Anda di halaman 1dari 19

ACARA IV

INDENTIFIKASI DAN ANALISIS KEMASAN MAKANAN DAN


MINUMAN DI PASARAN

A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Gelas merupakan salah satu bahan kemasan tertua dan terpopuler
sejak jaman dahulu sampai dengan saat ini. Penggunaan bahan ini telah
dimulai sejak 3000 SM oleh bangsa Mesir kuno. Penemuan gelas sebagai
bahan kemasan terjadi secara tidak sengaja dan tidak melalui proses
penelitian di laboratorium yang memerlukan waktu lama. Sebagai bahan
kemasan, gelas memiliki sifat–sifat yang menguntungkan seperti inert (tidak
bereaksi), kuat, tahan terhadap kerusakan, sangat baik sebagai barrier
terhadap benda padat, cair dan gas. Di samping itu, sifat gelas yang
transparan menguntungkan dari segi promosi, dan ada beberapa jenis gelas
seperti pyrex yang tahan terhadap suhu yang sangat tinggi. Sedangkan
kelemahan dari wadah/kemasan gelas adalah mudah pecah dan kurang baik
untuk mengemas produk–produk yang sangat peka terhadap paparan sinar
ultra violet. Makanan yang dikemas dengan gelas dapat dirusak oleh sinar.
Sinar yang menembus dan masuk ke dalam gelas dapat melunturkan warna
produk di dalamnya, sehingga mengakibatkan kerusakan citarasa, serta
turunnya kandungan gizi zat akibat reaksi yang terkatalis oleh sinar.
Meskipun kemasan gelas bersifat inert, namun tidak demikian halnya
dengan tutup botol yang sering mendatangkan banyak masalah. Oleh karena
itu tutup botol harus dibuat sedemikian rupa agar mampu menutup botol
dengan rapat dan mencegah produk tumpah keluar. Teknologi modern yang
terus berkembang memungkinkan pembuatan kemasan gelas yang mampu
bersaing dalam hal kekuatan dan fungsinya dengan bahan kemasan lain.
Akan tetapi, masalah botol pecah merupakan masalah yang perlu dicermati
oleh kalangan industri kemasan.
Dalam praktikum kali ini tujuan dari pengamatan pengemasan kaca
yaitu untuk membandingkan dua merek makanan yang dikemas
menggunakan kemasan kaca. Perbandingan melalui sifat bahan yang
dikemas, desain dan labelnya. Sifat bahan meliputi karakteristik bahan dari
segi fisika maupun kimia sesuai atau tidak dikemas dengan menggunakan
kemasan kaca. Pengamatan desain meliputi bentuk, ukuran, warna dan
gambar. Sedangkan label meliputi ada tidaknya tanggal kadaluarsa, kode
produksi, label halal, komposisi, kandungan gizi, ada atau tidaknya merk
dagang, jenis produk, dan ijin departement kesahatan.
2. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara V “Indentifikasi dan Analisis Kemasan
Makanan dan Minuman di Pasaran” adalah
1. Mengidentifikasi kemasan makanan dan minuman yang ada di pasaran
(jenis, bahan, desain dan labelling).
2. Menganalisis kelebihan dan kelemahan kemasan minuman dan makanan
yang ada dipasaran ditinjau dari segi fungsi utama dan fungsi penunjang.

B. Tinjauan Pustaka
Kemasan adalah tempat atau wadah yang membungkus atau melindungi
produk. Prinsip dasar kemasan pangan adalah harus dapat melindungi produk
yang dikemas dari berbagai kerusakan dari mulai selesai proses produksi,
selama distribusi dan penjualan. Kemasan juga berfungsi sebagai media
promosi bagi produk yang dikemas. Hal ini dikarenakan pada kemasan pangan
terdapat label yang memuat informasi mengenai produk yang dikemas. Oleh
karena itu, desain kemasan perlu dibuat semenarik mungkin, baik dari material
kemasan maupun dari segi grafis. Saat mendesain kemasan tidak ada yang
benar dan yang salah, tetapi yang layak dan tidak layak menurut konsumen
yang dituju (Rosalina, 2008).
Kemasan adalah ilmu dan teknologi yang melampirkan atau melindungi
produk untuk distribusi, penyimpanan, penjualan dan penggunaan. Hal ini juga
mengacu pada proses desain, evaluasi, dan fabrikasi paket. Kemasan
didefinisikan dalam peraturan sebagai "semua produk yang dibuat dari bahan-
bahan alam apapun yang akan digunakan untuk perlindungan penahanan,
penanganan, pengiriman dan pelestarian barang dari produsen ke pengguna
atau konsumen. Pada kemasan terdapat label yang berisikan informasi produk.
Pelabelan adalah istilah yang digunakan dalam industri pengemasan. Informasi
ini yang muncul pada botol atau kemasan. Dalam label tertuliskan sebuah
pernyataan tentang penyimpanan produk, kondisi dan tanggal kadaluwarsa.
Juga menunjukkan nama produsen atau distribusi (Reddy, 2014).
