Anda di halaman 1dari 44

KIMIA DASAR

PROSES PRODUKSI KIMIA


(STUDI KASUS PADA PT. FKS FOOD SEJAHTERA DI JAKARTA)

KELOMPOK : 11

KELAS : F
NAMA / NIM : 1. WAHYU SATRIYA DWI S / 122210143
2. MUHAMMAD RAFLI V.W / 122210162

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Proses Produksi Kimia
(Studi Kasus Pada PT. FKS Food Sejahtera Di Jakarta)” dengan lancar tanpa suatu
halangan apapun.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia dasar. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang proses produksi kimia dalam
sebuah pabrik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irwan selaku dosen kimia
dasar. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Magelang, 01 Desember 2021


Penulis
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Sejarah Perusahaan 1
1.2 Gambaran Umum Perusahaan 3
1.3 Visi dan Misi Perusahaan 5
1.4 Deskripsi Letak Geografis perusahaan 6
BAB 2 ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN 7
2.1 Organisasi Perusahaan 7
2.2 Struktur Organisasi 10
2.3 Job Description Masing-masing Jabatan 14
2.4 Manajemen Perusahaan 18
BAB 3 PROSES PRODUKSI KIMIA 23
3.1 Bahan Baku Yang Digunakan 23
3.2 Bahan Baku Utama 24
3.3 Proses Produksi Kimia 26
3.4 Bagan Aliran Proses Produksi Kimia 28
3.5 Produk Kimia yang Dihasilkan Dan Limbah 30
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 33
4.1 Kesimpulan 33
4.2 Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN ( Gambar bagan struktur organisasi dari sub bab 2.2 )
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Perusahaan
PT FKS Food Sejahtera Tbk (IDX: AISA; sebelumnya bernama PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk) merupakan perusahaan yang memproduksi makanan yang
bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1959. Perusahaan
ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan makanan.

Pada tahun 1959, almarhum Tan Pia Sioe mendirikan bisnis keluarga yang nantinya
berkembang menjadi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (TPS-Food). Dimulai dari
memproduksi bihun jagung dengan nama Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular di
Sukoharjo, Jawa Tengah.

Tiga Pilar Sejahtera memiliki badan hukum perseroan terbatas pada tahun 1992 dan go
public pada tahun 2003. Perusahaan sebelumnya bernama Asia Intiselera.[1] Sementara
itu, perubahan nama dari PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk menjadi PT FKS Food Sejahtera
Tbk terjadi pada bulan Februari 2021.[2]

Saat ini, TPS Food sudah memegang sertifikasi ISO 9001:2008, HACCP, dan Halal
(MUI).

1.2 Gambaran umum Perusahaan


PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF) merupakan perusahaan publik yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 yang pada awalnya hanya bergerak
di bisnis makanan (TPS Food). Sejalan dengan proses transformasi bisnis yang dimulai
pada 2009, TPSF telah menjadi salah satu perusahaan yang termasuk dalam Indeks
Kompas 100. Pada 2011, TPSF menjadi salah satu perusahaan yang termasuk dalam
daftar “A List of the Top 40 Best Performing Listed Company” dari Majalah Forbes
Indonesia dan pada 2012, TPSF mendapatkan penghargaan Indonesia Best Corporate
Transformation dari Majalah SWA.
Selain itu, TPSF juga dianugerahi penghargaan Asia’s Best Companies 2014
kategori Best Small Cap dari Finance Asia dan termasuk dalam daftar 20 Rising Global
Stars dari Forbes Indonesia pada 2014.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk hadir dalam industri makanan dengan
kesadaran bahwa industri ini harus dihadapi dengan inovasi dan penciptaan produk yang
berkualitas serta berdaya saing tinggi. Dalam upaya mengukuhkan keberadaan
Perusahaan, kami memposisikan diri untuk menjadi Perusahaan pengolahan pangan
dengan teknologi modern. Diiringi dengan komitmen yang kuat dan inovasi yang
dijalankan secara berkelanjutan, kontribusi Perusahaan terhadap perolehan industri akan
semakin meningkat.
Kami tetap fokus pada pertumbuhan bisnis dan meningkatkan corporate image
yang lebih baik di mata seluruh pemangku kepentingan. Kami juga mengarahkan agar
Perusahaan selalu berupaya memperkuat positioning setiap produk dan melakukan
diferensiasi melalui strategy quality dan strategy value. Strategy quality adalah
memberikan produk-produk dengan kualitas yang lebih baik dibanding produk
kompetitor sehingga menghasilkan kepuasan dan loyalitas dari pelanggan. Perusahaan
menerapkan strategy value dengan memberikan nilai yang lebih bagi customer baik
melalui fungsional yang lebih banyak, layanan yang lebih baik maupun dengan
mempertahankan harga yang terjangkau untuk produk-produk yang dijual.
Perusahaan berkomitmen untuk menghasilkan produk bermutu tinggi yang
senantiasa kami lakukan dengan sepenuh hati. Setiap langkah menjadi rekam jejak
sejarah Perusahaan yang membingkai komitmen kami dalam menghadirkan produk-
produk berkualitas. Kini saatnya, bagi kami untuk tetap memantapkan langkah dan
menyongsong tantangan yang membentang dengan penuh percaya diri.
Selama tiga tahun terakhir, sejalan dengan proses transformasi bisnis yang
dicanangkan pada akhir tahun 2009, TPSF telah berkembang pesat dengan kombinasi
akuisisi dan pola pertumbuhan internal. Dengan komitmen untuk meningkatkan nilai
perusahaan dari waktu ke waktu, kedua teknik tersebut sejauh ini mampu meningkatkan
masa hidup perusahaan serta meningkatkan kontribusinya terhadap pembangunan
Indonesia. Proses Transformasi Bisnis secara berkelanjutan dilaksanakan dengan
senantiasa menumbuhkan daya saing perusahaan menuju kepada performance terbaik.
Dengan terus membangun kapabilitas sumber daya manusia, inovasi dan
efisiensi di setiap lini kerja dan kepemimpinan yang mempunyai visi kuat, TPSF yakin
akan dapat memenuhi komitmen untuk memberikan kepuasan bagi pelanggan,
keuntungan bagi investor, dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dan
kepada bangsa dan negara.

1.3 Visi dan Misi Perusahaan


Visi : Menjembatani potensi menuju kesuksesan.

Misi : Kami mengembangkan dan mengatur kombinasi tepercaya dari orang−orang,


infrastruktur, dan proses di seluruh rantai nilai
atas nama mitra dan pelanggan.

1.4 Deskripsi letak Geografis Perusahaan


Kantor Pusat
Menara Astra Lantai 29
Jl. Jend. Sudirman Kav. 5-6, RT/RW 10/11
Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang
Jakarta Pusat 10220

Kantor Manufactur
Jl. Raya Solo Sragen Km.16
Desa Sepat, Masaran, Sragen
Jawa Tengah, Indonesia
BAB 2
ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN
2.1 Organisasi Perusahaan
PT FKS Food Sejahtera Tbk merupakan badan usaha yang berbentuk Perseroan
Terbatas yang berjenis PT terbuka. Pengertian dari Perseroan Terbatas adalah salah satu
jenis badan usaha yang dilindungi oleh hukum dengan modal saham. Seseorang
dikatakan sebagai pemilik PT apabila memiliki bagian saham sebesar dari jumlah yang
ditanamkannya. Sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 yang membahas
mengenai Perseroan Terbatas (PT), dikatakan bahwa perusahaan berjenis Perseroan
Terbatas adalah suatu badan usaha yang berbentuk badan hukum yang didirikan
berdasarkan perjanjian dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham atau disebut juga dengan persekutuaan modal.
Dalam menjalankan perusahaan berjenis Perseroan Terbatas, modal saham yang
dimiliki bisa dijual kepada pihak lain. Artinya, sangat memungkinkan terjadi perubahan
organisasi atau kepemilikan perusahaan tanpa harus membubarkan dan mendirikan
perusahaan kembali. Selain itu, oleh karena dibentuk berdasarkan kesepakatan, maka
bisa dipastikan bahwa PT didirikan oleh minimal 2 orang. Pembuatan perjanjian harus
diketahui oleh notaris dan dibuatkan aktanya untuk mendapatkan pengesahan dari
Menteri Hukum dan HAM sebelum resmi menjadi perusahaan berjenis PT.
Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas atau
UUPT mengklasifikasikan perusahaan PT ke dalam 3 jenis yaitu:
1. PT tertutup
Salah satu ciri khas dari perusahaan PT tertutup adalah para pemegang
saham yang hanya berasal dari kalangan tertentu atau orang-orang yang sudah
saling mengenal sebelumnya, seperti misalnya dalam perusahaan keluarga.

2. PT publik
Pasal 1 ayat 8 UUPT menyebutkan bahwa Perseroan Publik adalah jenis
perseroan yang telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal
disetor sesuai dengan ketentuan peraturannya. Sementara itu, Undang-Undang
No. 8 Tahun 1995 mengenai Pasar Modal atau UUPM Pasal 1 ayat 22
menyebutkan, sebuah perusahaan dikatan perseroan publik apabila saham telah
dimiliki oleh sedikitnya 300 orang dengan jumlah modal yang disetorkan
minimal sebesar Rp 3 juta.

3. PT terbuka (Tbk)
Disebutkan dalam Pasal 1 ayat 7 UUPT, bahwa PT terbuka melakukan
penawaran saham secara terbuka. Tidakhanya itu, PT jenis ini juga harus mampu
untuk memenuhi segala persyaratan yang dibutuhkan untuk PT Publik, dengan
melakukan penawaran pada Bursa Efek alias menjual saham kepada masyarakat.
PT FKS Food Sejahtera adalah perusahaan induk yang menaungi beberapa anak
perusahaan dibawahnya. Anak perusahaan tersebut diantaranya PT Tiga Pilar Sejahtera
(TPS), PT Poly Meditra Indonesia (PMI), PT Balaraja Bisco Paloma (BBP), dan PT
Patra Power Nusantara (PPN). Dengan persentase kepemilikan saham untuk masing-
masing anak perusahaan tersebut yaitu sebanyak:
1. 99,90% (680.742 juta) untuk kepemilikan saham PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS).
2. 99,90% (497,615 juta) untuk kepemilikan saham PT Poly Meditra Indonesia
(PMI).
3. 99,90% (143,286 juta) untuk kepemilikan saham PT Patra Power Nusantara
(PPN).
4. 99,90% (649,212 juta) untuk kepemilikan saham PT Balaraja Bisco Paloma
(BBP).
Selain itu terdapat kepemilikan secara tidak langsung terhadap anak perusahaan lain
melalui PT Balaraja Bisco Paloma. Nama-nama perusahaan tersebut adalah:
1. PT Putra Taro Paloma (PTP) dengan kepemilikan saham 99,99% (707,020 juta).
2. PT Subafood Pangan Jaya (SPJ) dengan kepemilikan saham 99,99% (170,838
juta).
3. PT Surya Cakra Sejahtera (SCS) dengan kepemilikan saham 98,33% (118,699
juta).
Deskripsi singkat mengenai anak perusahaan yang bernaung di bawah PT FKS
Food Sejahtera:
1. PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS)
PT Tiga Pilar Sejahtera didirikan sejak 1992 secara legal di Sragen, Jawa
Tengah dengan ruang lingkup kegiatan meliputi bidang perindustrian dan
perdagangan. Produk utama TPS adalah mie instan dan bihun instan dengan
merek dagang Ayam 2 Telor, Superior, Filtra, Kurma, Spinder, Bihunku, dan
Mie Kremezz.

