Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN DAN PENYAKIT HEWAN LAB

MENCIT, TIKUS, HAMSTER

OLEH :

KELOMPOK 3

Abdul Nafis 1409005015

Mia Karlina Hariati 1409005016

Saidatul Sholeha 1409005024

Kusumaning Arumisari Wimbavitrati 1409005030

Endah Rahmawati 1409005044

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017

1
Hewan coba atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang khusus
dikembangbiakkan di lingkungan laboratorium untuk keperluan penelitian. Beberapa hewan
perocbaan dapat digunakan sebagai materi penelitian karena mempunyai beberapa keuntungan,
antara lain : 1) mempunyai siklus reproduksi yang singkat, 2) selang generasi yang pendek, dan 3)
mempunyai keturunan yang relative lebih banyak per kelahiran. Mencit, tikus, hamster
meruppakan hewan percobaan yang dapat digunakan sebagai materi penelitian dengan sifat-sifat
unggul seperti di atas. Arrington (1972) mengemukakan beberapa alasan penggunaan mencit
sebagai hewan percobaan dalam penelitian, antara lain : biaya pengelolaan tidak begitu mahal,
daya reproduksi yang tinggi dan sifat antigenic yang dapat dibuat seragam dalam waktu yang
realtif singkat.

A. Karakteristik Genetik
Khusus spesies hewan lab kecil, utamanya mencit dan tikus dikenal beberapa tipe/jenis
yang secara genetic didefinisikan sebagai berikut:
a. Outbred Stocks
Outbred Stocks merupakan koloni hewan laboratorium dengan beberapa variasi
genetic atau koloni hewan yang individunya secara genetic berbeda. Dalam hal ini
pengembangbiakkan outbred stock tidak boleh dilakukan antara 2 individu yang memiliki
leluhur yang sama dalam 4 generasi. Hal ini diterapkan untuk menjaga atau mengurangi
terjadinya inbreeding. Biasanya strain ini digunakan pada fasilitas pengkaran baru. Strain
ini kuat dan mudah berkembang biak bahkan pada lingkungan yang kurang baik.
Penggunaan outbred stock biasanya digunakan rutin seperti screening dan assay produk-
produk biologi, uji potensi produk farmasi, praktikum, dan beberapa uji toksisitas. Namun,
kurang tepat untuk penelitian kanker dan imunologi.
 Nomenclature dari outbred stocks
Outbred stocks ditandai dengan code laboratorium yang mengindikasikan breeder,
koloni, dan kode yang terdiri dari huruf besar dan angka. Sebagai contoh, Hsd:NIHS,
NIH Swiss merupakan mencit, dan dipelihara oleh Harlan Sprague-Dawley (Hsd). Jika
keturunan membawa gen mutasi, hal ini diindikasikan dengan tanda penghubung “ – “
dan gen mutasi yang ditunjuk. Sebagai contoh Hsd:MF-1-Foxn1nuis, MF-1 merupakan
mencit type outbreed stock yang di pelihara oleh Harlan Sprague-Dawley (Hsd),
dengan membawa mutasi yang ditandai dengan Foxn1nuis.

2
 Karakteristik dari outbred stocks
- Besarnya variasi genetic tergantung riwayat koloni sebelumnya
- Setiap individu secara genetic khas
- Outbred stocks secara fenotip lebih bervariasi dari isogenic strains
- Karakteristik dari koloni dapat berubah dengan cepat
- Outbred stocks dengan nama yang sama dari breeder yang berbeda secara genetic
akan berbeda
- Penggunaan outbred stocks tidak memberikan jaminan bahwa hewan akan peka
terhadap perlakuan yang diberikan.
- Variasi genetic dalam sebuah koloni outbred dari tikus atau mencit tidak dapat
dibandingkan dengan yang ditemukan pada populasi manusia.
- Outbred stocks merupakan model yang kurang baik untuk manusia dibandingkan
dengan inbred strains dari spesies yang sama karena outbred stocks relative kurang
sensitive terhadap perlakuan eksperimental
b. Inbred Strains
Inbred strains merupakan koloni hewan hasil produksi silang sebanyak 20 kali
berturut-turut antar kakak-adik (b x s) yang semua hewan berasal dari 1 pasang. Sehingga
akan menghasilkan garis keturunan kira-kira 98% identic secara genetic. Inbred strains
pada mencit dan tikus dikembangkan kira-kira tahun 1910 & 1940. Inbred strains biasanya
digunakan untuk penelitian kanker dan imunologi
 Karakteristik dari inbred strains
- Isogenicity, semua individu secara genetic identic
- Homozygosity, suatu individu memiliki kromosom dengan alel yang sama pada
setiap lokus gen-gennya.
- Phenotypic uniformity, setiap individu atau sebuah koloni memiliki karakteristik
yang sama atau seragam.
- Identifiability, semua individu identik, hal ini sangat penting agar dapat memeriksa
strain dari mencit maupun tikus yang digunakan dalam sebuah penelitian yang
otentik dan tidak ada kontaminasi genetic.

