Anda di halaman 1dari 67

TUGAS KELOMPOK K3

SISTEM MANAJEMEN K3 PADA PT BELFOODS INDONESIA

DISUSUN OLEH:
Berliana Khansa Salsabila 03211840000007
Dessy Farihi Nabila 03211840000009
I Gusti Agung Indira P. 03211840000015
Mega Sally Maharani W.H.L 03211840000019
Ririn Triyanita 03211840000025
Wanda Nabila Arisani 03211840000029

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat,
rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan tugas “Dokumen Keamanan,
Kesehatan dan Keselamatan (K3)” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Tugas ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan dari mata kuliah
Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan (K3). Dan tugas ini bertujuan untuk
memberikan gambaran dan pemahaman tentang pembuatan dokumen suatu
perusahaan, sehingga mahasiswa dapat lebih memahami mata kuliah ini.
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran penyelesaian tugas ini, terutama kepada:
1. Ibu Ir. Atiek Moesriati, M. Kes, selaku dosen mata kuliah K3 yang telah
memberikan bimbingan dan arahan untuk penyelesaian tugas ini.
2. Orang tua atas segala doa restu dan segala perhatian dan kasih sayangnya.
3. Teman-teman satu kelompok K3 yang telah bersama-sama menempuh
dalam suka maupun duka dalam mengerjakan tugas ini, serta memberikan
semangat dan motivasi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan tugas ini,
untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun. Dan
harapan kami, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya. Demikian, akhir kata kami mohon maaf jika terdapat kesalahan pada
penulisan tugas ini.

Hormat kami,

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Profil Perusahaan 4
1.3 Ruang Lingkup 11
1.4 Dasar Hukum dan Referensi 12
1.5 Istilah dan Definisi 13
BAB II 17
KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 17
2.1 Kebijakan Pelaksanaan K3 di PT Belfoods Indonesia 17
2.2 Objektif Pelaksanaan K3 di PT Belfoods Indonesia 19
2.3 Komitmen PT Belfoods Indonesia Dalam Lingkungan dan K3 19
BAB III 21
PEMBAHASAN 21
3.1 Peraturan Perundang-Undangan 21
3.1.1 Dasar Hukum Sistem Manajemen K3 21
3.2 Data Kegiatan Produksi dan Sarana Produksi PT. Belfoods 22
3.2.1 Sarana Produksi PT Belfoods 23
3.3 Identifikasi Bahaya dan Risiko 35
3.4 Organisasi SMK3 59
3.4.1 Struktur Organisasi K3 59
3.4.2 Struktur Organisasi Panitia Pembina K3 (P2K3) 60
3.4.3 Komunikasi, Partisipasi, dan Konsultasi 61
3.4.4 Pengendalian Dokumen 62
3.4.5 Pengendalian Operasi 63
3.4.6 Persiapan Tanggap Darurat 63

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia
masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka
kecelakaan kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja dan pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Penanganan
masalah keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan secara
serius oleh seluruh komponen pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan
diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal dalam perusahaan. Kecelakaan
kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian materi bagi pekerja
dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
(Depkes RI, 2002).
Menurut Ukhisia (2013) keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Produktivitas sumber
daya manusia ditentukan oleh sejauh mana sistem yang ada di perusahaan mampu
menunjang dan memuaskan keinginan seluruh pihak. Apabila suatu perusahaan
peduli dengan keberadaan dan kesejahteraan karyawan, maka karyawan akan
meningkatkan produktivitas kerjanya terhadap perusahaan.
Kecelakaan kerja tidak hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Sehingga, dengan adanya K3 di PT. Belfoods Indonesia
diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan dan tidak merugikan
pekerja dan masyarakat luas.
1.2Profil Perusahaan
PT. Belfoods Indonesia merupakan perusahaan pengolahan makanan
terkemuka yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat. Perusahaan ini bergerak di bidang
pengolahan pangan khususnya produk olahan daging dengan produk utama yang

4
dihasilkan adalah chicken nugget. Perusahaan ini merupakan bagian dari Sierad
Produce, suatu perusahaan integrasi dalam bidang peternakan ayam.
Perusahaan ini mulai berdiri pada tahun 1997 sebagai perusahaan dagang
umum (General Trade Company) dengan nama PT. Askar Murda Sukses yang
memulai operasinya sebagai distributor untuk produk makanan beku (frozen food)
yang pada saat itu diproduksi oleh PT. Sierad Produce. Pada tahun 2000, PT. Askar
Murda Sukses mulai melakukan pembuatan produk olahan daging lanjutan dan
pada bulan Mei 2002, perusahaan ini secara resmi berganti nama menjadi PT.
Belfoods Indonesia dan mengkonsolidasikan posisinya sebagai produsen dan
distributor produk makanan olahan berkualitas tinggi.
PT. Belfoods Indonesia berdiri di atas lahan seluas 5 ha dengan bangunan
fisik seluas 3,5 ha. Saat ini, PT. Belfoods Indonesia telah memiliki fasilitas pabrik
pengolahan nugget, sausage, beef patty, meat ball dan bakery. Produk yang
dihasilkan PT. Belfoods Indonesia sudah memenuhi standar keamanan pangan dan
regulasi pemerintah (BPOM) serta bersertifikat halal dari MUI (Majelis Ulama
Indonesia). Quality System di PT. Belfoods Indonesia telah memenuhi standar
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dan GMP (Good Manufacturing
Practices) yang telah diterima oleh berbagai International Chain Restaurant
(Company Profile BFI 2010).
Adapun visi misi yang terdapat pada PT. Belfoods ini guna untuk
menjalankan sistem mutu dan konsistensi produk yang dihasilkan. Visi perusahaan
adalah “menjadi perusahaan pangan terkemuka di Indonesia untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dan memberikan manfaat yang berkesinambungan
kepada para pemegang saham”. Perusahaan memiliki beberapa misi, antara lain:
● Menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan harga terjangkau
● Menciptakan nilai bagi mitra bisnis melalui proses yang bertaraf
internasional
● Merekrut, mengembangkan dan memberikan penghargaan kepada para
profesional yang berprestasi dalam lingkungan kerja
● Menjalankan tata kelola perusahaan yang berkontribusi terhadap
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.

5
PT. Belfoods Indonesia telah memiliki struktur organisasi yang jelas serta
manajemen organisasi yang baik sesuai dengan kebijakan perusahaan. Sistem
organisasi sangat diperlukan untuk pengaturan tugas, tanggung jawab dan
wewenang terhadap operasi perusahaan.
Dalam melaksanakan seluruh kegiatannya, PT. Belfoods Indonesia
dikepalai oleh seorang Bussiness Unit Head (BUH) atau direktur utama yang
bertanggung jawab terhadap pengawasan keberlangsungan seluruh kegiatan. BUH
dibantu oleh beberapa departemen utama, yaitu bagian kesekretariatan,
procurement, Human Resource and General Affair (HR & GA), bussiness
development dan unit finance control yang memiliki tugas dan tanggung jawab
masing-masing dalam menunjang kegiatan BUH. Secara langsung, BUH juga
membawahi seorang general manager yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
pemasaran dan penjualan produk dan dua senior manager, yaitu senior manager
Research and Development (R&D) yang secara langsung bertanggung jawab
terhadap kegiatan pengawasan proses serta pengembangan produk dan senior
manager manufacture yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses
produksi mulai dari persiapan bahan baku sampai produk akhir atau sering disebut
plan manager.
Senior manager R&D secara langsung membawahi 3 departemen (4 bagian)
yaitu R&D bagian produk, R&D bagian premix dan QA/QC (bagian QA dan QC).
Sedangkan senior manager manufacture secara langsung membawahi 4
departemen yaitu produksi, PPIC (production planning inventory control),
engineering dan warehouse. Dalam menunjang setiap kegiatannya, terdapat juga
departemen lainnya seperti bagian Information Technology (IT) dan accounting
yang akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya.
Ruang lingkup pembahasan organisasi perusahaan ini akan terfokus pada
departemen- departemen yang berhubungan langsung dengan kegiatan pengolahan
produk, pengawasan sampai dengan pemasaran yang berada di pabrik pengolahan
dan kantor pemasaran. Berikut ini akan dijabarkan uraian singkat mengenai
beberapa departemen di PT. Belfoods Indonesia serta gambaran pengaturan tugas
dan tanggung jawab-nya masing-masing.
1. Produksi

6
Departemen ini merupakan departemen utama yang bertanggung jawab atas
proses produksi. Departemen ini memiliki 5 bagian proses pengolahan yaitu
pengolahan nugget dan patty, produk bakery, kornet dan baso (line dimsum),
produk beef dan produk sosis. Setiap line proses memiliki seorang supervisor dan
keseluruhan line pengolahan dikepalai oleh seorang manajer produksi. Departemen
ini sangat bertanggung jawab terhadap keberlangsungan proses produksi mulai dari
persiapan bahan baku sampai penyimpanan produk akhir. Departemen produksi
juga harus mempertanggungjawabkan hasil produksi, mutu produk, serta efisiensi
waktu dan material sesuai target perusahaan. Oleh karena itu, dilakukan kerja sama
dengan departemen QA/QC untuk mendapatkan produk akhir yang optimal,
bermutu tinggi serta sesuai spesifikasi yang ditargetkan perusahaan.
2. Research and Development (R&D)
Departemen ini bertanggung jawab dalam pengembangan produk dan
formulasi bahan untuk mendapatkan variasi jenis produk baru serta
mempertahankan konsistensi formula atau melakukan perubahan formula bahan
yang diinginkan. Departemen R&D terbagi lagi menjadi dua bagian departemen
yaitu R&D bagian produk (R&D product) dan R&D bagian premix (R&D premix).
a. R&D product
R&D bagian produk bertanggung jawab terhadap ide dan pengembangan
produk meliputi inovasi produk baru maupun pengembangan produk yang telah ada.
Bagian ini juga memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan trial baik
dalam skala laboratorium maupun skala produksi, menentukan parameter proses,
penetapan komposisi bahan-bahan serta metode kerja yang harus dilakukan
terhadap produk baru, melakukan presentasi hasil terhadap pengembangan produk
yang dilakukan serta memberikan training kepada pekerja dan operator terkait
pelaksanaan produksi produk baru skala produksi.
b. R&D premix
R&D bagian premix bertanggung jawab terhadap pengembangan serta
konsistensi formulasi bumbu maupun bahan penunjang produk. Bagian ini juga
memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap trial penggunaan formulasi bahan
atau bumbu baru terhadap produk yang telah ada serta pengawasan terhadap cita
rasa dan karakteristik produk yang dihasilkan.

