Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

MERINTIS USAHA BARU

Disusun oleh :
Mega Sukma Mentari

15013152

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DAN INDUSTRI FARMASI
DESEMBER 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dengan rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah Kewirausahaan. Dengan adanya makalah ini penulis telah
menyelesaikan tugas menyusun makalah tentang Merintis Usaha Baru.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ferry Effendi,
S.Farm, Apt. yang telah memberikan materi tentang kewirausahaan sehingga penulis
dapat menyusun makalah dan menyelesaikan dengan baik. Penulis menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dari saya selaku penulis.
Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk meningkatkan
kesempurnaan dalam penulisan makalah ini.

Bogor, 14 Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I

PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................2


2.1 Cara Memulai Usaha Baru................................................................2
2.2 Merintis Usaha Baru.........................................................................2
2.3 Franchising........................................................................................4
2.4 Membeli perusahaan yang sudah didirikan (Buying)........................6
2.5 Perusahaan Keluarga.........................................................................7
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................10
BAB IV PENUTUP...........................................................................................11
DAFTAR RUJUKAN.........................................................................................12

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam terkaya
dan terlengkap di dunia. Namun, di dalam Negara ini masih terdapat banyak
pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan sosial. Ini dikarenakan ketidakmampuan
masyarakat Indonesia untuk memaksimalkan pengelolaan sumber daya alam yang
melimpah di Indonesia.
Untuk menjadi sebuah Negara yang memiliki perekonomian yang stabil (sedikit
pengangguran, sedikit perekonomian, seimbang pendapatan negara), Indonesia
setidaknya memiliki paling tidak 2% dari jumlah penduduknya merupakan seorang
entrepreneur. Namun di Indonesia saat ini jumlah entrepreneurnya tidak lebih dari
0,01% dari jumlah penduduknya. Ini dikarenakan oleh beberapa faktor, bisa
dikarenakan tidak memiliki keterampilan, tidak mengetahui pengetahuan berwirausaha,
tidak memiliki modal, tidak mampu mengolah SDA yang ada dan sebagainya.
Oleh karena itu diperlukan suatu gerakan untuk memberikan sosialisasi tentang cara
untuk merintis usaha baru agar para calon usahawan tidak keliru dengan usaha yang
diambil dan mereka juga memiliki pengetahuan akan kelebihan dan kekurangan bentuk
usaha maupun jenis perusahaan yang akan dia pilih. Hal tersebut yang kemudian
menjadikan kami (penyusun) untuk membuat ringkasan tentang merintis usaha baru.
1.2 Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu, Mengetahui tentang
cara merintis usaha baru yang tepat
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuata makalah ini yaitu, Untuk mengetahui tentang cara
merintis usaha baru.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
1

2.1 Cara Memulai Usaha Baru


Analogi seorang yang memulai kewirausahaan ialah seperti seorang belajar naik
sepeda, pertama kali duduk di atas sadel sepeda akan merasa gamang dan takut, raguragu untuk memulai mengayuh, takut jatuh atau nabrak namun ketika pedal sepeda
mulai dikayuh dan si anak dapat menguasai rasa takutnya, ternyata naik sepeda itu
mudah semudah berjalan kaki.
Menurut Suryana (2006 : 100) ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan untuk memulai
usaha baru, yaitu :
1. Merintis usaha baru,(starting) yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan modal, ide, organisasi dan manajemen yang dapat dirancang sendiri.
2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang
telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama dan
organisasi yang sudah ada.
3. Kerja sama manajemen (franchising), yaitu kerja sama antara wirausaha dengan
preusan besar dalam mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk
menyelenggarakan usaha (waralaba).
2.2 Merintis Usaha Baru
Wirausaha adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki
keberanian menghadapi resiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha (business owner
manager) atau pelaksana usaha kecil (small business operator), ia harus memiliki:
a.
b.
c.
d.

