Anda di halaman 1dari 12

PERBEDAAN UJI STERILITAS PADA

FI EDISI III, FI EDISI IV DAN FI EDISI V

Terdapat beberapa perbedaan cara Uji Sterilitas pada FI Edisi III, FI Edisi IV
dan FI Edisi V. Perbedaan tersebut, diantaranya adalah :
1) Prinsip dan Metode Uji Sterilitas
2) Medium Pembenihan
3) Mikroorganisme Uji (Kuman Indikator)
4) Uji Fertilitas Media
5) Penafsiran Hasil Uji Sterilitas
Pada tiap-tiap perbedaan diatas, dapat diketahui letak perbedaannya
diantaranya adalah :
1) Prinsip dan Metode Uji Sterilitas
a. Prinsip dan Metode Uji Sterilitas pada FI Edisi III
Gunakan medium perbenihan yang memenuhi syarat uji fertilitas medium
perbenihan. Siap 2 tabung medium perbenihan tioglikolat, tambahkan pada
masing-masing tabung sediaan uji, keramkan pada suhu suhu 300 sampai 320
selama tidak kurang dari 7 hari.
Siapkan 2 tabung medium perbenihan kasamino, tambahkan pada masingmasing tabung sediaan uji, keramkan pada suhu 220 sampai 250 selama tidak
kurang dari 2 hari.
Penafsiran hasil zat uji dinyatakan memenuhi syarat sterilitas, jika pada
masing-masing tabung tidak terdapat pertumbuhan jasad renik. Jika terjadi
keraguan, tabung yang diragukan dibiakkan kembali menggunakan medium
perbenihan baru dan dieramkan selama waktu yang sama. Kalau terdapat
pertumbuhan jasad renik yang sama seperti pada pengujian pertama, maka zat uji
dinyatakan tidak memenuhi syarat.
Jika pada pengujian kedua terdapat pertumbuhan jasad renik yang lain
dibandingkan pengujian pertama, ulangi pengujian untuk ketiga kalinya.
Zat uji dinyatakan memenuhi syarat jika tidak terjadi pertumbuhan jasad
renik.
b. Prinsip dan Metode Uji Sterilitas pada FI Edisi IV

Prosedur pengujian terdiri dari (1) inokulasi langsung kedalam media uji
dan (2) teknik penyaringan membrane. Uji sterilitas untuk bahan farmakope, jika
mungkin menggunakan penyaringan membra merupakan metode pilihan.
Prosedur ini terutama berguna untuk cairan dan serbuk yang dapat larut yang
bersifat bakteriostastik atau fungistatik, untuk memisahkan mikroba kontaminan
dan penghambat pertumbuhan.
Prosedur harus divalidasi untuk penggunaan tersebut. dengan alasan yang
sama cara ini sangat berguna untuk bahan seperti minyak, salep atau krim yang
dapat melarut kedalam larutan pengecer bukan bakteriostastik atau bukan
fungistatik. Penggunaan juga sesuai untuk sterilitas cairan atu serbuk dapat larut
bukan bakteriostastik atau bukan fungistatik. Teknik penyaringan membrane dapat
juga digunakan untuk uji sterilitas permukaan atau lumen kritis alat-alat
kesehatan.
1. Prosedur Uji Inokulasi Langsung ke dalam Media Uji Cairan
Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik steril.
Secara aseptik, inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap bahan uji kedalam
tabung media campur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan. Inkubasi
dalam media tertentu seperti yang tertera pada prosedur umum, selama tidak
kurang dari 14 hari amati pertumbuhan pada media secara visual sesering
mungkin sekurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke8 dan pada hari terakhir dari masa uji.
Jika zat uji menyebabkan media menjadi keruh sehingga ada atau tidaknya
pertumbuhan mikroba tidak segera dapat ditentukan secara visual, pindahkan
sejumlah memadai media kedalam tabung baru berisi media yang sama, seperti 1
kali antara hari ke-3 dan ke-7 sejak pengujian dimulai. Lanjutkan inkubasi media
awal dan media baru selama total waktu tidak kurang dari 14 hari sejak inokulasi
awal.
Prosedur Uji Inokulasi Langsung ke dalam Media Uji Cairan dapat
digunakan untuk uji sterilitas :
a. Cairan
b. Salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropil miristat
c. Zat padat