Fungsi kemasan yaitu melindungi produk makanan dari proses
degradasi (terutama yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti oksigen,
cahaya dan kelembaban), dari makanan itu sendiri dan untuk menyediakan
informasi bagi konsumen tentang bahan dan gizi dalam makanan. Kemasan
yang baik adalah kemasan yang berbahan inert karena tidak mengkontaminasi
produk makanan dari lingkungan luar, juga menghindari migrasi zat berbahaya
dari kemasan makanan. Bahan yang telah digunakan dalam kemasan makanan
yaitu kaca, logam (aluminium, foil dan laminasi, timplate, dan baja timah
bebas), kertas dan plastik. Pemilihan yang tepat bahan kemasan menjadi peran
penting dalam menjaga kualitas produk dan kesegaran selama distribusi serta
penyimpanan (Ramos et al., 2015).
Kaca memiliki sejarah yang sangat panjang dalam kemasan makanan.
Gelas kaca juga meningkatkan dan melestarikan kekuatan botol untuk
mengurangi kerusakan. Produsen untuk membuat botol kaca lebih memilih
bahan kaca yang tipis karena bertujuan untuk mengurangi berat botol. Karena
kaca tidak berbau dan kimia inert hampir semua makanan produknya berupa
kaca, karena kaca memiliki beberapa keunggulan untuk aplikasi makanan-
kemasan. Hal ini disebabkan kaca kedap gas dan uap, sehingga
mempertahankan produk untuk jangka waktu yang panjang tanpa merusak rasa
atau rasa. Transparansi kaca memungkinkan konsumen untuk melihat produk,
namun variasi warna kaca dapat melindungi Isi terhadap cahaya. Kemasan
gelas kaca memiliki manfaat bagi lingkungan karena dapat digunakan kembali
dan didaur ulang. Seperti bahan lainnya, kaca memiliki beberapa kelemahan.
Meskipun upaya menggunakan kaca yang tipis, beban berat yang dapat
menambah biaya transportasi (Marsh, 2007).
Sebenarnya peranan kemasan baru dirasakan pada tahun 1950-an, saat
banyak munculnya supermarket atau pasar swalayan, dimana kemasan harus
“dapat menjual” produk-produk di rak-rak toko. Tetapi pada saat itupun
kemasan hanya berfungsi memberikan informasi, memberitahu kepada
konsumen tentang apa isi atau kandungan di dalam kemasan tersebut. Baru
pada tahun 1980-an di mana persaingan dalam dunia usaha semakin tajam dan
kalangan produsen saling berlomba untuk merebut perhatian calon konsumen,
bentuk dan model kemasan dirasakan sangat penting peranannya dalam strategi
pemasaran. Disini kemasan harus mampu menarik perhatian, menggambarkan
keistimewaan produk, dan “membujuk” konsumen. Pada saat inilah kemasan
mengambil alih tugas penjualan pada saat jual beli terjadi. Sekarang ini
kemasan sudah berfungsi sebagai media komunikasi. Misalnya pada kemasan
susu atau makanan bayi seringkali dibubuhi nomor telepon toll-free atau bebas
pulsa. Nomor ini bisa dihubungi oleh konsumen tidak hanya untuk complain,
tetapi juga sebagai pusat informasi untuk bertanya tentang segala hal yang
berhubungan dengan produk tersebut. Kemasan juga dapat berfungsi untuk
mengkomunikasikan suatu citra tertentu. Contohnya, produk-produk makanan
Jepang. Orang Jepang dikenal paling pintar membuat kemasan yang bagus.
Permen Jepang seringkali lebih enak dilihat daripada rasanya. Mereka berani
menggunakan bahan-bahan mahal untuk membungkus produk yang dijual.
Walaupun tidak ada pesan apa-apa yang ditulis pada bungkus tersebut, tapi
kemasannya mengkomunikasikan suatu citra yang baik (Cenadi, 2000).
Fungsi utama kemasan adalah melindungi produk. Fungsi kedua
kemasan adalah untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi
konsumen. Sebab dengan adanya kemasan ukuran dan desain produk dapat
dirancang. Fungsi ketiga kemasan adalah untuk mempromosikan produk
kepada konsumen. Sama seperti pakaian bagi orang, kemasan juga dapat
meningkatkan daya tarik produk. Selain karena enak dipandang, pada kemasan
juga dapat diinformasikan fitur, penggunaan, manfaat, dan citra produk. Setiap
produk tentu ada mereknya, kalau merek adalah nama, simbol atau kode untuk
mengidentifikasi produk, maka label adalah segala bentuk yang berfungsi
deskriptif (menginformasikan) bagi produk. Label menjelaskan asal produk,
kandungan produk, fitur produk, cara menggunakan produk, cara menyimpan
produk, harga produk, tanggal kedaluarsa produk, dampak positif dan negatif
produk, informasi nutrisi, tipe produk dan servis yang tersedia. Khusus di
Indonesia, label juga menginformasikan halal tidaknya produk, khususnya
makanan dan minuman (Simamora, 2003).
Botol gelas merupakan kemasan yang sangat baik untuk benda padat,
cair, dan gas. Kemasan gelas menjadi bahan pelindung yang sangat baik dari
kontaminasi bau dari luar sehingga citra rasa produk dapat dipertahankan.
