Oleh :
Nama : Zelika Gita Sari
NIM :141710101061
Kelas : THP -A
Salah satu jenis permen yang paling sederhana adalah brittle candy.
Permen ini adalah termasuk jenis soft candy karena ada tambahan bahan 5%
berupa kacang-kacangan dan merupakan jenis amorf (non kristalin) karena
tidak mengalami proses kristalisasi, namun mengalami proses karamelisasi.
(Fennema,1985) menyatakan bahwa Brittle adalah jenis convection yang
terdiri dari pecahan permen gula keras dengan tambahan kacang-kacangan
didalamnya seperti pecan, almond, atau kacang. Cara pembuatannya dilakukan
secara tradisional yakni melalui pemanasan hingga suhu 149-154°C dengan
penambahan baking soda sehingga diperoleh hasil akhir hard crack yang
merupakan tekstur yang diharapkan adalah retak ketika dipatahkan. Oleh
karena itu dilakukan praktikum pembuatan Brittle candy untuk mengetahui
pengaruh perlakuan berbeda pada suhu dan penambahan baking soda terhadap
pembentukan hard crack pada permen Brittle.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah :
1. Untuk mengethaui cara pembuatana brittle candy
2. Untuk memahami tingkat kerapuhan Brittle (pemanasan pada suhu
tertentu dan ada atau tidaknya gula invert)
Ada berbagai jenis permen yang dikenal saat ini. Secara garis besar
permen dibagi menjadi dua kelompok yaitu permen keras dan permen lunak.
Sesuai dengan SNI 3547-1-2008 , permen keras merupakan jenis makanan
selingan berbentuk padat, dibuat dari gula atau campuran gula dengan pamanis
lain, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan
pangan (BTP) yang diijinkan, bertekstur keras, tidak menjadi lunak jika dikunyah.
Sementara itu definisi permen lunak menurut SNI 3547-2-2008 adalah makanan
selingan berbentuk padat, dibuat dari gula atau campuran gula dengan pemanis
lain, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan
pangan (BTP) yang diijinkan.
(Honig, 1963).
o
evaporasi. Bahan-bahan tersebut dipanaskan sampai suhu 118 – 121 C
dimana campuran akan membentuk bola yang agak keras jika
ditempatkan dalam air dingin. Kadar air karamel sekitar 8 – 22 persen.
i. Toffee dibuat sama dengan karamel yaitu dari gula pasir, sirup glukosa,
susu, lemak dan kemudian dilakukan pemekatan campuran. Perbedaan
antara karamel tofi terletak pada kadar air (karamel lebih tinggi kadar
airnya) dan kandungan lemak (karamel lebih tinggi kadar lemaknya).
j. Permen jelly dibuat dengan memasak gula sampai mencapai padatan
yang diinginkan, kemudian dilakukan penambahan bahan-bahan
pembentuk gel (gelatin, agar, pektin dan karagenan) lalu ditambah cita
rasa dan warna dan akhirnya dicetak. Permen jelly umumnya dimasak
sampai menghasilkan padatan 75 persen.
k. Marshmallow dan Nougat dibuat dengan penambahan gelatin, putih
telur atau protein nabati, yang dapat memperbaiki “whipping properties”.
Aerasi dilakukan di dalam suatu mixer baik secara batch maupun
kontinyu sebelum dilakukan pencetakan.
l. Firmer chewy centers merupakan jenis permen yang dicetak dengan
menggunakan ekstruder (dikeluarkan atau dipress melalui die berupa
lubang kecil). Pada waktu keluar dari die (ujung saluran keluaran
ekstruder), langsung dipotong menurut ukuran panjang tertentu dengan
pisau pemotong yang sangat tipis dan ditaruh di atas suatu ban berjalan.
Selanjutnya dilapisi dengan coklat, yang akan memadat selama
pendinginan.
m. Small and Round Candies merupakan jenis permen yang dibuat dengan
cara melapisi “nuts” atau “centers” lainnya dengan larutan gula.
Prosesnya dilakukan dalam suatu “revolving heating pans”. Bagian
tengah permen dimasukkan ke dalam panci atau ketel, kemudian sirup
(larutan gula pekat) disemprotkan ke dalamnya. Pada waktu bagian
tengah permen tersebut berguling-guling, maka secara merata akan
dilapisi oleh sirup, yang kemudian akan mongering karena terjadinya
penguapan air. Ketebalan lapisan gula dapat diatur dengan cara mengatur
jumlah sirup yang dimasukkan ke dalam panic.
n. Chocolate-Coated Round Candies, merupakan round candy yang dilapisi
coklat. Prosesnya dapat dilakukan dalam suatu pan berputar seperti pada
pembuatan “small and round candies”, hanya pada proses ini diberikan
udara dingin untuk memadatkan coklat yang tadinya cair. Setelah
pelapisan coklat selesai, biasanya ke dalam “pans” disemprotkan larutan
gum arab atau larutan zein untuk melapisi coklat tersebut agar lebih stabil
dan tampak mengkilat.
o. Larger Candy Pieces Coated with Chocolate, merupakan jenis permen
yang dilapisi oleh coklat yang mencair dengan metode yang disebut
sebagai “enrobing”. Mula-mula permen dicetak dan ditaruh di atas ban
berjalan yang kemudian memasuki lorong dimana permen tersebut akan
diguyuri oleh coklat cair, yang kemudian akan memadat.