d. Kapas murni, perban, pembalut, benang bedah dan bahan sejenisnya


e. Alat kesehatan steril
f. Alat suntik kosong atau terisi steril
2. Prosedur Uji Menggunakan Penyaringan Membran
Jika teknik penyaringan membran digunakan untuk bahan cair yang dapat
diuji dengan cara inokulasi langsung kedalam media uji, uji tidak kurang dari
volume dan jumlah seperti yang tertera pada Pemilihan Spesimen Uji Dan Masa
Inkubasi.
Peralatan unit penyaring membran yang sesuai terdiri dari satu perangkat
yang dapat memudahkan penanganan bahan uji secara aseptik dan membran yang
telah diproses dapat dipindahkan secara aseptik untuk inokulasi kedalam media
yang sesuai atau satu perangkat yang dapat ditambahkan media steril ke dalam
penyaringanya dan membran inkubasi In Situ. Membran yang sesuai umumnya
mempunyai porositas 0,45 m, dengan diameter lebih kuan 47 mm, dan kecepatan
penyaringan air 55 ml sampai 75 ml permernit pada tekanan 70 cmHg. Unit
keseluruhan daat dirakit dan disterilkan bersama dengan cara apasaja yang dapat
mempertahanka karakteristik penyaring dan menjamin sterilitas penyaring dan
perangkatnya.
Jika bahan uji berupa minyak, membran dapat disterilkan terpish, dan
setelah melalui pengeringan, unit dirakit secara aseptik.
Prosedur Uji Menggunakan Penyaringan Membran dapat digunakan untuk
uji sterilitas :
a. Cara ini dapat digunakan untuk uji sterilitas
b. Cairan yang dapat bercampur dengan pembawa air
c. Cairan yang tidak bercampur dengan pembawa air (> 100 ml/wadah)
d. Zat padat yang dapat di saring
e. Salep dan minyak yang larut dalam isopropyl miristat
f. Alat kesehatan
g. Zat padat yang tidak dapat di saring
3. Prinsip dan Metode Uji Sterilitas pada FI Edisi V
Pengujian terhadap contoh uji dapat dilakukan menggunakan teknik
Penyaringan Membran atau Inokulasi Langsung ke dalam Media Uji. Gunakan

juga kontrol negatif yang sesuai. Teknik Penyaringan Membran digunakan


apabila sifat contoh sesuai, yaitu untuk sediaan yang mengandung air dan dapat
disaring, sediaan yang mengandung alkohol atau minyak, dan sediaan yang dapat
dicampur dengan atau yang larut dalam pelarut air atau minyak, dengan ketentuan
bahwa pelarut tidak mempunyai efek antimikroba pada kondisi pengujian.
1. Penyaringan Membran
Gunakan penyaring membran dengan porositas tidak lebih dari 0,45 m
yang telah terbukti efektif menahan mikroba. Sebagai contoh, penyaring selulosa
nitrat digunakan untuk larutan yang mengandung air, minyak dan larutan
mengandung alkohol berkadar rendah; dan penyaring selulosa asetat digunakan
untuk larutan mengandung alkohol berkadar tinggi. Penyaring khusus yang sesuai
mungkin diperlukan untuk sediaan tertentu (misal: untuk antibiotik).
Teknik pengujian di bawah ini menggunakan membran berdiameter lebih
kurang 50 mm. Jika digunakan penyaring dengan diameter yang berbeda, volume
larutan pengencer dan pembilas harus disesuaikan. Peralatan penyaring dan
membran disterilisasi dengan cara yang sesuai. Peralatan dirancang hingga larutan
uji dapat dimasukkan dan disaring pada kondisi aseptik, membran dapat
dipindahkan secara aseptik ke dalam media, atau dapat dilakukan inkubasi setelah
media dimasukkan ke dalam alat penyaring itu sendiri.
Teknik Penyaringan Membran dapat digunakan untuk uji sterilitas :
1. Larutan dalam air
2. Zat padat yang dapat larut
3. Minyak dan larutan minyak
4. Salep dan krim
5. Alat suntik terisi
6. Zat padat untuk injeksi selain antibiotik
7. Zat padat antibiotik untuk injeksi
a. Produk ruahan yang dikemas <5 g
b. Produk ruahan yang dikemas 5 g
8. Zat padat antibiotik, ruahan dan campuran
9. Sediaan aerosol steril
10. Alat kesehatan dengan lumen beretiket steril