Berdasarkan warnanya, botol gelas dibagi menjadi 3 jenis, yaitu hijau (UVA
hijau), flint (putih jernih), dan amber (cokelat). Berdasarkan jenis botol gelas
yang dihasilkan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu HPS (Hasil Produk
Selesai) dan HPA (Hasil Produk Antara). Berdasarkan tujuan penggunaan botol
gelas, dibagi menjadi 3 jenis, yaitu a) botol gelas sekali pakai dirancang dengan
bahan yang ringan (jenis kemasan ini biasanya dibuang setelah digunakan), b)
botol gelas setelah dipakai dapat digunakan kembali tiga sampai lima kali, dan
c) botol gelas yang dapat dipakai kembali sampai lebih dari 70 kali
(Yani, 2014).
Kaca adalah salah satu bahan kemasan tertua yang telah digunakan
sejak beberapa tahun. Kaca tidak mudah keropos dan kimia inert. Kemasan
kaca dimaksudkan untuk menjaga isinya dari oksigen dan kelembaban,
sehingga produk selalu dalam kondisi yang baik. Ini adalah salah satu alasan
utama mengapa kaca banyak digunakan sebagai kemasan dari produk. Kaca
juga merupakan produk yang berkelanjutan yang berarti dapat di daur ulang
tanpa batas waktu dan tidak ada kerugian dalam kuantitas (Shivsharan, 2014).
Kemasan gelas atau kaca memiliki keunggulan dibanding dengan bahan
kemasan lain. Berikut keunggulannya: (1) bersifat inert atau lambat bereaksi
terhadap bahan kimia dan tidak mengkontaminasi produk makanan yang
dikemas, (2) mencegah penguapan sehingga cocok untuk mengemas bahan
makanan cair, gas dan padat, (3) melindungi bahan pangan dari kontaminasi
bau atau flavor dari luar, (4) menghalangi keluarnya cairan atau gas dari
produk yang dikemas, (5) gelas transparan dan jernih akan mempermudah serta
menarik pembeli untuk melihat langsung produk yang dikemas, (6) bahan gelas
bersifat kokoh, tahan tekanan dan tahan panas sehingga sangat tahan terhadap
pengaruh dari luar, memudahkan proses pengisian dan pengepakan makanan
dan minuman, (7) mulut botol atau gelas yang terbuka dapat memudahkan
pengisian, (8) kemasan botol kaca atau gelas dapat digunakan kembali
sehingga menguntungkan pembeli dan otomatis biayanya lebih murah. Namun,
kemasan kaca atau gelas juga memiliki kelemahan, sebagai berikut: (1) tidak
disarankan untuk meletakkan ditempat yang memiliki cahaya terang karena
akan mudah teroksidasi, (2) berat dan kurang praktis sehingga sulit dibawa, (3)
mudah pecah (Yuyun, 2011).
Desain kemasan yang efektif adalah salah satu yang memungkinkan
arus mata yang sehat dan menyediakan poin fokus bagi konsumen. Para
desainer kemasan menyertakan beragam elemen bersama-sama dalam satu
kemasan untuk membantu mendefinisikan citra merek. Berbagai elemen
tersebut termasuk sebagai tambahan bagi warna, bentuk, ukuran, dan desain
label. Banyak merek dalam kategori produk sering mengganti kemasan
sepanjang tahun dengan kemasan khusus musiman dan hari besar sebagai cara
untuk menarik perhatian. Dengan menyamakan merek bersama suasana belanja
yang disesuaikan dengan musim atau hari besar, perusahaan menyediakan
alasan tambahan bagi konsumen untuk menyeleksi merek kemasan secara
khusus dari sekumpulan merek membosankan yang tidak pernah mengubah
variasi desain kemasan mereka. Di dalam kemasan juga terdapat informasi
yang berguna untuk: (1) menstimulasi pembelian uji-coba, (2) mendorong
perilaku membeli ulang, dan (3) menyediakan berbagai instruksi penggunaan
produk. Tujuannya adalah menyediakan tipe dan kualitas informasi yang tepat
tanpa menjejali kemasan dengan informasi yang berlebihan hingga
mengganggu informasi yang utama, atau justru mempermurah tampilan
kemasan (Shimp, 2003).
Untuk kemasan sambal sebaiknya digunakan kemasan kaca agar lebih
menarik penampilan dan aman digunakan untuk mengemas makanan yang
mengandung garam dan asam tinggi. Pemberian label dan merek yang menarik
agar konsumen tertarik dan selalu memberikan tanggal kedaluarsa pada produk
sambal kemasan. Pemberian perizinan seperti label halal MUI, izin Depkes dan
BPOM jika produk akan dijual secara masal dan skala besar. Kalkulasi harga
juga wajib dilakukan untuk menentukan harga jual. Kisaran laba yang harus
diambil antara 20-30% dari harga total produksi agar harga jual tidak terlalu
mahal dan bersaing dengan produk sejenis di pasaran (Sutomo, 2014).
C. Metodologi
1. Alat
a. Transparansi
b. OHP
2. Bahan
a. Botol kaca sambal terasi ABC
b. Botol kaca sambal terasi Indofood
3. Cara Kerja

Botol kaca sambal terasi


ABC dan Indofood

Pengamatan kemasan yang meliputi


bahan, jenis, desain, labelling

Penganalisisan kemasan terkait fungsi,


kelebihan dan kekurangan kemasan
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 4.1 Pengamatan Desain Kemasan Kaca Produk Sambal
Merk Produk ABC Indofood
Bentuk Gelas jar Gelas jar
Ukuran 230 ml 230 ml
Warna Bening dibungkus plastik Bening dibungkus plastik
plastik warna merah tua plastik warna merah kuning
dan kuning
Gambar gambar sambal terasi dan gambar sambal terasi, cabai,
ada cabai, terasi, jeruk bawang merah, tomat, jeruk
nipis nipis.
