BENJOLAN DI SENDI
1
keadaan sakit, termasuk fasies posisi pasien serta Kesadaran (Aty Yoani.
2015).
c. Tekanan darah
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat
darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah
merupakan tenaga yang terdapat pada dinding arteri saat darah dialirkan.
Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri agar tetap lancar
(Setiawan. 2017).
d. Nadi
Denyut nadi menggambarkan frekuensi arteri (pembuluh darah bersih)
yang mengembang dan berkontraksi dalam satu menit sebagai respons
terhadap detak jantung. Melalui denyut nadi, kamu juga bisa mengetahui
detak jantung, irama jantung, hingga kekuatan jantung. Sehingga,
memeriksa denyut nadi bisa menjadi tanda apakah jantung bekerja dengan
baik atau tidak (Halodoc. 2018).
e. Respiratory Rate / Pengukuran Pernapasan
Alat ukur frekuensi pernafasan (respiration rate) adalah suatu alat
yang digunakan untuk memantau frekuensi pernafasan dalam kurun waktu
satu menit, pengukuran ini biasa digunakan untuk mediagnosa suatu
penyakit (Guna Hidayat & Purwoko Heri 2020).
f. Suhu aksila
Pengukuran suhu aksila adalah ukuran dari kemampuan tubuh dalam
menghasilkan dan menyingkirkan hawa panas dengan meletakan alat
pemeriksaan pada daerah aksila/ketiak. Pengukuran suhu tubuh aksila
memiliki presisi yang cukup baik dan bersifat sederhana, sehingga mudah
digunakan dalam praktik sehari-hari (Alomedika. 2021).
2
3. MIND MAP
OSTEOARTHRITIS
REUMATOID ARTRITIS
Osteoarthritis disebabkan oleh kerusakan
pada tulang rawan dan sendi. Kondisi ini Merupakan penyakit autoimun yang
dimulai pada saat tulang rawan yang menyebabkan peradangan pada sendi.
merupakan bantalan pelindung tulang
Bagian tubuh yang paling sering terkena
mengalami kerusakan. Gejala yang bisa
adalah tangan, pergelangan tangan, kaki,
dirasakan yaitu nyeri, kaku, BENJOLAN dan lutut. Gejala yang muncul yaitu nyeri
pembengkakan pada sendi, munculnya
suara gesekan pada sendi ketika PADA SENDI sendi, kekakuan sendi, pembengkakan,
digerakkan, munculnya benjolan pada kemerahan pada bagian sendi, nodul
sendi pada jari tangan, melemahnya otot reumatoid (benjolan).
dan kurangnya massa otot, membengkok
nya jari tangan.
ASAM URAT
4
f) Terkena secara simetris, misalnya pergelangan tangan kanan
dan kiri seseorang akan menunjukkan gejala
2) Sindrom trowongan karpal, yang terkadang dapat disebabkan oleh
peradangan reumatoid artritis di pergelangan tangan.
3) Tenosinovitis (peradangan), pada lapisan halus tendon ditangan.
Setidaknya satu studi menunjukkan bahwa tenosinovitis tendon
fleksor jari adalah prediktor kuat reumatoid artritis.
4) Kekakuan, menetap yang dimulai di pagi hari dan berlangsung
selama satu jam atau lebih, bahkan setelah melakukan aktivitas
ringan hingga sedang.
5) Kelelahan seluruh tubuh yang berlebihan, yang tampaknya tidak
berhubungan dengan aktivitas fisik atau tidur.
6) Demam ringan yang selalu atau hampir selalu ada.
7) Perasaan umum malaise/gejala seperti flu
8) Penurunan berat badan yang tidak terduga dan kehilangan nafsu
makan
9) Penurunan fungsi sendi, yang dapat membuat tugas-tugas
sederhana, seperti membuka toples atau menyalakan mobil
menjadi sulit. Rasa sakit mungkin dialami setelah periode
penggunaan sendi yang meningkat, seperti mencengkram atau
menggenggam benda dengan berat, dan dapat terjadi saat istirahat.
10) Sensasi penggilingan sendi, yang dapat terjadi ketika kerusakan
jaringan lunak menyebabkan tulang-tulang sendi saling
bergesekan.