7
3. Quality Assurance dan Quality Control (QA/QC)
Departemen ini bertanggung jawab dalam pengawasan kualitas produk,
parameter proses dan kondisi lingkungan produksi. Departemen ini terbagi menjadi
dua bagian yaitu bagian QA dan QC dimana setiap bagian juga terbagi lagi sesuai
dengan tugas dan kewajibannya.
a. Quality Assurance (QA)
Bagian QA memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap terlaksananya
GMP (Good Manufacturing Practices) dan HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point). mengontrol dokumen, menyiapkan hal-hal yang terkait dalam
urusan registrasi halal dan departemen kesehatan serta melakukan pengawasan
terhadap sanitasi lingkungan pabrik, peralatan dan para pekerja pabrik serta
penyusunan SOP dan SSOP. Dalam menjalankan sistem mutu secara keseluruhan,
pihak QA juga bertugas melaksanakan audit internal terkait pengawasan proses
produksi dan sistem kerja dengan melakukan kerjasama dengan departemen lain
seperti R&D dan produksi.
b. Quality Control (QC)
Bagian QC bertugas mengawasi proses produksi melalui pengecekan
standar mutu proses produksi dan bertanggung jawab terhadap kualitas dan
keamanan produk sehingga produk yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi
standar mutu dan keamanan pangan. Dalam pelaksanaan tugasnya, QC terbagi lagi
menjadi dua bagian yaitu QC bagian laboratorium dan QC bagian line proses.
1. QC laboratorium
QC bagian laboratorium bertugas melakukan analisis di laboratorium
meliputi analisis mikrobiologi, kimia dan fisik dari bahan baku, penunjang sampai
produk akhir yang dihasilkan. Hasil pengujian akan menjadi data dokumentasi
harian sekaligus menjadi tolak ukur kelayakan bahan, keberlangsungan proses dan
produk akhir.
2. QC line proses
QC bagian line proses bertugas melakukan analisis yang harus dilakukan
secara langsung selama proses produksi berlangsung seperti pengukuran suhu
bahan baku, bahan penunjang sampai suhu produk, menimbang bobot produk
sampel serta melakukan pengecekan suhu proses seperti suhu penggorengan dan

8
pembekuan untuk memastikan suhu proses tidak drop atau berada di bawah standar
maksimal perusahaan. QC line proses juga bertugas melakukan analisis sensori
meliputi penampakan, tekstur, rasa dan aroma produk di ruang uji yang tersedia.
3. Production Planning and Inventory Control (PPIC)
Departemen ini bertanggung jawab dalam penyediaan seluruh bahan baku
hingga bahan kemasan serta perlengkapan penunjang yang diperlukan produksi
selama proses produksi berlangsung. Tugas lain departemen ini adalah membuat
perencanaan produksi setiap minggu dalam suatu jadwal pesanan kerja atau Work
Order (WO) mingguan sesuai dengan permintaan pasar. Dalam pelaksanaan
tugasnya, departemen ini menjadi penghubung antara pihak marketing dengan
bagian produksi untuk memenuhi pesanan produksi sesuai jumlah dan jangka
waktu yang diinginkan.
4. Engineering
Departemen ini bertanggung jawab terhadap teknologi fasilitas produksi
agar tetap dalam keadaan baik dan dapat berfungsi dengan optimal selama proses
produksi berlangsung. Departemen ini memiliki pembagian tugas untuk
masing-masing staf yang tersusun dalam tabel pembagian kerja. Dalam pembagian
tugasnya, karyawan bagian engineering selalu berkeliling di sepanjang line proses
pengolahan untuk memantau kondisi proses. Jika terdapat ketidakstabilan suhu atau
kerusakan mesin, bagian ini harus dengan segera melakukan penanganan melalui
tindakan yang tepat agar proses produksi dapat kembali berjalan dengan normal.
5. Warehouse
Departemen ini bertanggung jawab terhadap penerimaan, penyimpanan
serta pengeluaran barang seperti produk jadi, bahan baku dan pelengkap,
bahan-bahan penunjang produksi serta stock material maupun produk dari dalam
gudang. Tugas lain dari departemen ini adalah melakukan dokumentasi terkait
sistem pergudangan meliputi keluar masuknya barang serta memastikan
berjalannya sistem FEFO (First Expired First Out) maupun FIFO (First In First
Out) yang harus diterapkan selama penyimpanan dan distribusi barang dalam
gudang.
6. HR-GA

9
Departemen ini terdiri dari bagian HRD (Human Resource Development),
GA (General Affair) dan Legal. Bagian HRD bertanggung jawab terhadap
recruitment (penerimaan tenaga kerja), pengembangan karyawan, industrial
relations (sanksi karyawan, PHK, sidang dan mediasi) dan payroll (biaya keuangan
meliputi penggajian, benefit dan asuransi). Bagian GA bertanggung jawab terhadap
penjadwalan kegiatan kantor, maintenance building, kendaraan, serta kondisi
dalam dan luar bangunan. Bagian GA juga bertanggung jawab terhadap hubungan
dengan pihak luar maupun dengan kantor-kantor cabang, sedangkan bagian Legal
bertanggung jawab atas keseluruhan aspek hukum yang berhubungan dengan
perusahaan, terkait dengan kegiatan maupun dokumentasi. Aspek hukum antara
lain mengenai perizinan dengan pemerintah, sewa tanah dan gedung.
Departemen ini dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas
penerapan kedisiplinan karyawan secara berkesinambungan, mengkoordinasikan
pembukuan keluar masuk barang, melakukan koordinasi dengan security dan
seluruh karyawan serta menyusun laporan administrasi keuangan pabrik secara
lengkap.
7. Accounting
Departemen ini bertanggung jawab atas keuangan perusahaan meliputi
pembiayaan, pembayaran pajak, kegiatan pembukuan dan hal-hal yang terkait
dengan administrasi kantor. Kegiatan departemen ini meliputi pengaturan cash flow
perusahaan, memproses perpajakan perusahaan, menyiapkan laporan keuangan,
analisis keuangan serta mengatur neraca keuangan dan account perusahaan secara
rutin. Selain itu, departemen ini juga bertanggung jawab terhadap kegiatan
penentuan biaya mutu perusahaan melalui kerjasama dengan pihak pembelian
barang departemen produksi dan engineering.
8. Information Technology (IT)
Departemen ini bertanggung jawab dalam mendukung teknologi informasi
antar departemen dan dengan pihak luar melalui pengadaan perangkat komunikasi
seperti komputer, hardware, software dan pengadaan jaringan (network) sesuai
dengan kebutuhan karyawan. Departemen ini juga bertanggung jawab terhadap
kelancaran berlangsungnya kegiatan informasi teknologi perusahaan setiap saat.
9. Marketing & Sales

10
Departemen ini bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan
pemasaran dan penjualan produk-produk perusahaan. Kegiatan departemen ini
meliputi berbagai aspek pemasaran antara lain menentukan strategi pemasaran
dalam pencapaian target penjualan, menetapkan target-target penjualan dan terus
membina hubungan baik dengan konsumen, distributor maupun pihak advertising
agency. Dalam melaksanakan kegiatan promosi dan pengembangan pemasaran,
departemen ini memiliki bagian penjualan (sales) dengan menempatkan Sales
Promotion Girl (SPG) di beberapa factory outlet yang tersebar di berbagai kota.
Kegiatan ini terbangun dalam suatu sistem Sales Management untuk menetapkan
target-target promosi dan penjualan produk.
1.3Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelaksanaan K3 meliputi:

1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja.

- Sarana dan prasarana

- Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter perusahaan


dan paramedis perusahaan)

- Organisasi (pimpinan unit pelayanan kesehatan kerja, pengesahan


penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja).
2. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
- Awal (sebelum tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan).
- Berkala (sekali dalam setahun atau lebih).
- Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu berdasarkan
tingkat resiko yang diterima).
- Purna Bakti (dilakukan tiga bulan sebelum memasuki masa pensiun).

3. Pelaksanaan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K).

4. Pelaksanaan gizi kerja:

- Kantin (50-200 tenaga kerja wajib menyediakan ruang makan, lebih dari
200 tenaga kerja wajib menyediakan kantin perusahaan).

- Pemeriksaan gizi dan makanan bagi tenaga kerja.

11
5. Pelaksanaan pemeriksaan syarat-syarat ergonomi.

- Prinsip ergonomi.

- Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.

- Organisasi kerja dan desain tempat kerja

6. Pelaksanaan pelaporan (pelayanan kesehatan kerja, pemeriksaan kesehatan


tenaga kerja dan penyakit akibat kerja)
1.4Dasar Hukum dan Referensi
Landasan hukum yang dimaksud pada sistem K3 di suatu perusahaan guna
untuk memberikan pijakan/landasan yang jelas mengenai aturan apa saja dan
bagaimana K3 itu seharusnya diterapkan untuk menjalankan suatu perusahaan.
Berikut merupakan sumber hukum penerapan K3:
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2. UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

3. PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial


Tenaga Kerja.

4. Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan
Kerja.

5. Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran


Kepesertaan, pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5 Tahun 1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
8. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

9. OHSAS 18001:2007 Occupational Health and Safety Management Systems.

Semua perundang-undangan pada dasarnya mengatur tentang kewajiban


dan hak tenaga kerja terhadap keselamatan kerja untuk:

12
- Memberikan keterangan yang benar jika diminta oleh pegawai pengawas
dan atau ahli keselamatan kerja;
- Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;

- Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan


kerja yang diwajibkan;
- Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
- Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung
jawabkan.
1.5Istilah dan Definisi
Pengertian kesehatan kerja adalah adanya jaminan kesehatan pada saat
melakukan pekerjaan. Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan
bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan
kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas
merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaan atau jabatannya. Berikut istilah-istilah yang terdapat dalam K3:
a. Safety (Keselamatan)

Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan (mengontrol)


resiko yang tidak bisa diterima (the ability to identify and eliminate
unacceptable risks) dan mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control
of accident loss)

b. Health (Kesehatan)

Derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of


physiological and psychological well being of the individual.

13
c. Hazard (Potensi/Sumber Bahaya)

Sumber bahaya potensial yang dapat menyebabkan kerusakan (harm).


Hazard dapat berupa bahan-bahan kimia, bagian bagian mesin, bentuk
energi, metode kerja atau situasi kerja.

d. Harm

Kerusakan atau bentuk kerugian berupa kematian, cedera, sakit fisik atau
mental, kerusakan properti, kerugian produksi, kerusakan lingkungan atau
kombinasi dari kerugian-kerugian tadi

e. Accident

Suatu kejadian yang tidak diinginkan berakibat cedera pada manusia,


kerusakan barang, gangguan terhadap pekerjaan dan pencemaran
lingkungan.

f. Incident

Suatu kejadian yang tidak diinginkan, bilamana pada saat itu sedikit saja
ada perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya accident. Contohnya
sebagai berikut; Seseorang sedang duduk di suatu ruangan, setelah itu dia
berdiri beberapa saat dengan maksud hendak berjalan ke depan. Saat dia
sedang berdiri untuk siap-siap melangkah, tiba-tiba sebuah benda jatuh dari
lantai atas tepat sejengkal di depan badannya. Seandainya orang itu lebih
cepat saja dia untuk melangkah, tentu dia akan mendapat kecelakaan.

g. Danger (Bahaya)

Tingkat bahaya dari suatu kondisi di mana atau kapan muncul sumber
bahaya.

h. Aman / Selamat (Safe Condition)

Suatu kondisi di mana atau kapan munculnya sumber bahaya telah dapat
dikendalikan ke tingkat yang memadai.

i. Risk (Resiko)

Ukuran kemungkinan kerugian yang akan timbul dari sumber bahaya


(hazard) tertentu yang terjadi. Untuk menentukan resiko membutuhkan

14
perhitungan antara konsekuensi / dampak yang mungkin timbul dan
probabilitas, yang biasanya disebut sebagai tingkat risiko (level of risk).

j. Penilaian Resiko

Pelaksanaan metode-metode untuk menganalisa tingkat resiko,


mempertimbangkan resiko tersebut dalam tingkat bahaya (danger) dan
mengevaluasi apakah sumber bahaya itu dapat dikendalikan secara
memadai serta mengambil langkah- langkah yang tepat.

k. Audit

Proses sistematis, mandiri dan terdokumentasi untuk memeriksa kesesuaian


kinerja terhadap sistem yang telah dirancang (ditetapkan).

l. Bahaya

Berasal dari semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi


menimbulkan kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja (PAK) atau
kombinasi keduanya.

m. Catatan

Dokumen yang menunjukkan pencapaian hasil ataupun menyediakan bukti


aktivitas kerja.

n. Dokumen

Informasi dan media-media pendukungnya.

o. Identifikasi Bahaya

Proses untuk menemukan, mengenali dan mengetahui adanya bahaya serta karakteristikny

p. Kebijakan K3

Keseluruhan arah dan intensitas perusahaan terkait penerapan K3 yang


disampaikan secara resmi oleh pimpinan perusahaan.

q. Ketidaksesuaian

Tidak terpenuhinya sebuah persyaratan

r. Kinerja K3

Hasil yang dapat diukur dari pengelolaan risiko K3.

s. Penyakit akibat kerja (PAK)

15
Gangguan kesehatan baik fisik maupun mental yang disebabkan atau
diperparah oleh aktivitas kerja ataupun kondisi yang berkaitan dengan
pekerjaan.

t. Tindakan pencegahan

Tindakan untuk menghilangkan potensi penyebab ketidaksesuaian serta


kondisi tidak diinginkan lainnya.

u. Tindakan perbaikan

Tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian yang ditemukan


ataupun kondisi lain yang tidak diinginkan.

v. Sistem manajemen K3

Bagian dari sistem manajemen perusahaan termasuk struktur organisasi,


perencanaan aktivitas, tanggung jawab, penerapan, prosedur, proses dan
sumber daya yang dipergunakan untuk mengembangkan dan menerapkan
kebijakan K3 perusahaan dan mengelola resiko K3 perusahaan.

