Anda di halaman 1dari 31

KASUS 3

BENJOLAN DI SENDI

Seorang Wanita berusia 55 tahun sedang dirawat di ruang perawatan interna


dengan keluhan nyeri dan kaku pada jari. Anamnesis nyeri dirasakan pada sendi –
sendi tangan dan kaki. Pengkajian fisik ditemukan adanya benjolan pada sendi
dijari kaki, skala nyeri 5/10 (namun dirasakan lebih sakit Ketika bangun pagi),
deformitas sendi, kekuatan otot 3 (semua ekstremitas), TD : 130/80 mmHg, Nadi
90 kpm, frekuensi nafas 22 kpm, suhu tubuh 38.8 derajat, Hb : 11.9 g/dL, leukosit
10.500 mcL, asam urat 5.9 g/dL. Keadaan ini membuat klien terpaksa untuk
berhenti dari pekerjaannya

1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING


a. Nodul (benjolan)
Nodul yaitu benjolan keras yang muncul pada bagian subkutan
(dibawah kulit). Sekita 20% pasien dengan reumatoid artritis
mengalaminya. Nodul ini biasanya terjadi pada sendi yang mengalami
trauma, seperti sendi jari dan siku. Terkadang nodul ini dapat terjadi
ditempat lain seperti bagian belakang tumit dan dapat menyebabkan rasa
sakit.
b. Deformitas sendi
Pada pasien yang dicurigai reumatoid artritis, akan ditemukan keluhan
penyerta berupa deformitas persendian yang disebebkan oleh kerusakan
tulang rawan sendi atau ligamen, yang disebabkan oleh artritis inflamatori
(seperti artritis reumatoid atau artritis gaut) atau artritis degeneratif
(osteoarthritis). Artritis reumatoid menghancurkan lapisan tulang rawan dan
ligamen persendian sinovial. Ini bisa mempengaruhi semua persendian
tubuh, dari spina hingga pinggul dan lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki,
bahu da siku, serta pergelangan tangan dan tangan.
b. Keadaan Umum
Keadaan Umum Pasien adalah bagian dari Pemeriksaan fisik yang
merupakan permulaan dalam pengkajian pasien yang mencakup kesan

1
keadaan sakit, termasuk fasies posisi pasien serta Kesadaran (Aty Yoani.
2015).
c. Tekanan darah
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat
darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah
merupakan tenaga yang terdapat pada dinding arteri saat darah dialirkan.
Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri agar tetap lancar
(Setiawan. 2017).
d. Nadi
Denyut nadi menggambarkan frekuensi arteri (pembuluh darah bersih)
yang mengembang dan berkontraksi dalam satu menit sebagai respons
terhadap detak jantung. Melalui denyut nadi, kamu juga bisa mengetahui
detak jantung, irama jantung, hingga kekuatan jantung. Sehingga,
memeriksa denyut nadi bisa menjadi tanda apakah jantung bekerja dengan
baik atau tidak (Halodoc. 2018).
e. Respiratory Rate / Pengukuran Pernapasan
Alat ukur frekuensi pernafasan (respiration rate) adalah suatu alat
yang digunakan untuk memantau frekuensi pernafasan dalam kurun waktu
satu menit, pengukuran ini biasa digunakan untuk mediagnosa suatu
penyakit (Guna Hidayat & Purwoko Heri 2020).
f. Suhu aksila
Pengukuran suhu aksila adalah ukuran dari kemampuan tubuh dalam
menghasilkan dan menyingkirkan hawa panas dengan meletakan alat
pemeriksaan pada daerah aksila/ketiak. Pengukuran suhu tubuh aksila
memiliki presisi yang cukup baik dan bersifat sederhana, sehingga mudah
digunakan dalam praktik sehari-hari (Alomedika. 2021).

2
3. MIND MAP

OSTEOARTHRITIS
REUMATOID ARTRITIS
Osteoarthritis disebabkan oleh kerusakan
pada tulang rawan dan sendi. Kondisi ini Merupakan penyakit autoimun yang
dimulai pada saat tulang rawan yang menyebabkan peradangan pada sendi.
merupakan bantalan pelindung tulang
Bagian tubuh yang paling sering terkena
mengalami kerusakan. Gejala yang bisa
adalah tangan, pergelangan tangan, kaki,
dirasakan yaitu nyeri, kaku, BENJOLAN dan lutut. Gejala yang muncul yaitu nyeri
pembengkakan pada sendi, munculnya
suara gesekan pada sendi ketika PADA SENDI sendi, kekakuan sendi, pembengkakan,
digerakkan, munculnya benjolan pada kemerahan pada bagian sendi, nodul
sendi pada jari tangan, melemahnya otot reumatoid (benjolan).
dan kurangnya massa otot, membengkok
nya jari tangan.

