Disusun Oleh :
NIM : 092019012
T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
Manfaat dari topik ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal bahan laboratorium
yang berkualitas baik. Sedangkan kompetensi yang didapat dari topik 2 ini adalah mahasiswa
dapat melakukan uji kualitas bahan laboratorium secara benar.
BAB II
ISI
Reagen yang digunakan di laboratorium ada yang dapat dibuat sendiri dan ada yang
sudah yang sudah jadi/ komersial Baik reagen yang dibuat sendiri maupun yang
komersial mempunyai persyaratan tertentu
1) Etiket/ label wadah Umumnya pada reagen komersial sudah tercantum nama atau
kode bahan, tanggal produksi, dan batas kadaluwarsa serta nomor batch reagen
tersebut.
2) Batas kadaluwarsa Perhatikan batas kadaluwarsanya masa kadaluwarsa yang
tercantum pada kemasan hanya berlaku untuk reagen yang disimpan pada kondisi
baik dan belum pernah dibuka, karena reagen yang wadahnya sudah pernah
dibuka mempunyai masa daluwarsa lebih pendek dari reagen yang belum dibuka.
3) Keadaan fisik Kemasan harus dalam keadan utuh, isi tidak mengeras dan tidak ada
perubahan warna.
4) Penyimpanan Penyimpanan reagen pada dasarnya harus mengikuti ketentuan yang
berlaku untuk tiap jenis reagen.
5) Pencampuran Beberapa reagen memerlukan pencampuran satu dengan yang
lainnya atau pengenceran dengan akuadest sebelum digunakan. Reagen yang
belum dilarutkan sifatnya lebih stabil.
6) Cara pemakaian Umumnya setiap reagen jadi dilengkapi dengan petunjuk cara
pemakaian yang dibuat oleh produsen.
Ada bermacam-macam cara untuk menguji mutu media yang telah dibuat, yaitu:
a. Secara visual Yaitu dengan memperhatikan atau melihat warna, kekeruhan dan lain-
lain. Contoh:
o Media gula-gula yang dilengkapi tabung Durham bila terlihat gelembung udara
berarti sudah tidak dapat dipergunakan lagi.
o Bila warna media tidak sesuai dengan warna standar maka harus dicurigai adanya
perbedaan pH, untuk itu periksalah dengan menggunakan pH meter. Bila pH
media berbeda ± 0,2 satuan, tambahkan asam atau basa atau dibuat baru
b. Uji sterilitas Uji sterilitas merupakan suatu keharusan terutama pada media yang
diperkaya dengan bahan-bahan tertentu seperti agar darah atau agar coklat. Cara:
o Ambil sejumlah 5% dari tiap batch media yang dibuat
o Inkubasi selama 2 hari pada suhu 35° C
o Bila terdapat pertumbuhan lebih dari 2 koloni kuman per cawan petri pada satu
cawan petri atau lebih, berarti seluruh media dari batch tersebut tidak dapat
dipakai
c. Penanaman kuman kontrol positif dan kontrol negatif Kuman kontrol positif adalah
kuman yang seharusnya tumbuh pada media tertentu, sedangkan kuman kontrol
negatif adalah kuman yang seharusnya tidak tumbuh pada media tertentu.
Uji media dengan menggunakan kuman kontrol positif dan kontrol negatif ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
d. Uji kualitas pemeriksaan kepekaan kuman
Pemeriksan kepekaan kuman dengan metode cakram, dianjurkan oleh WHO
dengan menggunakan metode modifikasi Kirby-Bauer. Uji kepekaan strain kuman
kontrol dapat dilihat pada Tabel berikut
Strain kuman yang ada dilaboratorium harus dipelihara dengan baik agar kuman – kuman
tersebut tidak mati. Ada 2 macam cara pemeliharaan strain kuman yaitu :
a. Pemeliharaan Jangka Panjang Mempunyai batas waktu antara beberapa bulan sampai
beberapa tahun. Untuk pemeliharaan jangkan panjang ini yang terbaik adalah dengan
metode liophilisasi atau penyimpanan dalam freezer pada suhu dibawah -70°C atau
dala nitrogen cair. Metode-metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan :
1) Gliserol – 20°C
Cara :
Tumbuhkan biakan murni pada media padat yang sesuai
Bila kuman sudah tumbuh, ambil sedikit dengan menggunakan ose dan
suspensikan ke dalam gliserol netril steril.
Kemudian distribusikan sebanyak 1-2 ml ke dalam tabung tertutup
2) Mineral oil pada suhu kamar
Cara :
o Siapkan tabung yang berisi BHI
o Kemudian tumbuhkan biakan murni pada agar miring tersebut.
o Sterilkan mineral oil dengan cara memanaskan selama 1 jam pada suhu
170°C
o Bila pertumbuhan sudah tampak, tambahkan minerl oil steril sampai 1 cm
di atas puncak agak miring.
o Simpan pada suhu kamar dan pindahkan setelah 6 bulan sampai 1 tahu.
3) Biakan tusukan pada suhu kamar
Cara :
o Siapkan tabung berisi agar bebas karbohidrat (TSA)
o Tusukkan kuman ke dalam agar tersebut dan tutuplah tabung
o Kemudian inkubasi
o Untuk Stappylococcus dan Enterobacteriaceae diinkubasi selama satu
malam pada suhu 35°C.
o Kemudian tutuplah tabung dan celupkan ke dalam parafin cair supaya
rekat
o Simpan pada suhu kamar
o Pindahkan biakan ini setelah 1 tahun
4) Biakan tusukan media CTA (Crstine Trypticase Agar) untuk Neisseria dan
Streptococcus.
Cara :
o Siapkan tabung berisi CTA
o Tusukkan organisme ke dalan medium tersebut
o Inkubasi selama satu malam pada suhu 35°C
o Kemudian tutuplah tabung dan celupkan ke dalam parafin cair supaya rekat
o Simpan sesuai dengan jenis kuman
o Untuk Neisseria disimpan pada suhu 35°C dan dipindahkan setiap 2 minggu,
sedangkan untuk Strepococcus disimpan pada suhu kamar dan dipindahkan
setiap bulan sekali.
o Simpan pada suhu 35°C dalam candle jar.
5) Medium Cooked Meat untuk kuman anaerob.
Cara :
o Inokulasikan keman ke dalam tabung berisi media daging
o Inkubasikan selama satu malam pada suhu 35°C
o Kemudian tutuplah tabung rapat – rapat dan simpan pada suhu kamar
o Pindahkan setiap 2 bulan
a. Uji biokima Yaitu antigen diuji dari kuman hidup (mikrobiologi) dengan tabel yang
sesuai.
b. Uji fisik-kimia Yaitu antigen diuji dengan hapusan untuk mendapatkan kuman yang
spesifik
c. Uji aglutinasi Yaitu antigen diuji dengan antisera polivalen kemudian antisera
univalen untuk mendapatkan antigen yang sesuai
d. Uji titrasi Yaitu antigen diuji dengan antibiotik yang sudah standar dan nilai cut off
nya sudah diketahui pada suhu, pH dan waktu yang tertentu. Bila ada titer aglutinasi
positif (+) yang berada di bawah nilau cut-off, maka berarti ada kontaminasi dan
antigen harus dibuang
e. Uji kemurnian Yaitu antigen diuji secara aglutinasi dengan berbagai antibodi untuk
melihat adanya reaksi silang. Bila ada lebih dari satu reaksi yang positif, berarti ada
reaksi silang.
f. Uji binatang percobaan Biasanya digunakan untuk penelitian
a. Uji aglutinasi Yaitu antibodi diuji dengan antigen yang standar pada suhu, Ph dan
waktu tertentu. Bila reaksi aglutinasi positif, berarti antibodi tersebut spesifik.
b. Uji titrasi Yaitu pengujian antibodi dengan menggunkan antibodi standar yang nilai
cut-off nya sudah diketahui. Pengujian ini digunkana untuk memastikan tidak adanya
antibodi yang non – spesifik. Bila ada titer aglutinasi positif (+) yang berada di bawah
nilai cut – off, maka berarti ada kontaminasi
c. Uji dengan berbagai antigen laruta NaCl Pengujian ini untuk meyakinkan bahwa
antibodi spesifik terhadap satu macam antigen
a. 13𝑠 : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol apabila hasil
pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas X± 3 𝑆
b. 22𝑆 : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil
pemeriksaan 2 kontrol berturut turut keluar dari batas yang sama yaitu X±2𝑆
c. R4s : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
perbedaan antar 2 hasil kontroln yang berturut-turut melebihi 4S( satu kontrol diatas +
2S , lainnya dibawah -2S ).
d. 41𝑠 : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4
kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x + S maupun x – S.
e. I0x : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar kontrol, apabila 10 kontrol
berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah.
Aturan kontrol yang mendeteksi kesalahan acak (random error) : 13s, R4s
Aturan kontrol yang mendeteksi kesalahan sistematik (systematic error) “22s, 41s,I0x,
13s.
Perlu diingat dalam menjalankan prosedur pemantapan mutu internal dengan sistem
Westegard, setiap hari diperiksa 2 bahan kontrol, misalnya kontrol rendah dan kontrol tinggi.
Nama lengkap dari sistem Westagard adalah : 13s/22s, R4s41sI0x multi rule shewhart
procedure (Westagard). Cara kerja sistem Westagard dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Mula-mula diperhatikan apakah nilai kontrol rendah ataupun kontrol tinggi ada yang
melewati batas kontrol 12s., apabila tidak ada, berarti pemeriksaan kontrol pada hari itu
berjalan dengan baik. Hal ini juga berarti semua pemeriksaan pada hari yang sama berjalan
dengan baik. Sebaliknya apabila salah satu kontrol melewati batas kontrol 12s, diperhatikan
adakah aturan kontrol lain yang dilanggar, berarti pemeriksaan pada hari itu baik (in control,
accept run). Apabila ternyata ada aturan kontrol yang dilanggar, maka pemeriksaan pada hari
itu mengalami gangguan (out of control, reject run).
Interpretasi :
Hari ke 6 : Diterima
Hari ke 13 : Diterima
Hari ke 25 : Diterima
1. Amati sumber kesalahan yang paling mudah terlihat, misalnya : perhitungan, pipet,
probe tersumbat.
2. Ulangi pemeriksaan serum kontrol. Sering kesalahan disebabkan pencemaran tabung
reaksi, sampel cup, kontrol yang tidak homogen atau faktor lain.
3. Apabila hasil pengulangan masih buruk, pakai serum kontrol baru. Mungkin saja
serum kontrol yang dipakai tidak homogen atau menguap karena lama dalam keadaan
terbuka.
4. Apabila tidak ada perbaikan, amati intrumentasi yang dipakai, apakah pemeliharaan
alat (maintenance) telah dilakukan? Bagaimana dengan temperatur inkubator.
5. Pakai serum kontrol yang diketahui nilainya. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan
perbaikan, berarti terdapat kerusakan serum kontrol.
6. Apabila ada keraguan, pakai serum kontrok kedua yang mempunyai nilai berbeda.
7. Gunakan standar baru
8. Ganti reagen
9. Amati setiap langkah / tahap pemeriksaan
Limitasi
Didalam pemantapan mutu baik intra laboratorium maupun ekstra laboratorium disepakati
suatu asumsi bahwa kondisi bahan kontrol sama dengan bahan dari penderita, dengan
demikian bias timbul akibat perbedaan kondisi bahan kontrol dan bahan penderita dapat
dihindarkan. Namun pada kenyataannya bias ini tidak dapat dihilangkan sama sekali. Bias ini
biasnya timbul akibat adanya perbedaan matrix (misalnya serum kontrol yang berasal dari
binatang), variasi dalam proses pembuatan (pencampuran, filtrasi, dialisis dan liofilisasi),
variasi dalam kemasan (kesalahan pengisian) dan kesalahan rekonstitusi (pipetasi,
penanganan).
Dikenal asumsi lain dalam pemantapan mutu laboratorium, yaitu bila terjadi variasi
hasil pemeriksaan bahan kontrol berarti variasi yang sama terjadi juga pada pemeriksaan
bahan penderita untuk batch yang sama.
Asumsi ini menjadi tidak benar apabila terdapat kesalahan dalam proses pra-
instrumentasi dan pasca instrumentasi seperti : pengambilan bahan, pengiriman bahan
maupun penanganan bahan sebelum dilakukan pemeriksaan, obat-obat, penyakit tertentu
(uremia, diabetes melitus dll) dan kesalahan pendataan
Uji ketepatan
Pada uji ketepatan ini dipakai serum kontrol yang telah diketahui rentang nilai kontrolnya
(assayed).
Hasil pemeriksaan uji ketepatan ini dilihat apakah terletak di dalam atau diluar rentang nilai
kontrol menurut metode pemeriksaan yang sama.
Bila terletak di dalam rentang kontrol, maka dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol masih
tepat sehingga dapat dianggap hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga tepat.
Bila terletak di luar rentang nilai kontrol, dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol tidak
tepat sehingga hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga dianggap tidak tepat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahan laboratorium yang selanjutnya disebut bahan adalah segala sesuatu yang
diolah/digunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas. Uji
kualitas bahan laboratorium sangat diperlukan agar mutu hasil pemeriksaan bisa
dipertanggung jawabnya seperti air didalam laboratorium digunakan untuk berbagai
keperluan antara lain pembuatan reagen, pencucian.
B. Saran
Setelah mengetahui pengertian dari bahan laboratorium , pengertian dari uji kualitas
bahan laboratorium, persyaratan-persyaratan uji kualitas bahan laboratorium, hal-hal
yang perlu dilakukan untuk menjaga kualitas bahan laboratorium dan juga kapan perlu
dilakukannya uji kualitas bahan laboratorium, maka sebaiknya kita menerapkan hal
tersebut agar hasil sesuai dengan yang kita harapkan/inginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, DepKes RI, 2008, Pedoman Praktek
Laboratorium Yang Benar (Good Laboratory Practice), Jakarta.
Sitorus Marham dan Ani Sutiani,2013, Pengelola dan Manajemen laboratorium Kimia,
Yogjakarta, Graha ilmu.
Retno dan Abdul Karim, 1998, Pemantapan Kualitas Laboratorium Mikrobiologi Klinik.