11) Nodul reumatoid yang terbentuk dibawah kulit. Nodul ini adalah
benjolan keras yang ukurannya berkisar dari seukuran kacang
polong hingga seukuran kenari dan sebagian besar terlihat didekat
siku atau jari.
5
6. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mengapa pada kasus diatas terjadi nyeri?
7. INFORMASI TAMBAHAN
8. KLARIFIKASI INFORMASI
Penyebab Rheumathoid Athritis tidak diketahui namun faktor genetic,
lingkungan, hormon, imunologi mungkin memainkan peran penting:
a. Genetik: sekitar 60% dari pasien dengan rheumatoid arthritis
membawa epitope Bersama dari cluster HLA-DR4 yang merupakan
salah satu situs peningkatan peptida-molekul HLA-DR tertentu yang
berkaitan dengan reumathoid arthritis,
b. Lingkungan: untuk beberapa decade, sejumlah agen infeksi seperti
organisme mycoplasma, Epstein-Barr dan virus rubella menjadi
predispolsisi peningkatan rheumatoid atritis,
c. Hormonal: hormone seks mungkin memainkan peran, terbukti
dengan jumlah perempuan yang tidak prolposional dengan
reumathoid arthritis, ameliorasi selama kehamilan, kambuh dengan
periode postpartum dini, dan insiden berkurang pada Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral,
d. Imunologi: semua elemen imunololgi utama memainkan peran
penting dalam propagasi inisikasi, dan pemeliharaan dari proses
6
autoimun rheumatoid atritis. Peristiwa seluler dan sitokin yang
mengakibatkan konsekuensi patologis kompleks, seperti ploriferasi
sinovia dan kerusakan sendi berikutnya.
Manifestasi Klinis
Diagnosa Medik Kaku dan Hangat saat Merah dalam Peradangan Nyeri
Bengkak
sulit ditekuk disentuh penampilan
Osteo Athritis + + - - - +
Reumathoid + + + + + +
Athritis
Asam Urat - - - + + +
Berdasarkan gejala yang dialami oleh klien pada kasus diatas maka dapat
ditetapkan bahwa Differensial Diagnosis utama adalah REUMATHOID
ATHRITIS
KONSEP MEDIS
Rheumathoid Arthritis
7
1. DEFINISI
Artritis Rheumatoid adalah penyakit inflamasi kronik dan sistematik yang
menyebabkan destruksi sendi dan deformasi serta menyebabkan disability.
Penyakit ini sering terjadi dalam 3-4 dekade ini pada lansia. Penyebab Artritis
Rheumatoid tidak diketahui, tetapi mungkin akibat penyakit autoimun
dimulai dari interfalank proksimal metakarpofalenkeal, pergelangan tangan
dan pada tahap lanjut dapat mengenai lutut dan paha (Fatimah, 2010).
8
a. Sendi fibrosa atau sendi mati terjadi bila batas dua buah tulang
bertemu membentuk cekungan yang akurat dan hanya dipusahkan
oleh lapisan tipis jaringan fibrosa. Sendi seperti ini terdapat di antara
tulang-tulang kranium.
b. Sendi kartilaginosa atau sendi yang bergerak sedikit (sendi tulang
rawan). Sendi tulang rawan terjadi bila dua permukaan tulang dilapisis
tulang rawan hialin dan dan dihubungkan oleh sebuah bantalan
fibrokartilago dan igamen yang tidak membentuk sebuah kapsul
sempurna disekeliling sendi tersebut. Sendi tersebut terletak diantara
badan-badan vertebra dan diantara manubrium dan badan sternum.
c. Sendi sinovial atau sendi yang bergerak bebas terdiri dari dua atau
lebih tulang yang ujung-ujungnya dilapisi tulang rawan hialin sendi.
Terdapat rogga sendi yang mengandung cairan sinovial, yang
memberi nutrisi pada tulang rawan sendi yang tidak mengandung
pembuluh darah keseluruhan sendi tersebut dikelilingi kapsul fibrosa
yang dilapisi membran sinovial. Membran sinovial ini melapisi
seluruh interior sendi, kecuali ujung-ujung tulang, meniskus, dan
diskus. Tulang-tulang sendi sinovial juga dihubungkan oleh sejumlah
ligamen dan sejumlah gerakan selalu bisa dihasilkan pada sendi
sinovial meskipun terbatas, misalnya gerak luncur (gliding) antara
sendi-sendi metakarpal. Adapun jenis-jenis sendi Sinovial :
1. Sendi pelana (hinge) memungkinkan gerakan hanya pada satu arah,
misalnya sendi siku.
