Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI KOAGULASI 1.

TUJUAN Menentukan dosis koagulan optimum Menentukan pH optimum Mengetahui pengaruh waktu dan intensitas pengadukan dalam proses koagulasiflokulasi 2. DASAR TEORI Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan

membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia. Salah satu contoh pengolahan limbah secara kimia adalah koagulasi-flokulasi. Koagulasi flokulasi adalah salah satu proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid. Dimana partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisik. Pada proses koagulasi, koagulan dan air limbah yang akan diolah dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat kemudian dilakukan pengadukan secara cepat agar diperoleh campuran yang

merata distribusi koagulannya sehingga proses pembentukan gumpalan atau flok dapat terjadi secara merata pula. Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan partikel koloid, suspended solid halus dengan penambahan koagulan disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan kimia secara merata. Proses flokulasi dilakukan setelah proses koagulasi dimana pada proses koagulasi kekokohan partikel koloid ditiadakan sehingga terbentuk flok-flok lembut yang kemudian dapat disatukan melalui proses flokulasi. Flokulasi adalah tahap pengadukan lambat yang mengikuti unit pengaduk cepat. Tujuan dari proses ini adalah untuk mempercepat laju tumbukan partikel. Mekanisme koagulasi flokulasi secara umum adalah padatan terendapkan karena penambahan koagulan (dengan kecepatan tinggi) diikuti dengan flokulan (kecepatan rendah). Jenis koagulan flokulan yang biasanya digunakan adalah Alumunium sulfat (Tawas), FeCl3, Ca(OH)2, dan polimer. Dosis koagulan berbeda-beda tergantung dari jenis koagulan yang dibubuhkan, temperatur air, serta kualitas air yang diolah. Penentuan dosis koagulan dapat dilakukan melalui penelitian laboratorium dengan metode jar test. Prosedur jar test pada prinsipnya merupakan proses pengolahan air skala kecil. Jar Test adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan kondisi operasi optimum pada proses pengolahan air dan air limbah. Metode ini dapat menentukan nilai pH, variasi dalam penambahan dosis koagulan atau polimer, kecepatan putar, variasi jenis koagulan atau jenis polimer, pada skala laboratorium untuk memprediksi kebutuhan pengolahan air yang sebenarnya. Metode mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi untuk menghilangkan padatan tersuspensi (suspended solid) dan zat zat organic yang dapat menyebabkan masalah kekeruhan (Turbidity), baud an rasa.

Gambar Jar test

3. ALAT DAN BAHAN Alat : - Seperangkat alat flokulator (Jar test) Bahan : Labu ukur 100 mL Gelas arloji Spatula Batang pengaduk Beaker Glass Pipet ukur 5 mL Boulp pipet Turbiditymeter Larutan PAC Larutan FeCl2 Larutan alumunium sulfat (Tawas) Kertas pH

4. LANGKAH KERJA a. Membuat larutan koagulan untuk masing-masing sampel b. Mengecek pH dan turbidity awal dari sampel c. Mengambil sampel sebanyak 1 L untuk masing-masing beaker glass pada jar test d. Menambahkan koagulan sebanyak 1 ml pada masing-masing beaker. Beaker 1-2 menggunakan koagulan tawas, beaker 3-4 menggunakan koagulan PAC beaker 5-6 menggunakan koagulan FeCl3, e. Mengatur kecepatan putar awal jar test sebesar 100 rpm untuk koagulasi lalu mengaduknya selama 5 menit f. Mengurangi kecepatan pengadukan menjadi 35 rpm dan melanjutkan pengadukan selama 20 menit g. Mematikan pengaduk setelah 20 menit dan mengendapkannya selama 30 menit h. Menganalisa turbidity dari cairan di atas endapan dan mengukur pH larutan yang telah diendapkan i. Mengulangi percobaan dengan menggunakan dosis yang berbeda (10 ml koagulan)

5. DATA PENGAMATAN Percobaan 1 Kecepatan putar 1 = 100 rpm Kecepatan putar 2 = 35 rpm t 1 = 5 menit t 2 = 20 menit t pengendapan = 30 menit konsentrasi koagulan = 10 ppm Tabel pengamatan : Turbidity Beaker (NTU) awal 1 2 3 4 5 6 136 136 136 136 136 136 akhir 115.5 115.9 124.4 125.2 133.3 132.2

Koagulan (1 mL) tawas tawas PAC PAC FeCl3 FeCl3

pH Awal akhir 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Percobaan 2 Kecepatan putar 1 = 100 rpm Kecepatan putar 2 = 35 rpm t 1 = 5 menit t 2 = 20 menit t pengendapan = 30 menit konsentrasi koagulan = 10 ppm Tabel pengamatan :

Turbidity Beaker (NTU) Awal 1 2 3 4 5 6 136 136 136 136 136 136 Akhir 132.5 132.4 128 128.8 127.1 133

