Anda di halaman 1dari 12

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO.

2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PERANCANGAN PROSES PRODUKSI ALAT ANTRIAN C2000 DENGAN
MENGGUNAKAN IDEFØ, FMEA DAN RCA

ALAT ANTRIAN C2000 PRODUCTION PROCESSES DESIGN USING IDEFØ,


FMEA AND RCA

Nesti Anisa Lindawati1), Ishardita Pambudi Tama2), Ceria Farela Mada Tantrika3)
Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya
JalanMT. Haryono 167, Malang, 65145, Indonesia
E-mail: nestigakanisa@gmail.com1), kangdith@ub.ac.id2), ceria_fmt@ub.ac.id3)

Abstrak

PT. Cendana Teknika Utama yang merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi
dan teknologi informasi. Produk utamanya adalah Alat Antrian C2000. Alat Antrian C2000 adalah
serangkaian hardware dan software yang saling terintegrasi untuk penyelanggaraan distribusi informasi
sistem antrian. Dalam proses produksinya, terdapat komponen dengan kualitas yang kurang baik, misalnya :
solder yang tidak sempurna, komponen rusak, PCB yang retak, jalur PCB yang belum tersambung. Dari
pemetaan proses produksi Alat Antrian C2000 dengan IDEFØ pada level 1 dihasilkan tiga proses. Pada
proses ini terdapat dua input, tiga control, empat mechanism dan dua output. Selanjutnya hasil identifikasi
proses kritis terdapat pada proses identifikasi komponen dengan nilai RPN terbesar yaitu 300. Pada
identifikasi penyebab proses kritis, faktor yang paling berpengaruh menyebabkan kegagalan adalah faktor
sumber daya manusia atau karyawan. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk perbaikan proses produksi
adalah perlunya SOP, mengadakan pelatihan karyawan, perlunya reward and punishment, mengadakan
inspeksi peralatan, perbaikan sistem penyimpanan di gudang, peninjauan kembali anggaran biaya
kebutuhan.

Kata kunci: alat antrian, pemetaan proses, proses kritis, IDEFØ, FMEA, RCA

1. Pendahuluan Display, dan RS (Recomended Standart),


Proses produksi merupakan hal yang kemudian membuat simulasi aplikasi antrian
sangat penting untuk perusahaan manufaktur. dengan menggunakan software Borland Delphi
Gitosudarmo (2000) mengatakan bahwa
yang ditempatkan di mini PC (Personal
“Proses produksi adalah merupakan interaksi
antara bahan dasar, bahan-bahan pembantu, Computer). Hasil komponen yang kurang baik
tenaga kerja dan mesin-mesin serta alat-alat merupakan sebuah kegagalan dalam proses
perlengkapan yang dipergunakan”. Menurut produksi yang dapat mempengaruhi kualitas
Baroto (2002), “Proses produksi adalah produk. Tabel 1 merupakan tabel dimana
aktivitas bagaimana produk jadi dari bahan terdapat produk yang cacat dalam produksi Alat
baku yang melibatkan mesin, energi, Antrian C2000.
pengetahuan teknis, dan lain lain”. Penelitian
ini dilakukan di PT. Cendana Teknika Utama Tabel 1 Jumlah Produk Cacat Tahun 2012 – 2013
server regional Malang divisi teknologi Bulan ke- (2012)
informasi dengan produk utama Alat Antrian
4 5 6 7 8 9 10 11 12
C2000. Alat Antrian C2000 adalah serangkaian
hardware dan software yang saling terintegrasi Jumlah Produksi (unit) 98 4 4 4 15 0 16 11 38
untuk penyelanggaraan distribusi informasi Cacat (unit) 10 0 0 0 2 0 2 1 4
sistem antrian. Alat antrian ini diproduksi untuk Bulan ke- (2013)
mengatasi masalah antrian dengan keunggulan
1 2 3 4 5 6 7 8
penerapan yang bisa disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen. Jumlah Produksi (unit) 22 16 42 6 10 1 25 18
Sebagai perusahaan yang berbisnis di Cacat (unit) 2 2 5 1 1 0 2 1
bidang manufaktur alat antrian, PT. Cendana Sejumlah produk cacat mengindikasikan
Teknika Utama memulai alur produksinya dari bahwa proses produksi di PT. Cendana Teknika
hardware yang terdiri dari Ticketing, Button, Utama kurang optimal yang akhirnya