16
BAB II
KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

2.1Kebijakan Pelaksanaan K3 di PT Belfoods Indonesia


PT. Belfoods Indonesia merupakan bagian dari PT Sierad Produce, Tbk
yang memiliki bisnis yang terintegrasi, mulai dari peternakan hingga pabrik
pengolahan ayam, sehingga dapat mengontrol produk yang dihasilkan pasti
berkualitas, aman dan higienis.. Beberapa upaya peningkatan produk dan layanan
yang dilakukan juga telah mengantarkan Belfoods memperoleh sertifikasi ISO 9001
(Sistem Manajemen Mutu), ISO 22000 (Sistem Manajemen Keamanan Pangan),
dan Sertifikasi Jaminan Halal untuk setiap produknya.
PT. Belfoods Indonesia memiliki total 682 karyawan yang tersebar di
berbagai departemen dan tingkatan dalam perusahaan baik kantor pemasaran
maupun pabrik pengolahan. Di pabrik pengolahan sendiri terdapat 458 karyawan
dengan status tetap maupun kontrak. Oleh karena itu pelaksanaan K3 haruslah
dilakukan dengan baik. PT Belfoods merupakan anak perusahaan dari PT. Sierad
Produce, sehingga kebijakan K3 yang diambil juga berdasarkan atas induk
perusahaannya.
Berdasarkan laporan tahunan dari PT. Sierad Produce sepanjang tahun 2018,
tingkat perpindahan karyawan maupun tingkat kecelakaan kerja tercatat cukup
rendah. Hal ini merupakan pencapaian yang baik sebagai hasil dari penerapan
prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di seluruh Unit Usaha Perseroan.
Sebagian besar Unit Usaha Perseroan sudah memiliki organisasi P2K3
(Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dari Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Disnakertrans) setempat. Selain telah memiliki WWTP dan WTP,
Unit Usaha Perseroan juga sudah memiliki Job Safety Analysis (JSA), sistem
pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), serta kelengkapan
Hydrant dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Selama tahun 2018, beberapa Unit Usaha Perseroan telah mengikuti
berbagai program pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diikuti merupakan
komitmen Perseroan untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilan
sumber daya manusia, terutama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. PT

17
Belfoods Indonesia sendiri telah melaksanakan program pelatihan internal maupun
untuk eksternal Perseroan yang terdiri dari:
• QCC
• 5R
• GMP
• HACCP
• Standar FSA Audit Versi 2018 dan ISO 9001 Versi 2015
• SSK
• Sanitasi
• Allergen
• Coaching for Performance
• Foods Defense
• Pemakaian & Pemeliharaan Timbangan
• Food Fraud
• Food Safety Risk
• Foreign Material Contamination
• Crisis Management
• Refresh SOP & IK Laboratorium
• TPM
• Pengoperasian dan Pemeliharaan Mesin IQF Beef
• Six Sigma
• Pest Control
• Dasar K3
• Sistem Jaminan Halal by IHATEC
• APD (Alat Pengaman Diri)
• Analisa di Lab Kimia-Fisika & Mikrobiologi
• ISO 9001:2015

2.2Objektif Pelaksanaan K3 di PT Belfoods Indonesia

18
Belfoods Indonesia berkomitmen untuk mencapai standar pengelolaan K3
yang tinggi dengan meminimalkan risiko kecelakaan ringan, berat, dan fatal yang
terjadi dalam kegiatan operasional. Untuk menjaga kualitas produksi produk yang
dihasilkannya agar selalu tetap optimal dan terjaga kualitasnya, maka adanya
kebijakan K3 yang telah ditetapkan dapat melindungi pekerja dan menjaga kualitas
produksi. Hal ini dilakukan melalui penerapan sistem manajemen keselamatan,
lingkungan yang juga mengacu pada ISO 14001 dan OHSAS 18001. Sebagai upaya
perlindungan keselamatan, Belfoods menyediakan alat pelindung diri, seragam dan
alat keselamatan kerja dan berbagai fasilitas pengobatan bagi semua karyawan
secara cuma-Cuma sebagai suatu langkah untuk menjaga keselamatan dan
kesehatan para pekerja PT Belfoods Indonesia. Selain itu, untuk menjamin standar
kesehatan, perusahaan juga mengadakan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan
memberikan tunjangan rawat jalan dan program Jamsostek kepada karyawan. Serta
PT.Belfoods Indonesia pun mencanangkan slogan Zero Accident dalam proses
produksi mereka sebagai salah satu langkah untuk memberikan jaminan
keselamatan produksi mereka.
2.3Komitmen PT Belfoods Indonesia Dalam Lingkungan dan K3
Menjaga keseimbangan baik dalam menjalankan praktik bisnis maupun
memberikan kontribusi bagi sekitar adalah bagian yang tak terpisahkan dalam
existensi perjalanan Perseroan. Sejak awal berdirinya, Perseroan terus berupaya
mengintegrasikan kegiatan usaha dengan keterlibatan bagi pengembangan
kehidupan masyarakat. Bagi Perseroan, masyarakat merupakan bagian yang
berperan signifikan dalam kemajuan Perseroan sehingga keseimbangan mutlak
diperlukan. Adanya hubungan yang sangat kuat dengan masyarakat, dengan
masyarakat sebagai target konsumen utama dari sebuah perseroan. Adapun
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility/CSR) Perseroan meliputi berbagai aspek seperti sosial, keagamaan
pendidikan serta tanggung jawab terhadap pelanggan dan ketenagakerjaan. Dengan
program CSR yang dilakukan oleh sebuah perseroan merupakan sebuah usaha
timbal balik dalam pemberian manfaat positif kepada masyarakat yang telah
membeli dan menggunakan suatu produk dari perseroan tersebut.

19
Sumber daya manusia dipandang sebagai aset Perseroan yang amat penting dalam
meraih visi dan misi Perseroan. Sebagai wujud kontribusi Perseroan membangun
Sumber Daya Manusia yang handal serta menjamin pemenuhan seluruh hak dan
kesejahteraan karyawannya, Perseroan telah menetapkan kebijakan-kebijakan
untuk mewujudkan hal ini. Kebijakan ini antara lain dengan menjamin adanya
kesetaraan gender yang diimplementasikan mulai dari fase perekrutan, penyesuaian
terhadap besaran gaji yang berdasarkan indikator yang ditetapkan dan mengacu
kepada kepentingan karyawan seperti pengamatan terhadap kompetensi serta
dedikasi karyawan tanpa mengabaikan kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Selain itu, Perseroan menyediakan asuransi kesehatan kepada seluruh
karyawan dengan besaran yang telah disesuaikan, pemberian asuransi tersebut
bertujuan untuk menjamin atas keselamatan pekerja dalam bekerja. Namun bagi
karyawan yang mengalami musibah sakit tertentu yang besarnya melebihi batas
yang tersedia, Perseroan memberikan akses terhadap peminjaman atas biaya
tersebut dengan bunga 0% sebagai salah satu langkah untuk meringankan beban
pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan bentuk kontribusi Perseroan
untuk melindungi karyawannya terlaksana melalui program HSE (Health Safety
Executive). Implementasinya diwujudkan melalui pembangunan sistem berupa:
• Pembangunan Job Safety Analysis (JSA) yang sudah direalisasikan di 17 wilayah
dimana 1 wilayah kini prosesnya masih sedang berjalan.
• Tahap penerapan Job Safety Analysis (JSA) telah direalisasikan di 4 lokasi
dimana 9 lainnya kini sedang berjalan.
• Tahap monitoring Job Sob Safety Analysis (JSA) yang telah direalisasikan di 5
wilayah.
• Pembangunan sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) kini
sedang dibangun di 4 wilayah.
• Penerapan sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) kini
telah direalisasikan di 2 wilayah.
• Perseroan juga mengadakan program Health Talk yang merupakan wujud
sosialisasi terhadap pemeliharaan kesehatan bagi seluruh karyawan Perseroan.

20
BAB III
PEMBAHASAN

3.1Peraturan Perundang-Undangan
Perusahaan menginformasikan dan mengkomunikasikan kepada seluruh
pihak yang berhubungan dengan penerapan K3 di Perusahaan (termasuk tenaga
kerja, kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) mengenai peraturan
perundangan-undangan dan persyaratan lain yang digunakan oleh Perusahaan
dalam menerapkan K3 di lingkungan Perusahaan. Dokumen Terkait: P/SOP/K3/002
- Prosedur Identifikasi Peraturan Perundang-Undangan dan Persyaratan K3.

Perusahaan menjamin kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan


dan persyaratan lain dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja secara menyeluruh. Peraturan perundang-undangan dapat berupa
undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah, keputusan menteri ataupun
pejabat terkait mengenai peraturan K3 di perusahaan, perizinan yang diwajibkan
maupun peraturan-peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi resmi
pemerintah. Sedangkan persyaratan lain dapat berupa persyaratan kontrak dan
kerjasama, maupun perjanjian-perjanjian lainnya dengan pihak ketiga.

Perusahaan menjamin peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain


yang digunakan dapat dengan mudah diidentifikasi, dievaluasi kesesuaiannya,
diakses dan merupakan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
yang terbaru dan absah berlaku.Perusahaan menjamin peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya sesuai dengan sektor bisnis yang
dijalankan, aktivitas operasional perusahaan, produk, proses, fasilitas,
peralatan/mesin, bahan/material, tenaga kerja dan lokasi perusahaan.
3.1.1 Dasar Hukum Sistem Manajemen K3
Landasan hukum yang dimaksud pada sistem K3 di suatu perusahaan guna
untuk memberikan pijakan/landasan yang jelas mengenai aturan apa saja dan
bagaimana K3 itu seharusnya diterapkan untuk menjalankan suatu perusahaan.
Berikut merupakan sumber hukum penerapan K3:

1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

21
2. UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
3. PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
4. Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan
Kerja.
5. Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran
Kepesertaan, pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5 Tahun 1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
8. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
9. OHSAS 18001:2007 Occupational Health and Safety Management Systems.
Semua perundang-undangan pada dasarnya mengatur tentang kewajiban
dan hak Tenaga Kerja terhadap Keselamatan Kerja untuk:

- Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas


dan atau ahli keselamatan kerja;
- Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
- Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;
- Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
- Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.
3.2Data Kegiatan Produksi dan Sarana Produksi PT. Belfoods
Sistem manajemen dalam suatu perusahaan meliputi kegiatan produksi dan
sarana produksi yang ada pada perusahaan tersebut.