2. Inokulasi Langsung ke dalam Media


Pindahkan sejumlah sediaan uji seperti tertera pada Tabel 2 dan Tabel 3
langsung ke dalam media hingga volume sediaan tidak lebih dari 10% volume
media, kecuali dinyatakan lain. Jika sediaan uji mempunyai aktifitas antimikroba,
lakukan uji setelah dinetralisasi dengan bahan penetral yang sesuai atau dengan
cara mengencerkan dalam sejumlah media yang cukup. Jika diperlukan
penggunaan

volume

besar

dari

sediaan,

maka

lebih

baik

digunakan

media yang lebih pekat dan dilakukan pengenceran bertahap. Jika sesuai, media
pekat dapat ditambahkan langsung ke dalam sediaan dalam wadah.
Teknik Inokulasi Langsung ke dalam Media dapat digunakan untuk uji
sterilitas :
1. Larutan minyak
2. Salep dan krim
3. Benang bedah dan alat bedah lain untuk penggunaan dokter hewan
4. Zat padat
5. Kapas murni, perban, pembalut bedah dan bahan sejenisnya
6. Alat kesehatan steril

2) Medium Perbenihan
1. Medium Perbenihan pada FI Edisi III
Medium Uji Kuman
Nama Bahan
Medium tioglikolat
Sisteina P
Agar P
Natrium Klorida
Glukosa P
Ekstrak Ragi P
Kasiton P
Natrium tioglikolat P
Atau asam tioglikoliat
Larutan segar natrium resazurin P 0,1 % b/v
Air secukupnya
pH setelah sterilisasi 7,1 0,2

Jumlah
500 mg
750 mg
2,5 g
5,5 g
5g
5g
15 g
500 mg
0,3 ml
1 ml
hingga 1000 ml

Medium Uji Jamur dan Ragi


Nama Bahan
Medium perbenihan kasamino
Kasiton P
Hasil uraian tepung kedelai oleh papaina P
Natrium klorida P
Dikalium hidrogen fosfat P
Glukosa P
Air secukupnya
pH setelah sterilisasi 7,3 0,2

Jumlah
17 g
3g
5g
2,5 g
2,5 g
hingga 1000 ml

2. Medium Perbenihan pada FI Edisi IV


Media Tioglikolat Cair
L-sistin P
Natrium klorida P
Glukosa P
Agar P, granul (kadar air tidak lebih dari 15%)
Ekstrak ragi P (larut dalam air)
Digesti pancreas kasein P
Natrium tioglikolat P atau
Asam tioglikolat
Larutan natrium resazurin P (1 dalam 1000) dibuat segar
Air
pH setelah sterilisasi 7,1 0,2

0,5 g
2,5 g
5,5 g
0,75 g
5,0 g
15,0 g
0,5 g
0,3 ml
1,0 ml
1000 ml

Media Tioglikolat Alternatif (untuk alat yang mempunyai lumen kecil)


L-sistin P
Natrium klorida P
Glukosa P
Ekstrak ragi P (larut dalam air)
Digesti pancreas kasein P
Asam tioglikolat
Air
pH setelah sterilisasi 7,1 0,2

0,5 g
2,5 g
5,5 g
5,0 g
15,0 g
0,3 ml
1000 ml

Soyben Casein Digest Medium


Digesti pancreas kasein P
Digesti papaik tepung kedele
Natrium klorida P
Kalium fosfat dibasa P
Glukosa P
Air
pH setelah sterilisasi 7,3 0,2

17,0 g
3,0 g
2,5 g
5,0 g
2,5 g
1000 ml

3. Medium Perbenihan pada FI Edisi V


Media Cair Tioglikolat
L-Sistin P
Natrium klorida P
Dekstrosa monohidrat/anhidrat P
Agar P
Yeast extract (larut dalam air)
Pancreatic digest of casein
Natrium tioglikolat P atau
Asam tioglikolat P
Larutan natrium resazurin P (1 dalam 1000) dibuat segar
Air murni
pH setelah sterilisasi 7,1 0,2