Kecakapan untuk bekerja


Kemampuan mengorganisir
Kreatif
Lebih menyukai tantangan

Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.
2. Bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih.
Ada beberapa kepemilikan usaha yang dapat dipilih, diantaranya perusahaan
perseorangan, persekutuan (dua macam anggota sekutu umum dan sekutu terbatas),
perseroan, dan firma
3. Tempat usaha yang akan dipilih.
Dalam menentukan tempat usaha ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
diantaranya:

Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau pelanggan
maupun pasar?
Apakah tempat usaha dekat dengan sumber tenaga kerja?
Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat
pengangkut dan jalan raya
4. Organisasi usaha yang akan digunakan.
5. Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha dan
skala usaha. Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi,
sedangkan manajerial dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen. Semakin kecil
perusahaan maka semakin besar fungsi kewirausahaan, tetapi semakin kecil fungsi
manajerial yang dimilikinya.
6. Lingkungan usaha
Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya
perusahaan. Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan
adalah lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah
lingkungan yang ada kaitan langsung dengan operasional perusahaan, seperti
pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer, direksi, distributor,
pelanggan/konsumen, dan lainnya. Lingkungan makro adalah lingkungan diluar
perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan,
meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan sosial, lingkungan
sosiopolitik, lingkungan demografi dan gaya hidup.
Keuntungan merintis usaha baru, diantaranya yaitu :
1. Biaya yang dibutuhkan dalam mendirikan usaha baru relatife lebih murah
2. Semua keuntungan usaha menjadi milik sendiri
3. Pengawasan usaha dilakukan sendiri secara lagsung
Kerugian dalam menjalankan usaha baru sendri, diantaranya yaitu :
1.
2.
3.
4.

Pertanggungjawaban terhadap kegagalan usaha tersebut


Kesulitan mengembangkan modal
Keterbatasan dalam mengembangkan kemajuan perusahaan
Kehidupan perusahaan tidak stabil

2.3 Franchising
Franchising adalah suatu kerja sama antara entrepreneur (franchise) dengan
perusahaan besar (Franchisor) dalam mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli
untuk menyelenggarakan usaha. Secara sederhana, model usaha ini dapat digambarkan
sebagai kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang/penyalur. Inti dari

Franchising adalah memberi hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha dari


perusahaan induk.
Menurut Queen (1993:4-5) franchise adalah kegiatan pemberian lisensi dari
pemegang usaha (franchisor) kepada pembeli merek usaha (franchisee) untuk berusaha
dibawah nama dagang franchisor berdasarkan kon trak dan pembayaran royalti.
Menurut Mohammad Suud ( 1994:4445) bahwa dalam praktek franchise terdiri dari
empat bentuk:
1. Product Franchise
Suatu

bentuk

franchise

dimana

penerima

franchise

hanya

bertindak

mendistribusikan produk dari petnernya dengan pembatasan areal.


2. Processing or Manufacturing Frinchise
Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk membuat suatu
produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan merek dagang dan
merek franchisor. Jenis franchise ini seringkali ditemukan dalam industri makanan dan
minuman. Suatu bentuk franchise dimana PT Ramako Gerbangmas membeli dari
master franchise yang mengelola Mc Donalds di Indonesia yang hanya memberi know
how pada PT Ramako Gerbangmas tersebut untuk menjalankan waralaba Mc Donalds.
3. Bussiness Format atau System Franchise Franchisor
Memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket, seperti yang
dilakukan oleh Mc Donalds dengan membuat variasi produknya dalam bentuk paket.
4. Group Trading Franchise
Bentuk franchise yang menunjuk pada pemberian hak mengelola toko-toko grosir
maupun pengecer yang dilakukan toko serba ada.
Keunggulan dan Kelemahan Sistem Franchise
Franchising juga merupakan strategi perluasan dari suatu usaha yang telah berhasil
dan ingin bermitra dengan pihak ketiga yang serasi, yang ingin berusaha, dan memiliki
usaha sendiri. Sistem franchise ini mempunyai keunggulan-keunggulan dan juga
kerugian-kerugian.
Keunggulannya adalah : As practiced in retailing, franchising offers franchisees
the advantage of starting up a new business quickly based on a proven trademark and
formula of doing business, as opposed to having to build a new business and brand