409
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Oleh penyebab dari permasalahan tertentu dengan
karena itu diperlukan metode untuk tujuan membangun dan mengimplementasikan
memperbaiki sistem proses produksi. solusi yang akan mencegah terjadinya
Dalam penelitian ini, metode yang pengulangan masalah (Doggett, 2005).
digunakan dalam membantu merancang Dengan demikian didapatkan
perbaikan sistem adalah IDEFØ, Failure Mode rekomendasi untuk memperbaiki proses
and Effect Analysis (FMEA) dan Root Cause produksi Alat Antrian C2000 di PT. Cendana
Analysis (RCA). Metode IDEFØ merupakan Teknika Utama, sehingga dapat meningkatkan
metode awal untuk perbaikan sistem dengan kepuasan pelanggan dan menciptakan produk
cara memetakan aktifitas pada tiap prosesnya. yang lebih berkualitas.
Menurut National Institute of Standards
and Technology, Intregation Definition 2. Metode Penelitian
Language 0 (IDEFØ) merupakan dasar dari Penelitian ini dibagi menjadi 5 tahap, yaitu
Structured Analysis and Design Technique identifikasi awal, pengumpulan data,
(SADT) yang dibangun oleh Douglas T. Ross pengolahan data, analisis dan pembahasan serta
dan SoftTech, Inc. Model ini dibangun untuk kesimpulan dan saran.
memahami, menganalisis, memperbaiki atau
mengganti sistem. Metode Integrated 2.1 Tahap Identifikasi Awal
Definition Language 0 (IDEFØ) sebagai Tahap identifikasi awal dibagi menjadi
pemodelan fungsi dan pemetaan proses untuk beberapa langkah berikut.
analisis dan komunikasi semua fungsi dalam 1. Identifikasi masalah
sistem dengan grafis yang terstruktur 2. Studi pustaka
merupakan cara yang ampuh dalam analisis dan 3. Perumusan masalah
pengembangan sistem dalam perusahaan 4. Penentuan tujuan penelitian
manufaktur (Kim, 2000). Di dalam
pengerjaannya harus lebih teliti dan sangat 2.2 Tahap Pengumpulan Data
detail, karena semua aktivitas yang diwakili Data utama yang diperlukan adalah
oleh input, control, output, mechanism (ICOM) identifikasi proses produksi alat antrian C2000
digambarkan dan didekomposisikan dengan di PT Cendana Teknika Utama yang akan
tepat untuk memperjelas sistem yang diolah pada pemetaan proses menggunakan
dibutuhkan. Kelebihan model ini adalah IDEFØ. Data yang dikumpulkan selanjutnya
kelengkapan informasi yang diberikan untuk adalah data kegagalan yang pernah terjadi
masing-masing proses, mudah untuk dipahami sebelumnya pada saat proses produksi Alat
dan mampu menjabarkan sebuah proses untuk Antrian C2000.
memastikan perincian, hasil yang jelas dan
akurat. 2.3 Tahap Pengolahan Data
Selanjutnya metode FMEA membantu Data yang diperoleh kemudian diolah
perusahaan untuk mendapatkan proses kritis sesuai dengan tahapan pengolahan data sebagai
dari nilai risk priority number yang paling berikut:
tinggi. FMEA adalah suatu alat yang secara 1. Pemetaan dan identifikasi proses
sistematis mengidentifikasi akibat atau digambarkan dengan metode IDEFØ
konsukensi dari kegagalan sistem atau proses, 2. Melakukan identifikasi kemungkinan dan
serta mengurangi atau mengeliminasi peluang dampak yang ditimbulkan dari kegagalan
terjadinya kegagalan. Suatu mode kegagalan dengan menggunakan metode FMEA
adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan (Failure Mode and Effect Analysis).
atau kegagalan dalam desain, kondisi di luar 3. Melakukan identifikasi akar permasalahan
batas spesifikasi yang telah ditetapkan atau penyebab proses kritis untuk menyusun
perubahan pada produk yang menyebabkan rekomedasi perbaikan dengan metode 5
terganggunya fungsi dari produk tersebut Why.
(Gazperz, 2002). 4. Setelah diperoleh faktor yang telah
Ketika proses kritis telah diketahui, pada menyebabkan kegagalan, langkah
tahap selanjutnya mengidentifikasi akar selanjutnya adalah dilakukannya
permasalahan menggunakan RCA. Root Cause rekomendasi perbaikan yang menyebabkan
Analysis (RCA) adalah suatu proses kegagalan.
mengidentifikasi dan menentukan akar