0,5 g
2,5 g
5,5/5,0g
0,75 g
5,0 g
15,0 g
0,5 g
0,3 ml
1,0 ml
1000

Soybean-Casein Digest Medium


Pancreatic digest of casein
Papaic digest of soybean meal
Natrium klorida P
Kalium fosfat dibasa P
Dekstrosa monohidrat/anhidrat P
Air murni
pH setelah sterilisasi 7,3 0,2

17,0 g
3,0 g
5,0 g
2,5 g
2,5/2,3 g
1000

3) Mikroorganisme Uji (Kuman Indikator)


1. Mikroorganisme Uji (Kuman Indikator) pada FI Edisi III
Untuk kuman aerob digunakan biakan pilihan Bacillus subtilis DKBS atau
Sarcina lutea DKSL, untuk kuman anaerob digunakan biakan pilihan
Bacteoroides vulgatus DKVB atau Closttridium aporogenes DKCS dan untuk
jamur dan ragi digunakan biakan pilihan Candida albicans DKCA.
2. Mikroorganisme Uji (Kuman Indikator pada FI Edisi IV
Media
Tioglikolat Cair

Tioglikolat alternative
Soybean-Casein
Digest

Mikroba Uji
(1)Bacilus subtilis (ATCC No.6633)*
(2)Candida
albicans
(ATCC
No.10231)*
(3)Bacteriodes vulgastus (ATCC
No.8482)**
(1)Bacteriodes vulgastus (ATCC
No.8482)**
(1)Bacilus subtilis (ATCC No.6633)*
(2)Candida
albicans
(ATCC
No.10231)*

Inkubasi
Suhu
Kondisi
()
30 35
30 -35
Aerobik
30 35
30 35
20 25
20 -25

Anaerobik
Aerobik

Catatan teknik pemeliharaan biakan lot benih mikroba yang digunakan


untuk inokulasi harus digunakan tidak lebih dari 5 pasase dari biakan ATCC.
* Jika tidak diinginkan mikroba pembentuk spora, gunakan Micrococcus luteus
(ATCC No. 9341) dengan suhu inkubasi seperti yang tertera dalam tabel.
* Jika diinginkan mikroba pembentuk spora, gunakan Clostridium sporogenes
(ATCC No. 11437) dengan suhu inkubasi seperti yang tertera dalam tabel.

3. Mikroorganisme Uji (Kuman Indikator) pada FI Edisi V


Bakteri Aerob
Staphylococcus aureus
Bacillus subtilis
Pseudomonas aeruginosa1

Bakteri Anaerob
Clostridium sporogenes2

ATCC 6538; CIP 4.83; NCTC 10788;


NCIMB 9518; NBRC 13276
ATCC 6633; CIP 52.62; NCIMB 8054;
NBRC 3134
ATCC 9027; NCIMB 8626; IP 82.118;
NBRC 13275

ATCC 19404; CIP 79.3;


NCTC 532 atau ATCC
11437; NBRC 14293

Kapang
Aspergillusbrasiliensis (Aspergillus
ATCC 16404; IP 1431.83
niger)
MI 149007; NBRC 9455
* Alternatif untuk Pseudomonas aeruginosa adalah Kocuria rhizophila
(Micrococcus luteus) ATCC 9341
* Alternatif untuk Clostridium sporogenes, jika diinginkan mikroba yang bukan
pembentuk spora adalah Bacteroides vulgatus ATCC 8482.

4) Uji Fertilitas Media


1. Uji Fertilitas Media pada FI Edisi III
Uji fertilitas medium perbenihan 1. Siapkan 4 tabung medium perbenihan
tioglikolat, tanamkan 0,1 ml suspensi biakan pilihan Bacillus subtilis DKBS 1000
spora ml. Pada 2 tabung sisanya tanamkan 0,1 ml suspensi biakan pilihan
Bacteroides vulgatus DKBV 1000 kuman hidup per ml, keramkan pada suhu 300
sampai 320 selama tidak kurang dari 7 hari.
Medium perbenihan dikatakan memenuhi syarat uji fertilitas medium
perbenihan jika jasad renik dapat tumbuh dengan sempurna.

