A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Gelas merupakan salah satu bahan kemasan tertua dan terpopuler
sejak jaman dahulu sampai dengan saat ini. Penggunaan bahan ini telah
dimulai sejak 3000 SM oleh bangsa Mesir kuno. Penemuan gelas sebagai
bahan kemasan terjadi secara tidak sengaja dan tidak melalui proses
penelitian di laboratorium yang memerlukan waktu lama. Sebagai bahan
kemasan, gelas memiliki sifat–sifat yang menguntungkan seperti inert (tidak
bereaksi), kuat, tahan terhadap kerusakan, sangat baik sebagai barrier
terhadap benda padat, cair dan gas. Di samping itu, sifat gelas yang
transparan menguntungkan dari segi promosi, dan ada beberapa jenis gelas
seperti pyrex yang tahan terhadap suhu yang sangat tinggi. Sedangkan
kelemahan dari wadah/kemasan gelas adalah mudah pecah dan kurang baik
untuk mengemas produk–produk yang sangat peka terhadap paparan sinar
ultra violet. Makanan yang dikemas dengan gelas dapat dirusak oleh sinar.
Sinar yang menembus dan masuk ke dalam gelas dapat melunturkan warna
produk di dalamnya, sehingga mengakibatkan kerusakan citarasa, serta
turunnya kandungan gizi zat akibat reaksi yang terkatalis oleh sinar.
Meskipun kemasan gelas bersifat inert, namun tidak demikian halnya
dengan tutup botol yang sering mendatangkan banyak masalah. Oleh karena
itu tutup botol harus dibuat sedemikian rupa agar mampu menutup botol
dengan rapat dan mencegah produk tumpah keluar. Teknologi modern yang
terus berkembang memungkinkan pembuatan kemasan gelas yang mampu
bersaing dalam hal kekuatan dan fungsinya dengan bahan kemasan lain.
Akan tetapi, masalah botol pecah merupakan masalah yang perlu dicermati
oleh kalangan industri kemasan.
Dalam praktikum kali ini tujuan dari pengamatan pengemasan kaca
yaitu untuk membandingkan dua merek makanan yang dikemas
menggunakan kemasan kaca. Perbandingan melalui sifat bahan yang
dikemas, desain dan labelnya. Sifat bahan meliputi karakteristik bahan dari
segi fisika maupun kimia sesuai atau tidak dikemas dengan menggunakan
kemasan kaca. Pengamatan desain meliputi bentuk, ukuran, warna dan
gambar. Sedangkan label meliputi ada tidaknya tanggal kadaluarsa, kode
produksi, label halal, komposisi, kandungan gizi, ada atau tidaknya merk
dagang, jenis produk, dan ijin departement kesahatan.
2. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara V “Indentifikasi dan Analisis Kemasan
Makanan dan Minuman di Pasaran” adalah
1. Mengidentifikasi kemasan makanan dan minuman yang ada di pasaran
(jenis, bahan, desain dan labelling).
2. Menganalisis kelebihan dan kelemahan kemasan minuman dan makanan
yang ada dipasaran ditinjau dari segi fungsi utama dan fungsi penunjang.
B. Tinjauan Pustaka
Kemasan adalah tempat atau wadah yang membungkus atau melindungi
produk. Prinsip dasar kemasan pangan adalah harus dapat melindungi produk
yang dikemas dari berbagai kerusakan dari mulai selesai proses produksi,
selama distribusi dan penjualan. Kemasan juga berfungsi sebagai media
promosi bagi produk yang dikemas. Hal ini dikarenakan pada kemasan pangan
terdapat label yang memuat informasi mengenai produk yang dikemas. Oleh
karena itu, desain kemasan perlu dibuat semenarik mungkin, baik dari material
kemasan maupun dari segi grafis. Saat mendesain kemasan tidak ada yang
benar dan yang salah, tetapi yang layak dan tidak layak menurut konsumen
yang dituju (Rosalina, 2008).
Kemasan adalah ilmu dan teknologi yang melampirkan atau melindungi
produk untuk distribusi, penyimpanan, penjualan dan penggunaan. Hal ini juga
mengacu pada proses desain, evaluasi, dan fabrikasi paket. Kemasan
didefinisikan dalam peraturan sebagai "semua produk yang dibuat dari bahan-
bahan alam apapun yang akan digunakan untuk perlindungan penahanan,
penanganan, pengiriman dan pelestarian barang dari produsen ke pengguna
atau konsumen. Pada kemasan terdapat label yang berisikan informasi produk.
Pelabelan adalah istilah yang digunakan dalam industri pengemasan. Informasi
ini yang muncul pada botol atau kemasan. Dalam label tertuliskan sebuah
pernyataan tentang penyimpanan produk, kondisi dan tanggal kadaluwarsa.
Juga menunjukkan nama produsen atau distribusi (Reddy, 2014).
