Terdapat beberapa perbedaan cara Uji Sterilitas pada FI Edisi III, FI Edisi IV
dan FI Edisi V. Perbedaan tersebut, diantaranya adalah :
1) Prinsip dan Metode Uji Sterilitas
2) Medium Pembenihan
3) Mikroorganisme Uji (Kuman Indikator)
4) Uji Fertilitas Media
5) Penafsiran Hasil Uji Sterilitas
Pada tiap-tiap perbedaan diatas, dapat diketahui letak perbedaannya
diantaranya adalah :
1) Prinsip dan Metode Uji Sterilitas
a. Prinsip dan Metode Uji Sterilitas pada FI Edisi III
Gunakan medium perbenihan yang memenuhi syarat uji fertilitas medium
perbenihan. Siap 2 tabung medium perbenihan tioglikolat, tambahkan pada
masing-masing tabung sediaan uji, keramkan pada suhu suhu 300 sampai 320
selama tidak kurang dari 7 hari.
Siapkan 2 tabung medium perbenihan kasamino, tambahkan pada masingmasing tabung sediaan uji, keramkan pada suhu 220 sampai 250 selama tidak
kurang dari 2 hari.
Penafsiran hasil zat uji dinyatakan memenuhi syarat sterilitas, jika pada
masing-masing tabung tidak terdapat pertumbuhan jasad renik. Jika terjadi
keraguan, tabung yang diragukan dibiakkan kembali menggunakan medium
perbenihan baru dan dieramkan selama waktu yang sama. Kalau terdapat
pertumbuhan jasad renik yang sama seperti pada pengujian pertama, maka zat uji
dinyatakan tidak memenuhi syarat.
Jika pada pengujian kedua terdapat pertumbuhan jasad renik yang lain
dibandingkan pengujian pertama, ulangi pengujian untuk ketiga kalinya.
Zat uji dinyatakan memenuhi syarat jika tidak terjadi pertumbuhan jasad
renik.
b. Prinsip dan Metode Uji Sterilitas pada FI Edisi IV
Prosedur pengujian terdiri dari (1) inokulasi langsung kedalam media uji
dan (2) teknik penyaringan membrane. Uji sterilitas untuk bahan farmakope, jika
mungkin menggunakan penyaringan membra merupakan metode pilihan.
Prosedur ini terutama berguna untuk cairan dan serbuk yang dapat larut yang
bersifat bakteriostastik atau fungistatik, untuk memisahkan mikroba kontaminan
dan penghambat pertumbuhan.
Prosedur harus divalidasi untuk penggunaan tersebut. dengan alasan yang
sama cara ini sangat berguna untuk bahan seperti minyak, salep atau krim yang
dapat melarut kedalam larutan pengecer bukan bakteriostastik atau bukan
fungistatik. Penggunaan juga sesuai untuk sterilitas cairan atu serbuk dapat larut
bukan bakteriostastik atau bukan fungistatik. Teknik penyaringan membrane dapat
juga digunakan untuk uji sterilitas permukaan atau lumen kritis alat-alat
kesehatan.
1. Prosedur Uji Inokulasi Langsung ke dalam Media Uji Cairan
Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik steril.
Secara aseptik, inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap bahan uji kedalam
tabung media campur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan. Inkubasi
dalam media tertentu seperti yang tertera pada prosedur umum, selama tidak
kurang dari 14 hari amati pertumbuhan pada media secara visual sesering
mungkin sekurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke8 dan pada hari terakhir dari masa uji.
Jika zat uji menyebabkan media menjadi keruh sehingga ada atau tidaknya
pertumbuhan mikroba tidak segera dapat ditentukan secara visual, pindahkan
sejumlah memadai media kedalam tabung baru berisi media yang sama, seperti 1
kali antara hari ke-3 dan ke-7 sejak pengujian dimulai. Lanjutkan inkubasi media
awal dan media baru selama total waktu tidak kurang dari 14 hari sejak inokulasi
awal.