ASAM URAT

Kelebihan asam urat dalam darah dapat


memicu peradangan. Peradangan pada
sendi akibat asam urat ini bisa
menyebabkan sendi terasa nyeri, kaku,
hangat, bengkak bahkan muncul suatu
benjolan.
3
4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
a. Apa penyebab nyeri pada kasus diatas?
b. Mengapa pada kasus diatas merasakan kekakuan?
c. Apa penyebab deformitas sendi pada kasus diatas?
d. Apa saja gambaran klinis pada kasus diatas?
5. JAWABAN PERTANYAAN
a. Pada Kasus diatas besar kemungkinan disebabkan oleh penyakit
reumatoid artritis. Perubahan pada sendi tangan dapat dilihat dan
dirasakan. Peradangan dapat menyebabkan rasa sakit, pembengkakan,
dan kekakuan yang signifikan. Selain itu, degenerasi dan kelainan
sendi dapat menyebabkan ketegangan berlebih pada tendon dan
jaringan lain yang sudah rusak, yang menyebabkan rasa sakit.
b. Kekakuan terutama terjadi oleh karena adanya lapisan yang terbentuk
dari bahan elastic akibat pengerasan sendi atau oleh adanya cairan
yang viskosa. Keluhan yang biasa dikemukakan berupa kesukaran
untuk bergerak setelah duduk. Kekakuan pada sendi besar atau pada
jari tangan menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari pasien.
(Rasjad C, 2015)
c. Pada kasus diatas deformitas sendi yang ditemukan akibat kontraktur
kapsul serta instabilitas sendi karena kurusakan pada tulang dan tulang
rawan. (Rasjad C, 2015)
d. Selain rasa sakit dan berkurangnya mobilitas yang terkait dengan
pembengkakan sendi dan peradangan sendi yang terkena, gejala
umum reumatoid artritis dapat meliputi :
1) Sendi yang nyeri yaitu :
a) Lembut
b) Bengkak
c) Kaku dan sulit ditekuk
d) Hangat saat disentuh
e) Merah dalam penampilan

4
f) Terkena secara simetris, misalnya pergelangan tangan kanan
dan kiri seseorang akan menunjukkan gejala
2) Sindrom trowongan karpal, yang terkadang dapat disebabkan oleh
peradangan reumatoid artritis di pergelangan tangan.
3) Tenosinovitis (peradangan), pada lapisan halus tendon ditangan.
Setidaknya satu studi menunjukkan bahwa tenosinovitis tendon
fleksor jari adalah prediktor kuat reumatoid artritis.
4) Kekakuan, menetap yang dimulai di pagi hari dan berlangsung
selama satu jam atau lebih, bahkan setelah melakukan aktivitas
ringan hingga sedang.
5) Kelelahan seluruh tubuh yang berlebihan, yang tampaknya tidak
berhubungan dengan aktivitas fisik atau tidur.
6) Demam ringan yang selalu atau hampir selalu ada.
7) Perasaan umum malaise/gejala seperti flu
8) Penurunan berat badan yang tidak terduga dan kehilangan nafsu
makan
9) Penurunan fungsi sendi, yang dapat membuat tugas-tugas
sederhana, seperti membuka toples atau menyalakan mobil
menjadi sulit. Rasa sakit mungkin dialami setelah periode
penggunaan sendi yang meningkat, seperti mencengkram atau
menggenggam benda dengan berat, dan dapat terjadi saat istirahat.
10) Sensasi penggilingan sendi, yang dapat terjadi ketika kerusakan
jaringan lunak menyebabkan tulang-tulang sendi saling
bergesekan.
11) Nodul reumatoid yang terbentuk dibawah kulit. Nodul ini adalah
benjolan keras yang ukurannya berkisar dari seukuran kacang
polong hingga seukuran kenari dan sebagian besar terlihat didekat
siku atau jari.

5
6. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mengapa pada kasus diatas terjadi nyeri?