Fungsi kemasan yaitu melindungi produk makanan dari proses
degradasi (terutama yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti oksigen,
cahaya dan kelembaban), dari makanan itu sendiri dan untuk menyediakan
informasi bagi konsumen tentang bahan dan gizi dalam makanan. Kemasan
yang baik adalah kemasan yang berbahan inert karena tidak mengkontaminasi
produk makanan dari lingkungan luar, juga menghindari migrasi zat berbahaya
dari kemasan makanan. Bahan yang telah digunakan dalam kemasan makanan
yaitu kaca, logam (aluminium, foil dan laminasi, timplate, dan baja timah
bebas), kertas dan plastik. Pemilihan yang tepat bahan kemasan menjadi peran
penting dalam menjaga kualitas produk dan kesegaran selama distribusi serta
penyimpanan (Ramos et al., 2015).
Kaca memiliki sejarah yang sangat panjang dalam kemasan makanan.
Gelas kaca juga meningkatkan dan melestarikan kekuatan botol untuk
mengurangi kerusakan. Produsen untuk membuat botol kaca lebih memilih
bahan kaca yang tipis karena bertujuan untuk mengurangi berat botol. Karena
kaca tidak berbau dan kimia inert hampir semua makanan produknya berupa
kaca, karena kaca memiliki beberapa keunggulan untuk aplikasi makanan-
kemasan. Hal ini disebabkan kaca kedap gas dan uap, sehingga
mempertahankan produk untuk jangka waktu yang panjang tanpa merusak rasa
atau rasa. Transparansi kaca memungkinkan konsumen untuk melihat produk,
namun variasi warna kaca dapat melindungi Isi terhadap cahaya. Kemasan
gelas kaca memiliki manfaat bagi lingkungan karena dapat digunakan kembali
dan didaur ulang. Seperti bahan lainnya, kaca memiliki beberapa kelemahan.
Meskipun upaya menggunakan kaca yang tipis, beban berat yang dapat
menambah biaya transportasi (Marsh, 2007).
Sebenarnya peranan kemasan baru dirasakan pada tahun 1950-an, saat
banyak munculnya supermarket atau pasar swalayan, dimana kemasan harus
“dapat menjual” produk-produk di rak-rak toko. Tetapi pada saat itupun
kemasan hanya berfungsi memberikan informasi, memberitahu kepada
konsumen tentang apa isi atau kandungan di dalam kemasan tersebut. Baru
pada tahun 1980-an di mana persaingan dalam dunia usaha semakin tajam dan
kalangan produsen saling berlomba untuk merebut perhatian calon konsumen,
bentuk dan model kemasan dirasakan sangat penting peranannya dalam strategi
pemasaran. Disini kemasan harus mampu menarik perhatian, menggambarkan
keistimewaan produk, dan “membujuk” konsumen. Pada saat inilah kemasan
mengambil alih tugas penjualan pada saat jual beli terjadi. Sekarang ini
kemasan sudah berfungsi sebagai media komunikasi. Misalnya pada kemasan
susu atau makanan bayi seringkali dibubuhi nomor telepon toll-free atau bebas
pulsa. Nomor ini bisa dihubungi oleh konsumen tidak hanya untuk complain,
tetapi juga sebagai pusat informasi untuk bertanya tentang segala hal yang
berhubungan dengan produk tersebut. Kemasan juga dapat berfungsi untuk
mengkomunikasikan suatu citra tertentu. Contohnya, produk-produk makanan
Jepang. Orang Jepang dikenal paling pintar membuat kemasan yang bagus.
Permen Jepang seringkali lebih enak dilihat daripada rasanya. Mereka berani
menggunakan bahan-bahan mahal untuk membungkus produk yang dijual.
Walaupun tidak ada pesan apa-apa yang ditulis pada bungkus tersebut, tapi
kemasannya mengkomunikasikan suatu citra yang baik (Cenadi, 2000).
Fungsi utama kemasan adalah melindungi produk. Fungsi kedua
kemasan adalah untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi
konsumen. Sebab dengan adanya kemasan ukuran dan desain produk dapat
dirancang. Fungsi ketiga kemasan adalah untuk mempromosikan produk
kepada konsumen. Sama seperti pakaian bagi orang, kemasan juga dapat
meningkatkan daya tarik produk. Selain karena enak dipandang, pada kemasan
juga dapat diinformasikan fitur, penggunaan, manfaat, dan citra produk. Setiap
produk tentu ada mereknya, kalau merek adalah nama, simbol atau kode untuk
mengidentifikasi produk, maka label adalah segala bentuk yang berfungsi
deskriptif (menginformasikan) bagi produk. Label menjelaskan asal produk,
kandungan produk, fitur produk, cara menggunakan produk, cara menyimpan
produk, harga produk, tanggal kedaluarsa produk, dampak positif dan negatif
produk, informasi nutrisi, tipe produk dan servis yang tersedia. Khusus di
Indonesia, label juga menginformasikan halal tidaknya produk, khususnya
makanan dan minuman (Simamora, 2003).
Botol gelas merupakan kemasan yang sangat baik untuk benda padat,
cair, dan gas. Kemasan gelas menjadi bahan pelindung yang sangat baik dari
kontaminasi bau dari luar sehingga citra rasa produk dapat dipertahankan.