3
- Long-term stability, genetic dari inbred strais tidak akan berubah akibat hasil dari
pembiakan selektif atau inbreeding yang lebih jauh, sehingga genetik inbred strains
tetap stabil untuk jangka waktu yang lama.
- Individuality, masing-masing koloni strains diwakili oleh kombinasi yang khas dari
alel tertentu yang akan menghasilkan suatu karakteristik fenotip.
- Sensitivity, inbred strains cenderung sensitive terhada kondisi lingkungan sehingga
harus memiliki kandang yang baik dan bersih serta inbred strains harus bebas dari
penyakit.
- International distribution.

B. Metode Persilangan Hewan Laboratorium


1. Persilangan Permanen
Persilangan permanen dilakukan dengan hewan betina dibiarkan beranak dalam
satu kendang bersama-sama dengan anggota lainnya. Umunya perbanding dalam satu
kandang terdiri aas 1 pejantan dengan 15 betina. Metode persilangan ini biasanya
digunakan pada hewan mencit, tikus dan marmut.
2. Metode Harem
Persilangan dengan metode harem dilakukan dengan hewan betina dipelihara satu
kandang dengan hewan jantan, tetapi pada saat menjelang partus dipindahkan pada
kandang yang terpisah. Biasanya metode ini digunakan pada tikus, dengan perbandingan
dalam satu kandang terdiri atas 1 jantan dengan 4 – 8 betina
3. Persilangan dengan Bantuan
Persilangan dengan bantuan dilakukan dengan hewan betina diletakkan satu
kandang dengan hewan jantan selama periode singkat kemudian dipisahkan kembali.
Metode persilangan ini biasanya digunakan pada hewan hamster dan kelinci
4. Inseminasi Buatan
Persilangan dengan inseminasi buatan biasanya hewan jantan dan hewan betina
tidak pernah bertemu. Metode ini hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya untuk
menghindari kepunahan spesies tertentu.

4
C. Spesies hewan laboratorium yang Digunakan dalam Penelitian
1. Mencit ( Mus musculus )
Mencit secara luas dipergunakan sebagai hewan laboratorium, hampir 50%
penelitian menggunakan mencit sebagai hewan percobaan. Mencit merupakan hewan yang
kecil dan mudah berkembang biak, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya
tinggi, selain itu mempunyai harga yang ekonomis sebagai hewan laboratorium. Mencit
mudah untuk ditangani dan memiliki ekor sehingga dapat digunakan untuk melakukan
restraint, dan bisa digunakan untuk tempat pengambilan sampel darah. Penggunaan mencit
ini tidak tepat melakukan penelitian mengenai pembedahan karena ukurannya yang kecil.
a. Anatomi Mencit
Dilihat dari bentuk luarnya, mencit tampak praktis dan efisien untuk penelitian -
penelitian dalam laboratorium yang ruangannya terbatas. Luas permukaan tubuhnya 36
cm2 pada berat badan 20 gram. Bobot ada waktu lahir berkisar antara 0,5 – 1,5 gram
yang akan meningkat sampai lebih kurang 40 gram pada umur 70 hari atau 2 bulan
(Harkness, 1983). Berat badan mencit jantan dewasa berkisar antara 20-40 gram dan
mencit betina dewasa 25 – 40 gram.
Sebagai hewan pengerat, mencit memiliki gigi seri yang cukup kuat dan gigi seri
ini terbuka. Susunan gigi geligi mencit selengkapnya adalah sebagai berikut: incisivus
½, caninus 0/0, premolar 0/0 dan molar 3/3 tanpa pergantian gigi. Selain itu anatomi
mencit yang khas lainnya adalah limpa pada mencit jantan 50% lebih besar daripada
mencit betina. Kemudian mencit betina mempunyai 5 pasang kelenjar ambing, 3
pasang terletak dibagian ventral thoraks dan 2 pasang lainnya dibagian inguinal.
Kanalis inguinalis pada mencit jantan terbuka selama hidupnya.
b. Fisiologi Mencit
Hewan apabila dalam perjalanan perkembangan hidupnya makin mendekati ke
suatu jenis (spesies), maka hewan-hewan tersebut makin mempunyai banyak
persamaan fisik dan tingkah laku. Oleh sebab itu, sebelum memulai suatu rangkaian
percobaan, para peneliti harus terlebih dahulu memahami keadaan dan sifat-sifat dasar
yang dimiliki oleh hewan percobaan tersebut untuk mendapatkan hasil pengamatan
yang dapat diandalkan ketepatannya. Dalam tabel digambaran pendekatan-pendekatan

5
nilai-nilai fisiologis mencit sebagai hewan percobaan yang dikutip dari Harkness
(1983)