410
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2.4 Tahap Analisis Dan Pembahasan output, dua (2) control , dan dua (2) mechanism.
Tahap analisis dan pembahasan merupakan 1. Input : Material (I1)
analisis hasil yang diperoleh yang nantinya 2. Output : Alat Antrian (O1)
akan dijadikan sebagai salah satu bahan 3. Control : Desain Komponen (C1) dan
pertimbangan PT. Cendana Teknika Utama Permintaan kosumen (C2)
dalam hal proses produksi Alat Antrian C2000. 4. Mechanism : Karyawan bagian produksi
(M1) dan Mesin dan Toolkit (M2)
2.5 Tahap Kesimpulan Dan Saran
Tahap kesimpulan dan saran merupakan 3.1.2 Pemetaan Proses Produksi Alat Antrian
tahap terakhir dari penelitian ini yang berisi C2000 Level 1
kesimpulan yang diperoleh dari hasil Proses produksi Alat Antrian C2000 level
pengumpulan, pengolahan dan analisa yang 1 merupakan dekomposisi atau anak diagram
menjawab tujuan penelitian yang ditetapkan. dari diagram konteks (Level 0). Proses produksi
Selain itu juga diberikan saran perbaikan untuk level 1 memiliki 3 proses utama, yaitu proses
penelitian selanjutnya. produksi komponen, proses quality control, dan
proses finishing. Lampiran 1 merupakan
3. Hasil dan Pembahasan gambar diagram proses produksi alat antrian
3.1 Pemetaan Proses Produksi C2000 yang memiliki dua (2) input, tiga (3)
menggunakan IDEFØ control, empat (4) mechanism, dan dua (2)
Pada tahap ini proses produksi akan output, serta tiga (3) proses yang dibutuhkan
dijelaskan melalui pemetaan dengan dalam proses produksi alat antrian.
menggunakan IDEFØ. Pada proses yang
dipetakan dengan menggunakan IDEFØ, akan 3.1.3 Pemetaan Proses Produksi Alat Antrian
terlihat input, output, control, dan mechanism C2000 Level 2
yang menjalankan suatu proses. Pemetaan Proses produksi alat antrian C2000 level
proses yang telah dibuat dalam bentuk IDEFØ 2 merupakan dekomposisi atau anak diagram
memiliki total 5 diagram, dengan masing- dari level 1. Pada level 2 terdapat tiga proses
masing 1 diagram untuk Level 0, 1 diagram utama yang didekomposisi menjadi beberapa
untuk Level 1, dan 4 diagram untuk Level 2. sub proses yaitu proses produksi komponen,
quality control dan finishing.
3.1.1 Pemetaan Proses Produksi Alat Antrian 1. Proses Produksi Komponen
C2000 Level 0 a. Proses Produksi Hardware
Pada konteks diagram, kotak Proses produksi hardware merupakan
mempresentasikan seluruh subjek yang ada di dekomposisi atau anak diagram yang
dalam proses, tanda panah yang ditampilkan pertama dari proses produksi komponen
adalah yang merepresentasikan input, kontrol, (A1). Proses dari diagram ini dilakukan
output, dan mekanisme (ICOM) yang paling secara terpisah dengan proses produksi
umum. Diagram konteks dari proses produksi komponen software sehingga proses
alat antrian C2000 level 0 menggunakan keduanya tidak saling menunggu, karena
IDEFØ terdapat pada Gambar 1 itu diagram proses produksi software
ditandai dengan node A1a. Pada diagram
Desain Permintaan ini menghasilkan lima sub-proses.
Komponen Konsumen (C2)
(C1) Lampiran 2 merupakan dekomposisi dari
proses A1 yang memiliki satu (1) input,
tiga (3) control, lima (5) mechanism, dan
satu (1) output, serta enam (6) subproses
Proses Produksi
Material (I1) Alat Antrian Alat Antrian (O1) yang dibutuhkan dalam proses produksi
C2000
A0
alat hardware. Lampiran 3 merupakan
Karyawan
diagram A1a yaitu proses produksi
Bagian Mesin dan
Toolkit (M2)
hardware.
Produksi
(M1) b. Proses Produksi Software
NODE:
A0 TITLE: Proses Produksi Alat Antrian C2000 NO.: 1
Gambar 1 Diagram IDEFØ Level 0
Proses produksi software merupakan
dekomposisi atau anak diagram yang
Proses produksi Alat Antrian C2000 pada kedua dari proses produksi komponen
level 0 IDEFØ memiliki satu (1) input, satu (1) (A1). Proses produksi software ditandai

411
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
dengan node A1b. Pada diagram ini kepala divisi bagian produksi di PT Cendana
menghasilkan empat sub-proses. Teknika Utama.
Lampiran 3 merupakan anak diagram 2. Occurance
dari proses A1 yang terdapat dua input, Occurance (O) merupakan tingkat
satu control, dua mechanism dan satu probabilitas frekuensi terjadinya kegagalan
output. pada proses produksi dengan kriteria penilaian
2. Quality Control berdasarkan brainstorming dengan kepala divisi
Dekomposisi atau anak diagram pada bagian produksi di PT Cendana Teknika Utama.
instalasi uji coba (quality control)(node A2) 3. Detection
menghasilkan enam sub-proses. Lampiran 4 Detection (D) merupakan tingkat
merupakan child diagram dari proses A2 yang kemampuan sistem dalam mendeteksi adanys
terdapat dua input, tiga control, dua mechanism kegagalan pada masing-masing proses di
dan dua output. dalamnya dengan kriteria penilaian berdasarkan
3. Finishing brainstorming dengan kepala divisi bagian
Dekomposisi atau anak diagram finishing produksi di PT Cendana Teknika Utama.
(node A3) menghasilkan dua sub-proses.
Gambar 2 merupakan child diagram dari proses 3.2.2 Identifikasi Proses Kritis Node A1a
A3 yang terdapat satu input, dua control, satu Proses produksi komponen hardware
mechanism dan satu output. (A1a) memiliki dekomposisi proses yang terdiri
dari lima sub-proses di level 2. Data
Data Komponen Sarana Penunjang
(C1) (C2) perhitungan FMEA pada proses node A1a
menunjukkan bahwa RPN paling tinggi terdapat
pada node A1a4, yaitu pada proses penyolderan
Komponen
Lulus QC (I1) Pengemasan
Kemasan
material ke PCB tiap komponen dengan nilai
komponen
A31
komponen RPN 144.