2. PT Poly Meditra Indonesia (PMI)


PMI didirikan sejak 1994 di Surakarta, Jawa Tengah dan diakuisisi oleh
perseroan pada 2008. PMI bergerak di bidang industri pembuatan dan penjualan
makanan ringan. Produknya termasuk biscuit, wafer stick, dan permen dengan
merek dagang Growie, Pio, dan Gulas.

3. PT Balaraja Bisco Paloma (BBP)


BBP merupakan produsen makanan olahan yang didirikan pada tahun
2011. Saat ini, BBP memiliki beberapa entitas anak, yaitu PT Putra Taro Paloma
(PTP), PT Subafood Pangan Jaya (SPJ), dan PT Surya Cakra Sejahtera (SCS).
PTP memproduksi produk makanan ringan (snack) TARO yang diakuisisi dari
PT Unilever Indonesia Tbk dengan fasilitas produksinya yang berlokasi di
Bogor, Medan, dan Banjarmasin.
SPJ yang diakuisisi pada akhir Desember 2012 merupakan perusahaan
perindustrian dan perdagangan dengan bihun jagung sebagai produksi utamanya
yang dijual dengan beberapa merek terkenal, antara lain: Tanam Jagung, Panen
Jagung, dan Pilihan Bunda.
Perseroan melalui BBP mendirikan PT Sekar Tanjung Sejahtera pada 21
Februari 2014. Pada 28 Oktober 2015, entitas anak perseroan, PT Sekar Tanjung
Sejahtera telah melakukan perubahan nama menjadi PT Surya Capri Sejahtera
(sesuai dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. AHU-
0944771.AH.01.02 Tahun 2015). Kemudian pada tanggal 12 Februari 2016, PT
Surya telah melakukan perubahan nama menjadi PT Surya Cakra Sejahtera
(sesuai dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. AHU-
003043.AH.01.02 Tahun 2016).

4. PT Patra Power Nusantara (PPN)


PPN didirikan pada tahun 2006 di Sragen, Jawa Tengah dan diakuisisi
oleh Perseroan pada tahun 2008. PPN bergerak di bidang usaha pembangkit
listrik yang menghasilkan energi uap panas (steam) berkapasitas 50 ton per jam
dan energi listrik berkapasitas 3 MW, yang digunakan dalam proses produksi,
terutama mie kering dan bihun.
2.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi dari PT FKS Food Sejahtera sebagai berikut: (gambar
struktur organisasi terlampir pada bagian lampiran). Untuk penjelasan dari struktur
oraganisasinya sebagai berikut:
1) Dewan Komisaris (Board of Commisioners)
Dewan Komisaris terdiri dari Komisaris Utama, Komisaris, dan
Komisaris Independen. Komisaris Utama saat ini dijabat oleh Agung C.
Kusumo. Untuk jabatan Komisaris dijabat oleh tiga orang yaitu Henky
Koestanto, Jaka Prasetya, Grant Lutz. Untuk jabatan Komisaris Independen
dijabat oleh dua orang yaitu Dr. Drs. Komjen (Purn). Ito Sumardi Djuni
Sanyoto, S.H., M.H., M.M., MBA. dan Beny Wachjudi. Berikut ini merupakan
profil dari jajaran Dewan Komisaris:

 Agung C. Kusumo (Komisaris Utama)


Warga Negara Indonesia, berdomisili di Indonesia. Beliau
diangkat sebagai Komisaris Utama Perseroan berdasarkan keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa 26 Februari 2021.
Sebelum menjabat sebagai Komisaris Utama Perseroan, beliau
memiliki karir yang panjang dalam berbagai sektor industri seperti
otomotif, jasa finansial, konsultasi manajemen, dan retail konsumen.
Beliau memulai karirnya bersama Delphi Automotive E&S di Indiana,
Amerika Serikat, pada tahun 2001-2004 sebagai insinyur listrik sebelum
kembali ke Indonesia dan bergabung bersama SKHA Consulting pada
2005-2006 sebagai konsultan manajemen. Beliau bergabung dengan GE
Money Indonesia, dan mengambil peran regional di GE Capital Asia
Pacific pada tahun 2008-2013, mencakup wilayah regional Asia-Pasifik
sebagai Vice President Business Development/Merger & Acquisition.
Beliau juga pernah menjabat sebagai Managing Director di PT Mitra
Pinasthika Mustika Tbk selama tahun 2013-2018. Saat ini beliau juga
menjabat sebagai Chief Operating Officer FKA Food and Agri Pte. Ltd.
Beliau memperoleh gelar sarjananya dari Purdue University
jurusan Electrical Engineering pada tahun 2000, dan memperoleh gelar
magisternya pada tahun 2005.

 Henky Koestanto (Komisaris)


Warga Negara Indonesia, 45 tahun, berdomisili di Indonesia.
Beliau diangkat menjadi Komisaris Utama Perseroan berdasarkan
Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa 26
Februari 2020.
Sebelum menjabat sebagai Komisaris Utama Perseroan, beliau
telah mengawali karir di PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk sebagai Business
Development Manager pada tahun 1999, Direktur Operasional pada
tahun 2007, Komisaris dari tahun 2011 hingga Oktober 2018, dan
Direktur Utama di tahun 2019. Selain itu, beliau juga pernah memegang
berbagai posisi penting lainnya, diantaranya Direktur PT Poly Meditra
Indonesia (2006 - 2010) dan Direktur PT Tiga Pilar Sejahtera (2000 -
2010). Saat ini beliau juga menjabat sebagai anggota Direksi PT Balaraja
Bisco Paloma, PT Subafood Pangan Jaya dan PT Putra Taro Paloma
sejak November 2018.
Beliau menyelesaikan pendidikan di bidang Science in Biosystem
and Agricultural Engineering di University of Minnesota Twin Cities
pada 1998.

 Jaka Prasetya (Komisaris)


Warga Negara Singapura, 49 tahun, berdomisili di Singapura.
Beliau diangkat menjadi Komisaris Perseroan berdasarkan keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal 22 Oktober
2018.
Sebelum menjabat sebagai Komisaris Perseroan, beliau pernah
menjabat sebagai Managing Partner di Leafgreen Capital Partners dan
CEO di United Fiber System di Singapura, dan Komisaris di PT Golden
Plantation Tbk (2014-2015). Beliau juga berpengalaman di industri
perbankan, diantaranya bekerja di bagian investment banking pada tahun
1998 di UBS dan Merrill Lynch Hong Kong dan Deutsche Bank
Singapore. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Managing Director di
KKR Singapore sejak tahun 2014.
Beliau meraih gelar Sarjana Teknik Elektro dari Institut
Teknologi Bandung pada 1994 dan MBA dari MIT Sloan School of
Management pada 1998.
 Grant Lutz (Komisaris)
Warga Negara Jerman, berdomisili di Indonesia. Beliau diangkat
sebagai Komisaris Perseroan berdasarkan keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa 26 Februari 2021.
Beliau berasal dari keluarga berlatar belakang penggiling tepung
selama 8 generasi dan menghabiskan 35 tahun dalam karirnya di bidang
Industri Penggilingan Gandum dan Tepung. Selama 25 tahun terakhir,
beliau telah bekerja di China dan Indonesia. Sejak tahun 1996 – 2008,
beliau bekerja sebagai General Manager di Lamsoon Flour Mills,
Shenzhen, dan sebagai Business Development Manager di Australian
heat Board, Beijing. Pada tahun 2008 - 2012, beliau beralih ke Indonesia
untuk bergabung bersama PT Lumbung Nasional Flour Mills sebagai
Direktur Operasional. Sebelum menjabat sebagai CEO dari FKS Food
and Ingredients pada akhir tahun 2019, beliau menjabat sebagai CEO
dari Bungasari Flour Mills Indonesia, sejak perusahaan tersebut berdiri
di tahun 2012. Saat ini beliau juga menjabat sebagai CEO dari FKS Food
and Ingredients, perusahaan induk dari Bungasari Flour Mills, Tereos
FKS, Padi Flour Nusantara, FKS Pangan Nusantara, dan Permata Food
Indonesia.
Beliau lulus dari dari Swiss Milling School pada tahun 1987 dan
memperoleh gelar MBA dari Universitas Heriot-Watt.

 Dr. Drs. Komjen (Purn). Ito Sumardi Djuni Sanyoto, S.H., M.H., M.M.,
MBA. (Komisaris Independen)
Warga Negara Indonesia, 67 tahun, berdomisili di Indonesia.
Beliau diangkat menjadi Komisaris Independen Perseroan berdasarkan
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa 26
Februari 2020.
Sebelum menjabat sebagai Komisaris Independen Perseroan,
beliau mengabdi kepada negara sebagai anggota Kepolisian Republik
Indonesia dengan menduduki berbagai jabatan hingga tahun 2011, antara
lain Dansatgas Tsunami Aceh, Dansatgas PAM Aceh Monitoring
Mission Kapolda Riau, Kapolda Sumatra Selatan dan dengan jabatan
terakhir sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Republik
Indonesia (Kabareskrim). Beliau juga pernah dipercaya oleh Negara
untuk mengemban tugas sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh untuk Republik Uni Myanmar (2014 hingga 2018). Saat ini beliau
juga menjabat sebagai Komisaris Independen PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk.
Beliau menyelesaikan pendidikan utamanya di Akademi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) Kepolisian pada
1977, Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pada 1986 dan
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) serta menamatkan pendidikan
di bidang hukum sampai jenjang S3 pada 1996. Beliau juga menamatkan
pendidikan S2 di bidang administrasi bisnis (business administration)
serta berbagai pendidikan kejuruan dan pendidikan singkat (courses) baik
di dalam maupun di luar negeri.

 Beny Wachjudi (Komisaris Independen)


Warga Negara Indonesia, 67 tahun, berdomisili di Indonesia.
Beliau diangkat menjadi Komisaris Independen Perseroan berdasarkan
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa 26
Februari 2020.
Sebelum bergabung  sebagai Komisaris Independen Perseroan,
beliau mengawali karir sebagai Pegawai Negeri Sipil, dengan posisi  
terakhir pada 2014 sebagai Direktur Jendral Basis Industri Manufaktur
pada Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Sebelumnya, sejak
tahun 2004, beliau diangkat pada posisi  Direktur Jenderal yang
menangani industri berbasis agro dan industri berbasis kimia. Disamping
itu, beliau juga pernah mendapat penugasan sebagai komaris di beberapa
Badan Usaha Miilik Negara antara lain sebagai Komisaris Utama Pupuk
Iskandar Muda (Persero) dari tahun 2004 sampai tahun 2013 dan
kemudian menjabat sebagai Komisaris Utama PT Semen Baturaja Tbk.
(Persero) pada 2008 hingga 2017. Setelah pensiun dari pegawai negeri,
selanjutnya  beliau menjabat di perusahaan swasta sebagai Senior
Advisor PT PDSU sejak 2015 hingga 2019. Selanjutnya, beliau juga
pernah memimpin organisasi usaha seperti Asosiasi Gula Rafinasi
Indonesia antara tahun 2015 dan 2016, juga menjabat sebagai Direktur
Eksekutif Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit dari  tahun 2016
sampai tahun 2017.
Beliau menyelesaikan pendidikan strata satu di bidang Teknik
Fisika pada tahun 1980 di Institut Teknologi Bandung dan memperoleh
gelar Master of Business Administration pada 1989 dari University of
Bridgeport, Amerika Serikat. Selain pendidikan formal, beliau juga
mengikuti berbagai seminar, lokakarya dan pelatihan di bidang Industri.