Berat badan dewasa jantan 20 – 40 g


Berat badan dewasa betina 25 – 40 g
Berat lahir 0,5 – 1,5 g
Jangka waktu hidup 1,5 – 3 tahun
Temperatur tubuh 36,5 – 38,0 0C
Laju pernafasan 94 – 163/menit
Laju denyut jantung 325 – 780/menit
Volume darah 76-80 ml/kg
Onset perkawinan, jantan 50 hari
Onset perkawinan, betina 50 – 60 hari
Siklus birahi 4 - 5 hari
Lama kebuntingan 19 – 21 hari
Estrus postpartum Fertil
Jumlah kelahiran 10 - 12
Umur penyapihan 21 – 28 hari
Lama perkembangbiakan (produksi ekonomis) 7 - 9 bulan
Produksi anak/umur dikawinkan 8 minggu

c. Pemeliharaan Mencit
Lingkungan hidup dari hewan percobaan yang berasal dari alam bebas berbeda
dengan hewan percobaan yang khusus dipelihara untuk keperluan perkembangbiakan
atau penelitian. Hewan percobaan yang dipelihara untuk tujuan penelitian, umumnya
berada dalam suatu lingkungan yang relatif sempit dan terawasi dalam arti makanan,
minuman, kesehatan, kebersihan terjamin dan mendapatkan perlindungan terhadap
gangguan dari luar yang bersifat ekstrim. Walaupun kehidupannya diawasi, namun
diusahakan agar proses fisiologis dan reproduksinya, termasuk makan, minum,
bergerak dan istirahat tidak terganggu.

6
1. Kebutuhan Pakan dan Air
Mencit harus diberikan makan dengan kualitas tetap karena perubahan
kualitas dapat menyebabkan penurunan berat badan dan tenaga. Seekor mencit
dewasa dapat mengkonsumsi pakan 3-5 gram setiap hari. Mencit yang bunting dan
menyusui memerlukan pakan yang lebih banyak. Jenis ransum yang dapat
diberikan untuk mencit adalah ransum ayam komersial. Kandungan protein ransum
yang diberikan minimal 16%. Kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan untuk
pemeliharaan mencit adalah protein kasar 20-25%, kadar lemak 10-12%, kadar pati
44-55%, kadar serat kasar maksimal 4% dan kadar abu 5-6%.
Air minum yang diperlukan oleh setiap ekor mencit untuk sehari berkisar
antara 4-8ml. Seekor mencit mudah sekali kehilangan air sebab evaporasi tubuhnya
tinggi. Konsumsi air minum yang cukup akan digunakan untuk menjadi stabilitas
suhu tubuh dan untuk melumasi pakan yang dicerna. Air minum juga dibutuhkan
untuk menekan stress pada mencit yang dapat memicu kanibalisme.
2. Pemeliharaan Kandang
Hewan percobaan yang dipelihara untuk tujuan penelitian, umumnya
berada dalam suatu lingkungan yang sempit dan terawasi. Walaupun kehidupannya
diawasi, namun diusahakan agar proses fisiologis dan reproduksi termasuk makan,
minum, bergerak dan istirahat tidak terganggu. Hewan percobaan ditempatkan
dalam kandang-kandang yang disusun pada rak-rak didalam suatu ruangan khusus.
Kandang harus dirancang untuk dapat memberikan kenyamanan dan kesejahteraan
bagi hewan tersebut. Mencit-mencit yang dipergunakan untuk penelitian yang lama
ditempatkan dalam kandang yang berukuran 22,5 cm X 10 cm untuk tiga ekor
mencit.
Penutup lantai kandang atau bedding, merupakan penyerap untuk
menampung kotoran termasuk air kencing dan sisa-sisa makanan. Pemakaian
bedding mempunyai tiga tujuan, yaitu untuk menyerap kotoran, melengkapi bahan
sarang dan untuk isolasi panas. Bahan untuk bedding ini dapat berasal dari bahan-
bahan limbah industri atau hasil pasca panen, seperti serbuk gergaji kayu, tatal
kayu, sekam padi, potongan jerami kering, tongkol jagung, ampas bit gula kering
dan butiran tanah liat. Bak makanan berbentuk mangkok atau anyaman kawat yang

7
disediakan dalam masing-masing kandang. Tempat minum berupa botol dengan
ukuran tertentu diletakkan terbalik dengan mulut botol dipasang selang karet dan
ujungnya disamping dengan pipa kaca.

Gambar : Indicidually ventilated cages (IVC)