7. INFORMASI TAMBAHAN

Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit kronis yang


menyebabkan nyeri, kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan gerak
serta fungsi dari banyak sendi. Salah satu cara untuk mengurangi
keluhan nyeri akibat RA pada lansia dapat dilakukan dengan tindakan
nonfarmakologis. Tindakan nonfarmakologis yang dilakukan, yaitu
kompres hangat dengan cara menghangatkan persendian yang sakit.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kompres hangat terhadap intensitas nyeri pada lansia yang
mengalami RAdi Desa Kotasan Kecamatan galang (Devi, 2019)

8. KLARIFIKASI INFORMASI
Penyebab Rheumathoid Athritis tidak diketahui namun faktor genetic,
lingkungan, hormon, imunologi mungkin memainkan peran penting:
a. Genetik: sekitar 60% dari pasien dengan rheumatoid arthritis
membawa epitope Bersama dari cluster HLA-DR4 yang merupakan
salah satu situs peningkatan peptida-molekul HLA-DR tertentu yang
berkaitan dengan reumathoid arthritis,
b. Lingkungan: untuk beberapa decade, sejumlah agen infeksi seperti
organisme mycoplasma, Epstein-Barr dan virus rubella menjadi
predispolsisi peningkatan rheumatoid atritis,
c. Hormonal: hormone seks mungkin memainkan peran, terbukti
dengan jumlah perempuan yang tidak prolposional dengan
reumathoid arthritis, ameliorasi selama kehamilan, kambuh dengan
periode postpartum dini, dan insiden berkurang pada Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral,
d. Imunologi: semua elemen imunololgi utama memainkan peran
penting dalam propagasi inisikasi, dan pemeliharaan dari proses

6
autoimun rheumatoid atritis. Peristiwa seluler dan sitokin yang
mengakibatkan konsekuensi patologis kompleks, seperti ploriferasi
sinovia dan kerusakan sendi berikutnya.

9. ANALISA DAN SINTESIS INFORMASI


Pada kasus diatas Informasi yang tertera pada kasus berdasarkan gejala-
gejala tersebut, dapat dimunculkan beberapa diagnosis banding yang
masih memerlukan tahap-tahap tertentu seperti pemeriksaan penunjang
lainnya yang memungkinkan munculnya kausa penyakit dan penegakan
diagnosa yang tepat.
Berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh penderita dalam pasien,
maka dapat dianalisis sebagai berikut:

Manifestasi Klinis
Diagnosa Medik Kaku dan Hangat saat Merah dalam Peradangan Nyeri
Bengkak
sulit ditekuk disentuh penampilan
Osteo Athritis + + - - - +
Reumathoid + + + + + +
Athritis
Asam Urat - - - + + +

Berdasarkan gejala yang dialami oleh klien pada kasus diatas maka dapat
ditetapkan bahwa Differensial Diagnosis utama adalah REUMATHOID
ATHRITIS

KONSEP MEDIS
Rheumathoid Arthritis

7
1. DEFINISI
Artritis Rheumatoid adalah penyakit inflamasi kronik dan sistematik yang
menyebabkan destruksi sendi dan deformasi serta menyebabkan disability.
Penyakit ini sering terjadi dalam 3-4 dekade ini pada lansia. Penyebab Artritis
Rheumatoid tidak diketahui, tetapi mungkin akibat penyakit autoimun
dimulai dari interfalank proksimal metakarpofalenkeal, pergelangan tangan
dan pada tahap lanjut dapat mengenai lutut dan paha (Fatimah, 2010).

Artritis Rheumatoid adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan,


nyeri, dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya
(Adellia, 2011).

Artritis Rheumatoid (RA) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat


progresif, yang cenderung menjadi kronik dan menyerang sendi serta jaringan
lunak. Artritis Rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana secara
simetris persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan
sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri, dan sering kali
menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi . Karakteristik artritis
rheumatoid adalah cairan sendi (sinovitis inflamatior) yang persisten,
biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang sistematis
(Junaidi, 2013).

2. ANATOMI FISIOLOGI SENDI


Sendi merupakan pertemuan dua tulang, tetapi tidak semua pertemuan
tersebut memungkinkan terjadinya pergerakan. Ada tiga jenis sendi pada
manusia dan gerakan yang dimungkinkannya yaitu : sendi fibrosa,
kartilaginosa dan sinovial (Roger, 2008).