2. Sendi pivot memungkinkan putaran (rotasi), misalnya antara radius
dan ulna pada daerah siku dan antara vertebrata servikal I dan II
yang memungkinkan gerakan memutar pada pergelakan tangan dan
kepala.
3. Sendi kondilar merupakan dua pasangan permukaan sendi yang
memungkinkan gerakan hanya pada satu arah, tetapi permukaan
sendi bisa berada dalam satu kapsul atau dalam kapsul yang
berbeda, misalnya sendi lutut.
9
4. Sendi bola dan mangkuk (ball and socket) sendi ini dibentuk oleh
sebuah kepala hemisfer yang masuk ke dalam cekungan berbentuk
mangkuk misalnya sendi pinggul dan bahu.
d. Pergerakan sendi dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Gerakan meluncur, seperti yang diimplikasikan namanya, tanpa
gerakan menyudut atau ,memutar.
2. Gerakan menyudut memnyebabkan peningkatan atau penurunan
sudut diantara tulang. Gerakan ini mencangkup fleksi
( membengkok), ekstensi ( lurus), abduksi ( menjauhi garis tengah)
dan aduksi ( mendekati garis tengah).
3. Gerakan memutar memungkinkan rotasi internal ( memutar suatu
bagian pada porosnya mendekati garis tengah) dan rotasi eksterna
( menjauhi garis tengah). Sirkumduksi adalah gerakan ekstremitas
yang membentuk suatu lingkaran. Istilah supinasi dan pronasi
merujuk pada gerakan memutar telapak tangan keatas dan
kebawah.
3. ETIOLOGI
Penyebab Artritis Rheumatoid belum diketahui dengan pasti. Namun
kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor
genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009).
a. Genetik, berupa hubungan dengan HLH-DRBI dan faktor ini memiliki
angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% ( Suarjana, 2009).
b. Hormon sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Plasental
kortikotraonim Releasing Hormone yang mensekresi
c. dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat penting
dalam sintesis esterogen plasenta. Dan stimulasi esterogen dan
proggesteron pada respon imun humoral ( TH2) dan menghambat
respon imun selular ( TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progresteron mempunyai efek yang berlawanan
terhadap perkembangan penyakit ini ( Suarjana, 2009).
10
d. Faktor infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa seinduk semang
(host) dan merubah reakrifitas atau respon sel T sehingga muncul
timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009).
e. HeatShockProtein (HSP) Merupakan protein yang diproduksi sebagai
respon terhadap stress. Protein ini mengandung untaian ( sequence)
asam amino homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul
dimana antibodi dan sel T mengenali epitok HSP Pada agen infeksi
dan sel Host. Sehingga bisa mencetuskan terjadinya reaksi silang
Limposit dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis
( Suarjana,2009).
4. PATOFISIOLOGI
Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologi persendian diartrodial
atau sivovyal merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit
reumatik fungsi persendian sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati
masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-
sendi yang dapat digerakkan pada sendi sinovial yang normal kartilago
artikular membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan perkumaan
yang licin serta ulet untuk digerakkan. Membran sinovial melapisi dinding
dalam kapsula fibrosa dan mengsecresi cairan kedalam ruang antar tulang.
Fungsi dari cairan sinovial ini yaitu peredam kejut (syok absorber) dan
pelumas yang memungkinkan sendi untuk beregrak secara bebas dalam arah
yang tepat sebaliknya, pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses
inflamasi yang sekunder sinovitis ini biasanya lebih ringan serta
menggambarkan suatu prose reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk
terlihat penyakit lanjut, pelepasan ptoteoglikan tulang rawan yang bebas dari
kartilago artikuler yang mengalami degenerasi dapat berhubungan dengan
sinovitis kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Smelzer dan
Bare, 2013).