d. Pubertas atau Dewasa Kelamin
Pubertas atau dewasa kelamin menurut Toelihere (1981) adalah umur atau waktu
dimana organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi.
Dewasa kelamin dicapai pada waktu hewan mencapai sepertiga dari besar hewan
dewasa, dimana teradi pula peningkatan ukuran dan berat organ kelamin. Dewasa
kelamin pada mencit bervariasi sesuai dengan strain dan perkembangannya. Disamping
itu dapat dilihat juga dari berat badannya. Berat badan seekor mencit betina dewasa
adalah 25-40 gram, mencit jantan dewasa 20 – 40 gram. Umur yang baik untuk
dikawinkan yaitu 50 – 60 hari bagi mencit betina dan 50 hari bagi mencit jantan.
e. Siklus Birahi
Seperti pada umumnya mamalia, siklus birahi mencit terdiri dari periode proestrus,
estrus, metestrus dan diestrus. Mencit termasuk hewan poliestrus, dimana dalam
setahun terjadi lebih dari dua kali birahi. Siklus birahi mencit berulang secara periodik
dengan jarak waktu 4-5 hari.
Periode proestrus berlangsung selama 12 jam. Pada akhir periode ini, hewan betina
mau menerima hewan jantan. Periode estrus berlangsung selama 9-20 jam.
Selanjutnya, ovulasi terjadi setelah onset estrus dan ketahanan sel telur berlangsung
selama 10-12 jam. Hewan betina tampak gelisah, telinga bergetar dan punggung
lordosis bila didekati oleh hewan lain. Pada periode ini bila terjadi perkawinan yang

8
sempurna dengan hewan jantan yang fertil, maka hewan akan bunting. Periode
metestrus berlangsung selama 10-14 jam. Periode diestrus berlangsung selama 60-70
jam.
f. Perkawinan Mencit
Mencit betina yang sudah dewasa kelamin dan subur dicampur dengan pejantan
yang subur. Macam perkawinan pada mencit meliputi sistem koloni, monogami, dan
poligami. Sistem koloni, seekor pejatan dicampur dengan 2-6 ekor betina secara terus
menerus. Anak mencit yang sudah masanya disapih dipindahkan.
Sistem monogami, seekor pejantan dengan seekor betina. Pada saat induknya
bunting, anak yang sudah ada dipindahkan. Sistem ini memanfaatan estrus postpartus,
sehingga tiap ekor betina dapat menghasilkan anak secara maksimal dalam waktu
singkat dan memudahkan pencatatan serta evaluasi hasil.
Sistem poligami, mengkombinasikan seekor pejantan dengan 2-6 betina. Mencit
betina yang bunting dipindahkan kedalam kandang terpisah yang khusus dibuat untuk
melahirkan. Dalam hal ini estrus postpartus tidak dimanfaatkan.
g. Mencit type Outbred Stocks dan Inbred Strains
1. Mencit jenis outbred stock yang sering digunakan adalah Swiss Webster dan
NMRI.
Type Outbred Stocks : Swiss Webster
Kegunaan - Untuk penelitian dan tes keamanan
: sebuah obat
- Pada mencit yang betina sering
digunakan sebagai resipien
pseudopregnant dari transfer embrio
keturunan tikus hitam dan tikus
agouti
- Sering digunakan untuk induk
resipien pada lab transgenic karena
kemampuan mengasuhnya yang baik.
Asal : - Mencit ini dihasilkan dari inbreeding
yang selektif oleh Dr. Leslie Webster

9
pada tahun 1926 yang diperlihara di
Rockefeller Institute

Type Outbred Stocks : NMRI


Kegunaan - Banyak digunakan sebagai
: hewan percobaan di berbagai
bidang umum biologi serta
model dalam studi
pharmacology, toxicology, dan
teratology.
- Umum digunakan sebagai
hewan control dalam seleksi
percobaan
- Digunakan dalam penelitian
perkembangan berbagai tumor
dan penyakit ginjal di berbagai
usia
Asal : - Mencit NMRI di kembangkan
oleh Lynch et al pada tahun
1937.

2. Sedangkan mencit jenis inbred strains yang sering digunakan adalah C57BL/6,
BALB/c, C3H, DBA/2J, CBA/J , FVB, 129, dan A/J.
Type Inbred Strains : C57BL/6
Kegunaan - Digunakan dalam penelitian
cardiovascular, hematological,
immunology, inflammation,
autoimmunity, diabetes dan
obesitas
- Uji potensi keamanan

10
- Pengembangan model
transgenic/knockout
Karakteristik - Kurang peka terhadap penelitian
tumor
- Pada pemberian diet, sangat peka
terhadap obesitas, hyperglycemia,
hyperinsulinemia, dan
atherosclerosis
- Sering mengalami hydrocephalus,
malocclusion (kelainan struktur
gigi), microphthalmia dan
kecacatan mata lainnya.
- Resistant terhadap audiogenic
seizure
- Kepadatan tulang rendah

Type Inbred Strains : BALB/Cc


Kegunaan - Pengembangan vaksin dan studi
penyakit menular
- Penelitian imunologi, untuk
melihat respon imun Th2
- Produksi dari plasmacytoma
pada injeksi dengan mineral oil,
untuk produksi antibody
monoclonal
- Infeksi virus tumor mammary
dari mencit C3H, biasanya akan
terjadi peningkatan jumlah sel
tumor
- Penelitian pengembangan
kanker, seperti reticular

11
neoplasma, primary lung
tumors, dan renal tumors.
Karakteristik - Tahan terhadap induksi
experimental allergic
encephalomyelitis (EAE)
- Tikus jantan resistant terhadap
induksi multi-dose
streptozotocin (STZ) pada kasus
diabetes
- Relative resistant terhadap diet
penyebab atherosclerosis
- Rentan terhadap induksi
penyakit Theiler's murine
encephalomyelitis virus
(TMEV) yang menyebabkankan
terjadinya demielinasi.