Koagulan (10 mL) Tawas Tawas PAC PAC FeCl3 FeCl3

pH awal akhir 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

6. PEMBAHASAN Pada percobaan Koagulasi ini bertujuan untuk Menentukan dosis dari koagulan yang optimum, pH optimum,dan untuk mengetahui pengaruh waktu dan intensitas pengadukan serta mengetahui turbidity dari air limbah setelah dilakukan koagulasi flokulasi. Air limbah yang digunakan adalah air limbah tempe. Karena limbah yang digunakan terlalu pekat maka pada saat percobaan dilakukan pengenceran terlebih dahulu. Variabel yang divariasikan disini adalah menggunakan beberapa jenis koagulan yaitu Tawas (Alumunium Sulfat), PAC dan FeCl3. Untuk percobaan yang pertama menggunakan koagulan sebanyak 1 ml. Sedangkan untuk percobaan yang kedua menggunakan koagulan sebanyak 10 ml. Metode koagulasi Flokulasi ini menggunakan alat skala laboratorium yang disebut Jar Test. Sebelum ditambahkan koagulan terlebih dahulu menganalisa pH dari air limbah. pH awal dari air limbah yang sudah diencerkan tersebut adalah 6. Selain mengecek pH juga diamati turbiditynya atau tingkat kekeruhannya. Untuk menganalisa kekeruhannya digunakan sebuah alat yang disebut Turbidimeter. Turbidity awal dari sample adalah 136 NTU. Air limbah tempe yang digunakan adalah sebanyak 1 L. Air ini dimasukkan

ke dalam beaker glass yang ada pada Jar Test, yang sudah dilengkapi dengan pengaduknya. Metode koagulasi ini dilakukan dengan bantuan pengadukan. Kecepatan putar yang digunakan adalah 100 rpm. Pengadukannya dilakukan selama 5 menit, hal ini dimaksudkan agar koagulan terdistribusi secara merata. Setelah 5 menit kecepatan diubah secara mendadak menjadi 35 rpm. Penggunaan kecepatan yang rendah ini dimaksudkan agar tumbukan antar partikel bisa terjadi sehingga flok flok yang terbentuk bisa menjadi flok yang memiliki ukuran lebih besar. Pengadukan yang pelan ini dilakukan selama 20 menit. Setelah itu pengadukan pengendapannya selama 30 menit. Dari hasil percobaan tidak terdapat endapan, hal ini dimungkinkan karena limbah tempe ini termasuk limbah organik yang banyak mengandung protein. Sehingga kurang sesuai jika diolah dengan metode koagulasi. Hal ini dibuktikan dari penurunan turbiditynya yang sangat kecil. Pada percobaan yang pertama pH akhir dari sample setelah dilakukan proses koagulasi ternyata sama seperti pH awalnya yaitu 6. pH yang terukur masih sama seperti pH awalnya artinya tidak terjadi perubahan yang signifikan terhadap pHnya. Pada percobaan yang kedua pH awal dan pH akhirnya sama yaitu 6. Pada percobaan yang pertama turbiditynya adalah 115,5 NTU (tawas), 124,4 NTU (PAC) dan 133,3 NTU (FeCl3). Untuk penggunaan koagulan sebanyak 1 ml ini, penurunan turbidity yang paling besar adalah penggunaan koagulan tawas. Sedangkan untuk percobaan yang kedua turbiditynya adalah 132,5 NTU (tawas), 128 NTU (PAC) dan 127,1 NTU (FeCl3). Pada penggunaan koagulan sebanyak 10 ml ini, penurunan turbidity yang paling besar adalah penggunaan koagulan FeCl3. Dari data pengamatan yang ada maka dapat dibuat grafik sebagai berikut : dihentikan. Untuk waktu

Grafik Turbidity Vs Volume Koagulan


140 135 Turbidity (NTU) 130 125 120 115 110 0 2 4 6 8 10 12 V Koagulan (ml) tawas PAC FeCl3

Dari grafik diatas dapat disimpulkan, untuk tawas dosis koagulan yang paling bagus untuk digunakan adalah sebanyak 1 mL. Hal ini terbukti dengan 1 ml koagulan penurunan turbiditynya sangat besar dibandingkan dengan koagulan 10 ml penurunan turbiditynya sangat kecil. Sama halnya dengan tawas penggunaan koagulan PAC 1 ml lebih bagus dibandingkan dengan penggunaan PAC sebanyak 10 ml,karena penurunan turbiditynya yang sangat besar. Sedangkan pada koagulan FeCl3 penurunan turbiditynya sangat besar saat menggunakan koagulan sebanyak 10 ml. 7. KESIMPULAN Dalam penggunaan koagulan tawas dosis optimum yng digunakan sebanyak 1 ml dengan penurunan turbidity dari 136 NTU menjadi 115,5 NTU. Dalam penggunaan koagulan FeCl3 dosis optimum yang diigunakan adalah 10 ml dengan penurunan turbidity dari 136 NTU menjadi 127,1 NTU. Dalam penggunaan koagulan PAC dosis optimum yang diigunakan adalah 10 ml dengan penurunan turbidity dari 136 NTU menjadi 124,4 NTU. Dari ketiga koagulan diatas dengan dosis 1 ml yang paling bagus dalam penurunan turbidity adalah tawas, sedangkan dengan dosis 10 ml penurunan turbidity yang paling bagus menggunakan koagulan FeCl3. Jadi keefektivan metode pengolahan limbah tergantung jenis limbahnya.

8. SARAN o Gunakan limbah yang sesuai dengan metode pengolahan limbah. o Lebih teliti dalam pembacaan turbidimeter o Dapat mencoba untuk menggunakan variasi yang lebih banyak pada variabelnya sehingga bisa dijadikan pembanding. 9. DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Koagulasi http://kamusq.blogspot.com/2012/05/koagulasi-pengertian-dan-definisi-sifat.html http://vexillum-nsr.blogspot.com/2012/04/definisi-koagulasi-dalam-koloid.html

Anda mungkin juga menyukai