22
3.2.1 Sarana Produksi PT Belfoods
PT belfoods merupakan bagian dari PT Sierad Produce sehingga produksi
PT belfoods terintegrasi dengan PT Sierad Produce. Sarana produksi rumah potong
ayam PT. Sierad Produce Tbk meliputi ruang produksi dan peralatan produksi.
Ruang produksi dibagi menjadi dua yaitu ruang kotor (dirty area) dan ruang bersih
(clean area). Dirty area terdiri dari unloading area, killing room dan eviscerating.
Sedangkan clean area terdiri dari chilling grading room dan cut-up room.
- Area Produksi
1. Unloading Room
Unloading room mempunyai luas 12 x 31,5 m yang terletak di
bagian luar gedung utama. Unloading room merupakan tempat yang
digunakan untuk penerimaan, pemeriksaan ante mortem,
perhitungan, pengistirahatan dan penggantungan ayam hidup.
Selain itu juga ada pengambilan sampel ayam untuk menentukan
apakah ayam yang datang dapat diterima atau ditolak sebelum
proses pemotongan.
2. Killing Room
Killing room mempunyai luas 360m2 yang digunakan untuk proses
pemingsanan (stunning) ayam, penyembelihan ayam secara halal,
penuntasan darah, perendaman dalam air panas, pencabutan bulu,
pemotongan kepala dan leher, pemotongan kaki, dan penanganan
kaki bagus.
3. Eviscerating Room
Eviscerating room mempunyai luas 400 m2 yang digunakan untuk
proses pengeluaran jeroan, pemisahan jeroan, dan pembersihan
ampela.
4. Chilling and Grading Room
Di dalam area ini dilakukan proses pencucian, klorinasi,
pendinginan dan pemilahan karkas ayam berdasarkan mutu dan
berat karkas. Proses pencucian, klorinasi dan pendinginan karkas
ayam menggunakan mesin chilling tank automatic dengan air yang
mempunyai suhu antara -2 0C sampai 4 0C.

23
5. Cut Up Room
Cut up room merupakan area yang digunakan untuk proses
pemotongan karkas ayam menjadi beberapa bagian, boneless, serta
pengemasan produk.
6. Cold Storage
Cold storage merupakan ruangan untuk menyimpan produk jadi
yang telah dibekukan. Suhu cold storage dijaga agar tetap stabil
pada suhu maksimal -180C agar produk yang disimpan mampu
bertahan selama satu tahun.
- Peralatan Produksi
1. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang bahan baku (ayam hidup)
yang datang dari supplier dan juga digunakan untuk menimbang
sampel. Penggunaan timbangan ini ditujukan untuk menentukan
apakah produk yang diterima dari supplier sudah sesuai dengan
permintaan dari perusahaan atau tidak. Timbangan ini terbuat dari
bahan stainless steel dan mempunyai ketelitian sampai empat
desimal.
2. Shackle Over Head Conveyor
Shackle overhead conveyor berfungsi untuk menggantung ayam
sehingga memudahkan dalam proses produksi. Mesin ini terdiri dari
shackle dan overhead conveyor. Shackle terbuat dari stainless steel
yang digunakan untuk menggantung ayam dan shackle tersebut
menggantung pada overhead conveyor yang bergerak secara
horizontal dan vertikal pada jalur yang telah ditentukan dengan
kapasitas penggantungan 8000 ekor per jam. Jalur shackle dimulai
dari ruang unloading menuju ruang killing dan kembali ke ruang
unloading. Shackle overhead conveyor ini digerakkan dengan
menggunakan motor listrik.
3. Kipas Angin (Blower)

24
Kipas angin (blower) terdapat di ruang unloading yang berfungsi
untuk memberikan udara segar selama tahap pengistirahatan ayam
sehingga mencegah ayam dari kepanasan. Jika ayam kepanasan
maka ayam tersebut dapat mengalami stress. Blower ini berdiameter
kurang lebih 1 meter dengan sumber energi berupa listrik.
4. Conveyor
Conveyor digunakan untuk mentransfer pengembalian keranjang ke
dalam ruang unloading ataupun mentransfer ayam di area chilling.
Alat ini berupa persegi panjang yang terdapat besi silinder yang
dapat berputar sehingga mudah dalam perpindahan keranjang.
5. Hand Lift
Hand lift merupakan alat angkat/angkut yang digunakan untuk
membantu dalam penurunan ayam dan pemindahan keranjang.
Hand lift ini ditarik/didorong oleh pekerja dengan kapasitas
maksimal 1 ton.
6. Automatic Stunner
Automatic stunner digunakan untuk pemingsanan ayam. Kepala
ayam dicelupkan ke dalam bak yang berisi air yang dialiri listrik
selama tiga detik. Alat ini dilengkapi pipa yang berguna untuk
mengalirkan air ke dalam bak. Prinsip kerja alat tersebut adalah air
yang mengalir melalui pipa ditampung ke dalam bak penampungan
kemudian bak penampungan tersebut dialiri listrik bertegangan
60-70 volt yang dapat dikendalikan dengan control panel untuk
menentukan tingginya tegangan listrik yang diinginkan.
7. Pisau Stainless Steel atau pisau boneless
Pisau stainless steel atau pisau boneless terbuat dari bahan stainless
steel yang digunakan dalam pemotongan bagian-bagian ayam,
menyembelih, dan menyayat. Pisau harus diasah setiap saat agar
pisau tetap tajam sehingga memudahkan dalam melakukan suatu
proses.
8. Scalder

25
Scalder adalah bak tertutup yang berisi air panas dan berfungsi
untuk merendam ayam yang telah disembelih selama 90 sampai 180
detik untuk memudahkan dalam perontokan bulu. Alat tersebut
terbuat dari stainless steel dan dilengkapi dengan termometer serta
pelampung untuk mengetahui suhu dan jumlah air dalam alat
tersebut. Scalder menggunakan blower untuk meratakan suhu dan
uap air yang disuplai dari boiler. Mesin tersebut dilengkapi dengan
katup pengatur otomatis untuk pengisian air panas ke dalam scalder,
uap air yang dihasilkan adalah 55 sampai 60 0C. Standar kapasitas
bak penampungan scalder adalah 4,2 m3 dan apabila volume air
tersebut kurang maka secara otomatis switch control akan menyala
dan air akan mengalir dari pipa yang ada di dalamnya.
9. Plucker
Plucker digunakan dalam pencabutan bulu ayam. Plucker tersebut
terdiri dari dua unit yang simetris saling berhadapan.
Masing-masing unit terdiri dari silinder karet yang berwarna hitam
dan agak lentur dengan panjang kurang lebih 10 cm. Terdapat dua
jenis plucker yang tersedia di ruang killing, mesin tersebut dapat
mencabut bulu kasar dengan kecepatan 1100 rpm sedangkan bulu
sedang dan bulu halus dengan kecepatan 850 rpm. Prinsip kerja alat
tersebut yaitu ayam yang keluar dari scalder masuk ke dalam dua
alat simetris yang saling berhadapan, alat ini berupa karet (plucking
finger) yang terpasang dalam silinder (disc plucker). Alat tersebut
dilengkapi dengan pencuci yang mengalir pada dinding tempat
menempel silinder karet sehingga dinding tersebut selalu bersih dari
bulu yang telah tercabut.
10. Leg Cutter
Leg cutter berfungsi untuk memotong kaki ayam sepanjang dua
milimeter di bawah persendian lutut. Alat tersebut berupa pisau
yang berbentuk piringan dan digerakkan oleh dinamo listrik dengan
kecepatan 1100 rpm.
11. Unloading Stationer Leg

26
Unloading stasioner leg berfungsi untuk menjatuhkan kaki ayam
yang tertinggal pada shackle. Alat tersebut berupa karet persegi
panjang yang ditengahnya diberi besi silinder sehingga dapat
berputar secara rotasi sehingga potongan kaki pada shackle akan
terlempar dan jatuh ke dalam keranjang.
12. Leg Skinner
Leg skinner berfungsi untuk membersihkan kulit ari yang melekat
pada kaki ayam sekaligus mencuci kaki ayam tersebut. Alat tersebut
berupa box yang di dalamnya terdapat plucking finger (karet) dan
disc plucker (silinder) yang dapat berputar dengan motor listrik dan
menyebabkan kaki ayam ikut berputar sehingga kulit ari terlepas.
13. Belt Conveyor
Belt conveyor digunakan untuk memudahkan dalam perpindahan
karkas ayam untuk proses yang lebih lanjut agar tidak menumpuk
pada suatu tempat.
14. Water Chiller
Water chiller digunakan untuk mendinginkan air yang akan
dialirkan ke dalam chilling tank dan untuk pencucian produk
samping di ruang killing dan eviscerating. Prinsip kerja alat tersebut
adalah air ditampung dalam bak penampungan dan dibagian bawah
bak penampungan terdapat pipa besi sebagai media pendingin air.
Suhu yang dihasilkan dalam water chiller yaitu sekitar 4 0C.
15. Chilling Tank I
Chilling tank I digunakan untuk mencuci karkas dengan volume air
12.000 liter dengan suhu air 10 0C – 20 0C sehingga dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam karkas. Alat
tersebut dilengkapi dengan motor listrik yang berfungsi untuk
memutar screw conveyor. Prinsip kerja alat tersebut adalah karkas
yang jatuh dari shackle ditampung dalam chilling tank yang di
dalamnya terdapat alat berbentuk screw besar yang memudahkan
perpindahan karkas ke dalam chilling tank II.
16. Chilling Tank II

27
Chilling tank II mempunyai bentuk yang sama seperti chilling tank I
tetapi mempunyai panjang dua kali dari chilling tank I dan
volumenya adalah 25.000 liter air. Suhu air dalam chilling tank II
yaitu sekitar -2 sampai 4 0C yang berguna dalam penghambatan
pertumbuhan mikroorganisme pembusuk.
17. Automatic Weighting Lines Machine
Automatic weighting lines machine berfungsi untuk memilah karkas
berdasarkan beratnya secara otomatis. Sensor pada alat tersebut
bekerja otomatis untuk memisahkan berat karkas menjadi 10 bagian
yaitu 0.6 – 0.7 kg, 0.7 – 0.8 kg, 0.8 – 0.9 kg, 0.9 – 1.0 kg, 1.0 – 1.1 kg,
1.1 – 1.2 kg, 1.2 – 1.3 kg, 1.3 – 1.4 kg, 1.4 – 1.5 kg.
18. Parting Machine
Parting machine merupakan mesin pemotong yang digunakan untuk
memotong karkas menjadi bagian-bagian tertentu sesuai dengan
permintaan konsumen. Mesin ini menggunakan pisau baja
berbentuk cakram (disc blade) yang bergerak ke satu arah rotasi
yang digerakkan dengan motor listrik.
19. Bak Penampung Karkas
Bak penampung karkas berfungsi untuk menampung karkas yang
telah disortasi sesuai dengan berat dan mutunya sebelum dilakukan
penanganan lebih lanjut di ruang cut up.
20. Mesin Pengemas
Mesin pengemas berfungsi untuk mengikat kemasan dengan perekat
sesuai dengan pesanan. Prinsip kerja alat tersebut adalah dengan
menekan kemasan ke bawah sehingga perekat yang berbentuk
silinder mengikat kemasan dan perekat dipotong karena ada gerigi
yang tajam pada alat tersebut sebagai pemotong.
21. Keranjang Ayam
Keranjang berfungsi untuk menampung ayam selama proses
produksi. Keranjang yang digunakan di area bersih berwarna biru, di
area kotor berwarna merah, hijau dan abu-abu. Keranjang kuning

28
digunakan sebagai alas dan keranjang putih digunakan untuk
pengiriman.
22. Gudang
Gudang digunakan sebagai tempat penyimpanan produk sementara
sebelum produk dikirim ke konsumen. Gudang ini ada dua macam
yaitu gudang penyimpanan dingin (chiller) dengan suhu – 2 sampai
4 0C dan ruang penyimpanan beku (cold storage) dengan suhu – 18
0
C.
- Proses Produksi
Secara umum tahapan proses produksi karkas ayam di rumah potong ayam
PT. Sierad Produce, Tbk dibagi menjadi enam yaitu tahap di area unloading,
tahap di area killing, tahap di area eviscerating, tahap di area chilling, tahap di
area cut up dan tahap di area storage.
1. Tahap di Area Unloading
Dalam area unloading terdapat kegiatan yang merupakan tahap
pertama dalam proses pemotongan ayam. Proses kegiatan yang terdapat
dalam ruang unloading dimulai dari proses penerimaan ayam hidup,
perhitungan jumlah ayam per keranjang sesuai dengan nomor urut
kedatangan mobil, pemeriksaan kondisi ante mortem, penimbangan,
pengistirahatan dan penggantungan ayam.
Ayam yang datang diperiksa secara visual apakah ada
penyimpangan keadaan fisik ayam seperti kapalan pada bagian dada
atau kaki, keropeng, memar pada bagian dada yang ditandai dengan
warna daging merah kebiru-biruan, patah sayap, patah paha dan patah
leher. Kemudian dilihat kondisi antemortem ayam dengan tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit seperti bersin-bersin, menunduk, mata
kemerahan, mata sayu, perut kembung, jengger berwarna kebiruan,
keluar lendir dari mulut, muka bengkak, dubur agak panjang, feses
kehijauan, bulu berdiri atau kusam, pial berdiri, lesu dan pucat. Ayam
yang mati pada saat menunggu atau mati di truk dipisahkan dan diberi
tanda agar tidak ikut disembelih.