Type Inbred Strains : DBA/2J


Kegunaan - Penelitian mengenai
cardiovascular, neurobiology,
dan sensorineural.
- Penelitian perkembangan
kelainan mata yang progresif,
seperti glukoma, iris pigment
dispersion, iris atrophy, anterior
synechia (adesi iris ke korne),
elevated intraocular pressure
- Penelitian histopatologi retina
Karakteristik - Sering mengalami gangguan
pendengaran pada usia 2-3 bulan

12
- Peka terjadap audiogenic
seizures pada mencit muda
- Kurang peka terhadap
pengembangan lesi aorta
atherosclerosis pada diet
atherogenic

Type Inbred Strains : CBA/J


Kegunaan - Hanya pada mencit strain ini
digunakan untuk membawa
mutase dari Pde6brd1 penyebab
kebutaan pada mencit yang
disapih.
- Melihat adanya lesi
tubulointerstitial pada ginjal
mencit
- Melihat perkembangan secara
spontan adanya exocrine
pancreatic insufficiency
syndrome.
- Penelitian granulomatous
experimental autoimmune
thyroiditis (G-EAT)
Karakteristik - Relative resistant terhadap diet
penyebab atherosclerosis
- Masalah hilangnya pendengaran
secara ringan akibat perlakuan
suara dengan frekuensi tinggi.

13
2 Tikus ( Rattus norvegicus )
Sebagai hewan laboratorium, tikus juga merupakan hewan yang sering digunakan
sebagai hewan coba. Sama seperti mencit, tikus sangat mudah berkembang biak dan cocok
dalam kondisi laboratorium. Tikus memiliki ukuran sepuluh kali lebih besar daripada
mencit sehingga spesies ini digunakan untuk penelitian yang memerlukan jarringan lebih
banyak atau untuk pengembangan teknik-teknik pembedahan. Tikus banyak digunakan
oleh ahli-ahli toksikologi dan farmasi karena ukurannya yang lebih besar dari mencit dan
tidak banyak memiliki tumor induksi akibat virus.
a. Anatomi Tikus
Tikus (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara sempurna, mudah
dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai
penelitian. Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus antara lain memiliki berat 150-600
gram, hidung tumpul dan badan besar dengan panjang 18-25 cm, kepala dan badan
lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih dari 20-23 mm.
Ada dua sifat utama yang membedakan tikus dengan hewan percobaan lainnya,
yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim pada tempat
bermuara esofagus ke dalam lambung sehingga mempermudah proses pencekokan
perlakuan menggunakan sonde lambung, dan tidak mempunyai kandung empedu
(Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Selain itu, tikus hanya mempunyai kelenjar
keringat di telapak kaki. Ekor tikus menjadi bagian badan yang paling penting untuk
mengurangi panas tubuh. Mekanisme perlindungan lain adalah tikus akan
mengeluarkan banyak ludah dan menutupi bulunya dengan ludah tersebut.

Gambar. Sistem Saluran Pencernaan Tikus (Anonim 2010).

14
Pertumbuhan dan perkembangan tubuh tikus tergantung pada efisiensi makanan
yang diberikan dan juga sangat dipengaruhi oleh metabolisme basal tubuh tikus itu
sendiri (Robinson 1972). Beberapa faktor penting yang dapat meningkatkan
metabolisme basal tubuh hewan adalah suhu lingkungan, jenis kelamin, umur, keadaan
psikologis hewan, dan suhu badan (Ganong 1999).
b. Fisiologis Tikus
Wolfenshon and Lloyd (2013) menyatakan bahwa berat tikus jantan dewasa yaitu
450-520 gram sedangkan berat 250-300 gram berlaku pada tikus betina. Tikus jantan
lebih berat dibanding tikus betina pada semua kelompok umur serta terjadinya
perubahan bobot organ (ginjal, hati, paru, dan limpa), nilai hematologi, nilai biokimia
darah (AST dan ALT) seiring dengan bertambahnya umur tikus (Marice and
Sulistyowati, 2011).
Dalam tabel digambaran pendekatan-pendekatan nilai-nilai fisiologis tikus sebagai
hewan percobaan yang dikutip dari Wolfenshon dan Lioyd, (2013)
Nilai Fisiologis Kadar
Berat tikus jantan dewasa 450-520g
Berat tikus betina dewasa 250-300g
Kebutuhan pakan 5-10g/100g bb
Kebutuhan minum 10 ml/100g bb
Jangka hidup 3 – 4 tahun
Temperature rektal 36, – 40,0 ⁰C
Detak Jantung 250-450 kali / menit
Laju pernafasan 70-115 kali / menit
Lama kebuntingan 20-22 hari
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 40-60 hari
Umur dikawinkan 10 minggu
Siklus estrus 4-5 hari
Lama estrus 9 – 20 jam
Ovulasi 8 – 11 jam setelah estrus