from scratch. Artinya Seperti dalam praktek retailing, franchising menawarkan


keuntungan untuk memulai suatu bisnis baru dengan cepat berdasar pada suatu merek
dagang yang telah terbukti bisnisnya, tidak sama seperti dengan membangun
suatumerek dan bisnis baru dari awal mula.
Selain itu menurut Rachmadi keunggulan lainnya dari sistem franchise bagi
franchisee, antara lain:
1. Pihak franchisor memiliki akses pada permodalan dan berbagi biaya dengan
franchisee dengan resiko yang relatif lebih rendah.
2. Pihak franchisee mendapat kesempatan untuk memasuki sebuah bisnis dengan cara
cepat dan biaya lebih rendah dengan produk atau jasa yang telah teruji dan terbukti
kredibilitas mereknya.
3. Lebih dari itu, franchisee secara berkala menerima bantuan manajerial dalam hal
pemilihan lokasi bisnis, desain fasilitas, prosedur operasi, pembelian, dan
pemasaran. (Rachmadi, 2007, p. 7-8)
Sedangkan kerugian sistem franchise bagi franchisee adalah:
1. Sistem franchise tidak memberikan kebebasan penuh kepada franchisee karena
franchisee terikat perjanjian dan harus mengikuti sistem dan metode yang telah
dibuat oleh franchisor.
2. Sistem franchise bukan jaminan akan keberhasilan, menggunakan merek terkenal
belum tentu akan sukses bila tidak diimbangi dengan kecermatan dan kehati-hatian
franchisee dalam memilih usaha dan mempunyai komitmen dan harus bekerja keras
serta tekun.
3. Franchisee harus bisa bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik dalam
hubungannya dengan franchisor. (Sukandar, 2004, p. 67)
4. Tidak semua janji franchisor diterima oleh franchisee.
5. Masih adanya ketidakamanan dalam suatu franchise, karena franchisor dapat
memutuskan atau tidak memperbaharui perjanjian. (Rachmadi, 2007,p. 9)
2.4 Membeli perusahaan yang sudah didirikan (Buying)
Adakalanya wirausaha menjual usaha kepada wirausaha lain karena suatu hal.
Wirausaha yang akan melakukan pembelian perlu mempertimbangkan resiko-resikonya
dan harus dilakukan dengan hati-hati.
Keutungan membeli perusahaan yang sudah didirikan, antara lain:
a. Apabila sebelumnya perusahaan sudah berhasil, maka dimungkinkan ke depan dapat
terus berhasil
5

b. Bisnis yang sudah ada mungkin telah berada pada lokasi yang baik
c. Sudah memiliki karyawan, peralatan, persediaan, pelanggan, dan pemasok
d. Pemilik baru dapat langsung menjalankan bisnis
e. Pemilik baru dapat memanfaatkan pengalaman pemilik sebelumnya.
Namun tidak selamanya membeli perusahaan lain mendatangkan keuntungan.
Berikut beberapa kelemahan dari membeli usaha:
a. Ada kecenderungan nilai perusahaan rendah
b. Pemilik lama mungkin sudah menciptakan citra buruk
c. Karyawan lama mungkin tidak sesuai dengan perubahan pemilik baru
d. Lokasi, fasilitas, persediaan mungkin sudah usang
e. Perubahan dan inovasi sulit dijalankan
f. Kerja Sama Manajemen (Franchising)
2.5 Perusahaan Keluarga
Bisnis keluarga adalah sebuah perusahaan yang dimiliki, dikontrol, dan
dijalankan oleh anggota sebuah atau beberapa keluarga. Meskipun demikian, bukan
berarti bahwa semua pekerja dalam perusahaan harus merupakan anggota keluarga.
Banyak perusahaan keluarga, terutama perusahaan-perusahaan kecil, memperkerjakan
orang lain untuk menempati posisi rendahan, sementara posisi tinggi (top manager)
dipegang oleh orang dari dalam keluarga pemilik perusahaan.