Prosedur Uji Inokulasi Langsung ke dalam Media Uji Cairan dapat
digunakan untuk uji sterilitas :
a. Cairan
b. Salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropil miristat
c. Zat padat
volume
besar
dari
sediaan,
maka
lebih
baik
digunakan
media yang lebih pekat dan dilakukan pengenceran bertahap. Jika sesuai, media
pekat dapat ditambahkan langsung ke dalam sediaan dalam wadah.
Teknik Inokulasi Langsung ke dalam Media dapat digunakan untuk uji
sterilitas :
1. Larutan minyak
2. Salep dan krim
3. Benang bedah dan alat bedah lain untuk penggunaan dokter hewan
4. Zat padat
5. Kapas murni, perban, pembalut bedah dan bahan sejenisnya
6. Alat kesehatan steril
2) Medium Perbenihan
1. Medium Perbenihan pada FI Edisi III
Medium Uji Kuman
Nama Bahan
Medium tioglikolat
Sisteina P
Agar P
Natrium Klorida
Glukosa P
Ekstrak Ragi P
Kasiton P
Natrium tioglikolat P
Atau asam tioglikoliat
Larutan segar natrium resazurin P 0,1 % b/v
Air secukupnya
pH setelah sterilisasi 7,1 0,2
Jumlah
500 mg
750 mg
2,5 g
5,5 g
5g
5g
15 g
500 mg
0,3 ml
1 ml
hingga 1000 ml
Jumlah
17 g
3g
5g
2,5 g
2,5 g
hingga 1000 ml
0,5 g
2,5 g
5,5 g
0,75 g
5,0 g
15,0 g
0,5 g
0,3 ml
1,0 ml
1000 ml
0,5 g
2,5 g
5,5 g
5,0 g
15,0 g
0,3 ml
1000 ml
17,0 g
3,0 g
2,5 g
5,0 g
2,5 g
1000 ml
0,5 g
2,5 g
5,5/5,0g
0,75 g
5,0 g
15,0 g
0,5 g
0,3 ml
1,0 ml
1000
17,0 g
3,0 g
5,0 g
2,5 g
2,5/2,3 g
1000
Tioglikolat alternative
Soybean-Casein
Digest
Mikroba Uji
(1)Bacilus subtilis (ATCC No.6633)*
(2)Candida
albicans
(ATCC
No.10231)*
(3)Bacteriodes vulgastus (ATCC
No.8482)**
(1)Bacteriodes vulgastus (ATCC
No.8482)**
(1)Bacilus subtilis (ATCC No.6633)*
(2)Candida
albicans
(ATCC
No.10231)*
Inkubasi
Suhu
Kondisi
()
30 35
30 -35
Aerobik
30 35
30 35
20 25
20 -25
Anaerobik
Aerobik
Bakteri Anaerob
Clostridium sporogenes2
Kapang
Aspergillusbrasiliensis (Aspergillus
ATCC 16404; IP 1431.83
niger)
MI 149007; NBRC 9455
* Alternatif untuk Pseudomonas aeruginosa adalah Kocuria rhizophila
(Micrococcus luteus) ATCC 9341
* Alternatif untuk Clostridium sporogenes, jika diinginkan mikroba yang bukan
pembentuk spora adalah Bacteroides vulgatus ATCC 8482.
Bakteri Anaerob
Clostridium sporogenes2
Kapang
Aspergillusbrasiliensis (Aspergillus
ATCC 16404; IP 1431.83
niger)
MI 149007; NBRC 9455
1. Alternatif untuk Pseudomonas aeruginosa adalah Kocuria rhizophila
(Micrococcus luteus) ATCC 9341
2. Alternatif untuk Clostridium sporogenes, jika diinginkan mikroba yang bukan
pembentuk spora adalah Bacteroides vulgatus ATCC 8482.
Media yang digunakan sesuai dengan uji di bawah ini. Pengujian dilakukan
sebelum atau bersamaan dengan pengujian sediaan.