15
fertilisasi 7 – 10 jam sesudah kawin
Jumlah anak 9 – 20 ekor
c. Pemeliharaan Tikus
Untuk pemeliharan (Husbandry) dari tikus, tidak jauh beda dengan mencit.
Kebutuhan makan dan minum masing-masing 5 hingga 10 gram per 100 gram berat
badan dan 10 mililiter (ml) per 100 gram berat badan serta jangka hidup 3 sampai 4
tahun. Pakan yang diberikan pada tikus umumnya tersusun dari komposisi alami dan
mudah diperoleh dari sumber daya komersial. Namun demikian, pakan yang diberikan
pada tikus sebaiknya mengandung nutrien dalam komposisi yang tepat. Pakan ideal
untuk tikus yang sedang tumbuh harus memenuhi kebutuhan zat makanan antara lain
protein 12%, lemak 5%, dan serat kasar kira-kira 5%, harus cukup mengandung vitamin
A, vitamin D, asam linoleat, tiamin, riboflavin, pantotenat, vitamin B12, biotin,
piridoksin dan kolin serta mineral-mineral tertentu. Pakan yang diberikan pada tikus
harus mengandung asam amino esensial seperti Arginin, Isoleusin, Leusin, Methionin,
Fenilalanin, Treonin, Tryptofan, dan Valine (Wolfenshon and Lloyd, 2013).
Selain pakan, hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tikus putih sebagai
hewan percobaan adalah perkandangan yang baik. Temperatur 19oC hingga 23oC
dengan kelembaban 40-70% merupakan temperatur yang cocok untuk habitat tikus
yang juga tergolong dalam hewan nokturnal (Wolfenshon dan Lloyd, 2013)
Kandang tikus terbuat dari kotak plastik yang ditutup dengan kawat berlubang
ukuran 1,6 cm2. Kulit biji padi dapat digunakan sebagai alas kandang tikus. Alas
kandang diganti setiap 3 hari bertujuan agar kebersihan tikus tetap terjaga dan tidak
terkontaminasi bakteri yang ada di feses serta urine tikus (Marice and Sulistyowati,
2011).
d. Perkawinan Tikus
Tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah mamalia yang tergolong ovulator
spontan. Pada golongan ini ovulasi terjadi pada pertengahan siklus estrus yang
dipengaruhi oleh adanya lonjakan LH (Luteinizing hormone). Tikus termasuk hewan
yang bersifat poliestrus, memiliki siklus reproduksi yang sangat pendek. Setiap siklus
lamanya berkisar antara 4 -5 hari. Ovulasi sendiri berlangsung 8-11 jam sesudah
dimulainya tahap estrus. Folikel yang sudah kehilangan telur akibat ovulasi akan

16
berubah menjadi korpus luteum (KL), yang akan menghasilkan progesteron atas
rangsangan LH. Progesteron bertanggung jawab dalam menyiapkan endometrium
uterus agar reseptif terhadap implantasi embrio.
Menurut McNamara (2006), tikus mengalami dewasa kelamin pada umur 60-90
hari. Lama kebuntingannya sekitar 20-22 hari, sedangkan masa laktasinya adalah 21
hari. Masa hidup dari tikus putih ini adalah lebih kurang 4 tahun. Dalam aktivitas
reproduksinya, tikus mempunyai sifat poliestrus yaitu hewan yang memiliki siklus
berahi lebih dari dua kali dalam setahun. Siklus berahi dipengaruhi dan diatur oleh
hormon-hormon reproduksi dan berlangsung selama 4-6 hari. Siklus berahi pertama
timbul setelah 1-2 hari dari mulainya pembukaan vagina yang terjadi pada umur 28-29
hari ( Malole & Pramono 1989). Untuk menentukan tahapan deteksi siklus berahi dapat
dilakukan dengan teknik papsmear (ulas vagina), dengan melihat gambaran epitel
vaginanya menggunakan mikroskop sehingga dapat dibedakan menjadi proestrus,
estrus, metestrus dan diestrus (Partodiharjo 1992).
e. Tikus type Outbred Stocks dan Inbred Strains
1. Tikus jenis outbred stock yang sering digunakan adalah ICR, Wistar, Sprague-
Dawley, Long-Evans.

Type Outbred Stocks : ICR Rat


Kegunaan - Digunakan di hampir semua penelitian
biomedis
- Sering digunakan sebagai donor embryo
dan/atau induk resipien pada tikus
transgenic
- Secara luas digunakan dalam studi
toxicology, pharmacology, pengujian
keamanan sebuah produk, dan
immunology.
Asal - Dikembangkan oleh Dr. T. S. Hauschka
dari Fox Xhase Cancer Center pada
tahun 1948.

17
Type Outbred Stocks : Wistar Rat
Kegunaan - Digunakan di hampir semua
penelitian biomedis
- Digunakan dalam penelitian penyakit
menular, dan aging
- Digunakan dalam uji potensi
keamanan
- Digunakan dalam penelitian
pembedahan
Asal - Digunakan sebagai produk ilmiah
pertanian di Charles river United
Kingdom pada tahun 1947 yang
berasal dari Wistar Institute.