Sumber: Hasil Pengamatan
Menurut Suryani (2011), pengemasan merupakan proses akhir yang
akan menentukan bahwa kualitas produk yang telah diproduksi tidak
mengalami perubahan selama didistribusikan. Selain untuk mempertahankan
kualitas dan menghindari kerusakan selama penyimpanan, pengemasan juga
bertujuan untuk memudahkan transportasi dan handling bahan. Kemasan
adalah salah satu hal yang sangat penting dalam menjaga kualitas produk, umur
simpan produk, serta dalam peningkatan harga jual produk. Produk yang
memiliki kemasan yang bagus dan menarik akan memiliki nilai jual lebih
tinggi dibandingkan dengan produk yang tidak memiliki kemasan. Bila dilihat
dari prinsip utama suatu perusahaan yaitu menghasilkan produk yang bermutu
dengan biaya yang seminimal mungkin jika perusahaan tersebut ingin
mendapatkan pangsa pasar yang luas, maka diperlukan adanya kemasan yang
menjaga produk. Kemasan yang menarik ini merupakan salah satu strategi
bisnis yang dapat digunakan perusahaan untuk meningkatkan profit
perusahaan.
Sedangkan menurut Syarief (1989), desain kemasan mempunyai 5
prinsip fungsional, pertama kemasan (packaging). Pada kemasan ini harus
disampaikan tentang jenis produk, dan kegunaannya. Disini kejujuran jadi hal
penting. Kedua, kemasan secara fisik. Fungsinya sebagai pelindung produk
dari benturan, gesekan, guncangan, hentakan dan lain-lain. Disini kekuatan
menjadi prinsip utama. Ketiga, kemasan yang nyaman dipakai. Maksudnya
kemasan disini memberikan rasa nyaman jika disentuh, permukaannya tidak
melukai, lentur saat digenggam, mudah dibersihkan, disimpan, stabil bila
diletakkan. Kemasan yang dapat didaur ulang sangat diutamakan. Keempat,
kemasan yang mampu menampilkan citra produk dan segmentasi pasar
pemakainya. Disini melibatkan banyak unsur terutama yang berkaitan dengan
imajinasi, selera, dan fantasi sipemakai. Kemasan disini harus mampu
menerjemahkan siapa pemakainya, status sosial, dimana dan jenis perilaku
seperti apa produk mainan tersebut dipakai. Keunikan menjadi nilai penting.
Kelima, kemasan yang berprinsip mendukung keselarasan lingkungan.
Kemasan yang baik adalah yang; mudah didaur ulang (recycle) ke produk baru
dan tidak terkontaminasi, bisa dilebur dan dibuat kembali ke produk (re-use)
asal.
Menurut Sulistyo (2008), Responden memandang bahwa desain
kemasan perlu dibuat lebih menarik lagi. Terutama bila nanti produk baru
diluncurkan, desain kemasan sebisa mungkin mendorong orang untuk
mencoba. Namun yang perlu diperhatikan juga fungsi utama dari kemasan
yakni mampu melindungi dan menjaga produk. Perusahaan mencantumkan
informasi mengenai cara memasak mi instan yang baik dan benar juga
mencantumkan informasi banyaknya mi instan yang bisa dikonsumsi setiap
harinya. Dalam penelitian Natadjaja (2003) menunjukkan bahwa pada
pembelian pertama kali, desain kemasan berperan dalam keputusan konsumen
untuk membeli sambel terasi instan, juga desain kemasan dapat memberikan
efek lebih untuk preferensi merek bagi konsumen.
Sambal termasuk kedalam bumbu masakan. Menurut Nuraini (2010),
bumbu adalah bahan-bahan sebagai penyedap makanan yang berfungsi untuk
membangkitkan selera makan, yang digunakan dalam keadaan segara taubasah.
Bumbu ini berasal dari bahan makanan hewani maupun dari tumbuh-
tumbuhan.
Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa merk produk sambel yang
digunakan untuk pengamasan yaitu merk ABC dan merk Indofood. Bentuk
desain kemasan merk ABC dan merk Indofood yaitu sama gelas jar. Menurut
Fellows (2000), gelas jar adalah benda yang transparan, lumayan kuat,
biasanya tidak bereaksi dengan barang kimia, dan tidak aktif secara biologi
yang bisa dibentuk dengan permukaan yang sangat halus dan kedap air. Oleh
karena sifatnya yang sangat ideal gelas banyak digunakan di banyak bidang
kehidupan. Tetapi gelas bisa pecah menjadi pecahan yang tajam. Sifat kaca ini
bisa dimodifikasi dan bahkan bisa diubah seluruhnya dengan proses kimia atau
dengan pemanasan. Ada beberapa sifat gelas yang bisa dikatakan memiliki
kelebihan dibanding dengan material yaitu sifat estetika atau keindahan, sifat
tembus pandang secara optik (transparan), sifat elastis, dan sifat ketahanan
terhadap zat/reaksi kimia. Namun kekurangan dari gelas adalah sifat nya yang
getas dan mudah pecah. Menurut Millati (2010), untuk membuat agar kemasan
gelas bersifat inert dan netral maka gelas dicelupkan dalam larutan asam.
