Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“KONSEP KEPERAWATAN GERONTIK DAN TEORI-


TEORI PENUAAN”
MK : Keperawatan Gerontik

Di Susun Oleh :
Kelompok 1
Ais Hasan 841421170
Lisnawaty Labansir 841421158
Marini Ibrahim 841421157
Meta Puspita Dewi Antu Zees 841421152
Ismianti Matoy 841421166
Dinda Restu Prameswari 841421161

PRODI STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS OLAHRAGA DAN


KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang maha Esa,
berkat karunia dan pertolongannyalah Makalah Tentang “KONSEP
KEPERAWATAN GERONTIK DAN TEORI-TEORI PENUAAN” dapat selesai.

Makalah ini disusun berdasarkan referensi dari beberapa buku dengan harapan
dapat bermanfaat dan menjadi pedoman bagi para pembaca sekalian. Ucapan terima
kasih tak lupa kami tutukan sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT membalas segala
kebaikan saudara sekalian. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan, baik dalam penulisan maupun informasi yang terkandung di dalam
makalah ini, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki, oleh karena itu dengan
segala kerendahan dan tangan terbuka penulis mengharapkan kritik maupun saran
yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini sebagai tuntunan
agar makalah ini kedepannya dapat lebih baik lagi.

Akhir kata semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, Aamiin.

Gorontalo, September 2021

Penyusun

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………...………………….2
Daftar Isi………………………………………………………………………….…..3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………..………………………….…………………..4
B. Rumusan masalah……………………...…………………………………….........4
C. Tujuan………………………...…………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Keperawatan Gerontik ………………………………………………....5
B. Konsep Dasar Lansia…………………………………………………………....6
C. Pengertian Menua……………,,,,,,,,………………………………….…...…….8
D. Teori – Teori Penuaan……………………………………………….………….8
E. Factor – Factor Yang Mempengaruhi Penuan ……………...……………...….11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………...……………….……...…….14
B. Saran ………………………………………………...…………..…………...….14

DAFTAR PUSTAKA………………………………..……………………………...11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep keperawatan gerontic ?
2. Bagaimana konsep dasar gerontic ?
3. Bagaimana teori – teori penuaan ?
4. Apa factor – factor yang mempengaruhi penuaan?

C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep keperawatan gerontic
2. Mengetahui konsep dasar gerontic
3. Mengetahui teori – teori penuaan
4. Mengetahui factor – factor yang mempengaruhi penuan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP KEPERAWATAN GERONTIK

1. Kosep Keperawatan Gerontik


Gerontologi menurut Kozier (1987), adalah ilmu yang mempelajari seluruh
aspek menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lanjut usia
Gerontic nursing adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada
lansia. Gerontic nursing merupakan spesialis perawatan lanjut usia yang dapat
menjalankan perannya pada setip tatanan layanan dengan menggunakan
pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi
optimal lanjut usia secara komprehensif.

2. Tujuan Gerontologi
a. Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya
berkaitan dengan proses penuaan.
b. Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia,
baikjasmani, rohani, maupun sosial secara optimal.
c. Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari hari
d. Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit.
e. Membantu mempertahankan identitas kepribadian lanjut usia.
f. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia.
g. Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari hari
h. Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan
keberadaanya dalam masyarakat

5
B. KONSEP DASAR LANSIA

1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO), lanjut usia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan. Lanjut Usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang.Lanjut usia
merupakan tahapan akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Karena
merupakan tahap akhir perkembangan, maka ada kemunduran biologi yang terlihat
sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur; timbul
keriput; rambut beruban; serta gigi mulai ompong. Kemunduran lain yang terjadi
adalah kemampuan-kemampuan kognitif seperti mudah lupa; kemunduran orientasi
terhadap waktu, ruang, serta tempat (Maryam, 2008).

2. Proses Menua Pada Lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia.Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dati
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu, anak, deawasa,dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun secara psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kuran jelas,
penghilatahan semakin memburuk, gerakan lambat, dan igur tubuh yang tidak
proposional.

6
3. Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2005)dalam Maryam (2008) klasifikasi lansia adalima
macam yaitu pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia 45 –59 tahun;
lansia yaitu berusia 60 tahun atau lebih; lansia risiko tinggi yaitu berusia 70 tahun
atau lebih/ berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah kesehatan; lansia
potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/ jasa; lansia tidak potensial adalah lansia yang
tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain.