Type Outbred Stocks : Sprague-Dawley Rat


Kegunaan - Digunakan di hampir semua penelitian
: biomedis, termasuk toxicology dan
pharmacology
- Digunakan dalam penelitian aging,
nutrisi, induksi obesitas, oncology, dan
pembedahan.
- Digunakan dalam penelitian performa
reproductive
Asal : - Berasal dari ARS/Sprague Dawley pada
tahun 1945

18
Type Outbred Stocks : Long-Evans Rat
Kegunaan - Digunakan di hampir semua penelitian
: biomedis,
- Digunakan penelitian mengenai
behavioral
- Digunakan pada penelitian induksi diet-
obesity
Asal - Dikembangkan oleh Drs. Long dan
Evans pada tahun 1915 dengan kawin
silang antara tikus betina dari Wistar
Institue dengan tikus pejantan wild gray.

2. Sedangkan tikus jenis inbred strains yang sering digunakan adalah Brown Norway
Rat, Copenhagen Rat, Fiscer Rat, Lewis Rat, F334 Rat
Type Inbred Strains : Brown Norway Rat
Kegunaan: - Digunakan untuk genetic mapping
- Penelitian mengenai radang
pernafasan, disfungsi imunologi,
aging, dan penelitian transplantasi
Asal : - Perkawinan B x S antara Silver rat dan
Billingham rat pada tahun 1958.

Type Inbred Strains : Copenhagen Rat


Kegunaan: - Digunakan dalam penelitian carcinogenic,
adenokarsinoma prostat dan oncology
Asal : Columbia University Institute for Cancer
Research pada tahun 1921

19
Type Inbred Strains : Fiscer Rat
Kegunaan: - Digunakan di hampir semua penelitian
biomedis
- Digunakan dalam penelitian mengenai aging,
uji potensi keamanan, pembedahan,
oncology, dan nutrisi.
Asal : - Hasil perkawinan tikus dari #344 yang dibeli
dari peternakan local di Fischer pada tahun
1920

Type Inbred Strains : Lewis Rat


Kegunaan: - Penelitian transplatasi
- Induksi arthritis/inflammation
- Ekperimental allergic encephalitis
- Induksi streptozotocin (STZ) pada kasus
diabetes
Asal : Dikembangkan oleh Dr. Lewis dari Wistar stock
pada awal tahun 1950-an

Type Inbred Strains : F344 Rat


Kegunaan: - Digunakan di hampir semua penelitian
biomedis,
- Digunakan dalam penelitian mengenai
aging, uji potensi keamanan, pembedahan,
oncology, dan nutrisi.
Asal : Berasal dari NIH Stocks pada tahun 1992 oleh
SASCO

20
3. Hamster ( Cricetinae )
Hamster termasuk kedalam hewan Rodentia. Di Amerika Serikat, penggunaan
hamster sebagai hewan percobaan menduduki peringkat ketiga setelah mencit dan tikus.
Namun secara keseluruhan mencit jarang digunakan sebagai hewan lab. Spesies ini
dikarakteristikan mempunyai kantung pipi yang besar, tubuh yang padat, ekor yang
pendek, dan memiliki kulit yang kendur/longgar.
a. Penggunaan dalam Penelitian
Tiga strain dari hamster yang digunakan di laboratorium adalah (1) Syrian Hamster
atau Golden Hamster. (2) European Hamster, (3) Black Hamster, dan baru-baru ini
Chinese Hamsters juga sering digunakan sebagai hewan lab. Hamster memiliki sifat
yang khas dan cocok untuk penelitian biomedis. Kelebihan hamster dibandingkan dari
mencit dan tikus adalah kantung pipinya yang besar dan fleksibel secara imonologi
sangat menguntungkan, karena dapat digunakan untuk menumbuhkan tumor, satu-
satunya spesies hewan lab yang dapat diinduksi hibernasi, dan ovum hamster
digunakan untuk uji kemampuan fertilitas semen manusia. Selain itu gigi hamster juga
banyak digunakan dalam penelitian karies gigi dan penyakit periodontal. Syrian
Hamster telah banyak memberikam model penelitian biomedis, terutama yang
berkaitan dengan aspek biokimia dari suatu penyakit dan virology. Beberapa ahli juga
menganggap Syrian Hamster cocok untuk melakukan penelitian mengenai teratology
karena periode kehamilan yang pendek (15-18 hari)
Strain tertentu dari Chinese Hamsters secara genetic rentan terhadap diabetes.
Penggunaan spesies ini juga telah menemukan berbagai varietas pathology dan
investigasi parasitology.
b. Perkawinan Hamster
Meskipun betina mencapai kematangan seksual pada usia sekitar 1 bulan, namun
disarankan untuk mengawinkannya pada usia umur 6 minggi / 1,5 bulan (11 mingu
untu Chinese Hamsters). Untuk metode persilangan yang dilakukan pada hamster lebih
baik menggunakann metode harem, karena spesies ini cenderung menyerang saat
disatukan ataupun dipisahkan, sebaiknya hamster betina yang dipindahkan ke kandang