2.3 Brittle
Permen Brittle adalah termasuk jenis soft candy karena ada tambahan bahan
5% berupa kacang-kacangan dan merupakan jenis amorf (non kristalin) karena
tidak mengalami proses kristalisasi, namun mengalami proses karamelisasi.
Brittle adalah jenis convection yang terdiri dari pecahan permen gula keras
dengan tambahan kacang-kacangan didalamnya seperti pecan, almond, atau
kacang. Peanut Brittle adalah resep brittle paling populer di Amerika Serikat.
Pertama muncul istilah ini yaitu pada tahun 1892, meskipun permen itu sendiri
telah ada untuk waktu lebih lama (Chu,2009).
Secara tradisional, campuran gula dan air dipanaskan ke tahap hard crack
sesuai dengan suhu sekitar 300° F (149-154°C), meskipun beberapa resep juga
menambah bahan seperti sirup jagung dan garam pada langkah pertama. Kacang
dicampurkan ketika gula telah terkaramelisasi. Karamelisasi sangan diharapkan
karena menghasilkan warna coklat khas dan flavor mirip karamel, senyawa-
senyawa hasil karamelisasi juga dapat berperan dalam mencegah kristalisasi gula.
(Koswara, 2009).
Pada titik ini rempah-rempah, ragi agen, dan sering mentega kacang atau
mentega ditambahkan. Adonan permen yang panas dituangkan ke permukaan
datar untuk proses pendinginan, tradisional granit atau marmer slab. Ketika brittle
mendingin, itu dapat dipecah berkeping-keping (Paula, 2011).
Sifat-sifat sukrosa :
2.4.2 Air
Fungsi utama air adalah melarutkan gula, sehingga yang terpenting
dipastikan gula larut secara sempurna. Oleh karena itu banyak yang menggunakan
gula yang telah dihaluskan guna mempercepat kelarutan gula. Bahan lain yang
biasa digunakan adalah emulsifier. Toffee dapat diproduksi tanpa emulsifier
karena protein susu sudah berfungsi sebagai emulsifier namun dapat juga
menggunakan emulsifier lesitin kedelai atau glycerin monostearat. Tujuan
penggunaan emulsifier untuk lebih menstabilkan distribusi lemak dan gula. Air
yang dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai air minum. Nilai pH air juga
harus diperhatikan. Jika pH asam dapat menyebabkan inversi sukrosa dan warna
gelap, sedangkan jika pH alkali (basa) dapat menyebabkan berkerak.
2.4.3 Mentega
Mentega tergolong lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak (edible fat
consumed uncooked). Mentega memiliki fungsi diantaranya yaitu sebagai sumber
energi, meningkatkan daya terima makanan, membentuk struktur, serta
memberikan cita rasa enak
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3744-1995), mentega adalah
produk makanan berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak atau krim susu
atau campurannya, dengan atau tanpa penambahan garam (NaCl) atau bahan lain
yang diizinkan, serta minimal mengandung 80 % lemak susu.
Lemak mentega berasal dari lemak susu hewan, dikenal sebagai butter fat.
Mentega mengandung sejumlah asam butirat, asam laurat, dan asam linoleat.
Asam butirat dapat digunakan oleh usus besar sebagai sumber energi, juga dapat
berperan sebagai senyawa antikarsinogenik (antikanker).
Jika mentega ditambahkan ke dalam sirup yang didihkan pada suhu tinggi
akan menghasilkan flavor yang menarik dan karakteristik (khas). Sampai saat ini
tidak ada jenis lemak nabati yang dapat menghasilkan flavor yang sama dengan
mentega jika ditambahkan dalam larutan gula mendidih. Meskipun demikian,
jenis-jenis lemak tertentu dikembangkan untuk memperoleh flavor yang mirip
flavor yang dihasilkan mentega (Koswara, 2009).
3. Suhu
Suhu yang digunakan untuk membuat permen agar kadar air mencapai kira-
kira 3 persen adalah 150°C sehingga menghasilkan kandungan air yang rendah
(1–3%), membentuk supersaturated non crystaline solution yang menghasilkan
“glassy tekstur” bentukkan menyerupai glass yang bening dan tekstur yang keras,
serta memiliki kelembaban relatif dibawah 30%. Hal ini menyebabkan cenderung
mudah menyerap uap air dari sekitar, sehingga dibutuhkan bahan kemasan.