3.2.3 Identifikasi Proses Kritis Node A1b


Pemberian label
komponen
Alat Antrian (O1) Proses produksi software (A1b) memiliki
A32 dekomposisi proses yang terdiri dari empat sub-
proses di level 2. Data perhitungan FMEA pada
Karyawan
bag. Finishing proses node A1b menunjukkan bahwa RPN
(M1)
NODE:
A3 TITLE: FINISHING NO.: 1 paling tinggi terdapat pada node A1b4, yaitu
pada proses menyimpan software ke mini PC
Gambar 2 Diagram IDEFØ Proses Finishing dengan nilai RPN 135.
(Level 2)
3.2.4 Identifikasi Proses Kritis Node A2
3.2 Identifikasi Proses Kritis Proses quality control (A2) memiliki
Menggunakan Metode FMEA dekomposisi proses yang terdiri dari empat sub-
Penilaian proses kritis dilakukan pada proses di level 2. Data perhitungan FMEA pada
proses bisnis level 2, karena level ini proses node A2 menunjukkan bahwa RPN
menjabarkan proses secara keseluruhan. Pada paling tinggi terdapat pada Node A24, yaitu
tahap ini dilakukan penilaian severity, pada proses identifikasi komponen dengan nilai
occurance dan detection untuk memperoleh RPN 300.
nilai RPN.
3.2.5 Identifikasi Proses Kritis Node A3
3.2.1 Scoring FMEA Proses finishing (A3) memiliki
Penilaian ini dilakukan mengacu pada dekomposisi proses yang terdiri dari dua sub-
literatur dan selanjutnya penyesuaian dnegan proses di level 2. Data perhitungan FMEA pada
kondisi perusahaan. proses node A3 menunjukkan bahwa RPN
1. Severity paling tinggi terdapat pada Node A31, yaitu
Severity (S) merupakan tingkat pada proses pengemasan komponen dengan
keseriusan dampak yang ditimbulkan dari nilai RPN 175.
kegagalan (failure effect) dengan kriteria
penilaian berdasarkan brainstorming dengan 3.2.6 Rangking Nilai RPN

412
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Setelah didapatkan nilai RPN untuk tiap mini PC (A1b4) dan yang terakhir uji coba
proses, maka langkah selanjutnya adalah pengawasan sistem kerja produk (A23).
dengan melakukan rangking untuk mengetahui
proses yang memiliki potensial risiko paling 3.3 Identifikasi Penyebab Proses Kritis
besar diantara proses lainnya. Dari Tabel 2 Tahap selanjutnya adalah
dapat ditunjukkan bahwa proses dengan nilai mengidentifikasi penyebab tingginya potensial
RPN tertinggi adalah node A24, yaitu proses risiko yang ada di dalam proses kritis. Metode
identifikasi komponen dengan nilai RPN 300. yang digunakan adalah 5 Whys Method.
Dengan demikian proses kritis terdapat pada Identifikasi penyebab proses kritis dilakukan
proses identifikasi komponen dalam node A2. dari RPN yang memiliki nilai diatas rata-rata.
Urutan selanjutnya adalah pengemasan Dalam pemilihannya, terdapat lima nilai RPN
komponen (A31), pemberian label komponen yang nilainya diatas rata-rata yaitu pada node
(A32), penyolderan material ke PCB tiap A24, A31, A32, A1a4, A1b4 dan A23.
komponen (A1a4), menyimpan software ke

Tabel 2 Identifikasi Proses Kritis Proses Produksi Alat Antrian C2000


Potensial Potensial S Potensial O D R
Current
Node Level 2 Failure Effect of E Cause of C E P
Control
Mode Failure V Failure C T N
Komponen
Perusahaan Kesalahan
cacat yang Terdapat
Identifikasi mengganti mengiden -
A24 diterima 10 5 checklist 6 300
komponen kerugian tifikasi
oleh komponen
konsumen komponen
pelanggan

Penggunaan
Pengemas- Produk
Produk Pengemasan bubble dan
A31 an terjatuh/ 7 5 5 175
rusak kurang rapat kertas sebagai
komponen tergoncang
pengaman

Terdapat
Label tidak Terdapat
Pemberian kerancuan
sesuai Komponen checklist
A32 label 8 antara nama, 4 5 160
dengan tertukar kardus
komponen label dan tipe
komponen komponen
komponen

Penyolder-
Hasil solder Komponen Karyawan
an material Terdapat target
kurang tidak dapat kurang teliti
A1a4 ke PCB 88 6 waktu dalam 3 144
menyatu berfungsi dalam proses
tiap pengerjaan
dengan PCB dengan baik penyolderan
komponen
Dilakukan
Menyim - running
Program file Penyimpanan
pan software
A1b4 File corrupt tidak 9 tidak 5 3 135
software setelah
berfungsi sempurna
ke mini PC penyimpanan
selesai
Sistem
Uji coba Piranti listrik
antrian tidak
dan Data tidak yang kurang Pengawasan
berfungsi
pengawas- dapat sempurna dilakukan
A23 dengan baik 9 5 3 135
an sistem ditransmisi - selama 2x24
kerja Terjadi kan Adanya jam
produk hubungan komponen
arus pendek yang rusak