8
a. Sendi fibrosa atau sendi mati terjadi bila batas dua buah tulang
bertemu membentuk cekungan yang akurat dan hanya dipusahkan
oleh lapisan tipis jaringan fibrosa. Sendi seperti ini terdapat di antara
tulang-tulang kranium.
b. Sendi kartilaginosa atau sendi yang bergerak sedikit (sendi tulang
rawan). Sendi tulang rawan terjadi bila dua permukaan tulang dilapisis
tulang rawan hialin dan dan dihubungkan oleh sebuah bantalan
fibrokartilago dan igamen yang tidak membentuk sebuah kapsul
sempurna disekeliling sendi tersebut. Sendi tersebut terletak diantara
badan-badan vertebra dan diantara manubrium dan badan sternum.
c. Sendi sinovial atau sendi yang bergerak bebas terdiri dari dua atau
lebih tulang yang ujung-ujungnya dilapisi tulang rawan hialin sendi.
Terdapat rogga sendi yang mengandung cairan sinovial, yang
memberi nutrisi pada tulang rawan sendi yang tidak mengandung
pembuluh darah keseluruhan sendi tersebut dikelilingi kapsul fibrosa
yang dilapisi membran sinovial. Membran sinovial ini melapisi
seluruh interior sendi, kecuali ujung-ujung tulang, meniskus, dan
diskus. Tulang-tulang sendi sinovial juga dihubungkan oleh sejumlah
ligamen dan sejumlah gerakan selalu bisa dihasilkan pada sendi
sinovial meskipun terbatas, misalnya gerak luncur (gliding) antara
sendi-sendi metakarpal. Adapun jenis-jenis sendi Sinovial :
1. Sendi pelana (hinge) memungkinkan gerakan hanya pada satu arah,
misalnya sendi siku.
2. Sendi pivot memungkinkan putaran (rotasi), misalnya antara radius
dan ulna pada daerah siku dan antara vertebrata servikal I dan II
yang memungkinkan gerakan memutar pada pergelakan tangan dan
kepala.
3. Sendi kondilar merupakan dua pasangan permukaan sendi yang
memungkinkan gerakan hanya pada satu arah, tetapi permukaan
sendi bisa berada dalam satu kapsul atau dalam kapsul yang
berbeda, misalnya sendi lutut.

9
4. Sendi bola dan mangkuk (ball and socket) sendi ini dibentuk oleh
sebuah kepala hemisfer yang masuk ke dalam cekungan berbentuk
mangkuk misalnya sendi pinggul dan bahu.
d. Pergerakan sendi dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Gerakan meluncur, seperti yang diimplikasikan namanya, tanpa
gerakan menyudut atau ,memutar.
2. Gerakan menyudut memnyebabkan peningkatan atau penurunan
sudut diantara tulang. Gerakan ini mencangkup fleksi
( membengkok), ekstensi ( lurus), abduksi ( menjauhi garis tengah)
dan aduksi ( mendekati garis tengah).
3. Gerakan memutar memungkinkan rotasi internal ( memutar suatu
bagian pada porosnya mendekati garis tengah) dan rotasi eksterna
( menjauhi garis tengah). Sirkumduksi adalah gerakan ekstremitas
yang membentuk suatu lingkaran. Istilah supinasi dan pronasi
merujuk pada gerakan memutar telapak tangan keatas dan
kebawah.

3. ETIOLOGI
Penyebab Artritis Rheumatoid belum diketahui dengan pasti. Namun
kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor
genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009).
a. Genetik, berupa hubungan dengan HLH-DRBI dan faktor ini memiliki
angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% ( Suarjana, 2009).
b. Hormon sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Plasental
kortikotraonim Releasing Hormone yang mensekresi
c. dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat penting
dalam sintesis esterogen plasenta. Dan stimulasi esterogen dan
proggesteron pada respon imun humoral ( TH2) dan menghambat
respon imun selular ( TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progresteron mempunyai efek yang berlawanan
terhadap perkembangan penyakit ini ( Suarjana, 2009).

10
d. Faktor infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa seinduk semang
(host) dan merubah reakrifitas atau respon sel T sehingga muncul
timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009).
e. HeatShockProtein (HSP) Merupakan protein yang diproduksi sebagai
respon terhadap stress. Protein ini mengandung untaian ( sequence)
asam amino homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul
dimana antibodi dan sel T mengenali epitok HSP Pada agen infeksi
dan sel Host. Sehingga bisa mencetuskan terjadinya reaksi silang
Limposit dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis
( Suarjana,2009).

4. PATOFISIOLOGI
Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologi persendian diartrodial
atau sivovyal merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit
reumatik fungsi persendian sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati
masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-
sendi yang dapat digerakkan pada sendi sinovial yang normal kartilago
artikular membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan perkumaan
yang licin serta ulet untuk digerakkan. Membran sinovial melapisi dinding
dalam kapsula fibrosa dan mengsecresi cairan kedalam ruang antar tulang.
Fungsi dari cairan sinovial ini yaitu peredam kejut (syok absorber) dan
pelumas yang memungkinkan sendi untuk beregrak secara bebas dalam arah
yang tepat sebaliknya, pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses
inflamasi yang sekunder sinovitis ini biasanya lebih ringan serta
menggambarkan suatu prose reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk
terlihat penyakit lanjut, pelepasan ptoteoglikan tulang rawan yang bebas dari
kartilago artikuler yang mengalami degenerasi dapat berhubungan dengan
sinovitis kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Smelzer dan
Bare, 2013).

11
5. PATWAY ARTRITIS RHEUMATOID

Rheumathoid Arthritis

Masuknya bakteri/virus/jamur
ke dalam tubuh

Kolonisasi bakteri di sendi

Synovium (Selaput sendi) tidak


bisa melindungi sendi

Terjadi Infeksi

Arthritis Septik

Peradangan Sendi

Merusak tulang muda dan Peningkatan suhu tubuh Pembengkakan sendi


tulang lain dalam sendi

Demam Penurunan rentang gerak


Nyeri Lokal pada Sendi

Resiko Infeksi Ganggguan mobilitas


Nyeri Akut fisik

12
6. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis RA dibagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi artikular dan
manifestasi ekstraartikular . Manifestasi artikular dibagi menjasi 2 kategori ,
yaitu gejala inflamasi akibat aktivitas sinovitis yang bersifat reversibel dan
gejala akibat kerusakan struktur persendian yang bersifat ireversibel. Sinovitis
merupakan kelainan yan umumnya bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan
pengobatan medikamentosa atau pengobatan non surgical lainnya (Shah and
Clair, 2012).

Gejala klinis yang berhubungan dengan aktivitas sinovitis adalah kaku pagi
hari . Beberapa aspek lain yang berhubungan dengan sendi yaitu (Suarjana,
2009) :

Manifestasi ektraartikular pada RA meliputi (Shah AND Clair, 2012):


a. Vertebrata Servikalis , merupakan segmen yang sering terlibat pada RA.
Proses imflamasi ini melibatkan persendian diatrodial yang tidak tampak
oleh pemeriksaan . Gejala ini umunya bermanifestasi sebagai kekakuan pada
selutuh segmen leher disertai dengan berkurangnya lingkup gerak sendi
secara menyeluruh .
b. Gelang bahu , pergelangan gelang bahu akan mengurangi lingkup gerak
sendi gelang bahu .
c. Kaki dan pergelangan kaki, keterlibatan persendian metatarsop halangeal
(MTP) , telonavikularis dan pergelangan kaki merupakan gambaran yang
khas pada RA .
d. Tangan keterlibat persendian pergelangan tangan metacarphop halangeal
(MCP) , dan proximal inerphalangeal (PIP) hampir seluruh dijumpai pada
RA.

Konstitusional , 100% terjadi pada pasien RA engan ditandai adanya


penururnan berat badan , demam >38,30C , kelelahan dan pada banyak kasus
sering terjadi kaheksia (malnutrisi) yang secara umum merefleksi derajat
imflamasi dan biasanya mendahului terjadinya gejala awal kerusakan sendi .

13
1. Nodul , merupakan level tertinggi pada penyakit ini dan terjadi 30-40%
pada penderita .
2. Sjogren’ssyndrome , terjadi hanya 10% pasien dengan ditandai dengan
adanya keratoconjutivitas sicca (dry eyes).
3. Vaskulitis , hanya terjadi <1% pada penderita dengan penyakit RA yang
sudah kronis .
4. Limfoma , resikonya pada pasien RA mencapai 2-4 kali lebih besar
dibandingkan populasi umum . Hal ini disebabkan penyebaran B-cell
lymphoma secara luas.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penjungan ini tidak banyak berperan dalam diagnosis artritis
rheumatoid , pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit membantu untuk
melihat prognosis pasien , seperti :
a. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat.
b. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif . Sisanya dapat dijumpai pada pasien
lepra , TB paru , sirosis hepatis , penyakit kolagen dan sarkoidosis .
c. Leukosit normal atau meningkat sedikit
d. Trombosit meningat
e. Kadar albumin serum trurun dan globulin
f. Jumlah sel darah merah dsn komplremen C4 menurun
g. Protein C-reaktif dan antibodi antiukleus (ANA) biasanya positif
h. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukan inflamasi
i. Tes aglutinasi lateks menunjukan kadar igC atau igM (faktor mayor dari
rheumatoid ) tinggi . Makin tinggi iter , maka makin berat penyakitnya
j. Pemerikasaan sinar-X dilakukan untuk membantupenegakkan diganosa dan
memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen men unjukan erosi tulang yang
khas terjadi kemudian dalam perjala nan penyakit tersebut (Rosyidi, 2013).

14
8. PENATALAKSAAN
Tujuan utama dari program penatalkasanaan adalah perawatan sebagai berikut :
1) Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
2) Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari
penderita.
3) Untuk mencegah dan atau memperbaiki defporitas yang terjadi pada sendi.
4) Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.

a. Keperawatan
1) Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi,
(perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis)
penyakit ini, semua komponen program penatalkansanaan termasuk
regimen obat yang kompleks, sumber bantuan untuk mengatasi
penyakit ini dan metode efektif tentang penatalksanaan yang diberikan
oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus di lakukan secara
terus-menerus.
2) Istirahat , Merupakan hal penting karena rematik biasanya disertai rasa
lelah yang hebat . Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul
setiap hari , tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau
lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi
beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat .
3) Latihan Fisik dan Fisioterapi, Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam
memperthankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan
pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehat. Obat
untuk menghilangkan nyeri diperlukan sebelum memulai latihan.
Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur
penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.