2) Komite Audit (Audit Committee)


Komite Audit sejajar dengan Dewan Komisaris dan dibentuk oleh
Dewan Komisaris yang anggotanya terdiri atas ketua dan anggota. Ketua Komite
Audit adalah anggota Dewan Komisaris yang merupakan anggota Dewan
Komisaris Independen atau anggota Dewan Komisaris yang dapat bertindak
independen. Anggota Komite Audit dapat berasal dari anggota Dewan
Komisaris atau dari luar Perseroan. Untuk jabatan Ketua Komite Audit dijabat
oleh Ir. R. Beny Wachjudi, MBA. untuk anggota yang lain yaitu Rachmad dan
Budiman Arpan.

3) Komite Nominasi dan Remunerasi (Nomination and Remuneration Comittee)


Komite Nominasi dan Remunerasi sejajar dengan Dewan Komisaris serta
diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris. Komite Nominasi dan
Remunerasi terdiri dari Ketua dan Anggota Komite. Untuk jabatan Ketua
Komite Nominasi dan Remunerasi dijabat oleh Dr. Drs. Komjen (Purn). Ito
Sumardi Djuni Sanyoto, S.H., M.H., M.M., MBA. untuk anggota yang lain yaitu
Jaka Prasetya dan Lestian Nandar.

4) Komite GCG dan Manajemen Risiko (Risk Management and GCG Comittee)
Komite GCG dan Manajemen Risiko sejajar dengan Dewan Komisaris
diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris. Komite GCG dan
manajemen Risiko terdiri dari Ketua dan Anggota Komite. . Untuk jabatan
Ketua Komite GCG dan Manajemen Risiko oleh Dr. Drs. Komjen (Purn). Ito
Sumardi Djuni Sanyoto, S.H., M.H., M.M., MBA. untuk anggota yang lain yaitu
Ir. R. Beny Wachjudi, MBA. dan Ernest Alto, S.E., M.M., M.H.

5) Direksi (Board of Directors)


Dalam struktur organisasi, terletak tepat dibawah Dewan Komisaris.
Direksi terdiri atas Direktur Utama dan Direktur. Direktur Utama saat ini di
jabat oleh Lim Aun Seng dan untuk jabatan direktur lainnya dijabat oleh Charlie
Dhungga dan Nanang Rismadi. Berikut ini merupakan profil dari jajaran
Direksi:

 Lim Aun Seng (Direktur Utama)


Warga Negara Malaysia, 49 tahun, berdomisili di Indonesia.
Beliau diangkat menjadi Direktur Utama Perseroan berdasarkan
Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa 26
Februari 2020.
Sebelum menjabat sebagai Direktur Utama Perseroan, beliau
mengawali karir sebagai auditor pada Kassim Chan & Co/Deloitte
Touche pada 1999. Beliau memiliki pengalaman panjang di bidang
keuangan dengan pernah menjabat sebagai Group Financial Controller
Plenitude Berhad (2008), Chief Financial Officer PT Malindo Feedmill,
Tbk (2008 hingga 2014), serta President Director PT FKS Multi Agro
(2014 hingga 2019).
Beliau menyelesaikan pendidikan sarjana di bidang Akuntansi
pada Tunku Abdul Rahman University College pada 1994 dan mendapat
gelar Certified Public Accountant MACPA Final Stage.

 Charlie Dhungga (Direktur)


Warga Negara Indonesia, 51 tahun, berdomisili di Indonesia.
Beliau diangkat menjadi Direktur Perseroan berdasarkan Keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa 22 Oktober 2018.
Sebelum menjabat sebagai Direktur Perseroan, beliau pernah
menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Petrodrill Manufaktur sejak
2015 sampai dengan 2018 dan Direktur Utama PT Prima Sentra Usaha
sejak 2014 s.d. 2018. Hingga akhir tahun 2018, beliau tidak memiliki
rangkap jabatan.
Beliau menyelesaikan pendidikan di Portland State University,
Oregon pada 1993, dan meraih gelar Master of Business Administration
dari City University, Oregon pada tahun 1994.

 Nanang Rismadi (Direktur)


Warga Negara Indonesia, 47 tahun, berdomisili di Indonesia.
Beliau diangkat menjadi Direktur Perseroan berdasarkan Keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa 26 Februari 2020.
Sebelum menjabat sebagai Direktur Perseroan, beliau mengawali
karir di PT Yupi Indojelly Gum dengan jabatan terakhir sebagai
Production Supervisor, beliau juga memiliki pengalaman panjang di
bidang operasional, yakni sebagai Engineering Manager di PT San
Miguel Pf (2000 hingga 2006), Plant Manager PT Ades Waters Tbk.
(2006 hingga 2008), dan terakhir menjabat sebagai Plant Manager PT
Aqua Golden Mississippi (2017 hingga 2019).
Beliau menyelesaikan pendidikan sarjana di bidang Teknik
Pertanian pada 1997 dari Institut Pertanian Bogor. Selain pendidikan
formal, beliau juga mengikuti berbagai pendidikan informal dari
berbagai institusi dalam dan luar negeri.

6) Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary)


Pada struktur organisasi terletak tepat dibawah Direksi. Saat ini jabatan
tersebut dijabat oleh Michael H. Hadylaya. Berikut ini merupakan profil
Sekretaris Perusahaan:

 Michael H. Hadylaya (Sekretaris Perusahaan)


Kewarganegaraan Indonesia, berdomisili di Indonesia. Diangkat
sebagai Sekretaris Perusahaan berdasarkan Keputusan No.
001/SK/DEKOMHK-CORSEC/10/18 tentang Pengangkatan Sekretaris
Perusahaan tanggal 10 Oktober 2018. Menyelesaikan pendidikan Sarjana
Hukum dan meraih gelar Magister Hukum di bidang Hukum Bisnis dari
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sebelum bergabung dengan PT
FKS Food Sejahtera Tbk., merupakan konsultan dan penasehat hukum
pada Firma Hukum yang memiliki reputasi di bidang Dispute Resolution
dan Corporate & Capital Market Law.

7) Audit Internal (Internal Audit)


Dalam struktur organisasi terletak dibawah Direksi dan sejajar dengan
Sekretaris Perusahaan. Ketua dari Audit internal saat ini dijabat oleh Hartanto
Surjadi. Berikut ini merupakan profil dari Ketua Audit internal:

 Hartanto Surjadi (Ketua Audit Internal)


Bapak Hartanto Surjadi diangkat sebagai Ketua Audit Internal
Perseroan pada April 2021. Warga Negara Indonesia, 34 tahun. Beliau
meraih gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi dari Universitas Atmajaya
pada tahun 2004. Sebelum bergabung dengan Perseroan, beliau pernah
menjabat sebagai asisten manajer auditor di Kantor Akuntan Publik
Purwantono Sungkoro & Surja (Ernst & Young) dari tahun 2009 hingga
2016.

8) Finance Coordinator
Pada struktur organisasi terletak dibawah Direksi, Sekretaris Perusahaan
dan Audit Internal.

9) Central Purchasing
Pada struktur organisasi terletak sejajar dengan Finace Coordinator.

10) Corporate Finance


Pada struktur organisasi terletak sejajar dengan Central Purchasing.

11) Corporate Controller


Pada struktur organisasi terletak sejajar dengan Corporate Finance.

12) Corporate HRD


Pada struktur organisasi terletak sejajar dengan Corporate Controller.

13) System and Technology


Pada struktur organisasi terletak sejajar dengan Corporate HRD.

14) Manufacturing
Pada struktur organisasi terletak sejajar dengan System and Technology.

15) Marketing
Pada struktur organisasi terletak sejajar dengan Manufacturing.

16) Sales and Commercial


Pada struktur organisasi terletak sejajar dengan Marketing.

2.3 Job Description Masing-masing Jabatan

1) Dewan Komisaris
Berdasarkan Pedoman Kerja Direksi dan Dewan Komisaris FKS FS,
Dewan Komisaris merupakan salah satu dari organ Perseroan yang bertugas
untuk melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan
Anggaran Dasar Perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam
menjalankan kepengurusan Perseroan.
Sesuai Anggaran Dasar Perseroan Pasal 14, Dewan Komisaris diangkat
oleh Rapat Umum Pemegang Saham, masing-masing untuk jangka waktu
sampai ditutupnya Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang ke-5 (lima)
setelah pengangkatan anggota Dewan Komisaris tersebut, dengan tidak
mengurangi hak Rapat Umum Pemegang Saham untuk memberhentikan anggota
Dewan Komisaris yang bersangkutan sewaktu-waktu setelah anggota Dewan
Komisaris yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri, kecuali
yang bersangkutan tidak keberatan atas pemberhentian tersebut.

Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Secara prinsipal, Dewan Komisaris memiliki tugas untuk melakukan


pengawasan atas kebijakan pengurusan jalannya Perseroan dan memberi saran
kepada Direksi. Beberapa tugas lainnya yang diemban Dewan Komisaris antara
lain:

a. Melakukan tugas yang secara khusus diberikan kepadanya menurut


Anggaran Dasar dan/atau berdasarkan keputusan RUPS dalam koridor
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Melakukan tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan
ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dan keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS);
c. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris bertindak untuk
kepentingan Perseroan dan bertanggung jawab kepada RUPS; serta
d. Meneliti dan menelaah laporan tahunan yang dipersiapkan oleh Direksi
serta menandatangani laporan tahunan tersebut.

Rapat Dewan Komisaris

Pelaksanaan rapat Dewan Komisaris diadakan setiap 2 (dua) bulan sekali


merujuk pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33/POJK.04/2014 Pasal 31.
Rapat Dewan Komisaris dapat dihadiri pula atau merupakan rapat gabungan
dengan organ GCG yang lain, seperti Direksi atau Komite-komite.

Mekanisme keputusan rapat Dewan Komisaris diambil berdasarkan


musyawarah untuk mufakat. Jika keputusan musyawarah untuk mufakat tidak
tercapai, maka keputusan yang diambil berdasarkan pada pemungutan suara
terbanyak. Rapat Dewan Komisaris terdiri dari rapat internal dan rapat dengan
mengundang Direksi untuk membahas berbagai aspek operasional dan
pengelolaan keuangan Perseroan.

Sepanjang tahun 2020, Dewan Komisaris telah melaksanakan rapat


sebanyak 11 kali yang terdiri dari rapat internal Dewan Komisaris sebanyak 6
kali dan Rapat Gabungan Dewan Komisaris dan Direksi sebanyak 5 kali.

Komisaris Independen

Mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33/ POJK.04/2014,


Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang berasal dari luar
Emiten atau Perusahaan Publik dan memenuhi persyaratan sebagai Komisaris
Independen sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
Perseroan menentukan susunan Dewan Komisaris terdiri dari sedikitnya 2 (dua)
orang anggota dengan 1 (satu) anggota sebagai Komisaris Independen, yang
berasal dari luar Perseroan yang dipilih secara transparan dan independen sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Beberapa kriteria yang
wajib dimiliki oleh Komisaris Independen Perseroan meliputi:

 Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan


tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau
mengawasi kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam
waktu 6 (enam) bulan terakhir, kecuali untuk pengangkatan kembali
sebagai Komisaris Independen Emiten atau Perusahaan Publik pada
periode berikutnya;
 Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada
Emiten atau Perusahaan Publik tersebut;
 Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan
Publik, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau pemegang
saham utama Emiten atau Perusahaan Publik tersebut; dan
 Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan
Publik tersebut.

