase Early Postpartum (n=50)

pretest 47.80 12.171 1.721 0,00

posttest 71.20 7.990 1.130

Tabel 5 Pengaruh Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC Terhadap Persepsi Ibu Nifas dan
Keluarga Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir pada 1 Minggu Pertama

Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value

Persepsi Perawatan BBL 1 Minggu Pertama (n=10)

pretest 47.80 11.301 1.598 0,00


posttest 70.00 7.559 1.069

20

Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

Tabel 6 Pengaruh Sosialisasi Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC terhadap Persepsi
Petugas Kesehatan

Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value

Persepsi Petugas Tentang MEP dengan Pendekatan FCMC (n=17)

pretest 52.53 11.495 2.788 0,00

posttest 77.82 7.376 1.789

Tabel 7 Distribusi Persepsi Tentang Perawatan Diri pada Ibu Nifas dan Keluarga

Immadiately Postpartum (n=50) Early Postpartum (n=50) Late Postpartum (n=50)

Nilai
Pretest Posttest pretest posttest Pretest Posttest

Mean 49.00 69.20 47.40 66.60 50.40 70.00

Median 50.00 70.00 50.00 70.00 50.00 70.00

a
Mode 50 70 50 60 50 70

Std. Deviation 9.530 6.652 13.219 12.715 6.987 6.999

Minimum 30 50 10 40 40 60

Maximum 70 80 70 90 60 80

Tabel 8 Distribusi Persepsi Ibu Nifas Dan Keluarga tentang Perawatan Bayi Baru Lahir

Early Postpartum (n=50) Late Postpartum (n=50)

Nilai Pretest Posttest Pretest Posttest


Mean 50.40 70.00 41.80 65.80

Median 50.00 70.00 40.00 70.00

Mode 50 70 40 70

Std. Deviation 6.987 6.999 12.728 11.445

Minimum 40 60 10 10

Maximum 60 80 60 90

Tabel 9 Distribusi Persepsi Petugas Kesehatan tentang Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC

Persepsi Tentang Model Edukasi Postnatal (n=11)

Nilai
pretest posttest

Mean 52.91 77.00

Median 49.00 77.00

a a
Mode 42 70

Std. Deviation 10.454 7.000

Minimum 42 70

Maximum 70 91

Tabel 10 Pengaruh Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC Terhadap Persepsi Perawatan Diri
pada Ibu Nifas dan Keluarga

Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value

Persepsi Fase Immadiately Postpartum

pretest 49.00 9.530 1.348 0,00


posttest 69.20 6.652 .941

Persepsi Fase Early Postpartum

pretest 47.40 13.219 1.869 0,00

posttest 66.60 12.715 1.798

Persepsi Fase Late Postpartum

Pretest 44.20 12.469 1.763 0,00

Posttest 68.40 8.657 1.224

Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

Tabel 11 Pengaruh Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC Terhadap Persepsi Ibu Nifas dan
Keluarga Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir

Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value

Persepsi Perawatan BBL 1 Minggu Pertama (n=50)

pretest 50.40 6.987 .988 0,00

posttest 70.00 6.999 .990

Persepsi Perawatan BBL 2-6 Minggu Pertama (n=50)

Pretest 41.80 12.728 1.800 0,00

Postest 65.80 11.445 1.619

Tabel 12 Pengaruh Sosialisasi Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC Terhadap Persepsi
Petugas Kesehatan

Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value

Persepsi Petugas Tentang MEP dengan Pendekatan FCMC (n=11)

pretest 52.91 10.454 3.152 0,00

posttest 77.00 7.000 2.111


dimana terjadi transisi dari peran individu menjadi
orang tua dan mulai membentuk sistem yang
PEMBAHASAN permanen. Masa transisi dalam tahap ini menjadi
faktor pencetus stres dan ketidakseimbangan dalam
keluarga. Setiap tahap dalam keluarga memiliki
Berdasarkan uji coba model yang telah tugas yang harus dipenuhi, yang berkaitan dengan
dilakukan di RSD dr. Soebandi Jember dan di tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga
Puskesmas Kaliwates Jember didapatkan hasil sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan
bahwa edukasi postnatal dengan pendekatan keluarga, yang disebut tugas perkembangan
FCMC efektif diterapkan untuk menguatkan keluarga. tugas perawat pada fase nifas ini adalah
persepsi bagi ibu nifas dan keluarga yang memfasilitasi keluarga khususnya ibu agar
menjalani perawatan di rumah sakit maupun di mempunyai kompetensi yang maksimal untuk
rumah. Peneliti berpendapat bahwa pemberian melakukan perawatan diri dan bayinya.
edukasi bagi ibu nifas akan optimal jika
diberikan sesuai tahapan masa nifas yang Melalui edukasi postnatal dengan
meliputi tiga fase yaitu immediately pendekatan FCMC keluarga menjadi optimal
postpartum, early postpartum, dan late dalam memenuhi tugas perkembangan
postpartum. Topik yang diberikan jika keluarga dengan ibu nifas baik dalam
disesuaikan dengan fase yang sedang dijalani melakukan perawatan diri maupun perawatan
oleh ibu nifas akan lebih optimal karena sesuai bayinya. Melalui ujicoba pada ibu nifas dan
dengan kebutuhan yang sedang dijalani. keluarga yang dirawat di Ruang Dahlia RSD

22
Topik edukasi pada fase immediately
postpartum (0-24 jam pertama) meliputi dr. Soebandi Jember dan di wilayah Puskesmas
adaptasi nyeri dan mobilisasi dini. Topik Kaliwates Jember pada kebutuhan informasi tentang
edukasi pada fase early postpartum (>24 jam-1 perawatan diri pada masa Immadiately Postpartum
minggu pertama) meliputi: perawatan diperoleh nilai p (p value 0,00). Berdasarkan hasil
payudara, pijat oksitosin, tehnik menyusui tersebut dapat dinyatakan bahwa etopik dukasi pada
yang benar, kebutuhan istirahat, senam nifas, fase tersebut efektif diberikan pada ibu nifas. Topik
ASI ekslusif, perawatan perineum, personal edukasi pada fase immediately postpartum (0-24
hygiene, dan perawatan BBL (memandikan, jam pertama) meliputi adaptasi nyeri dan mobilisasi
perawatan tali pusat, nutrisi masa menyusui, dini. Topik tersebut penting disampaikan pada ibu
mengganti popok). Sedangkan topik edukasi dan keluarga karena adaptasi nyeri dan mobilisasi
pada fase late postpartum (> 1 minggu- 6/8 dini merupakan kebutuhan utama ibu pada 0-24 jam
minggu) meliputi: kontrasepsi, seksualitas, pertama pasca melahirkan. Ketika melahirkan
imunisasi bayi, mengenal perilaku bayi, terdapat beberapa perubahan fisiologis pada
tumbang bayi dan keamanan bayi. anatomi reproduksi ibu sehingga menimbulkan
nyeri. Rasa nyeri yang dialami ibu karena
perubahan serviks dan iskemia uterus pada
Proses pemberian edukasi tersebut persalinan kala I (Wiknjosastro 2005). Kala I fase
dengan melibatkan keluarga sebagai social laten lebih banyak penipisan di serviks sedangkan
support. Keluarga merupakan sekumpulan pembukaan serviks dan penurunan daerah terendah
individu yang menyatu dalam sebua janin terjadi pada fase aktif dan transisi. Rasa nyeri
ini perlu diadaptasikan oleh perawat melalui
hubungan yang diikat denga norma- edukasi yang tepat dengan memanfaatkan dukungan
norma tertentu (Friedman, M.M. 2003). yang ada yaitu keluarga. hal ini sesuai dengan teori
Keluarga ini adalah kumpulan masyarakat yang disampaikan Pillitery (Pillittery 2003) bahwa
terkecil yang ada di dalam sebuah komunitas. dukungan dari pasangan, keluarga maupun
Adanya hubungan yang erat antar sesama pendamping persalinan dapat membantu memenuhi
anggota keluarga merupakan dasar bahwa kebutuhan ibu bersalin juga membantu mengatasi
keluarga merupakan individu yang saling rasa nyeri.
mendukung satu sama lain. Sama halnya pada
ibu nifas, dimana tahap perkembangan
keluarga yang dijalani yaitu keluarga dengan Topik lain pada fase immadiately
childbearing. Keluarga dengan childbearing postpartum adalah mobilisasi dini. Beberapa
adalah tahap kedua dalam perkembangan penelitian telah banyak membuktikan bahwa
keluarga yang dimulai sejak kelahiran anak mobilisisasi dini memberikan manfaat yang besar
pertama sampai bayi berusia 30 bulan bagi ibu nifas. Penelitian mahdiyah (Mahdiyah
(Friedman, M.M. 2003) Namun menurut 2013) membuktikan bahwa terdapat hubungan yang
Calgary tahap ini merupakan tahap ketiga signifikan antara mobilisasi dini dengan penurunan
tinggi fundus uteri pada ibu postpartum. diri dan bayinya adalah salah satu faktor penting
Mobilisasi dini juga memberikan manfaat pada untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
penyembuhan luka perineum bagi ibu yang Fase early postpartum adalah periode di mana
melahirkan normal dan luka post operasi sectio ibu seharusnya telah mampu untuk merawat diri
caesarea. Hal ini telah dibuktikan bahwa dan bayinya. Melalui dukungan keluarga
terdapat hubungan antara mobilisasi dini tentunya kompetensi ini akan lebih mudah
dengan penyembuhan luka perineum pada ibu dimiliki oleh ibu nifas. Perawatan diri pada ibu
nifas meliputi perawatan payudara, pijat
oksitosin, tehnik menyusui yang benar,
postpartum (Dewi, Ratnawati 2011). Penelitian kebutuhan istirahat, senam nifas, ASI ekslusif,
dari mustakim telah membuktikan bahwa perawatan perineum, dan personal hygiene.
moblisasi dini dinyakatan efektif dalam Perawatan diri yang sedikit dilakukan adalah
mencegah terjadinya infeksi luka pada ibu senam nifas, istirahat dan tidur, asupan energi
postpartum dengan sectio caesarea (Mustakim dan protein, dan memiliki pantangan makan

2009). Mobilisasi dini penting untuk


sehingga direkomendasikan untuk
memberikan edukasi secara optimal bagi ibu
disampaikan oleh petugas kesehatan nifas dan keluarga terkait topik edukasi
disamping karena manfaatnya yang positif tersebut.
bagi ibu nifas, juga karena keberagaman

budaya yang terjadi di Indonesia. Topik pertama yang perlu


Beberapa masyarakat terkadang masih disampaikan oleh petugas kesehatan adalah
menganut budaya tertentu dan
berkembang dalam keluarga seperti
keyakinan bahwa ibu nifas tidak perawatan payudara pada ibu nifas. Perawatan
diperbolehkan bergerak karena akan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan
membuat luka penyembuhannya menjadi secara sadar dan teratur untuk memelihara
lama, akan menambah rasa sakit pada kesehatan payudara dengan tujuan untuk
ibu, dan masih banyak lagi kepercayaan mempersiapkan laktasi pada waktu post partum
masyarakat yang salah terkait mobilisasi (Bobak, LM., Lowdermilk, D.L., & Jensen 2005).
dini. Perawat perlu meluruskan anggapan Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk 1)
tersebut dengan pendekatan melalui Memelihara kebesihan payudara; 2) Melenturkan
keluarga sebagai sumber dukungan dan menguatkan puting susu; 3) Mengeluarkan
utama ibu nifas. Edukasi yang diberikan puting susu yang masuk kedalam atau daftar; 4)
akan efektif jika keluarga saling Mempersiapkan produksi ASI; 5) Mencengah
mendukung dan memahami pentingnya pembendungan ASI; 6) Meningkatkn hygiene
melakukan perawatan pada ibu nifas payudara; 7) Meningkatkan produksi ASI; 8)
salah satunya mobilisasi dini khususnya
pada fase 0-24 jam pertama melahirkan.
Melenturkan dan menguatkan puting payudara. Hal
tersebut telah dilakukan penelitian oleh Astari &
Fase selanjutnya yang dilalui ibu Djuminah (2008) yang membuktikan bahwa ada
nifas adalah early postpartum. Topik hubungan antara perawatan payudara masa
edukasi pada fase early postpartum (>24 antenatal dengan kecepatan sekresi ASI (Djuminah
jam-1 minggu pertama) meliputi: 2008). Hasil uji korelasi menunjukkan perawatan
perawatan payudara, pijat oksitosin, tehnik payudara akan menyebabkan sekresi ASI pada ibu
menyusui yang benar, kebutuhan istirahat, postpartum cenderung lebih cepat atau kurang dari
senam nifas, ASI ekslusif, perawatan 24 jam dengan peluang 11 kali lebih cepat
perineum, personal hygiene, dan perawatan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan
BBL (memandikan, perawatan tali pusat, perawatan payudara. Hal ini juga
nutrisi masa menyusui, mengganti popok).
Berdasarkan hasil uji coba pada ibu nifas
dan keluarga di Ruang Dahlia RSD dr. didukung oleh penelitian Masnila (Masnila
Soebandi Jember dan di wilayah 2013) yang membuktikan bahwa ada hubungan
Puskesmas Kaliwates Jember terkait perawatan payudara dengan produksi ASI pada ibu
perawatan diri pada fase early postpartum postpartum. Selain itu pentingnya perawatan
didapatkan p value 0,00. Hasil tersebut payudara ini ternyata mampu meningkatkan kualitas
menunjukkan bahwa topik edukasi yang kolostrum. Hal tersebut telah dibuktikan bahwa
diberika pada fase ini efektif dapat terdapat perbedaan yang signifikan antara
diberikan pada ibu nifas dan keluarga. kandungan protein dalam kolostrum sebelum dan
pentingnya kompetensi ibu dalam merawat sesudah perawatan payudara (Machmudah, Khayati
2013). Melalui dukungan keluarga, kegiatan proses menyusui dapat berjalan dengan
perawatan payudara pada ibu nifas mampu optimal.
dilakukan dengan baik karena edukasi yang
diberikan akan langsung dipraktikkan oleh ibu
dengan didukung oleh keluarga khususnya Proses menyusui akan berjalan
suami dalam pelaksanaannya sehingga ibu optimal jika kondisi fisik dan psikologis ibu
mampu melakukan perawatan payudara dalam keadaan baik. Selain itu produksi ASI
dengan benar dan rutin sehingga memberikan juga merupakan faktor penting keberhasilan
manfaat yang baik bagi produksi ASI ibu proses menyusui. Namun produksi ASI yang
nifas. banyak jika tidak dilakukan dengan teknik
menyusui yang benar juga akan menghambat
proses menyusui. Teknik menyusui yang
Pijat oksitosin merupakan topik benar adalah cara memberikan ASI kepada
edukasi selanjutnya yang perlu disampaikan bayi dengan perlekatan sehingga proses
pada ibu nifas dan keluarga. Pijat oksitosin menyusui optimal karena posisi ibu dan bayi
adalah pemijatan pada sepanjang tulang ketika menyusui dapat memberikan
belakang (vertebrae) sampai tulang costae rangsangan pengeluaran ASI dan bayi dapat
kelima-keenam dan merupakan usaha untuk menghisap puting dengan benar. Mengajari
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin ibu bagaimana teknik menyusui yang benar
setelah melahirkan (Bobak, LM., Lowdermilk, adalah tugas dari petugas kesehatan dengan
mengoptimalkan dukungan keluarga sebagai
D.L., & Jensen 2005). Kegagalan dalam social support utama bagi ibu nifas. Posisi
proses menyusui sering disebabkan menyusui yang salah dapat menimbulkan
karena timbulnya masalah, baik pada ibu masalah pada ibu dan bayi seperti puting
maupun pada bayinya, salah satunya menjadi lecet karena perlekatan tidak
yaitu produksi ASI yang kurang. Untuk sempurna sehingga membuat ibu enggan
memperlancar produksi ASI dapat menyusui, produksi ASI tidak lancar yang
dilakukan dengan merangsang reflek
oksitosin yaitu dengan pijat oksitosin.
Penelitian Suryani & Astuti (2013)
membuktikan bahwa pijat oksitosin 24
efektif meningkatkan produksi ASI pada
ibu nifas. Hal ini sesuai dengan pedoman menyebabkan proses menyusui terhambat, dan bayi
Depkes (Departemen Kesehatan sering menangis karena tidak merasa kenyang
Republik Indonesia 2007) bahwa pijat setelah disusui. Hal tersebut dapat menjadi masalah
stimulasi oksitosin untuk ibu menyusui ketidakberhasilan ibu dalam menyusui sehingga
berfungsi untuk merangsang hormon edukasi yang optimal diperlukan agar ibu mampu
oksitosin agar dapat memperlancar ASI dan kompeten dalam menyusui bayi. Dukungan
dan meningkatan kenyamanan ibu, keluarga sangat penting di sini karena petugas
kesehatan tidak selalu berada di samping ibu untuk
mengamati apakah posisi menyusui sudah benar.
mengurangi bengkak Keluarga adalah individu yang selalu berada di
(engorgement), samping ibu sehingga bisa diberdayakan untuk
mengingatkan dan membantu ibu melakukan teknik
menyusui yang benar.
mengurangi sumbatan ASI, dan
mempertahankan produksi ASI ketika
ibu dan bayi sakit. Mengingat gerakan Masa nifas adalah masa yang cukup
dalam melakukan pijat oksitosin ini melelahkan bagi ibu dan keluarga karena adanya
adalah di vertebrae (tulang belakang) anggota keluarga baru yaitu bayi. Tahap
maka lebih optimal jika dibantu oleh perkembangan keluarga dengan anak kecil menurut
orang lain. Petugas kesehatan dapat Calgary adalah tahap ketiga. Pada tahap ini orang
melakukan pijat oksitosin pada ibu dewasa menjadi pengasuh untuk bayinya.
sambil mengajarkan pada ibu dan Pengalaman keluarga dapat mempengaruhi
keluarga cara dan titik yang harus pembentukan keluarga baru. Tahap ini merupakan
dilakukan tahap terjadinya transisi dari peran individu menjadi
orang tua dan mulai membentuk sistem yang
permanen. Peran tersebut pada mulanya sulit karena
pemijatan sehingga keluarga sebagai perasaan ketidakadekuatan menjadi orangtua baru,
pendamping utama bagi ibu nifas dapat kurangnya bantuan dari keluarga dan teman-teman,
memberikan tindakan pemijatan baik dan para profesional perawatan kesehatan yang
ketika di rumah sakit maupun saat di bersifat membantu dan sering terbangun tengah
rumah agar produksi ASI lancar dan malam oleh bayi yang berlangsung 3 hingga 4
minggu. Ibu merasa letih secara psikologis dan
fisiologis. Ia sering merasakan beban tugas penelitian menyatakan bahwa dukungan keluarga
sebagai ibu rumah tangga dan mungkin juga berhubungan dengan keberhasilan pemberian ASI
eksklusif (Rahmawati, Bahar, B, & Salam 2013). ASI
bekerja selain merawat bayi. Ketika periode Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan untuk
tersebut ibu membutuhkan istirahat yang bayi sejak baru lahir sampai 6 bulan tanpa makanan
cukup agar terhindar dari stress fisik maupun pendamping dan minuman lainnya seperti air, air gula,
psikologis. Petugas kesehatan penting teh, dan sebagainya. Makanan terbaik bagi bayi adalah
ASI sampai usia 6 bulan. Hal ini penting disampaikan
menyampaikan kebutuhan istirahat dan tidur oleh petugas kesehatan pada ibu dan keluarga.
selama fase early postpartum karena terkadang masih banyak kepercayaan di masyarakat
kebutuhan ini adalah kebutuhan utama bagi
ibu. Kegunaan atau fungsi dari tidur yang
cukup bagi ibu nifas yaitu regenerasi sel-sel
25
tubuh yang rusak menjadi baru, memperlancar
produksi hormon pertumbuhan tubuh, bahwa bayi harus diberikan makanan tambahan
mengistirahatkan tubuh yang letih akibat seperti pisang, minuman manis, dan makanan
aktivitas seharian, meningkatkan kekebalan tambahan agar gizinya baik. Padahal pencernaan
tubuh dari serangan bayi masih belum mampu bekerja optimal sehingga
tidak jarang ditemukan kejadian penyakit
penyakit, menambah konsentrasi dan pencernaan yang dialami bayi karena perilaku ibu
kemampuan fisik. Dengan kondisi fisik dan dan keluarga yang salah dalam memberikan
psikologis yang baik, ASI akan diproduksi makanan pada bayi. Pentingnya ASI eksklusif bagi
dengan baik sehingga proses menyusui akan bayi adalah untuk meningkatkan status kesehatan
berjalan dengan lancar. bayi karena ASI adalah makanan paling aman dan
paling baik bagi bayi, memberikan banyak manfaat
bagi bayi juga bagi ibu.