15
b. Medis
1) Penggunaan OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umunya diberikan pada
penderita AR sejak dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi
nyeri sendi akibat inflamasi yang sering kali dijumpai, walaupun
belum terjadi proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat
mengatasi inflamasi, OAINS juga memberikan efek analgetik yang
sangat baik . OAINS terutama bekerja menghambat enzim
siklooxygenase sehingga menekan sintesi progtaglandin masih belum
jelas apakah hambatan enzim siklooxygenase juga berperan dalam hal
ini , akan tetapi jelas bahwa OAINS bekerja dengan cara :
a) Memungkinkan stabilitas membran lisosomal.
b) Menghambat pembesaran dan aktivitas mediator imflamasi
(histamin, serotoin, enzim lisosomal dan enzim lainnya).
c) Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan
d) Menghambat proliferasi seluler
e) Menetralisirkan radikal oksigen
f) Menekan rasa nyeri
2) Pengunaan DMARD
Terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada pengobatan
penderita AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD tunggal yang
dimulai dari saat yang sangat dini, pendekatan ini didasarkan pada
pemikiran bahwa destruksi sendi pada AR terjadi pada masa dini
penyakit. Cara pendekatan lain adalah dengan menggunakan dua atau
lebih DMARD secara stimultan atau secara siklik seperti penggunaan
obat-obatan imunosuprensif pada pengobatan penyakit keganasan,
digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses
estruksi akibat artiris rheumatoid. Beberapa jenis DMARD yang lazim
digunakan untuk pengobatan AR adalah :
a) Klorokuin : Dosis anjurkan klorokuin fosfat 250mg/hari
hidrosiklorokuin 400mg/hari. Efek samping bergantung pada
dosis harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis,

16
makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik. (b)
Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfazalazine dalam bentuk
euteric coated tabelet digunakan mulai dari dosis 1x500 mg/hari,
untuk kemudian ditingkatkan 500mg setiap minggu sampai
mencapai dosis 4x500mg. Setelah remisi tercapai dengan dosis
2g/hari, dosis diturunkan kembali sehingga mencapai 1g/hari
untuk digunakan dalam jangka panjang sampai remisi sempurna
terjadi.
b) Dpeicillamine : Dalam pengobatan AR. DP (Cuprimin 250mg
Trolovol 300mg) digunakan dalam dosis 1x250mg sampai
300mg/hari kemudian dosis ditingkatkan setiap dua sampai 4
minggu sebesar 250 sampai 300 mg/hari untuk mencapai dosis
total 4x250 sampai 300mg/hari.

c. Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil
serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan
pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat
ortopedik, misalnya sinovektoni, artrodesis, total hip replacement,
memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.

9. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti imflamasi non
steroid (OAINS) atau obat pengubah jalan penyakit DMARD (disease modifying
antirheumatoid drugs) yang menjadi faktor penyebab mortalitas utama pada artritis
rheumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran yang jelas,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebrata servikal dan
neuropati siskemik vaskulitis (Mansjoer, 2005)

17
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian primer dan sekunder
a. Identitas pasien
Nama : Ny. X
JK : Perempuan
Umur : 55 tahun
Alamat :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Agama :-
b. Keluhan utama
Adanya Nyeri yang dirasakan pada sendi – sendi tangan dan kaki
c. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan nyeri dan kaku pada jari. Ditemukan adanya benjolan pada sendi
dijari kaki, skala 5/10 (biasanya dirasakan lebih sakit Ketika bangun pagi),
deformitas sendi.
d. Riwayat penyakit sebelumnya : -
e. Aktivitas/ istirahat : -
f. Integritas ego : -
g. Eliminasi : -
h. Makanan/cairan : -
i. Hygine : -
j. Neurosensori: -
k. Nyeri/kenyamanan : -
l. Interaksi social : -
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
N : 90x/m
R : 22 x/m
SB : 38,8°c