11
5. PATWAY ARTRITIS RHEUMATOID
Rheumathoid Arthritis
Masuknya bakteri/virus/jamur
ke dalam tubuh
Terjadi Infeksi
Arthritis Septik
Peradangan Sendi
12
6. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis RA dibagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi artikular dan
manifestasi ekstraartikular . Manifestasi artikular dibagi menjasi 2 kategori ,
yaitu gejala inflamasi akibat aktivitas sinovitis yang bersifat reversibel dan
gejala akibat kerusakan struktur persendian yang bersifat ireversibel. Sinovitis
merupakan kelainan yan umumnya bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan
pengobatan medikamentosa atau pengobatan non surgical lainnya (Shah and
Clair, 2012).
Gejala klinis yang berhubungan dengan aktivitas sinovitis adalah kaku pagi
hari . Beberapa aspek lain yang berhubungan dengan sendi yaitu (Suarjana,
2009) :
13
1. Nodul , merupakan level tertinggi pada penyakit ini dan terjadi 30-40%
pada penderita .
2. Sjogren’ssyndrome , terjadi hanya 10% pasien dengan ditandai dengan
adanya keratoconjutivitas sicca (dry eyes).
3. Vaskulitis , hanya terjadi <1% pada penderita dengan penyakit RA yang
sudah kronis .
4. Limfoma , resikonya pada pasien RA mencapai 2-4 kali lebih besar
dibandingkan populasi umum . Hal ini disebabkan penyebaran B-cell
lymphoma secara luas.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penjungan ini tidak banyak berperan dalam diagnosis artritis
rheumatoid , pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit membantu untuk
melihat prognosis pasien , seperti :
a. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat.
b. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif . Sisanya dapat dijumpai pada pasien
lepra , TB paru , sirosis hepatis , penyakit kolagen dan sarkoidosis .
c. Leukosit normal atau meningkat sedikit
d. Trombosit meningat
e. Kadar albumin serum trurun dan globulin
f. Jumlah sel darah merah dsn komplremen C4 menurun
g. Protein C-reaktif dan antibodi antiukleus (ANA) biasanya positif
h. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukan inflamasi
i. Tes aglutinasi lateks menunjukan kadar igC atau igM (faktor mayor dari
rheumatoid ) tinggi . Makin tinggi iter , maka makin berat penyakitnya
j. Pemerikasaan sinar-X dilakukan untuk membantupenegakkan diganosa dan
memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen men unjukan erosi tulang yang
khas terjadi kemudian dalam perjala nan penyakit tersebut (Rosyidi, 2013).
14
8. PENATALAKSAAN
Tujuan utama dari program penatalkasanaan adalah perawatan sebagai berikut :
1) Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
2) Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari
penderita.
3) Untuk mencegah dan atau memperbaiki defporitas yang terjadi pada sendi.
4) Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.
a. Keperawatan
1) Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi,
(perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis)
penyakit ini, semua komponen program penatalkansanaan termasuk
regimen obat yang kompleks, sumber bantuan untuk mengatasi
penyakit ini dan metode efektif tentang penatalksanaan yang diberikan
oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus di lakukan secara
terus-menerus.
2) Istirahat , Merupakan hal penting karena rematik biasanya disertai rasa
lelah yang hebat . Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul
setiap hari , tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau
lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi
beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat .
3) Latihan Fisik dan Fisioterapi, Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam
memperthankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan
pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehat. Obat
untuk menghilangkan nyeri diperlukan sebelum memulai latihan.
Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur
penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
15
b. Medis
1) Penggunaan OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umunya diberikan pada
penderita AR sejak dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi
nyeri sendi akibat inflamasi yang sering kali dijumpai, walaupun
belum terjadi proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat
mengatasi inflamasi, OAINS juga memberikan efek analgetik yang
sangat baik . OAINS terutama bekerja menghambat enzim
siklooxygenase sehingga menekan sintesi progtaglandin masih belum
jelas apakah hambatan enzim siklooxygenase juga berperan dalam hal
ini , akan tetapi jelas bahwa OAINS bekerja dengan cara :
a) Memungkinkan stabilitas membran lisosomal.