413
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Dari pengumpulan data yang dilakukan, prosedur pengadaan, keuangan dan permintaan
diketahui terdapat lima faktor utama penyebab konsumen.
terjadinya potensi kegagalan untuk masing-
masing node yang dituliskan di Tabel 3. 3.3.4 Root Cause Analysis Node A1a4
Proses yang memiliki nilai RPN tertinggi
Tabel 3 Faktor Penyebab Proses Kritis pada node A1a proses produksi hardware
Faktor Nama Faktor adalah penyolderan material ke PCB tiap
komponen dengan node A1a4. Akibat yang
A Sumber Daya Manusia
ditimbulkan dari kegagalan proses pada node
B Prosedur Pengadaan A1a4 merupakan awal proses identifikasi
C Raw Material penyebab terjadinya kegagalan. Berdasarkan
hasil identifikasi RCA pada tabel 7, diketahui
D Keuangan bahwa terdapat empat faktor yang
E Permintaan Konsumen mempengaruhi proses kegagalan di node A1a4.
Faktor tersebut adalah sumber daya manusia,
prosedur pengadaan , raw material dan
3.3.1 Root Cause Analysis Node A24 permintaan konsumen.
Proses yang memiliki nilai RPN paling
tinggi adalah identifikasi komponen dengan
3.3.5 Root Cause Analysis Node A1b4
node A24 yang terdapat pada proses quality Proses yang memiliki nilai RPN tertinggi
control pada node A2. Akibat yang ditimbulkan pada node A1b proses produksi software adalah
dari kegagalan proses pada node A24 menyimpan software ke mini PC dengan node
merupakan awal proses identifikasi penyebab A1b4. Akibat yang ditimbulkan dari kegagalan
terjadinya kegagalan. Berdasarkan hasil proses pada node A1b4 merupakan awal proses
identifikasi RCA pada tabel 4, diketahui bahwa identifikasi penyebab terjadinya kegagalan.
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi proses Berdasarkan hasil identifikasi RCA pada tabel
kegagalan di node A24. Faktor tersebut adalah 8, diketahui bahwa terdapat satu faktor yang
sumber daya manusia, prosedur pengadaan dan mempengaruhi proses kegagalan di node A1b4.
permintaan konsumen. Faktor tersebut adalah prosedur pengadaan.
3.3.2 Root Cause Analysis Node A31 3.3.6 Root Cause Analysis Node A23
Proses yang memiliki nilai RPN tertinggi Proses yang memiliki nilai RPN tertinggi
pada node A3 proses finishing adalah pada node A2 proses quality control adalah uji
pengemasan komponen dengan node A31. coba dan pengawasan sistem kerja produk
Akibat yang ditimbulkan dari kegagalan proses dengan node A23. Akibat yang ditimbulkan dari
pada node A31 merupakan awal proses kegagalan proses pada node A23 merupakan
identifikasi penyebab terjadinya kegagalan. awal proses identifikasi penyebab terjadinya
Berdasarkan hasil identifikasi RCA pada tabel kegagalan. Berdasarkan hasil identifikasi RCA
5, diketahui bahwa terdapat lima faktor yang pada tabel 9, diketahui bahwa terdapat empat
mempengaruhi proses kegagalan di node A31. faktor yang mempengaruhi proses kegagalan di
Faktor tersebut adalah sumber daya manusia, node A23. Faktor tersebut adalah sumber daya
prosedur pengadaan , raw material, keuangan manusia, prosedur pengadaan , raw material
dan permintaan konsumen. dan permintaan konsumen.
3.3.3 Root Cause Analysis Node A32 3.4 Penyusunan Rekomendasi Perbaikan
Proses yang memiliki nilai RPN tertinggi Rekomendasi perbaikan disusun
kedua pada node A3 proses finishing adalah berdasarkan faktor faktor penyebab terjadinya
pemberian label komponen dengan node A32. kegagalan yang ada pada proses. Pada tabel 10
Akibat yang ditimbulkan dari kegagalan proses merupakan rangking banyaknya faktor yang
pada node A32 merupakan awal proses mempengaruhi. Berikut urutan faktor yang
identifikasi penyebab terjadinya kegagalan. perlu rekomendasi perbaikan terlebih dahulu:
Berdasarkan hasil identifikasi RCA pada tabel faktor sumber daya manusia (A), faktor
6, diketahui bahwa terdapat empat faktor yang prosesdur pengadaan (B), faktor permintaan
mempengaruhi proses kegagalan di node A32. konsumen (E), faktor raw material (C) dan
Faktor tersebut adalah sumber daya manusia, faktor keuangan (D).

414
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tabel 4 Root Cause Analysis Node A24
Failure Effect Why I Why II Why III Why IV Why V Faktor
Banyak
Menyesuaika
Kerusakan material
n dengan
fisik tidak kompo-nen E, A
Karyawan Sulitnya permintaan
terlihat yang saling
melakukan mencari konsumen
Perusahaan berdekatan
kesalahan komponen
mengganti Harus
dalam yang rusak,
kerugian Tidak teliti menunggu
mengidentifi ketika dalam Lama-nya
konsumen dalam tools yang
kasi kondisi proses
komponen. dirangkai menguji masih A, B
quality
kualitas dipakai di
control
komponen proses yang
lain.