2. Uji Fertilitas Media pada FI Edisi IV


Tetapkan sterilitas tiap lot media dengan menginkubasi sejumlah wadah yang
mewakili pada suhu dan selama waktu yang tertera pada uji.
Lakukan uji fertilitas terhadap tiap lot media dari tiap autoklaf dengan
menginokulasi duplo wadah tiap media secara terpisah dengan 10 mikroba hingga
100 mikroba variable dengan tiap galur yang tertera dalam tabel berikut,dan
inkuasi pada kondisi yang sesuai.
Media uji memenuhi syarat jika terjadi pertumbuhan yang nyata dalam semua
wadah media yang diinokulasi dalam kurun waktu 7 hari. Penetapan dapat
dilakukan simultan dengan media uji untuk pengujian sterilitas. Uji sterilitas
dinyatakan tidak absah,jika media uji menunjukan respon pertumbuhan yang tidak
memadai.
Jika media segar tidak digunakan dalam waktu 2 hari, simpan dalam tempat
yang gelap; lebih baik pada suhu 2 hingga 25.
Jika media siap pakai disimpan dalam wadah yang tidak tertutup kedap, dapat
digunakan selama tidak lebih dari 1 bulan, dengan ketentuan media diuji dalam
kurun waktu 7 hari sebelum penggunaan dan indicator warna memenuhi syarat.
Jika disimpan dalam wadah tertutup kedap, media dapat digunakan selama tidak
lebih dari 1 tahun, dengan ketentuan fertilitas media diuji setiap 3bulan dan
indicator warna memenuhi syarat.

3. Uji Fertilitas Media pada FI Edisi III


Tabel 1 Galur Mikroba Uji yang sesuai untuk penggunaan Uji Fertilitas dan Uji
kesesuaian metode
Bakteri Aerob
Staphylococcus aureus
Bacillus subtilis
Pseudomonas aeruginosa1

Bakteri Anaerob
Clostridium sporogenes2

ATCC 6538; CIP 4.83; NCTC 10788;


NCIMB 9518; NBRC 13276
ATCC 6633; CIP 52.62; NCIMB 8054;
NBRC 3134
ATCC 9027; NCIMB 8626; IP 82.118;
NBRC 13275

ATCC 19404; CIP 79.3;


NCTC 532 atau ATCC
11437; NBRC 14293

Kapang
Aspergillusbrasiliensis (Aspergillus
ATCC 16404; IP 1431.83
niger)
MI 149007; NBRC 9455
1. Alternatif untuk Pseudomonas aeruginosa adalah Kocuria rhizophila
(Micrococcus luteus) ATCC 9341
2. Alternatif untuk Clostridium sporogenes, jika diinginkan mikroba yang bukan
pembentuk spora adalah Bacteroides vulgatus ATCC 8482.
Media yang digunakan sesuai dengan uji di bawah ini. Pengujian dilakukan
sebelum atau bersamaan dengan pengujian sediaan.
Lakukan uji fertilitas terhadap tiap lot media siap pakai dan tiap bets dari
media yang dibuat menggunakan media kering atau dari bahannya. Galur mikroba
yang sesuai dapat dilihat pada Tabel 1.
Inokulasikan sejumlah Media Cair Tioglikolat dengan sejumlah mikroba
berikut (tidak lebih dari 100 koloni), menggunakan sejumlah media terpisah untuk
setiap spesies mikroba: Clostridium sporogenes, Pseudomonas aeruginosa, dan
Staphylococcus aureus. Inokulasikan sejumlah Media Tioglikolat Alternatif
dengan sejumlah Clostridium sporogenes (tidak lebih dari 100 koloni).
Inokulasikan sejumlah Soybean Casein Digest Medium dengan sejumlah
mikroba berikut (tidak lebih dari 100 koloni) menggunakan sejumlah media
terpisah untuk setiap spesies mikroba: Aspergillus brasiliensis, Bacillus subtilis
dan Candida albicans. Inkubasi tidak lebih dari 3 hari untuk bakteri dan tidak
lebih dari 5 hari untuk kapang. Teknik pemeliharaan lot benih kultur

(sistem lot benih) untuk mikroba viabel yang diinokulasikan tidak lebih dari 5
pasase yang diturunkan dari lot benih master asli. Media dapat digunakan jika
terlihat pertumbuhan mikroba dengan jelas.