Produksi ASI dapat dipengaruhi oleh


beberapa faktor selain pijat oksitosin, perawatan Perawatan diri bagi ibu yang juga penting
payudara, teknik menyusui yang benar, cukup disampaikan yaitu senam nifas. Senam nifas
istirahat. Faktor lain yang juga mempengaruhi
produksi ASI yaitu nutrisi yang baik dan benar merupakan latihan gerak yang dilakukan secepat
untuk ibu menyusui. Hal ini mungkin setelah melahirkan supaya otot-otot yang
mengalami peregangan selama kehamilan dan
penting disampaikan karena ternyata persalinan dapat kembali kepada kondisi normal
pengetahuan ibu terkait nutrisi masa menyusui
seperti semula. Senam nifas dapat di mulai 6 jam
masih tergolong kurang. Berdasarkan setelah melahirkan dan dalam pelaksanaanya harus
penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu dilakukan secara bertahap, sistematis dan kontinue.
menyusui tentang asupan nutrisi cukup, hal ini Senam nifas ini telah terbukti memberikan banyak
disebabkan masih kurangnya informasi dan
penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang manfaat bagi ibu nifas. Hasil Penelitian menyatakan
asupan nutrisi yang baik (Maisyarah 2011). bahwa senam nifas efektif menurunkan involusi
Disarankan kepada petugas kesehatan agar uterus pada ibu nifas (Puspitaningrum 2012).
memberikan pemahaman tentang pentingnya Penurunan involusi uterus yang berlangsung cepat
memberikan informasi mengenai asupan
nutrisi yang baik. Hal tersebut juga disebabkan akan mencegah risiko perdarahan akibat bendungan
masih banyaknya budaya pantang makan bagi uterus pasca melahirkan. Senam nifas membantu
ibu nifas yang berkembang di masyarakat penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang
sehingga kebutuhan nutrisi kadang belum mengalami trauma serta
tercukupi. Petugas kesehatan penting untuk
menyampaikan nutrisi bagi ibu nifas karena
menjadi salah satu faktor kelancaran produksi
ASI dan meningkatkan kesehatan ibu nifas mempercepat kembalinya bagian-bagian
serta bayinya. Dukungan keluarga sangat
dominan di sini karena keluarga yang biasanya
menyiapkan makanan bagi ibu nifas yang tersebut kebentuk normal; membantu menormalkan
tinggal di tengah-tengah keluarga. Gizi pada sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan
ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan kehamilan; menghasilkan
produksi air susu, yang sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian
ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan
meningkat, integritas kulit baik, tonus otot manfaat psikologis, dan menambah kemampuan
serta kebiasaan makan yang memuaskan. menghadapi stress dan bersantai sehingga
mengurangi depresi pasca persalinan (Bobak, LM.,
Topik penting lainnya adalah ASI Lowdermilk, D.L., & Jensen 2005).
eksklusif yang perlu disampikan pada ibu dan
keluarga. keberhasilan ASI eksklusif ini sangat
bergantung pada sikap ibu dan dukungan Selain senam nifas, perawatan diri ibu nifas
keluarga. Berdasarkan Penelitian didapatkan yang lainnya yaitu perawatan perineum dan
bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan personal hygiene. Luka di perineum pasti akan
pemberian ASI eksklusif (Wenas. W, Malonda, dialami oleh ibu pasca melahirkan. Jika tidak dijaga
N.S, Bolang. A, Kapantow 2010). Hasil
dengan baik akan menimbulkan infeksi yang saat ini
menjadi penyebab kematian nomer 1 di dunia. adalah dukungan keluarga (Rohani 2013).
Untuk mengatasi masalah infeksi pada masa Menurut Friedman (2003) keluarga
nifas, ibu penting diajari bagaimana merawat merupakan social support utama bagi ibu
perineum dan melakukan perawatan diri ketika menjalani masa nifas khususnya dalam
dengan benar. Perawatan perineum adalah melakukan perawatan bayi baru lahir.
pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan Keluarga yang saling mendukung akan
daerah antara paha yang dibatasi vulva dan mengurangi stressor ibu ketika belum terampil
anus pada ibu melakukan perawatan bayi sehingga ibu akan
tetap termotivasi untuk belajar dan menjadi
terampil dalam melakukan perawatan bayi.
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28
Setelah melewati fase early postpartum
yang dalam masa antara kelahiran maka tahap selanjutnya adalah late postpartum
placenta sampai dengan kembalinya (> 1 minggu- 6/8 minggu). Melalui ujicoba
organ genetik seperti pada waktu model tentang perawatan bayi pada fase early
sebelum hamil. Tujuan perawatan postpartum dan fase late postpartum
perineum adalah mencegah terjadinya
infeksi sehubungan dengan
penyembuhan jaringan (Hamilton 2000).
Kebersihan diri ibu membantu 26
mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman pada
ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan diri dengan cara mandi yang
teratur minimal 2 kali sehari, mengganti diperoleh p value 0,00. Hal ini berarti topik edukasi
pakaian dan alas tempat tidur serta pada fase ini bisa disampaikan pada ibu dan
lingkungan dimana ibu tinggal, ibu harus keluarga untuk mengoptimalkan kompetensi ibu
tetap bersih, segar dan wangi. Merawat dalam melakukan perawatan diri dan bayinya
perineum dengan baik dengan selama fase ini. Topik edukasi meliputi kontrasepsi,
menggunakan antiseptik dan selalu seksualitas, imunisasi bayi, mengenal perilaku bayi,
diingat bahwa membersihkan perineum tumbang bayi dan keamanan bayi. Proses pemberian
dari arah depan ke belakang. edukasi tersebut dengan melibatkan keluarga
sebagai social support. Melalui pelibatan keluarga
Selain topik mengenai perawatan diharapkan ibu mempunyai kompetensi yang
diri ibu nifas, topik edukasi mengenai optimal dalam fase ini. Berdasarkan penelitian
perawatan bayi baru lahir juga penting didapatkan bahwa pengetahuan ibu berpengaruh
disampaikan pada fase early postpartum. terhadap perilaku ibu dalam perawatan bayi seperti
Melalui uji coba model pada ibu nifas imunisasi, tumbuh kembang bayi, dan mengenai
dan keluarga di Ruang Dahlia RSD dr. kemanan bayi (Nuraprilyanti & Indah 2009) .
Soebandi Jember dan di wilayah Pengetahuan ibu yang optimal melalui edukasi,
Puskesmas Kaliwates Jember terkait akan semakin kuat jika didukung oleh keluarga.
persepsi ibu nifas dan keluarga tentang Fase 1-8 minggu pasca melahirkan adalah tahapan
perawatan bayi baru lahir pada fase early dimana ibu dan keuarga telah siap untuk menjadi
postpartum didapatkan p value 0,00. sebuah keluarga baru dengan kelahiran bayi.
Perawatan BBL terdiri dari memandikan, Kesiapan secara fisik dan psikologis harus sudah
mengganti popok, dan perawatan tali dimiliki oleh ibu dan keluarga sehingga mampu
pusat. Peneliti berpendapat bahwa dalam melakukan perawatan diri maupun bayi
perawatan bayi adalah tanggungjawab selama tahap ini. Friedman (2003) menjelaskan
dari seorang ibu. Perawatan bayi yang bahwa keluarga yang kokoh dan saling mendukung
dilakukan oleh ibu akan menimbulkan satu sama lain akan menghasilkan sebuah hubungan
kedekatan antara ibu dan bayi baik secara yang harmonis dan timbul rasa kasih sayang antar
fisik maupun psikologis. Kompetensi ibu anggota keluarga.
dalam melakukan perawatan bayi akan
lebih optimal dengan adanya
pendampingan keluarga
Melalui edukasi postnatal yang disesuaikan dengan
tahapan masa nifas maka ibu dan keluarga akan
sebagai pendukung. Hasil penelitian mempunyai kompetensi yang baik dalam
menyatakan bahwa salah satu faktor melakukan perawatan diri dan bayinya. Adanya
yang mempengaruhi pengetahuan dan dukungan dari keluarga menjadikan komiten yang
keterampilan ibu dalam perawatan bayi kuat dalam sebuah keluarga yang baru melewati
masa melahirkan dan siap menyongsong manusia, serta sarana dan prasarana untuk
tahapan baru yaitu edukasi.

mempunyai bayi sehingga tugas


perkembangan keluarga akan terpenuhi KEPUSTAKAAN
diantaranya mempersiapkan menjadi orang
tua, membentuk keluarga muda sebagai sebuah
unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru Bobak, LM., Lowdermilk, D.L., & Jensen,
ke dalam keluarga), memberikan ASI sebagai M.., 2005. Alih Bahasa * Wijayarini,
kebutuhan dasar bayi, memberikan berbagai M.A). Buku Ajar Keperawatn Maternitas
kebutuhan anak, pasangan kembali melakukan 4th ed., jakarta: EGC.
adaptasi karena kehadiran anggota keluarga
baru dan menyesuaikan dengan kebutuhan
anggota Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2007. Pedoman Pelayanan Kebidanan
Dasar, Jakarta: Depkes.
keluarga, mempertahankan hubungan
Dewi, Ratnawati, & B., 2011. Hubungan
perkawinan yang memuaskan, dan Mobilisasi Dini dengan Kecepatan
memperluas persahabatan dengan keluarga Kesembuhan Luka Perineum pada Ibu Post
besar dengan menambahkan peran orang tua Partum di Seluruh Wilayah Kerja

dan kakek nenek (L.M & Maureen2009).


Dengan demikian selain tugas perkembangan Puskesmas Singosari Kabupaten
keluarga terpenuhi, keterampilan ibu dalam
melakukan perawatan diri dan bayi akan
Malang. FK Universitas Brawijaya
berkontribusi besar dalam menurunkan angka
kematian ibu dan bayi di masa mendatang. Malang.

Djuminah, A.&, 2008. Hubungan Perawatan


SIMPULAN DAN Payudara Masa Antenatal dengan
SARAN Simpulan
Kecepatan Sekresi ASI Post Partum
Model Edukasi Postnatal dengan
pendekatan Family Centered Maternity
Care efektif digunakan sebagai strategi Primipara. FK Brawijaya.
optimalisasi competent mothering bagi
ibu nifas dengan melibatkan keluarga
Friedman, M.M., B.& J., 2003. Family
secara langsung. Namun sampai dengan
nursing: Research, Theory, and Practice
akhir penelitian masih perlu melakukan
5th ed., Connecticut: Appleton & Lange.
penyempurnaan modul dan booklet
sebagai medianya.
Hamilton, P.., 2000. Dasar-Dasar
Saran Keperawatan Maternitas 7. Alih Ba.,
Model edukasi postnatal dengan Jakarta: EGC.
pendekatan FCMC dapat dipalikasikan
oleh petugas kesehatan untuk
meningkatkan persepsi ibu nifas dan L.M, W. & Maureen, L., 2009. Nurses And
keluarga dalam mengoptimalkan Families : A Guide To Family Assesment
perannya dalam merawat diri dan And Intervention 5th ed., Philadelphia:
merawat bayi yang dilahirkan. Keluarga FA Davis Company.
sebagai social support utama bagi ibu
nifas disarankan untuk terlibat aktif
dalam proses edukasi postnatal maupun Machmudah, Khayati, & I., 2013. Peningkatan
dalam proses perawatan ibu dan bayinya Kualitas Kolostrum pada Ibu Postpartum
selama periode postpartum. Diperlukan Yang Dilakukan Pijat Payudara dengan
kebijakan pada system pelayanan
kesehatan untuk implementasi model ini Metode Oketani. Universitas
terkait dengan jumlah sumber daya
Muhammadiyah Semarang. Puspitaningrum, N., 2012. Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan dan Pelaksanaan
Mahdiyah, D., 2013. Hubungan Mobilisasi Senam Nifas dengan Kecepatan Proses
Involusi Uterus.
Dini dengan Penurunan Tinggi Fundus

Uteri pada Ibu Postpartum di BLUD RS Rahmawati, Bahar, B, & Salam, A., 2013.
Hubungan Antara Karakteristik Ibu,
Peran Petugas Kesehatan dan Dukungan
H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
Keluarga dengan Pemberian ASI
Jurnal Akademi Kebidanan Sari Mulia Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Banjarmasin, 11(11). Bonto Cani Kabupaten Bone. FKM

Maisyarah, S., 2011. Pengetahuan Ibu Universitas Hasanuddin Makassa.