Perusahaan keluarga terbagi menjadi dua macam :


1. Family Owned Enterprise (FOE), yaitu perusahaan yang dimiliki oleh keluarga
tetapi dikelola oleh profesional yang berasal dari luar lingkaran keluarga. Keluarga
hanya berperan sebagai pemilik dan tidak melibatkan diri dalam operasi di lapangan.
Perusahaan seperti ini merupakan bentuk lanjutan dari usaha yang semula dikelola
oleh keluarga yang mendirikannya.
2. Family Business Enterprise (FBE), yaitu perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh
keluarga pendirinya. Perusahaan tipe ini dicirikan oleh dipegangnya posisi-posisi
kunci dalam perusahaan oleh anggota keluarga. Jenis perusahan keluarga inilah yang
banyak terdapat di Indonesia.

Karakteristik bisnis keluarga, dibawah ini merupakan beberapa karakterisrik dari bisnis
keluarga :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Keterlibatan Anggota Keluarga


Lingkungan pembelajaran yang saling berbagi
Tingginya salinng keterandalan
Kekuatan emosi
Kurang formal
Kepemimpinan ganda.
Beberapa keuntungan yang didapatkan apabila menjalankan bisnis keluarga

adalah sebagai berikut :


1.
2.

Tingginya tingkat kemandirian tindakan (independence of action)


Kultur keluarga menunjukan adanya stabilitas, identifikasi, motivasi, dan

3.

komitmen yang kuat, serta kontinuitas dalam kepemimpinan.


Adanya kemauan untuk menginvestasikan kembali profit sesuai kesepakatan

4.
5.

bersama untuk mengembangkan perusahaan.


Memungkinkan memperoleh sukses lebih besar.
Anggota keluarga sudah dari awal memperoleh latihan dari keluarga tentang

6.

pengelolaan perusahaannya.
Birokrasi yang lebih kecil dan fleksibel dengan mengedepankan corporate
governance dan sistema akuntabilitas, serta jelasnya system tanggungjawab.
Beberapa kelemahan yang didapatkan apabila menjalankan bisnis keluarga adalah

sebagai berikut :
1.

Sulit melakukan management usaha


Usaha yang dirintis oleh keluarga atau usaha yang sudah turun temurun

dikembangkan oleh kelurga, terkadang faktor kekeluargaan yang ada pada diri individu
atau anggota keluarga memiliki rasa iri terhadap tugas yang telah dibagikan. Sehingga
antara bisnis dan keluarga terkesan masih saling mempengaruhi.
2.

Penempatan personel tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki


Setiap jabatan yang diberikan kepada seseorang tidak berdasarkan kemampuan

atas diri individu tersebut, tetapi asal tunjuk dalam pemberian tanggung jawab
perusahaan atau bisnis yang dirintis. Dapat dikatakan kurang adanya tindakan yang adil.
3.

Terjadi konflik kepentingan

Bisnis keluarga yang dijalankan oleh anggota keluaga dan merekrut orang lain
untuk ikut membantu usahanya, jika terjadi masalah atau konflik di dalam bisnis, maka
85% atau kebanyakan yang disalahkan atau yang menjadi penyebab munculnya masalah
adalah orang lain yang bukan anggota keluarganya. Tetapi jika yang sedang bermasalah
adalah antar-anggota keluarga dalam satu bisnis, maka kedua pihak sulit mengakui
kesalahan yang diperbuat dan cenderung saling tuduh.
4.