5) Penafsiran Hasil Uji Sterilitas


1. Penafsiran Hasil Uji Sterilitas pada FI Edisi III
Penafsiran hasil zat uji dinyatakan memenuhi syarat sterilitas, jika pada
masing-masing tabung tidak terdapat pertumbuhan jasad renik. Jika terjadi
keraguan, tabung yang diragukan dibiakkan kembali menggunakan medium
perbenihan baru dan dieramkan selama waktu yang sama. Kalau terdapat
pertumbuhan jasad renik yang sama seperti pada pengujian pertama, maka zat uji
dinyatakan tidak memenuhi syarat.
Jika pada pengujian kedua terdapat pertumbuhan jasad renik yang lain
dibandingkan pengujian pertama, ulangi pengujian untuk ketiga kalinya.
Zat uji dinyatakan memenuhi syarat jika tidak terjadi pertumbuhan jasad renik.
2. Penafsiran Hasil Uji Sterilitas pada FI Edisi IV
a. Tahap Pertama
Pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, amati isi
semua wadah akan adnya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan atau
pertumbuhan pada permukaan. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka bahan uji
memenuhi syarat. Jika ditemukan pertumbuhan mikroba, tetapi peninjauan dalam
pemantauan fasilitas pngujian sterilitas, bahan yang diggunakan, prosedur
pengujian dan kontrol negatif menunjukan tidak memadai atau teknik aseptik
yang salah digunakan dalam pengujian, tahap pertama dinyatakan tidak absah dan
dapat diulang. Jika pertumbuhan mikroba dapat teramati tetapi tidak terbukti uji
tahap pertama tidak absah, lakukan tahap kedua.
b. Tahap Kedua
Jumlah spesimen uji yang diseleksi minimum dua kali jumlah Tahap
Pertama. Volume minimum tiap spesimen yang diuji dan media dan periode
inkubasi sama seperti yang tertera pada Tahap Pertama. Jika tidak ditemukan
pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji memenuhi syarat. Jika ditemukan
pertumbuhan, hasil yang diperoleh membuktikan bahwa uji tidak memenuhi

syarat. Jika dapat dibuktikan bahwa uji Tahap Kedua tidak absah karena
kesalahan atau teknik aseptik tidak memadai, maka Tahap Kedua dapat diulang.
[Catatan jika pengujian steril digunakan sebagai penilaian terhadap
produksi lot atau bets atau serentak sebagai satu kriteria pengawasan mutu untuk
melepas lot atau bets, seperti yang tertera pada sterilitas dan jaminan sterilitas
bahan kompendia <1371>.
3. Penafsiran Hasil Uji Sterilitas pada FI Edisi V
Pada interval waktu tertentu dan akhir periode inkubasi, amati secara visual
adanya pertumbuhan mikroba dalam media. Jika bahan uji menimbulkan
kekeruhan pada media sehingga tidak dapat ditetapkan secara visual ada
atau tidaknya pertumbuhan mikroba, 14 hari sejak mulai inkubasi, pindahkan
sejumlah media (tiap tabung tidak kurang dari 1 ml) ke dalam media segar yang
sama, kemudian inkubasi bersama-sama tabung awal selama tidak kurang dari 4
hari. Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji memenuhi syarat
sterilitas. Jika terbukti terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji tidak
memenuhi syarat sterilitas, kecuali dapat ditunjukkan bahwa uji tidak absah
disebabkan oleh hal yang tidak berhubungan dengan bahan uji. Uji dikatakan
tidak absah jika satu atau lebih kondisi dibawah ini dipenuhi:
a. Data pemantauan mikrobiologi terhadap fasilitas uji sterilitas menunjukkan
ketidaksesuaian
b. Pengkajian prosedur uji yang digunakan selama pengujian menunjukkan
ketidaksesuaian
c. Pertumbuhan mikroba ditemukan pada kontrol negatif
d. Setelah dilakukan identifikasi mikroba yang diisolasi dari hasil uji,
pertumbuhan mikroba (beberapa mikroba) dapat dianggap berasal dari
kesalahan pada bahan uji, atau teknik pengujian yang digunakan pada
prosedur uji sterilitas.
Jika pengujian dinyatakan tidak absah, lakukan uji ulang dengan jumlah
bahan yang sama dengan uji awal. Jika tidak terbukti terjadi pertumbuhan
mikroba pada uji ulang, maka contoh memenuhi syarat uji sterilitas. Jika
ditemukan pertumbuhan mikroba pada uji ulang, maka contoh tidak memenuhi
syarat uji sterilitas.

Anda mungkin juga menyukai