RI, D., 2007. Rencana Strategis Nasional


Menyusui Tentang Asupan Nutrisi di

Klinik Nurhasanah Medan. Fakultas Making Pregnancy Safer (MS) di

Keperawatan Universitas Sumatera Indonesia, Jakarta: Depkes.

Utara. Rohani, S., 2013. Faktor-faktor yang

Masnila, 2013. Hubungan Perawatan Payudara Mempengaruhi Pengetahuan dan


Keterampilan Ibu dalam Perawatan Bayi di
terhadap Produksi ASI pada Ibu Post Ruang Nifas RSUD Lanto DG Pasewang Kab.
Janeponto. Jurnal Stikes Nani Hasanuddin
Partum di Rumah Bersalin Tutun Sehati Makassar., 3(5).

Tanjung Morawa 2013. Jurnal Ilmiah


Saifuddin, A.., 2004. Buku panduan Praktis
pelayanan Komplikasi perinatal dan
PANNMED, 9(1). Neonatal., Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
sarwono Prawirohardjo.
Mustakim, 2009. Pengaruh Mobilisasi
Dini Terhadap Kejadian Infeksi Sulistyawati, A., 2009. Asuhan Kebidanan Pada
Luka pada Ibu Post Partum dengan Ibu Nifas., Jakarta: Salemba Medika.
Sectio Caesaria. Universitas
Muhammadiyah Jember.

Wenas. W, Malonda, N.S, Bolang. A, Kapantow,


Nuraprilyanti & Indah, 2009. Faktor- N.., 2010. Hubungan Antara Pengetahuan
Faktor yang Berhubungan dengan dan Sikap Ibu Menyusui dengan Pemberian
Perilaku Ibu dalam Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif di Wilayah Kerja
Imunisasi Campak Pada Bayi di Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso.
Kec Pancoran Mas Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi.
FKM UI.

Wiknjosastro, H., 2005. Ilmu Kebidanan,


Pillittery, A., 2003. Maternal and Child
Health Nursing, Care Of The
Childbearing And Chieldbearing Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Family Fourth Edi., Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins. Prawirohardjo.
Jurnal yang kedua

JNK
JURNAL NERS DAN KEBIDANAN

http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk

Penerapan Edukasi Family Centered Maternity Care (FCMC)

terhadap Keluhan Ibu Postpartum Melalui Asuhan Home Care

Senditya Indah Mayasari1, Nicky Danur Jayanti2

1,2
Prodi Kebidanan, STIKesWidyagama Husada Malang, Indonesia

Info Artikel Abstrak

Pada masa nifas umumnya banyak masalah atau keluhan yang


Sejarah Artikel: menyertai ibu

postpartum. Pemberian asuhan dan edukasi masa nifas yang benar


Diterima, 24/03/2019 akan

mengurangi adanya ketidaknyamanan dan infeksi puerperium.


Disetujui, 13/05/2019 Salah satu

jembatan untuk mengoptimalkan upaya edukasi postnatal adalah


Dipublikasi, 01/08/2019 melalui

keterlibatan keluarga. Ibu dengan dukungan keluarga melalui


pendekatan

Family Centered Maternity Care (FCMC) diharapkan memiliki


Kata Kunci: kemampuan

Edukasi FCMC, Keluhan yang optimal dalam beradaptasi secara maternal pada masa nifas.
Postpar- Desain
penelitian menggunakan true experimental dengan pendekatan
tum, Home Care Pretest-

Posttest Teknik sampling sampel random sistematik. Pengumpulan


data

menggunakan kuesioner kepada ibu postpartum fisiologis sebanyak


masing-

masing 12 ibu postpartum pada kelompok intervensi dan kontrol.


Analisis

data menggunakan Wilcoxon menunjukkan berbeda signifikan jika


nilai Z

lebih kecil dari -1.960 atau dengan nilai signifikansi kurang dari
0.05. Hasil

menunjukkan semua variabel berbeda signifikan antara kelompok


intervensi

dan kontrol yang menunjukkan adanya pengaruh pemberian edukasi


terhadap

keluhan ibu postpartum pada kelompok intervensi setelah diberikan


edukasi

Family Centered Maternity Care (FCMC) melalui asuhan home


care.

©2019Jurnal Ners dan Kebidanan


Correspondence Address:

STIKes Widyagama Husada Malang - JawaTimur, Indonesia P-ISSN: 2355-052X

Email: ferdina.mdf@gmail.com E-ISSN: 2548-3811

DOI: 10.26699/jnk.v6i2.ART.p135-141

This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-


sa/4.0/)
135
136 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2019, hlm. 135–141

Application of Family Centered Maternity Care (FCMC) Education on Postpartum Mother’s


Complaints through Home Care

Article Information Abstract

History Article: During puerperal period, there are generally many problems or complaints
that accompany postpartum mothers. Providing proper care and educa-tion
for the puerperium will reduce the puerperium infection and discom-fort. One
Received, 24/03/2019 bridge to optimize postnatal education efforts is through family involvement.
Mothers with family support through the Family Centered Maternity Care
(FCMC) approach are expected to have optimal ability to adapt maternally
Accepted, 13/05/2019 during the puerperium. The research design used true experimental using the
Pretest-Posttest with systematic random sampling technique. Data collection
used questionnaires to postpartum physiologi-cal mothers as many as 12
Published, 01/08/2019
postpartum mothers in the intervention and control groups. The results of the
study using Wilcoxon showed a signifi-cant difference if the value of Z was
smaller than -1.960 or with a signifi-cance value of less than 0.05. The
Keywords: results showed that all variables differed significantly between the
intervention and control groups which showed the influence of giving
education on complaints of postpartum mothers in the intervention group
FCMC Education, Complaints after being given edict by Family Centered Mater-nity Care (FCMC) through
of postpartum mothers, Home home care care.
Care
Mayasari, Jayanti, Penerapan Edukasi Family Centered Maternity Care......137

pertama menjadi labil dan perubahan suasana


hatinya dalam 3 - 4 hari pertama, masa ini sangat
PENDAHULUAN bervariasi dan dipengaruhi oleh begitu banyak
faktor, maka penekanan utama adalah pendekatan
dengan memberikan bantuan, simpati dan dorongan
Periode masa nifas berlangsung dari semangat (Kirana, 2015.
persalinan sampai 6 minggu setelah melahirkan,
yang meru-pakan waktu penyembuhan dan
kembalinya organ reproduksi ke keadaan
sebelum hamil (Sri Astuti, 2015). Selama masa
pemulihan tersebut berlang-sung, ibu akan
mengalami banyak perubahan baik secara fisik
maupun fisiologis dan sebagian besar bersifat
fisiologis. Masa ini merupakan masa cukup
penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melaku-kan pemantauan karena pelaksanaan
yang kurang maksimal dapat meningkatkan
Angka Kematian Ibu (AKI) seperti perdarahan
atau komplikasi pada ibu nifas (Hamranani,
2012).

WHO mengemukakan bahwa 500.000 perem-


puan meninggal setiap tahun akibat komplikasi
kehamilan dan melahirkan, dan sebagian besar ke-
matian terjadi selama atau segera setelah melahir-
kan. Penyebab kematian terbanyak adalah perda-
rahan dan infeksi setelah melahirkan (Sri Astuti
dkk, 2015). Selain itu pada masa nifas umumnya
banyak masalah atau keluhan yang menyertai ibu
postpartum. Masalah atau keluhan tersebut dianta-
ranya pada proses menyusui, kemandirian ibu
dalam merawat bayinya, nyeri jahitan, perawatan
luka jahitan, personal hygiene, istirahat dan kaki
bengkak, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan
ibu postpartum dalam melalui masa nifas.

Dalam masa nifas, perubahan besar tejadi dari


sisi perubahan fisik, emosi dan kondisi psikologi
ibu, untuk itu penting sekali memahami perubahan
apa yang secara umum dapat dikatakan normal, se-
hingga setiap penyimpangan dari kondisi normal ini
dapat segera dikenali sebagai kondisi abnormal atau
patologis (Sri Astuti dkk, 2015). Perubahan yang
mendadak pada ibu postpartum penyebab utamanya
adalah kekecewaan emosional, rasa sakit pada masa
nifas awal, kelelahan karena kurang tidur selama
persalinan dan kecemasan pada kemampuannya
untuk merawat bayinya, rasa takut tidak menarik
lagi bagi suaminya, terutama emosi selama minggu
postpartum adalah leaflet dan alat peraga
(phantom bayi dan phantom payudara).
Salah satu cara untuk meningkatkan pengeta-
huan dan perilaku kesehatan seseorang adalah
dengan memberikan pendidikan kesehatan, Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli -
sehingga akan timbul kesadaran pada individu September 2018 di Desa Sambigede Kecamatan
atau masya-rakat untuk berperilaku sesuai dengan Sumberpucung Kabupaten Malang.
pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan
kesehatan merupakan suatu upaya untuk
mempengaruhi orang lain, individu, kelompok
atau masyarakat dalam meme-lihara dan
meningkatkan kesehatan mereka.Hasil yang
diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan
kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau
perilaku untukmemelihara dan meningkatkan
kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari
promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Informasi yang dibutuhkan pada masa


postpartum salah satunya adalah dengan pemberian
metode edukasi Family Centered Maternity Care
(FCMC). Edukasi Family Centered Maternity Care
(FCMC) adalah perawatan yang berpusat pada
keluarga yaitu dengan cara menyediakan perawatan
bagi perempuan dan keluarga mereka yang
mengintegrasikan kehamilan, persalinan, nifas, dan
perawatan bayi kedalam kontinum dari siklus
kehidupan keluarga seperti biasa dengan cara hidup
sehat. Perawatan yang diberikankepada individual
mengutamakan dukungan, partisipasi, dan pilihan
dari keluarga (International, T. & Education, C.,
2015.

BAHAN DAN METODE

Pada penelitian ini desain yang digunakan


adalah true experimental dengan pendekatan
Pretest-Posttest Design dengan teknik sampling
sampel random sistematik. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner kepada ibu postpartum
fisiologis sebanyak masing-masing 12 ibu
postpartum pada kelompok intervensi dan
kontrol. Masing-masing ibu postpartum pada
kelompok perlakuan dilakukan home care
sebanyak 4 kali dalam waktu 1 bulan. Analisis
menggunakan uji Wilcoxon. Instrumen yang
digunakan saat memberikan edukasi kepada ibu
Masalah payudara 2 1 1 3

HASIL PENELITIAN Masalah menyusui 4 2 4 3

Kaki bengkak 4 0 1 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Perawatan bayi 1 0 2 1
Pendidikan, dan Pekerjaan
Gangguan pola
istirahat 2 0 3 0
Tabel 1 Karakteristik Responden
Masalah vulva
hygiene 1 0 2 1

Jumlah 12 12
Kelompok

Variabel Total Sumber : Data Primer 2018


Perlakuan Kontrol

Usia
Tabel 3 Uji perbandingan antara kelompok
< 21 tahun 3 3 6 intervensi dan kontrol
21 – 25 tahun 6 6 12

26 – 30 tahun 3 3 6
Variabel Mean Rank Z Signifi

Pendidikan Intervensi Kontrol kansi

SMP 4 3 7 Masalah

SMA 7 9 16 Payudara 10.00 15.00 -2.198 0.028

D3 1 0 1
Masalah

Pekerjaan Menyusui 10.00 15.00 -2.198 0.028

IRT 8 9 17
Kaki
Buruh 2 2 4
Bengkak 9.50 15.50 -2.769 0.006
Peg.Swasta 2 1 3

Perawatan
Sumber : Data Primer 2018
bayi 10.50 14.50 -2.145 0.032

Gangguan
Tabel 2 Keluhan Responden Pola Istirahat 10.00 15.00 -2.460 0.014

Masalah

Kel. Kel. Vulva


Intervensi Kontrol hygiene 10.50 14.50 -2.145 0.032
Keluhan
Pre Post Pre Post
Sumber : Data Primer 2018
minggu karena bila dilakukan pada umur kehamilan
kurang dari 34 minggu, berisiko terjadi kontraksi
Hasil analisis menggunakan Wilcoxon menun- uterus yang dapat menyebabkan persalinan pre-
jukkan berbeda signifikan jika nilai Z lebih kecil matur.Perawatan payudara yang dilakukan secara
dari -1.960 atau dengan nilai signifikansi kurang teratur sejak usia kehamilan diatas 34 minggu akan
dari 0.05. Hasil menunjukkan semua variabel menghasilkan payudara yang terawat baik dan
berbeda signi-fikan antara kelompok intervensi dan membantu proses menyusui pada bayi baru lahir
kontrol yang menunjukkan adanya pengaruh (Geniofan, 2010). Perawatan payudara pasca per-
pemberian edukasi terhadap keluhan ibu salinan merupakan kelanjutan perawatan payudara
postpartum pada kelompok intervensi. semasa hamil yang dilakukan 2x sehari dan dimulai

PEMBAHASAN

Dalam masa nifas, perawatan payudara


sangat penting untuk menjaga keindahan
payudara serta menghindari masalah-masalah
dalam proses me-nyusui. Masalah payudara yang
sering dihadapi oleh ibu postpartum diantaranya
puting tenggelam atau datar, payudara teraba
keras karena pengeluaran ASI yang tidak
adekuat, puting susu lecet dan bahkan terjadi
infeksi payudara seperti mastitis hingga abses
payudara. Hasil tabel 2 menunjukkan, dari 12 ibu
postpartum pada kelompok intervensi terdapat 2
ibu yang mengalami masalah payudara yakni
puting susu datar dan putting susu lecet. Setelah
diberikan asuhan home care, masalah puting susu
ibu yang lecet telah teratasi dengan mengajarkan
ibu me-nyusui yang benardan menganjurkan ibu
mengolesi puting susu sebelum dan sesudah
memberikan ASI pada bayinya. Pada ibu
postpartum yang mengalami puting susu datar
diajarkan perawatan payudara dan mengajarkan
cara memanupulasi puting susu agar muncul saat
akan menyusui. Sedangkan pada ke-lompok
kontrol, pada awal pengkajian terdapat 1 ibu
postpartum yang mengalami masalah payudara
dan diakhir pengkajian bertambah menjadi 3 ibu
postpartum yang mengalami masalah payudara.
Hasil uji Wilcoxon sign rank test dengan nilai
kemaknaan 0,05 didapatkan nilai 0,028 (0,028 Â
0,05) dengan nilai Z-Score -1,000 lebih kecil dari
- 1,960 yang artinya terdapat pengaruh
pemberian edukasi sebelum dan sesudah
intervensi.

Penjelasan informasi tentang perawatan payu-


dara umumnya dilakukan pada kehamilan > 34
Mayasari, Jayanti, Penerapan Edukasi Family Centered Maternity Care
................................................................................................... 139

kehamilan. Pro-gesteron kelebihan ini


menyebabkan retensi air dan natrium dalam
sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi dila- tubuh, yang menyebabkan kaki dan bagian tubuh
hirkan. lain masih bengkak walaupun sudah melahirkan.
Penyebab lain kaki bengkak setelah me-lahirkan
Hasil Tabel 2 menunjukkan terdapat 4 ibu adalah pembesaran rahim yang menekan
postpartum yang mengalami masalah menyusui.
Masalah menyusui yang sering dialami oleh ibu
postpartum adalah mengatur posisi menyusui yang
nyaman, menyusui hanya salah satu payudara saja,
dan tidak yakin ASI dapat mencukupi kebutuhan
nutrisi bayi. Praktek cara menyusi yang benar perlu
diajarkan pada setiap ibu yang baru saja melahirkan
karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang
relaktif atau instingtif, tetapi merupakan suatu pro-
ses. Proses belajar menyusui yang baik bukan hanya
untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan, tetapi
juga untuk ibu yang pernah menyusui bayinya.
Menyusui dengan posisi yang benar maka hisapan
bayi yang kuat sampai seluruh bagian besar kalang
payudara merangsang puting susu dan ujung syaraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan yang berasal dari hisapan bayi akan
dilanjutkan ke hipotalamus sehingga akan merang-
sang keluarnya oksitosin sehingga terjadi kontraksi
sel miopethilium kelenjar-kelenjar susu, sehingga
pengeluaran ASI dilaksanakan. (Soetijiningsih,
2013). Peneliti melakukan intervensi home care
dengan mengajarkan ibu cara menyusui yang benar
dengan posisi yang nyaman bagi ibu dan meng-
ajarkan ibu menyusui secara bergantian masing-
masing pada payudara. Pada tabel 3 menunjukkan
hasil uji Wilcoxon sign rank test dengan nilai
kemaknaan 0,05 didapatkan nilai 0,028 (0,028 Â
0,05) dengan nilai Z-Score -1,732 lebih kecil dari -
1,960 yang artinya terdapat pengaruh pemberian
edukasi sebelum dan sesudah intervensi pada
masalah menyusui.