4. Ciri ciri Lansia


- Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya
lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
- Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi
negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
- Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebutdilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat
tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
- Penyesuaian yang buruk pada lansia

7
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian
diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga
sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola
pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari
lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.

C. PENGERTIAN MENUA
Menurut Nugroho (2000) dalam Ratnawati (2017), menua adalah proses yang
terus menerus berlanjut secara alamiah, dimulai sejak lahir, dan umum dialami pada
semua makhluk hidup. Sementara itu, menurut Tyson (1999), menua adalah suatu
proses yang dimulai saat konsepsi dan merupakan bagian normal dari masa
pertumbuhan dan perkembangan serta merupakan penurunan kemampuan dalam
mengganti sel-sel yang rusak. Dapat disimpulkan bahwa menua adalah suatu proses
yang terus menerus berlanjut secara ilmiah serta merupakan bagian normal dari masa
pertumbuhan dan perkembangan dimana terjadinya penurunan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri.

D. TEORI-TEORI PENUAAN
Nugroho (2006) mengelompokkan teori proses menua dalam 2 bidang, yakni biologi
dan sosiologis.
1. Teori Biologi
a. Teori Genetic
1) Teori Genetic Clock
Teori ini merupakan teori instrinsik yang menjelaskan bahwa ada jam
biologis di dalam tubuh yang berfungsi untuk mengatur gen dab
menentukan proses penuaan. Proses menua ini telah terprogram secara

8
genetic untuk 9 speises-speises tertentu. Umumnya, di dalam inti sel setiap
speises memiliki suatu jam genetic/jam biologis sendiri dan setiap dari
mereka mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar
menurut replika tertentu (Nugroho, 2006 dikutip Ratnawati, 2018).
2) Teori Mutasi Somatik
Teori ini meyakini bahwa penuaan terjadi karena adanya mutase
somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Nugroho, mengamini
pendapat Suhana (1994) dan Constantinides (1994) bahwa telah terjadi
kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses
translasi RNA protein/enzim. Kesalahan yang terjadi terus menerus
akhirnya menimbulkan penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi
kanker atau penyakit. Setiap sel tersebut kemudian akan mengalami mutasi
sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
b. Teori Nongenetik
1) Teori penurunan sistem imun tubuh (autoimmune theory)
Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory)
Pengulangan mutase dapat menyebabkan penurunan kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self-recognition). Seperti dikatakan
Goldstein (1989) bahwa mutasi yang merusak membran sel akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya. Jika tidak mengenalinya,
sistem imun akan merusaknya. Hal ini lah 10 yang mendasari peningkayan
penyakit auto-imun pada lajur usia.
2) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)
Teori ini terbentuk karena adanya proses metabolism atau proses
pernafasan didalam mitokondria. Radikal bebas (asap kendaraan, asap
rokok, zat pengawet dan radiasi sinar UV) yang tidak stabil mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan organik, yang kemudian membuat sel tidak dapat
beregenerasi (Halliwel, 1994 dikutip Ratnawati, 2018).
3) Teori menua akibat metabolism

9
Teori ini menjelaskan bahwa metabolism dapat mempengaruhi proses
penuaan. Hal ini dibuktikan dalam penelitian-penelitian yang menguji coba
hewan, di mana pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan
kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Bahri
dan Alem, 1989; Darmojo, 1999; Nugroho, 2006; Ratnawati, 2018).
4) Teori rantai silang (cross link theory), Teori fisiologis.
Teori ini menjelaskan bahwa lemak, protein, karbohidrat, dan asam
nukleat (molekul kolagen) yang bereaksi dengan zat kimia dan radiasi,
mengubah fungsi jaringan. Hal tersebut menyebabkan adanya perubahan
pada membrane plasma yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku,
11 kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua (Nugroho, 2006
dikutip Ratnawati, 2018).

5) Teori fisiologis
Teori ini terdiri atas teori oksidasi stress dan teori dipakaiaus (wear
and tear theory), di mana terjadinya kelebihan usaha pada stress
menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (Nugrogo, 2006 dikutip Ratnawati,
2018).

2. Teori Sosiologis
a. Teori interaksi sosial
Kemampuan lansia dalam mempertahankan interaksi sosial merupakan kunci
mempertahankan status sosialnya. Teori ini menjelaskan mengapa lansia
bertindak pada situasi tertentu. Pokok-pokok social exchange theory menurut
Nugroho (2006) dikutip Ratnawati (2017) antara lain: 1) Masyarakat terdiri atas
aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing. 2) Dalam upaya
tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu. 3) Untuk
mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor mengeluarkan biaya.