Untuk melinungi permukaan gelas maka diberi laminasi silikon polietilen
glikol atau polietilen stearat. Sifat gelas yang stabil menyebabkan gelas dapat
disimpan dalam jangka waktu panjang tanpa kerusakan.
Ukuran dari kemasan merk ABC dan Indofood yaitu sama sekitar 230
ml. Menurut Syarief (1989), ukuran kemasan harus direncanakan dan
dirancang sedemikian rupa sehingga tidak sampai menyulitkan peletakan di rak
atau tempat pemajangan. Warna dari kemasan merk ABC yaitu bening
dibungkus plastik plastik warna merah tua dan kuning, sedangkan kemasaan
merk Indofood yaitu bening dibungkus plastik plastik warna merah kuning.
Menurut Cenadi (2000), salah satu cara adalah dengan penggunaan warna yang
cermat, karena konsumen melihat warna jauh lebih cepat daripada melihat bentuk
atau rupa. Dan warnalah yang pertama kali terlihat bila produk berada di tempat
penjualan. Warna yang terang akan lebih terlihat dari jarak jauh, karena memiliki
daya tarik dan dampak yang lebih besar. Sehingga warna pada merk ABC dan
merk Indofood sesuai dengan teori. Menurut Apriliani dkk (2012), Warna dan
bentuk kemasan yang menarik dianggap penting karena dapat mempengaruhi
daya tarik konsumen dalam melakukan pembelian. Hal tersebut dikarenakan
kemasan merupakan salah satu alat promosi produk yang dapat dilihat secara
langsung sebelum mengkonsumsi produknya.
Gambar desain kemasan merk ABC yaitu gambar sambal terasi dan ada
cabai, terasi, jeruk nipis. Sedangkan Gambar desain kemasan Indofood yaitu
gambar sambal terasi, cabai, bawang merah, tomat, jeruk nipis. Gambar dari
kemasan menurut Cenadi (2000), harus sesuai dengan produk dan membujuk
konsumen untuk membelinya. Menurut Sutanto, dkk (2013), konsumen
umumnya akan tertarik dengan produk-produk yang dibungkus dengan
gambar-gambar yang kreatif, menarik dan eye catching.
Tabel 4.2 Pengamatan Labeling Kemasan Kaca Produk Sambal
Merk Produk ABC Indofood
Ada/tidak tanggal
Ada Ada
kadaluwarsa
Ada/tidak kode
Tidak Ada Tidak Ada
produksi
Ada/ tidak label Halal Ada Ada
Ada/tidak komposisi Ada Ada
Ada/tidak kandungan
Tidak ada Tidak ada
Gizi
Ada/tidak merk
Ada Ada
dagang
Jenis produk Bumbu Bumbu
Berapa ukuran isinya 200 gram 190 gram
Izin depkes BPOM RI No. LPPOM : 00060000421298
145210081138 BPOM BPOM RI MD
156328025001
Buatan dalam/luar
Dalam negeri Dalam negeri
negeri
Ada/ tidak petunjuk
Ada Tidak ada
penggunaan
Ada/ tidak barcode Ada Ada
Ada/tidak Identitas
Ada Ada
pembuat
Ada/tidak layanan
Ada Tidak ada
konsumen
Informasi promosi Iklan Iklan
Ada/tidak Informasi
teknologi pengolahan Tidak ada Tidak ada
yang digunakan
Sumber: Hasil Pengamatan
Menurut Miru (2007) label adalah sejumlah keterangan pada kemasan
produk. Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merek produk,
bahan baku, bahan tambahan komposisi, informasi gizi, tanggal kedaluwarsa,
isi produk, dan keterangan legalitas. Menurut Rahmawanto (2011) keterangan
tentang halal pada produk yang dijual terutama di Indonesia mempunyai arti
yang sangat penting dan dimaksudkan untuk melindungi masyarakat yang
beragama Islam agar terhindar dari melakukan pengkonsumsian pangan yang
tidak halal (haram). Produk kosmetik memang tidak dimakan dan masuk ke
dalam tubuh, oleh karena itu kosmetik biasanya dikaitkan dengan masalah suci
atau najis. Produk tersebut dapat dikatakan haram jika produk kosmetik
tersebut mengandung bahan-bahan najis, seperti turunan hewan (kolagen)
ataupun bagian dari tubuh manusia, misalnya plasenta (Utami, 2013: 20).
Dari tabel 4.2 pengamatan tentang label pada kemasan merk ABC dan
Indofood, dari kedua merk tersebut hasilnya yaitu ada tanggal kadaluarsa.