Berdasarkan warnanya, botol gelas dibagi menjadi 3 jenis, yaitu hijau (UVA
hijau), flint (putih jernih), dan amber (cokelat). Berdasarkan jenis botol gelas
yang dihasilkan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu HPS (Hasil Produk
Selesai) dan HPA (Hasil Produk Antara). Berdasarkan tujuan penggunaan botol
gelas, dibagi menjadi 3 jenis, yaitu a) botol gelas sekali pakai dirancang dengan
bahan yang ringan (jenis kemasan ini biasanya dibuang setelah digunakan), b)
botol gelas setelah dipakai dapat digunakan kembali tiga sampai lima kali, dan
c) botol gelas yang dapat dipakai kembali sampai lebih dari 70 kali
(Yani, 2014).
Kaca adalah salah satu bahan kemasan tertua yang telah digunakan
sejak beberapa tahun. Kaca tidak mudah keropos dan kimia inert. Kemasan
kaca dimaksudkan untuk menjaga isinya dari oksigen dan kelembaban,
sehingga produk selalu dalam kondisi yang baik. Ini adalah salah satu alasan
utama mengapa kaca banyak digunakan sebagai kemasan dari produk. Kaca
juga merupakan produk yang berkelanjutan yang berarti dapat di daur ulang
tanpa batas waktu dan tidak ada kerugian dalam kuantitas (Shivsharan, 2014).
Kemasan gelas atau kaca memiliki keunggulan dibanding dengan bahan
kemasan lain. Berikut keunggulannya: (1) bersifat inert atau lambat bereaksi
terhadap bahan kimia dan tidak mengkontaminasi produk makanan yang
dikemas, (2) mencegah penguapan sehingga cocok untuk mengemas bahan
makanan cair, gas dan padat, (3) melindungi bahan pangan dari kontaminasi
bau atau flavor dari luar, (4) menghalangi keluarnya cairan atau gas dari
produk yang dikemas, (5) gelas transparan dan jernih akan mempermudah serta
menarik pembeli untuk melihat langsung produk yang dikemas, (6) bahan gelas
bersifat kokoh, tahan tekanan dan tahan panas sehingga sangat tahan terhadap
pengaruh dari luar, memudahkan proses pengisian dan pengepakan makanan
dan minuman, (7) mulut botol atau gelas yang terbuka dapat memudahkan
pengisian, (8) kemasan botol kaca atau gelas dapat digunakan kembali
sehingga menguntungkan pembeli dan otomatis biayanya lebih murah. Namun,
kemasan kaca atau gelas juga memiliki kelemahan, sebagai berikut: (1) tidak
disarankan untuk meletakkan ditempat yang memiliki cahaya terang karena
akan mudah teroksidasi, (2) berat dan kurang praktis sehingga sulit dibawa, (3)
mudah pecah (Yuyun, 2011).
Desain kemasan yang efektif adalah salah satu yang memungkinkan
arus mata yang sehat dan menyediakan poin fokus bagi konsumen. Para
desainer kemasan menyertakan beragam elemen bersama-sama dalam satu
kemasan untuk membantu mendefinisikan citra merek. Berbagai elemen
tersebut termasuk sebagai tambahan bagi warna, bentuk, ukuran, dan desain
label. Banyak merek dalam kategori produk sering mengganti kemasan
sepanjang tahun dengan kemasan khusus musiman dan hari besar sebagai cara
untuk menarik perhatian. Dengan menyamakan merek bersama suasana belanja
yang disesuaikan dengan musim atau hari besar, perusahaan menyediakan
alasan tambahan bagi konsumen untuk menyeleksi merek kemasan secara
khusus dari sekumpulan merek membosankan yang tidak pernah mengubah
variasi desain kemasan mereka. Di dalam kemasan juga terdapat informasi
yang berguna untuk: (1) menstimulasi pembelian uji-coba, (2) mendorong
perilaku membeli ulang, dan (3) menyediakan berbagai instruksi penggunaan
produk. Tujuannya adalah menyediakan tipe dan kualitas informasi yang tepat
tanpa menjejali kemasan dengan informasi yang berlebihan hingga
mengganggu informasi yang utama, atau justru mempermurah tampilan
kemasan (Shimp, 2003).
Untuk kemasan sambal sebaiknya digunakan kemasan kaca agar lebih
menarik penampilan dan aman digunakan untuk mengemas makanan yang
mengandung garam dan asam tinggi. Pemberian label dan merek yang menarik
agar konsumen tertarik dan selalu memberikan tanggal kedaluarsa pada produk
sambal kemasan. Pemberian perizinan seperti label halal MUI, izin Depkes dan
BPOM jika produk akan dijual secara masal dan skala besar. Kalkulasi harga
juga wajib dilakukan untuk menentukan harga jual. Kisaran laba yang harus
diambil antara 20-30% dari harga total produksi agar harga jual tidak terlalu
mahal dan bersaing dengan produk sejenis di pasaran (Sutomo, 2014).
C. Metodologi
1. Alat
a. Transparansi
b. OHP
2. Bahan
a. Botol kaca sambal terasi ABC
b. Botol kaca sambal terasi Indofood
3. Cara Kerja