29
Penimbangan ayam dilakukan dengan cara keranjang yang berisi
ayam (10 keranjang) dinaikkan ke atas handlift kemudian dibawa ke atas
timbangan. Selisih antara total berat keseluruhan dengan berat hand lift
dan berat keranjang adalah berat ayam yang diterima. Setelah semua
ayam ditimbang, kemudian ayam diletakkan dekat dengan conveyor
penggantungan ayam sesuai dengan nomor urut kedatangan ayam dan
ayam diistirahatkan selama kurang lebih dua jam. Ayam yang
kepanasan disiram dengan air dan di kipas dengan menggunakan blower
agar tidak stress sebelum ayam digantung. Kemudian ayam digantung
di shackle dengan posisi ayam menghadap dinding dan penggantungan
tepat pada sendi kaki.
2. Tahap di Area Killing
Sebelum dilakukan penyembelihan, ayam dipingsankan terlebih
dahulu dengan menggunakan automatic stunner yang bertegangan
listrik 60 sampai 70 volt pada bak air yang akan dilalui oleh kepala ayam
selama tiga detik sehingga tubuh dan jaringan otot ayam akan melemas
untuk sementara waktu. Pemingsanan dilakukan dengan tujuan agar
ayam tidak banyak bergerak pada saat dilakukan penyembelihan
sehingga proses penyembelihan dapat dilakukan dengan baik dan proses
penirisan darah yang tidak sempurna dapat dihindari. Penyembelihan
dilakukan berdasarkan syariat Islam yaitu dengan memutuskan
pembuluh darah (arteri carotida dan vena jugularis), saluran
pencernaan (esofagus), dan saluran pernapasan (trakea) yang disertai
dengan membaca basmalah dan nama Allah SWT serta menghadap ke
arah kiblat.
Penirisan darah (bleeding) dilakukan selama tiga menit agar darah
dapat dikeluarkan semuanya. Untuk mencapai waktu tersebut maka alur
shackle pada proses penirisan darah diatur sedemikian rupa
(berkelok-kelok) sehingga cukup untuk penuntasan darah ayam.
Pengeluaran darah harus dilakukan sampai tuntas karena darah yang
tersisa dapat menurunkan mutu ayam. Darah akan mempengaruhi warna

30
kulit ayam dam berpotensi sebagai media pertumbuhan mikroorganisme
yang dapat menimbulkan proses pembusukan daging saat disimpan.
Proses selanjutnya yaitu perendaman ayam ke dalam bak tertutup
(scalder) yang berisi air panas yang bersuhu 57,5 sampai 58 0C selama
90 – 180 detik. Proses tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam
pencabutan bulu ayam. Proses pencabutan bulu ayam ini dilakukan di
dalam mesin plucker dan dilakukan penyemprotan dengan air dingin
agar kulit tidak rusak serta membersihkan bulu-bulu yang tercabut dari
tubuh ayam. Selanjutnya dilakukan pemotongan kepala leher yang
dilakukan oleh dua orang pekerja dengan menggunakan pisau. Kepala
leher yang telah terpotong dimasukkan ke dalam bak pencuci kepala
leher. Sedangkan karkas tanpa kepala leher menuju proses pemotongan
kaki bagian bawah dengan menggunakan mesin leg cutter. Kaki yang
terpotong secara otomatis jatuh dan ditempatkan ke dalam keranjang.
Sedangkan karkas masuk ke area eviscerating. Kaki yang telah
terpotong dibersihkan dengan menggunakan leg skinner untuk
membersihkan kulit ari. Kemudian dicuci dan dipotong kukunya secara
manual lalu dikemas.
3. Tahap di Area Eviscerating
Eviscerating adalah proses pengeluaran jeroan dari tubuh ayam
dengan cara membuat irisan atau lubang pada bagian kloaka, kemudian
seluruh isi perut dikeluarkan. Tahap ini diawali dengan penggantungan
ayam pada shackle yang secara kontinyu dibuat lubang secara manual
dengan menggunakan pisau pada bagian kloaka dengan ukuran 3 cm
dan selanjutnya pekerja akan mengeluarkan jeroan berupa hati, jantung,
empedu, ampela, lemak abdomen, usus, tembolok dan paru-paru. Jeroan
yang telah diambil ditempatkan ke dalam keranjang bersih dan karkas
yang telah bersih tetap menggantung pada shackle menuju area chilling.
Jeroan berupa hati, jantung, empedu, ampela, paru-paru yang telah
ditempatkan dalam keranjang bersih kemudian diberi es lalu
dibersihkan dengan menggunakan air mengalir dan kemudian dilakukan

31
pengemasan secara manual. Sedangkan usus dan lemak langsung
ditransfer ke area pengiriman.
4. Tahap di Area Chilling
Karkas yang digantung pada shackle di ruang eviscerating
kemudian akan menuju ruang chilling. Karkas tersebut akan jatuh pada
chilling tank I yang mempunyai suhu maksimal 20 0 C selama 10 menit.
Chilling tank I mempunyai fungsi untuk membersihkan dan membilas
karkas dengan cara karkas diputar atau diaduk-aduk seperti screw.
Kemudian karkas menuju chilling tank II dengan suhu 4 0C selama 26
menit. Jika suhu air pada chilling tank > 4 0C maka perlu dilakukan
penambahan es pada chilling tank. Sumber air yang masuk ke dalam
chilling tank berasal dari water chiller dengan kapasitas 40.000 liter per
jam. Chiller tank berisi air dan butiran es serta ditambah dengan
chlorine dioxide (ClO2) sebanyak 250 gram per jam dengan konsentrasi
12 ppm yang dapat menginaktivasi virus, membunuh mikroorganisme
patogen (E. Coli dan Salmonella sp), tidak melarutkan lemak, tidak
menghasilkan residu chlorine pada produk serta tidak menyebabkan air
berwarna dan berbau.
Karkas kemudian keluar dari chilling tank menuju belt conveyor
grading yang akan menempatkan karkas pada bak grading. Grading
dilakukan secara manual oleh operator. Grade atau mutu ayam dapat
dilihat dari penampakan fisik dan beratnya. Dari penampakan fisik,
karkas ayam yang baik mempunyai ciri yaitu tidak adanya tulang yang
patah, tidak ada ceceran empedu (pecahnya cairan empedu), dan tidak
ada bagian tubuh yang memar. Setelah pemeriksaan fisik kemudian
karkas ditimbang lalu dipisahkan sesuai dengan kelas bobotnya. Setelah
tahap sortasi selesai, karkas dimasukkan ke keranjang plastik dan
ditimbang kemudian selanjutnya dibawa menuju chilling room untuk
penyimpanan sementara sebelum diproses di area cut up.
5. Tahap di Area Cut Up
Ruangan cut up digunakan untuk mengerjakan proses pemotongan
bagian-bagian karkas dengan suhu berkisar 10 sampai 16 0
C.

32
kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi parting (pemotongan karkas
menjadi bagian-bagian tertentu) baik secara manual maupun dengan
menggunakan mesin parting, boneless (pemisahan tulang dari daging),
dan pengemasan karkas ayam utuh (whole chicken carcass). Karkas
yang bermutu baik (grade A) bobot 700-1000 gr dijual dalam bentuk
utuh (whole chicken), bobot 1,1-1,4 kg diubah menjadi parting dan
karkas grade A atau B (bobot 1,5 sampai 1,8 kg) diubah menjadi
boneless, karkas grade B hanya sedikit yang dijual dalam bentuk utuh,
sebagian besar diproses menjadi boneless.
Pengemasan hampa udara (vacuum) dilakukan untuk
produk-produk frozen atau produk lain sesuai dengan pesanan. Produk
karkas yang dihasilkan, baik dalam bentuk fresh dikemas dalam
kemasan plastik polyethylene (PE) dengan menggunakan pengemasan
tanpa penghampaan udara. Pengemasan yang menggunakan plastik PE
dapat diikat secara manual maupun secara semi mekanis dengan perekat
atau seal tape.
Pengemasan vakum untuk produk ekspor dan parting umumnya
dilakukan pada karkas grade A karena konsumennya adalah restoran
dan rumah makan siap saji seperti Hoka-hoka Bento dan Kentucky
Fried Chicken, sedangkan karkas mutu B yang mengalami memar dan
kerusakan fisik digunakan sebagai bahan baku untuk pengolahan lebih
lanjut (further process) atau dikemas dalam bentuk karkas ayam utuh
untuk pasar lokal dan umum.
6. Tahap di Area Storage (gudang)
Gudang (storage) merupakan ruangan bersuhu rendah yang
digunakan dalam penyimpanan produk agar produk tidak mengalami
penurunan mutu. Gudang yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu
gudang chiller dengan suhu maksimal 4 0C yang digunakan untuk
penyimpanan produk segar dan cold storage dengan suhu -18 0C yang
digunakan untuk penyimpanan produk beku. Sebelum disimpan di cold
storage, produk karkas terlebih dahulu dibekukan secara cepat (blast
freezer) selama empat jam, dengan suhu -28 sampai -35 0C. blast freezer

33
berguna untuk mempertahankan warna karkas, struktur, menghambat
dan membunuh mikroorganisme patogen serta mencegah cold
shortening yang merusak daging. Setelah daging membeku, selanjutnya
disimpan dalam cold storage dengan suhu -18 0C.
Produk yang telah dibekukan kemudian dibawa ke ruang anteroom
untuk dilakukan pengemasan dalam karung dan karton/kardus. Setelah
dimasukkan ke dalam kemasan kemudian produk ditempatkan ke dalam
keranjang pallet yang akan dibawa ke dalam gudang cold storage
dengan menggunakan forklift.
Produk utama yang dihasilkan oleh PT. Sierad Produce, Tbk terdiri
dari produk Dressed Chicken, baik dalam bentuk ayam segar (fresh)
ataupun beku (frozen) dan produk olahan (further process) seperti
chicken nugget, kornet ayam, bakso ayam dan super karage dengan
merk Delfarm dan Delchick. Produk tersebut dikemas dengan kemasan
plastic (PE) dengan bobot 0,5 sampai 1 kg.
Pengemasan yang menggunakan karton dengan bobot 12 kg per
karton dilakukan pada penjualan produk dalam partai besar, seperti
grosir atau supermarket. Selain produk utama, dihasilkan produk
samping (by product) yang memiliki nilai ekonomis bagi perusahaan,
seperti hati, ampela, kerongkongan, kepala, tulang paha, lemak, usus,
dan bulu ayam. Bulu ayam diolah lebih lanjut menjadi tepung bulu yang
digunakan sebagai campuran pakan ternak.

