Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menyusui segera (Immediate Breastfeending) yaitu menyusui dalam

waktu ≤ 30 menit setelah persalinan merupakan salah satu alternatif yang

dapat dilakukan untuk mencegah diberikannya makanan/minuman

pralakteal tersebut. Interaksi segera antara ibu dan bayi dalam beberapa

menit setelah kelahiran berhubungan erat dengan kesuksesan menyusui.

Studi ini bermaksud untuk melihat seberapa jauh Immediate

Breastfeending dapat memfasilitasi ibu untuk terus memberikan ASI-nya

sampai usia minimal 4-6 bulan (Fikawaty & Syafiq, 2013).

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (early initiation) atau permulaan

menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.Cara

bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau

merangkak mencari payudara. Setidaknya dalam waktu 1 jam bayi baru

lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke

kulit (Saleha, 2009).

Inisiasi menyusu dini merupakan program dimana bayi yang harus

aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini dilakukan dengan

cara meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibu dan membiarkan bayi

menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD dilakukan segera


2

setelah lahir dan tidak boleh ditunda dengan kegiatan apapun seperti

menimbang, mengukur dan memandikan bayi (Roesli, 2008).

Pelaksanaan IMD pada saat setelah bayi lahir yang diterapkan pada

setiap ibu yang akan melahirkan sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi.

Manfaat untuk bayi diantaranya adalah makanan dengan kualitas dan

kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan

dengan kebutuhan bayi, memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan

pasif yang segera kepada bayi, meningkatkan kecerdasan, membantu bayi

mengkoordinasi hisap, telan dan nafas, mencegah kehilangan panas

(hipotermi), sedangkan untuk ibu adalah merangsang produksi oksitosin

dan prolaktin dimana hormon oksitosin ini sangat membantu rahim ibu

untuk berkontraksi sehingga merangsang pengeluaran plasenta dan

mengurangi perdarahan setelah melahirkan, meningkatkan keberhasilan

produksi ASI, dan meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi

(Fikawaty & Syafiq (20130, dalam Jafar 2011).

Beberapa penelitian dan survei menyatakan bahwa manfaat dan

keuntungan dari IMD baik bagi ibu, bagi bayi, juga bagi keluarga dan

masyarakat, namun ironisnya cakupan praktik IMD masih sangat rendah.

Berdasarkan survei dari World Health Organization (WHO) terhadap lebih

dari 3000 ibu pasca persalinan di beberapa negara, menunjukkan bahwa

ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini atau pemberian ASI minimal

satu jam setelah bayi lahir hanya sekitar 38,33% (Depkes RI, 2002).
3

Salah satu kebijakan Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI)

di Indonesia adalah pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Namun dalam

pelaksanaannya masih sering dilakukan secara tidak tepat, diantaranya

bayi baru lahir dibungkus terlebih dahulu sebelum diletakkan di dada ibu,

sehingga tidak terjadi kontak kulit antar ibu dan bayi. Bayi juga tidak

menyusu melainkan disusui, padahal berbeda antara menyusu sendiri

dengan disusui, bayi dipaksa menyusu sebelum ia siap disusukan.

Kesalahan lainnya adalah bayi dipisahkan dari ibunya untuk dibawa ke

ruang pemulihan, sebagai tindakan lanjutan (Roesli, 2008)


Secara global, inisiasi menyusu dini telah terbukti dapat menurunkan

22% risiko kematian bayi usia 0-28 hari, membantu keberlangsungan ASI

ekslusif dan mempertahankan lamanya menyusu. IMD juga dapat

mencegah bayi kedinginan dengan adanya kontak kulit antara ibu dan

bayinya. Saat IMD bayi terpapar “bakteri baik” dari kulit ibunya,

mendapat antibody dari ASI dan saat IMD pula kolostrum akan cepat

keluar. Sementara itu, manfaat bagi ibu adalah isapan bayi merangsang

hormon oksitosin yang dapat menyebabkan otot rahim mengkerut,

mengurangi kemungkinan terjadinya perdarahan pasca melahirkan,

memperlancar keluarnya ASI dan mempengaruhi perasaan ibu sehingga

menjadi tenang, rileks, lebih kuat menahan sakit dan menimbulkan rasa

bahagia (Partini, dkk, 2011). Untuk itu diharapkan semua tenaga kesehatan

di semua tingkatan pelayanan kesehatan, baik swasta maupun masyarakat

dapat mensosialisasikan dan melaksanakan suksesnya program tersebut

(Depkes RI, 2008).


4

Menyusu bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik

pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 hanya 10% bayi yang

memperoleh ASI pada hari pertama, yang diberikan ASI kurang dari 2

bulan sebanyak 73%, yang diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53%

yang diberikan ASI 4 sampai 5 bulan sebanyak 20% dan menyusu

eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak 49%. Cakupan IMD di Provinsi

Jawa Tengah pada tahun 2010 adalah 34%, padahal target Indonesia Sehat

2010 sebesar 80% ibu pasca bersalin normal melakukan IMD minimal satu

jam setelah bayi lahir (Andika, 2010).