Sulit mendelegasikan
Waktu kerja yang diberikan tidak sesuai dengan perjanjian dengan karyawan

lain. Jika atasan mengerjakan sesuatu sampai melebihi batas waktu kerja, maka
bawahan cenderung mengikuti waktu kerja yang sedang dijalankan oleh atasannya.
Tidak hanya itu semua keputusan perusahaan atau bisnis berada di tangan atasan atau
pemilik usaha keluarga ini, jadi karyawan menunggu keputusan tersebut.
Contoh usaha keluarga di bidang farmasi adalah Boenjamin Setiawan & family.
Berawal dari membuka bisnis farmasi dari garasi mobil di rumahnya, Boenjamin
Setiawan akhirnya mampu mendirikan sebuah perusahaan dengan nama Kalbe Farma
Group. Pertama kali beliau memulai bisnis farmasi dengan membuat produk obat
cacing.

BAB III
PEMBAHASAN
Sesuai dengan konsep kewirausahaan, telah dikemukakan bahwa untuk memasuki
dunia usaha (business) seseorang harus berjiwa wirausaha. Wirausaha adalah seseorang
yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi resiko. Sebagai
pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau pelaksana usaha kecil
(small business operator), harus memiliki Kecakapan untuk bekerja, kemampuan
mengorganisir, kreatif dan lebih menyukai tantangan.
Seorang yang akan memulai sebuah usaha, harus diawali dengan adanya ide.
Setelah ada ide, langkah berikutnya adalah mencari sumber dana dan fasilitas baik
barang, uang maupun orang. Sumber dana tersebut berasal dari badan-badan keuangan
seperti bank dalam bentuk kredit atau orang yang bersedia menjadi penyandang dana.
Selanjutnya seorang wirausahawan perlu mengamati dan menganalisa pangsa pasar dari
obyek bisnis, yaitu produk (baik berupa barang ataupun jasa) yang akan dihasilkan dari
usahanya. Analisa pasar ini penting agar wirausahawan tidak kesulitan dalam
mendistribusikan hasil produksinya, karena barang atau jasa yang dihasilkannya
memang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat/komunitas tertentu. Oleh karena itu,
mengamati peluang pasar merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum produk
barang dan jasa diciptakan. Apabila peluang pasar untuk produk yang akan dihasilkan
ada dan terbuka lebar, maka barang dan jasa akan mudah laku dan segera mendatangkan
keuntungan.
Dengan penjelasan dapat dilihat bahwa membuka sebuah usaha baru lebih
menguntungkan dibanding dengan bentuk lainnya dalam memasuki dunia usaha. Karena
dalam membuka sebuah usaha baru, seorang wirausaha akan bebas menuangkan ide dan
gagasannya dalam proses merintis hingga mengembangkan usahanya tersebut tanpa ada
campur tangan dari pihak yang lainnya. Selain itu keuntungan yang didapat juga
langsung menjadi milik sendiri dan pengawasan perusahaan dapat dilakukan secara
langsung sehingga kemungkinan kecurangan mampu teratasi.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari setiap bentuk memulai usaha baru
2. Dapat menentukan bentuk usaha baru apa yang akan dipilih sebagai bentuk usaha
yang akan dijalankan nantinya dengan berbagai faktor yang telah diketahuinya

10

DAFTAR RUJUKAN
Pranama, Aditya Putra Dkk. 2013/2014. Merintis Usaha Baru. Malang : Universitas
Brawijaya
Lestari, Bella Dinar Dkk. 2014. Perusahaan Keluarga. Universitas Pendidikan Indonesia
Armelia. 2013. Kewirausahaan Dan Manajemen Inovasi ;
Merintis Usaha Baru Dan Membuat Bisnis Baru. Malang : Universitas Brawijaya
Idunna, Riande. 2014. Usaha Keluarga (Kelebihan Dan Kekurangan).
Pearson, Chris. 2009. Jurnal Management, Perusahaan Waralaba Franchise.

11

Anda mungkin juga menyukai