34
35
3.3Identifikasi Bahaya dan Risiko
1. Area Unloading
Sumber
N Task/urutan daya Pengendalian
Risiko Probability Konsekuensi
o Aktivitas yang yang ada
terlibat
▪ Kurang ventilasi
Menghirup Gangguan
▪ APD kurang memadai APD: masker
SDM: 3 debu/bulu ayam pernafasan
▪ Tidak Menggunakan
orang
APD
Alat:
▪ APD kurang memadai
Mengeluarkan/ menarik pengait Kaki tertimpa Memar, APD: sepatu
1 ▪ Pengangkatan Yang
keranjang ayam dari truk untuk keranjang cedera boot anti slip
tidak tepat
Menarik
Bakteri
keranjang ▪ Tidak melakukan cuci
(salmonella) Infeksi SOP: cuci
tangan
dari (diare) tangan
▪ APD kurang memadai
kotoran ayam

36
▪ Teknik mengangkat
Nyeri otot,
Shoulder pain beban yang tidak tepat
pegal
▪ Beban terlalu berat
▪ Kurang ventilasi
Menghirup Gangguan
▪ APD kurang memadai APD: masker
debu/bulu ayam pernafasan
▪ Tidak menggunakan
APD
Mengatur ▪ APD kurang memadai
Kaki tertimpa APD: sepatu
tumpukan ▪ Teknik mengangkat Memar,
keranjang ayam boot anti slip
keranjang (2 baris SDM: 2 beban yang tidak tepat cedera
2 @ 5 tumpuk orang ▪ Beban terlalu berat
keranjang) ▪ Teknik mengangkat
Nyeri otot,
Manual lifting beban yang tidak tepat
pegal
▪ Beban terlalu berat
Bakteri
▪ Tidak melakukan cuci
(salmonella) Infeksi SOP: cuci
tangan
dari (diare) tangan
▪ APD kurang memadai
kotoran ayam

37
▪ Teknik mengangkat
Tangan terjepit Memar,
beban yang tidak tepat
keranjang cedera
▪ APD kurang memadai
▪ Kurang ventilasi
Menghirup Gangguan
▪ APD kurang memadai APD: masker
debu/bulu ayam pernafasan
▪ Tidak menggunakan
Pemeriksaan Antemortem SDM: 1 APD
3
(Kesehatan Ayam) orang Bakteri
▪ Tidak melakukan cuci
(salmonella) Infeksi SOP: cuci
tangan
dari (diare) tangan
▪ APD kurang memadai
kotoran ayam
Menghirup ▪ Kurang ventilasi Gangguan
SDM: 3 APD: masker
debu/bulu ayam ▪ APD Kurang Memadai pernafasan
orang
Menaikkan Keranjang Ayam ▪ APD Kurang Memadai
4 Alat: Hand
ke atas Handlift Kaki tertimpa ▪ Teknik mengangkat Memar, APD: sepatu
Lift
keranjang ayam beban yang tidak tepat cidera boot anti slip

38
▪ Teknik mengangkat
Nyeri otot,
Manual Lifting beban yang tidak tepat
pegal
▪ Beban terlalu berat
▪ Teknik mengangkat
Tangan terjepit Memar,
beban yang tidak tepat
keranjang cedera
▪ Beban terlalu berat
Bakteri
▪ Tidak Melakukan cuci
(salmonella) Infeksi SOP: cuci
tangan
dari (diare) tangan
▪ APD Kurang Memadai
kotoran ayam
▪ Kurangnya ventilasi
Menghirup Gangguan
▪ Tidak menggunakan
debu/bulu ayam pernafasan APD: masker
SDM: 1 APD
Menarik Handlift berisi
orang ▪ APD kurang memadai
keranjang ayam ke timbangan
5 Alat: Hand SOP:
dan meletakkannya di dekat
Lift pembersihan
conveyor Memar,
Terpeleset Lantai licin lantai
cedera
APD: sepatu
anti slip

39
▪ APD kurang memadai
Memar,
Kaki tertimpa ▪ Pengangkatan yang APD: sepatu
cedera
keranjang ayam tidak tepat anti slip
▪ Beban berat
Bakteri
▪ Tidak melakukan cuci
(salmonella) Infeksi SOP: cuci
tangan
dari (diare) tangan
▪ APD Kurang Memadai
kotoran ayam
▪ Teknik mengangkat
Nyeri otot,
Shoulder Pain beban yang tidak tepat
pegal
▪ Beban terlalu berat
Menabrak Memar,
Poor housekeeping
keranjang cedera
SDM: 2 Menghirup ▪ Kurang ventilasi Gangguan
APD: masker
orang debu/bulu ayam ▪ APD Kurang Memadai pernafasan
Menaikkan Keranjang Ayam
6 Alat: Hand ▪ APD Kurang Memadai
ke atas Conveyor Kaki tertimpa Memar, APD: sepatu
Lift ▪ Pengangkatan yang
keranjang ayam cedera boot anti slip
tidak tepat

40
▪ Teknik mengangkat
Nyeri otot,
Manual Lifting beban yang tidak tepat
pegal
▪ Beban terlalu berat
Bakteri
(salmonella) ▪ Tidak Melakukan cuci
Infeksi SOP: cuci
dari tangan
(diare) tangan
kotoran ayam ▪ APD Kurang Memadai

Jari tangan Nyeri otot,


▪ Kurang Pengetahuan APD: sarung
tersangkut pegal, jari
▪ Kurang Keterampilan tangan
SDM: 7 shackle tangan patah
orang Menghirup ▪ Kurang ventilasi Gangguan
Menggantung Ayam ke APD: masker
7 Alat: debu/bulu ayam ▪ APD Kurang Memadai pernafasan
Shackle
Shackle ▪ Conveyor tidak
Terbentur
bergerak Memar, APD: sepatu
keranjang dari
▪ Prosedur kurang cedera boot anti slip
conveyor
dipahami

41
Bakteri
▪ Tidak melakukan cuci
(salmonella) Infeksi SOP: cuci
tangan
dari (Diare) tangan
▪ APD Kurang Memadai
kotoran ayam
Nyeri otot, Istirahat kerja 1
Kelelahan Posisi kerja statis/berdiri
varises jam
Menghirup ▪ Kurang ventilasi Gangguan
APD: masker
debu/bulu ayam ▪ APD Kurang Memadai pernafasan
▪ APD Kurang Memadai
Kaki tertimpa ▪ Teknik mengangkat Memar, APD: sepatu
keranjang ayam beban yang tidak tepat cedera boot anti slip
Menumpuk Keranjang kosong,
SDM: 1
8 dan membawanya ke
orang ▪ Teknik mengangkat
timbangan Nyeri otot,
Shoulder Pain beban yang tidak tepat
pegal
▪ Beban terlalu berat
Bakteri
Tidak Melakukan cuci tangan Infeksi SOP: cuci
(salmonella)
APD Kurang Memadai (diare) tangan
dari

42
kotoran ayam

SOP:
pembersihan
Memar,
Terpeleset Lantai Licin lantai
cedera
APD: sepatu
boot anti slip
Menghirup ▪ Kurang ventilasi Gangguan
APD: masker
debu/bulu ayam ▪ APD Kurang Memadai pernafasan
▪ APD Kurang Memadai
Kaki tertimpa ▪ Teknik mengangkat Memar, APD: sepatu
Menaikkan keranjang kosong SDM: 2
9 keranjang ayam beban yang tidak tepat cedera boot anti slip
ke atas truk Orang

▪ Teknik mengangkat
Nyeri otot,
Shoulder Pain beban yang tidak tepat
pegal
▪ Beban terlalu berat

43
Bakteri
▪ Tidak Melakukan cuci
(salmonella) Infeksi SOP: cuci
tangan
dari (diare) tangan
▪ APD Kurang Memadai
kotoran ayam

2. Area Killing
Sumber
Task/urutan Pengendalian
No daya Risiko Probability Konsekuensi
aktivitas yang ada
yang terlibat
Hubungan arus Pengecekan
Ada aliran Air Kebakaran
pendek Sebelumnya
Pemingsanan Alat: Mesin
1 ▪ Tegangan 60-70 volt
Ayam Stunner Tersetrum Aliran
▪ Aliran istrik merambat Sengatan listrik Control Room
Listrik
pada shackle

SDM: 4 Tangan/Jari
Penyembelihan ▪ Tidak menggunakan APD Tangan/Jari APD: sarung
2 orang tangan tersayat
ayam ▪ APD kurang memadai terluka tangan baja
Alat: Pisau Pisau

44
APD: sepatu
Terpeleset Lantai Licin Memar, Cedera
boot anti slip
3 Penirisan Darah Alat: Shackle Darah Ayam Tidak Menggunakan APD Gatal-gatal SOP : cuci tangan
Perendaman dalam
Scalder dengan Alat: mesin Hubungan Arus Pengecekan
4 Ada aliran air Kebakaran
suhu maksimal Scalder Pendek Sebelumnya
600C
Pencabutan bulu
Alat: Mesin Hubungan Arus Pengecekan
5 ayam dalam mesin Ada aliran air Kebakaran
Plucker Pendek Sebelumnya
plucker
Pencabutan sisa SDM: 2 Nyeri otot/ Istirahat kerja 1
6 Fatigue Posisi kerja statis/berdiri
bulu ayam Orang varises jam
SDM: 2
Pemotongan Nyeri otot/ Istirahat kerja 1
7 Orang Tersayat Pisau Posisi kerja statis/berdiri
kepala dan leher varises jam
Alat: Pisau
▪ Ada air
Pemotongan Kaki Alat: Mesin Hubungan Arus Pengecekan
8 ▪ Panas dari Putaran Kebakaran
Ayam Leg Cutter Pendek Sebelumnya
Pisau/Mesin

45
Pencucian Kepala SDM: 2 Nyeri otot/ Istirahat kerja 1
9 Fatigue Posisi kerja statis/berdiri
Ayam Orang varises jam
▪ Ada Air
Pemisahan Kulit SDM: 2 Hubungan Arus Pengecekan
10 ▪ Panas dari Putaran Kebakaran
Ari Orang Pendek Sebelumnya
Pisau/Mesin
Tangan/Jari
▪ Kurang Keterampilan
tangan terkena Tangan Terluka
▪ Tidak Menggunakan APD
11 Pemotongan Kuku SDM: 3-4 pisau
Nyeri otot/ Istirahat kerja 1
Fatigue Posisi kerja statis/berdiri
varises jam

2.1 Aktivitas : Penyembelihan Ayam


Task/urutan Sumber daya Pengendalian
No Risiko Probability Konsekuensi
aktivitas yang terlibat yang ada
Operator APD : sepatu
menyiapkan bak boot anti slip
1 SDM: 2 Orang Terpeleset Lantai Licin Memar, cedera
pencuci dengan SOP:
air bersih, pisau, Pembersihan

46
batu asahan, Lantai
kristal, bak
pencelup pisau
dengan chlorine
75 ppm
APD : sepatu
Mengisi bak air boot anti slip
SDM: 1 orang
2 Pada stunner Terpeleset Lantai Licin Memar, cedera SOP:
Alat: Pisau
Pembersihan
Lantai
Operator
menyembelih
ayam dengan
memegang kepala Jari/tangan APD: sarung
3 SDM: 4 Orang Tidak Menggunakan APD Tangan/Jari terluka
ayam setelah tersayat pisau tangan baja
melewati stunner
dan memotong
ketiga urat leher

