Anda di halaman 1dari 104

BAB I

MEDIA
Media adalah suatu substrat yang digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan mikroorganisme.
Syarat-syarat Media
1. Mengandung komposisi :

Air

Sumber energi metabolik (fermentasi, respirasi, fotosintesis)

Zat hara (sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, oksigen, hidrogen &
trace elements)

Asam amino, vitamin, nukleosida

2. Memiliki pH, temperatur dan tekanan osmotik yang sesuai dengan kebutuhan

mikroorganisme.
3. Steril, agar tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme pencemar.

Fungsi Komponen-komponen Media


Mayoritas sel terdiri atas karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, fosfor.
Senyawa diatas dibutuhkan dalam pembentukan membran sel, protein,
asam nukleat dan struktur lain dari sel.
Senyawa tersebut diatas dibutuhkan dalam jumlah banyak, meliputi 1%
dari berat kering sel, disebut MAKRONUTRIEN.
Senyawa lainnya yang dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil antara
lain kalsium, potassium, magnesium, sulfur, besi, mangan. Senyawa ini
disebut MIKRONUTRIEN. Mikronutrien meliputi 0.1-1.0% dari berat
kering sel. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, mikronutrien
berperan penting dalam fungsi sel.

HANDBOOK OF TA HAYATI

Trace elements dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil yang sukar
ditentukan. Jumlah yang dibutuhkan adalah <0.1%.
Growth factors (faktor pertumbuhan) adalah molekul organik yang
dibutuhkan

dalam

pertumbuhan

dan

tidak

bisa

disintesis

oleh

mikroorganisme itu sendiri, misalnya vitamin, asam amino dan nukleotida.


Faktor pertumbuhan juga merupakan substansi kimia yang digunakan oleh
mikroorganisme untuk proses biosintesis dan sebagai sumber energi..

Pengaruh

pH,

temperatur

dan

tekanan

osmotik

terhadap

pertumbuhan mikroorganisme

pH bila mikroorganisme tumbuh, pH media sering berubah-ubah

Mikroorganisme yang melakukan fermentasi menghasilkan asam pH 3.5

Pada saat terjadi metabolisme protein dan asam amino melepaskan ion
ammonium basa

pH optimum 7, tetapi dapat hidup pada pH 5-8

Suhu optimum pertumbuhan 0-20oC PSIKROFIL

Suhu optimum pertumbuhan 20-50oC MESOFIL

Suhu optimum pertumbuhan 50-100oC THERMOFIL

ISOTONIK konsentrasi cairan ekstrasel = konsentrasi cairan intrasel


tidak terjadi perpindahan cairan dari dalam sel ke luar sel.

HIPERTONIK konsentrasi cairan ekstrasel > konsentrasi cairan intrasel


terjadi dehidrasi dan pengkerutan sel (PLASMOLISIS).

HIPOTONIK konsentrasi cairan ekstrasel < konsentrasi cairan intrasel


terjadi pembengkakan.

Jenis media
Berdasarkan konsistensi :
Media padat (agar/gelatin)
Dibuat dengan cara menambahkan agen pemadat, misalnya agar, gelatin
atau silica gel ke dalam media cair.
HANDBOOK OF TA HAYATI

Agen pemadat yang baik adalah tidak diuraikan oleh mikroorganisme,


tidak menghambat pertumbuhan mikroorganisme, tidak mencair pada
suhu ruang.
Agar dan silica gel tidak mencair pada suhu ruang dan tidak diuraikan
oleh

mikroorganisme.

Sebaliknya,

gelatin,

diuraikan

oleh

mikroorganisme dan mencair pada suhu ruang.


Contoh : agar nutrien, agar darah, Saborauds agar.
Media cair (broth)
Meliputi nutrient broth (kaldu nutrien), citrate broth, glucose broth,
litmus milk dsb.
Media cair digunakan dalam propagasi banyak mikroorganisme, uji
fermentasi dan uji lainnya.
Media semi-padat
Berdasarkan kimiawi :
Media sintetik
Media non-sintetik (alami)
Berdasarkan sifat :
Media Umum
Untuk pertumbuhan atau perkembangan satu atau lebih kelompok
mikroorganisme.
Media Pengaya
Untuk

memberikan

kesempatan

terhadap

suatu

jenis/kelompok

mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang biak lebih cepat dari


jenis/kelompok lain dalam satu media.
Media Penguji
Media yang digunakan untuk pengujian senyawa atau benda tertentu
dengan bantuan mikroorganisme.
Media Perhitungan
Media yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme pada
suatu bahan

HANDBOOK OF TA HAYATI

Media Selektif
Media yang hanya menumbuhkan mikroorganisme yang diinginkan saja
yang dapat tumbuh karena tidak adanya nutrien penting bagi
mikroorganisme yang tidak diinginkan untuk tumbuh dan kehadiran
substansi inhibitor seperti NaCL, asam, kristal violet (toksik), antibiotika
(misal : streptomisin) dsb.
Media Diferensial
Media yang mengandung substansi yang dapat menyebabkan munculnya
karakteristik dari masing-masing mikroorganisme yang ditumbuhkan.
Contoh media selektif dan diferensial : Levine EMB agar untuk analisis koliform
dalam air.

Contoh Media

HANDBOOK OF TA HAYATI

Pembuatan Media
Bila tabung/cawan petri yang digunakan untuk pembuatan media sudah dalam
keadaan bersih dan bebas kontaminasi, maka tidak perlu dilakukan pencucian.
Pencucian dilakukan dengan menggunakan air hangat dan deterjen, bagian
dalamnya disikat. Cuci sebanyak dua kali, pada pencucian kedua, gunakan
aquadest untuk membersihkan sisa-sisa deterjen yang masih tertinggal.
Tempatkan tabung/cawan petri tersebut pada keranjang/rak untuk pengeringan.
Jangan dikeringkan dengan menggunakan handuk.
Sterilisasi.

Pembuatan Media Sintetik


Glukosa

0,2 g

Kalium fosfat

0,1 g

Ammonium klorida

0,05 g

Magnesium sulfat

0,02 g

Feri klorida

0,0005 g

Aquadest

100 ml

Siapkan 100 ml kaldu glukosa garam mineral dengan kandungan seperti pada
tabel

Siapkan labu erlenmeyer 250 ml

Masukkan aquadest sebanyak 75 ml

HANDBOOK OF TA HAYATI

Tambahkan setiap bahan sesuai urutan pada tabel


Kocok pada setiap penambahan bahan dan biarkan larut dulu
sebelum penambahan bahan berikutnya

Tambahkan sisa aquadest sebanyak 25 ml

Masukkan 10 ml larutan ke dalam 10 buah tabung dengan menggunakan pipet 10 ml

Tutup tabung dengan kapas yang dibalut oleh kain kasa

Beri label dan sterilisasi

Pembuatan Media Non-Sintetik


KALDU NUTRIEN
Pepton

1,0 g

NaCl

1,6 g

Ekstrak daging

0,6 g

Aquadest

200 ml

HANDBOOK OF TA HAYATI

Siapkan 1 labu erlenmeyer 250 ml.


Masukkan 150 ml aquadest.
Tambahkan ketiga bahan berikutnya, campur dan kocok pada setiap
penambahan bahan.
Tambahkan 50 ml sisa aquadest.
Panaskan larutan ini hingga semua bahan larut.
Ukur pH

Masukkan 10 ml larutan ke dalam 10 tube steril


Tutup tabung
Beri label
Tempatkan ke rak
Sterilkan
Untuk membentuk media padat tambahkan 1.5 g agar pada sisa larutan
Panaskan larutan supaya agar larut
Kocok labu supaya agar tidak menempel pada dasar labu
Masukkan 10 ml larutan ke dalam tube steril
HANDBOOK OF TA HAYATI

Tutup tabung
Beri label
Tempatkan ke rak
Sterilisasi
PERHATIKAN :

Pemanasan larutan dengan menggunakan api bunsen atau electric hot plate.

Tandai tinggi larutan awal sebelum dipanaskan untuk menghindari water


loss.
Bila terjadi water loss tambahkan aquadest.
Suhu pemanasan tergantung komposisi medium, ada yang 600C.
Agar akan membeku pada suhu 40-420C.

HANDBOOK OF TA HAYATI

BAB II
STERILISASI

Pengertian
Suatu proses (dengan metode tertentu) yang memberikan hasil akhir suatu keadaan
dimana tidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup.

Prinsip Dasar Sterilisasi


Adanya derajat kontaminasi yang serendah mungkin sebagai pra-kondisi.
Pemilihan metode sterilisasi yang paling tepat.
Ada tolak ukur yang tepat untuk mengukur efisiensi proses sterilisasi atau hasil
akhir.
Ada sarana penunjang untuk menjaga mutu hasil akhir produk steril.

Dekontaminasi
Jumlah kontaminan tinggi hasil akhir meragukan atau akan membutuhkan
waktu proses lebih lama.
Proses dekontaminasi meliputi :
- pembilasan
- penyikatan
- pencucian (dengan desinfektan), baik dengan manual/alat

Pemilihan Metode Sterilisasi


Sifat bahan yang akan disterilkan.
Proses yang paling mudah, murah, namun cukup efektif.

HANDBOOK OF TA HAYATI

Cara sterilisasi menurut FI Ed. IV


1. Sterilisasi Panas Basah (Uap)
Proses sterilisasi termal menggunakan uap jenuh di bawah tekanan
berlangsung di suatu bejana yang disebut autoclave.
Metode yang paling sering digunakan.
Suhu 1210C selama 15-20 tergantung bahan/prosedur sterilisasi.
Prinsip : Udara di dalam bejana diganti dengan uap jenuh.

Fase Siklus Sterilisasi


Pemanasan/Vakum (Conditioning)
Fase Pemaparan Uap (Exposure)
132C 2
121C 12
116C 30
Pembuangan Uap (Exhaust)
Fase Pengeringan (Drying)
Metode ini paling banyak digunakan karena :
Hampir 80% alat dan bahan dapat disterilkan dengan metode ini, seperti
karet.
Biaya operasional cukup rendah dibanding metode lain.
Temperatur merata pada setiap tempat selama proses.
Cepat dan hasil kering.

HANDBOOK OF TA HAYATI

10

Bejana autoclave

Prinsip kerja autoclave

HANDBOOK OF TA HAYATI

11

2. Sterilisasi Panas Kering


Alat : Oven
Prinsip :
Udara dipanaskan dan disaring.
Didistribusikan secara merata ke seluruh bejana dengan cara
sirkulasi atau radiasi.
Temperatur dan waktu yang digunakan :
1500C

60-150

1600C

45-120

1700C

20-60

1800C

20-30

Kelebihan :
Hasil kering.
Dapat digunakan untuk semua bahan termostabil, seperti alat-alat gelas.
Mudah dilaksanakan.
Kekurangan :
Waktu yang dihabiskan cukup lama.
Penetrasi panas terbatas pada lapisan tertentu.

Dibutuhkan tenaga listrik cukup besar.

Oven

HANDBOOK OF TA HAYATI

12

3. Sterilisasi Gas
Sebagai alternatif dari sterilisasi termal dilakukan bila bahan yang
disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi seperti pada proses sterilisasi
uap atau panas kering.
Daya penetrasi dan absorpsi tinggi sehingga sterilisasi dapat dilakukan pada
pembungkus akhir.
Sterilisasi dengan menggunakan gas kimia :
Etilen oksida (EtO2)
Sifat : mudah meledak dan iritatif.
Dalam perdagangan dicampur dengan gas CO2 atau freon dalam kadar 1090%.
Mekanisme kerja : melalui alkilasi gugus biologis esensial dari
mikroorganisme.
Meninggalkan residu toksik.
Mutagenik.
Afinitas tinggi sehingga perlu diangin-anginkan sebelum digunakan, tujuan
untuk menghilangkan EtO2 yaitu selama 8-30 jam pada 450C atau 4-10
hari pada temperatur kamar.
Formaldehida
Mekanisme kerja :
Melalui ikatan dengan gugus imino dan amino dari protein
mikroorganisme.
Keunggulan dibanding etilen oksid :
Lebih murah
Kurang meninggalkan residu
Tidak mudah meledak
Kurang toksik

HANDBOOK OF TA HAYATI

13

4. Sterilisasi dengan radiasi ion


Digunakan sinar beta (sinar elektron) dari generator Van De Graaf.
Atau sinar gamma.
Sterilisasi dingin karena dilakukan pada temperatur kamar.
Kemampuan daya tembus baik penyebaran energi homogen.
5. Sterilisasi dengan penyaringan/filtrasi
Digunakan untuk mensterilkan udara atau bahan dalam bentuk cairan.
Contohnya adalah filter udara seperti HEPA ( High Efficiency
Particulated Air) untuk menghindari terjadinya kontaminasi atau infeksi
silang.
HEPA Filter

6. Sterilisasi dengan radiasi ultraviolet (UV)


Efek maksimum : pada gel. radiasi 265 nm
Aplikasi :

Untuk sterilisasi ruangan/udara.

Inaktivasi mikroorganisme pada permukaan bahan.

Produk yang tidak stabil, dan sulit disterilkan dengan cara


konvensional.

HANDBOOK OF TA HAYATI

14

INDIKATOR STERILISASI

Indikator Fisik/Mekanik

Indikator Kimia

Indikator Biologis

INDIKATOR FISIK/MEKANIK
Bagian dari mesin sterilisasi.
Biasanya menunjukkan bahwa alat berfungsi baik.
Contoh : Pada alat high prevacum autoclave yang menunjukkan hub. T dan P
konstan proses sterilisasi sempurna.

INDIKATOR KIMIA
Yaitu indikator dari bahan kimia yang pada temperatur tertentu ( 121OC) akan
berubah warna.
Contoh : autoclave tape, wipack med.