Studi pendahuluan yang di lakukan di wilayah Puskesmas Kota

Selatan Kota Gorontalo, di dapatkan bahwa pelaksanaan IMD pada tahun

2018 dimana jumlah bayi baru lahir berjumlah 188, yang memberikan

IMD hanyalah (28,2%) dari jumlah bayi baru lahir.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

adalah bagaimana Penerapan Menyusui Segera (Immediate Breastfending)

Untuk Meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Hari Ke-0 Di

wilayah Puskesmas Kota Selatan Kota Gorontalo ?

1.3 Tujuan Studi Kasus


Untuk menggambarkan Penerapan Menyusui Segera (Immediate

Breastfeending) Untuk Meningkatkan Produksi ASI Pda Ibu Post Partum

Hari Ke-0 Di Wilayah Puskesmas Kota Selatan Kota Gorontalo.


1.4 Manfaat Studi Kasus
studi kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1.4.1 Bagi Puskesmas Kota Selatan
5

Sebagai masukan dapat melaksankan Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) dengan baik dan benar, agar pelaksanaan IMD

terlaksanakan.
1.4.2 Bagi Perkembangan Ilmu Dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

keperawatan dalam penerapan asuhan keperawatan dengan

Penerapan Menyusui Segera (Immediate Breastfeending) Untuk

Meningkatkan Produksi ASI Pda Ibu Post Partum Hari Ke-0 Di

Wilayah Puskesmas Kota Selatan.


1.4.3 Bagi Masyarakat
Untuk meningkatkan pengetahuan kepada pasien dan keluarga

tentang Penerapan Menyusui Segera (Immediate Breastfending)

Untuk Meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Hari Ke-

0 Di wilayah Puskesmas Kota Selatan.

1.4.3 Bagi Penulis


Sebagai proses belajar khususnya studi kasus tentang

Penerapan Menyusui Segera (Immediate Breastfending) Untuk

Meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Hari Ke-0, dan

menanbah wawasan serta pengetahun penulis secara nyata dalam

melakukan intervensi keperawatan dalam kehidupan sehari-hari.


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Menyusui Dini (Immediate Breastfeending)

2.1.1 Pengertian

Menyusui segera (Immediate Breastfeending) yaitu menyusui

dalam waktu ≤ 30 menit setelah persalinan merupakan salah satu

alternatif yang dapat dilakukan untuk mencegah diberikannya

makanan/minuman pralakteal tersebut. Interaksi segera antara ibu dan

bayi dalam beberapa menit setelah kelahiran berhubungan erat dengan

kesuksesan menyusui. Studi ini bermaksud untuk melihat seberapa

jauh Immediate Breastfeending dapat memfasilitasi ibu untuk terus

memberikan ASI-nya sampai usia minimal 4-6 bulan ((Fikawaty &

Syafiq, 2013).

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi

dengan nalurinya sendiri menyusu dalam 1 jam pertama setelah lahir,

bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin contact) antara kulit ibu

dengan kulit bayinya (Sunansari, 2008).


7

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusu dini

adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.Cara bayi

melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau

merangkak mencari payudara. Setidaknya dalam waktu 1 jam bayi

baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan

kontak kulit ke kulit (Saleha, 2009).

Bayi yang baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan

diperut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dengan

ibunya setidaknya 1 jam, semua bayi akan mulai lima tahap perilaku

(pre-feeding behavior) sebelum ia berhasil menyusui. Pada waktu

inisiasi dini, bayi akan mendapatkan kolostrum yang berguna untuk

kesehatannya. Inisiasi Menyusui Dini berpengaruh dalam tingkat

angka kematian bayi yang disebabkan oleh infeksi neonatal (Roesli,

2008).

Kesimpulan dari berbagai pengertian diatas pelaksanaan IMD

adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir di

taruh di dada ibu dan setelah tali pusat dipotong, bayi tidak

dibersihkan dahulu dan bayi akan melakukan aktivitas yang diakhiri

dengan menemukan puting susu ibu yang telah dicarinya dan menyusu

pada satu jam pertama kelahirannya.

2.1.2 Tahapan yang Dilakukan Bayi dalam IMD


8

Dikutip dari Roesli (2008), tahapan yang biasanya dilakukan bayi pada

saat IMD adalah :

1. Istirahat sebentar dalam keadaan siaga untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya
2. Memasukkan tangan ke mulut
3. Menghisap tangan dan mengeluarkan suara
4. Bergerak ke arah payudara dengan aerola sebagai sasaran
5. Menyentuh puting susu dengan tangannya
6. Menemukan puting susu
7. Melekat pada puting susu
8. Menyusu untuk pertama kalinya
2.1.3 Proses Inisiasi Menyusui Dini
Tahap-tahap proses dalam Inisisasi Menyusui Dini adalah sebagai

berikut (Kemenkes RI, 2009) :


a. Ibu disarankan untuk mengurangi atau tidak menggunakan

obat-obat yang banyak mengandung bahan kimia dalam waktu

proses melahirkan.
b. Petugas kesehtan menjelaskan terlebih dahulu kepada ibu dan

suami/keluarga sebelum proses persalinan tentang apa yang

harus dilakukan.
c. Suami/keluarga harus mendampingi ibu sampai proses IMD

selesai, tidak hanya mendampingi saat proses persalinan saja.


d. Dengan mengajak suami/keluarga membantu ibu secara aktif

melakukan IMD dan dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu.