2) Komite Audit
Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris dan menjalankan tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Komite
Audit dibentuk berdasarkan peraturan peraturan/perundangan diantaranya
sebagai berikut:
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
b. Peraturan Bapepam Nomor IX.15 Tanggal 24 September 2004 Nomor:
Kep-29/PM/2004 Perihal Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit.
c. Peraturan Bapepam Nomor IX.I.15 Tanggal 7 Desember 2012 Nomor:
Kep-643/BL/2012 Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit.
d. Peraturan Otoritas Jasa keuangan (OJK) Nomor: KEP-643/ BL/2012
Tanggal 29 Desember 2015 Perihal Pembentukan dan Pedoman
Pelaksanaan Kerja Komite Audit.

Pembentukan Komite Audit di Perseroan ditujukan untuk membantu


Dewan Komisaris dalam pelaksanaan fungsi pengawasan atas hal-hal yang
terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal, pengelolaan risiko
serta kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku. Komite Audit
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan No. 31/ TPSF-DEKOM/XII/2014 tanggal
17 Desember 2014 dan terdapat beberapa pembaharuan sebagaimana dituangkan
dalam Keputusan Sirkuler Dewan Komisaris No. 007/TPSF/DEKOM/ III/20
pada bulan Maret 2020. Komite Audit diangkat dan diberhentikan berdasarkan
Surat Keputusan Dewan Komisaris.

Pelaksanaan Tugas Komite Audit

1. Menyetujui draft Piagam Audit Internal.

2. Mereview struktur organisasi unit audit internal.

3. Menyusun Rencana Audit Tahunan (RAT).

4. Menyusun Budget Unit Audit Internal.

5. Melakukan evaluasi audit tahun sebelumnya.

6. Melakukan evaluasi dan memberikan usulan penunjukan KAP.

7. Memonitor perkembangan kegiatan audit internal.

3) Komite Nominasi dan Nemunerasi


Berdasarkan Surat Keputusan No. 32/TPSF-DEKOM/XII/2014 tanggal
17 Desember 2014, Komite Nominasi dan Remunerasi dibentuk dengan tujuan
untuk membantu Dewan Komisaris dalam menetapkan kriteria pemilihan calon
anggota Dewan Komisaris dan Direksi; mengusulkan calon anggota Dewan
Komisaris dan Direksi; serta menentukan kebijakan dan pengawasan
pelaksanaan kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris, Direksi, dan jajaran
manajemen Perseroan.

Tugas dan Tanggung Jawab Komite Nominasi dan Remunerasi

Sesuai yang tercantum dalam Pedoman Komite Nominasi dan


Remunerasi yang dibuat berdasarkan POJK No. 34/ POJK.04/2014, tugas dan
tanggung jawab Komite Nominasi dan Remunerasi meliputi:

Nominasi

a. Memberikan rekomendasi kepada dan/atau membantu Dewan Komisaris,


mengenai:
 Komposisi jabatan Direksi dan Dewan Komisaris.
 Kebijakan dan kriteria yang dibutuhkan dalam proses nominasi
anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris.
 Kebijakan evaluasi kinerja bagi anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris.
 Program pengembangan untuk anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris.
b. Membantu Dewan Komisaris melakukan penilaian kinerja anggota
Direksi dan anggota Dewan Komisaris berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.
c. Memberikan usulan calon yang memenuhi syarat sebagai anggota
Direksi dan anggota Dewan Komisaris kepada Dewan Komisaris untuk
disampaikan kepada RUPS untuk mendapatkan persetujuan.

Remunerasi

a. Memberikan rekomendasi kepada dan/atau membantu Dewan Komisaris


mengenai:
 Struktur remunerasi anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris.
 Kebijakan atas remunerasi anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris.
 Besaran atas remunerasi anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris.
b. Membantu Dewan Komisaris dalam melakukan penilaian kesesuaian
remunerasi yang diterima masing-masing anggota Direksi dan anggota
Dewan Komisaris terkait dengan kinerja mereka.

4) Komite GCG dan Manajemen Risiko


Mengacu pada Surat Keputusan No.33/TPSF-DEKOM/XII/2014 tanggal
17 Desember 2014, pembentukan Komite Tata Kelola Perusahaan dan
Manajemen Risiko bertujuan untuk membantu Dewan Komisaris dalam
penyusunan, pelaksanaan dan pengelolaan kebijakan manajemen risiko
Perseroan secara komperehensif.

Tugas Komite GCG dan Manajemen Risiko

Tugas Komite GCG dan Manajemen Risiko adalah sebagai berikut:

a. Melakukan kajian, evaluasi dan rekomendasi kepada Dewan Komisaris


atas penerapan Good Corporate Governance di Perseroan.
b. Melakukan kajian atas kepatuhan Perseroan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan relevan terhadap karateristik
bidang kegiatan Perseroan, antara lain yang mengatur tentang badan
hukum perseroan, Badan Usaha Milik Negara, pasar modal, jasa
konstruksi, perjanjian, dan tata kelola perusahaan.
c. Memberikan pendapat dan/atau masukan yang obyektif, professional dan
independen atas hal-hal yang memerlukan perhatian, tindak lanjut, atau
hal-hal lainnya yang dapat membantu pelaksanaan tugas Dewan
Komisaris berkaitan dengan praktik GCG.
d. Melakukan kajian atas kesesuaian ketentuanketentuan dalam Standar
Operasi Prosedur (SOP) dengan peraturan perundangundangan dan kode
etik yang berlaku dan relevan.
e. Menyusun self-assessment terhadap kinerja Komite GCG dan
melaporkan hasilnya kepada Dewan Komisaris.
f. Mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanaan tugas Komite dan
melaporkannya kepada Dewan Komisaris secara periodik.
g. Melaksanakan tugas khusus dan tugas lainnya dari Dewan Komisaris
yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan relevan, peraturan perusahaan, Code of Corporate
Governance Perseroan, Kode Etik Perseroan, dan Board Manual.
h. Komite GCG mengadakan rapat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap
bulan.
5) Direksi
Berdasarkan Pedoman Kerja Direksi dan Dewan Komisaris PT FKS
Food Sejahtera Tbk, Direksi merupakan organ Perseroan yang bertugas dan
bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola Perseroan. Dengan
demikian, masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan
mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya,
namun pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakan
tanggung jawab bersama. Direktur Utama merupakan Direktur Pengambil
Keputusan Akhir.
Penentuan komposisi Direksi dalam Perseroan pada dasarnya
disesuaikan dengan kompleksitas situasi bisnis Perseroan, dengan
memperhatikan efektivitas pengambilan keputusan.

Tugas Direksi

a. Memimpin dan menjalankan tindakan yang berkaitan dengan pengurusan


Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan, termasuk di dalamnya:
 Memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan;
 Senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Perseroan.
b. Mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar Pengadilan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan, Anggaran
Dasar dan/atau Keputusan RUPS.

Tanggung Jawab Direksi

Direksi wajib melaksanakan tugas pokoknya dengan itikad baik dan


penuh tanggung jawab. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara
pribadi dan secara tanggung renteng ataskerugian Perseroan, apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Selain itu, Direksi mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan Tata


Kelola Perusahaan serta memenuhi tugas memimpin Perseroan untuk mencapai
tujuan, mematuhi dan melaksanakan keputusan RUPS, serta menjalankan
peraturan yang sudah dibuat oleh Perseroan.

Ruang Lingkup Tugas dan Tanggung Jawab Masing-masing Direksi

Untuk menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tubuh Perseroan, FKS FS


telah membagi tugas dan tanggung jawab berdasarkan ruang lingkup dan
perannya masing-masing.

Direktur Utama

Tanggung jawab Direktur Utama adalah sebagai berikut:

 Memimpin serta menentukan arah kebijakan dan strategi perusahaan


secara keseluruhan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
 Memastikan seluruh rencana dan kegiatan perusahaan telah sesuai
dengan tujuan Perseroan;
 Mengkaji situasi pasar dan ekonomi guna menentukan strategi
perusahaan serta merencanakan kegiatan usaha yang selalu dapat
meningkatkan daya saing Perseroan;
 Mempelajari dan menangkap peluang-peluang usaha yang dapat
menambah nilai perusahaan;
 Memastikan nilai-nilai kaidah perusahaan tetap menjadi patokan moral
dalam seluruh kegiatan perusahaan.

Direktur

Tanggung jawab Direktur antara lain:

 Menjalankan operasional perusahaan sehari-hari;


 Menjalankan rencana pengembangan usaha serta memastikan tersedianya
sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan usaha tersebut;
 Berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional
Perseroan

Rapat Direksi

Dalam rangka mendukung keberlangsungan bisnis Perseroan, Direksi


Perseroan mengadakan rapat secara berkala, baik antar anggota Direksi, maupun
mengundang organ Perseroan yang lain seperti Dewan Komisaris atau Komite
untuk memberikan masukan atau menyampaikan nasihat mengenai
permasalahan yang sedang dihadapi Perseroan. Merujuk kepada Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan No 33/POJK.04/2014 Pasal 16, Direksi perseroan
mengadakan rapat direksi secara berkala paling kurang 1 (satu) kali dalam
sebulan.
6) Sekretaris Perusahaan
Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 35/POJK.04/2014,
pembentukan Sekretaris Perusahaan ditujukan untuk membantu Direksi dan
Perseroan. Berdasarkan fungsinya, Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab
pada Direktur Utama dengan 4 (empat) fungsi rinci yaitu sebagai Liason Officer
Corporate Communication, Compliance Officer, Administrasi Dokumen dan
Notulensi Rapat untuk memenuhi ketentuan tata kelola perusahaan yang baik.
Selain itu, Sekretaris Perusahaan juga berperan sebagai penghubungan
Perseroan dengan pihak luar seperti investor, pelaku pasar modal, regulator, dan
juga para pengamat/analis. Komunikasi yang efektif dalam menyediakan
informasi yang memadai bagi berbagai pihak merupakan tanggung jawab utama
Sekretaris Perusahaan. Karena itulah, Sekretaris Perusahaan wajib memahami
informasi terkini mengenai perkembangan regulasi yang relevan dan memiliki
dampak terhadap kegiatan Perseroan.

Fungsi dan Tugas Sekretaris Perusahaan

Fungsi Sekretaris Perusahaan adalah:

 Memastikan bahwa Perseroan mematuhi peraturan tentang persyaratan


keterbukaan sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip GCG;
 Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Direksi dan Dewan
Komisaris secara berkala dan/atau sewaktuwaktu apabila diminta;
 Sebagai penghubung (liaison officer); dan
 Menatausahakan serta menyimpan dokumen Perseroan, termasuk tetapi
tidak terbatas pada Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus dan risalah
rapat Direksi, rapat Dewan Komisaris dan RUPS.