Hasil Tabel 2 menunjukkan dari 12 ibu


postpartum pada kelompok intervensi terdapat 4 ibu
postpartum yang mengalami kaki bengkak. Pada
tabel 3hasil uji Wilcoxon sign rank test dengan nilai
kemaknaan 0,05 didapatkan nilai 0,006 (0,006 <
0,05) dengan nilai Z-Score -2,000 lebih kecil dari -
1,960 yang artinya terdapat pengaruh pemberian
edukasi sebelum dan sesudah intervensi.

Penyebab paling sering pembengkakan


postpartum adalah hormonal. Tubuh
menghasilkan sejumlah besar progesteron selama
Pada ibu selama masa nifas perlu beristirahat
aliran darah sehingga aliran darah balik dari kaki cukup untuk mencegahkelelahan yang berlebihan.
ke jantung menjadi terhambat sebagai akibatnya Istirahat merupakan salah satu kebutuhan dasar ibu
terjadilah bengkak pada kaki pasca persalinan. nifas dan merupakanhal yang sangat penting bagi
Kelahiran nomal juga dapat berkontribusi
terhadap bengkaknya kaki pasca melahirkan,
yaitu ketika ibu mengejan untuk melahirkan,
tubuh akan mengirim-kan darah ekstra ke tangan
dan kaki sehingga efek belebihan dari itu adalah
pembengkakan (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010).

Pemberian edukasi pada ibu dan keluarga


secara tepat serta dengan memberikan asuhan ke-
pada ibu postpartum dapat mengurangi ketidak-
nyamanan tersebut, yaitu diantaranya menganjurkan
ibu untuk melakukan mobilisasi suecara dini,
istirahat yang tercukupi, memenuhi kebutuhan
nutrisi dan cairan, posisi kaki lebih tinggi saat tidur
dan kaki tidak menggantung saat menyusui bayi
serta meren-dam kaki di air hangat atau air garam.

Pada Tabel 2 menunjukkan terdapat 1 ibu


postpartum yang mengalami masalah dalam pera-
watan bayi. Perawatan bayi baru lahir seperti
memandikan bayi, merawat tali pusat, membedong
bayi dan memberikan ASI merupakan perawatan
bayi baru lahir yang sebaiknya dilakukan oleh ibu
secara mandiri. Jika ibu tidak memiliki pengetahuan
terkait maka ibu akan mengalami kesulitan dalam
melakukan perawatan bayi baru lahir. Pada ibu
yang belum pernah melakukan perawatan bayi baru
lahir atau belum mempunyai pengalaman
sebelumnya maka peneliti mengajarkan ibu dan
keluarga dalam melakukan perawatan pada bayi.
Dalam hal ini peneliti mengajarkan ibu dan
keluarga cara meman-dikan bayi secara aman.

Pada tabel 3 menunjukkan hasil uji Wilcoxon


sign rank test dengan nilai kemaknaan 0,05
didapatkan nilai 0,032 (0,032 < 0,05) dengan nilai
Z-Score -1,000 lebih kecil dari -1,960 yang artinya
terdapat pengaruh pemberian edukasi sebelum dan
sesudah intervensi pada masalah perawatan bayi.

Kehadiran anggota keluarga baru, yaitu hadir-


nya seorang anak merupakan hal yang sangat dinan-
tikan bagi orangtua, namun tanggungjawab dan
pekerjaan orangtua semakin bertambah. Sejalan
dengan itu, orangtua khususnya seorang ibu harus
siaga untuk keperluan bayi sepanjang hari (Bobak,
2012). Hal ini menyebabkan kualitas istirahat ibu
berkurang sehingga dapat menyebabkan kelelahan.
140 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2019, hlm. 135–141
Pada Tabel 3 menunjukkanhasil uji Wilcoxon
sign rank test dengan nilai kemaknaan 0,05
ibu bukan hanya karena tubuh ibu sedang dalam didapatkan nilai 0,032 (0,032 < 0,05) dengan nilai
proses pemulihan tetapi ibu juga memerlukan Z-Score -1,000 lebih kecil dari -1,960 yang artinya
banyak energi agar dapat membuat jadwal terdapat pengaruh pemberian edukasi sebelum dan
penyesuaian yang dibutuhkan (Rukiyah, Ai sesudah intervensi.Pencegahan dapat dilakukan
Yeyeh, dkk. 2010). Istirahat dan tidur merupakan postpartum dengan memberikan edukasi pada ibu
kebutuhandasar yang mutlak harus dipenuhi oleh
semua orang. Dengan istirahat dan tiduryang
cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara optimal.

Hasil Tabel 2 menunjukkan terdapat 2


reponden yang mengalami gangguan istirahat dan
berdasarkan tabel 3 menunjukkan hasil uji
Wilcoxon sign rank test dengan nilai kemaknaan
0,05 didapatkan nilai 0,014 (0,014 < 0,05)
dengan nilai Z-Score -1,414 lebih kecil dari
-1,960 yang artinya terdapat pengaruh pemberian
edukasi sebelum dan sesudah intervensi pada
masalah gangguan istirahat ibu. Ibu postpartum
merasa istirahat malam hari terganggu karena
bayi ssering terbangun dan ibu lebih sering
menyusui di malam hari. Saat siang istirahat ibu
juga berkurang karena mengurus pekerjaan
rumah. Peneliti menganjurkan ibu dan keluarga
untuk secara bergantian mengurus bayi dan
pekerjaan rumah tangga. Saat siang hari ibu
dianjurkan untuk istirahat saat bayi tidur dan
malam hari suami lebih berjaga untuk merawat
dan menjaga bayi.

Kurangnya pengetahuan mengenai kebersihan


vagina dan rasa cemas atau rasa takut untuk mem-
bersihkan daerah vagina yang terdapat luka jahitan
pasca melahirkan sering dialami oleh ibu nifas.
Berdasarkan Tabel 2, terdapat 1 ibu postpartum
yang mengalami masalah vulva hygiene. Ibu mersa
takut untuk membersihkan atau membasuh daerah
vagina karena terdapat jahitan pasca melahirkan.
Kurangnya pengetahuan dan rasa cemas pada ibu
postpartum akan kebersihan daerah vagina akan
berdampak buruk bagi kesehatannya. Karena
kuman dapat masuk melalui vagina sehingga akan
terjadi infeksi pada ibu nifas. Masa nifas dapat
menimbulkan komplikasi diantaranya menimbulkan
infeksi pada luka jahitan maupun kulit, hingga
memperlambat proses penyembuhan luka jahitan
sehingga perludilakukan kebersihan pada vulva dan
perineum karena dapat mencegah timbulnya iritasi
dan memberikan rasa nyaman pada ibu nifas.
Model edukasi postnatal dengan pendekatan
Family Centered Maternity Care (FCMC) meru-
mengenai melakukan perawatan vulvahygiene pakan salah satu metode edukasi dalam upaya
secara benar setelah setelah postpartum dengan peningkatan pengetahuan bagi ibu nifas dengan
asuhan home care meningkatkan pengetahuan ibu melibatkan keluarga sebagai sosial support dalam
deteksi dini masalah pada masa nifas dan upaya
dan mengajarkan ibu cara cebok yang benar,
promotif sehingga dapat mengurangi angka kesa-
sehing-ga ibu dapat melakukan dengan baik dan
kitan dan kematian pada ibu nifas. Menurut
benar. Salah satu cara untuk melakukan vulva Bowman dkk (2014) dalam Asmuji (2014) Model
hygiene secara benar yaitu: melakukan vulva
hygiene setiap pagi dan sore sebelum mandi,
sesudah buang air kecil atau buang air besar,
mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan
air bersih, sebaiknya cebok dilakukan dengan
menggunakan air hangat atau air mengalir,
merawat luka jahitan dengan kapas dan betadin,
mengganti pembalut setidaknya 4 kali dalam
sehari dan sebelum dansesudah membersihkan
daerah kemaluan, dan pada waktu mencuci luka
episiotomi, di lakukan mencuci luka dari arah
depan ke belakang dan mencuci daerah anus
untuk yang terakhir. Vulvahygiene yang
dilaksanakan dengan benar akan menghindarkan
ibu dari infeksi. Ini bertujuan untuk peningkatan
kesehatan selama ma-sa nifas hingga masa
selanjutnya sehingga dapat meningkatkan
kesehatan dan kenyamanan ibu (Bahiyatun,
2009).

Rekomendasi atau intervensi oleh keluarga dan


petugas medis melalui pemberian edukasi Family
Centered Maternity Care (FCMC) dengan pela-
yanan home care diharapkan menguatkan motivasi
ibu untuk dapat melewati masa nifas dengan aman
dan nyaman. Arahan yang kurang tepat dapat ber-
akibat pada tidak tercapainya tujuan yang diharap-
kan keluarga dengan norma yang berlaku.

Promosi kesehatan adalah suatu usaha untuk


menambah wawasan dengan harapan akan lebih
berkembangnya sikap dan perilaku dalam apa yang
dipromosikan tersebut. Sentuhan Promosi Kesehat-
an dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara
lain melalui sarana penyuluhan dan bacaan. Edukasi
melalui sarana ini member ibu pengertian yang
lebih baik, serta meningkatkan motivasi dan
kebahagiaan-nya. Cara penyampaian dapat
dilakukan satu kali saja atau berjenjang, baik secara
individual maupun kelompok.
Mayasari, Jayanti, Penerapan Edukasi Family Centered Maternity Care
................................................................................................... 141

Edukasi Postnatal ini menjadi alternatif pilihan yang tepat bagi petugas kesehatan untuk menyiapkan
ibu nifas dalam beradaptasi menjalankan tugas tugas perkembangan yang akan dijalaninya.

Gambar 1 Keterlibatan Keluarga dalam Pemberian Edukasi

Gambar 2 Keterlibatan Suami dalam Pemberian Edukasi

KESIMPULAN

Model Edukasi Family Centered Maternity Care (FCMC) bisa menjadi alternative pilihan yang
tepat bagi petugas kesehatan untuk menyiapkan ibu nifas dalam beradaptasi menjalankan tugas-tugas
perkembangan yang akan dijalaninya. Melalui model ini titik strategi yang diambil oleh petugas
kesehatan adalah dengan melibatkan keluarga secara aktif dalam proses pemberian edukasi.
Keterlibatan ke-luarga ini dipandang sangat penting karena keluarga adalah social support utama bagi
ibu saat melalui periode perinatal yang salah satunya adalah masa nifas. Dengan demikian akan
memininalkan terja-dinya masalah atau komplikasi yang terjadi selama periode masa nifas, sehingga
ibu dapat melewati masa nifas dengan aman dan nyaman.

SARAN

Bagi tenaga kesehatan, edukasi FCMC dapat diaplikasikan oleh petugas kesehatan untuk me-
ningkatkan pengetahuan ibu nifas dan keluarga dalam melewati periode masa nifas.

Bagi ibu postpartum dan keluarga, keluarga sebagai social support utama bagi ibu nifas disa-
rankan untuk terlibat aktif dalam proses edukasi postnatal maupun dalam proses perawatan ibu dan
bayinya selama periode postpartum.
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji dan Indriyani, D., (2014). Model Edukasi Postnatal Melalui Pendekatan Family Centered
Maternity Care (FCMC). Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember.

Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nfas

Normal. Jakarta : EGC

Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Bowman, M. A., and Neale, A. V. (2014). Investigating patient-centered care.Journal Of The American Board Of
Famil.y Medicine: JABFM, 27(2), 169171.doi:10.3122/jabfm.2014.02.140009

Clay, A., and Parsh, B. (2014). Patient And Family-Centered Care: Not Just For Kids. Nursing, 44(5),
57-58. doi: 10.1097/01.NURSE.0000445764.18817.d2 Geniofan.(2010). Mempersiapkan dan
Menjaga Keha-

milan. Yogyakarta: Grafina Mediacipta. Hamranani. (2012). Gambaran Pengetahuan Primipara

tentang Perdarahan Postpartum. Jurnal Kepera-watan.

International, T. & Education, C., (2015). Family Centered Maternity Care, International Childbirth
Education Association

Khayamim, Nafiseh, Bahadoran, P., & Mehrabi, T. (2016). Relationship Between Fatique and
Sleepiness with General Health of Mothers in The Postpartum Periode. Iran J Nurs Midwifery
Res. Vol 21. No. 4: 385-390.

Kirana.(2015). Hubungan Tingkat Kecemasan Post Partum Dengan Kejadian Post Partum Blues Di
Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1 April-2015.

Marmi. (2014). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peuperium Care”. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Notoatmodjo S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.

Soetjiningsih. (2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta :

EGC

Sri Astuti dkk. (2015). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta : Erlangga
Jurnal evidence based pratice

Jurnal yang pertama


Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Penelitian & Pengabdian Masyarakat
(PINLITAMAS 1) Dies Natalis ke-16 STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi
PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 |

Oktober 2018 | ISSN 2654-5411

PENINGKATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL DALAM

PELAYANAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN KANKER


GINEKOLOGI DI RUANG ONKOLOGI: EVIDENCE BASED NURSING
PRACTICE
1*) 2 2
Siti Nurbayanti Awaliyah , Setyowati , Tri Budiati
1
Mahasiswa Ners Spesialis Keperawatan Matrenitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

2
Staff Pengajar Ners Spesialis Keperawatan Matrenitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia E-mail: beby.awaliyah@yahoo.com

ABSTRAK

Kesejahteraan spiritual memberikan manfaat positif terhadap kondisi psikologis pasien karena
penyakit yang dialaminya. Kesejahteraan spiritual tidak hanya mendekatkan diri dengan sang
pencipta tetapi mencakup diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya. Metode yang
digunakan dalam penulisan menggunakan action reserch yang di lakukan di ruang onkologi
melalui workshop asuhan keperawatan spiritual sehingga dapat melakukan tindakan edukasi pada
sepuluh orang pasien kanker cervik yang didampingi oleh keluarga melalui media leaflet yang
berisi tata cara sholat dan doa-doa untuk kesembuhan penyakitnya. Hasil dari kegiatan tersebut
didapatkan bahwa kesejahteraan spiritual pasien meningkat sehingga diperlukan tindak lanjut dari
kegiatan yang sudah dilakukan dengan partisipasi aktif dari perawat ruangan untuk terus melakukan
asuhan keperawatan yang komprehensif biopsikososiospiritual sehingga kebutuhan spiritual pasien
terpenuhi.

Kata Kunci: Kesejahteraan spiritual, edukasi.

ABSTRACT

Spiritual well-being provides positive benefits to the patient's psychological condition about the
illness. Spiritual welfare does not only remain the patient to draw closer to God but also related to
oneself, others and environment. Action Research Method is used and conducted in Oncology
Room through spiritual nursing care workshops. It performs the educational actions through a
media leaflet contained prayer and its procedure for the cure of the illness on ten cervix cancer
patients along with their families. The results shows that spiritual well-being of the patients is
rapidly improved, so the follow-up of these activities is crucially needed by involving the active
participation of the room nurses to continue applying comprehensive nursing care
biopsikososiospiritual since this method can be successfully filled the patient's spiritual needs.