Tabel 5 Root Cause Analysis Node A31


Failure Effect Why I Why II Why III Why IV Why V Faktor
Keterbatasan
Bagian biaya B, D
Kurang pengadaan produksi
Keterbatasa
Pemasangan persiapan terfokus pada
n bahan
kurang rapat dari bagian bahan baku Mengutama-
pelengkap
pengadaan produksi alat kan bahan
antrian B, C
baku
produksi
Banyaknya
Produk rusak A, E
Karyawan Keterbatasan Proses jumlah order
terburu - waktu produksi Terjadi
buru pengemasan terlalu lama kerusakan C, A
komponen
Produk
Tempat
terjatuh
Produk tidak penyim-
Keterbatasan
ditempat- panan
ruang B
kan dengan komponen
penyimpanan
benar yang tidak
memadai

Tabel 6 Root Cause Analysis Node A32

Failure
Why I Why II Why III Why IV Why V Faktor
Effect

Meningkatkan
Terdapat Mengikuti
tingkat
banyak order dari E
kepuasan
variasi produk konsumen
pelanggan
Terdapat
Pemberia Bagian
kerancuan Keterbatasan
n nama pengadaan B, D
Kompone antara biaya produksi
dan label Keterbatasan terfokus
n tertukar nama, label,
kurang peralatan pada bahan
dan tipe Mengutamakan
jelas penunjang baku
komponen bahan baku B
produksi
produksi
alat antrian
Ketidaktelitia
A
n karyawan

415
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tabel 7 Root Cause Analysis Node A14a
Failure
Why I Why II Why III Why IV Why V Faktor
Effect
Karyawa Kurangnya
n kurang pengetahuan
Belum ada SOP
teliti karyawan dalam A, B
proses produksi
dalam proses
Kesalaha penyolderan
Komponen proses
n teknik
tidak penyolde Keterbatasan Ada kontrak dengan
dalam A, E
berfungsi ran waktu produksi konsumen
melakuka
dengan Pemberian
n proses Terlalu
baik Kesalaha Karyawan keterangan material
produksi banyak
n memilih bahan kurang jelas variasi A, C
komposis baku yang tidak
Terdapat kemiripan materia
i material sesuai
bentuk material l

Tabel 8 Root Cause Analysis Node A1b4


Failure
Why I Why II Why III Why IV Faktor
Effect
Sambungan
Penyimpanan listrik Piranti listrik tidak sempurna B
Program file Program terputus
program file
tidak file rusak /
tidak IDE (Integrated Development
berfungsi corrupt Kerusakan
sempurna Environment) sudah tidak B
software
compatible

Tabel 9 Root Cause Analysis Node A23


Failure
Why I Why II Why III Why IV Why V Faktor
Effect
Kurangnya
pengetahuan
Belum ada SOP
karyawan A, B
Karyawan kurang proses produksi
dalam
teliti dalam proses
produksi
penyolderan
Keterbatasan
Ada kontrak
waktu A, E
dengan konsumen
produksi
Pemberian
Terdapat keterangan
Karyawan Terlalu
kompo-nen Kesalahan material kurang
memilih bahan banyak
yang rusak komposisi jelas A, C
baku yang variasi
material Terdapat
tidak sesuai material
Data kemiripan bentuk
material
tidak
dapat Sambungan Piranti listrik
ditrans- Penyimpanan B
listrik terputus tidak sempurna
misikan program file tidak
sempurna Kerusakan IDE sudah tidak
B
software compatible
Menyesuaikan
Banyak-nya
dengan
variasi kompo - A, E
permintaan
Kesalah-an nen
konsumen
perangkaian
yang Ketidaktelitian
A
dilakukan karyawan
karyawan Belum adanya
pembaharuan
A, B
standar operasi-
onal QC