21
pejantan namun harus diperhatikan dengan seksama, karena hamster betina bisa saja
menyerang ataupun tidak mendekati pejantan.
Namun penggunaan metode harem, harus mendeteksi secara akurat mengenai
siklus estrus betina, agar perkawinan berlangsung dengan cepat. Siklus estrus biasanya
berlangsung selama empat hari, dengan estrus biasanya terjadi 1 jam setelah hari senja.
Ovulasi akan terjadi 8-10 jam kemudian dan diikuti metestrus.
Implantasi akan terjadi pada hari keenam. Rata-rata usia kebuntingan pada Syrian
hamster adalah 16 hari, dan 21 hari pada Chinese Hamster. Hamster tidak memiliki
post-partum estrus. Kanibalisme sering terjadi pada kelahiran pertama, karena hamster
sangat sensitive terhadap lingkungan yang terganggu oleh suara-suara.
c. Spesies Hamster yang Sering Digunakan
Spesies hamster yang biasanya digunakan sebagai hewan penelitian adalah 1)
Syrian Hamster (Mesocricetus auratus); 2) Chinese (Cricetulus griseus); 3) American
Hamster (Cricetulus migratorius); 4) European Hamster (Cricetus cricetus); dan 5)
Djungarian Hamster, (Rusian dwarf - Phodopus campbelli dan Siberian dwarf -
Phodopus sungorus)

Biological Data Syrian Hamster Siberian Dearf


Adult body weight: male 85 – 130 gr 50 gr
Adult body weight: female 95 – 150 gr 50 gr
Life span 1.5 – 2.5 years 1.5 – 2.5 years
Gestation Period 15 – 18 days 18 – 19 days
Breeding onset: male ~ 9 weeks ~ 9 weeks
Breeding onset: female ~ 8 weeks ~ 8 weeks
Body temperature 37 – 38,5⁰ 37 – 38,5⁰
Heart rate ~ 280 – 400 beats/min ~ 280 – 400 beats/min
Respiratory rate ~35 – 130 / min ~35 – 130 / min
Food consumption 10 gm/100 gm/day 10 gm/100 gm/day
Water consumption 7 – 10 ml/10gm/day 7 – 10 ml/10gm/day

22
Daftar Pustaka

Anonimous. 2010. Commonly Used Mouse Strains. Amerika Serikat: University of Kentucky.
Anonimous. 20115. Inbred Strains. Charles River Laboratories International, Inc.
Berata,I Ketut. 2010. Studi Patologi Kejadian Cysticercosis pada Tikus Putih. Denpasar: Jurnal
Veteriner. Vol. 11 No. 4
Festing, Michael. 2005. Outbred and Inbred. California: Isogenic.info.
http://isogenic.info/html/outbred_stocks.html#characteristics. (Diakses 12 Maret 2017)
Fujikura, et al. 1993. Guidelines for Breeding And Care of Laboratory Animals. Swiss: World
Health Organization and International Council For Laboratory Animal Science.
Hart, Mike. et al. 2016. Hamster – Biomethodology Workshop. Amerika: Department of Animal
Resources.
Jannosy, Tamas. 2012. Inbred Strains of Animals, Transgenic and Gene Knocout Animals, cloning.
Hongaria: Institute of Surgical Research, Faculty of Medicine, University of Szeged
Kurnianto Edy., Sutopo., Setiatin, E.T. 2001. Laporan Penelitian. Perkembangbiakan dan
Penampilan Mencit Sebagai Hewan Percobaan. Fakultas Peternakan, Universitas
Diponegoro.
Malole, M., Pramono, C. S. (1989). Penggunaan Hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Institut Pertanian Bogor
Miedel, Emily. L., et al. 2015. Chapter 5 – Biology and Disease of Hamsters. Amerika Serikat:
Academic Press is an imprint of Elsevier
Otto, Glen, M., et al. 2015. Chapter 4 – Biology and Disease of Rats. Amerika Serikat: Academic
Press is an imprint of Elsevier
Rowsell, Harry. 2005. Guide to the Care and Use of Experimenta; Animals, Vol 2: Chapter XV –
Hamsters. Kannada: Canadian Council on Animal Care.
Setijono, M.M. 1985. Skripsi. Mencit (Mus musculus) Sebagai Hewan Percobaan. Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor .
Suckow, Mark. et al. 2000. A Volume in The Laboratory Animal Pocket Reference Series - The
Laboratory Mouse. New York: CRC Press
Yudhi. 2010. Mencit (Mus muscullus) dan Tikus (Rattus Norvegicus).
http://yudhiestar.blogspot.co.id/2010/01/mencit-dan-tikus-mus-musculus-rattus.html
(Diakses pada tanggal 10 Maret 2017).

23

Anda mungkin juga menyukai