Bersama ibu, perhatian bayi merayap di dada ibu, biarkan bayi

menjilat kulit ibu, dan kenali tanda-tanda bayi siap menyusu,

yaitu bayi mengisap tangannya, membuka mulutnya mencari

puting
2.1.3 Manfaat IMD
9

Menurut Roesli (2008) ada beberapa manfaat yang bisa didapat dengan

melakukan IMD adalah :

1. Menurunkan resiko kedinginan ( hypothermia). Bayi yang

diletakkan segera di dada ibunya setelah melahirkan akan

mendapatkan kehangatan sehingga dapat menurunkan resiko

hypothermia sehingga angka kematian karena hypothermia dapat

ditekan

2. Membuat pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Ketika

berada di dada ibunya bayi merasa dilindungi dan kuat secara psikis

sehingga akan lebih tenang dan mengurangi stres sehingga

pernafasan dan detak jantungnya akan lebih stabil

3. Bayi akan memiliki kemampuan melawan bakteri. IMD

memungkinkan bayi akan kontak lebih dahulu dengan bakteri ibu

yang tidak berbahaya atau ada antinya di ASI ibu, sehingga bakteri

tersebut membuat koloni di usus dan kulit bayi yang akan dapat

menyaingi bakteri yang lebih ganas di lingkungan luar.

4. Bayi mendapat kolostrum dengan konsentrasi protein dan

immunoglobulin paling tinggi. IMD akan merangsang pengeluaran

oksitosin sehingga pengeluaran ASI dapat terjadi pada hari pertama

kelahiran. ASI yang keluar pada hari pertama kelahiran mengandung

kolostrum yang memiliki protein dan immunoglobulin dengan

konsentrasi paling tinggi. Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi


10

karena kaya akan antibodi dan zat penting untuk pertumbuhan usus

dan ketahanan terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi

kelangsungan hidupnya

5. Mendukung keberhasilan ASI Eksklusif Bayi yang diberikan

kesempatan menyusu dini akan mempunyai kesempatan lebih

berhasil menyusu Eksklusif dan mempertahan kan menyusu dari

pada yang menunda menyusu dini.

6. Membantu pengeluaran plasenta dan mencegah pendarahan

Sentuhan, kuluman dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan

merangsang sekresi hormon oksitosin yang penting untuk

menyebabkan rahim kontraksi yang membantu pengeluaran

plasenta dan mengurangi pendarahan sehingga mencegah anemia,

merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks

dan mencintai bayinya serta merangsang pengaliran ASI dari

payudara

7. Membantu bayi agar memiliki keahlian makan di waktu selanjutnya

8. Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bayinya pertama

kali di dada ibunya.

Sedangkan manfaat untuk ibu adalah merangsang

produksi oksitosin dan prolaktin dimana hormon oksitosin ini

sangat membantu rahim ibu untuk berkontraksi sehingga

merangsang pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan


11

setelah melahirkan, meningkatkan keberhasilan produksi ASI,

dan meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Fikawaty

& Syafiq, 2013).

2.1.4 Penghambat inisiasi menyusui dini (IMD)

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini

kulit ibu dengan kulit bayi menurut Roesli (2008) yaitu :

1. Bayi kedinginan Berdasarkan Penelitian dr Niels Bergman (2005)

ditemukan bahwa suhu dada ibu yng melahirkan menjadi 1°C lebih

panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang

diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1°C.

Jika bayi kedinginan suhu dada ibu akan meningkat 2°C untuk

menghangatkan bayi.

2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera

setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat

bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.

3. Tenaga Kesehatan kurang tersedia Saat usia bayi di dada ibu,

penolong persalinan dapat menjalankan tugas. Bayi dapat

menemukan sendiri payudara ibu. Lihat ayah atau keluarganya

terdekat unuk menjaga bayi sambil memberikan dukungan pada Ibu.

4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk Dengan bayi diatas ibu, ibu

dapat dipindahkan keruang pulih atau kamar perawatan. Beri


12

kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai

payudara dan menyusu dini.

5. Ibu harus dijahit Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi

diarea payudara.yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore

(gonorhea) harus segera diberikan setelah lahir.

7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur.

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas

badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix (zat lemak putih yang

melekat pada bayi) meresap,melunakkan dan melindungi kulit bayi

lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.

Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu dini

selesai.

8. Bayi kurang siaga Pada 1 -2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat

siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi

mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih

penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding

(ikatan kasih sayang).

9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai

sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal) Kolostrum cukup

dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan

membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
13

10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya bagi bayi. Kolostrum

sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai

imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir,

kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih

muda.

Menurut Kari (1997) dalam Refina (2009), ada tiga refleks

yang berhubungan dengan mekanisme menyusu yaitu :

1) Refleks mencari (Rooting Reflex) Bayi yang pipi atau

daerah sekeliling mulutnya menempel pada payudara ibu

akan mendapat rangsangan sehingga menimbulkan refleks

untuk mencari (rooting reflex). Refleks tersebut akan

memungkinkan bayi memutar kepalanya menuju puting

susu diikuti dengan membuka mulut kemudian puting susu

akan ditarik masuk ke dalam mulut.