416
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Tabel 10 Ranking Faktor Penyebab Proses Kritis merencanakan kebutuhan yang sesuai antara
Faktor permintaan konsumen dan perlengkapan proses
Node
A B C D E produksi yang meliputi bahan baku, mesin,
A24 2 1 - - 1
A31 2 3 2 1 -
peralatan, dan sarana penunjang yang
A32 1 2 - 1 1 dibutuhkan untuk proses produksi.
A1a4 3 1 1 - 1
A1b4 - 2 - - - 3.4.3 Rekomendasi Perbaikan Faktor
A23 6 4 1 - 2 Permintaan Konsumen
Total 14 13 4 2 5 Dalam hal ini rekomendasi yang dapat
Ranking I II IV V III
diberikan ialah menyiapkan strategi khusus
sesuai kebutuhan konsumen. Ketika terdapat
3.4.1 Rekomendasi Perbaikan Faktor
konsumen yang masih merancang produk yang
Sumber Daya Manusia
diinginkan, pihak perusahaan menganalisis
Rekomendasi perbaikan yang dapat
terlebih dahulu data yang ada dari konsumen
diberikan untuk permasalahan ini adalah
sehingga pihak perusahaan dapat memberikan
dengan cara :
usulan dan rekomendasi yang terbaik untuk
1. Memerlukan SOP (Standart Operating
memilih produk yang dibutuhkan, dan tentu
Procedure)
saja tidak lepas dari biaya yang dimiliki oleh
SOP (Standart Operating Procedure)
konsumen. Rekomendasi yang kedua adalah
merupakan prosedur yang terstruktur dalam
pemberian batas waktu permintaan konsumen
melakukan operasional. Dengan adanya SOP,
agar meminimalkan perubahan spesifikasi
dapat membantu karyawan dalam produksi,
mendadak maupun ketidakpastian permintaan
karena didalamnya terdapat alur yang teratur
dari konsumen.
untuk beroperasi dalam bekerja.
2. Mengadakan pelatihan untuk karyawan
3.4.4 Rekomendasi Perbaikan Faktor Raw
Pelatihan dilakukan dengan cara
material
pelatihan secara reguler minimal setahun sekali
Rekomendasi yang disarankan untuk
dengan materi metode proses produksi terbaru
faktor raw material adalah perbaikan sistem
(perangkat atau teknik terbaru). Implementasi
penyimpanan sistem di gudang, dengan cara
pelatihan dilakukan kepada karyawan lama dan
memantau minimal sebulan sekali untuk
karyawan baru.
memastikan nama tempat material sesuai
3. Reward and punishment
dengan materialnya , menata kembali tempat
Reward diberikan ke karyawan jika hasil
penyimpanan material dan sarana penunjang di
yang dicapai sangat memuaskan dan
dalam gudang penyimpanan material serta
menguntungkan bagi perusahaan. Punishment
bagian gudang menyiapkan satu paket bahan
diberikan kepada karyawan yang memberikan
baku sesuai dengan komponen yang diproduksi,
dampak yang buruk bagi perusahaan.
agar dalam pengambilannya dapat
memudahkan karyawan. Selain itu, bagian
3.4.2 Rekomendasi Perbaikan Faktor
gudang juga mengalokasikan wadah untuk
Prosedur Pengadaan
setiap bahan baku.
Rekomendasi perbaikan yang harus
dilakukan antara lain adalah:
1. Melakukan inspeksi peralatan dan sarana 3.4.5 Rekomendasi Perbaikan Faktor
penunjang Keuangan
Bidang pengadaan bertugas untuk Rekomendasi yang diberikan terhadap
memeriksa dan membagi peralatan dan sarana permasalahan ini ialah meninjau kembali
penunjang yang dibutuhkan karyawan saat anggaran biaya kebutuhan dan sarana
bekerja denga rata. Dalam proses produksi penunjang yang perlu dipenuhi agar proses
software, bidang pengadaan mengupayakan produksi alat antrian berjalan dengan lancar.
IDE (Integrated Development Environment)
masih compatible dan up to date. 3.5 Pengaruh Rekomendasi Perbaikan
2. Meningkatkan kerja sama antar divisi dan Secara garis besar rekomendasi
bidang perbaikan yang diberikan dapat
Dalam kerjasama yang dijalin antar divisi mengoptimalkan kinerja proses produksi dan
dan bidang, dapat mengetahui dan menghasilkan produk yang lebih berkualitas.

417
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Dengan demikian level kepuasan pelanggan e. Perbaikan sistem penyimpanan di gudang
dapat ditingkatkan dan perusahaan dapat f. Peninjauan kembali anggaran biaya
mencapai keuntungan dengan diminimalkannya kebutuhan dan sarana penunjang.
produk rusak dan adanya peningkatan. Selain Proses produksi dapat dioptimalkan dan
itu citra perusahaan di mata masyarakat dapat dihasilkan produk yang lebih berkualitas,
dijaga. sehingga level kepuasan konsumen dapat
ditingkatkan.
4. Kesimpulan
Hasil yang dapat diambil dari Daftar Pustaka
penelitian ini adalah kesimpulan mengenai
pengolahan data yang dilakukan pada bab Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan
sebelumnya adalah sebagai berikut : Pengendalian Produksi. Ghalia Indonesia,
1. Dari pemetaan proses produksi Alat Bogor. http://library.um.ac.id/free-
Antrian C2000 dengan IDEFØ pada level contents/index.php/buku/detail/perencanaan-
1 dapat dihasilkan tiga (3) proses yaitu dan-pengendalian-produksi-teguh-baroto-
Proses Produksi Komponen (A1), editor-akhria-n-dan-lolita-krisnawati-
Quality Control (A2), dan Finishing 34575.html (diakses tanggal 20 September
(A3). Pada proses ini dapat dilihat bahwa 2013)
terdapat dua (2) input, tiga (3) control,
empat (4) mechanism, dan dua (2) output. Doggett, M. A. 2005. Root Cause Analysis : A
2. Proses kritis yang mempengaruhi Framework For Tool Selection. Quality
kegagalan pada proses produksi Alat Manajemen Jurnal.
Antrian C2000 didapatkan dari nilai RPN http://people.wku.edu/mark.doggett/qmjv12i4d
terbesar. Nilai RPN terbesar adalah node oggett.pdf (diakses tanggal 10 Agustus 2013)
A24, yaitu proses identifikasi komponen
dengan nilai RPN 300. Gazperz, Vincent. 2002. Pedoman
3. Faktor penyebab proses kritis yang Implementasi Program Six Sigma Terintregasi
mempengaruhi kegagalan pada produksi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP.
Alat Antrian C2000 adalah sumber daya Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
manusia, prosedur pengadaan, raw
material, keuangan dan permintaan Gitosudarmo, Indriyo. 2000. Sistem
konsumen. Faktor terbesar penyebab Perencanaandan Pengendalian Produksi.
kegagalan yang dilakukan terdapat pada Yogyakarta :Penerbit BPFE
faktor SDM.
4. Dari identifikasi perbaikan proses Kim.Soung-Hie. 2002. Designing Performance
produksi alat antrian C2000 didapatkan Analysis and IDEF0 for Enterprise Modelling
rekomendasi sebagai berikut : in BPR.
a. Diperlukan adanya Standart Operating https://www.deepdyve.com/lp/elsevier/designin
Procedure (SOP), pelatihan, penilaian g-performance-analysis-and-idef0-for-
kinerja dan pemberian reward and enterprise-modelling-in-Ky2mcEH60e (diakses
punishment untuk karyawan. tanggal 24 Juli 2013)
b. Dilakukan inspeksi peralatan dan sarana
penunjang National Institute of Standart and Technology.
c. Meningkatkan kerja sama antar divisi dan (1993). Intregated Definition for Function
bidang Modelling (IDEFØ). Draft Federal Information
d. Dibangun strategi khusus untuk Processing Standards Publication 183.
memenuhi kebutuhan konsumen dan www.idef.com/IDEF0.htm (diakses tanggal 19
menentukan batas waktu kepastian Juli 2013).
permintaan konsumen