47
Operator mengasah
▪ Tidak Menggunakan
Pisau jia dirasa Jari/tangan APD: sarung
4 SDM : 2 Orang APD Tangan/Jari terluka
Pisau Kurang tersayat pisau tangan baja
▪ Kurang Terampil
tajam

48
2.2 Aktivitas: pemotongan dan penanganan kepala leher
Task/urutan Sumber daya yang Pengendalian
No Risiko Probability Konsekuensi
aktivitas terlibat yang ada
Menyiapkan keranjang
bersih, pisau, batu
APD : sepatu
asahan, bak pencelup
Memar, boot anti slip
1 berisi air bersih, dan SDM: 2 Orang Terpeleset Lantai Licin
cedera Pembersihan
bak pencelup pisau
Lantai
dengan chlorine 75
ppm
APD : sepatu
boot anti slip
Memar,
Menuangkan Es pada Terpeleset Lantai Licin SOP:
cedera
Bak Conveyor Kepala SDM : 1 orang Pembersihan
2
Leher Lantai
▪ Pengangkatan Kurang
Kaki Tertimpa Memar,
tepat
Keranjang cedera
▪ Beban berat

49
SDM : 2 Orang Tangan/Jari APD: sarung
3 Memotong kepala leher Tersayat pisau Tidak Menggunakan APD
Alat : pisau terluka tangan baja
APD : sepatu
Memar, boot anti slip
Terpeleset Lantai Licin
Menuangkan Es pada cedera Pembersihan
SDM : 1 orang
4 Bak Pencucian Kepala Lantai
Leher ▪ Teknik mengangkat
Kaki Tertimpa Memar,
beban yang tidak tepat
Keranjang cedera
▪ Beban terlalu berat
Memasukkan kepala
leher ke dalam SDM : 2 Orang Nyeri otot/ Istirahat kerja 1
5 Fatigue Posisi kerja statis (berdiri)
plastik/ keranjang varises jam
bersih
APD : sepatu
Memar, boot anti slip
SDM : 1 orang Terpeleset Lantai Licin
Transfer ke bagian cedera Pembersihan
6
recording Lantai
Menabrak Memar,
Poor housekeeping
Keranjang cedera

50
3. Area Eviscerating
Task/urutan Sumber daya yang Pengendalian
No Risiko Probability Konsekuensi
aktivitas terlibat yang ada
Nyeri otot/ Istirahat kerja 1
Fatigue Posisi kerja statis (berdiri)
Penggantungan karkas SDM: 2 Orang varises jam
1
Ayam Alat: Shackle Jari tangan Kurang pengetahuan dan Jari patah,
Instruksi Kerja
tersangkut shackle keterampilan cedera

Nyeri otot/ Istirahat kerja 1


Fatigue Posisi kerja statis (berdiri)
varises jam
Opening / Pembukaan SDM: 2 orang
2 Instruksi kerja
Lubang Kloaka Alat: Pisau Tangan/jari tangan Tangan/Jari
Tidak menggunakan APD Menggunakan
tersayat pisau terluka
APD
Nyeri otot/ Istirahat kerja 1
Fatigue Posisi kerja statis (berdiri)
SDM: 6 orang varises jam
3 Pengeluaran Jeroan
Alat: Spoon Penyakit
Infeksi Kulit Tidak mencuci tangan SOP : cuci tangan
Kulit
Nyeri Otot/ Istirahat kerja 1
4 Pemisahan usus SDM: 2 Orang Fatigue Posisi kerja statis (berdiri)
Varises jam

51
Penyakit
Infeksi Kulit Tidak mencuci tangan SOP : cuci tangan
Kulit
Nyeri Otot/ Istirahat kerja 1
Fatigue Posisi kerja statis (berdiri)
Varises jam
5 Pemisahan Empedu SDM: 2 Orang
Penyakit
Infeksi Kulit Tidak mencuci tangan SOP : cuci tangan
Kulit
Nyeri otot/ Istirahat kerja 1
Fatigue Posisi kerja statis (berdiri)
Pemisahan Hati & varises jam
6 SDM: 2 Orang
jantung Penyakit
Infeksi Kulit Tidak mencuci tangan SOP : cuci tangan
Kulit

Nyeri otot/ Istirahat kerja 1


Fatigue Posisi kerja statis (berdiri)
varises jam
7 Pemisahan Lemak SDM: 2 orang
Penyakit
Infeksi Kulit Tidak mencuci tangan SOP : cuci tangan
Kulit
Nyeri otot/ Istirahat kerja 1
Fatigue Posisi kerja statis (berdiri)
SDM: 2 orang varises jam
8 Pemotong Brutu
Alat: Pisau Tangan/jari Tangan/Jari Instruksi kerja
Tidak menggunakan APD
tangan tersayat terluka Menggunakan

52
pisau APD

Nyeri Otot/ Istirahat kerja 1


Fatigue Posisi kerja statis (berdiri)
Pemeriksaan/ Varises jam
9 SDM: 2 Orang
pengecekan isi perut Penyakit SOP : Cuci
Infeksi Kulit Tidak mencuci tangan
Kulit Tangan
APD : sepatu
Pemberian Es terhadap boot anti slip,
▪ Lantai Licin Memar,
10 isi perut yang terdapat SDM: 1 Orang Terpeleset SOP:
▪ Kran air tidak selalu ditutup cedera
pada keranjang Pembersihan
Lantai
APD : sepatu
boot anti slip,
▪ Lantai Licin Memar,
11 Pencucian isi perut SDM: 2 Orang Terpeleset SOP:
▪ Kran air tidak selalu ditutup cedera
Pembersihan
Lantai
Nyeri Otot/ Istirahat kerja 1
Pemisahan/ SDM: 4 Orang Fatigue Posisi kerja statis (berdiri)
12 Varises jam
pemotongan ampela Alat: Pisau
Tangan/jari Tidak menggunakan APD Tangan/Jari Instruksi kerja

53
tangan tersayat terluka Menggunakan
pisau APD

4. Area Chilling
Task/urutan Sumber daya Pengendalian
No Risiko Probability Konsekuensi
aktivitas yang terlibat yang ada
APD : sepatu
Memar, boot anti slip
Terpeleset Lantai Licin (penuh es)
Operator mengambil cedera SOP: Pembersihan
es di ruang ice flake SDM: 1 Orang Lantai
1
dan menempatkan Alat: Sekop Plastik Memar,
Terbentur Pintu masuk sempit
pada conveyor cedera
Terpajan Suhu Kedinginan,
APD kurang memadai
rendah 50C sakit
SDM: 1 orang APD : sepatu
Meletakkan es ke
Alat: Sekop & Memar, boot anti slip
2 keranjang Postur janggal Lantai Licin
Keranjang cedera SOP: Pembersihan
Lantai

54
APD : sepatu
Memar, boot anti slip
Terpeleset Lantai Licin
cedera SOP: Pembersihan
Lantai
APD : sepatu
Memar, boot anti slip
Menempatkan es di Terpeleset Lantai Licin
SDM: 2 orang cedera SOP: Pembersihan
dekat Chilling tank
3 Alat: Keranjang Lantai
dan memasukkan es
▪ Teknik mengangkat beban
ke dalam chilling tank Kaki Tertimpa Memar,
yang tidak tepat
Keranjang cedera
▪ Beban terlalu berat
▪ Teknik mengangkat beban
Manual Lifting yang tidak tepat Nyeri otot
▪ Beban terlalu berat
APD : sepatu
Mendorong ayam ke SDM: 2 Orang Memar, boot anti slip
4 Terpeleset Lantai Licin
meja grading cedera SOP: Pembersihan
Lantai

55
Penimbangan dan
pemilahan ayam SDM: 4 orang
Nyeri otot/
5 berdasarkan gradenya Alat: TImbangan Fatigue Posisi kerja statis (berdiri) Istirahat kerja 1 jam
varises
dan menempatkan Keranjang
pada keranjang
Nyeri otot/
Fatigue Posisi kerja statis (berdiri) Istirahat kerja 1 jam
varises

Mendorong APD : sepatu

6 Keranjang ke tempat SDM: 1 Orang Memar, boot anti slip


Terpeleset Lantai Licin
ayam cedera SOP: Pembersihan
Lantai

Shoulder pain Mendorong beban berat Nyeri otot

APD : sepatu
Meletakkan keranjang Memar, boot anti slip
Terpeleset Lantai Licin
keatas hand lift dan SDM: 2 Orang cedera SOP: Pembersihan
7
membawanya ke Alat: Hand Lift Lantai
challing room Tabrakan dengan Memar,
Pintu sempit
pekerja cedera

56
Menabrak Memar,
Poor houseKeeping
Keranjang cedera

Shoulder pain Mendorong beban berat Nyeri otot

5. Area Cut Up
Task/urutan Sumber daya yang Pengendalian
No Risiko Probability Konsekuensi
Aktivitas terlibat yang ada
Tangan/jari Tangan/jari
Kurang SOP : cara
tangan tersayat tangan
Pemotongan ayam pengetahuan/keterampilan pemotongan
pisau terluka
menjadi SDM: 8 Orang
1 Nyeri otot/
bagian-bagian tertentu Alat: Pisau Fatigue Posisi kerja statis (berdiri) Istirahat kerja 1 jam
varises
(secara manual)
Terpajan Suhu Kedinginan,
Suhu Ruang 100C
rendah 100C sakit
Menempatkan
potongan ayam ke Terpajan Suhu Kedinginan,
2 SDM: 2 orang Suhu Ruang 100C
dalam keranjang rendah 100C sakit
kosong

57
APD : sepatu
Memar, boot anti slip
Terpeleset Lantai Licin
cedera SOP: Pembersihan

Mendorong/ Lantai

menempatkan SDM: 1 orang Menabrak Memar,


3 Poor houseKeeping
keranjang berisi ayam Keranjang cedera

ke dekat timbangan ▪ Teknik mengangkat beban


Kaki Tertimpa Memar,
yang tidak tepat
Keranjang cedera
▪ Beban terlalu berat

Shoulder pain Mendorong beban berat Nyeri otot

Tangan/jari ▪ Kurang SOP : cara


tangan terkena pengetahuan/pelatihan Jari tangan pemotongan ayam
Memotong ayam
SDM:1 orang pisau mesin ▪ Kelalaian terpotong APD : sarung
4 menjadi beberapa
Alat: mesin Parting parting ▪ Tidak menggunakan APD tangan
bagian (mesin)
Nyeri otot/
Fatigue Posisi kerja statis (berdiri) Istirahat kerja 1 jam
varises

58
Memasukkan
potongan ayam ke
SDM: 1 orang Nyeri otot/
5 dalam kemasan dan Fatigue Posisi kerja statis (berdiri) Istirahat kerja 1 jam
Alat: handfill varises
menempatkan dalam
keranjang

6. Area Gudang
6.1. Aktivitas: Packing kardus dan karung
Task/urutan Sumber daya Pengendalian
No Risiko Probability Konsekuensi
Aktivitas yang terlibat yang ada
▪ Banyak lalu lintas
Mengambil produk forklift Ciera serius, Membunyikan
Tertabrak Forklift
yang sudah beku di ▪ Tidak memberi cacat Klakson
blas freezer dan SDM: 3 Orang peringatan
1
meletakkan di area Alat: Trolley Tabrakan dengan Banyak lalu lalang
Cidera Istirahat kerja 1 jam
anteroom dengan pekerja pekerja
menggunakan trolley Terpajan Suhu Kedinginan,
Suhu Ruang 100C
rendah 70C sakit

59
Prosedur kurang Memar,
Menurunkan produk Tertimpa produk
memadai cedera
2 dari atas trolly SDM: 4 orang
Terpajan Suhu Kedinginan,
Suhu Ruang 100C
rendah 70C sakit
Memasukkan produk
ke dalam
Tangan terkena
3 kardus/karung SDM: 3 Orang Kurang terampil Luka ringan Instruksi kerja
mesin jahit
kemudian dijahit
dengan mesin

60
61
3.4Organisasi SMK3
3.4.1 Struktur Organisasi K3
Struktur organisasi SMK3 adalah suatu organisasi yang berada di dalam
suatu perusahaan yang mengurusi segala bentuk permasalahan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan di perusahaan yang bersangkutan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun
2012 tentang Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.
Tujuan dari diterapkan SMK3 yaitu:
a. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
b. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh;
c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.
Manajer merupakan tingkat tertinggi dari masing-masing divisi yang
mengelola dan mengambil keputusan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas
divisinya, khususnya dalam hal penanganan K3. Supervisor, sebagai mengarahkan,
membagi, mengawasi dan memberi penilaian setiap pekerjaan yang dibebankan
kepada tiap pelaksana.
Adapun tugas dan tanggung jawab dari manajer K3/HSE manager adalah
sebagai berikut:
a. Memastikan bahwa perusahaan secara efektif melaksanakan program
K3.
b. Memastikan bahwa sistem K3 bekerja dengan baik, sehingga kerugian
yang diakibatkan kecelakaan kerja dapat dihindari.