Untuk menjalankan fungsinya, Sekretaris Perusahaan mempunyai tugas:

 Mengendalikan pengelolaan strategi komunikasi untuk membangun citra


korporat;
 Bertindak selaku wakil Perseroan dalam mengkomunikasikan kegiatan
Perseroan secara akurat dan tepat waktu kepada seluruh stakeholder;
 Mengendalikan penyampaian informasi kinerja Perseroan dan corporate
action kepada otoritas bursa, investor, analisis dan para pelaku pasar
lainnya;
 Mengendalikan pelaksanaan pengelolaan mekanisme dalam
pengungkapan informasi secara eksternal sesuai dengan kepentingan
Perseroan dan kebutuhan pemegang saham serta pihak-pihak lain yang
berhubungan dengan Perseroan;
 Menyampaikan Laporan Tahunan Perseroan dan Laporan Keuangan
berkala kepada otoritas pasar modal dan otoritas bursa;
 Mengkoordinasikan penyelenggaraan rapat Direksi, rapat Direksi dengan
Komisaris, rapat kinerja Perseroan dan Rapat Umum Pemegang Saham,
serta mengendalikan keprotokolan Direksi dan administrasi
kesekretariatan Direksi;
 Mengikuti perkembangan pasar modal khususnya peraturan-peraturan
yang berlaku di bidang Pasar Modal;
 Memberikan masukan kepada Direksi Perseroan untuk mematuhi
ketentuan Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 dan
peraturan pelaksanaannya.

7) Audit Internal
Audit Internal Perseroan dipimpin oleh seorang Ketua Audit Internal
(Internal Audit & Business Controller General Manager) yang diangkat dan
diberhentikan oleh Direktur Utama atas persetujuan Dewan Komisaris serta
bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Audit Internal Perseroan senantiasa
menjunjung nilai-nilai profesionalisme, objektivitas, dan independensi dalam
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab. Melalui Sistem Pengawasan Internal,
Perseroan berupaya untuk mencapai tujuan bisnis, meningkatkan efektivitas
pengelolaan risiko serta menerapkan dan mengendalikan proses corporate
governance secara maksimal. Audit Internal bekerja dengan pendekatan yang
tertib dan sistematis untuk mengevaluasi dan memastikan efektivitas dari proses
manajemen risiko, pengendalian dan tata kelola Perseroan. Audit Internal juga
berwenang memberikan masukan dan rekomendasi atas masalah atau indikasi
yang berguna bagi pengelolaan Perseroan atau pengambilan keputusan.

Tugas dan Tanggung Jawab Audit Internal

 Melakukan pemantauan dan pengawasan internal secara independen dan


objektif terhadap aktivitas operasional Perseroan.
 Merancang dan melaksanakan rencana pemeriksaan internal tahunan
pada Perseroan.
 Melakukan pengujian dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian
internal serta sistem manajemen risiko sesuai dengan kebijakan
Perseroan.
 Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas
pengendalian internal serta kualitas kinerja di bidang akuntansi dan
keuangan, produksi, operasional, SDM, pemasaran, teknologi informasi
dan aktivitas operasional lainnya serta melakukan pemeriksaan khusus
apabila diperlukan.
 Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang
kegiatan yang diperiksa pada semua tingkatan manajemen.
 Menyusun semua laporan hasil dari pemeriksaan, serta menyampaikan
laporan tersebut kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris.
 Menjalin kerja sama yang baik dengan Komite Audit.

8) Finance Coordinator
Finance Coordinator berurusan dengan keuangan yang tugas utamanya
mengkoordinasikan masalah keuangan dengan unit perusahaan lainnya.

Tugas dari Finance Coordinator

 Bekerja sama dengan unit perusahaan lainnya untuk merencanakan serta


meramalkan beberapa aspek dalam perusahaan termasuk perencanaan
umum keuangan perusahaan.
 Menjalankan dan mengoperasikan roda kehidupan perusahaan seefisien
mungkin dengan menjalin kerja sama dengan unit perusahaan lainnya.
 Mengambil keputusan penting dalam investasi dan berbagai pembiayaan
serta hal yang terkait dengan keputusan tersebut.
 Menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, dimana perusahaan
dapat memperoleh dana dan surat berharga perusahaan dapat
dipertimbangkan.

9) Central Purchasing
Central Purchasing memiliki tugas utama dibagian pembelian barang
untuk kebutuhan perusahaan.

Tugas dari Central Purchasing


 Melakukan kontrol atas ketersediaan barang.
 Menjalin hubungan baik dengan para vendor.
 Mendata dokumentasi faktur, purchase order, work order, dan invoice.
 Menerima kedatangan barang dan mengecek kualitasnya.
 Melakukan pelaporan atas pembelian yang dilakukan kepada bagian
perusahaan yang lain.

10) Corporate Finance


Corporate Finance memiliki tugas utama mengurusi keuangan
perusahaan khususnya bagian pajak.

Tugas dari Corporate Finance

 Melakukan sortir dokumen keuangan dan mengurutkannya serta


mencatat perhitungan pajak.
 Merekonsiliasi Pajak Pertamabahan Nilai (PPN).
 Merekonsiliasi beban pajak PPh.

11) Corporate Controller


Corporate Controller memiliki tugas utama untuk mengawasi
pelaksanaan proses pengolahan data keuangan.

Tugas dari Corporate Controller


 Mengawasi pelaksanaan perpajakan perusahaan.
 Mengawasi proses pelaksanaan akuntansi keuangan.
 Memilih dan menentukan metode akuntansi yang digunakan.

12) Corporate HRD


Corporate HRD memiliki tugas utama untuk mengurus soal karyawan pada
perusahaan.

Tugas dari Corporate HRD


 Mengurusi tentang rekrutmen karyawan baru.
 Mengawasi kinerja karyawan.
 Mengurusi pengambangan karyawan melalui pelatihan.
 Memberikan kompensasi serta benefit bagi karyawan.

13) System and Technology


System and Technology memiliki tugas utama memeriksa dan
mengembangkan sistem dari proses pada teknologi perusahaan.

Tugas dari System and Technology


 Merancang dan mengembangkan sistem baru.
 Memelihara dan mengatasi sistem yang rusak.
 Menguji sistem baru.
 Mengidentifikasi kebutuhah perusahaan dari segi sistem dan teknologi.

14) Manufacturing
Manufacturing memiliki tugas utama berkaitan dengan produksi barang.

Tugas dari Manufacturing

 Mengelola dan meninjau jadwal produksi.


 Mengelola sumber daya material dan manusia yang dibutuhkan.
 Menetapkan dan memantau kualitas produk.
 Mengelola anggaran produksi.

15) Marketing
Marketing memiliki tugas pokok yaitu berkaitan dengan pemasaran dan
promosi.

Tugas dari Marketing

 Menganalisis dan menentukan target pasar.


 Merancang strategi marketing.
 Menganalisis produk dan menetapkan harga jual produk.
16) Sales and Commercial
Sales and Commercial memiliki tugas utama yaitu berkaitan dengan
penjualan produk.

Tugas dari Sales and Commercial

 Menawarkan produk kepada konsumen.


 Melakukan komunikasi dengan konsumen untuk mengetahui tingkat
kepuasan terhadap produk yang ditawarkan.
 Menjelaskan spesifikasi dan keunggulan produk kepada konsumen.

2.4 Manajemen Perusahaan

Tata Kelola Perusahaan

Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan sistem


yang mengatur struktur dan mekanisme peran Dewan Komisaris, Direksi, Pemegang
Saham dan Pemangku Kepentingan lainnya sehingga dapat berkontribusi dalam
peningkatan kinerja Perusahaan. GCG juga merupakan sebuah proses yang transparan
atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian dan penilaian kinerja. Penerapan GCG
bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan memberi nilai tambah bagi
semua pemangku kepentingan terkait dengan perusahaan. FKS FS sendiri telah
menerapkan prinsip-prinsip GCG yang terdiri dari keterbukaan, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, independensi, kesetaraan dan kewajaran dalam kegiatan sehari-
sehari di seluruh lini bisnisnya. Hal tesebut dilakukan tidak hanya sebagai bagian dari
pemenuhan atas peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (compliance) namun
juga untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan dengan
menekankan pada 2 (dua) hal utama yakni pertama, kepentingan hak pemegang saham
untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat waktunya, kedua, kewajiban
perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) informasi secara akurat, tepat
waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan
para pemangku kepentingan.

Kebijakan dan Praktik Tata Kelola Perusahaan

FKS FS telah memantapkan komitmen untuk menjadikan Tata Kelola yang Baik
sebagai acuan dari setiap kegiatan usahanya. Komitmen tersebut diwujudkan FKS FS
dengan telah memiliki Organ Perusahaan, Komite- Komite, Sistem dan Satuan Kerja
untuk memastikan penerapan tata kelola yang transparan dan terukur. Perseroan juga
terus berupaya menjadikan GCG sebagai bagian dari tanggung jawab bersama, serta
ketaatan terhadap prinsipprinsip tata kelola sebagai budaya yang terwujud dalam
perilaku sehari-hari bagi semua karyawan. Dalam penerapannya, Perseroan senantiasa
berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang berlaku, antara lain:

1. Undang-undang Republik Indonesia


 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi;
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
 Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 32/ SEOJK.04/2015
tanggal 17 November 2015 tentang Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Terbuka;
 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 21/POJK.04/2015 tanggal 16
November 2015 tentang Penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Terbuka;
 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 8/POJK.04/2015 tanggal 26
Juni 2015 tentang Situs Web Emiten atau Perusahaan Publik.
3. Pedoman GCG Komite Nasional Kebijakan Governance
 Pedoman GCG Indonesia yang dikembangkan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance tahun 2006.

Pada dasarnya penerapan GCG dalam Perseroan bertujuan untuk:

1. Mengoptimalkan daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun


internasional, sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup
berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan Perseroan;
2. Mendorong pengelolaan secara profesional, efisien, dan efektif, serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Perseroan;
3. Mendorong Perseroan dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan
yang dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundangundangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial
Perseroan terhadap pemangku kepentingan maupun kelestarian lingkungan
di sekitar Perseroan;
4. Meningkatkan kontribusi Perseroan dalam perekonomian nasional; serta
5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.

Prinsip Tata Kelola Perusahaan

1. Transparansi
Pengungkapan informasi Perusahaan dan fakta material secara tepat
waktu, jelas, akurat dan dapat diakses oleh publik. Mengacu pada Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan No. 8/POJK.04/2015 mengenai Situs Web Emiten atau
Perusahaan Publik, Perseroan telah melaksanakan prinsip keterbukaan informasi
yang terbuka untuk umum, aktual, dan terkini. Selain itu, Perseroan juga
melakukan komunikasi melalui jalur publikasi, seperti paparan publik,
pertemuan analis, dan roadshow investor. Perseroan juga menerapkan prinsip ini
lewat penerbitan Laporan Tahunan serta Laporan Keuangan yang diupdate
secara berkala, yang meliputi laporan keuangan tahunan, tengah tahunan, dan
triwulan.
2. Akuntabilitas
Menetapkan fungsi, struktur, sistem, dan pelaksanaan
pertanggungjawaban organ Perusahaan sehingga dapat berjalan secara efektif.
Implementasi prinsip ini dilakukan dengan pembagian tugas yang jelas antar
organ Perseroan, termasuk dengan merinci tugas dan wewenang Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris, Direksi, dan ukuran kinerjanya.
Perseroan juga menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent) serta taat pada
hukum dan peraturan yang berlaku dalam melaksanakan sistem pengendalian
dan manajemen risiko Perseroan.