Key Word: Spiritual well being, education.

organ reproduksi wanita. Kanker serviks


adalah kanker ginekologi yang paling
PENDAHULUAN
sering terjadi di dunia dengan angka
kejadian 14/100.000 wanita per tahun dan
Kanker ginekologi merupakan sekelompok diikuti kanker ovarium dengan angka
penyakit yang berkembang dan menyerang di kejadian 6.1/100.000 wanita per tahun
(Bifulco et al., 2012; Ferlay et al, 2014). Data
WHO – International Agency for Research on
Cancer (IARC) tahun 2012 menunjukkan
estimasi kejadian kanker serviks kasus lama
sebesar 6,8 % dan kasus baru di dunia Banyaknya aspek kehidupan yang
mengalami peningkatan, estimasi sebesar dipengaruhi karena penyakit kanker ginekologi
14%. secara tidak langsung memberikan pengaruh
terhadap kualitas hidup, baik itu pada
perempuan yang baru terdiagnosa kanker
ginekologi, maupun pada para penyintas kanker
ginekologi. Untuk dapat meningkatkan kualitas
hidup para penderita kanker ginekologi, dapat
dilakukan perawatan paliatif. Perawatan paliatif
adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Halaman 88

Jl.Terusan Jenderal Sudirman – Cimahi 40533

Tlp: 0226631622 - 6631624


Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas
Pada Pasien Kanker Ginekologi Di Ruang Onkologi: Evidence Based Nursing Practice

ketentraman dalam kehidupan dan

peniadaan melalui identifikasi dini dan kesejahteraan spiritual menjadi inti dari
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri
dan masalah-masalah lain seperti aspek fisik,
psikososial dan spiritual perlu ditindaklanjuti penyembuhan. Kesejahteraan spiritual
(WHO, 2002).
merupakan rasa keharmonisan dan kedekatan
Kualitas hidup pasien kanker ginekologi
antara diri sendiri dengan orang lain, alam, dan
adalah keadaan pasien yang dipersepsikan
pemilik kehidupan yang tertinggi (Potter &
terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya
Perry, 2005). Masalah spiritual merupakan
dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk
masalah mandiri keperawatan dan diselesaikan
tujuan hidup, harapan, danniatnya. Dimensi dari
dengan intervensi mandiri (CAN, 2009).
kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch,
Deborah Dudgeeon dan HarveySchipper (1999)
diantaranya gejala fisik, kemampuan fungsional Dukungan spiritual tidak hanya terbatas
(aktivitas), kesejahteraan keluarga, spiritual, dalam praktik keagamaan seperti halnya
fungsi sosial, kepuasan terhadap pengobatan membaca kitab suci maupun berdoa, akan
(termasuk masalah keuangan), orientasi masa tetapi dukungan spiritual juga mengacu pada
depan, kehidupan seksual, termasuk gambaran menenangkan, menghibur, mendengarkan,
terhadap diri sendiri dan fungsi dalam bekerja. menghormati privasi serta membantu mencari
Menurut Puchalski, et al (2009) menyatakan makna dan tujuan hidup keluarga (Russo,
bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan
namun selalu ada 2006). Kompleksnya masalah yang
ditimbulkan oleh penyakit kanker ginekologi
ruang untuk “healing” atau penyembuhan.
tentunya membutuhkan intervensi yang dapat
Penyembuhan mengacu pada kemampuan
mencakup beberapa aspek disebabkan
seseorang mendapatkan kebahagiaan, penderita kanker ginekologi dengan stadium
kenyamanan, koneksi, makna, dan tujuan yang sudah lanjut akan mengalami
hidup dalam penderitaan maupun rasa sakit ketidaknyamanan dari berbagai aspek. Aspek
yang dialami. Penyembuhan dapat dimaknai spiritual merupakan salah satu aspek yang
sangat penting bagi pasien yang harus
sebagai penerimaan terhadap penyakit dan dipenuhi.

bimbingan spiritual untuk memenuhi


kebutuhan spiritualnya.
METODE PENELITIAN
Tahap kedua yaitu tahap intervensi.
Metodologi evidencebased nursing Intervensi dilakukan bersama-sama dengan
practice digunakan dengan mengikuti tahapan
identifikasi masalah, intervensi, implementasi perawat ruangan, kepala ruangan, supervisor,
dan evaluasi. head nurse dan penanggung jawab ruangan
melalui penyampaian proposal proyek inovasi
dan menyetujui dilakukannya kegiatan proyek
Tahap satu yaitu identifikasi masalah inovasi yang akan dilakukan yaitu intervensi
dilakukan secara kualitatif dengan melibatkan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual
10 orang perawat ruang onkologi tentang pasien. Kegiatan workshop dilakukan untuk
kebutuhan ruangan akan intervensi yang bisa memberikan sosialisasi dan pemahaman
dilakukan terhadap pasien kanker cervik dan perawat ruangan tentang implementasi
observasi ruangan. Selain kepada perawat, tindakan spiritual yang akan dilakukan tentang
identifikasi masalah juga dilakukan dengan asuhan keperawatan spiritual, dan penyusunan
penyebaran kuesioner kepada pasien kanker tindak lanjut asuhan keperawatan spiritual
cervik yang ada di ruang onkologi. dengan membuat jadwal kerja perawat.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, 57 %
pasien kanker ginekologi membutuhkan
Tahap ketiga yaitu tahap implementasi. Saat pemberian edukasi terhadap sepuluh orang ibu
melakukan implementasi, lima orang staf yang terdiagnosa kanker serviks dengan
ruangan yang berdinas melakukan kegiatan memberikan leaflet doa. Leaflet doa tersebut

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman


89
Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas
Pada Pasien Kanker Ginekologi Di Ruang Onkologi: Evidence Based Nursing Practice

Kesejahteraan Skor Skor


Spiritual pengukuran pengukuran
berisi tata cara sholat ketika sakit dan doa-doa
untuk kesembuhan penyakit. Pelaksanaan sebelum sesudah
edukasi selanjutnya diserahkan kepada
penanggung jawab ruangan, mahasiswa telah Kesejahteraan 40% 80%
menyediakan leaflet yang dijadikan pedoman
dan sebagai media edukasi untuk pasien dan Spiritual tinggi
keluarga.

Tahapan keempat adalah tahap evaluasi.


Tujuan dari tahap ini yaitu mengevaluasi Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
kegiatan yang telah dilakukan. Pada tahap ini, bahwa kesejahteraan spiritual setelah
evaluasi dilakukan kepada ibu yang
implementasi dengan leaflet doa-doa
terdiagnosa kanker cerviks dengan
kesembuhan dan pembacaan doa bersama
memberikan kuesioner Spiritual Well Being
pasien dan keluarga mengalami peningkatan
Scale (SWBS). Hasil dari evaluasi tersebut
dari 40% menjadi 80%. Menurut pasien dan
dapat terlihat pada tabel 1:
keluarga dengan adanya leaflet yang diberikan
Tabel 1.Hasil implementasi memotivasi pasien untuk berdoa akan
kesejahteraan kesembuhan penyakitnya dan pasien mulai
spiritual teratur dalam memanjatkan doa baik pada pagi
hari, siang maupun malam. Selain itu, pasien
termotivasi untuk mulai membaca al-quran
dan dzikir.

Kepuasan hidup dapat ditingkatkan melalui


sumber daya spiritual karena sumber daya
spiritual merupakan sumber yang paling penting
HASIL DAN PEMBAHASAN bagi penderita kanker untuk coping penyakit
mereka (Seyedrasooly et al, 2014). Salah satu
sumber daya spiritual tersebut yaitu
Kelangsungan hidup pasien kanker tetap
menjadikan tantangan bagi tenaga kesehatan
khususnya keperawatan karena pasien tidak
kembali ke keadaan saat sebelum terkena kesejahteraan spiritual. Menurut Jafari et al
kanker setelah pasien mengikuti serangkaian (2010), kesejahteraan spiritual dan harapan
pengobatan dan perawatan penyakit kanker. memiliki peran yang penting pada kepuasan
Diagnosis dan pengobatan penyakit kanker hidup dan penyesuaian psikologis pada penderita
merupakan peristiwa yang kompleks karena kanker. Penderita kanker yang sejahtera secara
melibatkan berbagai masalah seperti fisik, spiritual dan memiliki harapan dapat membantu
psikologis, sosial dan spiritual pasien. mereka untuk berperilaku yang mengarah pada
Penderita kanker tidak hanya membutuhkan kesehatan seperti berdoa untuk meningkatkan
terapi medis juga membutuhkan dukungan kesempatan hidup dan kualitas hidup serta
kepuasan hidup pada penderita kanker.
Kesejahteraan spiritual merupakan hubungan
psikososiospiritual. Adanya integrasi
dengan diri, orang lain, lingkungan dan
transenden lainnya (Tuhan), yang sesuai dengan
pengobatan dan perawatan dari eksistensi manusia untuk meningkatkan
biopsikososiospiritual pasien kanker membuat kesehatan spiritual (Fisher, 2011).
pasien mampu memahami, mengendalikan
dan menghadapi gejala penyakitnya baik
frekuensi, durasi dan intensitas yang terkait
efek dari rangkaian pengobatan kanker. Hasil implementasi yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa kesejahteraan spiritual
sangat dibutuhkan oleh pasien kanker ginekologi
peranan penting dalam kesejahteraan hidup dan
berkaitan dengan penerimaan terhadap kualitas hidup pasien (Jahandideh et al., 2018).
penyakitnya. Spiritualitas memainkan Masalah Spiritual merupakan masalah

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 90


Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas
Pada Pasien Kanker Ginekologi Di Ruang Onkologi: Evidence Based Nursing Practice

Patients with Cancer. Journal of


Palliative
mandiri keperawatan dan diselesaikan dengan
intervensi mandiri (CAN, 2009). Medicine, 18(3), 286–
298.
Dukungan spiritual tidak hanya terbatas
dalam praktik keagamaan seperti halnya https://doi.org/10.1089/jpm.2014.0189
membaca kitab suci maupun berdoa, akan tetapi
dukungan spiritual juga mengacu pada

onkologi gedung A lantai 2 RS Cipto


menenangkan, menghibur, mendengarkan,
Mangunkusumo yang diberikan intervensi
menghormati privasi serta membantu mencari
makna dan tujuan hidup keluarga (Russo, 2006).
Sebuah penelitian kebutuhan spiritual pada berupa membagikan leaflet doa-doa
pasien kanker di Amerika Serikat menunjukkan kesembuhan dan membaca doa bersama
bahwa pasien menginginkan adanya keterlibatan pasien dan keluarga menunjukkan hasil yaitu
kegiatan spiritual untuk mengatasi ketakutan peningkatan tingkat kesejahteraan spiritual
(51%), menemukan harapan (42%), menemukan pada pasien kanker ginekologi. Keluarga
makna dalam kehidupan (40%), menemukan pasien juga sering membacakan doa-doa
sumber spiritual (39%), ketenangan pikiran kesembuhan yang terdapat pada leaflet yang
(43%), makna hidup (28%), dan kematian (25%) dibagikan setiap selesai sholat lima waktu.
(Moadel et al dalam Büssing & Koenig, 2010).
Kesejahteraan spiritual tidak hanya bisa

Kegiatan spiritual kepada sepuluh pasien


menumbuhkan makna, tujuan, dan
kanker ginekologi yang berada di ruang
kenyamanan dalam hidup tapi juga
mengurangi masalah fisik dan psikologis.
Meningkatnya kesejahteraan spiritual secara
SIMPULAN DAN SARAN signifikan berkorelasi dengan berbagai
manfaat kesehatan seperti berkurangnya rasa

Asuhan keperawatan spiritual dapat


diberikan kepada semua pasien. Pengkajian sakit kronis, meningkat keterampilan
kesejahteraan spiritual dilakukan untuk mengatasi gejala dan dampak pengobatan,
mendapatkan data aktual tentang pentingnya serta kualitas hidup yang lebih tinggi (Bai &
memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Salah Lazenby, 2015; Wei, Liu, Chen, Zhou, & Hu,
satu intervensi yang dilakukan untuk 2016).
meningkatkan kesejahteraan spiritual pasien
Diperlukan tindak lanjut program untuk
adalah dengan memberikan leaflet doa yang
berisi tentang tata cara sholat selama sakit dan
doa-doa untuk kesembuhan pasien. Hasil dari meningkatkan asuhan komprehensif
implementasi tersebut didapatkan bahwa
kesejahteraan spiritual pasien meningkat. biopsikososiospiritual pasien dengan
partisipasi perawat dan semua pihak agar
kebutuhan spiritual pasien bisa terpenuhi.
Selain itu, keterlibatan keluarga sangat
Bai, M., & Lazenby, M. (2015). A Systematic penting dalam meningkatkan kesejahteraan
Review of Associations between Spiritual spiritual pasien karena keluarga sepenuhnya
Well-Being and Quality of Life at the berada bersama pasien dan dapat menuntun
Scale and Factor Levels in Studies among
atau mengajarkan implementasi yang sudah Bonacchi, A., Miccinesi, G., Galli, S., Primi,
diberikan. C., Chiesi, F., Lippi, D., … Toccafondi, A.
(2016). Supportive Care in Cancer, 24(8),
DAFTAR PUSTAKA 3507–3515. http://doi.org/10.1007/s00520-
016-3176-4

Büssing, A., & Koenig, H. G. (2010). Spiritual


Needs of Patients with Chronic Diseases.
Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas
Pada Pasien Kanker Ginekologi Di Ruang Onkologi: Evidence Based Nursing Practice

of Iranian Cancer Patients. Indian Journal


of Palliative Care, 20(3), 224–228 5p.
Religions, 1(1), 18–27. http://doi.org/10.4103/0973-1075.138400

https://doi.org/10.3390/rel1010018
Sarkar, S., Sautier, L., Schilling, G.,
CNA. (2009). Spirituality, Health and Nursing Bokemeyer, C., Koch, U., & Mehnert, A.
Practice. Vol. 5. Canada. (2015). Anxiety and fear of cancer
Fisher, J. (2011). The four domains model: recurrence and its association with
Connecting spirituality, health and supportive care needs and health-care
wellbeing. Journal of Religions, 2, 17-28. service utilization in cancer patients.
Journal of Cancer Survivorship, 9(4), 567–

Flannelly KJ, Galek K, Bucchino J, Vane A http://doi.org/10.1007/s11764-015-


(2006). The relative prevalence of various
0434-2
spiritual needs. Scott J Healthc Chaplain
Vol;9:25-30 Schmid- buchi, S., Halfens, R. J. G., Muller,
M., Dassen,T., & Borne, B. Van Den.
https://doi.org/10.4103/2347-5625.189813
(2013). European Journal of Oncology
Jafari, E., Najafi, M., Sohrabi, F., Dehshiri, G.
Nursing Factors associated with care needs
of patien under treatment for breast cancer.
R., Soleymani, E.& Heshmati, R. (2010). European Journal of Oncology Nursing, 17
Life satisfaction, spirituality well-being and
hope in cancer patients. Procedia Social and
(1), 22-29.
Behavioral Sciences, 5, 1362-1366.

http://doi.org/10.1016/j.ejon..2012.02.0003
Jahandideh, S., Zare, A., Kendall, E., &
Jahandideh, M. (2018). Nurses ’Spiritual
Well-Being and Patients ’ Spiritual Care in .
Iran, 1–5.
Seyedrasooly, A., Rahmani, A., Zamanzadeh,
Ledbetter, M. F., Smith, L. A., Vosler-Hunter,
V., Aliashrafi, Z., Nikanfar, Ali-Reza., &
W. L., & Fischer, J. D. (1991). An
Jasemi, M. (2014). Association between
evaluation of the research and clinical
perception of prognosis and spiritual well-
usefulness of the Spiritual Well-Being
being among cancer patients. Journal of
Scale. Journal of Psychology and
Caring Sciences, 3(1), 47-55.
Theology, 19, 49–55.

