Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH SISTEM MANAJEMEN MUTU

PERBANDINGAN METODE UJI KUALITAS BAHAN


LABORATORIUM

Disusun Oleh :

Nama : Nur Afri Waruwu

NIM : 092019012

Dosen Pengampu : Seri Rayani B, M. Biomed

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (TLM)

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN

T.A 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

Setiap laboratorium dalam melakukan kegiatan pasti memerlukan bahan laboratorium


yang memenuhi syarat , sehingga uji kualitas bahan laboratorium sangat diperlukan agar
mutu hasil pemeriksaan bisa dipertanggung jawabnya seperti air didalam laboratorium
digunakan untuk berbagai keperluan antara lain pembuatan reagen, pencucian. Kebutuhan
mutu air berbeda- beda tergantung dari tujuan air tersebut akan digunakan, misalnya air untuk
reagen harus bebas dari zat- zat yang mengganggu analisa, sedangkan bila untuk pencucian
hanya dibutuhkan air yang bersih aja. Laboratorium harus memeriksa apakah telah terjadi
perubahan selama pembuatan sampai penggunaannya. Untuk itu perlu dilakukan uji kualitas
air. Perlu diketahui bahwa reagen yang digunakan dilaboratorium ada yang dibuat sendiri
maupun yang komersial, dan semua ini mempunyai persyaratan persyaratan tertentu sehingga
diperlukan uji reagen. Juga kualitas media harus diperiksa dahulu sebelum media digunakan.
Serta yang sangat perlu diperhatikan adalah sterilitas, pertumbuhan, serta respon biokimia.
Dalam penggunaannya bahan kontrol harus diperlakukan sama dengan bahan pemeriksaan
spesimen maka dari itu harus melaksanakan uji ketelitian dan ketepatan bahan kontrol
tersebut.

Manfaat dari topik ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal bahan laboratorium
yang berkualitas baik. Sedangkan kompetensi yang didapat dari topik 2 ini adalah mahasiswa
dapat melakukan uji kualitas bahan laboratorium secara benar.
BAB II

ISI

A. Uji Kualitas Air


a. Air Suling Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
 Pemeriksaan fisik memenuhi syarat bila air jernih, tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa
 Pemeriksaan keasaman kebasaan memenuhi syarat bila air ditambahkan 2
tetes merah metil atau 5 tetes larutan biru bromtimo tidak berwarna.
 Pemeriksaan Ammonium memenuhi syarat bila air warnanya tidak lebih tua
dari larutan pembanding
 Pemeriksaan besi, tembaga, timbal memenuhi syarat bila 100 ml air ditambah
1 tetes larutan natrium sulfida 10 % cairan tetap jernih dan tidak berwarna.
 Pemeriksaan kalsium memenuhi syarat bila 100 ml air ditambah 2ml amonium
oksalat 2,5 % tidak terjadi kekeruhan.
 Pemeriksaan klorida memenuhi syarat bila 10ml air ditambah 1 ml perak nitrat
5% cairan tetap jernih dan tidak berwarna.
 Pemeriksaan nitrat memenuhi syarat bila air dalam tabung ditambah 5 ml
larutan difenilamin tidak terjadi warna biru pada bidang batas cairan
 Pemeriksaan sulfat memenuhi syarat bila 10 ml air ditambah larutan barium
klorida 12% cairan tetap jernih dan tidak berwarna
 Pemeriksaan karbondioksida memenuhi syarat bila 25 ml air ditambah 25 ml
larutan Kalsium hidroksida 0,04N cairan tetap jernih
 Pemeriksaan zat teroksidasi memenuhi syarat bila 100 ml air ditambah 10 ml
asam sulfat encer dan 0,5 ml kalium permanganat 0,01N cairan berwarna
ungu.
 Pemeriksaan sisa penguapan memenuhi syarat bila 100 ml air diuapkan hingga
kering hasilnya tidak lebih dari 0,01 gram
b. Air Demineralisasi
 Pemeriksaan Amonia albuminoid memenuhi syarat bila warna air yang diperiksa
tidak lebih tua dari warna larutan pembanding
 Pemeriksaan daya tahan listrik memenuhi syarat bila hasilnyan tidak kurang dari
1 megaohmcm
c. Air Bersih

Pemeriksaan air bersih mencakup pemerisaan fisik, kimia dan mikrobiologi


(Sumber : GLP, 2008)

B. Uji Kualitas Reagen

Reagen yang digunakan di laboratorium ada yang dapat dibuat sendiri dan ada yang
sudah yang sudah jadi/ komersial Baik reagen yang dibuat sendiri maupun yang
komersial mempunyai persyaratan tertentu

a. Reagen buatan sendiri


Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
 Bahan kimia anhidrat yang digunakan untuk pembuatan larutan standar kalibrasi dan
Titrasi harus dikeringkan terlebih dahulu dalam oven dengan suhu 105oC -110oC.
Minimal 1-2 jam, sebaiknya satu malam. Kemudian dinginkan sampai suhu kamar
dalam desikator, timbang dalam jumlah yang tepat lalu dilarutkan.
 Untuk garam hidrat cukup dikeringkan dalam desikator
 Pada waktu pengenceran harus diperhatikan kualitas akuadest yang dipakai. Air yang
mengandung kaporit akan mempengaruhi reagen untuk pemeriksaan kalsium dan
klorida, sedangkan air yang mengandung banyak logam akan mempengaruhi
pemeriksaan logam dan pewarna.
 Larutan kerja sifatnya tidak tahan lama sehingga harus dibuat secukupnya sesuai
kebutuhan. Untuk penyimpanan sebaiknya dalam bentuk larutan induk
 Wadah reagen perlu diberi label yang berisi sama reagen, tanggal pembuatan dan
paraf pembuat.
 Harus diketahui sifat bahan kimia yang dibuat reagen tertentu tidak boleh disimpan
berdekatan atau dicampur karena dapat bereaksi
 Penyimpanan untuk reagen tertentu mempunyai persyaratan khusus, misalknya tidak
boleh terkena paparan cahaya, harus pada suhu ruangan, suhu dingin atau beku dan
sebagai
b. Reagen yang sudah jadi

Hal hal yang perlu diperhatikan adalah :

1) Etiket/ label wadah Umumnya pada reagen komersial sudah tercantum nama atau
kode bahan, tanggal produksi, dan batas kadaluwarsa serta nomor batch reagen
tersebut.
2) Batas kadaluwarsa Perhatikan batas kadaluwarsanya masa kadaluwarsa yang
tercantum pada kemasan hanya berlaku untuk reagen yang disimpan pada kondisi
baik dan belum pernah dibuka, karena reagen yang wadahnya sudah pernah
dibuka mempunyai masa daluwarsa lebih pendek dari reagen yang belum dibuka.
3) Keadaan fisik Kemasan harus dalam keadan utuh, isi tidak mengeras dan tidak ada
perubahan warna.
4) Penyimpanan Penyimpanan reagen pada dasarnya harus mengikuti ketentuan yang
berlaku untuk tiap jenis reagen.
5) Pencampuran Beberapa reagen memerlukan pencampuran satu dengan yang
lainnya atau pengenceran dengan akuadest sebelum digunakan. Reagen yang
belum dilarutkan sifatnya lebih stabil.
6) Cara pemakaian Umumnya setiap reagen jadi dilengkapi dengan petunjuk cara
pemakaian yang dibuat oleh produsen.