3. Tanggung Jawab
Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi
yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku termasuk dengan tanggung
jawab sosial perusahaan. Perseroan menerapkan prinsip tanggung jawab dengan
mematuhi ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, serta melaksanakan
kewajiban keterbukaan informasi sesuai regulasi yang ditetapkan.

4. Independensi
Perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip prinsip korporasi yang sehat. Penerapan
prinsip ini antara lain dengan saling menghormati hak, kewajiban, tugas,
wewenang, serta tanggung jawab di antara organ Perseroan; Pemegang saham
dan Dewan Komisaris tidak melakukan intervensi terhadap pengurusan
Perseroan; serta Dewan Komisaris, Direksi, dan seluruh karyawan senantiasa
menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam pengambilan keputusan.

5. Kewajaran
Perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder
yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.
Prinsip kewajaran diterapkan Perseroan antara lain dengan memberikan hak
pemegang saham untuk menghadiri dan memberikan suara dalam RUPS bagi
seluruh pemegang saham sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
memberikan kondisi lingkungan kerja yang baik dan aman bagi seluruh
karyawan sesuai dengan kemampuan Perseroan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Manajemen Resiko

Keberlanjutan usaha akan selalu dihadapkan dengan eksposur berbagai


risiko yang timbul baik secara langsung maupun tidak langsung dari kegiatan
usahanya. FKS FS memandang hal ini sebagai sesuatu yang wajar dan harus
diantisipasi. Perseroan telah menetapkan suatu sistem pengelolaan risiko sesuai
dengan kebutuhan perusahaan yang dapat mengidentifikasi, mengukur,
mempelajari dan memitigasi risiko di seluruh lini bisnis FKS FS. Pengelolaan
risiko akan terus ditingkatkan mengadaptasi dari perubahan bisnis baik dari
internal maupun secara industri. Dalam menjalankan kegiatan usaha, Perseroan
menghadapi beberapa risiko yang ditangani melalui tiga cakupan; upaya
pencegahan risiko, mitigasi risiko, ataupun pengalihan risiko.

Evaluasi yang Dilakukan atas Efektivitas Sistem Manajemen Risiko

Perseroan secara berkala mengevaluasi risiko bisnis yang ada dengan


mengembangkan dan meningkatkan kerangka manajemen risiko dan struktur
pengendalian internal yang terpadu dan komprehensif. Kegiatan ini dilakukan
secara berkelanjutan sehingga dapat memberikan informasi adanya potensi
risiko secara lebih dini untuk selanjutnya dapat diambil langkah-langkah yang
memadai untuk meminimalkan dampak risiko. Kerangka manajemen risiko
Perseroan dituangkan dalam kebijakan, prosedur, job description, serta berbagai
perangkat manajemen risiko yang berlaku di seluruh lingkup aktivitas usaha
Perseroan.

Risiko-Risiko yang Dihadapi Perusahaan dan Pengelolaan Risiko

Pada dasarnya, potensi risiko yang dihadapi Perseroan terbagi menjadi 2


(dua), yaitu potensi risiko operasional dan keuangan.

Potensi Risiko Operasional yang Dihadapi Perseroan adalah sebagai berikut:

 Risiko Terhadap Ketergantungan Penyediaan dan Fluktuasi Harga Bahan


Baku
Manajemen atas risiko ini dijalankan dengan menerapkan
kebijakan tingkat persediaan dan pemesanan bahan baku yang
disesuaikan dengan kebutuhan produksi serta demand level masing-
masing produk serta dengan menjaga hubungan baik dengan supplier.
Dalam proses produksinya, Perseroan menggunakan tepung terigu yang
merupakan bahan baku impor yang dipengaruhi oleh fluktuasi harga
pasar internasional dan nilai tukar Rupiah. Selain bahan baku utama,
minyak goreng kelapa sawit yang merupakan turunan produk dari
minyak sawit mentah adalah komoditi yang harga perolehannya juga
ditentukan oleh harga pasar dunia. Harga komoditi seperti gandum dan
kelapa sawit, fluktuatif pada beberapa tahun terakhir dan mungkin akan
terus fluktuatif selama beberapa tahun ke depan karena kondisi yang
tidak dapat dikendalikan Perseroan, termasuk perkembangan ekonomi,
fluktuasi mata uang, ketersediaan bahan baku, cuaca, permintaan
konsumen, pajak, perubahan kebijakan pemerintah dan kondisi-kondisi
lainnya.

 Risiko Persaingan Usaha


Untuk mengatasi risiko persaingan usaha, Perseroan senantiasa
meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan dan menjaga kualitas serta
ketersediaan pasokan produk di pasar. Industri makanan, sebagai salah
satu industri yang cukup pesat perkembangannya dewasa ini, selalu
dipantau dengan ketat oleh Perseroan. Indonesia merupakan pasar yang
potensial bagi produsen makanan untuk memasarkan produknya. Hal ini
mengingat jumlah penduduk Indonesia yang padat dan membaiknya
tingkat pendapatan per kapita masyarakat sejalan dengan laju
pertumbuhan perekonomian Indonesia beberapa tahun belakangan ini.
Melihat kondisi tersebut, industri ini memiliki prospek yang cerah
sehingga akan mengundang investor baru masuk ke industri ini.
Masuknya pesaing-pesaing baru, baik perusahaan baru maupun
perusahaanperusahaan sejenis yang telah ada sebelumnya menambah
ketatnya persaingan di industri makanan. Sementara untuk industri beras,
adanya kebijakan Pemerintah yang hanya mengizinkan impor beras
dilakukan oleh BULOG dengan tujuan untuk menjaga ketahanan pangan
dan stabilitas harga, menjadikan persaingan usaha masih berkisar di
dalam negeri.

 Risiko Kebiasaan & Selera Makan


Untuk menghadapi risiko kebiasaan dan selera makan, Perseroan
meningkatkan kegiatan riset Perseroan atas preferensi konsumen produk
Perseroan sehingga hasil riset tersebut dapat memberikan masukan
kepada kegiatan operasional Perseroan. Bagaimanapun, sebagai produsen
makanan di sektor industri makanan olahan, Perseroan menghadapi
risiko berubahnya kebiasaan dan selera makan konsumen yang dapat
menyebabkan menurunnya pangsa pasar Perseroan. Dengan berubahnya
tren atau kebiasaan selera makan yang dapat disebabkan oleh perubahan
demografi serta karakterisik konsumen dan beragam perayaan hari raya
serta liburan, maka penurunan tingkat konsumsi oleh konsumen tersebut
mungkin terjadi dan berdampak pada menurunnya pangsa pasar
Perseroan.

 Risiko Produk Tercemar


Perseroan berkomitmen untuk menjamin produk pangan yang
dihasilkan aman dan bermutu konsisten dengan quality control yang
ketat. Untuk itu, diterapkan sistem keamanan pangan dan sistem
manajemen mutu yang secara terus menerus dijaga dan ditingkatkan
dengan mengacu pada Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) atau
Good Manufacturing Practices (GMP).

 Risiko Kehilangan Sertifikasi Halal


Untuk menjamin kehalalan produk, semua produk pangan yang
dihasilkan oleh Perseroan telah disertifikasi dan memperoleh Sertfikat
halal dari LPOM MUI. Dengan memperhatikan demografi pasar
Perseroan, pembaharuan sertifikasi halal secara berkelanjutan penting
bagi keberhasilan usaha Perseroan. Apabila Perseroan tidak dapat
memperbaharui atau mempertahankan sertifikat halalnya atau apabila
para konsumen kehilangan kepercayaan terhadap pemenuhan persyaratan
halal pada produk Perseroan, hal tersebut dapat berdampak negatif dan
material terhadap kegiatan usaha Perseroan. Perseroan senantiasa
memperhatikan faktor higienis dan persyaratan yang ditetapkan oleh
instansi yang berwenang untuk mempertahankan sertifikat halal.

 Risiko Produk Kadaluarsa


Industri makanan umumnya menghadapi risiko produk
kadaluarsa karena makanan tidak dapat bertahan terlalu lama, sehingga
dapat terjadi peningkatan harga pokok penjualan yang pada akhirnya
dapat mengakibatkan penurunan laba Perseroan. Manajemen risiko
produk kadaluarsa dijalankan dengan proses pengawasan kualitas produk
dan Perseroan selalu memastikan produk-produk Perseroan aman bagi
konsumen.

 Risiko Kebakaran
Dalam menghadapi risiko kebakaran, Perseroan menerapkan
sistem penanggulangan kebakaran berupa, penyediaan sarana jalan untuk
menyelamatkan diri, pengendalian asap, panas dan gas serta Standard
Operating Procedure (SOP) untuk seluruh karyawan jika terjadi suatu
kebakaran. Untuk menanggulangi kerugian akibat kebakaran, Perseroan
juga telah terlindungi dengan asuransi yang dimiliki Perseroan.

 Risiko Pemogokan Tenaga Kerja


Seperti halnya perusahaan-perusahaan lain, masalah buruh
merupakan salah satu faktor yang cukup sensitif terhadap perkembangan
kebijakan pemerintah, misalnya masalah upah minimum. Risiko yang
mungkin terjadi akibat pemogokan tenaga kerja adalah dari menurunnya
efektifitas produksi sampai dengan terhentinya kegiatan produksi
Perseroan yang pada akhirnya dapat merugikan Perseroan. Karena itulah,
Perseroan senantiasa membina hubungan baik dan harmonis dengan para
pekerja dan selalu memperhatikan kesejahteraan karyawannya dengan
menentukan tingkat kompensasi yang mengikuti upah minimum regional
yang berlaku setiap tahunnya dan mendirikan koperasi yang
diperuntukkan bagi karyawan.

 Risiko Kebijakan Pemerintah


Untuk bisnis makanan, risiko yang dihadapi Perseroan mengenai
perubahan kebijakan pemerintah seperti penyesuaian harga beberapa
kebutuhan pokok masyarakat dapat memberikan dampak yang cukup
signifikan terhadap kegiatan usaha Perseroan baik secara positif maupun
negatif.

 Risiko Kondisi Perekonomian


Pada umumnya, setiap perusahaan di Indonesia senantiasa
dihubungkan dengan kondisi ekonomi di Indonesia, demikian juga
dengan kinerja Perseroan. Adapun faktor-faktor ekonomi yang dapat
mempengaruhi kinerja Perseroan adalah sebagai berikut:
 Kenaikan tingkat suku bunga dan inflasi;
 Pelemahan perekonomian nasional, regional dan lokal;
 Perubahan perpajakan.

Jika kondisi-kondisi tersebut terjadi, maka akan berdampak pada


kondisi pasar dan pada akhirnya berdampak juga terhadap kegiatan
usaha, prospek, profitabilitas, kondisi keuangan dan hasil operasional
Perseroan. Karena itulah, Perseroan cermat melihat perkembangan
kondisi perekonomian negara dan secara hati-hati mengaplikasikannya
dalam kegiatan bisnis Perseroan.