Sambal merk ABC tanggal kadaluarsanya yaitu 28-02-17, sedangkan pada
sambal merk Indofood yaitu 23-04-16. Menurut Amalia (2012), keterangan
umur simpan (masa kadaluarsa) produk pangan merupakan salah satu
informasi yang wajib dicantumkan oleh produsen pada label kemasan produk
pangan, terkait dengan keamanan produk pangan dan untuk memberikan
jaminan mutu pada saat produk sampai ke tangan konsumen. Kewajiban
pencantuman masa kadaluarsa pada label pangan diatur dalam Undang-undang
Pangan no.7/1996 serta Peraturan Pemerintah No. 69/1999 tentang Label dan
Iklan Pangan, dimana setiap industri pangan wajib mencantumkan tanggal
kadaluarsa (expired date) pada setiap kemasan produk pangan. Menurut
Setiawan dan Hanny (2012), setiap produk atau barang yang diproduksi baik
itu makanan atau non-makanan pasti memiliki tanggal kadaluarsa. Tanggal
kadaluarsa tersebut biasanya dicantumkan dalam pembungkus atau menempel
pada makanan tersebut dan berbentuk label. Menurut peraturan menteri
kesehatan Republik Indonesia no.180/Men.Kes/Per/IV/85 tentang makanan
kadaluarsa, tanggal kadaluarsa adalah adalah batas akhir suatu makanan pada
kemasan dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk
yang diberikan oleh produsen. Label tanggal kadaluarsa terkadang susah untuk
dilihat pembeli atau tidak dicantumkan dalam kemasan. Akan tetapi, masih ada
beberapa penjual yang tidak memberikan tanggal kadaluarsa pada kemasan
makanan yang dijual. Beberapa penjual yang lain juga ada yang sudah
memberikan tanggal kadaluarsa namun tidak jelas tulisan labelnya.
Dikhawatirkan dari makanan yang sudah kadaluarsa tersebut akan dimakan dan
akan menimbulkan penyakit. Sehingga produk sambal merk ABC dan
Indofood sudah memenuhi syarat tentang tanggal kadaluarsa.
Dari kemasan sambal merk ABC dan Indofood tidak ditemukan tanggal
kode produksi.menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 Tentang Cara
Produksi Pangan yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga, untuk
menghasilkan produk yang bermutu dan aman, proses produksi harus
dikendalikan dengan benar. Pengendalian proses produksi pangan industri
rumah tangga pangan dapat dilakukan dengan salah satu cara cara
mencantumkan tanggal produksi pada kemasan. Sehingga produk sambal merk
ABC dan Indofood belum memenuhi syarat tentang tanggal kadaluarsa.
Dari kemasan sambal merk ABC dan Indofood ditemukan ada label
halal. Sertifikasi halal dan labelisasi halal merupakan dua kegiatan yang
berbeda tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Sertifikasi halal dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistematik untuk
mengetahui apakah suatu barang yang diproduksi suatu perusahaan telah
memenuhi ketentuan halal. Hasil dari kegiatan sertifikasi halal adalah
diterbitkannya sertifikat halal apabila produk yang dimaksudkan telah
memenuhi ketentuan sebagai produk halal. Sertifikasi halal dilakukan oleh
lembaga yang mempunyai otoritas untuk melaksanakannya. Tujuan akhir dari
Sertifikasi halal dan labelisasi halal merupakan dua kegiatan yang berbeda
tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Sertifikasi halal dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistematik untuk
mengetahui apakah suatu barang yang diproduksi suatu perusahaan telah
memenuhi ketentuan halal. Labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau
pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk
yang dimaksud berstatus sebagai produk halal. Di Indonesia lembaga yang
otoritatif melaksanakan Sertifikasi Halal adalah Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang secara teknis ditangani oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-
obatan, dan Kosmetika (LPPOM). Sedangkan kegiatan labelisasi halal dikelola
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Dalam
pelaksanaannya di Indonesia, kegiatan labelisasi halal telah diterapkan lebih
dahulu sebelum sertifikasi halal. Di Indonesia peraturan yang bersifat teknis
yang mengatur masalah pelabelan halal antara lain keputusan bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Agama RI No. 427/Men.Kes/SKBMII/1985 (No.68
Tahun 1985) Tentang Pencantuman Tulisan Halal Pada Label Makanan.
Definisi halal seperti dalam Halal Consumer Magazine (2008) yang
dipublikasikan oleh the Islamic Food and Nutrition Council of America
(IFANCA) dalam bahasa Arab (sebagaimana tercantum dalam Kitab suci Al-
Qur’an) adalah sah menurut hukum atau diijinkan.
Dari kemasan sambal merk ABC dan Indofood ditemukan ada ada
komposisi. Komposisi dari sambal ABC yaitu cabai (52%), gula, minyak
nabati, air, terasi (4,7%), garam, penguat rasa (mononatrium glutamat dan
dinatrium inosinat), pati termodifikasi, pemantap nabati, bumbu kokumi
(mengandung penguat rasa dinatrium guanilat, pengawert (kalium sorbat dan
natrium metabisulfit), pengatur keasaman. Sedangkan komposisi dari sambal
merk indofood yaitu cabai (33%), rempah rempah (21%), gula, minyak nabati,
tomat (11%), terasi (mengandung krustase dan ikan ) (10.0%), garam, penguat
rasa, (monosodium glutamat, dinatrium inosinat dan guanilat), pengatur
keasaman, pengemulsi nabati, pengawet (kalium sorbat dan natrium
metabisulfit. Dapat mengandung sedikit protein dari kedelai. Menurut Apriliani
dkk (2012), Pencantuman komposisi pada kemasan dapat meningkatkan
kepuasan konsumen, sebab semakin lengkap informasi yang ada pada kemasan
maka konsumen akan semakin puas, tetapi tidak adanya pencantuman
komposisi pada kemasan kepuasan konsumen tidak akan menurun.