HANDBOOK OF TA HAYATI

15

INDIKATOR BIOLOGIS
Menggunakan bakteri thermophilus dan kertas pH/pH meter.

Kontrol Kualitas
Selain dengan penggunaan indikator, kontrol kualitas sterilisasi juga dapat dilakukan
dengan kalibrasi alat secara periodik dan ditetapkan standar deviasinya.

HANDBOOK OF TA HAYATI

16

BAB III
INOKULASI MIKROORGANISME

INOKULASI=KULTUR=BIAK=TUMBUH
Inokulasi adalah penempatan sesuatu dengan tujuan penumbuhan atau
reproduksi.
Inokulasi mikroorganisme penempatan mikroorganisme dari suatu suspensi
ke media steril agar dapat tumbuh dan berkembangbiak.
Media steril yang dimaksud disini media padat dan cair dalam petri/tabung.
Ketika kita akan mengamati dan mempelajari flora bakteri pada tubuh, tanah,
air, makanan dan lingkungan sekitar kita lainnya, kita akan menemukan
populasi mikroorganisme campuran. Mikroorganisme jarang ditemukan dalam
satu spesies.
Hal yang penting dilakukan agar dapat mempelajari karakteristik kultur,
morfologi dan fisiologi satu spesies mikroorganisme adalah pemisahan
mikroorganisme tersebut dari spesies lainnya. Dengan kata lain, kita harus
membuat suatu biakan murni dari mikroorganisme tersebut.
Pure culture = biakan murni.

BIAKAN MURNI
Bagaimana memperoleh suatu biakan murni teknik aseptik.
Tidak tercemar dari luar biasanya dari udara.
Media yang digunakan harus steril.
Untuk memperoleh biakan murni dapat dilakukan pengenceran dengan
menggunakan bahan cair atau bahan padat.

HANDBOOK OF TA HAYATI

17

TEKNIK ASEPTIK
Teknik aseptik mengacu pada praktek yang dilakukan oleh para ahli
mikrobiologi untuk mematikan seluruh mikroorganisme yang dapat
mencemari media, sel/jaringan hidup dan suatu proses pemindahan
mikroorganisme pada biakan.
Transfer

atau

pemindahan

meliputi

pemindahan

suatu

mikroorganisme dari koloninya pada media padat ke media cair atau


inokulasi mikroorganisme pada suatu media padat maupun cair
(Dibutuhkan saat memindahkan mikroorganisme dari suspensi
mikroorganisme ke media steril).
Suatu proses aseptik dikatakan sukses apabila tidak terdapat
mikroorganisme pencemar yang dapat mencemari proses.

HANDBOOK OF TA HAYATI

18

Prosedur Umum
Desinfeksi area kerja.
o Area kerja harus didesinfeksi terlebih dahulu untuk mengurangi
kontaminan yang dapat mencemari proses aseptik.
Ose dan jarum harus steril.
o Cara sterilisasi adalah dengan cara fiksasi dengan panas/pemijaran
menggunakan lampu bunsen.
o Pemanasan dapat mematikan mikoorganisme pencemar.
Pemijaran/pemanasan pada tabung.
o Pada mulut tabung terkandung mikroorganisme yang dapat mencemari
biakan. Oleh karena itu, lakukan pemijaran/pemanasan pada mulut
tabung menggunakan lampu bunsen.
Desinfeksi akhir.
o Setelah melakukan suatu proses aseptik, lakukan desinfeksi akhir untuk
mematikan mikroorganisme yang kemungkinan tertinggal.
Teknik Biakan Murni
Teknik Penggoresan Agar (Streak plate method)
Teknik Agar Tuang (Pour plate method)
Teknik Agar Sebar
Teknik Tusukan gelatin
Media Biakan
Media biakan yang digunakan pada inokulasi :
Media pembiakan dasar
Media pembiakan penyubur
Media pembiakan selektif

HANDBOOK OF TA HAYATI

19

Media Pembiakan Dasar


Adalah media pembiakan sederhana yang mengandung zat-zat yang umum
diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan dipakai sebagai komponen
dasar dalam pembuatan media pembiakan lainnya.
Mengandung pepton dan ekstrak daging.
Media Pembiakan Penyubur
Komponen sama seperti pada media pembiakan dasar, ditambah darah, ekstrak
hati, dsbnya.
Zat tambahan untuk mempersubur pertumbuhan mikroorganisme tertentu,
yang pada media pertumbuhan dasar tidak dapat tumbuh dengan baik.
Media Pembiakan Selektif
Menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain yang tidak dicari.
Berdasarkan konsistensi :
Bentuk cair broth
Bentuk padat (lempeng, miring, tegak)
BIAKAN MURNI
Dengan biakan murni nantinya akan diperoleh koloni terpisah yang
mengandung satu macam mikroorganisme dalam satu petri.
Hasil akhir koloni yang terpisah.
Urutan : Suspensi mikroorganisme campuran biakan murni isolasi (satu macam
mikroorganisme).
Setelah mendapatkan biakan murni, lakukan proses identifikasi mikroorganisme.

HANDBOOK OF TA HAYATI

20

STREAK PLATE METHOD


Dikenal dengan teknik penggoresan agar.
Metode ini hemat waktu dan ekonomis, hanya saja membutuhkan keterampilan
menggores yang dapat diperoleh dengan pengalaman.
Penggoresan yang baik nantinya akan dapat menghasilkan isolat yang baik.
Untuk mendapatkan koloni terpisah pada saat penggoresan, perhatikan :
o Dinginkan ose setelah dipijarkan.
Gunakan ose yang telah dingin untuk menggores pada permukaan
lempengan agar.
Ose yang panas akan mematikan mikroorganisme sehingga tidak
terjadi pertumbuhan pada bekas goresan.
o Ose disentuhkan pada lempengan agar.
Pada saat menggores, ose dibuat meluncur diatas permukaan
lempengan agar.
Agar jangan sampai terluka, karena agar yang luka mengganggu
pertumbuhan
mikroorganisme sehingga nantinya akan sulit memperoleh koloni
terpisah.
o Pijarkan ose setelah menggores satu daerah.
Pemijaran ose mematikan mikroorganisme yang melekat pada
mata ose dan mencegah pencemaran pada penggoresan daerah
berikutnya.
o Gunakan tutup cawan petri untuk melindungi permukaan agar dari
pencemaran.
o Balikkan lempengan agar untuk mencegah air kondensasi jatuh ke atas
permukaan agar.
o Apabila air kondensasi jatuh ke koloni, akan menghancurkan koloni dan
seluruh teknik biakan yang telah dilakukan.

HANDBOOK OF TA HAYATI

21

Beberapa teknik goresan :


Goresan T :
Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan membentuk huruf T pada
bagian luar dasar petri.
Inokulasi daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung.
Panaskan ose dan biarkan dingin kembali.
Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan goresan di daerah
II.
Pijarkan ose dan biarkan dingin kembali.
Ulangi prosedur 3-5 untuk menggores daerah III.
Pijarkan ose.
Goresan Kuadran :
Sama dengan goresan T, hanya saja lempengan agar dibagi 4.
Goresan Radian
Goresan dimulai di bagian pinggir lempengan.
Pijarkan ose dan dinginkan kembali.
Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus dimulai dari bagian
pinggir lempengan.
Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus diatas goresan
sebelumnya.
Pijarkan ose.
Goresan Sinambung
Ambil satu mata ose suspensi dan gores secara sinambung pada setengah
permukaan lempengan agar.
Jangan pijarkan ose, putar lempengan 1800, gunakan sisi mata ose yang
sama dan gores pada sisa permukaan lempengan agar.

HANDBOOK OF TA HAYATI

22

Contoh hasil penggoresan

POUR PLATE METHOD


Dikenal dengan teknik agar tuang.
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran.
Dasar melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme
sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel dalam tabung.
Pada metode ini, dilakukan pengenceran satu mata loop suspensi ke dalam tiga
tabung, sehingga akan diperoleh lempengan dengan jumlah bakteri yang
optimum untuk isolasi.
Teknik ini lebih mudah karena tidak memerlukan keterampilan seperti pada
teknik penggoresan.

HANDBOOK OF TA HAYATI

23

TEKNIK AGAR SEBAR


Langkah pertama sama dengan POUR PLATE METHOD.
Kemudian media agar yang telah ditanami oleh mikroorganisme disebari oleh
cairan dibantu dengan suatu alat penyebar yang telah disterilkan.
Alat penyebar terbuat dari gelas.
Cara :
Pipet 0,1 ml cairan dari botol pengencer dan biarkan cairan mengalir ke
atas permukaan agar.
Cairan disebarkan dengan alat penyebar.
Sterilisasi penyebar dilakukan dengan mencelupkan ke alkohol
dipanaskan.
Setelah itu penyebar didinginkan terlebih dahulu sebelum digunakan
untuk menyebarkan cairan di permukaan agar.
Penyebaran dilakukan dengan memutar petri.
TEKNIK TUSUKAN
Menggunakan jarum (needle), bukan ose.
Jarum (needle) ditusukkan hingga ke dasar media.
Sterilisasi jarum (needle) sama dengan ose.
Media gelatin.

HANDBOOK OF TA HAYATI

24

Cara Pemeriksaan Pertumbuhan Mikroorganisme


Media Pembiakan Cair
Media menjadi keruh merata (homogen) atau tampak granuler melekat
pada dinding dan dasar tabung.
Permukaan cairan berbentuk membran.
Apakah pertumbuhan menghasilkan gas atau tidak.
Apakah pertumbuhan menimbulkan bau yang khas.
KOLONI
Sifat Koloni
Adalah sifat yang berhubungan dengan bentuk, susunan, permukaan,
pengkilatan dsb.
Dapat diamati tanpa mikroskop makroskopi.
Media Pembiakan Padat
Pada semua media pembiakan padat umumnya, baik yang berbentuk
lempeng maupun miring perlu diperhatikan sifat-sifat koloni:
Bentuk koloni koloni bulat, memanjang, tepi rata, tidak rata.
Ukuran koloni menurut diameter rata-rata, ukuran koloni
berbeda-beda pada berbagai jenis, selebar titik hingga menutupi
permukaan media.
Kenaikan permukaan koloni yang rata dengan permukaan
media, ada koloni yang timbul diatas permukaan media.

HANDBOOK OF TA HAYATI

25

Sifat-sifat Umum Koloni


Halus kasarnya permukaan koloni yang permukaannya halus, ada juga yang
kasar.
Wajah permukaan koloni yang permukaannya mengkilap, ada yang kusam.
Warna keputihan atau kekuning-kuningan, kemerah-merahan, coklat, jingga,
biru, hijau, ungu.
Kepekatan koloni lunak seperti lendir, lunak seperti mentega, ada juga yang
keras dan kering.
Bau koloni ada koloni yang berbau khas dan ada yang tidak berbau sama sekali.

Gambar contoh koloni baik pada media cair (broth), agar, maupun gelatin

HANDBOOK OF TA HAYATI

26

TEKNIK SUBKULTUR
Langkah selanjutnya setelah mendapatkan biakan murni adalah
memindahkan mikroorganisme dari cawan petri ke tabing berisi nutrient
broth atau nutrient agar (subkultur). Hasil dari subkultur kemudian
diinkubasi selama 24 jam. Pewarnaan mikroorganisme dilakukan untuk
memeriksa apakah sudah terbentuk biakan yang benar-benar murni atau
belum.
Ketika memindahkan mikroorganisme dari suatu cawan petri yang
mengandung media, sebaiknya menggunakan jarum yang ditusukkan.
Jarum ditusukkan pada bagian tengah koloni untuk mendapatkan koloni
yang benar-benar mengandung satu macam mikroorganisme saja.

HANDBOOK OF TA HAYATI

27

BAB IV
PEWARNAAN BAKTERI

BAKTERI
Hanya dapat dilihat dengan mikroskop mikroskopi.
Satuan untuk ukuran bakteri mikron.
Bakteri rata-rata berukuran lebar 0,5-1 mikron dan panjang hingga 10 mikron.
1 mikron = 10-3 mm.

BENTUK BAKTERI
Bulat/bola :
Monococcus
e.g. Neisseria gonorrhoeae (penyebab kencing nanah).
Diplococcus
e.g. Diplococcus pneumoniae (penyebab penyakit pneumonia).
Sarkina.
Streptococcus.
Staphylococcus.
Batang (Basil)
Basil tunggal
e.g. Salmonella typhi (penyebab penyakit tifus).
Diplobasil
Streptobasil
e.g. Bacillus anthracis (penyebab penyakit antraks).
HANDBOOK OF TA HAYATI

28

Melilit
Spiral; sel tubuh umumnya kaku.
e.g. Spirillum.
Vibrio; seperti koma.
e.g. Vibrio cholerae (penyebab penyakit kolera).
Spirochaeta; dapat memanjang dan memendek karena sifatnya yang sangat lentur.

PEWARNAAN BAKTERI
Tubuh bakteri tidak mengadsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga sukar diamati walau sudah
menggunakan mikroskop.
Untuk melihat bakteri dengan jelas tubuhnya diisi dengan zat warna PEWARNAAN
BAKTERI.
Zat warna mengadsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras tubuh bakteri dengan
sekelilingnya ditingkatkan
o Sudah dilakukan sejak pertengahan abad ke-19, oleh Louis Pasteur dan Robert Koch.
o Ada 2 macam zat warna yang sering dipakai:

Zat warna bersifat asam : komponen warnanya adalah anion (-).

Zat warna bersifat alkali : komponen warnanya adalah kation (+).

Muatan negatif banyak ditemukan pada dinding sel, membran sel, dan sitoplasma muatan
positif pada zat warna alkali akan berikatan dengan muatan negatif dalam sel bakteri
akan lebih jelas terlihat.
Zat warna asam digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif.
Pewarnaan Positif :
Yang diwarnai adalah bakteri.
Bisa menggunakan zat warna asam dan alkali
Pewarnaan Negatif
Beberapa bakteri sukar diwarnai dengan zat warna alkali lakukan pewarnaan negatif.
Latar belakang di sekeliling bakteri diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan bakteri yang tidak
berwarna.

HANDBOOK OF TA HAYATI

29

Cara bakteri dicampur dengan nigrosin gesekkan di object glass zat warna akan mewarnai
lingkungan sekitar bakteri, bukan bakteri dengan mikroskop, bakteri akan terlihat tidak
berwarna dengan latar belakang hitam.
Pada metode ini preparat tidak dipanaskan, tetapi dikeringkan di udara.
Ciri pewarnaan negatif :
Menggunakan zat warna asam (bermuatan negatif).
Penggunaan zat warna asam menyebabkan zat warna tidak akan mewarnai permukaan sel yang
mempunyai muatan negatif.
Pewarnaan ini bukan merupakan pewarnaan sel bakteri karena sel bakteri tetap tidak berwarna
setelah penambahan zat warna.
Larutan zat warna yang digunakan larutan encer (<1%).
Larutan encer yang dibiarkan berkontak agak lama dengan bakteri bekerja lebih baik dari larutan
pekat dengan waktu yang singkat.
Setelah dilakukan pewarnaan, dalam tubuh bakteri akan terjadi proses pertukaran ion-ion zat
warna dengan ion-ion yang terdapat pada bagian tubuh/sel bakteri.
MORDANT Zat yang dapat bergabung dengan komponen zat warna tertentu, sehingga terbentuk
senyawa yang tidak dapat larut dan melekat pada tubuh bakteri.
Contoh : ammonium oksalat, fenol, asam tanat, garam aluminium, besi, timah, seng,
tembaga, krom dll.
Cara penggunaan :
o Sebelum penambahan zat warna
o Dimasukkan ke dalam campuran zat warna
o Diberikan antara pemakaian dua larutan zat warna

CARA PEWARNAAN
Pewarnaan Sederhana
Mudah dan cepat
Untuk membedakan bakteri dari benda-benda mati lain yang bukan bakteri dan
untuk melihat bentuk, ukuran dan penataan bakteri.
Zat warna hanya terdiri satu macam yang dilarutkan dalam suatu pelarut.

HANDBOOK OF TA HAYATI

30

Misal : kristal violet, methylen blue, safranin (zat warna alkali), nigrosin, merah
kongo (zat warna asam).
Pewarnaan Khusus
Untuk melihat salah satu struktur sel.
Pewarnaan Kapsel
Pewarnaan Spora
Pewarnaan Flagela
Pewarnaan Badan Inklusi
Pewarnaan Diferensial
Digunakan lebih dari satu zat warna.
Adakalanya menggunakan pelarut yang sama (satu larutan mengandung dua atau
lebih zat warna).
Adakalanya menggunakan pelarut yang berbeda.
Contoh : pewarnaan Gram, pewarnaan Tahan Asam (Ziehl-Neelsen).

Sediaan (preparat) untuk proses pewarnaan


Dibuat ulasan bakteri diatas object glass
Jumlah bakteri dalam ulasan jangan terlalu padat dan jangan terlalu encer.
Apabila terlalu padat, akan terlihat menumpuk di bawah mikroskop. Apabila terlalu
cair, tidak akan terlihat dibawah mikroskop.
Keringkan di udara sebentar.
Fiksasi melewatkan preparat diatas api.
Fiksasi berguna untuk melekatkan bakteri pada object glass dan mematikan bakteri.
Proses pewarnaan.

HANDBOOK OF TA HAYATI

31

PEWARNAAN KHUSUS
Pewarnaan Kapsel
Kapsel lapisan yang melekat di luar dinding sel yang terdiri dari polisakarida atau
polipeptida.
Fungsi kapsel melindungi bakteri terhadap sel fagosit.
Bacillus anthracis, Streptococcus pneumoniae, S.mutans.
Lapisan kapsel tebal, sukar diwarnai Jadi digunakan pewarnaan negatif.
Pada pewarnaan negatif latar belakang diwarnai zat warna asam, sedangkan
bakteri diwarnai dengan zat warna alkali. Kapsel tidak menyerap warna sehingga
terlihat sebagai lapisan tembus-terang dengan latar belakang yang berwarna.
Pewarnaan Spora
Spora pada bakteri struktur tahan panas dan bahan kimia.
Spora dibentuk oleh bakteri pada saat keadaan/ lingkungan tidak menguntungkan.
Bacillus, Clostridium.
Lapisan luar spora penahan yang baik terhadap bahan kimia, sehingga spora sukar
diwarnai.
Spora bakteri diwarnai dengan cara dipanaskan.
Pemanasan menyebabkan lapisan luar spora mengembang, sehingga zat warna dapat
masuk.
Pewarnaan Flagela
Flagela tipis dan panjang sukar dilihat di bawah mikroskop cahaya.
Flagela pada bakteri sebagai alat gerak.
Pewarnaan menggunakan mordant untuk membengkakkan flagela.
Pewarnaan Badan Inklusi
Beberapa bakteri mensintesis badan inklusi atau granula yang disimpan dalam
sitoplasma.
HANDBOOK OF TA HAYATI

32

Granula cadangan bahan makanan dan merupakan sumber karbon dan energi
yang siap pakai.
Dalam sel bakteri badan inklusi berupa granula metakromatik, asam poli-betahidroksibutirat, pati dan glikogen.

PEWARNAAN DIFERENSIAL
Pewarnaan Gram
Dilakukan pertama kali oleh Christian Gram.
Paling banyak digunakan di laboratorium.
Untuk memisahkan bakteri menjadi kelompok Gram-positif dan Gram-negatif.
Bakteri Gram-positif berwarna ungu disebabkan kompleks zat warna kristal violetiodium tetap bertahan walaupun sudah diberi larutan pemucat.
Bakteri Gram-negatif berwarna merah karena kompleks tersebut larut sewaktu
pemberian larutan pemucat dan menjadi warna merah.
Memberikan hasil baik bila digunakan biakan segar berusia 24-48 jam.
Biakan segar dinding sel belum mengalami kerusakan.
Biakan tua dinding sel sudah mulai mengalami kerusakan zat warna dapat
keluar saat diberikan larutan.

Gram-positif

Gram-negatif

Kristal violet

Ungu

Ungu

Larutan mordant

Ungu

Ungu

Ungu

Tidak

(lugol)
Larutan pemucat
(aseton, alkohol)
Safranin

HANDBOOK OF TA HAYATI

berwarna
Ungu

Merah

33

Perbedaan pada tahapan pewarnaan Gram disebabkan oleh :


Perbedaan struktur dinding sel bakteri Gram-positif dan Gram-negatif
Bakteri Gram-positif : dinding sel mengandung peptidoglikan.
Bakteri Gram-negatif : dinding sel mengandung lipida.
Pada bakteri Gram-negatif, lipida akan larut saat diberikan larutan pemucat (aseton,
alkohol).
Kompleks kristal violet-iodium yang terbentuk pada dinding sel juga ikut larut.
Safranin. Pada bakteri Gram-negatif, penambahan safranin menyebabkan sel bakteri
berwarna merah.
Fungsi safranin sebagai pembeda (kontras) terhadap warna kristal violet-iodium.
Larutan mordant meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri
sehingga pengikatan zat warna oleh bakteri menjadi lebih kuat.
Setelah penambahan larutan mordant zat warna lebih sulit dilarutkan sehingga zat
warna akan lebih jelas terlihat.
Larutan mordant lugol.
Tanpa penambahan larutan lugol zat warna kristal violet-iodium akan larut
sewaktu penambahan larutan pemucat, sehingga bakteri Gram-positif tidak akan
berwarna ungu.
TABEL PEWARNAAN DIFERENSIAL (pewarnaan Gram)
No

Bakteri Gram-positif

Bakteri Gram-negatif

Sensitif terhadap penisilin

Sensitif terhadap streptomisin

Resisten terhadap alkali;tidak larut

Sensitif terhadap alkali;larut oleh

oleh 1% KOH

1% KOH

Biasanya coccus atau basil

Biasanya basil bukan pembentuk

pembentuk spora

spora

Dapat bersifat tahan asam

Biasanya tidak pernah tahan

asam
HANDBOOK OF TA HAYATI

34

Pewarnaan Ziehl-Neelsen
Untuk memisahkan bakteri menjadi kelompok tahan asam dan tidak tahan asam.
TABEL PEWARNAAN DIFERENSIAL (pewarnaan Ziehl-Neelsen)

Tahan Asam

Tidak Tahan Asam

Karbol fuksin

Merah

Merah

Larutan pemucat

Merah

Tidak berwarna/pucat

Merah

Biru

( mengandung asam
dan alkohol)
Biru metilen

Zat warna pertama karbol fuksin.


Pada bakteri yang tidak tahan asam, setelah diberi larutan pemucat karbol fuksin
akan melarut dengan cepat sel bakteri tidak berwarna.
Setelah penambahan zat warna kedua (biru metilen) bakteri tidak tahan asam
berwarna biru.
Mycobacterium dan Nocardia bakteri tahan asam.
Memiliki keistimewaan karena dinding sel mengandung lipida yang terlihat sebagai
lapisan lilin.
Kandungan lipida mencapai 60% dari berat dinding sel sukar diwarnai karena
zat warna tidak bisa menembus lapisan lilin.
Oleh karena itu, digunakan pemanasan sehingga zat warna dapat masuk ke dalam sel
bakteri yang mengandung lipida.

HANDBOOK OF TA HAYATI

35

BAB V
UJI IDENTIFIKASI BAKTERI

Media untuk uji identifikasi bakteri

Endo Agar

Brilliant Green Agar

Mac Conkey Agar

China-Blue Lactose Agar

Manitol Salt Agar

Agar Darah

Litmus Milk

Media selektif : mengandung paling sedikit 1 bahan yg menghambat perkembangan bakteri yg


tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakkan bakteri tertentu yg ingin diisolasi.
Contoh : antibiotika (streptomycin, penisilin), kristal violet dsb.
Media diferensial : berbagai kelompok bakteri dapat tumbuh pada media ini.
Kelompok bakteri dapat dibedakan berdasarkan perubahan pada media biakan atau penampilan
koloninya.

ENDO AGAR
Mengandung : laktosa, Na-sulfit
Sifat pertumbuhan koloni :
Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa terlihat sebagai koloni yang tembus
terang, tidak berwarna dan dikelilingi oleh media yang berwarna merah muda.
Bakteri yang memfermentasikan laktosa terlihat sebagai koloni yang berwarna
merah metalik dan dikelilingi oleh media yang berwarna kemerahan.

HANDBOOK OF TA HAYATI

36

TABEL ENDO AGAR

Koloni

Bakteri

Tidak berwarna, bening

Laktose negatif
(Salmonella, Shigella)

Merah metalik

Laktose positif (E.coli)

Merah muda

Enterobacter,

Klebsiella,

Citrobacter

BRILLIANT GREEN AGAR


Mengandung gula laktosa dan sukrosa.
Zat warna brilliant green menghambat pertumbuhan E. coli, Proteus dan Pseudomonas.
Media ini banyak digunakan untuk isolasi dan identifikasi Salmonella dari tinja dan bahan
makanan.
Indikator : merah fenol merah (basa) , kuning (asam).
Sifat pertumbuhan koloni :
Salmonella Koloni berwarna merah muda dikelilingi oleh media berwarna merah.
Proteus Akan terlihat sebagai koloni merah tanpa penyebaran koloni.
Pseudomonas Koloni kecil berwarna merah dengan permukaan yang menjorok ke
dalam.
Bakteri yang memfermentasikan laktosa atau sukrosa Pertumbuhan kelompok
bakteri ini juga dihambat. Akan tampak sebagai koloni hijau-kuning dikelilingi oleh
media yang berwarna hijau-kuning.

HANDBOOK OF TA HAYATI

37

MAC CONKEY AGAR


Mengandung laktosa, garam empedu.
Media ini menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif.
Koloni dari bakteri Gram-negatif yang memfermentasikan laktosa berwarna merah bata dan
dapat dikelilingi oleh endapan garam empedu.
Endapan garam empedu karena penguraian laktosa menjadi asam yang akan bereaksi
dengan garam empedu.
Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa biasanya bersifat patogen tidak
memperlihatkan perubahan pada media. Warna koloni = warna media.
TABEL MAC CONKEY AGAR

Koloni

Bakteri

Serupa media

Salmonella, Shigella

Merah, dikelilingi oleh

E. coli

zona keruh
Merah muda

Enterobacter, Klebsiella

Kecil dan tidak terang

Enterococcus,

tembus

Staphylococcus

CHINA-BLUE LACTOSE AGAR


Untuk membedakan bakteri yang memfermentasikan dan tidak memfermentasikan
laktosa.
Tidak ada bahan yang menghambat pertumbuhan bakteri.
Bakteri Gram-positif dan Gram-negatif dapat tumbuh pada media ini.
Penguraian laktosa menjadi asam akan terlihat karena adanya indikator china blue
sehingga warna akan menjadi biru tua.

HANDBOOK OF TA HAYATI

38

TABEL CHINA-BLUE LACTOSE AGAR

Koloni

Bakteri

Biru tua dikelilingi oleh zona biru

E. coli

Putih, kadang-kadang dikelilingi

Laktose-negatif

zona bening
Biru hijau dan tidak terang tembus

Staphylococcus

Biru muda dan tidak terang tembus

Enterococcus

MANITOL SALT AGAR


Mengandung NaCl 7.5%, manitol.
Digunakan untuk membedakan Staphylococcus yang bersifat patogen dan yang tidak
patogen.
Indikator untuk melihat adanya pembentukan asam merah fenol.
Zona warna merah disebabkan oleh manitol yang tidak terfermentasikan.
Zona warna kuning disebabkan oleh fermentasi manitol disertai pembentukan asam.
Misal :
S. aureus membentuk zona kuning patogen.
S. epidermidis membentuk zona merah tidak patogen.

AGAR DARAH
Untuk menumbuhkan bakteri yang sulit untuk dibiakkan dan untuk membedakan kelompok
bakteri yang melisis atau tidak melisiskan butir darah merah.
Mengandung 5% darah domba.
Lisis butir darah merah terlihat sebagai wilayah jernih di sekitar koloni.
Jenis-jenis hemolisis :
o Beta-hemolisis : lisis sempurna, wilayah benar-benar jernih.
o Alpha-hemolisis : proses lisis tidak sempurna, media berwarna kehijauan.
HANDBOOK OF TA HAYATI

39

o Gamma-hemolisis : bakteri tidak mampu melisiskan butir darah merah dan tidak
menyebabkan perubahan nyata pada media.
o Proses hemolisis disebabkan oleh enzim yang dilepaskan bakteri.

LITMUS MILK
Mengandung skim milk dan indikator litmus.
Reaksi yang terjadi :
o Asam : Media berubah warna menjadi merah muda.
o Basa : Media berubah warna menjadi biru atau ungu.
o Reduksi : Media berubah warna menjadi putih.
o Koagulasi : Media akan terlihat padat karena koagulasi protein pada keadaan asam.
o Peptonisasi : Media berubah warna menjadi biru.
o Pembentukan Gas : Terjadi penguraian laktosa menjadi asam dan gas.

Contoh media uji identifikasi bakteri

Isolasi dan identifikasi mikroorganisme penyebab penyakit ataupun keracunan


harus dilaksanakan dengan cepat dan tepat sehingga pengobatan dapat diberikan
sedini mungkin. Morfologi mikroorganisme seperti bentuk, ukuran dan penataan
belum cukup untuk melakukan identifikasi suatu mikroorganisme. Oleh karena itu,
diperlukan teknik lain dalam uji identifikasi mikroorganisme, misalnya sifat biakan
HANDBOOK OF TA HAYATI

40

dan uji biokimia. Mikroorganisme yang akan diisolasi berasal dari biakan murni.
Setelah biakan murni diperoleh, serangkaian uji dilakukan untuk memperoleh sifat
biokimiawi mikroorganisme.
Acuan yang digunakan dalam identifikasi bakteri pada saat ini adalah
Bergeys Manual of Systematic Bacteriology. Identifikasi Bergeys mendasarkan pada
morfologi, sifat faal dan sifat biokimiawi bakteri. Adapun tahapan dalam isolasi dan
identifikasi bakteri dari suatu suspensi sebagai berikut :
1. Pembiakan ; untuk mengetahui sifat biakan. Suspensi bakteri digoreskan pada
agar lempengan, agar miring atau media cair. Koloni yang terbentuk harus
diperhatikan untuk mengetahui sifat pertumbuhan bakteri pada biakan.
2. Pewarnaan
Pewarnaan Gram dibuat untuk mengetahui sifat Gram serta morfologi bakteri.
Jika diperoleh suatu bakteri berbentuk batang Gram-positif, harus ditentukan
ada dan tidak adanya endospora serta letaknya. Bakteri berbentuk batang
Gram-negatif jarang menghasilkan spora. Jika bakteri yang ditemukan
berbentuk batang, Gram-positif dan tidak membentuk spora, maka perlu
dilakukan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Apabila diperlukan, pewarnaan khusus
dapat dilakukan.
3. Uji Biokimia
Setelah diperoleh koloni yang terpisah pada biakan, dapat dilakukan uji
biokimia. Uji biokimia memerlukan berbagai media, maka perlu dibuat biakan
harian (working culture) dari koloni terpisah tersebut.

HANDBOOK OF TA HAYATI

41

Penggunaan zat hara pada media (zat pati, lemak, protein, asam nukleat, asam
amino, sakarida) tergantung aktivitas metabolisme bakteri. Hasil sampingan dari
metabolisme tersebut dapat digunakan untuk identifikasi bakteri.
1. Uji Fermentasi Karbohidrat
Hasil akhir fermentasi karbohidrat ditentukan oleh sifat bakteri, media
biakan yang digunakan, serta faktor lingkungan antara lain suhu dan pH.
Media fermentasi harus mengandung senyawa yang dapat dioksidasikan
dan difermentasikan oleh bakteri. Pembentukan asam hasil fermentasi dapat
diketahui dengan cara pemberian indikator ke dalam media.
Media : Kaldu karbohidrat (glukosa, laktosa, manitol, maltosa dan sukrosa).
Media digunakan untuk uji pembentukan asam dan gas hasil fermentasi.
Pembentukan gas dapat ditentukan dengan menggunakan tabung Smith
atau Durham.
Tabung Smith digunakan bila jumlah dan macam gas yang dihasilkan harus
ditentukan.
Tabung Durham digunakan bila jumlah dan macam gas yang dihasilkan
tidak perlu diketahui. Bila terbentuk gas, gas masuk ke dalam tabung
Durham dan mendesak cairan dalam tabung ini; gas ini terlihat sebagai
gelembung udara yang terperangkap dalam tabung Durham.
Asam hasil fermentasi menyebabkan penurunan pH. Indikator yang
digunakan : merah fenol dan bromcresol purple. Pembentukan asam
ditandai oleh perubahan warna menjadi kuning.

HANDBOOK OF TA HAYATI

42

2. Uji Metil Merah


Uji metil merah sangat berguna dalam identifikasi kelompok bakteri yang
menempati saluran pencernaan.
Pada uji fermentasi menggunakan tabung Durham, hasil produksi
fermentasi tidak diketahui.
Uji metil merah digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam
campuran dengan menggunakan media : MR-VP (Methyl Red-Voges
Proskauer).
Fermentasi asam campuran ditentukan dengan menumbuhkan bakteri dalam
kaldu yang mengandung glukosa dan menambahkan indikator metil merah
ke dalam kaldu setelah masa inkubasi. Indikator berwarna merah pada pH
4.4 dan berwarna kuning pada pH 6.2.
Bila terjadi fermentasi asam campuran kaldu biakan akan tetap berwarna
merah karena terjadi penurunan pH pada kaldu biakan. Bila tidak terjadi
fermentasi asam campuran maka kaldu biakan akan menjadi berwarna
kuning.
3. Uji Voges-Proskauer
Uji ini digunakan untuk identifikasi bakteri yang memfermentasikan
karbohidrat menjadi 2,3-butanadiol.
Asetoin (asetilmetilkarbinol) adalah senyawa pendahulu dari 2,3butanadiol.

HANDBOOK OF TA HAYATI

43

Penambahan KOH dan alphanaphtol dapat menentukan adanya asetoin.


Pada penambahan KOH, adanya asetoin ditunjukkan oleh perubahan warna
kaldu menjadi merah muda. Perubahan warna ini diperjelas dengan
penambahan larutan alphanaphtol.
Media yang digunakan : MR-VP.
4. Respirasi Karbohidrat
Bakteri

menggunakan

glukosa

sebagai

sumber

energi

dengan

mengoksidasikannya menjadi piruvat melalui glikolisis. Piruvat masuk ke dalam


siklus Krebs. Dalam siklus Krebs, terjadi oksidasi menghasilkan proton dan
elektron. Proton dan elektron masuk ke dalam sistem transport elektron untuk
menghasilkan ATP. Proton dan elektron akan ditangkap oleh akseptor elektron,
misalnya oksigen atau nitrat. Bila akseptor elektron terakhir berupa oksigen,
prosesnya disebut respirasi aerobik. Bila akseptor elektron terakhir berupa
nitrat atau molekul inorganik lainnya, prosesnya disebut respirasi anaerobik.
a. Uji Oksidase
o Uji ini berguna untuk menentukan adanya oksidase sitokrom yang
ditemukan pada bakteri tertentu.
o Uji ini berguna dalam identifikasi bakteri patogen seperti Neisseria
gonorrhoea dan Pseudomonas aeruginosa.
o Bila koloni bakteri yang bersifat oksidase-positif diberi reagen oksidase
(dimetil-p-fenillendiamin oksalat), maka warna koloni berubah menjadi
hitam. Perubahan warna ini disebabkan oleh oksidase sitokrom yang

HANDBOOK OF TA HAYATI

44

mengoksidasi larutan reagen. Bila tidak terjadi proses oksidasi, misalnya


terjadi reaksi reduksi, tidak akan terjadi perubahan warna pada koloni.
b. Uji Katalase
o Pada bakteri berbentuk coccus, uji katalase berguna untuk membedakan
Staphylococcus dan Streptococcus. Kelompok Staphylococcus bersifat
katalase-positif, sedangkan kelompok Streptococcus bersifat katalasenegatif.
o Uji katalase menggunakan larutan H2O2. Pada bakteri bersifat katalasepositif terlihat pembentukan gelembung udara sekitar koloni. Reaksi :
H 2O 2 H 2O 1 / 2O 2

Katalase

Gelembung O2

o H2O2 bersifat toksik terhadap sel karena menginaktivasikan enzim dalam


sel.
o H2O2 terbentuk sewaktu metabolisme aerob, sehingga bakteri yang tumbuh
pada lingkungan aerob harus menguraikan zat toksik tersebut.
c. Uji Reduksi Nitrat
o Nitrat digunakan oleh beberapa bakteri sebagai akseptor elektron terakhir.
o Nitrat (NO3-) direduksi menjadi nitrit (NO2-) kemudian menjadi N2.
o Kemampuan mereduksikan nitrat digunakan sebagai ciri dalam identifikasi
bakteri. E. coli mereduksi nitrat menjadi nitrit, sedangkan P. aeruginosa
mereduksi mereduksi nitrat hingga menjadi N2.

HANDBOOK OF TA HAYATI

45

o Uji reduksi nitrat menggunakan kaldu nutrien yang mengandung KNO3 dan
tabung Durham. Perhatikan apakah terbentuk gas pada tabung serta nitrit
pada media biakan.
o Gas yang terperangkap dalam tabung Durham merupakan campuran gas N2
dan CO2.
o Gas N2 berasal dari penguraian sempurna nitrat, sedangkan CO2 berasal dari
siklus Krebs.
o Penambahan asam sulfamat dalam media biakan yang mengandung nitrit
akan menyebabkan pembentukan gelembung gas (N2) sebagai hasil reduksi
(NO2-) menjadi N2.
5. Uji Indol
Gugus indol merupakan bagian dari asam amino triptofan. Dalam media
biakan, indol menumpuk sebagai produk buangan, sedangkan bagian lain
dari molekul triptofan digunakan untuk memenuhi kebutuhan zat hara
bakteri.
Penumpukan indol dalam media biakan dapat diketahui dengan
penambahan reagens (Kovacs, Gore, Ehrlich dan Ehrlich-Bohme) yang
mengandung para-dimetil-aminobenzaldehida. Reagens akan bereaksi
dengan indol dan menghasilkan senyawa yang tidak larut dalam air dan
berwarna merah pada permukaan media biakan.
Media yang digunakan bersifat semipadat, oleh karena itu dapat digunakan
juga untuk melihat pergerakan bakteri. Jika bakteri bergerak akan terlihat
pertumbuhan di sekitar tusukan dan juga pada permukaan media.
HANDBOOK OF TA HAYATI

46

6. Uji IMViC
Uji untuk membedakan Enterobacter aerogenes dan E. coli.
Uji IMViC terdiri dari Uji Indol-Metil Merah-Voges Proskauer-Citrat.

TABEL UJI IMViC

Vi

E. coli

A. aerogenes

7. Uji Hidrogen Sulfida


Asam amino sistein dan metionin dihasilkan saat protein dihidrolisis untuk
memenuhi kebutuhan zat hara bakteri.
Sistein dan metionin mengandung sulfur.
Bakteri yang menghasilkan desulfurase sewaktu dibiakkan dalam media yang
kaya dengan asam amino yang mengandung sulfur akan membentuk H2S. Fe++
dalam biakan bereaksi dengan H2S dan menghasilkan senyawa FeS yang
berwarna hitam dan tidak larut dalam air.
8. Uji Dekarboksilase Lisin
Dekarboksilasi merupakan proses penguraian gugus karboksil dari suatu
molekul organik.
Proses dekarboksilasi asam amino menghasilkan CO2.

HANDBOOK OF TA HAYATI

47

Proses dekarboksilasi lisin dapat diketahui dengan menumbuhkan bakteri


dalam biakan yang mengandung lisin, karbohidrat yang dapat difermentasikan
(glukosa) dan indikator pH untuk melihat perubahan pH. Indikator yang
digunakan adalah brom cresol purple (BCP).
Asam yang dihasilkan dalam proses fermentasi glukosa akan menurunkan pH
media biakan dan menyebabkan perubahan warna dari ungu menjadi kuning.
Dalam suasana asam, proses dekarboksilasi lisin dapat berlangsung sehingga
terjadi pembentukan amin yang menetralisasi suasana asam.
Proses netralisasi asam ini terlihat sebagai perubahan warna dari kuning
menjadi ungu seperti sebelumnya.
Perubahan

warna

ungu

ini

menunjukkan

bahwa

lisin

mengalami

dekarboksilasi.
Uji dekarboksilasi lisin merupakan salah satu uji yang digunakan dalam
pencirian bakteri, terutama yang menempati saluran pencernaan.
9. Uji Deaminase Fenilalanin
Deaminase mengkatalisasi pemindahan gugus amino (NH2) dari asam amino
dan molekul lainnya yang mengandung NH.
Asam organik yang dihasilkan dapat digunakan bakteri untuk biosintesis.
Proses deaminasi menetralisasi amin yang menghambat pertumbuhan.
Uji deaminasi fenilalanin dapat digunakan dalam identifikasi bakteri saluran
pencernaan.

HANDBOOK OF TA HAYATI

48

Proses deaminasi fenilalanin menghasilkan asam fenilpiruvat. Reaksi asam


fenilpiruvat dengan ferri klorida (FeCl3) menghasilkan senyawa berwarna
hijau.
Aktivitas enzim deaminase fenilalanin ditentukan dengan cara menumbuhkan
bakteri dalam media biakan yang mengandung fenilalanin dan menambahkan
beberapa tetes larutan FeCl3. Warna hijau setelah penambahan reagens
menunjukkan bahwa fenilalanin telah dideaminasikan.
10. Uji Sitrat
Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan bakteri menggunakan sitrat
sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi.
Digunakan media sitrat-Koser (cair) atau sitrat-Simmon (padat).
Sitrat-Simmon mengandung Na sitrat (sumber karbon), NH4+ sebagai sumber
N dan biru bromtimol sebagai indikator.
Pada media sitrat-Koser, tidak terkandung indikator.
Bila bakteri mampu menggunakan sitrat yang terkandung pada media sitratSimmon, maka asam akan dihilangkan dari media biakan, terjadi peningkatan
pH dan mengubah warna media dari hijau menjadi biru.
Pada media sitrat-Koser, kemampuan menggunakan sitrat ditunjukkan oleh
kekeruhan yang menandakan adanya pertumbuhan.

HANDBOOK OF TA HAYATI

49

BAB VI
UJI MIKROORGANISME KUANTITATIF
Uji Kuantitatif Bakteri
Untuk menentukan jumlah bakteri dapat digunakan beberapa cara, antara lain :
Jumlah bakteri secara keseluruhan (total cell count); dihitung semua bakteri
baik yang hidup maupun yang mati.
Jumlah bakteri yang hidup (viable count); dihitung bakteri yang hidup saja.

A. Perhitungan Jumlah Bakteri secara Keseluruhan


a. Menghitung langsung secara mikroskopik
Digunakan object glass khusus (Petroff-Hauser) berbentuk persegi. Jumlah
cairan yang terdapat antara object glass dan kaca penutup memiliki volume
tertentu, sehingga satuan isi yang terdapat dalam persegi juga tertentu.
Hanya cairan yang mengandung bakteri dalam jumlah tinggi yang dapat
menggunakan cara ini. Perhitungan langsung dengan menggunakan mata
atau alat bantu hitung.
b. Menghitung dengan cara kekeruhan
Cara ini menggunakan spektrofotometer atau nefelometer. Cahaya yang
diabsorbsi ~ banyaknya sel bakteri.

HANDBOOK OF TA HAYATI

50

B. Perhitungan Jumlah Bakteri Hidup


1. standard plate count/hitungan cawan/angka lempeng total.
Setiap satu sel bakteri dalam suspensi diasumsikan akan tumbuh menjadi satu
koloni setelah diinkubasikan dalam media dan lingkungan yang sesuai.
Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk
menghitung jumlah bakteri karena :
1. Hanya sel bakteri yang masih hidup yang dihitung.
2. Beberapa jenis bakteri dapat dihitung sekaligus.
3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi bakteri karena koloni
yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel bakteri dengan
penampakan pertumbuhan spesifik.
Kelemahan metode hitungan cawan :
1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel bakteri yang
sebenarnya karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk
satu koloni.
2. Media dan kondisi yang berbeda menghasilkan nilai yang berbeda.
3. Bakteri yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada media padat dan
membentuk koloni yang jelas.
4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga
pertumbuhan koloni dapat dihitung.

HANDBOOK OF TA HAYATI

51

Metode hitungan cawan :


Metode Tuang (Pour Plate)
Cara :
1. Dari pengenceran yang dikehendaki, sebanyak 1 ml dipipet ke dalam cawan
petri.
2. Kemudian ke dalam cawan petri tersebut, masukkan agar cair yang telah
didinginkan hingga 500C 15 ml.
3. Cawan petri digerakkan dengan gerakan melingkar untuk menyebarkan sel-sel
bakteri secara merata.
4. Setelah agar memadat, cawan petri tersebut diinkubasi dalam inkubator dengan
posisi terbalik.
5. Koloni yang terbentuk dihitung.
Metode Permukaan (Surface/Pour Plate)
Cara :
1. Agar steril dituang ke dalam cawan petri steril, biarkan membeku.
2. Setelah membeku sempurna, kemudian sebanyak 0,1 ml sampel yang telah
diencerkan dipipet pada permukaan agar tersebut, ratakan.
3. Inkubasi.
4. Hitung koloni yang terbentuk.

HANDBOOK OF TA HAYATI

52

Cara menghitung koloni :


Contoh. Penetapan jumlah bakteri dalam susu.
Pengenceran awal 1:10 (=10-1) dibuat dengan cara mengencerkan 1 ml susu
ke dalam 9 ml larutan pengencer, dilanjutkan dengan pengenceran yang
lebih tinggi, misalnya hingga 10-5 atau 10-6, tergantung pada mutu susu.
Semakin tinggi jumlah bakteri yang terdapat di dalam susu, semakin tinggi
pengenceran yang harus dilakukan.
Jika setelah inkubasi misal didapat 60 dan 64 koloni masing-masing pada
cawan duplo yang mengandung pengenceran 10-4, maka jumlah koloni
dapat dihitung sebagai berikut :
Faktor pengenceran (fp) = Pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan.
= 10-4 x 1.0
= 10-4
Jumlah koloni

= Jumlah koloni x 1/fp per cawan


= (60+64)/2 x 1/10-4
= 6.2 x 105

HANDBOOK OF TA HAYATI

53

Gambar contoh pengenceran


Standar perhitungan (Standard Plate Count)
Cara menghitung koloni pada cawan adalah sebagai berikut :
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah
koloni antara 30 dan 300. Cawan dengan jumlah koloni yang tinggi
(>300 koloni) sulit untuk dihitung sehingga kemungkinan kesalahan
perhitungan sangat besar. Pengenceran membantu untuk memperoleh
perhitungan yang tepat, tetapi pengenceran yang terlalu tinggi akan
menghasilkan cawan dengan jumlah koloni yang rendah (<30 koloni).
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu
kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat
dihitung sebagai satu koloni.
3. Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal
dihitung sebagai satu koloni.
HANDBOOK OF TA HAYATI

54

Data yang dilaporkan harus mengikuti peraturan sebagai berikut :


1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama di
depan koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka yang ketiga sama
dengan atau lebih besar dari 5, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada
angka yang kedua.
Jumlah koloni per pengenceran

Standard
Plate

10-2

10-3

10-4

Ket

Count

234

28

2.3 x 104

28 dan 1 <30

700

125

10

1.3 x 105

700>300;10<30

TBUD

TBUD

197

2.0 x 106

TBUD >300

* TBUD = Terlalu banyak untuk dihitung


2. Jika semua pengenceran yang dibuat menghasilkan angka kurang dari 30
koloni pada cawan petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran terendah yang
dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan
besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan
dalam tanda kurung.

HANDBOOK OF TA HAYATI

55

Jumlah koloni per pengenceran

Standard
Ket

Plate
10-2

10-3

16

10-4

Count
<3.0 x 103 Hit.

(1.6 x 103)

pengenceran
pada 10-2

3. Jika semua pengenceran yang dibuat menghasilkan lebih dari 300 koloni pada
cawan petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung,
misal dengan cara menghitung jumlahnya pada bagian cawan petri,
kemudian hasilnya dikalikan empat. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300
dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus
dicantumkan dalam tanda kurung.
Jumlah koloni per pengenceran

Standard
Ket

Plate
10-2

TBUD

10-3

TBUD

10-4

355

Count
> 3.0 x 106 Hit.
(3.6 x 106)

pengenceran
pada 10-4

TBUD

325

20

> 3.0 x 105 Hit.


(3.3 x 105)

pengenceran
pada 10-3

HANDBOOK OF TA HAYATI

56

4. Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni dengan jumlah
antara 30 dan 300, dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari
kedua pengenceran tersebut adalah lebih kecil atau sama dengan 2, tentukan
rata-rata dari kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan pengencerannya.
Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari 2, yang
dilaporkan hanya hasil terkecil.
Jumlah koloni per pengenceran

Standard
Plate

10-2

293

10-3

41

10-4

Ket

Count
3.5 x 104

Hit.

rata-

ratanya
karena
41000/29300
= 1.4 (<2)
140

32

1.4 x 104

Hit.
pengenceran
pada

10-2

karena
32000/14000
= 2.3 (>2)

HANDBOOK OF TA HAYATI

57

5. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, data yang diambil
harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu, meskipun
salah satu dari cawan duplo tersebut tidak memenuhi syarat diantara 30 dan
300.
Jumlah koloni per pengenceran

Standard
Plate

10-2

10-3

10-4

175

16

208

17

Ket

Count
1.9 x 104

Rata-rata dari
pengenceran
10-2

138

42

162

43

1.5 x 104

Rata-rata dari
pengenceran
10-2

karena

perbandingan
antara
pengenceran
10-3 dan 10-2
adalah

2.8

(>2)
290

36

280

32

3.1 x 104

Rata-rata dari
pengenceran
10-2 dan 10-3

HANDBOOK OF TA HAYATI

58

karena
perbandingan
antara kedua
pengenceran
adalah

1.2

(<2)
291

25

305

27

3.0 x 104

Rata-rata dari
pengenceran
10-2
meskipun
305>300
(angka yang
lain <30)

Koliform adalah sekelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya


polusi atau kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu
dan produk susu.
Koliform dibedakan atas : 1) Koliform fekal, misalnya E.coli dan 2) Koliform
non-fekal, misalnya Enterobacter aerogenes.
Untuk mengetahui jumlah koliform, digunakan metode MPN dan metode
membran filter. Kedua metode tersebut lebih sensitif dibandingkan metode hitungan
cawan karena dapat mendeteksi dan menghitung koliform dalam jumlah kecil.

HANDBOOK OF TA HAYATI

59

Uji kualitatif koliform terbagi atas uji penduga, uji penguat, uji lengkap. Uji
penduga merupakan uji kuantitatif koliform menggunakan metode MPN.
2. Metode MPN (Most Probable Number)
Dikenal dengan metode Jumlah Perkiraan Terdekat.
Dalam metode MPN digunakan media cair di dalam tabung reaksi, dimana
perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang
ditumbuhi oleh bakteri tertentu setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
Pengamatan tabung yang positif dilihat dari timbulnya kekeruhan, atau
terbentuknya gas dalam tabung Durham untuk bakteri pembentuk gas.
Pada umumnya untuk setiap pengenceran digunakan tiga atau lima seri tabung.
Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah bakteri dalam
sampel yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk sampel
berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1 : 10 dari sampel
tersebut.
Pengenceran harus lebih tinggi dibandingkan metode hitungan cawan.
Cara kerja :
1. Buat seri pengenceran (minimal 3).
2. Inokulasikan tiap pengenceran pada 3 atau 5 seri tabung media MPN, yaitu
Lactosa Broth kemudian dilanjutkan dengan media Brilliant Green Lactose
Bile Broth.
3. Inkubasi dan diamati hasilnya.
4. Uji positif jika keruh atau terbentuk gas.
5. Gas dapat terlihat dari adanya rongga kosong pada tabung Durham.
HANDBOOK OF TA HAYATI

60

6. Sesuaikan dengan tabel MPN.


7. Hitung jumlah bakteri.
Rumus :
Jumlah bakteri = Indeks MPN x 1/Pengenceran tabung yang di tengah.
o Kombinasi : 3-2-1
o Nilai MPN dari tabel MPN 3 seri : 1.50
o MPN Bakteri

= Indeks MPN x 1/pengenceran tabung yang di tengah

= 1.50 x 1/10-3
= 1.5 x 103
Uji Penduga
1. Buat seri media laktosa cair (Lactosa Broth) dengan suatu takaran air
tertentu (10 ml, 1 ml, 0.1 ml).
2. Inkubasi 24 jam, 370C.
3. Amati terjadinya gas.
Uji Penguat
1. Dari tabung yang memberi hasil positif timbul gas, ditanam ke dalam
media agar Endo atau EMB (Eosin Metilen Blue) atau BGLBB (Brilliant
Green Lactose Bile Broth).
2. Inkubasi pada suhu 370C selama 18-24 jam.
3. Amati terdapar E.coli bila :
o Pada Endo Agar warna merah mengkilap logam
o Pada EMB warna biru tua mengkilap logam
o Pada BGLBB gas positif
HANDBOOK OF TA HAYATI

61

Uji Lengkap
1. Dari koloni yang timbul (positif/meragukan) ditanam ke dalam media
laktosa dan agar miring.
2. Inkubasi pada suhu 370C selama 24-48 jam.
3. Amati pada :
o Laktosa timbul gas.
o Koloni khas pada agar miring.
o Pewarnaan Gram-negatif bentuk batang dan tidak berspora.
4. Untuk menentukan antara E.coli dengan golongan bentuk E.coli lainnya,
maka dari pemeriksaan uji lengkap diteruskan uji IMViC.

3. Metode Membran Filter


Sebanyak 25-100 ml sampel (misal air atau susu) disaring melalui membran
filter steril dengan pori-pori 0.22 0.45 mikron dan diameter sekitar 5 cm.
Membran filter diletakkan diatas agar cawan EMB atau Endo Agar dan
diinkubasikan pada suhu 350C 370C. Jumlah koliform dinyatakan dalam
jumlah koliform per 100 ml sampel.
Pada EMB :
1. Koloni koliform fekal diameter 0.5-1.5 mm dan berwarna gelap
dengan sinar hijau metalik (keemasan).
2. Koloni koliform non-fekal diameter 1.0-3.0 mm berwarna merah
muda dan bagian tengah berwarna gelap seperti mata ikan.

HANDBOOK OF TA HAYATI

62

Pada Agar (mengandung laktosa) :


1. Koloni yang memfermentasikan laktosa (e.g. koliform) membentuk
warna merah pada bagian atas koloni dan sekelilingnya.
2. Koloni bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa (e.g. Salmonella
dan Shigella) akan membentuk koloni yang tidak berwarna.

Uji Angka Kapang


1. Media PDA steril yang telah dicairkan dan didinginkan pada temperatur 40C
ditambahkan kloramfenikol sebesar 1ml/L, dan dituang ke dalam piring petri
hingga membeku.
2. Sebanyak 1 ml suspensi hasil pengenceran sampel dituang pada permukaan
media PDA yang telah beku dalam piring petri, yang mengandung
kloramfenikol, dan diratakan dengan bantuan spreader glass.
3. Piring petri selanjutnya diinkubasi pada temperatur 20-25C selama 3-5 hari.
Perhitungan jumlah koloni kapang/khamir yang tumbuh pada media dilakukan
sesuai cara perhitungan angka lempeng total (ALT) pada bakteri.

Syarat jumlah bakteri dalam suatu sediaan <106 CFU (Colony Forming Unit)
per ml untuk bakteri.
Syarat jumlah kapang/khamir dalam suatu sediaan <104 CFU/ml untuk
kapang/khamir.

HANDBOOK OF TA HAYATI

63

BAB VII
DESINFEKTAN

1817, Joseph Lister menggunakan desinfektan yang mengandung fenol untuk


mendesinfeksi peralatan bedahnya. Hingga sekarang, fenol digunakan sebagai larutan
baku penentu kekuatan desinfektan.
Desinfektan adalah zat yang digunakan untuk mencegah atau mengendalikan
penularan dengan cara membasmi mikroorganisme patogen, apabila digunakan
pada objek yang tidak hidup/benda mati, misalnya desinfeksi pada alat kesehatan,
alat bedah dsb.
Antiseptik adalah zat yang mampu membunuh/menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dan digunakan pada jaringan hidup, misalnya kulit, gigi, mata.
Desinfektan yang ideal :
1. Cepat membasmi mikroorganisme yang patogen dan potensial termasuk spora.
2. Penetran yang baik ke dalam bahan organik, misal kapas, karet.
3. Dapat bercampur dengan bahan-bahan organik, misal sabun, deterjen.
4. Tidak menjadi inaktif oleh jaringan hidup.
5. Tidak bersifat korosif.

HANDBOOK OF TA HAYATI

64

Pengendalian = mereduksi jumlah kegiatan suatu mikroorganisme.


Tujuan pengendalian :
1. Mencegah transmisi penyakit dan infeksi.
2. Mencegah pencemaran/pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan.
3. Mencegah peruraian/pembusukan bahan tertentu oleh mikroorganisme.
Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi desinfektan :
1. Konsentrasi
2. Waktu
3. pH
4. Suhu
5. Sifat mikroorganisme
6. Kehadiran bahan extraneus
Berdasarkan mekanisme kerja, desinfektan terbagi atas :
1. Bahan yang merusak membran sel
oSurface active bahan kationik, bahan anionik, bahan non-ionik.
oSenyawa fenol fenol dan kresol.
oAlkohol
2. Bahan yang mendenaturasi protein
o Protein merupakan molekul organik yang sangat banyak terdapat di dalam sel.
Tiap protein memiliki konformasi karakteristik yang diperlukan. Jika terdapat
bahan yang dapat mengubah konformasi dari protein dengan denaturasi, maka
akan terjadi pembukaan rantai polipeptida hingga rantai menjadi melipat atau
memutar tidak beraturan.
HANDBOOK OF TA HAYATI

65

o Contoh bahan kimia yang mendenaturasi protein :


1. Asam
2. Alkali
3. Alkohol
4. Aseton
o Asam dan alkali
Bahan asam dan alkali menunjukkan daya antibakterinya melalui ion H+
atau OH- bebas, yaitu melalui molekul yang tidak terdisosiasi.
Asam kuat dan alkali kuat mempunyai kandungan desinfektan sebanding
dengan disosiasinya dalam cairan.
3. Bahan yang memodifikasi kelompok fungsional dari protein dan asam
nukleat.
Bagian katalitik dari enzim menjadi kelompok fungsional khas yang akan
mengikat substrat dan memulai proses katalisis. Inhibisi kegiatan enzim
berhasil jika satu atau lebih dari kelompok fungsional diubah atau dirusak.
Kelompok fungsional penting dari dinding sel, membran sel dan asam nukleat
adalah peka terhadap inaktivasi.
a. Logam berat : misal Hg fenil merkuri : untuk membunuh bakteri Grampositif dan Gram-negatif, kapang, khamir. Ag AgNO3 :
untuk membunuh gonococcus.

HANDBOOK OF TA HAYATI

66

b. Bahan pengoksidasi :
Halogen; misal klorin (sebagai desinfektan air), iodin (sebagai
desinfektan kulit).
Hidrogen peroksida (H2O2); merupakan desinfektan yang banyak
digunakan untuk desinfeksi yang tidak hidup, seperti peralatan bedah
dan lensa kontak.
c. Pewarna; beberapa jenis pewarna tidak hanya mewarnai bakteri, tetapi juga
menghambat pertumbuhannya pada enceran sangat tinggi. Misal :
Pewarna trifenilmetan (pewarna anilin), derivatnya : hijau berlian, hijau
malakit, violet kristal. Ketiga derivatnya bersifat selektif terhadap Grampositif.
Pewarna akridin (disebut juga flavin), misal : proflavina, akriflavina.
Keduanya bersifat sebagai antiseptik luka.
Berbeda dengan pewarna anilin, pewarna akridin tidak terpengaruh daya
antimikrobanya dengan kehadiran serum atau nanah.
d. Bahan pengalkil; inhibisi yang dihasilkan bahan pengalkil adalah
irreversible sehingga terjadi modifikasi enzim dan inhibisi kegiatan enzim.
Misal :
1. Aldehida ;

Formaldehida; digunakan sebagai pengawet jaringan segar dan bangkai.


Dalam konsentrasi tinggi merusak semua jenis mikroorganisme, termasuk

HANDBOOK OF TA HAYATI

67

spora. Formaldehida dalam bentuk gas digunakan untuk mendesinfeksi


ruangan, bahan tekstil dan instrumen.

Glutaraldehida; memiliki kemampuan 10 x dari formaldehida. Digunakan


sebagai bahan sterilisasi dingin untuk alat bedah.

2. Etilen oksida; merupakan bahan dalam bentuk gas, untuk sterilisasi materi
yang rusak karena panas, misalnya peralatan elektronik, kedokteran, biologik
dan obat. Selain bereaksi dengan protein juga bereaksi dengan ADN dan ARN.
Untuk membandingkan kekuatan desinfektan dalam menghambat pertumbuhan
bakteri dapat digunakan cakram kertas.
Pada cakram kertas dibasahi dengan desinfektan, kemudian diletakkan pada
lempengan agar yang telah diinokulasi.
Lempengan agar kemudian dierami selama 48 jam. Jika desinfektan menghambat
pertumbuhan bakteri, maka akan terlihat daerah jernih sekeliling cakram kertas.
Luas daerah terang ini menjadi ukuran kekuatan daya kerja desinfektan.

HANDBOOK OF TA HAYATI

68

BAB VIII
ANTIBIOTIKA

Antibiotika adalah :
Senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau senyawa sejenis
yang seluruhnya atau sebagian diproduksi secara sintesis kimia yang dalam
konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya.
Persyaratan antibiotika :
1. Dapat merusak atau menghambat mikroorganisme patogen tanpa
merusak tuan rumah.
2. Mikroorganisme yang peka terhadapnya tidak menjadi resisten.
3. Tidak menimbulkan alergi dan efek samping yang tidak diinginkan jika
digunakan secara berkesinambungan dengan dosis tinggi.
4. Harus tetap aktif dalam plasma, cairan tubuh atau eksudat.
5. Larut dalam air dan stabil serta tingkat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme cepat tercapai dan dapat dipertahankan
untuk waktu yang diperpanjang.
Mekanisme kerja antibiotika :
1. Inhibitor dinding sel
2. Inhibitor membran sel
3. Inhibitor fungsi ADN
4. Inhibitor terhadap sintesis protein
HANDBOOK OF TA HAYATI

69

I. Inhibitor Dinding Sel


Dinding sel yang kaku melindungi membran sitoplasma terhadap pengaruh
tekanan osmotik.
Zat yang merusak dinding sel atau mencegah sintesis polimer dinding pada sel
yang tumbuh akan mengembangkan sel yang peka terhadap osmosis dan akan
mati.
a. Antibiotika -laktam
1. Penicillin
Dapat menimbulkan reaksi hipersensitif pada kelompok kecil manusia.
Nukleus penicillin Asam-6-aminopenisilinat yang merupakan persyaratan
struktur bagi aktivitas biologis. Efektif terhadap bakteri Gram-positif dan
Gram-negatif.
Kekurangan penicillin :
1. Dapat diinaktivasi oleh pH asam dari cairan lambung.
2. Dirusak oleh penisilinase, yaitu enzim bakteri yang memecah cincin laktam.
3. Penicillin yang banyak digunakan adalah yang resisten terhadap
penisilinase, antara lain metisilina, nafsilina, kloksasilina, dikloklasilina,
oksasilina.
2. Sefalosporina
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium.

HANDBOOK OF TA HAYATI

70

Efektif terhadap Gram-positif dan Gram-negatif, mempunyai daya kerja


hampir sama dengan penicillin semisintetik.
b. Sikloserina
Antibiotika spektrum luas hanya digunakan terhadap penyakit TBC.
c. Fosfomisina
Dihasilkan oleh Streptomyces fradiae, merupakan antibiotika spektrum luas
sebagai inhibitor terhadap sintesis peptidoglikan dan kegiatan enzim.
d. Vankomisin
Antibiotika spektrum sempit, dihasilkan oleh Streptomyces orientalis. Efektif
terhadap banyak spesies dan Gram-positif, bekerja dengan menghambat
biosintesis peptidoglikan.

II. Inhibitor Membran Sel


Membran sel mempunyai peranan penting di dalam sel, yaitu merupakan
pembatas osmotik terhadap difusi bebas antara lingkungan dalam dan luar.
Membran sel berdaya terhadap konsentrasi metabolit dan nutrien di dalam sel
dan merupakan bagian untuk pernapasan dan beberapa kegiatan biosintesis.
Beberapa jenis antibiotika menunjukkan kemampuan menurunkan satu atau
lebih dari fungsi membran di atas dan hal tersebut mengakibatkan keburukan
bagi kehidupan sel.

HANDBOOK OF TA HAYATI

71

a. Polimiksina
1. Terdiri atas polimiksina A,B,C,D dan E.
2. Polimiksina B yang banyak digunakan sebagai obat.
3. Antibiotika ini mengikat permukaan luar dari membran sel serta
mengubah struktur dan kandungan osmosis dari sel.
4. Dihasilkan oleh Bacillus polymixa.
5. Efektif terhadap Gram-positif dan Gram-negatif.
b. Antibiotika poliena
Merupakan antibiotika antifungal, yaitu :
1. Nistatin; dihasilkan oleh Streptomyces noursei; tidak digunakan dalam
bentuk

injeksi

karena

toksik.

Digunakan

di

kulit

untuk

menyembuhkan penyakit karena Candida.


2. Amfoterisina; umumnya digunakan amfoterisina-B yang dihasilkan oleh
Streptomyces niveus, digunakan terhadap penyakit yang diakibatkan
oleh fungi.

III. Inhibitor Fungsi ADN


Fungsi ADN yaitu duplikasi dan replikasi (sandi genetik).
Beberapa jenis antibiotika secara khas dapat mengganggu struktur dan fungsi
ADN, tetapi sedikit yang digunakan sebagai obat karena toksisitasnya.

HANDBOOK OF TA HAYATI

72

Tiap bahan yang dapat mengganggu struktur dan fungsi ADN, maka mampu
menimbulkan efek yang mendalam dalam semua fase pertumbuhan dan
mikroorganisme yang bersangkutan.
Novobiosina
Efektif terhadap Gram-positif, dihasilkan oleh Streptomyces niveus, yang
memiliki daya kerja menghambat replikasi DNA.

IV. Inhibitor Terhadap Sintesis Protein


Sintesis protein merupakan hasil akhir dari 2 proses, yaitu :
1. Transkripsi : sintesis RNA yang tergantung pada DNA.
2. Translasi : Sintesis protein yang tergantung pada RNA.
Antibiotika yang menghambat salah satu dari proses di bawah ini, berarti
menghambat sintesis protein.
a. Inhibitor dari transkripsi
1. Aktinomisin; dihasilkan oleh Streptomyces, efektif menghambat sintesis
ADN dan ARN, bersifat toksik.
2. Rifampin; merupakan derivat semisintetik dari Streptomyces mediterranei,
yang paling berguna dari kelompok ini adalah rifampisin. Efektif terhadap
Gram-positif dan Mycobacterium seperti penyebab penyakit TBC dan lepra.
Rifampisin menghambat sintesis protein secara selektif menginaktivasi
polimerase ADN.

HANDBOOK OF TA HAYATI

73

b. Inhibitor dari translasi


1. Streptomisin
Dihasilkan oleh Streptomyces griseus, efektif terhadap Gram-negatif dan M.
tuberculosis.
Streptomisin digunakan terhadap mikroorganisme yang tidak mempan
terhadap penicillin.
2. Tetrasiklin
Merupakan antibiotika spektrum luas, efektif terhadap Gram-positif dan Gramnegatif, mikoplasma, riketsia dan klamidia.
Kelompok tetrasiklin :
1. Oksitetrasiklin
2. Khlortetrasiklin
3. Dimetilkhlortetrasiklin
4. Doksisiklin
5. Minosiklin
Daya kerja tetrasiklin lebih luas dibandingkan penicillin, streptomisin dan
kloramfenikol.
Tetrasiklin menghambat hanya mikroorganisme yang berkembang biak secara
cepat dan bersifat bakteriostatik.
Penggunaan tetrasiklin terutama terhadap mikroorganisme yang resisten
terhadap ampicillin dan sefalosporina.

HANDBOOK OF TA HAYATI

74

3. Nitrofuran
Misal : Nitrofurantoin, efektif terhadap infeksi saluran genitourinaria pada
penderita yang tidak tahan terhadap sulfonamida.
4. Kloramfenikol
Dihasilkan oleh Streptomyces venezuelae, bersifat bakteriostatik terhadap
Gram-positif dan Gram-negatif, riketsia dan klamidia.
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengganggu sintesis protein.
5. Eritromisin
Bersifat bakteriostatik dan dalam kadar tinggi sebagai bakterisida.
Dihasilkan oleh Streptomyces erytherus.
Efektif untuk infeksi pneumonia, atau diberikan pada penderita yang alergi
terhadap penicillin dan yang menderita infeksi akibat streptococcus dan
pneumococcus.
6. Linkomisin dan klindamisin
Dihasilkan oleh Streptomyces linkolensis.
Klindamisin adalah derivat khloro dari linkomisin yang dibuat secara
semisintesis. Spektrum kerjanya sama dengan eritromisin walaupun secara
kimia tidak ada hubungannya. Efektif terhadap streptococcus, pneumococcus
dan staphylococcus.

HANDBOOK OF TA HAYATI

75

7. Griseofulvin
Dihasilkan oleh Penicillium griseofulvum, merupakan fungistatik dan
mengganggu proses tubulin menjadi mikrotubula griseofulvin mengikat
protein di dalam perakitan tubulina. Jadi proses sel yang terkandung pada
fungsi mikrotubula seperti pergerakan kromosom selama mitosis akan
terhambat oleh griseofulvin.

HANDBOOK OF TA HAYATI

76

BAB IX
UJI SENSITIVITAS

1. Desinfektan
Daya kerja antimikroba (desinfektan) bahan kimia seringkali disetarakan dengan
fenol.
Kemampuan bahan kimia dibandingkan dengan fenol disebut koefisien fenol.
Koefisien fenol adalah angka yang menunjukkan ratio/perbandingan dari
pengenceran tertinggi desinfektan yang diuji dengan pengenceran tertinggi dari
fenol yang dapat membunuh mikroorganisme penguji dalam 10 menit, tetapi tidak
bisa membunuh dalam 5 menit.
Bahan kimia yang memiliki koefisien fenol lebih dari 1, mempunyai daya kerja
antimikroba yang lebih baik dibandingkan dengan fenol.
Macam-macam desinfektan antara lain Lysol, Creolin, Denol, Dettol, SOS dll.
Bila larutan desinfektan uji dengan pengenceran 1 : 250 dapat membunuh populasi
S. aureus, sedangkan hasil yang sama ditunjukkan oleh fenol pada pengenceran 1 :
60, maka koefisien fenol sebagai desinfektan uji adalah 250/60 atau 4.2. Hasil ini
menunjukkan bahwa desinfektan uji 4.2 kali lebih efektif dibandingkan fenol
dalam membunuh S. aureus secara in vitro.

HANDBOOK OF TA HAYATI

77

Rumus :
Koefisien fenol (KF) = (a/b + c/d)/2
Ket :
a Faktor pengenceran tertinggi larutan uji desinfektan masa kontak 5.
b Faktor pengenceran tertinggi larutan baku fenol masa kontak 5.
c Faktor pengenceran tertinggi larutan uji desinfektan masa kontak 10.
d Faktor pengenceran tertinggi larutan baku fenol masa kontak 10.

Contoh :

Pengenceran
Desinfektan Waktu
1/50 1/60 1/70 1/80 1/90 1/100 1/110 1/120 1/130 1/140
Fenol

Lysol

-(b)

10

-(d)

-(a)

10

-(c)

HANDBOOK OF TA HAYATI

78

Kf = (a/b + c/d)/2
= (130/120 + 140/130)/2
= 1.080
Ket :
Kf > 1 : bahan antimikroba/desinfektan efektif
Kf < 1 : bahan antimikroba/desinfektan kurang efektif
Cara kerja :
1. Baku fenol 5%
Buat pengenceran menggunakan aquadest steril (tiap tabung hanya diperlukan
5 ml fenol).
Pengenceran dibuat dengan 2 bagian waktu, yaitu 5 dan 10 tiap bagian
waktu terdiri dari 10 tabung pengenceran.
2. Inokulasi bakteri uji untuk fenol 5%.
Masukkan 0.5 ml biakan bakteri pada masing-masing tabung pengenceran
dimulai dari tabung pengenceran 5.
Ketika pertama kali memasukkan bakteri uji pada tabung pengenceran yang
pertama, waktu dicatat sebagai 0 (nol) menit. Interval waktu antar tabung
adalah 30 detik.
Perlakuan sama terhadap pengenceran 10.

HANDBOOK OF TA HAYATI

79

3. Inokulasi pada media Nutrient Broth


5 menit setelah pengisian tabung untuk waktu 5 menit tersebut, tabung pertama
dikocok, kemudian isinya diambil satu masa ose dan diinokulasikan ke dalam
tabung pertama pada media Nutrient Broth.
Dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir untuk waktu 5.
Perlakuan sama terhadap 10 tabung pengenceran untuk waktu 10.
Inkubasi pada suhu 370C selama 24-48 jam.
Amati pertumbuhan mikroorganisme.

2. Antibiotika
Cara yang umum digunakan untuk mengetahui kekuatan antibiotika adalah uji
kepekaan (sensitivitas) antibiotika terhadap mikroorganisme patogen penyebab
penyakit. Adapun cara dibawah ini tidak terbatas pada antibiotika saja, tetapi juga
agen antimikroba lainnya.
A. Metode Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
Bahan antimikroba bersifat menghambat bila digunakan dalam konsentrasi
kecil, dan mematikan mikroorganisme bila digunakan dalam konsentrasi
tinggi.
Oleh karena itu, perlu diketahui Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan
Minimum Killing Concentration) bahan antimikroba tersebut terhadap
mikroorganisme.
Dalam uji ini diperlukan suspensi baku dari mikroorganisme patogen yang
ditumbuhkan dalam kaldu.
HANDBOOK OF TA HAYATI

80

Suspensi baku tersebut dimasukkan dalam kaldu yang berisi berbagai


konsentrasi antibiotika.
Konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam
kaldu dapat ditentukan dengan mengukur kekeruhan setelah diinkubasikan.
Tabung kaldu yang berisi konsentrasi antibiotika yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroorganisme patogen terlihat bening, sedangkan tabung
dengan konsentrasi antibiotika yang tidak menghambat pertumbuhan
mikroorganisme patogen terlihat keruh.
Uji juga dapat menggunakan media agar-agar (lempengan).
Kekuatan antibiotika dapat ditentukan dengan melihat konsentrasi terendah
antibiotika

yang mampu

mematikan

atau

menghambat

pertumbuhan

mikroorganisme patogen.
MIC merupakan petunjuk konsentrasi antibiotika yang mampu menghambat
mikroorganisme dan juga memberikan petunjuk mengenai dosis yang
diperlukan dalam pengobatan penyakit.
Dengan mengetahui MIC dan sifat cairan tubuh seperti darah dan urin, dapat
ditentukan jenis antibiotik yang ampuh untuk pengobatan, besarnya dosis yang
diperlukan.
Umumnya, batas keamanan penggunaan antiibiotika untuk pengobatan
penyakit adalah sepuluh kali dosis MIC.
MIC dapat ditentukan dengan menggunakan cairan tubuh tanpa harus
mengisolasi ataupun mengidentifkasi mikroorganisme penyebab penyakit.

HANDBOOK OF TA HAYATI

81

Misal : darah atau cairan serebrospinal yang mengandung mikroorganisme


infeksius ditambahkan pada berbagai konsentrasi antibiotika.
Kekeruhan pada tabung setelah waktu inkubasi menunjukkan bahwa
konsentrasi antibiotika dalam tabung tidak mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Sebaliknya, tidak adanya kekeruhan menunjukkan bahwa
mikroorganisme peka terhadap konsentrasi antibiotika dalam tabung.

B. Metode Antibiogram-Kirby-Bauer
Uji ini diperkenalkan oleh William Kirby dan Alfred Bauer pada tahun 1966.
Pada uji ini, lempengan agar ditaburi dengan mikroorganisme penguji.
Cakram kertas (disc) yang berisi berbagai antibiotika diletakkan diatas
lempengan agar tersebut.
Penghambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh antibiotika terlihat sebagai
wilayah jernih sekitar pertumbuhan mikroorganisme (zona hambat).
Luasnya wilayah jernih merupakan petunjuk kepekaan mikroorganisme
terhadap antibiotika dan juga berkaitan dengan kecepatan berdifusi antibiotika
dalam media.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zona hambat :
o Kekeruhan suspensi bakteri :
Kurang keruh diameter zona hambatan lebih lebar.
Lebih keruh diameter zona hambatan lebih sempit.
o Kekeruhan suspensi bakteri harus distandardisasi terlebih dahulu.

HANDBOOK OF TA HAYATI

82

o Standar kekeruhan dibuat dari 0.5 ml 1.75% Barium Chloride Dihydrat


ditambah 1% asam sulfat.
Waktu peresapan suspensi bakteri ke dalam lempengan agar.
Setelah suspensi bakteri digoreskan pada agar dengan menggunakan lidi kapas
steril, diamkan 5-15. Pendiaman tidak boleh melebihi batas waktu yang
ditentukan karena dapat mempersempit diameter zona hambat, sensitif (S)
dilaporkan resisten (R).
Temperatur inkubasi
o Inkubasi dilakukan pada 350C.
o < 350C diameter zona hambatan lebih lebar sehingga R dilaporkan S
terjadi pada lempengan yang ditumpuk-tumpuk lebih dari 2
lempengan pada saat inkubasi lempengan yang di tengah suhunya
kurang dari 350C.
o 350C ada bakteri yang kurang subur dalam pertumbuhannya, ada pula
obat yang difusinya kurang baik.
Waktu inkubasi
16-18 jam. Kurang dari 16 jam, pertumbuhan bakteri belum sempurna
sehingga sukar dibaca atau diameter zona hambatan lebih lebar. Lebih dari 18
jam, pertumbuhan lebih sempurna sehingga diameter zona hambatan lebih
sempit.

HANDBOOK OF TA HAYATI

83

Tebal agar-agar
Ketebalan agar-agar sekitar 4 mm.
< 4 mm difusi obat lebih cepat.
> 4 mm difusi obat lebih lambat.
Jarak antar disc obat
Jarak yang dianjurkan minimum 15 mm, untuk menghindari terjadinya zona
hambatan yang tumpang tindih. Cawan petri dengan diameter 9-10 cm,
maksimum dapat memuat 7 disc obat. Penempelan disc obat dapat
menggunakan pinset.
Potensi disc obat
Tiap jenis disc obat memiliki diameter yang sama, tetapi potensinya berbeda.
Komposisi media
Berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri, difusi obat, aktivitas obat dsb.

Gambar pengujian antibiotika


HANDBOOK OF TA HAYATI

84

Pembacaan pengukuran diameter zona hambat


Dengan menggunakan kertas berwarna gelap atau dengan latar belakang sedikit
gelap, bisa dengan menggunakan jangka.
Diameter zona hambat yang diukur adalah daerah jernih sekitar disc obat (tidak
ada pertumbuhan bakteri), diukur dari ujung yang satu ke ujung yang lain
melalui tengah-tengah disc obat.
Hasil pengukuran diameter zona hambat dibandingkan dengan standar (resisten
(R), sensitif (S) atau intermediate (I)).

HANDBOOK OF TA HAYATI

85

HANDBOOK OF TA HAYATI

86

Kontrol Kualitas
o Adalah usaha yang dilakukan untuk menetralisasi faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap diameter zona hambat.
o Memeriksa mutu media dan disc obat dengan menggunakan bakteri standar:
S. aureus ATCC 25923, E. coli ATCC 25922 dan P. aeruginosa ATCC
27853.

HANDBOOK OF TA HAYATI

87

BAB X
UJI PRODUK FARMASI
1. Uji Pirogen
Pirogen adalah reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada
pemberian sediaan injeksi.
Tujuan Uji Pirogen :
Membatasi resiko reaksi demam.
Pengujian meliputi : pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan
larutan uji secara intravena dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi
dengan uji kelinci dengan dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 ml per kg bobot
badan dalam jangka waktu tidak lebih dari 10 menit.
Alat dan Pengencer
Alat :
1. Alat suntik
2. Jarum
3. Alat kaca bebas pirogen
Pengencer : Sesuai monografi
Misal : apabila digunakan injeksi Natrium Klorida sebagai pengencer, gunakan
injeksi yang mengandung larutan Natrium Klorida P 0.9 %.

HANDBOOK OF TA HAYATI

88

Rekaman suhu
Termometer yang telah dikalibrasi untuk menjamin ketelitian skala 0.10C dan
telah diuji bahwa pembacaan suhu maksimum tercapai 5 menit.
Cara :
Masukkan alat pengukur suhu ke dalam anus kelinci dengan kedalaman tidak
kurang dari 7.5 cm.
Hewan Uji
1. Kelinci dewasa yang sehat
2. Tempatkan satu ekor dalam satu kandang dengan suhu 20-230C dan bebas dari
gangguan yang menimbulkan kegelisahan.
3. Untuk kelinci yang belum pernah digunakan untuk uji pirogen adaptasikan
tidak lebih dari 7 hari dengan uji pendahuluan.
4. Kelinci tidak boleh digunakan untuk uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu
48 jam atau sebelum 2 minggu setelah digunakan untuk uji pirogen bila
menunjukkan kenaikan suhu maksimum 0.600C atau lebih, atau digunakan
untuk sediaan yang mengandung pirogen.
Prosedur :
Pengujian dalam ruang terpisah dengan kondisi lingkungan yang sama dengan
ruang pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkan kegelisahan.
Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian.
Minum dibolehkan setiap saat, tetapi dibatasi pada saat pengujian.

HANDBOOK OF TA HAYATI

89

Tidak lebih 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji, tentukan suhu. Suhu
awal setiap kelinci tidak boleh lebih dari 39.80C.
Beda suhu setiap kelinci tidak boleh lebih dari 10.
Kecuali dinyatakan lain, suntikan 10 ml/kg BB melalui vena tepi telinga 3 ekor
kelinci dan penyuntikan dilakukan dalam waktu 10 menit.
Semua larutan harus bebas dari kontaminasi, dengan cara menghangatkan pada
suhu 370 2 sebelum penyuntikan.
Penafsiran Hasil :
1. Setiap penurunan suhu dianggap nol, sediaan memenuhi syarat apabila tak
seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0.50 atau lebih.
2. Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan 0.50 atau lebih lanjutkan
pengujian menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor dari 8
kelinci masing-masing menunjukkan suhu 0.50 atau lebih dan jumlah
kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3.30, sediaan
dinyatakan memenuhi syarat bebas pirogen.

2. Uji Sterilitas
Media yang digunakan untuk uji sterilitas :
Media tioglikolat cair
Media tioglikolat alternatif
Soybean-casein digest medium

HANDBOOK OF TA HAYATI

90

Prosedur umum
Prosedur pengujian terdiri atas :
a. Inokulasi langsung ke dalam media uji

CAIRAN
1. Pindahkan cairan dari wadah uji (ampul atau vial) menggunakan pipet atau
jarum suntik steril.
2. Secara aseptik inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap wadah uji ke
dalam tabung media.
3. Campur cairan dengan media.
4. Inkubasi selama 14 hari.
5. Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin sekurangnya
pada hari ke-3, ke-4 dan ke-5 atau ke-7 dan ke-8 pada hari terakhir masa uji.

ZAT PADAT
1. Ambil sejumlah tertentu produk dalam bentuk padat kering (atau yang terlebih
dahulu dibuat larutan atau suspensi dalam cairan pengencer steril) dengan tidak
kurang dari 300 mg tiap wadah atau seluruh isi wadah jika tiap isi kurang dari
300 mg.
2. Inokulasikan ke dalam masing-masing tidak kurang dari 40 ml media
tioglikolat cair dan soybean-casein digest medium.
3. Langkah selanjutnya sama seperti langkah pada CAIRAN.

HANDBOOK OF TA HAYATI

91

KAPAS MURNI, PERBAN, PEMBALUT, BENANG BEDAH DAN BAHAN


SEJENISNYA
1. Dari setiap kemasan kapas, perban gulung atau pembalut perban yang diuji
ambil secara aseptik dua bagian atau lebih masing-masing 100-500 mg dari
bagian paling dalam. Dari individu contoh bentuk kemasan tunggal seperti
bantalan perban, ambil secara aseptik sejumlah 250-500 mg atau keseluruhan
contoh bila ukurannya kecil, seperti pembalut serap berperekat 25 mm x 75
mm atau lebih kecil, atau benang bedah.
2. Langkah selanjutnya sama seperti langkah pada CAIRAN.

ALAT KESEHATAN STERIL


Untuk alat yang bentuk dan ukurannya memungkinkan dicelupkan keseluruhan
ke dalam 1000 ml media, uji alat utuh menggunakan media yang sesuai,
inkubasi. Langkah selanjutnya sama seperti langkah pada CAIRAN.
Untuk alat yang mempunyai pipa/saluran berlubang seperti alat transfusi atau
infus atau yang ukurannya menyebabkan pencelupan tidak dapat dilakukan dan
hanya saluran cairannya yang harus steril, bilas lumen masing-masing dari 20
unit dengan sejumlah secukupnya media tioglikolat cair dan soybean-casein
digest medium.
Untuk alat yang bentuk dan ukurannya tidak dapat dicelup, maka uji bagian
alat yang paling sulit disterilisasi, dan jika mungkin lepaskan dua atau lebih
bagian yang penting dari alat. Secara aseptik pindahkan bagian tersebut ke
dalam 1000 ml media.

HANDBOOK OF TA HAYATI

92

ALAT SUNTIK KOSONG ATAU TERISI


Untuk alat suntik terisi yang dilengkapi jarum steril, keluarkan isi produk
melalui lumen. Pengujian sama seperti pada cairan dalam ampul atau vial.
Untuk alat suntik kosong steril, masukkan media atau pengencer steril ke
dalam alat suntik melalui jarum yang disertakan atau jika tidak disertakan
melalui jarum steril yang dipasang untuk tujuan pengujian.
Contoh :
OBAT-OBATAN ANTIBIOTIKA/KIMIA
Secara aseptik diambil setengah dari jumlah spesimen yang ada di dalam
ampul, dilarutkan di dalam air garam, aquadest atau pelarut lain yang steril,
sebanyak mungkin dengan tujuan meniadakan potensi obat tersebut. Kemudian
lakukan penyaringan.
VITAMIN, AQUADEST, AIR GARAM
Diambil beberapa spesimen ampul, tutupnya atau bagian yang akan dibuka
dibersihkan dengan kapas alkohol. Ampul dipatahkan ujungnya, sedangkan
vial dibuka tutup aluminiumnya yang di tengah, isinya diambil dengan syringe
steril disposable.
KAIN KASA
Bungkus kain kasa dibuka secara steril, kain kasa diambil diletakkan di dalam
cawan petri steril, digunting-gunting dengan gunting steril menjadi bagian
kecil-kecil.
Media yang digunakan :
BHI broth/Tryptose Soy Broth/Blood Broth untuk bakteri aerob.
Cooked meat medium untuk bakteri aerob.
HANDBOOK OF TA HAYATI

93

Media tioglikolat untuk bakteri aerob/anaerob.


Potato dextroseagar untuk kapang dan khamir.
b. Teknik penyaringan membran
Membran yang sesuai umumnya memiliki porositas 0.45 m, dengan diameter
lebih kurang 47 mm, dan kecepatan penyaringan air 55 ml hingga 75 ml per
menit pada tekanan 70 cmHg.
3. Uji Koefisien Fenol
Contoh hasil pengamatan baku fenol
Lama kontak
5
10
+
+
+

15
-

Contoh hasil pengamatan desinfektan


Desinfektan X
Lama kontak
Pengenceran
5
10
1 : 100
1 : 150
1 : 200
1 : 250
+
1 : 300
+
+
1 : 350
+
+
1 : 400
+
+

15
+
+

Baku
Pengenceran
1 : 80
1 : 90
1 : 100

Hitung koefisien fenol (KF).


Tabel hasil uji baku fenol yang memenuhi syarat
Lama kontak
Pengenceran
5
10
1 : 80
+/1 : 90
+/+/1 : 100
+
+

15
+/-

Bila dari dua pengenceran pertama dari baku fenol yang diuji tidak ada satupun
tabung pengenceran yang memberikan hasil positif dalam masa kontak 5 dan
HANDBOOK OF TA HAYATI

94

memberikan hasil pertumbuhan negatif dalam masa kontak 10, maka diperkirakan
bahwa pengenceran yang diharapkan berada diantara pengenceran kedua (1 : 90) dan
pengenceran ketiga (1 : 100). Lihat tabel di bawah.

Contoh hasil perkiraan uji baku fenol


Pengenceran

5
+

1 : 80
1 : 90
1 : 100

Lama kontak
10
+

15
-

Contoh hasil perkiraan uji desinfektan


Pengenceran
1 : 300
1 : 350
1 : 400

5
+

Lama kontak
10
+

15
-

Jadi angka perkiraan untuk baku fenol antara 90-100, untuk desinfektan antara 350400.
Hitung koefisien fenol (KF).

HANDBOOK OF TA HAYATI

95

BAB XI
FUNGI
Terbagi atas dua golongan yaitu kapang dan khamir.
Kapang
Membentuk filamen panjang yang disebut hifa dan merupakan ciri utama
fungi.
Kumpulan hifa disebut miselium.
Hifa memiliki dua struktur yaitu bersepta dan tidak bersepta.
Septa menyekat sel sehingga filamen yang panjang terlihat sebagai rangkaian
sel.
Hifa yang tidak bersepta disebut hifa konositik.
Dinding sel fungi mengandung khitin yang merupakan komponen utama
dinding sel. Hifa mengabsorbsi zat hara dari sekelilingnya dan memanjang
dengan cara membelah diri.
Hifa dapat membentuk struktur reproduksi yang disebut spora.
Metode untuk melihat struktur fungi dengan jelas adalah dengan slide culture.
Identifikasi kapang berdasarkan ciri morfologi hifa, warna (pigmen) hifa,
jenis hifa (ada septa/tidak), ukuran, bentuk, warna serta penataan spora.

HANDBOOK OF TA HAYATI

96

Kelompok kapang diklasifikasikan berdasarkan spora seksualnya;


Klasifikasi
Zygomycetes

Ciri
Hifa konositik.
Spora seksual : zygospora.
Spora aseksual : sporangiospora
dalam sporangium.
Contoh : Rhizopus dan Mucor.

Ascomycetes

Hifa bersepta.
Spora seksual : askuspora dalam
askus.
Spora aksesual : konidium.
Contoh

Neurospora,

Saccharomyces.
Deuteromycetes

Bentuk seperti khamir.


Hifa seperti Ascomycetes.
Tidak mempunyai stadium seksual.
Spora aseksual : konidium.
Contoh : Penicillium, Aspergillus,
Candida.

HANDBOOK OF TA HAYATI

97

Slide Culture
Cara :
1. Letakkan kertas saring pada dasar cawan petri.
2. Letakkan batang gelas steril berbentuk U diatas kertas saring.
3. Kertas saring dibasahi dengan air, sehingga suasana dalam cawan petri menjadi
lembab.
4. Letakkan object glass diatas batang gelas berbentuk U.
5. Potong agar Saboraud berbentuk persegi dan letakkan diatas object glass.
6. Sisi dari agar ini diinokulasi dengan kapang.
7. Letakkan kaca penutup diatas potongan agar, kemudian tutup cawan petri.
HANDBOOK OF TA HAYATI

98

8. Diamkan dalam suhu kamar selama 48 jam.

Khamir (Ragi)
Merupakan fungi yang tidak berfilamen dan bereproduksi melalui pertunasan
atau pembelahan sel.
Pertunasan dapat terjadi melalui satu ujung (pertunasan polar) atau melalui
beberapa tunas di sekeliling sel (pertunasan multilateral).
Jenis pertunasan, bentuk dan jumlah askuspora merupakan ciri yang
banyak digunakan dalam identifikasi khamir.
Khamir digunakan dalam pembuatan roti dan anggur, namun ada khamir yang
bersifat patogen, contoh : Candida dan Cryptococcus.

HANDBOOK OF TA HAYATI

99

Klasifikasi khamir sebagai berikut berdasarkan morfologinya :


Genus
Torulopsis,

Ciri
Cryptococcus, Hanya ada pertunasan

Rhodotorula
Candida

Tunas dan pseudomiselium

Trichosporon

Tunas,

pseudomiselium

dan

arthrospora
Geotrichum

Miselium dan arthrospora

Saccharomyces

Tunas dan askuspora

Torulopsis
Kecil, berbentuk oval, seringkali menyebabkan pencemaran dalam industri
minuman.
Cryptococcus
Besar, berbentuk bulat, mempunyai kapsel dan sering ditemukan pada buah,
C. neoformans bersifat patogen terhadap manusia.
Rhodotorula
Khamir berwarna merah atau merah muda. Bila biakan dibiarkan tumbuh
pada lempengan agar maltosa terlihat pertumbuhan koloni bayangan pada
bagian tutup cawan petri.

HANDBOOK OF TA HAYATI

100

Candida
Candida penting dalam bidang kesehatan, terutama C. albicans. Semua
candida membentuk koloni kekuningan dan licin pada agar, terkecuali C.
krusei yang berpenampilan seperti serpihan kaca. C. utilis sering digunakan
pada industri makanan sehingga sering disebut khamir pangan.
Trichosporon
T. cutaneum sering ditemukan pada permukaan kulit. Bila ditumbuhkan
pada agar maltosa akan terlihat sebagai koloni yang menyebar dan basah.
Geotrichum
Pencemar dalam industri makanan dan acar.
Saccharomyces
S. cereviseae digunakan dalam industri minuman dan roti.

HANDBOOK OF TA HAYATI

101

Bahan yang diperlukan :


Biakan khamir
Media : agar V-8
Potongan wortel
Cara mengerjakan :
Buat preparat basah dari biakan khamir yang disediakan.
Periksa preparat dengan menggunakan perbesaran 45x dan 100x. Amati
morfologi khamir dan penampilan tunas. Cari sel yang memiliki askuspora.
Amati bentuk dan hitung jumlah askuspora.

HANDBOOK OF TA HAYATI

102

Bila askuspora tidak ditemukan, biakkan khamir pada agar V-8 atau sepotong
wortel. Khamir seringkali membentuk askuspora pada media biakan yang kaya
seperti agar V-8.
Bandingkan dengan tabel di bawah ini.

TABEL CIRI BIOKIMIA BEBERAPA KHAMIR

HANDBOOK OF TA HAYATI

103

Daftar Pustaka

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Ed. IV, Jakarta : DEPKES RI.


Benson, Microbiological Applications, e-book.
Fardiaz, S., 1993, Analisis Mikrobiologi Pangan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Irianto, K., 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, Bandung : CV
Yrama Widya.
Lay, B.W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.

HANDBOOK OF TA HAYATI

104

Anda mungkin juga menyukai