Definisi dan Potensi Risiko Keuangan yang Dihadapi Perseroan Dalam


menjalankan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan, Perseroan menghadapi
risiko keuangan yaitu risiko kredit, risiko likuiditas, risiko nilai tukar dan risiko
suku bunga. Perseroan mendefinisikan berbagai risiko yang dihadapi beserta
pengelolaannya sebagai berikut:

 Risiko Kredit
Risiko yang muncul karena adanya kemungkinan pelanggan
gagal bayar atas semua atau sebagian utang kepada Perseroan (Piutang
Perseroan), dan atau memenuhi pembayaran utang kepada Perseroan
tidak tepat waktu sehingga dapat menyebabkan kerugian Perseroan.
Perseroan mengendalikan risiko kredit dengan menetapkan kebijakan
jaminan pembayaran berupa bank garansi dan aset tetap. Setiap
pelanggan baru harus melalui persetujuan Direksi. Direksi
mempertimbangkan reputasi dan rekam jejak pelanggan baru sebagai
salah satu bahan pertimbangan dalam memberikan persetujuan atau
melakukan penolakan.

 Risiko Likuiditas
Perseroan menetapkan risiko kolektibilitas dari piutang usaha
sehingga Perseroan dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi
liabilitas yang terkait dengan liabilitas keuangan. Perseroan berusaha
keras agar dapat secara tepat waktu membayar semua liabilitas pada saat
jatuh tempo. Untuk memenuhi komitmen kas, Perseroan mengupayakan
agar kegiatan operasi dapat menghasilkan kas masuk yang cukup.
Perseroan mengelola risiko likuiditas dengan melakukan pengawasan
proyeksi dari arus kas aktual secara terus menerus serta pengawasan
tanggal jatuh tempo dari liabilitas keuangan.

 Risiko Suku Bunga


Merupakan risiko perubahan dan atau fluktuasi suku bunga atas
instrumen keuangan. Perseroan berpotensi terdampak risiko suku bunga
terutama menyangkut liabilitas keuangan. Pada saat ini, Perseroan
menerapkan kebijakan atau pengaturan tertentu untuk mengelola risiko
tingkat bunga dengan:
 Selektif dengan penawaran suku bunga pinjaman, sehingga
memperoleh pinjaman dengan suku bunga yang menguntungkan
tanpa menambah eksposur suku bunga pinjaman yang berisiko; dan
 Mengendalikan beban bunga dengan membuat kombinasi utang dan
pinjaman jangka panjang dengan suku bunga tetap dan mengambang.

 Risiko Nilai Tukar Mata Uang


Merupakan risiko yang timbul karena fluktuasi nilai tukar mata
uang asing yang akan berdampak pada instrumen keuangan Perseroan
terutama kas dan setara kas, investasi, dan pinjaman. Risiko nilai tukar
mata uang adalah risiko dimana nilai wajar atau arus kas masa
mendatang dari suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi akibat
perubahan nilai tukar mata uang asing. Instrumen keuangan Perseroan
yang mempunyai potensi atas risiko nilai tukar mata uang terutama
terdiri dari kas dan setara kas, piutang usaha, utang usaha dan utang
bank. Untuk mengelola berbagai risiko tersebut, Perseroan telah
menetapkan kebijakan, antara lain:
 Pemberian jaminan kredit dari pelanggan untuk meminimalkan
risiko piutang yang tidak tertagih;
 Meminimalkan tingkat suku bunga dan beban keuangan;
 Membuat perencanaan keuangan yang berimbang, sehingga dapat
memenuhi liabilitas keuangan; dan
 Kegiatan manajemen risiko keuangan dilakukan dan dikelola di
pusat.

Sistem Pengendalian Internal

Dalam rangka menunjang tugas Direksi dalam hal pengelolaan dan


pengamanan finansial dan operasional, Perseroan telah membentuk sistem yang
dijalankan melalui mekanisme yang baik sehingga mampu menciptakan
pengendalian dan mitigasi risiko yang terlaksana secara efektif. Sistem
pengendalian secara internal pada dasarnya dikembangkan dengan mengacu
pada aspek-aspek berikut:
 Proses atau kegiatan pengendalian internal dirancang secara dinamis agar
dapat mengikuti perkembangan usaha Perseroan.
 Pengendalian internal disusun dengan terstruktur agar berjalan efisien
dan efektif.
 Pengelolaan risiko usaha dalam mengindentifikasi menganalisis dan
menilai risiko.
 Pengendalian terhadap unit dan satuan kerja dalam mengelola
kewenangan otorisasi, rekonsiliasi dan verifikasi.
 Pengendalian dalam penilaian prestasi kerja dan pembagian tugas demi
keamanan terhadap aset Perseroan.

Pengendalian Internal dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan-tujuan


berikut:

1. Tujuan-tujuan operasi yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi operasi


Sistem pengendalian internal dilaksanakan dengan maksud untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari semua kegiatan operasi
Perusahaan sehingga dapat mengendalikan biaya yang bertujuan untuk
mencapai tujuan Perusahaan.
2. Tujuan-tujuan pelaporan Sistem pengendalian internal dilaksanakan dengan
maksud untuk meningkatkan keandalan data serta catatan-catatan akuntansi
dalam bentuk laporan keuangan dan laporan manajemen sehingga tidak
menyesatkan pemakai laporan tersebut dan dapat diuji kebenarannya.
3. Tujuan-tujuan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Sistem
pengendalian internal dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan
ketaatan entitas terhadap hukum dan peraturan yang telah ditetapkan
pemerintah, pembuat aturan terkait, maupun kebijakan entitas itu sendiri.

BAB III
PROSES PRODUKSI KIMIA

3.1 Bahan baku yang digunakan


 Tepung terigu
Tepung terigu yang digunakan adalah tepung terigu Naga Hijau dan
Beruang Biru yang diproduksi oleh PT Sriboga Raturaya, Tanjung Emas-
Semarang, Indonesia. Tepung terigu berfungsi sebagai pembentuk jaringan
akibat pembentukan gluten dan protein.
Berdasarkan kandungan gluten (protein), tepung terigu dapat dibedakan
3 macam sebagai berikut :
1. Hard flour, tepung ini berkualitas baik. Kandungan proteinnya 12-13%. Sifat
elastisnya baik dan tidak mudah putus Tepung ini biasanya digunakan untuk
pembuatan : roti, pasta, mie berkualitas tinggi
2. Medium hard flour, tepung terigu jenis ini mengandung protein 9,5-11%.
Tepung ini banyak digunakan untuk pembuatan roti, mie, macam-macam kue,
serta biskuit
3. Soft flour, terigu ini mengandung protein sebesar 7-8,5%. Terigu ini cocok
sebagai bahan pembuatan kue dan biskuit.
 Tepung Tapioka
Tepung tapioka yang digunakan di produksi oleh PT Sinar Pematang
Mulia, Lampung Tengah. Tepung tapioka ini didatangkan tiap 1 minggu sekali
sekitar ± 17 ton.
 Tepung Sagu
Tepung sagu diperoleh dari ekstraksi sagu. Penambahan tepung sagu ini
digunakan untuk mengurangi penggunaan terigu dalam pembuatan mie. Tepung
sagu yang digunakan di produksi oleh PT Bina Sago Lestari, Indonesia.
 Tepung Mocal
Tepung mocal yang digunakan berasal dari Trenggalek. Tepung mocal
ini merupakan tepung campuran

3.2 Bahan baku utama


 Alkali
Alkali dalam pembuatan mie berfungsi untuk menguatkan adonan supaya dapat
mengembang dengan baik, mempercepat proses gelatinasi pati, meningkatkan kehalusan
tekstur mie dan meningkatkan viskositas adonan yang akan memperbaiki kekenyalan
mie. Standar pH alkali mie 9-10, suhu alkali 200C, homogenitas rata dan warna kunin.
 Air
Air berfungsi untuk mengikat protein, membentuk sifat kenyal gluten, mengikat pati
(karbohidrat), sebagai pelarut garam, gula. Air yang digunakan memiliki pH antara 6-9,
karena makin tinggi pH air maka mie yang dihasilkan tidak mudah patah karena
absorbsi air meningkat dengan meningkatnya pH.
 Garam dapur
Garam dapur berfungsi untuk memberikan rasa, memperkuat tekstur mie, meningkatkan
fleksibilitas dan elastisitas mie, mengikat air, menghambat aktivitas enzim protease dan
amilase sehingga mie tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebihan.
 Zat warna
Zat warna yang digunakan adalah tartazine yellow yang berfungsi untuk memberikan
warna khas pada mie. Dalam pembuatan mie pewarna biasanya dicampur dengan garam
dan dilarutkan ke dalam air yang akan digunakan untuk pembentukan adonan.
 Minyak goreng
Fungsi dari minyak goreng adalah sebagai medium penggorengan bahan, penghantar
panas, menambah rasa gurih dan kalori dalam bahan makanan. Minyak yang digunakan
adalah minyak sawit. Minyak goreng digunakan pada proses frying.

3.3 Proses produksi Kimia


Tahap-tahap Proses yang Dikerjakan
Tahap-tahap proses pembuatan mie di PT Tiga Pilar Sejahtera Food sebagai
berikut :
a. Pengangkutan dengan screw
Bahan baku yang telah disiapkan sesuai dengan komposisi dituang ke dalam
screw. Tabel komposisi mie instan dapat dilihat pada tabel 4. Fungsi screw adalah
menaikkan tepung terigu dan tepung tapioka ke dalam mesin mixer

N PRODUK KOMPOSISI
O
1 INMKAP 125TT + 10TP + 10TG + 4TS + 2NH + 3 KENDI
2 INMKJB 125TT + 10TP + 10TG + 4TS + 2NH + 3 KENDI
3 INMKKJ 125TT + 10TP + 10TG + 4TS + 2NH + 3 KENDI
4 INMKHC 125TT + 10TP + 10TG + 4TS + 2NH + 3 KENDI
5 INWFP 225TT + 15 TP
6 INHSAB 9TT + 10TP
7 MISCO K 175TT + 25TP + 20TG
8 MIFEO 175TT + 25TP + 20TG
9 MISCC 175TT + 25TP + 20TG
10 INMKHC 125TT+10TP+10TG+4TS
11 INMHCB 125TT+10TP+10TG+4TS
Sumber : PT Tiga Pilar Sejahtera Food
Keterangan :
TT : Tepung Terigu
TP : Tapioka
TG : Tepung Gandum
TS : Tepung sagu
NH : Tepung terigu naga hijau