Strada-Russo E. (2006). Spirituality as a


Murray SA, Kendall M, Boyd K, Worth A,
Protective Factor in Complicated
Benton TF. (2004). Exploring the spiritual
Bereavement. San fransisco.
needs of people dying of lung cancer or
heart failure: A prospective qualitative Wei, D., Liu, X.-Y., Chen, Y.-Y., Zhou, X.,
interview study of patients and their carers. & Hu, H.-P. (2016). Effectiveness of
Palliat Med Vol;18:39-45
physical, psychological, social, and
Rahmani, A., Ferguson, C., Jabarzadeh, spiritual intervention in breast cancer
F., Mohammadpoorasl, A., Moradi, N., & survivors: An integrative review. Asia-
Pakpour, V. (2014). Supportive Care Needs Pacific Journal of Oncology Nursing,
WHO. (2018). WHO Definition of Palliative 3(3), 226.
Care. Diakses tanggal 3 Maret 2018 dalam http://www.who.int/cancer/palliative/defi
ni tion/en/
Jurnal yang kedua
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

EVIDENCE BASED NURSING SELF-MANAGEMENT UNTUK


MENGURANGI KONSTIPASI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA
YANG MENJALANI KEMOTERAPI

1
Weny Amelia

1
STIKes Mercubakti jaya Padang

Kutipan: Amelia, Weny. (2017). Evidence Based Nursing Self-Management Untuk


Mengurangi Konstipasi Pada Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah,2 (1)

ABSTRACT
INFORMASI

Self-management (SM) is one applications of Evidence Based


Korespondensi Nursing (EBN) to reduce constipation in breast cancer patients
due to chemotherapy who received antiemetic 5-
wa@gmail.com hydroxytryptamine (serotonin; 5HT3 is ondansentron). SM
consists of abdominal massage, abdominal streching, and proper
Keywords: Breast bowel position education. The aim of this EBN is to identify the
effectiveness of self-management (SM) on decreasing
cancer, chemotherapy, constipation in breast cancer patients. Constipation score is
constipation, self- measured using constipation assessment scale (CAS). In the
management application of EBN it is found that SM can reduce constipation
marked by a decrease in CAS score. SM can be used as one of the
non-pharmacological therapies to reduce constipation, easy to
do, safe and technically practical to reduce constipation in breast
cancer patients because it does not require special skills or
training to do so.
ABSTRAK

Self-management (SM) adalah salah satu penerapan Evidence Based Nursing (EBN) untuk mengurangi
konstipasi pada pasien kanker payudara akibat kemoterapi yang mendapatkan antiemetik 5-
hydroxytryptamine (serotonin; 5HT3 yaitu ondansentron). SM terdiri dari abdominal massage, abdominal
streching, dan pendidikan posisi buang air besar yang tepat. Tujuan dari EBN ini adalah mengidentifikasi
efektivitas self-management (SM) terhadap penurunan konstipasi pada pasien kanker payudara. Skor
konstipasi diukur menggunakan constipation assessment scale (CAS). Dalam penerapan EBN ini didapatkan
bahwa SM dapat mengurangi konstipasi ditandai dengan penurunan skor CAS. SM dapat digunakan sebagai
salah satu terapi non farmakologi untuk mengurangi konstipasi, bersifat mudah dilakukan, aman dan secara
teknis praktis untuk mengurangi konstipasi pada pasien kanker payudara karena tidak dibutuhkan
keterampilan atau pelatihan khusus untuk melakukannya.

Kata Kunci : Self-management, konstipasi, kemoterapi, kanker payudara

kelompok usia 50 tahun ke atas (ACS,


2004 dalam Smeltzer & Bare, 2008).
PENDAHULUAN
Prevalensi penyakit kanker tertinggi yaitu
Kanker payudara merupakan penyebab angka pada umur 75 tahun keatas (5,0%), dan
kesakitan dan kematian yang tertinggi di prevalensi terendah yaitu pada umur 1-4
tahun dan 5-14 tahun (0,1%). Terjadi
seluruh dunia termasuk Indonesia.
peningkatan yang cukup tinggi pada umur
Berdasarkan data GLOBOCAN, International
25-34 tahun dan 45-54 tahun (Kemenkes
Agency for Research on Cancer (IARC) pada
RI, 2015).
tahun 2012 diketahui bahwa kanker payudara
adalah persentase kasus baru penyakit kanker Penanganan yang dilakukan untuk
yang tertinggi (43,3%), dan juga merupakan mencegah agar tidak terjadi peningkatan
peresentase kematian tertinggi (12,9%) pada pada pasien kanker payudara adalah
perempuan di dunia. Di Amerika Serikat dengan melakukan deteksi dini dan
terdapat 288.133 kasus baru kanker payudara bagaimana upaya untuk menurunkan
yang didiagnosis pada wanita setiap tahunnya angka kejadian tersebut (American
(ACS 2011 dalam Lengacher, Kip, Reich, cancer society, 2014).
Craig, Mogos, Ramesar & Pracht, 2015).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun Penatalaksanaan yang diberikan pada
2013, prevalensi kanker payudara di pengobatan kanker payudara pada dasarnya
Indonesia berkisar 0,5 per 1000 perempuan sama dengan kasus kanker lainnya yaitu
(Kemenkes RI, 2014).
meliputi pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi
Ada beberapa faktor risiko yang berperan dalam dan terapi pengubahan respon biologis yang
penyakit kanker payudara, diantaranya yaitu juga mungkin digunakan pada berbagai waktu
jenis kelamin dan usia. Perempuan mempunyai selama proses pengobatan (Lamas, 2011).
peluang 100 kali lebih besar mengalami kanker Kemoterapi merupakan salah satu modalitas
payudara dibandingkan dengan laki-laki dan pengobatan kanker yang sering dan dipilih
insiden tersebut meningkat seiring dengan terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut
bertambahnya usia (LeMone & Burke, 2008). lokal maupun metastase (Desen, 2011 ). Sel
Menurut American Cancer Society (2004), kanker tumbuh dan membelah sangat cepat,
kanker payudara lebih banyak terjadi pada sehingga kemoterapi bekerja
dengan cara menghentikan atau memperlambat minggu), adanya sensasi tidak puas dalam
pertumbuhan sel kanker tersebut (Lamas, 2009). Efek buang air besar, ada rasa sakit pada perut dan
samping dari kemoterapi sangat banyak, salah perlu proses mengedan atau feses yang keras
satunya adalah konstipasi pada pasien kanker untuk mengeluarkannya. (Bharucha A E,
payudara 2007).

yang mendapatkan antiemetic 5-hydroxytryptamine Insiden konstipasi pada pasien kanker


(serotonin; 5HT3) (Hanai, Ishiguro, Sozu, Tsuda, payudara akibat dari antiemetik 5HT3 selama
Arai, Mitani, et al., 2016). menjalani kemoterapi yaitu sebesar 84%.
Kombinasi antagonis reseptor 5HT3 dan
Konstipasi adalah pengurangan dalam frekuensi kortikosteroid dianjurkan sebagai profilaksis
tinja atau kesulitan dalam buang air besar (McKay, antiemetik pada pasien dengan risiko muntah
Sherry L, Fravel, Michelle, & Scanlon, Cathy, sedang dan tinggi, sedangkan 5HT3 tidak
2012). Konstipasi adalah adanya gangguan buang selalu diberikan pada pasien dengan resiko
air besar yang ditandai dengan berkurangnya muntah rendah (Hanai, et al., 2016). Dampak
frekuensi defekasi (kurang dari 3 kali dalam satu dari konstipasi meliputi perubahan fisik

frekuensi buang air besar dan dapat


mengurangi konstipasi kronik (Sinclair,
dengan gejala berikut : anoreksia,
2011). Abdominal massage dan
inkontinensia urine, kebingungan, mual dan
abdominal streching tidak boleh
muntah, disfungsi kemih, impaksi, fisura,
dilakukan dalam keadaan demam,
prolaps dubur, wasir, obstruksi usus, dan
menderita penyakit kulit menular,
sinkop dan dapat juga dapat menyebabkan
menderita penyakit infeksi menular, dan
kecemasan dan isolasi sosial (Koch &
gangguan jantung seperti radang
Hudson, 2000 dalam Folden , 2002).
pembuluh darah atau trombosis serta tidak
Perlunya intervensi untuk mengurangi boleh juga dilakukan kepada yang
konstipasi pada pasien kanker payudara yang mempunyai varises, luka baru, luka
menjalani kemoterapi yang mendapatkan memar, dan tulang sendi yang meradang
antiemetik 5HT3. Selain mendapatkan terapi atau bergeser (McClurg, 2011). Selain itu
farmakologis, penanganan konstipasi dapat abdominal massage dan abdominal
dilakukan secara non farmakologi. Salah satu streching tidak boleh dilakukan pada
terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan penderita riwayat obstruksi usus ganas,
yaitu self-management (SM). SM terdiri dari riwayat penyakit radang usus, spactic
abdominal massage, abdominal streching, colon akibat sindrom iritasi usus besar,
dan pendidikan posisi buang air besar yang cedera tulang belakang yang tidak stabil,
tepat (Hanai , et al., 2016). Abdominal jaringan parut, dan lesi kulit (Lindley,
massage telah terbukti efektif menguragi 2014).
konstipasi (Lamas, 2011). Manfaat lain dari
Pemberian pendidikan kesehatan tentang cara
abdominal massage dan abdominal streching
buang air besar yang tepat dan benar adalah
adalah mudah dipelajari, dan biayanya yang
posisi jongkok. Salah satu faktor yang
murah (Wan & Yin , 2015).
berperan pada proses buang air besar adalah
Menurut beberapa penelitian yang RCT sudut anorektal. Pada posisi jongkok, sudut
ditemukan bahwa abdominal massage dan anorektal menjadi lebih lurus sehingga akan
abdominal streching dapat meningkatkan mempermudah dalam buang air besar. Hal ini
peristaltik sehingga dapat meningkatkan
juga mengurangi tenaga pada proses buang air kesejahteraan secara psikologis. Menurut
besar dan dapat mencegah serta mengatasi sebuah penelitian sebelumnya, peningkatan
aktivitas fisik atau keterampilan SM dapat
konstipasi. Pada beberapa penelitian menyatakan merangsang fungsi fisik, seperti volume tinja,
bahwa posisi jongkok dapat mengurangi periode mengurangi terjadinya gejala depresi berat, dan
waktu buang air besar dan episode ketegangan pada meningkatkan kesejahteraan emosional (Rhee,
proses buang air besar (Hanai et al, 2016). Pothoulakis, Mayer, 2009; Penedo, Dahn,
SM dapat dipertimbangkan sebagai salah satu 2005). Oleh karena itu, program SM yang
intervensi pertama yang diberikan pada pasien yang sederhana, efektif, nyaman, dan biaya yang
sedang menjalani kemoterapi yang mendapatkan rendah dalam mengurangi konstipasi akibat
antiemetik 5HT3 yaitu ondansentron. Beberapa bukti antiemetik ini mungkin berlaku untuk jenis
atau hasil penelitian melaporkan bahwa latihan atau pasien kanker atau pasien lain yang menderita
pijat efektif untuk mengurangi jenis konstipasi konstipasi jenis lain, seperti penggunaan opioid
lainnya, walaupun sebelumnya tidak ada bukti bahwa atau yang mengalami konstipasi kronik.
program SM dapat membantu mengurangi konstipasi
PENERAPAN EBN
akibat penggunaan antiemetik 5HT3. Pasien juga
melaporkan bahwa SM dapat meningkatkan Penerapan EBN ini diawali dengan
menemukan fenomena di ruangan yang

kemampuan buang air besar normal


sebelum menjalani kemoterapi, dan
dirumuskan ke dalam bentuk pertanyaan
pasien yang bersedia ikut serta dalam
klinis dengan format PICO (Problem,
pelaksanaan EBN dan telah
Intervention, Comparation and Outcome) dan
menandatangai informed consent,
dilakukan pencarian terhadap artikel yang
sedangkan kriteria ekslusi adalah pasien
sesuai yang dapat menjawab pertanyaan
yang mengalami kesulitan
klinis. Kemudian dipilih salah satu artikel dan
berkomunikasi karena gangguan mental,
dilakukan critical appraisal untuk
gangguan kognitif, atau cacat fisik,
mengetahui artikel tersebut layak atau tidak
pasien yang mendapatkan morfin, pasien
dijadikan sebagai dasar dalam penerapan
yang mendapatkan agen kemoterapi
EBN. Setelah itu dilakukan penyusunan
FAC, pasien hamil, pasien yang
proposal Dan kemudian semua perlengkapan
memiliki keterbatasan dalam melakukan
yang dibutuhkan disiapkan yaitu booklet
exercise atau latihan, dan pasien yang
panduan self-management dan minyak zaitun.
menolak jadi responden penelitian.
Penerapan EBN dilakukan di ruangan rawat
inap teratai dan melati Rumah Sakit Kanker
Dharmais Jakarta pada tanggal 17 April Prosedur dalam penerapan EBN ini
sampai 28 April 2017. Dan dilakukan dilakukan dengan memperhatikan konsisi
identifikasi subjek yang dilibatkan dalam klinis pasien, mengkaji data dasar pasien
penerapan EBN ini dengan kriteria inklusi yang meliputi umur, berat badan, tinggi
pasien yang menjalani kemoterapi dan badan, IMT, dan protokol atau agen
kemoterapi, mengkaji BAB pasien
(normal atau konstipasi), dilakukan
mendapatkan antiemetik 5HT3
pengukuran skor CAS sebelum
(ondansentron), pasien yang memiliki skala
pelaksanaan intervensi, melakukan SM
ECOG 0 atau 1, pasien yang memiliki
(pijat perut,
peregangan otot perut, dan menerapkan posisi BAB lutut ke arah dada dengan meletakkan kedua
yang benar dan tepat) selama menjalani kemoterapi, tangan pada lutut. Posisi ini dilakukan 10 kali
dan dilakukan pengukuran skor CAS kembali setelah perhari. c) Reclined Spinal Twist: pasien
dilakukan intervensi SM. disuruh berbaring di tempat tidur kemudian
memutar pinggul kearah kanan atau kiri
Langkah-langkah SM yang dilakukan adalah: sehingga kaki dalam keadaan menekuk hingga
137 Pijat perut menggunakan dua atu tiga jari, membentuk sudut 90°. Posisi ini dilakukan 10
diusap ke perut searah jarum jam, dilakukan selama kali perhari.
kira-kira 1 menit dan diulang sebanyak 10 kali; 2) 138 Posisi buang air yang tepat adalah
Peregangan otot perut dilakukan dengan cara : a) dengan semi jongkok. Outcome utama yang
Wind-relieving pose : pasien meletakkan kedua diukur adalah penurunan skor konstipasi
tangannya pada satu lutut dan menariknya kearah dengan SM yang diukur menggunakan
dada dengan lemah lembut kemudian menarik Constipation Assessment Scale (CAS).
kepalanya kearah lutut. Posisi ini dilakukan selama Hasil Penerapan EBN
15-30 detik, dalam keadaan yang tenang pasien Dalam penerapan EBN ini, pasien yang
disuruh tarik nafas dalam secara perlahan-lahan. Hal terlibat adalah sebanyak 10 orang pasien.
yang sama dilakukan pada lutut yang berlawanan. Karakteristik dan hasil penerapan EBN yang
Posisi ini dilakukan 10 kali perhari. b) Knees-to- dilakukan pada pasien adalah sebagai berikut:
chest-pose : pasien berbaring kemudian mengangkat

siklus 3 terdapat 30%, dan siklus 4


sebanyak 20%.

Berdasarkan tabel 3.2 diatas terlihat


bahwa rata-rata umur pasien yang
terlibat dalam EBN ini adalah 48,30
tahun dengan standar deviasi 2,214
tahun. Umur yang paling rendah adalah
45 tahun dan yang paling tua adalah 52
tahun. Rata-rata IMT pada pasien adalah
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, lebih dari separuh 20,3 kg/m2 dengan standar deviasi 1,21
pasien (70%) tidak mempunyai riwayat kanker 2
dalam keluarga. Agen kemoterapi yang
kg/m .
digunakan yang paling banyak adalah TC
(Paclitaxel-Cisplatin) sebesar 60% dan AC
(Doxorubicin-Cychlosphamide) sebesar 40%.
Stadium kanker payudara terdapat 60% stadium
II dan 40% stadium III. Dan siklus kemoterapi
sebagian besar siklus 2 yaitu sebanyak 50%,
atau merangsang refleks somato-autonomik
yang memberikan sensasi pada usus besar.
Berdasarkan tabel 3.3 didapatkan bahwa rata-rata
Abdominal massage dan abdominal streching
skor CAS pada kelompok intervensi setelah
dapat menurunkan waktu transit kolon,
dilakukan intervensi self-management (SM) adalah
merangsang atau menstimulasi gerakan
3,2 dengan standar deviasinya adalah 0,447 dengan
peristaltik, meningkatkan frekuensi buang air
skor terendah 3 dan skor tertinggi 4. Sedangkan
besar pada pasien yang mengalami konstipasi,
pada kelompok kontrol rata-rata skor CAS adalah
dan dapat mengurangi perasaan tidak nyaman
7,6 dengan standar deviasi 0,548 dengan skor
pada saat buang air besar, serta dapat membantu
terendah 7 dan skor tertinggi 8
mempercepat perbaikan konstipasi kronis
PEMBAHASAN fungsional. Pada umumnya abdominal massage
dan abdominal streching dapat menstimulasi
Mekanisme abdominal massage dan abdominal metabolisme seluler dan meningkatkan
streching bisa mengurangi konstipasi adalah dapat distribusi nutrisi ke sel dan jaringan. Pada saat
mendorong feses dengan adanya peningkatan tekanan nutrisi telah digunakan, tubuh akan mengenali
pada inta abdominal. Pada beberapa kasus neurologi, kebutuhan nutrisi dan akhirnya meningkatkan
abdominal massage dan abdominal streching dapat nafsu makan setelah melakukan latihan tersebut.
memproduksi gelombang rektum yang menstimulasi Selain itu secara

kurang dari 5 (Hanai et al, 2016).