418
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lampiran 1 Level 1 IDE0
Desain Permintaan Sarana
Komponen Konsumen (C2) Penunjang
(C1)
(C3)

Proses Produksi
Material (I1) Komponen Komponen tidak
A1 Lulus QC
yang masih
bisa diperbaiki (I2)
Komponen siap
Quality Control Komponen tidak
Lulus QC
Quality Control (dibuang) (O2)

A2
Komponen
Lulus QC

Mesin dan Finishing


Toolkit (M4) Alat antrian (O1)
A3
Karyawan Bagian Karyawan Bagian
Proses Produksi (M1) Quality Control (M2)
Karyawan Bagian
Finishing (M3)
NODE: A0 TITLE: Proses Produksi Alat Antrian C2000 NO.: 1

Lampiran 2 Proses Produksi Hardware


Permintaan KOnsumen (C3)
Data Material (C1) Desain Komponen (C2)

Material
Material (I1) Memilah material di Tersedia
gudang
A1a1
Komposisi
material
per
Pemindahan material dari
komponen
gudang ke ruang produksi
A1a2

IC Software
Pemasangan Pembantu
Menyiapkan
Software software pembantu
ke IC tiap komponen PCB yang
Pembantu
A1a3 Terpasang
Material
Lain
Penyolderan material ke
PCB tiap komponen
Material
Lain yang A1a4
Dipersipkan
Komponen
Merakit PCB ke tiap box
komponen
A1a5

Pemindahan
Karyawan IC komponen untuk QC
Komponen
bag. Produksi Microcontroller Solder dan A1a6 Siap
Software (M3) (M4) Attractor (M5) Quality
Control (O1)
Karyawan
bag. Produksi
Hardware (M1)
Hand truck
(M2)
NODE: A1a TITLE: PROSES PRODUKSI HARDWARE NO.: 1

419
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lampiran 3 Proses Produksi Software
Permintaan Konsumen (C1)

Konsep (I1) Pembuatan algoritma dan


flowchart
flowchart
Data kebutuhan A1b1
konsumen (I2)

Pemrogaman mengunakan Program


Borland Delphi Setengah jadi
A1b2

Error

Compiling
A1b3

Success Penyimpanan software


ke mini PC
Komponen Siap
A1b4 Quality Control (O1)

Karyawan bag. Produksi


Komputer (M2
Software (M1)
NODE: A1b TITLE: PROSES PRODUKSI SOFTWARE NO.: 1

Lampiran 4 Quality Control

Data Komponen (C1) Desain Komponen Permintaan konsumen


(C2) (C3)

Komponen
Pembantu (I2) Menyiapkan Komponen
komponen siap
dipasang
Komponen Siap A21
Quality Control (I1)

Rangkaian
Komponen komponen
dirangkai
Alat antrian tidak
A22
Berfungsi
dengan baik
Uji coba &
pengawasan sistem
kerja produk
A23

Komponen cacat
Identifikasi (Tidak lulus QC) (O1)
Alat antrian
komponen
Berfungsi
Hand Truck (M2)
dengan baik A24 Komponen tidak cacat
(lulus QC) (O2)

Karyawan bagian
Quality Control (M1)
NODE: A2 TITLE: QUALITY CONTROL NO.: 1

420

Anda mungkin juga menyukai