2) Refleks menghisap (Suckling Reflex) Bila langit-langit

mulut bayi mulai tersentuh, maka refleks menghisap akan

terjadi.

3) Refleks menelan (Swallowing Reflex) Air susu yang keluar

dari puting susu akan dihisap dengan gerakan menghisap

yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran

air susu akan bertambah. Air susu tersebut selanjutnya akan

ditelan masuk ke lambung karena adanya refleks menelan.


14

2.1.5 Langkah-Langkah Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Menurut Roesli (2008) langkah-langkah dalam melakukan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) yaitu:

1. Menganjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat

persalinan.

2. Menyarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat

kimiawi.

3. Mempersilahkan ibu untuk menentukan cara melahirkan yang

diinginkannya, misalkan melahirkan normal, di dalam air, atau

dengan jongkok.

4. Mengeringkan seluruh badan dan kepala bayi sebaiknya dikeringkan

secepatnya, kecuali kedua tangannya.

5. Menengkurapkan bayi di dada atau di atas perut ibu, dan biarkan

bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit

dipertahankan minimal satu jam setelah menyusu awal selesai dan

keduanya diselimuti.

6. Membiarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu, ibu dapat saja

merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan

bayi ke puting susu.

7. Memberikan dukungan pada ayah agar membantu ibu untuk

mengenali tanda-tanda atau prilaku bayi sebelum menyusu.


15

8. Menganjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan

kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi

Caesar.

9. Memisahkan bayi dari ibu untuk ditimbang ,diukur, dan dicap

setelah satu jam atau menyusu awal selesai.

10. Merawat gabung, ibu dan bayi dalam satu kamar.

Menurut Roesli (2008), dalam Inisiasi Menyusu Dini melalui 5

(lima) tahapan prilaku sebelum bayi menyusu, yakni :

1) Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat / diam dalam keadaan

siaga. Bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya terbuka lebar

melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan

penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke luar

kandungan.

2) Antara 30-40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti

mau minum, mencium, menjilat tangan. Bayi mencium dan

merasakan air ketuban yang ada ditangannya. Bau dan rasa ini

akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting

susu ibu.

3) Mengeluarkan air liur, saat menyadari ada makanan disekitarnya

bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

4) Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola (kalang payudara)

sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat


16

kulit ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan

meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangan yang

mungil.

5) Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar,

dan melekat dengan baik.

2.2 Tinjauan Tentang ASI

2.2.1 Pengertian

ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi

bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang

dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Definisi WHO menyebutkan bahwa ASI ekslusif yaitu bayi hanya

diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali

vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6

bulan (WHO (2002) dalam Aprilia, 2009).

Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO)

merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6

bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel

penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar,

WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan

menjadi 6 bulan (180 hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun

dengan panambahan makanan pendamping yang tepat waktu, aman,

benar dan memadai (WHO, 2010).


17

Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya

4-6 bulan akan membantu mencegah berbagai penyakit anak,

termasuk gangguan lambung dan saluran nafas, terutama asma pada

anak-anak. Hal ini disebabkan adanya antibody penting yang ada

dalam kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan

melindungi bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alergi. Untuk

alasan tersebut, semua bayi baru lahir harus mendapatkan kolostrum

(Rahmi (2008) dalam Aprilia, 2009).

Selain itu inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI ekslusif.

selama 6 bulan pertama dapat mencegah kematian bayi dan infant

yang lebih besar dengan mereduksi risiko penyakit infeksi, hal ini

karena (WHO, 2010).

1. Adanya kolostrum yang merupakan susu pertama yang

mengandung sejumlah besar faktor protektif yang memberikan

proteksi aktif dan pasif terhadap berbagai jenis pathogen.

2. ASI esklusif dapat mengeliminasi mikroorganisme pathogen

yang yang terkontaminasi melalui air, makanan atau cairan

lainnya. Juga dapat mencegah kerusakan imunologi dari

kontaminasi atau zat-zat penyebab alergi pada susu formula

atau makanan.

2.2.2`Komposisi ASI
18

Air susu ibu (ASI) selalu mengalami perubahan selama beberapa

periode tertentu. Perubahan ini sejalan dengan kebutuhan bayi

(Anonim, 2010):

1. Kolostrum

Kolostrum terbentuk selama periode terakhir kehamilan dan

minggu pertama setelah bayi lahir. ia merupakan ASI yang

keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 yang kaya zat anti

infeksi dan berprotein tinggi. Kandungan proteinnya 3 kali

lebih banyak dari ASI mature. Cairan emas ini encer dan

seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih yang

mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang

dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum merupakan

pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus

bayi yang baru lahir. Volumenya bervariasi antara 2 dan 10 ml

per feeding per hari selama 3 hari pertama, tergantung dari

paritas ibu.

2. ASI peralihan/transisi
Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum

ASI Mature (Kadang antara hari ke 4 dan 10 setelah

melahirkan). Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar

karbohidrat dan lemak makin tinggi. Volumenya juga akan

makin meningkat.
3. ASI mature (matang)
19

ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-14

dan seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat

dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-

satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur

enam bulan, Tidak menggumpal jika dipanaskan.