Penelitian lain mengemukakan bahwa
mekanik abdominal massage dan abdominal
abdominal massage efektif dalam
streching dapat mendorong sisa pencernaan
mengurangi konstipasi dengan nilai
ke usus, tetapi juga dapat memicu sistem
p=0,003 (Lamas, et al., 2009). Menurut
syaraf simpatik yang meningkatkan aktivitas
beberapa penelitian yang RCT ditemukan
pencernaan sehingga dapat meningkatkan rasa
bahwa abdominal massage dan
lapar (Braun & Simonson, 2005; Liu, 2005;
abdominal streching dapat meningkatkan
Sinclair, 2011).
peristaltik sehingga dapat meningkatkan
Tujuan dari penerapan EBN SM ini adalah frekuensi buang air besar dan dapat
untuk mengurangi konstipasi akibat antiemetik mengurangi konstipasi kronik (Sinclair,
(ondansentron) selama menjalani kemoterapi 2011).
pada pasien kanker payudara. Dalam penerapan
Pemberian pendidikan kesehatan tentang
EBN ini tidak terdapat kendala yang berarti dan
cara buang air besar yang tepat dan
efek yang merugikan. Penerapan EBN ini
benar adalah posisi jongkok. Salah satu
dilakukan terhadap 10 orang pasien kanker
faktor yang berperan pada proses buang
payudara yang menjalani kemoterapi di ruangan
air besar adalah sudut anorektal. Pada
rawat inap.
posisi jongkok, sudut anorektal menajdi
Hasil yang didapatkan dalam penerapan EBN lebih lurus sehingga akan
ini adalah terdapat penurunan skor konstipasi mempermudah dalam buang air besar.
selama menjalani kemoterapi dengan rata-rata Hal ini juga mengurangi tenaga pada
skor konstipasi pada kelompok intervensi proses buang air besar dan dapat
setelah dilakukan SM adalah 3,2 dan rata-rata mencegah serta mengatasi
skor konstipasi pada kelompok kontrol adalah
7,6. Sesuai dengan penelitian yang mengatakan
bahwa tidak konstipasi apabila skor CAS nya 123
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017 program SM yang sederhana, efektif, nyaman,
konstipasi. Pada beberapa penelitian menyatakan dan biaya yang rendah dalam mengurangi
bahwa posisi jongkok dapat mengurangi periode konstipasi akibat antiemetik ini mungkin
berlaku untuk jenis pasien kanker atau pasien
waktu buang air besar dan episode ketegangan pada
lain yang menderita konstipasi jenis lain, seperti
proses buang air besar (Hanai et al, 2016).
penggunaan opioid atau yang mengalami
SM dapat dipertimbangkan sebagai salah satu konstipasi kronik.
intervensi pertama yang diberikan pada pasien yang
Dengan dilakukannya penerapan EBN ini dan
sedang menjalani kemoterapi yang mendapatkan
ditunjang oleh penelitian-penelitian yang telah
antiemetik 5HT3 yaitu ondansentron. Beberapa bukti
dilakukan, maka seorang perawat spesialis
atau hasil penelitian melaporkan bahwa latihan atau dapat melaksanakan penerapan SM sehingga
pijat efektif untuk mengurangi jenis konstipasi dapat mengurangi konstipasi pada pasien yang
lainnya, walaupun sebelumnya tidak ada bukti bahwa mendapatkan antiemetik 5HT3 selama
program SM dapat membantu mengurangi konstipasi menjalani kemoterapi pada pasien kanker
akibat penggunaan antiemetik 5HT3. Pasien juga payudara dan akan membuat pasien merasakan
kenyamanan serta dapat meningkatkan kualitas
melaporkan bahwa SM dapat meningkatkan
hidup pasien. Selain itu, EBN ini dapat
kesejahteraan secara psikologis. Menurut sebuah
dijadikan sebagai salah satu intervensi
penelitian sebelumnya, peningkatan aktivitas fisik keperawatan yang sederhana, murah, aman ,
atau keterampilan SM dapat merangsang fungsi fisik, mudah diterapkan dan tidak memiliki efek
seperti volume tinja, mengurangi terjadinya gejala samping serta dapat memperkaya intervensi
depresi berat, dan meningkatkan kesejahteraan keperawatan pada area onkologi khususnya
emosional (Rhee, et al.,2005). Oleh karena itu,
dalam mengurangi konstipasi akibat
Solusi yang dilakukan penulis adalah
lebih membina hubungan saling percaya
antiemetik 5HT3 selama menjalani antara penulis dan pasien dengan
kemoterapi pada pasien kanker payudara. menjelaskan manfaat dan kegunaan dari
penerapan self-management ini secara
Dalam penerapan EBN ini dapat di berulang-ulang serta penulis juga
integrasikan dengan penerapan teori peaceful berkoordinasi dengan kepala ruangan,
end of life pada pasien kanker yang termasuk CCM, dan perawat di ruangan untuk
ke dalam praktik keperawatan berbasis bukti- lebih meyakinkan bahwa dengan
bukti ilmiah. Dan sesuai dengan konsep penerapan self-management akan
utama teori PEOL ini adalah pasien membantu pasien dalam mengatasi
merasakan kenyamanan. EBN ini adalah salah masalah konstipasi yang dirasakannya
satu cara untuk membuktikan bahwa seorang setelah menjalani kemoterapi dengan
perawat mempunyai pengetahuan yang tinggi pemakaian antemetik ondansentron
dan keterampilan yang profesional. sehingga pasien dapat meningkatkan
kenyamananannya selama kemoterapi.
Selama melakukan penerapan EBN, kendala
Setelah melakukan solusi diatas, maka
yang ditemukan penulis dalam pelaksanaan
pasien yang akan diikutsertakan dalam
intervensi adalah beberapa pasien tidak
penelitian ini sangat kooperatif dan
paham dengan kegunaan dan manfaat
sangat bersedia untuk terlibat dalam
dilakukannya self-management, hal ini terlihat
penerapan EBN ini.
pada saat penjelasan informed consent, pasien
tampak sedikit ragu dalam mengikuti EBN ini KESIMPULAN
dikarenakan takut dan cemas akan dampak
dari intervensi ini, walaupun penulis sudah Konstipasi merupakan masalah yang
sangat rinci menjelaskan manfaat dan dampak mengganggu kenyamanan bagi pasien
EBN tersebut kepada pasien. kanker payudara. Pasien yang
mengalami konstipasi sangat terkait dengan
peran perawat dalam memberikan asuhan 143 Intervensi SM dapat dijadikan
keperawatan dalam mengurangi konstipasi evidence based practice dalam praktek
pasien. Intervensi terapi non farmakologi keperawatan medikal bedah.
merupakan intervensi
penting untuk menjamin perawatan yang REFERENSI
berkualitas tinggi. Beberapa hasil penelitian telah
melaporkan bahwa intervensi SM merupakan American Cancer Society. (2011). Breast
metode yang mudah dilakukan dan sangat efektif Cancer, p.2-4,61. Philadelphia.
dalam mengurangi konstipasi pada pasien kanker
payudara sehingga dapat meningkatkan American Cancer Society (2014). Breast
kenyamanan pasien dan meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan. Cancer Facts & Figures.

SARAN American Nurses Association, 2004.


handle with care. ANA American
Nurses Association.
141 Intervensi SM dapat direkomendasikan
sebagai pedoman bagi perawat dalam Braun MB, SimonsonSJ. Introduction to
melakukan terapi non farmakologi untuk
mengurangi konstipasi pada pasien kanker Massage Therapy. Baltimore:
payudara. Lippincott, Williams and Wilkins;
2005.
142 Intervensi SM hendaknya dapat menjadi
suatu standar prosedur operasional sebagai Desen, Wan. (2011). Patologi Tumor. Dalam:
intervensi keperawatan dalam mengurangi Japaries, W, ed. Buku Ajar Onkologi
konstipasi pada pasien kanker khususnya
kanker payudara yang menjalani kemoterapi
yang mendapatkan antiemetic 5HT3.

Liu Z. Mechanism of Abdominal Massage for physical health benefits associated with
Difficult Defecation in a Patient with physical activity. Curr Opin Psychiatry
Myelopathy. J Neurol. 18:189– 193
2005;252(10): 1280-82.
Rhee SH, Pothoulakis C, Mayer EA (2009)
McClurg D, Lowe-Strong A. Does Abdominal Principles and clinical implications of
Massage Relieve Constipation?. Nursing the brain-gut-enteric microbiota axis.
Times. 2011; 107(12): 20-2. Nat Rev Gastroenterol Hepatol 6:306–
314
McKay, Sherry L, MSN, ARNP,G.N.P.,
F.A.A.N.P., Fravel, Michelle,PharmD., Sinclair M. The Use of Abdominal Massage
B.C.P.S., & Scanlon, Cathy, MS,R.D., to Treat Chronic Constipation. J Bodyw
Mov Ther. 2011; 15(4): 436-45.
L.D. (2012). Management of Smeltzer & Bare. (2008). Textbook of
constipation. Journal of Gerontological Medical Surgical Nursing Vol.2. Philadelphia:
Nursing, 38(7), 9-15.
doi:http://dx.doi.org/10.3928/00989134- Linppincott William & Wilkins.
20120608-01.
Penedo FJ, Dahn JR (2005) Exercise and
well-being: a review of mental and
Jurnal yang ketiga
Jurnal Ners Indonesia, Vol. 9, No. 1, September 2018

TERAPI ALQURAN MEMINIMALKAN RISIKO DEPRESI IBU HAMIL


DENGAN FETAL ANOMALY: PENERAPAN EVIDENCE BASED PRACTICE
Vella Yovinna Tobing1, Yati Afiyanti2, Tri Budiati3 1Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Hang Tuah
Pekanbaru 2, 3Departemen Keperawatan Maternitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia email:
vellayovito@gmail.com

Abstrak

Kehamilan dengan fetal anomaly menimbulkan distres pada orang tua, terlebih jika kehamilan tersebut
merupakan kehamilan yang sangat diharapkan dan sudah direncanakan. Stres yang dirasakan karena adanya
pengalaman tidak menyenangkan berupa kehilangan dapat memberikan dampak berupa trauma pada
kehamilan berikutnya. Studi kasus ini dilakukan pada dua pasien yang didiagnosa mengalami fetal anomaly
pada kehamilannya yang berlokasi di salah satu rumah sakit rujukan Nasional. Studi kasus ini dilakukan
dengan mengaplikasikan evidence based practice (EBP) yang dilakukan dari masa kehamilan sampai dengan
masa postpartum. Umumnya, ibu dan keluarga merasakan kesedihan, kecemasan, membutuhkan informasi
terkait kelainan dan juga dilema dalam membuat keputusan terkait terminasi kehamilan. Salah satu intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak kehilangan yaitu dengan melakukan
pendekatan spiritual. Metode pelaksanaan EBP terkait pendekatan spiritual pada studi ini adalah dengan
mendengarkan bacaan Alquran. Edinburgh Postnatal Depression Scale digunakan sebagai alat ukur untuk
menilai risiko depresi, dengan pertimbangan skala ini berisi pertanyaan yang sedikit dan mudah untuk
dianalisis. Hasil penerapan EBP, terdapat perubahan nilai skala depresi menuju kearah positif, sehingga
mendengarkan bacaan Alquran dapat dijadikan salah satu intervensi bagi perempuan yang didiagnosis
mengalami kehamilan dengan fetal anomaly untuk meminimalisir risiko depresi.

Kata Kunci: depresi, fetal anomaly, kehilangan, mendengarkan Alquran

Abstract

Fetal anomaly pregnancy causes parents’ distress, especially if the pregnancy is an expected and planned
pregnancy. The perceived stress of having an unpleasant experience of loss can have traumatic effects on
subsequent pregnancies. This case study was performed on patients who diagnosed with anomaly fetal
pregnancy which located in national referral hospital in Indonesia. Evidence based practice was applicated
during perinatal period in this study. Generally, mothers and families feel sadness, anxiety, need
information related abnormalities and also a dilemma in making decisions related to the termination of
pregnancy. One of the nursing interventions that can be done to minimize the impact of loss is by doing a
spiritual approach, one of them by listening to the recitation of the Qur'an, this method was used as an
intervention in this study. The Edinburgh Postnatal Depression Scale is used as a measuring tool for
assessing the risk of depression, with consideration of this scale of questions that are few and easy to
analyze. The result of EBP application showed that there is a change in the value of the depression scale
towards the positive, so listening to the Qur'an reading can be one of intervention for women who are
diagnosed with pregnancy with fetal anomaly to minimize the risk of depression.

Keywords: depression, fetal anomaly pregnancy, loss, hearing Quran

Adanya kelainan kongenital dapat dideteksi


LATAR BELAKANG
secara dini sejak masa kehamilan. Terdapat
Kelainan kongenital menyebabkan
beberapa metode skrining yang bisa dilakukan,
kecatatan yang memiliki efek jangka panjang
baik bersifat non invasif maupun invasif. USG
baik pada individu, keluarga, sistem pelayanan
adalah metode non invasif yang dapat
kesehatan dan masyarakat (WHO, 2016).
Vella Yovinna Tobing1, Yati Afiyanti2, Tri Budiati3, Terapi Alquran Meminimalkan Risiko
Depresi Ibu Hamil Dengan Fetal Anomaly: Penerapan Evidence Based Practice

hari pertama kehidupan (Black et al, 2013).


mendeteksi adanya kelainan kongenital pada Intake asam folat yang adekuat selama masa
janin. Deteksi dini melalui USG sudah efektif prenatal terbukti dapat menurunkan kejadian
dilakukan pada usia gestasi 12-13 minggu defek tuba-neural dan defek jantung bawaan
(Kenkhuis et al., 2018). Pemeriksaan USG (Czeizel, Dudás, Vereczkey, & Bánhidy,
yang dilakukan pada trimester pertama 2013).
kehamilan mampu mengidentifikasi sekitar
Selain meningkatkan morbiditas dan
50% defek struktural (Kashyap, Pradhan,
mortalitas pada neonatus dan balita, kehamilan
Singh, & Yadav, 2015).
dengan kelainan kongenital juga menimbulkan
Penyebab dan faktor risiko terjadinya efek tersendiri pada ibu dan keluarga.
kelainan kongenital tidak bisa dihubungkan Keputusan terminasi kehamilan seringkali
langsung dengan penyebab spesifik. Faktor membuat orang tua tertekan dan merasa
genetik, faktor sosial-ekonomi dan demografi, bersalah terhadap keputusan dan konsekuensi
faktor lingkungan, infeksi dan juga status yang telah diambil untuk mengakhir kehamilan
nutrisi maternal merupakan faktor risiko yang (Hunt, France, Ziebland, Field, & Wyke,
dapat menyebabkan terjadinya kelainan 2009). Pengalaman terkait kegagalan pada
kongenital (WHO, 2016). Terpapar pada kehamilan akan memberikan pengaruh pada
polusi udara dan polusi suara selama masa kehamilan berikutnya, dimana masih
kehamilan dapat meningkatkan risiko ditemukan konflik emosional, kecemasan yang
terjadinya kelainan kongenital (Pederson et al, berlebihan, isolasi dan kurangnya keyakinan
2017). akan luaran yang baik (Mills et al., 2014).
Pengalaman komplikasi kehamilan yang
Tindakan pencegahan yang bisa
dirasakan baik oleh ibu maupun keluarga
dilakukan untuk meminimalisir risiko
diantaranya adalah ketidakyakinan, kebutuhan
terjadinya kelainan kongenital diantaranya
akan informasi, stres dan kecemasan,
memastikan keadekuatan intake nutrisi pada
penantian, dilema dalam membuat keputusan,
perempuan disepanjang siklus reproduksinya,
isolasi, rasa kehilangan dan kesedihan, adanya
menghindari zat-zat yang membahayakan
berbagai kemungkinan sampai pada proses
(seperti alkohol, pestisida), kontrol penyakit
penerimaan dan adaptasi (Tucker, 2016).
kronis (diabetes mellitus, hipertensi),
pemberian vaksinasi, skrining infeksi dan METODOLOGI PENELITIAN
meningkatkan cakupan edukasi kesehatan Ini merupakan studi kasus yang
terkait kelainan kongenital. Intake nutrisi yang dilakukan di salah satu rumah sakit rujukan
adekuat dapat meningkatkan kesejahteraan nasional di Indonesia. Studi kasus ini
janin. Nutrisi memiliki peranan penting dalam dilakukan pada dua orang pasien yang menjadi
pertumbuhan dan perkembangan janin, dan
periode emas pemenuhan nutrisi adalah seribu
Jurnal Ners Indonesia, Vol. 9, No. 1, September 2018

responden dalam studi ini. Studi ini dimulai Mishari Alafasy. Pasien dianjurkan
dari masa prenatal sampai dengan masa mendengarkan sekali dalam satu hari.
postnatal. Pada studi ini dilakukan penerapan
Case Hystory
evidence based practice pada responden, yaitu
dengan mendengarkan murottal Alquran Kasus pertama, Ny. I, 29 tahun, G1H 34-

sebagai intervensi yang dipilih untuk 35 minggu, didiagnosis mengalami multiple

menurunkan risiko terjadinya depresi. Bacaan anomaly congenital berupa Tetralogy of