Lakukan uji fertilitas terhadap tiap lot media siap pakai dan tiap bets dari
media yang dibuat menggunakan media kering atau dari bahannya. Galur mikroba
yang sesuai dapat dilihat pada Tabel 1.
Inokulasikan sejumlah Media Cair Tioglikolat dengan sejumlah mikroba
berikut (tidak lebih dari 100 koloni), menggunakan sejumlah media terpisah untuk
setiap spesies mikroba: Clostridium sporogenes, Pseudomonas aeruginosa, dan
Staphylococcus aureus. Inokulasikan sejumlah Media Tioglikolat Alternatif
dengan sejumlah Clostridium sporogenes (tidak lebih dari 100 koloni).
Inokulasikan sejumlah Soybean Casein Digest Medium dengan sejumlah
mikroba berikut (tidak lebih dari 100 koloni) menggunakan sejumlah media
terpisah untuk setiap spesies mikroba: Aspergillus brasiliensis, Bacillus subtilis
dan Candida albicans. Inkubasi tidak lebih dari 3 hari untuk bakteri dan tidak
lebih dari 5 hari untuk kapang. Teknik pemeliharaan lot benih kultur
(sistem lot benih) untuk mikroba viabel yang diinokulasikan tidak lebih dari 5
pasase yang diturunkan dari lot benih master asli. Media dapat digunakan jika
terlihat pertumbuhan mikroba dengan jelas.
syarat. Jika dapat dibuktikan bahwa uji Tahap Kedua tidak absah karena
kesalahan atau teknik aseptik tidak memadai, maka Tahap Kedua dapat diulang.
[Catatan jika pengujian steril digunakan sebagai penilaian terhadap
produksi lot atau bets atau serentak sebagai satu kriteria pengawasan mutu untuk
melepas lot atau bets, seperti yang tertera pada sterilitas dan jaminan sterilitas
bahan kompendia <1371>.
3. Penafsiran Hasil Uji Sterilitas pada FI Edisi V
Pada interval waktu tertentu dan akhir periode inkubasi, amati secara visual
adanya pertumbuhan mikroba dalam media. Jika bahan uji menimbulkan
kekeruhan pada media sehingga tidak dapat ditetapkan secara visual ada
atau tidaknya pertumbuhan mikroba, 14 hari sejak mulai inkubasi, pindahkan
sejumlah media (tiap tabung tidak kurang dari 1 ml) ke dalam media segar yang
sama, kemudian inkubasi bersama-sama tabung awal selama tidak kurang dari 4
hari. Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji memenuhi syarat
sterilitas. Jika terbukti terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji tidak
memenuhi syarat sterilitas, kecuali dapat ditunjukkan bahwa uji tidak absah
disebabkan oleh hal yang tidak berhubungan dengan bahan uji. Uji dikatakan
tidak absah jika satu atau lebih kondisi dibawah ini dipenuhi:
a. Data pemantauan mikrobiologi terhadap fasilitas uji sterilitas menunjukkan
ketidaksesuaian
b. Pengkajian prosedur uji yang digunakan selama pengujian menunjukkan
ketidaksesuaian
c. Pertumbuhan mikroba ditemukan pada kontrol negatif
d. Setelah dilakukan identifikasi mikroba yang diisolasi dari hasil uji,
pertumbuhan mikroba (beberapa mikroba) dapat dianggap berasal dari
kesalahan pada bahan uji, atau teknik pengujian yang digunakan pada
prosedur uji sterilitas.
Jika pengujian dinyatakan tidak absah, lakukan uji ulang dengan jumlah
bahan yang sama dengan uji awal. Jika tidak terbukti terjadi pertumbuhan
mikroba pada uji ulang, maka contoh memenuhi syarat uji sterilitas. Jika
ditemukan pertumbuhan mikroba pada uji ulang, maka contoh tidak memenuhi
syarat uji sterilitas.