b) Menghambat pembesaran dan aktivitas mediator imflamasi
(histamin, serotoin, enzim lisosomal dan enzim lainnya).
c) Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan
d) Menghambat proliferasi seluler
e) Menetralisirkan radikal oksigen
f) Menekan rasa nyeri
2) Pengunaan DMARD
Terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada pengobatan
penderita AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD tunggal yang
dimulai dari saat yang sangat dini, pendekatan ini didasarkan pada
pemikiran bahwa destruksi sendi pada AR terjadi pada masa dini
penyakit. Cara pendekatan lain adalah dengan menggunakan dua atau
lebih DMARD secara stimultan atau secara siklik seperti penggunaan
obat-obatan imunosuprensif pada pengobatan penyakit keganasan,
digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses
estruksi akibat artiris rheumatoid. Beberapa jenis DMARD yang lazim
digunakan untuk pengobatan AR adalah :
a) Klorokuin : Dosis anjurkan klorokuin fosfat 250mg/hari
hidrosiklorokuin 400mg/hari. Efek samping bergantung pada
dosis harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis,
16
makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik. (b)
Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfazalazine dalam bentuk
euteric coated tabelet digunakan mulai dari dosis 1x500 mg/hari,
untuk kemudian ditingkatkan 500mg setiap minggu sampai
mencapai dosis 4x500mg. Setelah remisi tercapai dengan dosis
2g/hari, dosis diturunkan kembali sehingga mencapai 1g/hari
untuk digunakan dalam jangka panjang sampai remisi sempurna
terjadi.
b) Dpeicillamine : Dalam pengobatan AR. DP (Cuprimin 250mg
Trolovol 300mg) digunakan dalam dosis 1x250mg sampai
300mg/hari kemudian dosis ditingkatkan setiap dua sampai 4
minggu sebesar 250 sampai 300 mg/hari untuk mencapai dosis
total 4x250 sampai 300mg/hari.
c. Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil
serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan
pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat
ortopedik, misalnya sinovektoni, artrodesis, total hip replacement,
memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.
9. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti imflamasi non
steroid (OAINS) atau obat pengubah jalan penyakit DMARD (disease modifying
antirheumatoid drugs) yang menjadi faktor penyebab mortalitas utama pada artritis
rheumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran yang jelas,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebrata servikal dan
neuropati siskemik vaskulitis (Mansjoer, 2005)
17
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian primer dan sekunder
a. Identitas pasien
Nama : Ny. X
JK : Perempuan
Umur : 55 tahun
Alamat :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Agama :-
b. Keluhan utama
Adanya Nyeri yang dirasakan pada sendi – sendi tangan dan kaki
c. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan nyeri dan kaku pada jari. Ditemukan adanya benjolan pada sendi
dijari kaki, skala 5/10 (biasanya dirasakan lebih sakit Ketika bangun pagi),
deformitas sendi.
d. Riwayat penyakit sebelumnya : -
e. Aktivitas/ istirahat : -
f. Integritas ego : -
g. Eliminasi : -
h. Makanan/cairan : -
i. Hygine : -
j. Neurosensori: -
k. Nyeri/kenyamanan : -
l. Interaksi social : -
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
N : 90x/m
R : 22 x/m
SB : 38,8°c
18
b. Kekuatan Otot
3 3
3 3
3. Pemeriksaan Penunjang:
a. Pemeriksaan laboratorium :
Hb : 11.9 g/dL
Leukosit : 10.500 mcL
Asam urat : 5.9 g/dL
19
ANALISA DATA
Arthritis Septik
Peradangan Sendi
Nyeri Akut
20
2. Ds : Masuknya Gangguan Mobilitas
- Adanya nyeri dan bakteri/virus/jamur ke Fisik
kaku pada jari dalam tubuh
Do ;
- Adanya
Kolonisasi bakteri di sendi
penurunan
kekuatan otot
Synovium (Selaput sendi)
3 3
tidak bisa melindungi
3 3
sendi
Terjadi Infeksi
Arthritis Septik
Peradangan Sendi
Pembengkakan sendi
21
3. Ds : - Masuknya Resiko infeksi
Do : bakteri/virus/jamur ke
- SB : 38.8 C dalam tubuh
- Leukosit : 10.500
mcL Kolonisasi bakteri di sendi
Terjadi Infeksi
Arthritis Septik
Peradangan Sendi
Demam
Resiko Infeksi
22
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut b.d inflamasi d.d adanya nyeri yang dirasakan pada sendi – sendi
tangan dan kaki
2) Gangguan Mobilitas Fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d semua ekstremitas
kekeuatan otot 3
3) Resiko Infeksi b.d supresi respon inflamasi d.d peningkatan subu tubuh : 38.8
dan leukosit : 10.500 mcL
23
C. Rencana Tindakan Keperawatan
No
Diagnosa Tujuan Intervensi
.
1. D.0077 L.08066 I. 08238
Nyeri Akut b.d inflamasi d.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
adanya nyeri yang dirasakan intervensi selama 3x24 Observasi
pada sendi – sendi tangan jam, maka Tingkat Identifikasi
dan kaki Nyeri, dengan kriteria lokasi, karakteristik,
hasil : durasi, frekuensi,
Kategori : Psikologis
Keluhan nyeri kualitas, intensitas
Subkategori: Nyeri dan
menurun Identifikasi skala
Kenyamanan
nyeri
Definisi :
Pengalaman sensorik atau Identifikasi
24
lebih sakit saat bangun mandiri
pagi) Anjurkan
menggunakan analgetic
secara tepat
Ajarkan Teknik
non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu
25
Do ; - Berikan bantuan
- Adanya penurunan saat
kekuatan otot makan/minum
3 3 sesuai tingkat
kemandirian
3 3
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian obat
26
meningkatkan
asupan nutrisi
Pemberian Obat
Intravena :
Observasi :
- Identifikasi
kemungkinan
alergi interaksi,
dan
kontraindikasi
obat .
- Monitor tanda
vital dan nilai
laboratorium
sebelum
pemberian obat
Terapeutik :
- Lakukan prinsip
enam benar
- Berikan obat IV
dengan kecepatan
yang tepat
Edukasi :
- Jelaskan jenis
obat , alas an
pemberian,Ti
ndakan yang
diharapkan ,
dan efek
27
samping
sebelum
pemberian.
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dilakukan, berkesinambung-an dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan (Suarni dan
Apriyani. 2017).
28
DAFTAR PUSTAKA
Devi. 2019. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Pada Lansia Yang
Mengalami Reumatoid Artritis Di Desa Kotasan Kecamatan Galang. pada situs:
https://jurnal.unar.ac.id/index.php/health/article/view/123/85
Guna Hidayat & Purwoko Heri 2020. Vital Sign Monitor. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta: Yogyakarta
Halodoc. 2018. Cara Mengetahui Denyut Nadi Normal. Diakses tanggal 21 November
2021 pada situs: https://www.halodoc.com/artikel/cara-mengetahui-denyut-nadi-
normal
Netto A., 2015, Hand Pain and Rheumatoid Arthritis. Artikel. Arthritis-health
Watampone.
29
http://www.emedicinehealth.com/rheumatoid_arthritis/article_em.htm ,
Adellia, 2011. Libas Rematik Dan Nyeri Otot Dari Hidup Anda. Yoygyakarta : Briliant
Books.
Junaidi.I, 2013. Rematik Dan Asam Urat. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
Roger watson. 2008. Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Jakarta : EGC.
Suarjana, I Nyoman, 2009. Artritis Rheumatoid Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi V, Sudoyo A.W., Setiyohardi, B., Alwi, Idrus, e.t al.Internal Publising. Jakarta.
Smelzer, suzane c, 2013 . Keperawatan Medikal Bedah Bahasa Brunner & Suddarth :
Edisi & Alih Bahasa Agung Waluyo. (et.al) : Editor Bahasa Indonesia Monica Ester.
(et.al). Jakarta : EGC.
Nurarif, H.Amin & Kusuma Hardi, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA ( North American Nursing Diagnosis Association ) Nic-
Noc. Mediaction Publishing.
Shah A. And Clair E.W. 2012. Rheumatoid Artritis, Harrison’s Proncipe Of Internal
Medicine ed.18 Chapter 231, USA.
Mansjoer, Arif, dkk. 2005, Kapital Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
30
31