Uji Kualitas reagen harus dilakukan :

a) Setiap kali batch larutan kerja dibuat


b) Setiap minggu terutama larutan pewarna ziehl Neelsen
c) Bila sudh mendekati masa daluwarsa
d) Bila ditemukan / terlihat tanda tanda kerusakan ( timbul kekeruhan, perubahan
warna, timbul endapan )
e) Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan

Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan :

a) Melakukan pemeriksaan bahan kontrol assayed yang telah diketahui nilainya


dengan menggunakan reagen tersebut
b) Menggunakan strain kuman
C. Uji Kualitas Media
Uji kualitas media mencakup aspek yang luas, baik media buatan sendiri maupun
media jadi oleh karena itu penyiapan media harus mendapat perhatian. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penyiapan media:
a. Sampel media dehidrasi ditimbang dan ditambahkan kedalam air suling dan bebas
mineral, lalu dicampur untuk membuat suspensi yang homogen kemudian panaskan
untuk melarutkan zat-zat dalam medium Jumlah panas yang digunakan harus diatur
hanya cukup sampai membuat larutan yang sempurna. Agitasi yang tetap selama
proses pemanasan penting sekali sebab bongkahan kecil agar, kecuali dalm suspensi,
dapat turun kedasar wadah dan pemecahannya memerlukan jumlah panas yang
tinggi. Pemanasan lebih lama akan menghasilkan denaturasi protein, karemelisasi
karbohidrat Inaktivasi zat-zat gizi dan kehilangan kadar air yang berarti karena
penguapan.
b. Media dilarutkan kedalam wadah yang berukuran cukup dan sterilisasi dengan
otoklaf, setelah selesai harus segera dikeluarkan dari otoklaf untuk menghindari
pemanasan yang lebih lama. Wadah berisi media agar harus dipindahkan kepenangas
air bersuhu 48-50o sampai mencapai suhu yang diperlukan. Penyimpanan lebih lama
dipenangas air harus dihindari.
c. PH setiap batch media harus diperiksa dengan pH meter setelah media dibiarkan
dingin sampai suhu kamar. Untuk menguji media agar , dapat digunakan elektrode
permukaan atau elektrode biasa.Media yang menyimpang > 0,2 unit pH dari pH
optimum harus di buang.
d. Media dapat dituang kedalm tabung atau cawan petri dalam ruangan bersih atau
dibawah aliran udara laminar. Ruangan tersebut harus dijaga cukup terang, bebas
dari bahan-bahan lain dan bebas dari lalulalang selama proses pembahagian. Setiap
usaha harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi media pada tahap ini. Kualitas
media harus diperiksa dahulu sebelum media digunakan.

Ada bermacam-macam cara untuk menguji mutu media yang telah dibuat, yaitu:

a. Secara visual Yaitu dengan memperhatikan atau melihat warna, kekeruhan dan lain-
lain. Contoh:
o Media gula-gula yang dilengkapi tabung Durham bila terlihat gelembung udara
berarti sudah tidak dapat dipergunakan lagi.
o Bila warna media tidak sesuai dengan warna standar maka harus dicurigai adanya
perbedaan pH, untuk itu periksalah dengan menggunakan pH meter. Bila pH
media berbeda ± 0,2 satuan, tambahkan asam atau basa atau dibuat baru
b. Uji sterilitas Uji sterilitas merupakan suatu keharusan terutama pada media yang
diperkaya dengan bahan-bahan tertentu seperti agar darah atau agar coklat. Cara:
o Ambil sejumlah 5% dari tiap batch media yang dibuat
o Inkubasi selama 2 hari pada suhu 35° C
o Bila terdapat pertumbuhan lebih dari 2 koloni kuman per cawan petri pada satu
cawan petri atau lebih, berarti seluruh media dari batch tersebut tidak dapat
dipakai
c. Penanaman kuman kontrol positif dan kontrol negatif Kuman kontrol positif adalah
kuman yang seharusnya tumbuh pada media tertentu, sedangkan kuman kontrol
negatif adalah kuman yang seharusnya tidak tumbuh pada media tertentu.
Uji media dengan menggunakan kuman kontrol positif dan kontrol negatif ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
d. Uji kualitas pemeriksaan kepekaan kuman
Pemeriksan kepekaan kuman dengan metode cakram, dianjurkan oleh WHO
dengan menggunakan metode modifikasi Kirby-Bauer. Uji kepekaan strain kuman
kontrol dapat dilihat pada Tabel berikut
Strain kuman yang ada dilaboratorium harus dipelihara dengan baik agar kuman – kuman
tersebut tidak mati. Ada 2 macam cara pemeliharaan strain kuman yaitu :

a. Pemeliharaan Jangka Panjang Mempunyai batas waktu antara beberapa bulan sampai
beberapa tahun. Untuk pemeliharaan jangkan panjang ini yang terbaik adalah dengan
metode liophilisasi atau penyimpanan dalam freezer pada suhu dibawah -70°C atau
dala nitrogen cair. Metode-metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan :
1) Gliserol – 20°C
Cara :
 Tumbuhkan biakan murni pada media padat yang sesuai
 Bila kuman sudah tumbuh, ambil sedikit dengan menggunakan ose dan
suspensikan ke dalam gliserol netril steril.
 Kemudian distribusikan sebanyak 1-2 ml ke dalam tabung tertutup
2) Mineral oil pada suhu kamar
Cara :
o Siapkan tabung yang berisi BHI
o Kemudian tumbuhkan biakan murni pada agar miring tersebut.
o Sterilkan mineral oil dengan cara memanaskan selama 1 jam pada suhu
170°C
o Bila pertumbuhan sudah tampak, tambahkan minerl oil steril sampai 1 cm
di atas puncak agak miring.
o Simpan pada suhu kamar dan pindahkan setelah 6 bulan sampai 1 tahu.
3) Biakan tusukan pada suhu kamar
Cara :
o Siapkan tabung berisi agar bebas karbohidrat (TSA)
o Tusukkan kuman ke dalam agar tersebut dan tutuplah tabung
o Kemudian inkubasi
o Untuk Stappylococcus dan Enterobacteriaceae diinkubasi selama satu
malam pada suhu 35°C.
o Kemudian tutuplah tabung dan celupkan ke dalam parafin cair supaya
rekat
o Simpan pada suhu kamar
o Pindahkan biakan ini setelah 1 tahun
4) Biakan tusukan media CTA (Crstine Trypticase Agar) untuk Neisseria dan
Streptococcus.
Cara :
o Siapkan tabung berisi CTA
o Tusukkan organisme ke dalan medium tersebut
o Inkubasi selama satu malam pada suhu 35°C
o Kemudian tutuplah tabung dan celupkan ke dalam parafin cair supaya rekat
o Simpan sesuai dengan jenis kuman
o Untuk Neisseria disimpan pada suhu 35°C dan dipindahkan setiap 2 minggu,
sedangkan untuk Strepococcus disimpan pada suhu kamar dan dipindahkan
setiap bulan sekali.
o Simpan pada suhu 35°C dalam candle jar.
5) Medium Cooked Meat untuk kuman anaerob.
Cara :
o Inokulasikan keman ke dalam tabung berisi media daging
o Inkubasikan selama satu malam pada suhu 35°C
o Kemudian tutuplah tabung rapat – rapat dan simpan pada suhu kamar
o Pindahkan setiap 2 bulan

b. Pemeliharaan jangka pendek


Pemeliharaan ini dilakukan sehari-hari. Dibedakan atas beberapa cara berdasarkan
jenis kumannya, yaitu :
1) Rapid Growing Organism Yaitu untuk kuman yang tergolong cepat tumbuh.
Cara :
o Inokulasikan kuman pada media TSA miring yang ada tutupnya
(screwcapped).
o Kemudian inkubasi selama satu malam pada suhu 35°C
o Simpan di lemari es dan pindahkan setiap 2 minggu
2) Streptococcus Cara :
o Golongkan kuman streptococcus diinkubasikan pada tabung tertutup yang
berisikan medium agar darah miring/TSA agar
o Kemudian inkubasi selama satu malam pada suhu 35°C
o Simpan dalam lemari es
o Pindahkan setiap 2 minggu
3) Meningococcus dan Haemophilus
Cara :
o Inokulasikan kuman pada agar coklat miring atau lempeng agar
o Kemudian inkubasikan selama satu malam pada suhu 35°C
o Simpan pada suhu kamar
o Pindahkan setiap minggu 2 kali
4) Gonococcus
Cara :
o Inokulasikan kuman pada agar coklat miring
o Kemudian inkubasikan
o Simpan pada suhu 35°C dan pindahkan setiap hari

D. Uji kualitas Antigen – Antisera


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan antigen dan antisera :
a. Penggunaanya harus mengikuti petunjuk pabrik
b. Setiap akan digunakan, antigen atau antibodi dalam botol harus dikocok dahulu san
sesuaikan suhunya dengan suhu kamar.
c. Simpan pada suhu yang dianjurkan
d. Ada beberapa reagen serologik yang tidak boleh dibekukan
e. Hindari pembekuan dan pencairan yang berulang – ulang
f. Periksa masa kadaluarsanya, jangan memakai antgen-antisera bila masa
kadaluarsanya terlampaui
g. Untuk menguji aglutinasi antisera, gunakan kultur kuman segar dan murni yang
diketahui reaktifitasnya
h. Pemeriksaan selalu dilakukan dengan mengikutsertakan beberapa serum kontrol yang
sudah diketahui reaktifitasnya.
i. Jika memungkinkan nyatanya kekuatan serum kontrol dalam IU per ml( RA factor,
Brucella agglutination test, toxoplasma serology, Streptococcus antibody test)
j. Pasangan serum basa akut dan konvalesen dari penderita yang sama harus diperiksa
dengan nomor batch yang sama
k. Untuk diagnosa serologi sifilis, hanya digunakan prosedur baku nasional ayau
internasional
l. Setiap batch pemeriksaan serologis harus diikuti :
o Serum kontrol negatif (kontrol spesifisitas)
o Serum reaktif yang lemah (kontrol sensitivitas)
o Serum reaktif yang kuat (kontrol titrasi)
m. Titer seluruh serum kontrol haris selalu dicatat

Bermacam-macam uji kualitas antigen :

a. Uji biokima Yaitu antigen diuji dari kuman hidup (mikrobiologi) dengan tabel yang
sesuai.
b. Uji fisik-kimia Yaitu antigen diuji dengan hapusan untuk mendapatkan kuman yang
spesifik
c. Uji aglutinasi Yaitu antigen diuji dengan antisera polivalen kemudian antisera
univalen untuk mendapatkan antigen yang sesuai
d. Uji titrasi Yaitu antigen diuji dengan antibiotik yang sudah standar dan nilai cut off
nya sudah diketahui pada suhu, pH dan waktu yang tertentu. Bila ada titer aglutinasi
positif (+) yang berada di bawah nilau cut-off, maka berarti ada kontaminasi dan
antigen harus dibuang
e. Uji kemurnian Yaitu antigen diuji secara aglutinasi dengan berbagai antibodi untuk
melihat adanya reaksi silang. Bila ada lebih dari satu reaksi yang positif, berarti ada
reaksi silang.
f. Uji binatang percobaan Biasanya digunakan untuk penelitian

Bermacam-macam uji antibodi :

a. Uji aglutinasi Yaitu antibodi diuji dengan antigen yang standar pada suhu, Ph dan
waktu tertentu. Bila reaksi aglutinasi positif, berarti antibodi tersebut spesifik.
b. Uji titrasi Yaitu pengujian antibodi dengan menggunkan antibodi standar yang nilai
cut-off nya sudah diketahui. Pengujian ini digunkana untuk memastikan tidak adanya
antibodi yang non – spesifik. Bila ada titer aglutinasi positif (+) yang berada di bawah
nilai cut – off, maka berarti ada kontaminasi
c. Uji dengan berbagai antigen laruta NaCl Pengujian ini untuk meyakinkan bahwa
antibodi spesifik terhadap satu macam antigen

E. Uji ketelitian dan ketepatan Bahan kontrol


Uji ketelitian
Dalam melaksanaan uji ketelitian ini dapat digunakan bahan kontrol assayed atau
unasasyed kegiatan yang harus dilakukan dalam pengujian ini adalah
a. Periode pendahuluan
Pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan nilai rujukan untuk
pemeriksaan selanjutnya.
Periode ini umumnya dilakukan baik untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi
Imunoserologi, maupun kimia lingkungan
Cara:
 Periksalah bahan kontrol bersamaan dengan pemeriksaan spesimen setiap hari
kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan diperiksa sampai mencapai
25 hari
 Catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam formulir
periode pendahuluan pada kolom dibawah ini
Evaluasi

a. 13𝑠 : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol apabila hasil
pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas X± 3 𝑆
b. 22𝑆 : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil
pemeriksaan 2 kontrol berturut turut keluar dari batas yang sama yaitu X±2𝑆
c. R4s : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
perbedaan antar 2 hasil kontroln yang berturut-turut melebihi 4S( satu kontrol diatas +
2S , lainnya dibawah -2S ).
d. 41𝑠 : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4
kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x + S maupun x – S.
e. I0x : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar kontrol, apabila 10 kontrol
berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah.

Aturan-aturan kontrol diatas dapat mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak)


atau gangguan ketepatan (kesalahan sistematik).

 Aturan kontrol yang mendeteksi kesalahan acak (random error) : 13s, R4s
 Aturan kontrol yang mendeteksi kesalahan sistematik (systematic error) “22s, 41s,I0x,
13s.

Perlu diingat dalam menjalankan prosedur pemantapan mutu internal dengan sistem
Westegard, setiap hari diperiksa 2 bahan kontrol, misalnya kontrol rendah dan kontrol tinggi.
Nama lengkap dari sistem Westagard adalah : 13s/22s, R4s41sI0x multi rule shewhart
procedure (Westagard). Cara kerja sistem Westagard dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Mula-mula diperhatikan apakah nilai kontrol rendah ataupun kontrol tinggi ada yang
melewati batas kontrol 12s., apabila tidak ada, berarti pemeriksaan kontrol pada hari itu
berjalan dengan baik. Hal ini juga berarti semua pemeriksaan pada hari yang sama berjalan
dengan baik. Sebaliknya apabila salah satu kontrol melewati batas kontrol 12s, diperhatikan
adakah aturan kontrol lain yang dilanggar, berarti pemeriksaan pada hari itu baik (in control,
accept run). Apabila ternyata ada aturan kontrol yang dilanggar, maka pemeriksaan pada hari
itu mengalami gangguan (out of control, reject run).
Interpretasi :

Hari ke 5 : Ditolak, berdasarkan 13s

Hari ke 6 : Diterima

Hari ke 8 : Ditolak, berdasarkan 22s

Hari ke 11 : Ditolak, berdasarkan R4s

Hari ke 13 : Diterima

Hari ke 14 : Ditolak, berdasarkan 22s

Hari ke 17 : Ditolak, berdasarkan 41s

Hari ke 25 : Diterima

Hari ke 27 : Ditolak, berdasarkan I0x

Hari ke 29 : Ditolak, berdasarkan 13s atau 22s


Dibawah ini diberikan petunjuk umum mengenai tindakan – tindakan yang diambil
apabila grafik pemantapan mutu tidak terkontrol.

1. Amati sumber kesalahan yang paling mudah terlihat, misalnya : perhitungan, pipet,
probe tersumbat.
2. Ulangi pemeriksaan serum kontrol. Sering kesalahan disebabkan pencemaran tabung
reaksi, sampel cup, kontrol yang tidak homogen atau faktor lain.
3. Apabila hasil pengulangan masih buruk, pakai serum kontrol baru. Mungkin saja
serum kontrol yang dipakai tidak homogen atau menguap karena lama dalam keadaan
terbuka.
4. Apabila tidak ada perbaikan, amati intrumentasi yang dipakai, apakah pemeliharaan
alat (maintenance) telah dilakukan? Bagaimana dengan temperatur inkubator.
5. Pakai serum kontrol yang diketahui nilainya. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan
perbaikan, berarti terdapat kerusakan serum kontrol.
6. Apabila ada keraguan, pakai serum kontrok kedua yang mempunyai nilai berbeda.
7. Gunakan standar baru
8. Ganti reagen
9. Amati setiap langkah / tahap pemeriksaan

Limitasi

Didalam pemantapan mutu baik intra laboratorium maupun ekstra laboratorium disepakati
suatu asumsi bahwa kondisi bahan kontrol sama dengan bahan dari penderita, dengan
demikian bias timbul akibat perbedaan kondisi bahan kontrol dan bahan penderita dapat
dihindarkan. Namun pada kenyataannya bias ini tidak dapat dihilangkan sama sekali. Bias ini
biasnya timbul akibat adanya perbedaan matrix (misalnya serum kontrol yang berasal dari
binatang), variasi dalam proses pembuatan (pencampuran, filtrasi, dialisis dan liofilisasi),
variasi dalam kemasan (kesalahan pengisian) dan kesalahan rekonstitusi (pipetasi,
penanganan).

Dikenal asumsi lain dalam pemantapan mutu laboratorium, yaitu bila terjadi variasi
hasil pemeriksaan bahan kontrol berarti variasi yang sama terjadi juga pada pemeriksaan
bahan penderita untuk batch yang sama.

Demikian juga sebaliknya tidak ditemukannya variasi hasil pemeriksaan bahan


kontrol mencerminkan hasil pemeriksaan bahan penderita bebas dari variasi atau dengan
perkataan lain hasil pemeriksaan lain hasil pemeriksaan bahan penderita pada hari itu bebas
kesalahan.

Asumsi ini menjadi tidak benar apabila terdapat kesalahan dalam proses pra-
instrumentasi dan pasca instrumentasi seperti : pengambilan bahan, pengiriman bahan
maupun penanganan bahan sebelum dilakukan pemeriksaan, obat-obat, penyakit tertentu
(uremia, diabetes melitus dll) dan kesalahan pendataan

Uji ketepatan

Pada uji ketepatan ini dipakai serum kontrol yang telah diketahui rentang nilai kontrolnya
(assayed).

Hasil pemeriksaan uji ketepatan ini dilihat apakah terletak di dalam atau diluar rentang nilai
kontrol menurut metode pemeriksaan yang sama.

Bila terletak di dalam rentang kontrol, maka dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol masih
tepat sehingga dapat dianggap hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga tepat.

Bila terletak di luar rentang nilai kontrol, dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol tidak
tepat sehingga hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga dianggap tidak tepat
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahan laboratorium yang selanjutnya disebut bahan adalah segala sesuatu yang
diolah/digunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas. Uji
kualitas bahan laboratorium sangat diperlukan agar mutu hasil pemeriksaan bisa
dipertanggung jawabnya seperti air didalam laboratorium digunakan untuk berbagai
keperluan antara lain pembuatan reagen, pencucian.

B. Saran
Setelah mengetahui pengertian dari bahan laboratorium , pengertian dari uji kualitas
bahan laboratorium, persyaratan-persyaratan uji kualitas bahan laboratorium, hal-hal
yang perlu dilakukan untuk menjaga kualitas bahan laboratorium dan juga kapan perlu
dilakukannya uji kualitas bahan laboratorium, maka sebaiknya kita menerapkan hal
tersebut agar hasil sesuai dengan yang kita harapkan/inginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Laboratorium Kesehatan, Dirjen Pelayanan Medik, DepKes RI, 2004,


Pedoman
Praktek Laboratorium Yang Benar (Good Laboratory Practice), Cetakan ketiga,
Jakarta

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, DepKes RI, 2008, Pedoman Praktek
Laboratorium Yang Benar (Good Laboratory Practice), Jakarta.

Sitorus Marham dan Ani Sutiani,2013, Pengelola dan Manajemen laboratorium Kimia,
Yogjakarta, Graha ilmu.

Donoseputro Marsetio dan Bina Suhendra, 1998, Pengantar pemantapan kualitas


Laboratorium Klinik

Retno dan Abdul Karim, 1998, Pemantapan Kualitas Laboratorium Mikrobiologi Klinik.

Anda mungkin juga menyukai