Tabel 1. Komposisi kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)

No. Zat-zat Gizi Satuan Kolostrum ASI


1 Energi Kkal 58.0 70

2 Protein G 2.3 0.9

3 Kasein Mg 140.0 mg 187.0

4 Laktosa G 5.3 7.3

5 Lemak G 2.9 4.2

6 Vitamin A Ug 151.0 75.0

7 Vitamin B1 Ug 1.9 14.0

8 Vitamin B2 Ug 30.0 40.0

9 Vitamin B12 Ug 0.05 0.1

10 Kalsium Mg 39.0 35.0

11 Zat besi Mg 70.0 100.0

12 Fosfor Mg 14.0 15.0

2.1.6 Kandungan nutrisi dalam ASI


ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang

termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak

sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral (Baskoro,

2008) :
1. Karbohidrat
20

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan

berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar

laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali. rasio jumlah

laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI terasa

lebih manis dibandingkan dengan PASI, Hal ini menyebabkan

bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak

mau minum PASI. Karnitin mempunyai peran membantu

proses pembentukan energi yang diperlukan untuk

mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin

bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang

mendapat susu formula.


Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting

untuk pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk

kerja sel-sel syaraf. Selain itu karbohidrat memudahkan

penyerapan kalsium mempertahankan faktor bifidus di dalam

usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang

berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang

menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum

sebagai antibodi bayi.


2. Protein
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan

PASI. Namun demikian protein ASI sangat cocok karena unsur

protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem

pencernaan bayi yaitu protein unsur whey. Perbandingan

protein unsur whey dan casein dalam ASI adalah 65 : 35,


21

sedangkan dalam PASI 20 : 80. Artinya protein pada PASI

hanya sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem

pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak

protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan

bayi akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces

berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang

sukar diserap bila bayi diberikan PASI.


3. Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian

meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya

setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis.

Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan

berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut

perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan.


Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak

rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan

sangat mudah dicerna karena mengandung enzim Lipase.

Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA yang

sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak.


Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim

akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya

enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga

menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam

linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan

PASI yaitu 6 : 1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang


22

tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu

perkembangan sel syaraf otak bayi.


4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun

kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi

sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI

merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan

jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI

kandungan mineral jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar

tidak dapat diserap, hal ini akan memperberat kerja usus bayi

serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan

meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga

mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan

kembung, gelisah karena obstipasi atau gangguan

metabolisme.
5. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat

mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K,

karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk

vitamin K. Kandungan vitamin yang ada dalam ASI antara lain

vitamin A, vitamin B dan vitamin C.


6. Volume ASI
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi

kolostrum pada payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila

bayi mulai mengisap payudara, maka produksi ASI bertambah

secara cepat. Dalam kondisi normal, ASI diproduksi sebanyak


23

10- ± 100 cc pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi

konstan setelah hari ke 10 sampai ke 14. Bayi yang sehat

selanjutnya mengkonsumsi sebanyak 700-800 cc ASI per hari.

Namun kadang-kadang ada yang mengkonsumsi kurang dari

600 cc atau bahkan hampir 1 liter per hari dan tetap

menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan

kurang gizi pada ibu pada tingkat yang berat, baik pada waktu

hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI.

Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara

500-700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi, 400-600 cc pada

bulan kedua dan 300-500 cc pada tahun kedua usia anak

(Depkes, 2005).
2.2.2 Manfaat ASI
a. Manfaat ASI bagi bayi
1) ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sember gizi yang sangat ideal dengan

komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan

kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi

yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya,

melalui penatalaksanaan menyusu yang benar, ASI sebagai

makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh

bayi normal sampai usia 6 bulan.


2) ASI sebagai kekebalan
Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan zat

kekebalan dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat

tersebut akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir,


24

padahal bayi sampai usia beberapa bulan tubuh bayi belum

dapat membentuk sendiri zat kekebalan secara sempurna.

Oleh karena itu, kadar zat kekebalan di dalam tubuh bayi

menjadi rendah. Hal ini akan tertutupi jika bayi

mengkomsumsi ASI. ASI mengandung zat kekebalan yang

akan melindungi bayi dari bahaya penyakit dan infeksi,

seperti : diare, infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit

alergi. Angka morbiditas dan mortalitas bayi yang diberi

ASI eksklusif jauh lebih kecil dibanding bayi yang tidak

mendapatkan ASI eksklusif.


3) ASI meningkatkan kecerdasan bayi
Bulan-bulan pertama kehidupan bayi sampai dengan

usia 2 tahun adalah periode di mana terjadi pertumbuhan

otak yang sangat pesar. Periode ini tidak akan terulang lagi

selama masa tumbuh kembang anak. Oleh karena itu

kesempatan ini hendaknya optimal dengan kualitas yang

optimal. Prrtumbuhan otak adalah faktor utama yang

mempengaruhi perkembangan kecerdasan. Sementara itu

pertumbuhan otak sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang

diberikan kepada bayi baik dari segi kualitas maupun

kuantitasnya. Nutrisi utama untuk pertumbuhan otak antara

lain : Taurin, Lactosa, DHA, AA, Asam Omega-3, dan

Omega-6. Semua nutrisi yang dibutuhkan untuk itu, bisa di

dapatkan dari ASI.


4) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
25

Pada waktu menyusu, bayi berada dalam kedapan

ibunya. Semakin sering bayi berada dalam dekapan ibunya,

maka bayi akan semakin merasakan kasih sayang ibunya. Ia

juga akan merasa aman, tentram, dan nyaman terutama

karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang

telah dikenalnya sejak dalam kandungan. Perasaan

terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar

perkembangan emosi bayi dan membentuk ikatan yang erat

antara ibu dan bayi.


b. Manfaat ASI bagi ibu
1) Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan

serta mempercepat pemulihan rahim ke bentuk semula.

Menyusui bayi segera setelah melahirkan akan

meningkatkan kadar oksitosin di dalam tubuh ibu.

Oksitosin berguna untuk proses konstriksi/peyempitan

pembuluh darah di rahim sehingga pendarahan akan lebih

cepat berhenti sehingga pendarahan akan lebih terjadinya

pendarahan akan lebih cepat berhenti sehingga

kemungkinan terjadinya pendarahan dapat berkurang. Hal

ini juga dapat mengurangi terjadinya anemia pada ibu.

Selain itu kadar oksitosin yang meningkat juga sangat

membantu mempercepat rahim kembali mendekati ukuran

seperti sebelum hamil.


2) Menjarangkan kehamilan
26

Menyusui/memberikan ASI pada bayi merupakan cara

kontrasepsi alamiah yang aman, murah, dan cukup

berhasil.
3) Lebih cepat langsing kembali
Menyusui memerlukan energi yang besar. Tubuh itu akan

mengambil sumber energi dari lemak-lemak yang

tertimbun selama hamil terutama di bagian paha dan

lengan atas, sehingga berat badan ibu yang menyusui akan

lebih cepat kembali ke berat badan semula.


4) Mengurangi kemungkinan menderita kanker
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan

mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara dan

akan mengurangi risiko ibu terkena penyakit kanker

indung telur.
5) Lebih ekonomis dan murah
ASI adalah jenis makanan bermutu yang murah dan

sederhana yang tidak memerlukan perlengkapan menyusui

sehingga dapat menghemat pengeluaran. Bayi yang diberi

ASI eksklusif mempunyai daya tahan tubuh yang kuat,

sehingga bayi akan terhindar dari berbagai macam

penyakit dan infeksi. Hal tersebut akan menghemat

pengeluaran untuk berobat ke dokter atau rumah sakit.


6) Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI sangat mudah diberikan tanpa harus menyiapkan atau

memasak air, juga tanpa harus mencuci botol. ASI

mempunyai suhu yang tepat sehingga dapat langsung

diminumkan pada bayi, tanpa perlu khawatir terlalu panas


27

atau dingin. ASI dapat diberikan kapan saja, di mana saja

dan tidak perlu takut persediaan habis.


7) Portabel dan praktis
ASI mudah di bawah ke mana-mana (portabel), siap kapan

saja dan di mana saja bila dibutuhkan. Pada saat

berpergian tidak perlu membawa peralatan untuk membuat

susu dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak

atau menghangatkan susu serta tidak perlu takut basi

karena ASI di dalam payudara ibu tidak akan pernah basi.


8) Memberi kepuasan kepada ibu
Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasa

puas, bangga dan bahagia yang mendalam.


C. Manfaat ASI bagi keluarga
Adapun manfaat ASI bagi keluarga :
1) Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar

atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.


2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih

sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan

berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.


3) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI

ekslusif.
4) Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat

Pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga

bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia (Aprilia,

2009).

2.3 Tinjauan Tentang Masa Nifas

2.3.1 Pengertian
28

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

atau 42 hari, namun secara keseluruhan angka pulih dalam waktu 3

bulan. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan

mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis.

Sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak

dilakukan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup

kemungkinan akan terjadi keadaan patologis (Primadona &

susilowati, 2015).

Menurut WHO/UNICEF/IVACG Task Force (2006)

merekomendasikan pemberian 2 dosis vitamin A 200.000 IU dalam

selang waktu 24 jam pada ibu pascabersalin untuk memperbaiki

kadar vitamin A pada ASI dan mencegah terjadinya lecet putting

susu. Selain itu suplementasi vitamin A akan meningkatkan daya

tahan tubuh ibu terhadap infeksi perlukaan atau laserasi akibat

proses persalinan (Depkes; 2008).

2.3.2 Periode-periode Pada Nifas


Periode-periode pada masa nifas dibagi menjadi 3 periode antara

lain :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana Ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.


2. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alatalat

genetalia yang lamanya 6 sampai 8 minggu.


29

3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat

sempurna bisa berminggu-minggu, bulan atau tahun.


2.3.3 Perubahan Fisik Dan Psikologi Pada Ibu Nifas
a. Perubahan secara fisik yaitu antara lain :
1) Rasa kram dan mules di bagian bawah perut akibat

penciutan rahim (involusi).


2) Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea).
3) Kelelahan karena proses melahirkan.
4) Pemeberian ASI sehingga payudara membesar.
5) Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK.
6) Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong).
7) Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)

b. perubahan secara psikologis


Seorang wanita setelah sebelumnya menjalani fase

sebagai anak kemudian berubah menjadi istri dan harus siap

menjadi ibu. Proses ini memerlukan waktu untuk bisa

menguasai perasaan dan pikarannya. Semakin lama akan

timbul rasa memiliki pada janinnya sehingga ada rasa

ketakutan akan kehilangan bayinya atau perasaan cemas

mengenai kesehatan bayinya. Ibu akan mulai berpikir

bagaimana bentuk fisik bayinya sehingga muncul “mental

image” tentang gambaran bayi yang sempurna dalam

pikiran ibu seperti berkulit putih, gemuk, montok, dan lain

sebagianya. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya

bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatian dari keluarga

lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu.


30

Beberapa faktor yang berperan dalam penyesuaian ibu

antara lain :
1) Dukungan keluarga dan teman
2) Pengalaman waktu melahirkan, harapan dan aspirasi
3) Pengalaman merawat dan membesarkan anak

sebelumnya
Proses adaptasi psikologis sudah terjadi selama

kehamilan, menjelang proses kehamilan, menjelang

proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada

periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat

bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu

setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang

rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi.

Tanggung jawab ibu mulai bertambah.


2.3.4 Fase-fase yang akan dialami oleh ibu masa nifas
a. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung

dari hari pertamna sampai hari kedua melahirkan. Pada fase

ini ibu sedang berfokus terutama pada dirinya. Ibu akan

berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya

dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya

sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu fase ini

seperti mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan

merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut

membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan


31

psikologis, dan mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu

cenderung lebih pasif terhadap lingkungannya.


Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan

pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini

dengan baik. Ibu hanya ingin didengarkan dan diperhatikan.

Kemampuan menderkan (listening skills) dan menyediakan

waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai

bagi ibu. Kehadiran suami atau keluarga sangat diperlukan

pada fase ini.


Gangguan fisiologis yang mungkin dirasakan ibu adalah :
1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang

diinginkan tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu,

warna kulit, jenis rambut dan lainnya.


2) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik

yang dialami ibu misal rasa mules karena rahim

berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula,

payudara bengkak, nyeri luka jahitan.


3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara

merawat bayi dan cenderung melihat saja tanpa

membantu. Ibu akan merasakan tidak nyaman karena

sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu

semata.
b. Fase taking hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara

3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ibu timbul rasa

khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya


32

dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif,

sehingga mudah tersinggung dan marah. Dukungan moral

sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.


Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan

kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai

penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu

nifas. Tugas petugas kesehatan adalah mengajarkan cara

merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawat luka

jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yanf

diperlukan ibu seperi gizi, istirahat, dan kebersihan diri.


c. Fase letting go
Fase letting go adalah periode menerima tanggung

jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari

setelah melahirkan. Terjadi peningkatan akan perawatan diri

dan bayinya. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh

disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan

bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah

meningkat fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam

menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang

diberikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu.

Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan

bayinya.
Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan

ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi,


33

mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu

terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga

mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat

bayinya (Dewey 2001, dalam Jeniawaty, Utami, Nisa. 2016).

BAB III
34

METODE STUDI KASUS

3.1 Rancangan Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan

penatalaksanaan Penerapan Menyusui Segera (Immediate Breastfending)

Untuk Meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Hari Ke-0 Di

wilayah Puskesmas Kota Selatan. Studi kasus ini akan mengarahkan

penulis untuk meninjau 2 (dua) ibu post partum di wilayah kerja

Puskesmas Kota Selatan bagaimana pelaksanaan Penerapan Menyusui

Segera (Immediate Breastfending) Untuk Meningkatkan Produksi ASI

Pada Ibu Post Partum Hari Ke-0 Di wilayah Puskesmas Kota Selatan.

3.2 Subyek Studi Kasus

Subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk

mengambil kasus. Dengan kriteria :

1. Populasi
Populasi dalam kasus ini adalah 2 ibu post partum di wilayah kerja

Puskesmas Kota Selatan.


2. Sampel
Teknik pengambilan sampel studi kasus yang digunakan yaitu total

sampling. Menurut (Sugiyono, 2012) bahwa total sampling adalah

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel.

3.3 Fokus Studi


35

Penerapan Menyusui Segera (Immediate Breastfending) Untuk

Meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Hari Ke-0 Di wilayah

Puskesmas Kota Selatan.

3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusu dini adalah

bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.Cara bayi melakukan

inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau merangkak

mencari payudara. Setidaknya dalam waktu 1 jam bayi baru lahir

segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit

ke kulit (Saleha, 2009).

3.4.2 ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang

bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan

dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Definisi WHO

menyebutkan bahwa ASI ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja,

tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral

atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan (WHO

(2002) dalam Aprilia, 2009).

3.4.3 Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,

namun secara keseluruhan angka pulih dalam waktu 3 bulan.

3.5 Tempat Dan Waktu


36

Penulis melakukan studi kasus di Puskesmas Kota Selatan, dan waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan April.

3.6 Instrumen Studi Kasus

Instrumen dalam studi kasus ini menggunakan kuesioner dan lembar

observasi sebagai alat pengumpulan data. Kuesioner yang digunakan

dalam penelitian ini mengacu pada teori yang terdapat dalam tinjauan

pustaka. Kuesioner dipilih karena merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pertanyaan tulisan kepada responden untuk dijawab.

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh sendiri oleh peneliti

dari hasil pengamatan dan lain-lain. Data primer ini didapatkan

melalui pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk kuesioner.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain dan

data dari istitusi terkait yang rutin mengumpulkan data. Data

sekunder dalam penelitian ini jumlah ibu post partum yang


37

melakukan pelaksanaan IMD yang diperoleh melalu data dari

puskesmas kota selatan.

3.8 Pengolahan Data

Pengolahan dan penyajian data dilakukan secara manual dengan

menggunakkan kalkulator sebelum semua data diolah, maka terlebih

dahulu melalui tahap-tahap berikut:

1. Editing
Dilakukan untuk memeriksa ulang atau mengecek jumlah dan

kelengkapan pengisian kuesioner, apakah setiap pertanyaan sudah

dijawab dengan benar.


2. Coding
Pemberian kode pada data yang telah dikumpulkan.
3. Entry
Data Setelah data diperiksa, data dimasukkan ke dalam tabel.
4. Classification Data Mengklasifikasikan data sesuai dengan jenisnya

dan memindahkan data tersebut sesuai dengan kebutuhan.


5. Preparation
Data Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel disertai dengan

penjelasan. (Notoadmodjo,2012)

3.9 Penyajian Data

Data yang disajikam dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang

kemudian dinarasikan. Sehingga memberi gambaran Penerapan Menyusui

Segera (Immediate Breastfending) Untuk Meningkatkan Produksi ASI

Pada Ibu Post Partum Hari Ke-0 Di wilayah Puskesmas Kota Selatan.

Dalam penelitian ini jenis datanya adalah data kategorik yang hanya
38

menjelaskan angka atau nilai jumlah dan presentase masing-masing dan

menggunakan rumus :

Keterangan :

P = Persentase

f = Jumlah jawaban yang benar

n = Jumlah Total pertanyaan (Arikunto, 2006).

3.10 Etika Studi Kasus


Dalam pelaksanaan studi kasus ini, peneliti mengemban etika untuk :
1. Menjaga privasi klien yang diberi pengelolaan tindakan.
2. Menjaga kenyamanan klien yang akan diberikan pengelolaan

tindakan.
3. Tidak membebani klien dengan tindakan yang dapat menyusahkan

klien dalam pengelolaan tindakan


4. Memberikan kesempatan klien jika ada hal yang ingin disampaikan

sehingga klien meraa bahwa peniliti care terhadapnya .


39

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Turun, jumlah bayi yang dapat ASI eksklusif. Gizi Net [internet].
2009[diakses 13 Desember 2009]. Tersedia di:http://www.gizi.net/ cgi-
bin/berita/fullnews.cgi?newsid1173324133, 39743.

Aprillia, Y., (2009). Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan
ASI Eksklusif kepada Bidan di Kabupaten Klaten. (Doctoral dissertation,
Universitas Diponegoro).

Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta; 2006. h. 118-9.

Baskoro, 2008. Faktor Ibu Bayi Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Di Indonesia. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia.

Depkes RI, 2002. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI, Jakarta.

Fikawati & syafiq. 2013. Hubungan Antara Menyusui Segera (Immediate


Breastfeeding) Dan Pemberian ASI Eksklusif Sampai Dengan Empat
Bulan. Vol.22 no.2.
40

Indramukti. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Inisiasi


Menyusu Dini (Imd) Pada Ibu Pasca Bersalin Normal Di Wilayah Kerja
Puskesmas Blado I. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia.

Jafar N. 2011. Asi Ekslusif. kesehatan masyarakat universitas hasanuddin.


Jeniawaty, Utami, Nisa. 2016. Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Ibu Nifas
Dalam Menghadapi Asi Belum Keluar Pada 0-3 Hari Pascasalin. Jurnal
Ners Vol. 11 No. 2.

Kemenkes RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta ; Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nursalam. (2003). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
Perinasia. Manajemen Laktasi. Jakarta: Depkes RI; 2003. H.4,711.

Primadona & susilowati. 2015. Penyembuhan Luka Perineum Fase Proliferasi


Pada Ibu Nifas. Profesi vol. 13 no. 1.

Ritasari M. 2017. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kecepatan


Keluarnya Air Susu Ibu (Asi) Pada Ibu Post Partum Di Rb Nilam Sari
Tembilahan Kota. Jurnal bappeda vol.3 no.2

Roesli. U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif .Jakarta : Pustaka
Bunda.
Roesli. (2008). Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta : Pustaka Bunda.

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

World Health Organization (WHO). The Optimal Duration of Exclusive


Breastfeeding, Report of an Expert Consultation. Geneva, Switzerland:
World Health Organization, 2002.

Anda mungkin juga menyukai