18
b. Kekuatan Otot

3 3

3 3

3. Pemeriksaan Penunjang:
a. Pemeriksaan laboratorium :
 Hb : 11.9 g/dL
 Leukosit : 10.500 mcL
 Asam urat : 5.9 g/dL

19
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 Ds : Masuknya Nyeri Akut
- Klien mengeluh nyeri bakteri/virus/jamur ke
pada sendi – sendi dalam tubuh
tangan dan kaki
Do:
Kolonisasi bakteri di sendi
- Adanya benjolan
pada sendi dijari kaki
Synovium (Selaput sendi)
- Skala nyeri 5/10
tidak bisa melindungi
(biasanya dirasakan
sendi
lebih sakit saat
bangun pagi)
Terjadi Infeksi

Arthritis Septik

Peradangan Sendi

Merusak tulang muda dan


tulang lain dalam sendi

Nyeri Lokal pada Sendi

Nyeri Akut

20
2. Ds : Masuknya Gangguan Mobilitas
- Adanya nyeri dan bakteri/virus/jamur ke Fisik
kaku pada jari dalam tubuh
Do ;
- Adanya
Kolonisasi bakteri di sendi
penurunan
kekuatan otot
Synovium (Selaput sendi)
3 3
tidak bisa melindungi
3 3
sendi

Terjadi Infeksi

Arthritis Septik

Peradangan Sendi

Pembengkakan sendi

Penurunan rentang gerak

Ganggguan mobilitas fisik

21
3. Ds : - Masuknya Resiko infeksi
Do : bakteri/virus/jamur ke
- SB : 38.8 C dalam tubuh
- Leukosit : 10.500
mcL Kolonisasi bakteri di sendi

Synovium (Selaput sendi)


tidak bisa melindungi
sendi

Terjadi Infeksi

Arthritis Septik

Peradangan Sendi

Peningkatan suhu tubuh

Demam

Resiko Infeksi

22
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut b.d inflamasi d.d adanya nyeri yang dirasakan pada sendi – sendi
tangan dan kaki
2) Gangguan Mobilitas Fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d semua ekstremitas
kekeuatan otot 3

3) Resiko Infeksi b.d supresi respon inflamasi d.d peningkatan subu tubuh : 38.8
dan leukosit : 10.500 mcL

23
C. Rencana Tindakan Keperawatan

No
Diagnosa Tujuan Intervensi
.
1. D.0077 L.08066 I. 08238
Nyeri Akut b.d inflamasi d.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
adanya nyeri yang dirasakan intervensi selama 3x24 Observasi
pada sendi – sendi tangan jam, maka Tingkat Identifikasi
dan kaki Nyeri, dengan kriteria lokasi, karakteristik,
hasil : durasi, frekuensi,
Kategori : Psikologis
Keluhan nyeri kualitas, intensitas
Subkategori: Nyeri dan
menurun Identifikasi skala
Kenyamanan
nyeri
Definisi :
Pengalaman sensorik atau Identifikasi

emosional yang berkaitan faktor yang memperberat

dengan kerusakan jaringan dan memperingan nyeri

actual atau fungsional, Terapeutik


dengan onset mendadak atau Berikan Teknik
lambat dan berintensitas non famakologi untuk
ringan hingga berat yang mengurangi rasa nyeri
berlangsung kurang dari 3 Kontrol
bulan lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Ds : Fasilitasi istirahat
- Klien mengeluh nyeri dan tidur
pada sendi – sendi Edukasi
tangan dan kaki Jelaskan
Do: penyebab, periode, dan
- Adanya benjolan pada pemicu nyeri
sendi dijari kaki Anjurkan
- Skala nyeri 5/10 memonitor nyeri secara
(biasanya dirasakan

24
lebih sakit saat bangun mandiri
pagi) Anjurkan
menggunakan analgetic
secara tepat
Ajarkan Teknik
non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu

2. D.0054 L.05042 I.11351


Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan Dukungan Perawatan
b.d penurunan kekuatan otot intervensi selama 3x24 Diri : Makan/Minum
d.d semua ekstremitas jam, maka mobilitas
kekeuatan otot 3 fisik meningkat, Observasi :
dengan kriteria hasil : - Identiifikasi diet
Kategori : Fisiologis
- Pergerakan yang dianjurkan
Subkategori:Aktivitas/Istira
ekstremitas - Monitor status
hat
meningkat hidrasi pasien,
Definisi :
- Kekuatan jika perlu
Keterbatasan dalam gerakan
otot Terapeutik :
fisik dari satu atau lebih
meningkat - Ciptakan
ekstremitas secara mandiri
- Rentang lingkungan yang
Gerak menyenangkan
Ds :
(ROM) selama makan
- Adanya nyeri dan
meningkat - Sediakan sedotan
kaku pada jari
- Gerakan untuk minum
tidak - Sediakan
terkoordina makanan dan
si menurun minuman yang
disukai

25
Do ; - Berikan bantuan
- Adanya penurunan saat
kekuatan otot makan/minum
3 3 sesuai tingkat
kemandirian
3 3
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian obat