10
b. Teori aktivitas atau kegiatan
Menurut Nugroho (2006) dikutip Ratnawati (2017), teori ini menyatakan
bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta
dalam kegiatan sosial. Para lansia 12 akan merasakan kepuasan bila dapat
melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Padahal secara alamiah mereka akan mengalami penurunan jumlah kekuatan
secara langsung.
c. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lansia
sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya (Nugroho, 2006;
Ratnawati, 2017). Menurutnya, ada kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia, dimana dimungkinkan pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia.
d. Teori pembebasan atau penarikan diri (disangagement)
Teori yang pertama kali diajukan oleh Cumming dan Hendri (1961) dikutip
Ratnawati (2017) ini menjelaskan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia,
seseorang berangsur-angsur mulai akan melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya dengan demikian, kondisi
ini akan berdampak pada penurunan interaksi sosial lansia, baik secara kualitas
maupun kuntitas sehingga lanjut usia mengalami kehilangan ganda (Triple
loss): Kehilangan peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction of
contact and a relationship), berkurangnya komitmen (reduced commitment to
social mores and values).

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENUAAN


Menurut Bandiyah (2009) dikutip Ratnawati (2018) penuaan dapat terjadi secara
fisiologis dan patologis. Penuaan yang dialami oleh manusia terjadi sesuai dengan
kronologis usia. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Hereditas atau Genetik

11
Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan dengan
peran DNA dalam mekanisme pengendalian fungsi sel. Secara genetik, sel
perempuan ditentukan oleh sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu
kromosom X. Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga
perempuan berumur lebih panjang dari pada laki-laki
2. Nutrisi atau Makanan
Nutrisi atau makanan kondisi kurang atau berlebihan nutrisi dari kebutuhan
tubuh mengganggu keseimbangan rekasi kekebalan.
3. Status Kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan, sebenarnya
tidak benar-benar disebabkan oleh proses menua itu sendiri. Penyakit tersebut lebih
disebabkan oleh faktor luar yang merugikan, berlangsung tetap dan
berkepanjangan.

4. Pengalaman Hidup
a. Paparan sinar matahari: kulit yang tidak terlindung sinar matari akan mudah
ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam.
b. Kurang olahraga: Kegiatan olahraga fisik dapat membantu pembentukan otot
dan menyebabkan lancarnya sirkulasi darah.
c. Mengonsumsi alkohol: alkohol dapat memperbesar pembuluh darah kecil pada
kulit dan menyebabkan peningkatan aliran darah dekat permukaan kulit.
5. Lingkungan
Proses menua secara biologis berlangsung secara alami dan tidak dapat
dihindari, namun dengan lingkungan yang mendukung secara positif, status sehat
tetap dapat dipertahankan dalam usia lanjut.
6. Stress
Tekanan hidup sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan, maupun
masyarakat yang tercemin dalam bentuk gaya hidup akan berpengaruh dalam proses
penuaan.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada
lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional,
perencanaan, implementasi serta evaluasi.
Keperawatan gerontik bertujuan memberikan asuhan keperawatan yang
efektif terhadap klien yaitu lanjut usia. Asuhan diberikan agar klien
mendapatkan kenyamanan dalam hidup.
Peran perawat dalam gerontik adalah memberikan asuhan keperawatan dan
membantu klien dalam mengahadapi masalahnya dan membantu memenuhi
kebutuhan yang tidak bias dipenuhi sendiri oleh klien.

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, disarankan agar penyusun dan penulis dapat
lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang kebutuhan eliminasi fekal serta
dapat mengaplikasikan dengan baik dan benar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Craven, R.F & Hirnle, C.J. 2003. Fundamental of nursing: Human health ang
function. (4th ed.), Philadelphia: Lippincott.

Anonim. (2011). Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 21


September 2021 dari http://ebookbrowse.com/konsep-dasar-keperawatan-gerontik-
doc-d189511678

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Potter & Perry. (2005). Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC

Samsun, Ahmad. (2011). Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 21 September


2021 dari http://id.scribd.com/doc/57506594/Makalah-Keperawatan-Gerontik-i

14

Anda mungkin juga menyukai