Alquran yang diperdengarkan adalah bacaan Fallot, atresia duodenum dan hypoplasia nasal.

surat Ar-Rahman oleh Shyaykh Mishari Kelainan kongenital yang dialami bukanlah

Alafasy. Responden dianjurkan mendengarkan kondisi letal, sehingga kehamilan masih

sekali dalam satu hari. dipertahankan. Hasil pemeriksaan anti IgG


CMV dan IgG Rubella positif, namun tidak
Penilaian EPDS diberikan saat pertama memengaruhi tatalaksana kehamilan saat ini.
kali bertemu dengan pasien. Lalu pasien Pasien juga didiagnosa memiliki kista dermoid
diberikan penjelasan terkait manfaat dengan ukuran 15 mm pada bagian kanan dan
mendengarkan dan membaca Al-Quran. Kedua 55 mm pada bagian kiri. Ukuran janin
pasien merasa tertarik dan mengatakan akan cenderung kecil bila dibandingkan dengan usia
mencoba rutin untuk membaca Al-Quran janin, akan dikontrol setiap dua minggu. Hasil
setiap hari. pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah:

Saat pasien di rawat di rumah sakit 164/98 mmHg, nadi: 103 kali/menit,

pasca tindakan persalinan, dilakukan pernapasan: 20 kali/menit dan suhu: 36.50 C.


pengkajian terkait pelaksanaan terapi Keluhan yang dirasakan oleh pasien adalah
mendengarkan bacaan Al-Quran. Sebelum merasa kaku pada sendi jari-jari tangan
pulang ke rumah pasca perawatan post SC, terutama saat pagi hari, kaki terasa semakin
pasien diberikan kembali form EPDS untuk membesar, namun tidak merasakan adanya
mengetahui risiko depresi pada pasien. nyeri kepala atau keluhan pandangan yang
kabur. Hasil pengukuran ulang tekanan darah:
Pasien yang datang dengan diagnosis
170/110 mmHg hasil dipstick urin: proteinuria
kelainan kongenital pada janin diberikan
+2. Tafsiran berat janin 1400 gram, janin
anjuran untuk mendengarkan bacaan Alquran.
cenderung kecil. Pasien diputuskan untuk
Pasien juga diberikan kuesioner EPDS untuk
rawat di ruangan untuk tatalaksana
mengetahui risiko depresi pada pasien.
preeklampsia dan pematangan paru selama dua
Rekaman bacaan Alquran diberikan pada hari. Pasien juga direncanakan untuk
pasien melalui transfer data dari telepon melakukan terminasi kehamilan pasca
seluler. Bacaan Alquran yang diperdengarkan pematangan paru. Pasien dan keluarga merasa
adalah bacaan surat Ar-Rahman oleh Shyaykh
Vella Yovinna Tobing1, Yati Afiyanti2, Tri Budiati3, Terapi Alquran Meminimalkan Risiko
Depresi Ibu Hamil Dengan Fetal Anomaly: Penerapan Evidence Based Practice

Hasil penilaian EPDS saat hamil dan setelah


sangat cemas dengan kondisinya saat ini, melahirkan

apalagi saat diminta rawat inap. Skor


Skor
Kasus kedua, Ny. H, 30 tahun,
Inisial Pengukuran Pengukuran
G2P1A0H 36-37 minggu, rujukan dari RSUD
II
Koja dengan diagnosa suspect Hydrocephalus.
I (prenatal)
Antenatal Care teratur. Pengukuran tanda- (postnatal)
tanda vital, tekanan darah: 110/70 mmHg, Ny. I 12 7
nadi: 83 kali/menit, pernapasan: 22 kali/menit
Ny. H 11 9
0
dan suhu: 36.7 C. Kondisi umum pasien baik,
namun pasien dan suami terlihat sangat cemas
Hasil pengukuran EPDS menunjukkan
saat dilakukan pemeriksaan. Hasil USG
bahwa terjadi penurunan risiko depresi pada
Fetomaternal terdapat pelebaran ventrikel
kedua pasien, meskipun terdapat perbedaan
anterior dan posterior di kepala yang
lama mendengarkan Alquran. Pasien pada
mengindikasi hydrocephalus, jenis kelamin
kedua kasus awalnya memiliki risiko sedang
laki-laki, tali pusat terdiri dai satu vena dan
untuk terjadinya depresi. Terjadinya perubahan
dua arteri dan terdapat tanda hiperfusi pada
yang positif pada kedua pasien pasca
janin. Kehamilan ini merupakan kehamilan
mendengarkan bacaan Al-Quran secara rutin,
yang direncanakan dan sangat diinginkan oleh
minimal sekali sehari. Setelah melahirkan,
pasien dan suaminya. Pasien direncanakan
risiko depresi pada pasien menjadi rendah
untuk melakukan terminasi kehamilan jika
kehamilan sudah dinyatakan aterm. Kedua pasien dan keluarga mengatakan
setiap hari mendengarkan bacaan Al-Quran,
HASIL IMPLEMENTASI
bahkan sebelum melahirkan pasien
Perbedaan implementasi pada kedua
mengatakan sudah lebih aktif membaca Al-
kasus terletak pada lama penerapan intervensi.
Quran. Menurut keterangan pasien, mereka
Pasien mulai mendengarkan bacaan Alquran
merasakan kenyamanan saat mendengarkan
sejak hari pertama pasien setuju untuk
Al-Quran, lalu mulai tertarik untuk membaca
menerapkan evidenced based practice.
arti dari surat yang didengarkan, dan kedua
Penerapan dilakukan sampai pasien selesai
pasien mengatakan merasa sangat tersentuh
dirawat pasca melakukan terminasi kehamilan.
dan menjadi lebih mampu menerima
Pada kasus pertama, intervensi dilakukan
kondisinya.
selama enam hari, sedangkan pada kasus
kedua, intervensi dilakukan selama 14 hari PEMBAHASAN
Diagnosis adanya kelainan kongenital
Tabel 1.
pada janin merupakan kondisi traumatik bagi
orang tua (Aite et al., 2011). Efek psikologis pada orang tua bisa berlangsung lama hingga
Jurnal Ners Indonesia, Vol. 9, No. 1, September 2018
Mendengarkan Al-Quran dengan atau
satu tahun pasca persalinan (Hunfeild, 1994 tanpa terjemahan terbukti efektif dalam
dalam Aite et al., 2011). Oleh karena itu, menurunkan stres, kecemasan dan depresi

dibutuhkan intervensi yang dapat pada ibu hamil (Jabbari, Mirghafourvand,


meminimalisir terjadinya masalah psikologi Sehhatie, & Mohammad-Alizadeh-
bagi orang tua. Charandabi, 2017). Khadeem et al (2012) telah

Manusia memiliki kecenderungan untuk melaporkan bahwa suara Alquran lebih efektif

menikmati harmoni dan ritme yang jika dibandingkan dengan suara musik.

terkoordinasi dengan baik. Harmoni dan ritme Alquran merupakan bagian penting dari agama

bisa berasal dari suara berupa musik, nyanyian Islam, karena Alquran diyakini sebagai

atau lantunan bacaan. Salah satu terapi yang mukjizat yang turun langsung dari Tuhan.

sering digunakan untuk meningkatkan Selain itu, didalam Alquran juga terdapat kisah

kenyamanan adalah terapi musik. Terapi dan petunjuk bagi umat Islam

musik merupakan suatu bentuk distraksi yang


dapat meningkatkan kenyamanan (Nilsson, Suara bacaan Alquran efektif dalam

2008). Banyak penelitian yang menyatakan menurunkan durasi fase aktif saat persalinan

keefektifan dari terapi musik untuk (Mirmolaee, 1998). Mendengarkan bacaan

menurunkan stres, kecemasan dan depresi, Alquran juga terbukti mampu menurunkan

salah satunya penelitian yang dilakukan oleh intensitas kecemasan selama dan setelah

Chang et al (2008) terhadap 236 perempuan persalinan SC (Mirbagher &Ranjbar, 2010).

hamil. Selain memberikan efek positif pada ibu,


Alquran juga mampu memberikan efek positif

Kegiatan spiritual yang di dasari pada pada bayi. Bayi yang mendengarkan lantunan

suara sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang Alquran menunjukkan penurunan stres juga

lalu (Navidi & Ghasemi, 2003). Dalam agama peningkatan tidur (Polkki, Korhonen, &

Islam, Alquran dianjurkan untuk dibaca Laukkala, 2012).

dengan perlahan dan diperindah dengan irama,


Selain memberikan pengaruh terhadap
sehingga bacaan Alquran dapat menjadi terapi
psikologis, bacaan Alquran juga memberikan
yang bisa meningkatkan kenyamanan. Suara
efek positif terhadap fisik. Penelitian yang
Alquran adalah suatu jenis musik spritual
dilakukan oleh Forouhari et al (2011)
(Khatoni, 1997). Mendengarkan Alquran dapat
menunjukkan efek positif mendengarkan
meningkatkan kesehatan jiwa dan membawa
bacaan Alquran terhadap nyeri persalinan.
ketenangan (Mahjoob, Nejati, & Hosseini,
Perempuan yang sedang dalam proses
2016).
persalinan, saat diperdengarkan bacaan
Alquran mengalami penurunan nyeri. Selain
itu, suara Alquran juga terbukti memberikan
efek yang signifikan terhadap perbaikan saturasi oksigen, pernapasan dan denyut

84
Vella Yovinna Tobing1, Yati Afiyanti2, Tri Budiati3, Terapi Alquran Meminimalkan Risiko
Depresi Ibu Hamil Dengan Fetal Anomaly: Penerapan Evidence Based Practice

Journal of Quran and Medicine, 1, 4-18 Hunt,


K., France, E., Ziebland, S., Field, K., &
jantung pada bayi prematur (Keshavarz et al,
Wyke, S. (2009). “My brain couldn ” t
2010).
move from planning a birth to planning a
SIMPULAN
funeral ’: A qualitative study of parents ’
Pendekatan spiritual dengan
experiences of decisions after ending a
mendengarkan bacaan Alquran dapat
pregnancy for fetal abnormality.
menurunkan risiko depresi pada ibu. pasien
mengatakan merasakan ketenangan setiap kali International Journal of Nursing Studies,
mendengarkan bacaan Alquran, meskipun saat
mendengarkan mereka tidak mengetahui arti 46, 1111–1121.
dari bacaan tersebut http://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2008.12.0
04
SARAN
Jabbari, B., Mirghafourvand, M., Sehhatie, F.,
Pendekatan spiritual, seperti mendengarkan
bacaan Alquran, dapat dijadikan salah satu 136 Mohammad-Alizadeh-Charandabi, S.
(2017). The Effect of Holly Quran
intervensi untuk mengatasi kecemasan, stres, Voice With and Without Translation on
Stress , Anxiety and Depression
dan mengurangi risiko depresi pada pasien
During. Journal
yang beragama Islam. Religy Health, 1–11.
http://doi.org/10.1007/s10943-017-0417-x
REFERENSI
Kashyap, N., Pradhan, M., Singh, N., &
Aite, L., Zaccara, A., Mirante, N., Nahom, A., Yadav, S. (2015). Early Detection of Fetal
Trucchi, A., Capolupo, I., & Bagolan, P. Malformation , a Long Distance Yet to
(2011). Antenatal diagnosis of congenital Cover ! Present Status and Potential of
anomaly : a really traumatic experience ? First Trimester Ultrasonography in
Journal of Perinatology, 31, 760–763. Detection of Fetal Congenital
http://doi.org/10.1038/jp.2011.22 Malformation in a Developing Country :
Experience at a Tertiary Care Centre in
Chang, M, Y., Caruso, N., Haldeman, S., India. Journal of Pregnancy, 1–9.
McNamara, M., Noyes, D., Caroll, D. L. http://doi.org/http://dx.doi.org/10.1155/62
(2001). Effects music therapy on 3059
psychological health of women during
pregnancy. Journal of Clinical Nursing, Kenkhuis, M. J. A., Bakker, M., Bardi, F.,
17, 2580-2587 Fontanella, F., Bakker, M. K., Fluerke-
Rozema, J. H., & Bilardo, C. M. (2018).
Czeizel, A. E., Dudás, I., Vereczkey, A., & Effectiveness of 12 – 13-week scan for
Bánhidy, F. (2013). Folate Deficiency early diagnosis of fetal congenital
and Folic Acid Supplementation: The anomalies in the cell-free DNA era.
Prevention of Neural-Tube Defects and Ultrasound Obstet Gynecol, 51, 463–469.
Congenital Heart Defects, (i), 4760–4775. http://doi.org/10.1002/uog.17487
http://doi.org/10.3390/nu5114760
Keshavarz, M., Eskandari, N., Jahdi, F.,
Forouhari, S., Hanorvaran, R., Maasoumi, R., Ashayeri, H., Hosayni, F., & Kalani, M.
RObati, M., Zadeh, I. H., & Setayesh, Y. (2010). Effect of Quran on physiological
(2011). Evaluation of auditory effects of responses of premature infants
the sound of Quran e karim on labor pain. hospitalized in the icu. Semnan Univ Med
Sci J, 11(3), 169-177
Khatoni, A. (1997). The effect of reciting the Comprehensive encyclopedia of medicine:
Quran on anxiety of patients hospitalized
in the cardiac intensive care unit of traditional and modern medicene
selected hospitals in tehran. Msc. thesis
methods. Tehran: Tabib
Mahjoob, M., Nejati, J., & Hosseini, A.
(2016). The Effect of Holy Quran Voice Nilsson, U. (2008). The anxiety and pain-
on Mental Health. Journal of Religion and
reducing effects of music interventions: a
Health, 55(1), 38–42.
http://doi.org/10.1007/s10943-014-9821-7 systematic review. AORN Journal, 87, 5-

Mills, T. A., Ricklesford, C., Cooke, A.,


94
Heazell, A. E. P., Whitworth, M., &
Pedersen, M, et al. (2017). Exposure to air
Lavender, T. (2014). Parents’ experiences
pollution and noise from road traffic and
and expectations of care in pregnancy
risk of congenital anomalies in the danish
after stillbirth or neonatal death: A
national birth cohort. Environmental

metasynthesis. BJOG: An International


Research, 159, 39-45.
Journal of Obstetrics and Gynaecology,
121(8), 943–950. https://doi.org/10.1016/j.envres.2017.07.0
31
http://doi.org/10.1111/1471-0528.12656
Polkki, T., Korhonen, A., & Laukkala, H.
Mirbagher, A. N., & Ranjbar, N. (2010).
(2012). Expectations associated with the
Effects of recitation of holy Quran an
use of music in neonatal intensive care: a
anxiety of women before caesarean
survey from the viewpoint of parents.
section: a randomize clinical trial. Qom
Journal Spec Pediatr Nurs, 17(4), 321-
University of Med Sciences, 4(1), 15-19
328
Mirmolaee, T. (1998). Comparison effect of
Tucker, J. A. (2016). The experience of the
Quran sound and music on the pain
expectant mother following a diagnosis of
intensity in active phase of first stage
a fetal anomaly. University of Alabama.
labor in primipar women hospitalization
in two hospital in tehran. Tehran: Tehran WHO. (2016). Congenital anomalies.
Retrieved from
University of Medical Sciences
http://www.who.int/mediacentre/factsheet
Navidi, A. A., & Ghasemi S. K. (2003).
s/fs370/en/ on 26 Desember 201

Anda mungkin juga menyukai