62
c. Mematuhi hukum penting, namun tetap lebih dari itu program K3 perlu
dilihat sebagai bagian kinerja bisnis utama, bukan hanya tambahan atau
sekedar mematuhi peraturan yang dikeluarkan pemerintah.
d. Melakukan analisa resiko kerja dalam perusahaan.
e. Memastikan bahwa setiap orang dalam perusahaan harus paham
mengenai aturan K3 yang ada.
f. Meyakinkan bahwa penerapan K3 itu sangat penting dan punya dampak
langsung terhadap perusahaan.
g. Membuat program kerja K3 serta rencana penerapannya.
h. Membuat laporan dan menganalisis data statistik kecelakaan kerja.
i. Melakukan peninjauan resiko kerja terhadap semua unsur dan tingkatan.
j. Memastikan bahwa peralatan kerja, tenaga kerja, kesehatan tenaga kerja
dan lingkungan kerja sudah dilakukan pemeriksaan sebelum digunakan.
k. Melaksanakan pelatihan keselamatan kerja untuk meningkatkan
pemahaman dan kesadaran karyawan.
l. Mampu menangani kecelakaan kerja dan melakukan penyelidikan
penyebabnya.

3.4.2 Struktur Organisasi Panitia Pembina K3 (P2K3)


Perseroan memiliki Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) dalam struktur pengelolaan aspek K3, di setiap area produksi utama.
Anggota P2K3 umumnya terdiri atas pihak Manajemen, HSE, Kepala Departemen
dan karyawan lainnya. Kedudukan P2K3 adalah sebagai sebuah organisasi
independen.
Tujuan P2K3 adalah menjamin keselamatan dan kesehatan kerja para
karyawan dengan cara membuat suatu program kerja, sistem, memberikan
peralatan kerja dan juga alat proteksi diri di tempat kerja. Secara umum P2K3
bertanggung jawab untuk memastikan dilakukannya langkah-langkah mitigasi dan
mengatasi kondisi darurat di setiap kantor wilayah yang diketuai oleh pejabat
tertinggi di tiap-tiap lokasi unit kerja. P2K3 juga menetapkan beberapa ketentuan
umum mengenai aspek K3 sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan operasional
yang aman dari risiko insiden kecelakaan kerja.

63
Secara berkala, Perseroan merealisasikan berbagai pelatihan terkait aspek
K3 yang dilaksanakan khusus untuk para anggota dan pengurus P2K3 dan Tim
Tanggap Darurat seperti pelatihan Dasar-Dasar K3 dan APD.
3.4.3 Komunikasi, Partisipasi, dan Konsultasi
Guna menjamin penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, maka Perusahaan menyusun sistem komunikasi untuk mendukung
pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang baik di
tempat kerja. Komunikasi meliputi komunikasi internal dalam struktur organisasi
Perusahaan maupun komunikasi eksternal dengan pihak lain seperti kontraktor,
pemasok, pengunjung, tamu dan masyarakat luas maupun pihak ketiga yang
bekerjasama dengan Perusahaan yang berkaitan dengan K3.
Informasi-informasi yang termasuk dalam komunikasi internal antara lain:
a. Komitmen Perusahaan terhadap Penerapan K3 di tempat kerja.
b. Program-program yang berkaitan dengan Penerapan K3 di tempat
kerja.
c. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko K3 di tempat
kerja.
d. Prosedur kerja, instruksi kerja, diagram alur proses kerja serta
material/bahan/alat/mesin yang digunakan dalam proses kerja.
e. Tujuan K3 dan aktivitas peningkatan berkelanjutan lainnya.
f. Hasil-hasil investigasi kecelakaan kerja.
g. Perkembangan aktivitas pengendalian bahaya di tempat kerja.
h. Perubahan-perubahan manajemen Perusahaan yang mempengaruhi
penerapan K3 di tempat kerja, dsb.
Informasi-informasi terkait komunikasi eksternal dengan kontraktor antara
lain:
a. Sistem Manajemen K3 kontraktor individual.
b. Peraturan dan persyaratan komunikasi kontraktor.
c. Kinerja K3 kontraktor.
d. Daftar kontraktor lain di tempat kerja.
e. Hasil pemeriksaan dan pemantauan.
f. Tanggap Darurat.

64
g. Hasil investigasi kecelakaan, ketidaksesuaian dan tindakan
perbaikan dan tindakan pencegahan.
h. Persyaratan komunikasi harian, dsb.

Informasi-informasi terkait komunikasi eksternal dengan pengunjung/tamu


antara lain:
a. Persyaratan-persyaratan K3 untuk tamu.
b. Prosedur evakuasi darurat.
c. Aturan lalu lintas di tempat kerja.
d. Aturan akses tempat kerja dan pengawalan.
e. APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan di tempat kerja.

Perusahaan juga mengatur komunikasi eksternal dengan pihak ketiga terkait


informasi yang diterima oleh Perusahaan maupun informasi yang diberikan oleh
Perusahaan untuk pihak ketiga. Perusahan menjamin konsistensi dan relevansi
informasi yang diberikan sesuai dengan Sistem Manajemen K3 Perusahaan yang
diterapkan termasuk informasi mengenai operasional K3 dan tanggap darurat
Perusahaan.
Perusahaan mengikutsertakan seluruh personil di bawah kendali
Perusahaan untuk berperan aktif dalam penerapan K3 di lingkungan Perusahaan
dengan cara partisipasi dan konsultasi. Partisipasi/konsultasi K3 dapat dilakukan
secara kelompok maupun individu. Partisipasi/konsultasi dapat dilaksanakan
dengan menghadiri rapat-rapat P2K3 yang secara secara rutin dilaksanakan tanpa
mengganggu tugas pokok masing-masing. Partisipasi/konsultasi juga dapat
dilaksanakan menggunakan jalur lain yang disediakan oleh Perusahaan.
3.4.4 Pengendalian Dokumen
Seluruh dokumentasi dan informasi yang digunakan dalam penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu diidentifikasi dan
dikendalikan. Pengendalian dokumentasi termasuk di dalamnya ialah mengenai
tata cara persetujuan dokumen, penerbitan, penyimpanan dan pemusnahan
dokumen. Seluruh dokumen dan dokumentasi akan tersedia saat diperlukan dalam
kondisi operasional rutin maupun non-rutin termasuk saat keadaan darurat. Seluruh
dokumentasi akan dimuat dalam sebuah daftar dokumen resmi yang dikelola oleh

65
Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja termasuk
informasi-informasi mengenai wewenang persetujuan dokumen, penerbitan,
penyebaran, revisi, lokasi, penyimpanan dan pemusnahan dokumen.
3.4.5 Pengendalian Operasi
Setelah seluruh bahaya K3 di tempat kerja telah diidentifikasi dan dipahami,
Perusahaan menerapkan pengendalian operasi yang diperlukan untuk mengelola
resiko-resiko terkait bahaya-bahaya K3 di tempat kerja serta untuk memenuhi
peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya terkait dengan penerapan
K3 di tempat kerja. Keseluruhan pengendalian operasi bertujuan untuk mengelola
resiko-resiko K3 untuk memenuhi Kebijakan K3 Perusahaan. Prioritas
pengendalian operasi ditujukan pada pilihan pengendalian yang memiliki tingkat
keandalan yang paling tinggi selaras dengan hierarki pengendalian resiko/bahaya
K3 di tempat kerja. Pengendalian operasi akan diterapkan dan dievaluasi secara
bersamaan untuk mengetahui tingkat keefektifan dari pengendalian operasi serta
terintegrasi (tergabung) dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Perusahaan secara keseluruhan.
3.4.6 Persiapan Tanggap Darurat
Keadaan (situasi/kondisi) darurat adalah situasi sulit yang tidak diinginkan
yang memerlukan penanganan segera untuk mencegah terjadinya kefatalan.
Perusahaan mengidentifikasi potensi keadaan darurat Perusahaan sebagai berikut :
1. Kebakaran yang tidak dapat diatasi dalam waktu singkat oleh Unit
Pemadam Kebakaran Perusahaan.
2. Peledakan spontan pada tangki, bin, silo dan sejenisnya.
3. Kebocoran gas/material/bahan skala besar yang tidak dapat segera
diatasi dalam waktu singkat.
4. Bencana Alam (banjir, angin ribut, gempa bumi, gunung meletus,
dsb) di lingkungan Perusahaan.
5. Terorisme (Ancaman bom, perampokan, dsb).
6. Demonstrasi/huru-hara/unjuk rasa di lingkungan Perusahaan.
7. Kecelakaan/keracunan massal (skala besar/ keparahan tinggi).
8. Wabah penyakit menular.
9. Pemadaman listrik secara mendadak.

66
10. Kegagalan fungsi mesin/peralatan bahaya tinggi.
11. Kecelakaan lalu lintas skala besar/keparahan tinggi di lingkungan
Perusahaan.

Perusahan menyediakan sarana-prasarana dan fasilitas-fasilitas keadaan


darurat di tempat kerja seperti jalur evakuasi, sarana pemadam api, tempat aman
berkumpul keadaan darurat serta sarana-sarana keselamatan lain yang diperlukan
untuk menanggulangi keadaan darurat Perusahaan. Perusahaan membentuk unit
kerja khusus dalam manajemen perusahaan yang memiliki tugas khusus untuk
menanggulangi keadaan darurat perusahaan. Unit kerja tersebut adalah Unit
Tanggap Darurat Perusahaan. Di bawah ialah susunan Unit Tanggap Darurat
Perusahaan.
Pelatihan (simulasi dan pengujian) penanganan keadaan darurat
dilaksanakan minimal satu kali dalam satu tahun mencakup simulasi pemadaman
kebakaran serta simulasi evakuasi darurat di tempat kerja. Persiapan tanggap
darurat dipelihara dan dinilai keefektifannya secara berkala serta apabila terdapat
perubahan manajemen Perusahaan. Unit Tanggap Darurat mengadakan rapat
(pertemuan) rutin minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan yang dipimpin oleh
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna membahas pemeliharaan
persiapan tanggap darurat Perusahaan. Seluruh hasil pertemuan didokumentasikan
oleh Sekretaris P2K3.

67

Anda mungkin juga menyukai