3. D.0142 L. 14137 I. 14539


Resiko Infeksi b.d supresi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
respon inflamasi d.d intervensi selama 3x24 Observasi :
peningkatan subu tubuh : jam, maka Tingkat - Monitor tanda
38.8 dan leukosit : 10.500 Infeksi menurun , dan gejala infeksi
mcL dengan kriteria hasil : local dan
sistemik
Kategori : Lingkungan - Demam Terapeutik :
Subkategori: Keamanan menurun - Batasi jumlah
dan Proteksi - Leukosit pengunjung
Definisi : membaik - Cuci tangan
Berisiko mengalami sebelum dan
peningkatan terserang sesudah kontak
organisme patogenik dengan pasien
dan lingkungan
Ds : - pasien
Do : Edukasi :
- SB : 38.8 C - Jelaskan tanda
- Leukosit : 10.500 dan gejala infeksi
mcL - Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
- Anjurkan

26
meningkatkan
asupan nutrisi

Pemberian Obat
Intravena :
Observasi :
- Identifikasi
kemungkinan
alergi interaksi,
dan
kontraindikasi
obat .
- Monitor tanda
vital dan nilai
laboratorium
sebelum
pemberian obat

Terapeutik :
- Lakukan prinsip
enam benar
- Berikan obat IV
dengan kecepatan
yang tepat

Edukasi :
- Jelaskan jenis
obat , alas an
pemberian,Ti
ndakan yang
diharapkan ,
dan efek

27
samping
sebelum
pemberian.

D. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Suarni dan Apriyani. 2017).

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dilakukan, berkesinambung-an dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan (Suarni dan
Apriyani. 2017).

28
DAFTAR PUSTAKA

Alomedika. 2021. Akurasi Pemeriksaan Suhu Tubuh. Diakses tanggal 21 November


2021 pada situs: https://www.alomedika.com/akurasi-pengukuran-suhu-tubuh

Devi. 2019. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Pada Lansia Yang
Mengalami Reumatoid Artritis Di Desa Kotasan Kecamatan Galang. pada situs:
https://jurnal.unar.ac.id/index.php/health/article/view/123/85

Aty Yoani. 2015. Anamnesis dan Pemeriksaan fisik. Poltekkes Kupang

Guna Hidayat & Purwoko Heri 2020. Vital Sign Monitor. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta: Yogyakarta

Halodoc. 2018. Cara Mengetahui Denyut Nadi Normal. Diakses tanggal 21 November
2021 pada situs: https://www.halodoc.com/artikel/cara-mengetahui-denyut-nadi-
normal

Netto A., 2015, Hand Pain and Rheumatoid Arthritis. Artikel. Arthritis-health

publishes (online), https://www.arthritis-health.com/types/rheumatoid/hand-

pain-and-rheumatoid-arthritis, diakses pada tanggal 27 November 2021.

Rasjad C, 2015. Pengantar Bedah Ortopedi. Edisi keempat, Jakarta : Yarsif

Watampone.

Shiel, Jr.W.C., 2011, Artritis reumatoid,

29
http://www.emedicinehealth.com/rheumatoid_arthritis/article_em.htm ,

diakses pada tanggal 27 November 2021.

Setiawan. 2017. Tinjauan Pustaka Tekanan Darah. Repository Unismus: Semarang

Fatimah, 2010. Merawat Lanjut Usia. Jakarta : Trans Info Media.

Adellia, 2011. Libas Rematik Dan Nyeri Otot Dari Hidup Anda. Yoygyakarta : Briliant
Books.

Junaidi.I, 2013. Rematik Dan Asam Urat. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.

Roger watson. 2008. Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Jakarta : EGC.

Suarjana, I Nyoman, 2009. Artritis Rheumatoid Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi V, Sudoyo A.W., Setiyohardi, B., Alwi, Idrus, e.t al.Internal Publising. Jakarta.

Smelzer, suzane c, 2013 . Keperawatan Medikal Bedah Bahasa Brunner & Suddarth :
Edisi & Alih Bahasa Agung Waluyo. (et.al) : Editor Bahasa Indonesia Monica Ester.
(et.al). Jakarta : EGC.

Nurarif, H.Amin & Kusuma Hardi, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA ( North American Nursing Diagnosis Association ) Nic-
Noc. Mediaction Publishing.

Shah A. And Clair E.W. 2012. Rheumatoid Artritis, Harrison’s Proncipe Of Internal
Medicine ed.18 Chapter 231, USA.

Rosyidi, kholid. 2013. Muskuloskeletal. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Mansjoer, Arif, dkk. 2005, Kapital Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

30
31

Anda mungkin juga menyukai