Pencantuman komposisi pada kemasan dianggap tidak terlalu penting untuk
dicantumkan, dikarenakan terkadang lebih banyak konsumen tidak terlalu
memperhatikan informasi yang ada pada kemasan. Menurut Jaya dan Aryani
(2013), untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya tidak jarang para
pelaku usaha tidak memberikan kelengkapan informasi mengenai komposisi
suatu produk dengan alasan kebanyakan konsumen tidak terlalu
memperhatikan hal itu karena dianggap tidak terlalu penting untuk dilihat dan
dibaca. Sehingga sambal merk ABC dan Indofood sudah sesuai dengan teori.
Dari merk ABC dan Indofood, keduanya tidak ada kandungan gizinya.
Menurut BPOM (2009) di indonesia informasi nilai gizi atau dikenal juga
dengan Nutrition informasi atau Nutrition Fact atau Nutrition labelling
merupakan salah satu informasi wajib dicantumkan apabila label pangan
memuat sejumlah keterangan tertentu. Secara definisi informasi Nilai Gizi
dapat diartikan sebagai daftar kandungan zat gizi pangan pada label pangan
sesuai dengan format yang telah ditetapkan. Di beberapa negara pencantuman
informasi Nilai Gizi ada yang telah diberlakukan secara wajib dan ada juga
yang sukarela. Di tingkat internasional, Codex Alimentarius Commission
(CAC) sebagai Badan di bidang pangan, saat ini sedang mengkaji penerapan
mandatory nutrition labeling. Sambal merk ABC dan Indofood, belum
memenuhi standar dalam kemasan gizi.
Dalam kemasan sambal merk ABC dan merk Indofood ada merek
dagang, ada barcode, dan ada ada identitas pembuat. Identitas pembuat sambal
merk ABC yaitu PT. Ikafood Putramas, Bandung -40393, Indonesia untuk PT.
Heinz ABC Indonesia, Jakarta_11710 Indonesia Po Box 4608/jkt-10001,
sedangkan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Bekasi 17520-Indonesia
Po Box no. 4520 Jktf 11045. Dalam kemasan sambal merk ABC dan mer
Indofood tidak ada informasi teknologi pengolahan yang digunakan. Jenis dari
produk yang dikemas yaitu bumbu. Berat ukuran isi dari merk ABC yaitu 200
gram dan merk Indofood yaitu 190 gram. Izin dekpes dari sambal merk ABC
yaitu BPOM RI No. 145210081138 dan sambal merk Indofood yaitu LPPOM :
00060000421298 BPOM BPOM RI MD 156328025001. Pada sambal merk
ABC ada petunjuk penggunaannya, sedangkan pada sambal merk Indofood
tidak ada petunjuk penggunaanya. Pada Sambal merk ABC ada layanan
konsumennya sedangkan pada samabl merk Indofood tidak ada.
Penelitian yang dilakukan oleh Adam (2004) menemukan bahwa
variabel harga, saluran distribusi, produk, dan promosi, secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadap pembelian produk dalam kemasan oleh
konsumen. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahmudi (2002)
menemukan bahwa variabel produk yang tersiri dari item harga, rasa, kemasan,
dan merek merupakan faktor pertama yang memotivasi konsumen dalam
melakukan pembelian sambel terasi instan. Variabel promosi yang terdiri dari
item bonus, pemeran iklan, gaya penjual merupakan faktor kedua yang
memotivasi pembelian. Variabel distribusi yang terdiri dari item pengecer,
lokasi, dan outlet merupakan faktor ketiga dalam memotivasi pembelian.
Atribut produk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang produk
itu sendiri. Menurut Tjiptono (dalam Suswardji 2012: 2) atribut produk
merupakan unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan
dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Kemudian menurut Kotler
dan Amstrong (dalam Sussanto 2013: 1) Atribut produk adalah pengembangan
suatu produk atau jasa melibatkan penentuan manfaat yang akan diberikan.
Adanya atribut yang melekat pada suatu produk dapat digunakan konsumen
untuk menilai dan mengukur kesesuaian atribut produk dengan kebutuhan dan
keinginan. Menurut Kotler (2009:184) mendefinisikan keputusan pembelian
konsumen yaitu: keputusan pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah
tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Keputusan
pembelian merupakan suatu proses dimana konsumen melalui tahapan-tahapan
tertentu untuk melakukan pembelian suatu produk.
E. Kesimpulan
Dari pembahasan acara IV “Indentifikasi dan Analisis Kemasan
Makanan dan Minuman di Pasaran” dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kemasan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam menjaga kualitas
produk, umur simpan produk, serta dalam peningkatan harga jual produk.
2. Desain kemasan mempunyai 5 prinsip fungsional yaitu kemasan, kemasan
secara fisik, kemasan yang nyaman dipakai, kemasan yang mampu
menampilkan citra produk dan segmentasi pasar pemakainya, dan kemasan
yang berprinsip mendukung keselarasan lingkungan.
3. Desain dari sambal merk ABC yaitu berbentuk gelas jar, ukurannya 230 ml
warnanya bening dibungkus plastik plastik warna merah tua dan kuning dan
bergambar sambal terasi dan ada cabai, terasi, jeruk nipis.
4. Desain dari sambal merk ABC yaitu berbentuk gelas jar, ukurannya 230 ml
warnanya bening dibungkus plastik plastik warna merah tua dan kuning dan
gambar sambal terasi, cabai, bawang merah, tomat, jeruk nipis.
5. Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum,
label minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku, bahan
tambahan komposisi, informasi gizi, tanggal kedaluwarsa, isi produk, dan
keterangan legalitas.
6. Label dari sambal merk ABC yaitu ada tanggal kadaluwarsa, tidak ada kode
produksi, ada label Halal, ada komposisi, tidak ada kandungan gizi, ada
merk dagang, jenis produk bumbu, ada izin depkes, buatan dalam negeri,
ada petunjuk penggunaan, ada identitas pembuat, ada Informasi promosi,
dan tidak ada Informasi teknologi pengolahan yang digunakan.
7. Label dari sambal merk Indofood yaitu ada tanggal kadaluwarsa, tidak ada
kode produksi, ada label Halal, ada komposisi, tidak ada kandungan gizi,
ada merk dagang, jenis produk bumbu, ada izin depkes, buatan dalam
negeri, tidak ada petunjuk penggunaan, ada identitas pembuat, ada
Informasi promosi, dan tidak ada Informasi teknologi pengolahan yang
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Rosida P. (2004), Pengaruh Faktor Internal Konsumen dan Kinerja


Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Produk Teh Dalam
Kemasan Oleh Konsumen Rumah Tangga di Jawa Barat, Tesis Magister
Manajemen Universitas Pajajaran.
Amalia, Ulfah. 2012. Pendugaan Umur Simpan Produk Nugget Ikan dengan
Merk Dagang Fish Nugget “So Lite”. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8. No.
1.
Apriliani, Dewi., Wike Agustin Prima Dania., Sakunda Anggarini. 2012. Analisis
Atribut Produk yang Mempengaruhi Kategori Kepuasan Konsumen
dengan Metode KANO dan Root Cause Analysis (Studi Kasus di Citra
Kendedes Cake & Bakery, Malang). FTP . Univ. Brawijaya.
Astari, Moulitya Dila., Dewita., Suparmi., 2015. Pendugaan Umur Simpan Biskuit
Spirulina dengan Menggunakan Jenis Kemasan yang Berbeda. Universitas
Riau.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2009. Informasi Nilai
Gizi Produk Pangan. Vol. 10, No. 5.
Cenadi, Christine Suharto. 2000. Peranan Desain Kemasan Dalam Dunia
Pemasaran. Nirmana Vol. 2, No. 1, Januari 2000: 92 – 103. Jurusan
Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain–Universitas Kristen
Petra
Mahmudi, Moh. (2002), Faktor-Faktor Yang Memotivasi Konsumen Dalam
Melakukan Pembelian Indomie Pada Masyarakat Kelurahan Sumbersari
Kecamatan Lowokwaru Kodya Malang, Tesis Magister Manajemen
Universitas Brawijaya Malang.
Marsh, Kenneth., PH.D., and Betty Bugusu, PH.D.. 2007. Food Packaging-Roles,
Materials,and Environmental Issues. Journal Of Food Science. Vol. 72,
Nr. 3.
Natadjaja, Listia. (2003), Comparation Study of Instant Noodle Nong Shim Kam
Korea and Indomie Indonesia as The Effect of Packaging Design Point of
Interest to The Consumer Brand Preference, Jurnal NIRMANA, Vol.5,
No.2, h. 123-136.
Ramos, Marina., Arantzazu Valdés., Ana Cristina Mellinas., María Carmen
Garrigos. 2015. New Trends in Beverage Packaging Systems: A Review J.
Beverages. 1, 248-272.
Reddy, Venkateswara., P. Ujwala, A. Deepthi. 2014. Pharmaceutical Packaging
Technology-A Review. Journal of Pharmacy and Natural Medicines. ISSN:
2321-6743. Vol.2(2): 185-196.
Rosalina, Yessy., Alnopri Dan Prasetyo. 2008. Disain Kemasan Untuk
Meningkatkan Nilai Tambah Madu Bunga Kopi Sebagai Produk Unggulan
Daerah. Jurnal Agroindustri Vol. 2 No. 1. ISSN 2088 - 5369
Setiawan, Abas dan Hanny Haryanto. 2012. Aplikasi Pendeteksi Tanggal
Kadaluarsa Makanan Tradisional Kota Semarang dengan Augmented
Reality. Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan.
Shimp, Terence. 2003. Perikanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu. Erlangga
Shivsharan. 2014. Packaging Of Cosmetics. Journal of Pharmaceutical and
Scientific Innovation.
Simamora, Bilson. 2003. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan
Profitabel. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sulistyo, Christian Yudho. 2008. Pengaruh Merk, Rasa, Harga, Desain Kemasan,
dan Kemudahan Memperoleh terhadap Pembelian Mi Instan Di
Yogyakarta (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Pembangunan
Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta). Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Sutomo, Budi. 2014. Koleksi Resep Sambal & Saus. Kawan Pustaka. Jakarta.
Yani, Mohamad., Endang Warsiki, dan Noviana Wulandari. 2014. Penilaian Daur
Hidup Botol Gelas Pada Produk Minuman Teh. Jurnal Teknologi Industri
Pertanian 24 (2):166-178
Yuyun dan Delli Gunarsa. 2011. Cerdas Mengemas Produk Makanan dan
Minuman. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai