I. TUJUAN :
Untuk menetapkan apakah bahan farmakope yang harus steril memenuhi syarat
berkenaan dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada masing-masing monografi.
II. KOMPOSISI MEDIA DAN CARA PEMBUATAN :
1. Media Tioglikolat Cair (Fluid Thioglycollate Medium) → [FI VI, P.1832-
1833]
Media Tioglikolat Cair (Fluid Thioglycollate Medium), media ini digunakan
untuk menumbuhkan bakteri.
Komposisi : (pH setelah sterilisasi 7,1±0,2)
L-Sistin P 0,5 g
Natrium klorida P 2,5 g
Dekstrosa monohidrat/anhidrat P 5,5/5,0 g
Agar P 0,75 g
Yeast extract (larut dalam air) 5,0 g
Pancreatic digest of casein 15,0 g
Natrium tioglikolat P atau 0,5 g
Asam tioglikolat P 0,3 mL
Larutan natrium resazurin P (1 dalam 1000) dibuat segar 1,0 mL
Air murni 1000 mL
Prosedur Pembuatan :
1. Dicampur dan dipanaskan hingga larut L-sistin P, natrium klorida P,
dekstrosa, yeast extract dan pancreatic digest of casein dalam air murni.
2. Dilarutkan natrium tioglikolat P atau asam tioglikolat P ke dalam larutan
dan atur pH hingga setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2 dengan penambahan natrium
hidroksida 1 N.
3. Jika diperlukan penyaringan, larutan dipanaskan kembali tanpa mendidih,
dan disaring selagi panas melalui kertas saring yang telah dibasahkan.
4. Ditambahkan larutan natrium resazurin P, dicampur dan media ditempatkan
dalam tabung yang sesuai, yang memberikan perbandingan permukaan
dengan kedalaman media sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari
setengah bagian atas media yang mengalami perubahan warna sebagai
indikasi masuknya oksigen pada akhir masa inkubasi.
5. Disterilisasi menggunakan proses yang telah divalidasi.
6. Jika media disimpan, maka disimpan pada suhu antara 2o dan 25o dalam
wadah steril tertutup rapat.
7. Jika lebih dari sepertiga bagian atas media terjadi warna merah muda, media
dapat diperbaiki kembali dengan pemanasan diatas tangas air atau dalam
uap air yang mengalir bebas hingga warna merah muda hilang, dan
didinginkan secepatnya, dicegah masuknya udara tidak steril ke dalam
wadah.
8. Media tidak boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang
telah tervalidasi.
9. Media Cair Tioglikolat diinkubasi pada suhu 30° - 35°.
Prosedur Pembuatan :
1. Dicampur dan dipanaskan hingga larut L-sistin P, natrium klorida P,
dekstrosa, yeast extract dan pancreatic digest of casein dalam air murni.
2. Dilarutkan natrium tioglikolat P atau asam tioglikolat P ke dalam larutan
dan atur pH hingga setelah sterilisasi 7,1±0,2 dengan penambahan natrium
hidroksida 1 N.
3. Jika diperlukan penyaringan, larutan dipanaskan kembali tanpa mendidih,
dan disaring selagi panas melalui kertas saring yang telah dibasahkan.
4. Disterilisasi menggunakan proses yang telah divalidasi.
5. Jika media disimpan, maka disimpan pada suhu antara 2o dan 25o dalam
wadah steril tertutup rapat.
6. Jika lebih dari sepertiga bagian atas media terjadi warna merah muda, media
dapat diperbaiki kembali dengan pemanasan diatas tangas air atau dalam
uap air yang mengalir bebas hingga warna merah muda hilang, dan
didinginkan secepatnya, dicegah masuknya udara tidak steril ke dalam
wadah.
7. Media tidak boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang
telah tervalidasi.
8. Media tioglikolat alternatif dapat digunakan jika sudah disetujui. Dibuat
campuran menggunakan komposisi sama seperti media cair tioglikolat
tetapi tidak menggunakan agar P dan larutan natrium resazurin P.
9. Disterilkan sama seperti di atas. pH setelah sterilisasi 7,1±0,2. Dipanaskan
dalam tangas air sebelum digunakan dan inkubasi pada suhu 30° - 35°
dalam kondisi anaerob.
Prosedur Pembuatan :
1. Dilarutkan semua bahan padat dalam air murni, dihangatkan hingga larut.
2. Didinginkan larutan hingga suhu ruang, dan jika perlu diatur pH larutan
hingga setelah sterilisasi 7,3±0,2 dengan penambahan natrium hidroksida 1
N.
3. Jika perlu disaring hingga jernih, dibagi dalam wadah-wadah yang sesuai
dan disterilisasi
4. menggunakan proses yang telah divalidasi.
5. disimpan pada suhu antara 2o dan 25o dalam wadah steril dan tertutup baik,
kecuali jika segera digunakan.
6. Media tidak boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang telah
tervalidasi.
7. Soybean Casein Digest Medium diinkubasi pada 22,5 ± 2,5o.
Lidokain 2 mL 2 mL
IV. CARA KERJA
1. Metode Penyaringan Membran
Menurut Farmakope Indonesia Edisi VI Hal: 1836, penyaringan dengan
metode membran dilakukan dengan cara:
a. Gunakan penyaring membrane dengan porositas tidak lebih dari 0,45 μm
yang telah terbukti efektif menahan mikroba.
b. Penyaring khusus yang sesuai mungkin diperlukan untuksediaan tertentu
(seperti antibiotik). Contoh: penyaring selulosa nitrat digunakan untuk
larutan yang mengandung air, minyak dan larutan yang mengandung
alkohol berkadar rendah, dan penyaring selulosa asetat digunakan untuk
larutan mengandung alkohol berkadar tinggi.
c. Teknik pengujian pada praktikum ini menggunakan membrane
berdiameter lebih kurang 50 mm.
d. Jiika digunakan penyaring dengan diameter yang berbeda, volume larutan
pengencer dan pembilas harus disesuaikan. Peralatan penyaring dan
membran disterilisasi dengan cara yang sesuai.
e. Peralatan dirancang hingga larutan uji dapat dimasukkan dan disaring pada
kondisi aseptic, membrane dapat dipindahkan secara aseptic ke dalam
media atau dapat dilakukan inkubasi setelah media dimasukkan ke dalam
alat penyaring itu sendiri.
Peralatan unit penyaring membran yang sesuai terdiri dari satu perangkat
yang dapat memudahkan penanganan bahan uji secara aseptis dan membrane
yang telah diproses dapat dipindahkan secara aseptis untuk inokulasi ke
dalam media atau satu perangkat yang dapat ditambahkan media steril ke
dalam penyaringnya dan membrane diinkubasi in situ. Membran yang sesuai,
umumnya mempunyai porositas 0,45 μm, dengan diameter lebih kurang 47
mm, dan kecepatan penyaringan air 55-75 ml/ menit pada tekanan 70 cm Hg.
3. PENAFSIRAN HASIL
(FI VI, hal 1838-1839)
1. Tahap Pertama
Pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi , amati isi semua
wadah secara visual akan adanya pertumbuan mikroba dalam media, seperti
kakeruhan pada media atau pertumbuhan pada permukaan. Jika tidak terjadi
pertumbuhan maka bahan uji memenuhi syarat sterilitas. Jika ditemukan
pertumbuhan mikroba maka bahan uji tidak memenuhi syarat uji sterilitas,
kecuali apabila data pemantauan mikroba terhadap fasilitas uji sterilitas
menunjukan ketidaksesuaian terkait pengkajian prosedur uji sterilitas,
pertumbuhan mikroba didapatkan kontrol negatif, terdapat kesalahan pada bahan
uji dan teknik pengujian yang digunakan tidak aseptik, maka tahap ini dinyatakan
tidak abash dan dapat dilakukan uji ulang.
2. Tahap Kedua
Jika pengujian dinyatakan tidak absah dilakukan pengujian ulang dengan
menggunakan jumlah bahan yang diuji, media dan periode inkubasi sama seperti
tertera pada tahap pertama. Jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan
yang diuji memenuhi syarat uji sterilitas. Jika ditemukan pertumbuhan mikroba,
hasil yang diperoleh membuktikan bahwa bahan uji tidak memenuhi syarat. Jika
dapat dibuktikan bahwa uji pada tahap kedua tidak absah karena kesalahan atau
teknik aseptic tidak memadai, maka uji tahap kedua dapat diulang.
FI VI, P.1832
FI VI, P.1833
FI VI, P. 1834
FI VI, P. 1837-1838
FI VI, P. 1836
FI VI, P. 1838-1839