Dengan spesifikasi yang pas agar permen tidak mudah basah dan lengket. Hard
candy juga merupakan sebutan untuk permen yang mengalami pemasakan pada
suhu 140–150°C dengan penampilan bening. Semakin tinggi suhu yang digunakan
untuk pembuatan hard candy maka kekerasannya semakin tinggi dan kadar air
semakin rendah. (Rana, 2011).
2.4.1 Mikroorganisme
Menurut Fardiaz (1992), kapang dan khamir merupakan kelompok
mikrobia yang tergolong dalam fungi dan sering menyerang bahan pangan yang
berkarbohidrat tinggi.Yeast atau khamir umumnya menyukai lingkungan pH
rendah, suhu sedang dan lingkungan aerobik. Yeast merupakan mikroorganisme
bersel tunggal yang memiliki ukuran lebih besar dari bakteri. Stabilitas
mikroorganisme dapat dikendalikan dengan kadar gula yang tinggi dalam kisaran
padatan terlarut antara 65-73%, aw dalam kisaran 0,75-0,83 dengan suhu 105-
106°C selama pendidihan atau pemasakan dan tekanan oksigen rendah selama
penyimpanan (Buckle dkk., 1987).
3.1.2 Bahan
Pencampuran 2
Pendinginan
Uji sensoris
Pembuatan Brittle Candy dilakukan dengan tiga perlakuan berbeda yaitu
pemanasan pada suhu berbeda dan ada atau tidaknya gula bertujuan untuk
mengetahui hasil akhir yang diberikan apakah Hard Crack kemudian mengetahui
cara pembuatan Brittle Candy yang sesuai dan benar. Bahan yang digunakan
kemudian dicampur pada pencampuran 1 tujuannya untuk menyatukan bahan
utama seperti GKP,sirup glukosa dan air. Kemudian sambil dilakukan
pengadukan, pada saat pencampuran juga dilakukan pemanasan agar bahan
menjadi homogen. Setelah itu dilakukan pemanasan pada suhu 150 °C (P1) ,
120°C (P2) dan 150°C (P3) tujuannya untuk memperoleh karamelisasi dan
mencapai hard crack. Kemudian dilakukan pencampuran 2 yaitu Penambahan
butter 50gr,kacang sangrai 100 gr dan soda kue 1 sdm. Tujuan dari penambahan
butter untuk flavouring dan warna keemasan, kacang sangria untuk flavour khas
peanut Brittle candy dan soda kue sebagai pembentuk tekstur sehingga diharapkan
menjadi Hard Crack. Kemudian setelah itu dilakukan penuangan pada loyang
dengan segera agar terbentuk Brittle candy yang diharapkan. Kemudian dilakukan
pendinginan untuk menurunkan suhu dan memberikan kesempatan pada adonan
Brittle Candy terbentuk, kemudian dilakukan pengujian sensoris berdasarkan
Brittle Candy dengan perlakuan berbeda dan membandingkan hasilnya.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pembuatan Brittle Candy dilakukan dengan tiga perlakuan berbeda yakni
perlakuan pertama dengan pemberian sirup glukosa dipanaskan dengan suhu
150°C , perlakuan ke dua dipanaskan pada suhu 120°C dan yang ketiga perlakuan
tanpa penambahan sirup glukosa dan dipanaskan dengan suhu 150°C. Parameter
yang diamati adalah segi aroma, warna, rasa, dan daya retak dengan metode
pengujian sensoris oleh panelis. Kemampuan panelis tersebut meliputi
kemampuan mendeteksi (detection), mengenali (recognition), membedakan
(discrimination), membandingkan (scalling) dan kemampuan menyatakan suka
atau tidak suka (hedonik) (Saleh, 2004).
4.2.1 Uji Aroma
Pengujian sensoris Brittle Candy yang dapat dengan mudah diamati dengan
pengujian aroma karena aroma terhadap suatu makanan ditentukan oleh
rangsangan yang timbul oleh makanan melalui panca indera penglihatan,
penciuman, pencicipan, dan pendengaran. Aroma adalah rasa dan bau yang sangat
subyektif serta sulit diukur, karena setiap orang mempunyai sensitifitas dan
kesukaan yang berbeda. Meskipun mereka dapat mendeteksi, tetapi setiap
individu memiliki kesukaan yang berlainan (Meilgaard et al. 2000). Selain itu,
cara memasak yang berbeda akan menimbulkan aroma yang berbeda pula
(Moehyi 1992).
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Kramer .1986. Food Science. Third edition. The Avi Publishing Company. Inc.,
USA.
Malik, Ys; Goyal, Sm (May 2006). "Virucidal efficacy of sodium
bicarbonate on a food contact surface against feline
calicivirus, a norovirus surrogate". International Journal
of Food Microbiology 109 (1–2): 160–3.
SNI 3547-1-2008
LAMPIRAN DOKUMENTASI