b. Pencampuran (mixing)
Mixing adalah proses pencampuran dengan pengadukan tepung terigu dan bahan
tambahan (tepung tapioka, air dan air alkali. Lama proses mixing untuk waktu
mixing kering (pencampuran tepung terigu dengan tepung tapioca dengan
kecepatan yang tinggi) selama 3 menit dan waktu mixing basah (pencampuran
tepung terigu dan tepung tapioka yang ditambah dengan alkali dengan kecepatan
yang rendah) selama 11 menit sehingga adonan menjadi homogen, dan dihasilkan
adonan yang lunak, lembut, halus dan kompak. Suhu selama mixing yaitu maksimal
34 0C Selama mixing kadar air dari bahan sebesar 32%-34%. Faktor yang
mempengaruhi mixing adalah volume air alkali tidak boleh terlalu banyak / sedikit,
karena jika penambahan air alkalinya terlalu banyak akan menyebabkan adonan
menjadi lembek dan jika penambahan air alkali terlalu sedikit adonan yang
dihasilkan akan rapuh dan mudah patah, waktu mixing (waktu mixing kering
selama 3 menit dan waktu mixing basah selama 11 menit dan kondisi mixer dalam
keadaan baik. Setelah adonan jadi dilakukan pemerikasaan kadar air, uji gluten,
suhu adonan, kekalisan adonan supaya hasil mie yang dihasilkan baik dan
memenuhi standar. Setelah adonan jadi kemudian diturunkan ke dalam feeder untuk
kemudian dilakukan pressing.
c. Pembentukan lembaran (Sheeting dan Slitting)
Sheeting adalah pembentukan lembaran adonan mie melalui 7 roll press yang
mempunyai perbedaan ketebalan sehingga pada proses ini akan di capai ketebalan
tertentu dan lembaran siap untuk di slitting (suatu proses pemotongan 30 lembaran-
lembaran tipis menjadi untaian-untaian yang bergelombang). Tebal shetting untuk
mie jenis INHSAB roll press 1: 5,5±1; roll press 2: 4±1; roll press 3: 2,4±0,5; roll
press 4: 1,8±0,5; roll press 5: 1,3±0,5; roll press 6: 1,1±0,2; roll press 7: 1-1,05.
Faktor yang mempengaruhi hasil shetting adalah kondisi adonan (kalis), setting
rollpres dan kondisi rollpres harus benar karena jika setting rollpres tidak seimbang
akan menyebabkan tingkat kematangan tidak seragam dan tingkat kering mie tidak
seragam
Proses Sheeting (pembentukan lembaran) bertujuan untuk menghaluskan serat-
serat gluten dan membuat lembaran adonan. Adonan yang telah menjadi lembaran-
lembaran tipis dicetak oleh mesin roll sliting dengan tujuan agar lembaran-lembaran
tadi menjadi untaian yang bergelombang. Alat yang digunakan untuk slitting adalah
sliter, untaian mie diterima oleh waving conveyor. Sebelum masuk waving
conveyor untaian mie akan melewati alat pembagi untaian (devider) menjadi 5
jalur. Pada waving conveyor terjadi penggelombangan untaian mie. Jumlah untaian
per jalur 70-80 untaian. Tergantung jenis mie yang diproduksi. Mutu sisir pinggiran
jalur mie berupa halus, ulet dan tidak putus-putus.
d. Pemotongan (Forming cutting dan shaping folding)
Forming cutting adalah suatu proses memotong lajur mie pada ukuran tertentu.
Faktor yang mempengaruhi forming cutting adalah hasil shetting dan kondisi slitter
serta cutter. Shaping folding adalah suatu proses memotong mie dengan melipat
menjadi dua bagian sama panjang. Panjang pemotongan mie adalah 21-22 cm yang
kemudian dilipat menjadi dua dengan bantuan cangkulan, sehingga akan terbentuk
mie yang lipatannya sama panjang. Proses pemotongan mie ini dilakukan dengan
cutter. Pada proses pemotongan mie ini dilengkapi dengan sebuah roller memanjang
dengan pisau panjang.

e. Pengukusan (steaming)
Steaming adalah proses pengukusan untaian mie yang keluar dari slitter secara
kontinyu dengan memakai steam (uap air panas). Pada proses ini terjadi gelatinisasi
pati dan koagulasi gluten sehingga dengan terjadinya hal tersebut akan
menyebabkan timbulnya kekenyalan mie. Hal ini disebabkan oleh putusnya ikatan
hidrogen, sehingga rantai ikatan kompleks pati dan gluten lebih rapat. Pada waktu
sebelum dikukus, ikatan bersifat lunak dan fleksibel, tetapi setelah dikukus menjadi
keras dan kuat. Untaian-untaian mie yang bergelombang masuk kedalam mesin
conveyor (alat pemindah) yang berjalan menuju steam box. Untaian mie yang
bergelombang diberi uap panas, sehingga pada proses ini akan diperoleh mie yang
mempunyai tekstur yang baik yaitu lembut, lunak dan elastis. Alat yang digunakan
untuk proses steaming adalah steamer. Proses steaming dilakukan pasa suhu 950C -
1000C dengan tekanan 1,5 - 2 Bar, waktu steaming yang dibutuhkan adalah 125 -
135 menit. Faktor yang mempengaruhi hasil steaming adalah kualitas uap steam
yang stabil supaya mie dapat matang merata, pengaturan suhu dan tekanan steam
tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah serta kondisi adonan yang stabil (kalis).

f. Penggorengan (Frying)
Pada proses ini minyak yang digunakan adalah minyak sawit. Tujuan dari
penggorengan mie adalah untuk mematangkan dan mengawetkan mie secara alami
dengan cara mengurangi kadar air sampai 3 - 5 %. Pada proses ini membutuhkan
waktu 75 detik dan suhu yang digunakan adalah untuk suhu depan 1150C-1250C,
dan untuk suhu belakang 1400C-1500C. Tujuannya agar terjadi dehidrasi lebih
sempurna sehingga kadar airnya maksimal 4 %. Suhu minyak yang tinggi
menyebabkan air menguap dengan cepat dan menghasilkan pori-pori halus pada
permukaan mie, sehingga waktu penyerapan air dipersingkat, Penggorengan ini
diawali dengan merapikan mie kedalam mangkokpenggorengan. Tahap pertama
yang dilakukan adalah pemanasan dan kemudian baru dimasukkan mie kedalam
minyak panas. Pada proses ini terjadi perpindahan panas yang mengakibatkan
penguapan air dalam mie. Minyak dipanaskan dengan menggunakan steam melalui
heat exchanger.

g. Pendinginan (coolling)
Cooling atau pendinginan adalah proses pendinginan dengan menggunakan
kipas angin atau blower, proses pendinginan dilakukan selama 165 detik dengan
suhu mie cooling maksimal 300C. setelah mie mengalami pendinginan dilakukan
uji organoleptik meliputi kematangan mie, bentuk mie dan warna, selain itu juga
mie diukur panjang, lebar dan tebal mie.

h. Pengisian Seasoning
Seasoning adalah bumbu yang ditambahkan pada mie instan. Seasoning ini
terdiri dari 2 yaitu seasoning powder dan seasoning oil. Seasoning powder terdiri
dari bumbu bubuk dengan berat standar 4,9 ± 0,2 dan cabe bubuk dengan berat
standar 0,4 ± 0,1, dan untuk seasoning oil mempunyai berat standar 2,9 ± 0,2.
Pengisian seasoning ini dilakukan setelah mie keluar dari pendingin dan menuju
konveyor pembagi. Pemberian seasoning ini dilakukan secara manual oleh tenaga
kerjanya, pengisian harus teliti tidak boleh sampai ada yang terlewati. Bahan yang
digunakan untuk membuat bumbu mie instan antara lain garam, gula, monosodium
glutamat, hidrolisat protein sayur, Penyedap rasa, bubuk bawang merah, bubuk
bawang putih, daun bawang kering, bubuk lada, dan bubuk cabai. Komponen
minyak terbuat dari minyak sayur dan bawang merah.

i. Packing
Setelah semua mie diberi seasoning kemudian di kemas dengan menggunakan
etiket yang telah disiapkan melalui konveyor pembagi. Tujuan dari pengemas
adalah untuk melindungi dan menjaga mutu produk dalam penyimpanan dan
pendistribusian sehingga mie tidak mengalami penurunan kualitas sampai ke
konsumen. Pengemasan ini melalui dua tahap yaitu pengemasan primer dengan
menggunakan etiket plastik dan pengemas sekunder dengan karton. Mesin
pengemas bekerja dengan mengemas bagian bawah kemasan dengan long sealer.
Penutupan dan pemotongan dengan menggunakan end sealer. Setelah pengemasan
selesai, dilakukan pengepakan ke dalam karton, setiap karton berisi 40 bungkus mie
instan. Pengendalian pada proses ini dilakukan terhadap pemberian kode produksi
baik pada etiket maupun pada karton, barcode, kebocoran pada etiket mie, lem
karton, isi/dus (pcs) dan kelengkapan produk.

j. Kartoning
Proses ini dilakukan setelah mie sudah dikemas dan ditata rapi didalam karton,
kemudian di sealer dan diberi tanggal kadaluarsa. Setiap karton berisi 30 bungkus
mie instan.
3.4 Bagan aliran proses produksi Kimia

3.5 Produk kimia yang dihasilkan dan limbah


Penanganan limbah di PT Tiga Pilar Sejahtera Food ada tiga macam yaitu
limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Untuk limbah padat terdiri dari potongan mie
yang jatuh, etiket yang rusak, kardus yang rusak dan gumpalan mie. Porongan mie yang
jatuh pada lantai kemudian dibuang di tempat sampah dan dilakukan pembakaran
setelah kering. Untuk gumpalan minyak yang berasal dari proses cutting sampai frying
dipisahkan dari air dan dibuang. Untuk limbah etiket dikumpulkan dan dijual untuk di
daur ulang, dan untuk limbah kardus dikumpulkan dan kemudian di jual. Limbah cair
yang berupa sisa steaming, ditampung dalam bak penampung. Dalam bak penampung
tersebut kemudian di ukur pH nya di laboratorium. Untuk limbah gas yang berupa uap
steaming dan dari pendinginan serta frying dibuang melalui cerobong asap.

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan Penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan
1. Dapat mengetahui proses pembuatan mie instan dari penanganan bahan baku
sampai produk akhir yang ternyata melalui proses yang cukup panjang.
2. Mie adalah produk pangan yang terbuat dari tepung terigu yang dengan
penambahan bahan tambahan pangan yang diizinkan sehingga berebentuk khas
mie, bahan tambahan yang ditambahkan adalah alkali, air, garam dapur, zat
pewarna tartazine yellow, dan minyak goreng.
3. Tahap-tahap pembuatan mie instan yaitu bahan baku tepung terigu di taung ke
dalam corong, penyedotan dengan screw, mixing, penurunan je feeder, pressing,
sheeting, forming, cutting, steaming, shaping folding, frying, cooling,
pengisisan, seasoning, packing, dan yang terakhir kartoning.
4. Fase kritis proses produksi mie instan terletak pada proses frying, hal tersebut
karena pemenasan secara terus menerus dengan kadar air pada bahan yang tinggi
menyebabkan minyak mengalami proses hidrolisis yang berakibat pada
meningkatnya kadar FFA minyak.

4.2 Saran
1. Menjaga kebersihan selama proses produksi karena proses produksi mie
umumnya lebih terbuka sehingga mudah terpapar bakteri, contoh dari menjaga
kebersihan tersebut yaitu karyawan yang selalu memakai masker, sarung tangan
dan alat pelindung lainnya agar baketeri dari tubuh tidak berpindah ke produk
yang dibuat.
2. Memasang filter pada cerobong asap untuk mengurangi pencemaran udara oleh
gas karbon monoksida, prinsipnya dengan mengubah gas karbon monoksida
tersebut menjadi gas karbon dioksida yang lebih ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

PT FKS Food Sejahtera Tbk. Annual Report 2020. Diakses pada 26 November 2021,
dari https://tpsfood.id/wps/wp-content/uploads/2021/07/AISA-Annual-Report-
2020.pdf

PT FKS Food Sejahtera Tbk. Diakses pada 04 Desember 2021, dari https://fksfs.co.id/
Ningsih, Tri Puji Noviani. (2009). Tugas Akhir Proses Produksi Mie Instan Di PT Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk Sragen-Jawa Tengah. dari https://adoc.pub/tugas-
akhir-proses-produksi-mie-instan-di-pt-tiga-pilar-seja.html

Riandi2611. (2021). FKS Food. Diakses pada 05 Desember 2021, dari


https://id.m.wikipedia.org/wiki/FKS_Food
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai