Anda di halaman 1dari 139

2019

Modul Keperawatan Jiwa 1

TIM DEPARTEMEN
KEPERAWATAN JIWA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA
2019

1/1/2019
VISI DAN MISI PRODI DIII
KEPERAWATAN
STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

VISI
Menjadi Program studi yang unggul di tingkat nasional, dengan
menghasilkan perawat yang penuh kasih dan persaudaraan.

MISI
1. Menyelenggarakan program studi yang memberi bekal baik hard-skills
dan soft-skills pada alumni
2. Menyelenggarakan kegiatan tridharma secara berkelanjutan dan
berorientasi pada peningkatan kompetensi dosen dan mahasiswa,
pengembangan ilmu dan pemecahan persoalan dalam masyarakat
3. Menyelenggarakan kerjasama dengan mitra strategis untuk mendukung
pelaksanaan tridharma perguruan tinggi dan pendayagunaan alumni

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 1


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
penyusunan Modul Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Jiwa ini dapat
diselesaikan.
Keterampilan klinik sangat diperlukan untuk menunjang proses belajar
mengajar para calon perawat di STIKES “Dirgahayu” Samarinda. Buku ini
sebagai pegangan mahasiswa untuk mengetahui keterampilan apa yang di dapat
pada setiap semesternya. Keterampilan yang akan dilaksanakan pada tiap
semesternya bertujuan agar mahasiswa lebih siap dalam menyikapi keterampilan
tersebut. Diharapkan dengan keterampilan ini mahasiswa merasa tidak puas
sehingga ada keinginan untuk meningkatkan diri.
Modul ini juga sebagai pegangan instruktur, diharapkan ada kesamaan
pengertian, pandangan antara instruktur dan mahasiswa sehingga dapat
tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Akhirnya kami sebagai
penyusun modul ini sangat mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya
membangun dan perbaikan.

Samarinda 2019
Penyusun

Tim Dosen Keperawatan

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 2


DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................. 1
VISI MISI ........................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 3
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 4
KEGIATAN BELAJAR PRAKTIKUM/LABORATORIUM KEPERAWATAN
DASAR .............................................................................................................. 5
A. Deskripsi Mata Ajar ................................................................................ 5
B. Capaian Pembelajaran ........................................................................... 5
1. Capaian Pembelajaran Umum.......................................................... 5
2. Capaian pembelajaran Khusus ......................................................... 5
C. Pelaksanaan Praktikum.......................................................................... 5
D. Metode Evaluasi..................................................................................... 5
E. Pembimbing Praktikum .......................................................................... 6
F. Tata Tertib.............................................................................................. 6
G. Praktikum Keperawatan Jiwa Halusinasi ................................................ 9
H. Praktikum Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah ................................... 40
I. Praktikum Keperawatan Jiwa Defisit perawatan Diri ............................... 65
J. Praktikum Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial ............................................ 90
K. Praktikum Keperawatan Jiwa Perilaku Kekerasan.................................. 111

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 3


KEGIATAN BELAJAR PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN JIWA

A. Deskripsi Mata Ajar


Mata kuliah ini membahas tentang konsep dalam Keperawatan Jiwa yang
mencakup Praktikum Keperawatan Jiwa Halusinasi yang disertakan
dengan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Terhadap Pasien
Halusinasi, Praktikum Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah yang
disertakan dengan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Terhadap Pasien dengan Harga Diri Rendah, Praktikum Keperawatan
Jiwa Defisit Perawatan Diri yang disertakan dengan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan Terhadap Pasien dengan Defisit Perawatan Diri,
Praktikum Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial yang disertakan dengan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Terhadap Pasien dengan
Isolasi Sosial, Praktikum Keperawatan Jiwa Perilaku Kekerasan yang
disertakan dengan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Terhadap Pasien dengan Perilaku kekerasan.
Pengalaman belajar diberikan secara ceramah, diskusi, penugasan,
demonstrasi serta praktikum di laboratorium. Sedangkan evaluasi
dilaksanakan secara formatif, sumatif terhadap teori dan praktikum
mengunakan metode OSCA.
B. Capaian Pembelajaran
1. Capaian Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu
menguasai konsep, teknik, prinsip dan prosedur pelaksanaan
pemberian obat dengan benar yang dilakukan secara mandiri
2. Capaian Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti proses belajar farmakologi diharapkan mampu :
a. Melaksanakan Strategi Pelaksanaan tindakan Keperawatan pada
pasien dengan Halusinasi
b. Melaksanakan Strategi Pelaksanaan tindakan Keperawatan pada
pasien dengan Harga Diri Rendah
c. Melaksanakan Strategi Pelaksanaan tindakan Keperawatan pada
pasien dengan Defisit Perawatan Diri
d. Melaksanakan Strategi Pelaksanaan tindakan Keperawatan pada
pasien dengan Isolasi Sosial
e. Melaksanakan Strategi Pelaksanaan tindakan Keperawatan pada
pasien dengan Perilaku Kekerasan
C. Pelaksanaan praktikum
Sesuai jadwal
D. Metode Evaluasi
1. Sikap dan penampilan : 10%
2. Kehadiran : 10%
3. Pretes : 10%
4. Ujian praktek intensif : 70%
E. Pembimbing Praktikum
Terlampir sesuai jadwal
F. Tata Tertib
1. Praktikan harus hadir paling lambat 15 menit sebelum melaksanakan
praktikum

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 4


2. Praktikan yang terlambat hanya boleh mengikuti praktikum atas izin
pengawas praktikum
3. Praktikan harus menggunakan seragam laboratorium (jas laboratorium,
masker, sarung tangan dan bersepatu) selama praktikum berlangsung
4. Praktikan harus siap dengan peralatan dasar untuk praktikum
5. Praktikan tidak di perkenankan mengikuti praktikum bila tidak tau atau
belum siap mengikuti response
6. Wajib memelihara ketenangan selama praktikum berlangsung
7. Keluar masuk ruangan harus seizin pengawas praktikum
8. Dilarang makan atau minum atau membawa makanan atau minuman ke
dalam laboratorium
9. Hanya boleh menggunakan meja praktikum sesuai dengan tempat yang
telah di tentukan untuk setiap praktikan
10. Dilarang memindahkan peralatan praktikum dari tempat semua
11. Setelah selesai digunakan, semua bahan praktikum harus di kembalikan
pada tempatnya semula dalam keadaan rapih dan bersih
12. Semua bahan dan peralatan praktikum harus di gunakan dan di
perlakukan dengan baik dan penuh tanggung jawab
13. Praktikan hanya boleh meninggalkan laboratorium dengan seizin
pengawas setelah semua bahan dan peralatan praktikum di
bersihkan/dibereskan sebagaimana mestinya
14. Setiap kelompok praktikan harus menyusun jadwal piket untuk
memelihara kebersihan laboratorium
15. Jadwal praktikum/kelompok praktikum di serahkan pada bagian
laboratorium
16. Satu hari sebelum praktikum harus melaporkan kebagian laboratorium
dan menyerahkan lembar prasat yang dibutuhkan untuk praktikum
17. Pelangaran tata tertip akan mengakibatkan sangsi tidak boleh mengikuti
praktikum
18. Menggunakan pakaian sopan dan rapi
19. Tidak menggunakan aksesoris yang berlebihan
20. Rambut:
a. Pria
 Depan : Tidak melewati alis
 Samping : Tidak menutupi telinga
 Belakang : Tidak menyentuh kerah baju
b. Wanita
 Depan : Tidak melewati alis
 Samping : Tidak menutupi telingga
 Belakang : Bila panjang di hair net rapi, yang berponi
di jepit
21. Tidak di perbolehkan merokok di dalam lab saat kegiatan praktikum
berlangsung
22. Dilarang menyalakan HP selama praktikum berlangsung
23. Mahasiswa wajib menganti peralatan laboratorium bila menghilangkan,
merusakkan, atau memecahkan peralatan yang ada di laboratorium

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 5


PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA
HALUSINASI

A. Pengertian
1. Halusinasi adalah terganggunya peresepsi sensori seseorang,
dimana tidak terdapat stimulus. ( varcarolis, 2006 )
2. Halusinasi adalah gangguan peresepsi sensori dari suatu objek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi
seluruh pancaindra.(buku ajar keperawatan jiwa, hal 120)
3. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori peresepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan, perabaan atau
penciuman serta pasien merasakan stimuus yang sebetulnya tidak
ada. ( buku ajar keperawatan jiwa, hal 120)
4. Halusinasi adalah gerakan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa
ada rangsangan dari luar yag dapat meliputi semua sistem panca
indera terjadi pada saat kesadaran individu penuh atau baik. (Depkes
2000 dalam Dermawan & Rusdi 2013)
B. Etiologi
Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti
shizopenra, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang
berhubungan dengan alcohol, halusinasi juga dapat terjadi dengan
epilepsi. Kondisi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga
dapat terjadi pada orang normal yaitu individu yang mengalami isolsai.
Perubahan sensori seperti kebutaan. Kurang nya pendengaran atau
adanya masalah pada pembicaraan, factor biologis, psikologis, sosial
budaya dan stressor pencetus nya adalah lingkungan sumber koping dan
mekanusme koping.
C. Faktor Predisposisi
Faktor perkemnagan, jika fungsi perkembangan terganggu serta
hubungan intrapersonal terganggu maka individu akan mengalami stress
dan kecemasan. Factor sosiokultural berbagai faktor di masyarakat dapat
menyebabkan seseorang merasa di singkirkan terhadap tempat
lingkungan klien di lahirkan. Faktor biokimia, berhubungan dengan
stressor baik yang datang dari luar maupun dalam. Jika ada stress yang

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 6


berlebihan di alami oleh seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
zat yang bersifat halusinogenik neurokimia.
Faktor psikologi, hubungan interpersonal yang tidak harmonis
serta adanya peran ganda yang bertantangan dan yang sering diterima
oleh anak dan akan menyebabkan stress dan kecemasan yang tinggi dan
berakir dengan gangguan orientasi realitas. Faktor ginetik, belum dapat di
ketahui pasti namun beberapa penelitian menunjukan faktor gen sangat
berpengaruh.
D. Faktor Presipitasi
Merupakan stimulus yang di presipitasikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan energy
ekstra uuntuk koping. Adanya rangsangan lingkungan yang sering terjadi
sepeti partisipasi klien atau kelompok, terlalu lama di ajak komunikasi
objek yang ada di ingkungan nya, Susana sepia tau isolasi adalah sering
sebagai pencetus terjadinya halusinasi Karen memicu terjadinya stress
dan kecemasan yang merangsang halusinasi.
E. Manifestasi Klinis
1. Fase pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini pasien mengalami kecemasan, stress, prasaan gelisah,
kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pad
ahal yang menyenagkan untik menghilangkan kecemasan dan stress.
Cara ini menolong untuk sementara. Klien mampu mengontrol
kesadaran dan mengenal pikirannya, namun itensitas persepsi
meningkat
2. Fase kedua / comendemming kecemasan meningkat dan
berhubungan dengan pangalaman internal dan eksternal, klien berada
pada tingkat “listening” pada halusinnasi. Pemikiran internal menjadi
menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa
bisikan yang tidak jelas klien takut apabila oranf lain medengar dank
lien merasa tak mampu mengontrol nya. Klien membuat jarak antara
dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain. Perilaku klien meningkat nya tanda-
tanda sistem saraf otonom seprti peningkatan denyut jantung dan
tekana darah. Klien asik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan dengan realitas.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 7


3. Fase ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi
terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam
gangguan psikotik.
Karakteristik : kemauan dikendaliakn halusinasi, rentang perhatian
hanya beberapa menit atau detik, tanda-tanda fisik berupa, pasien
berkeringat tremor dan tidak mampu mematuhi perinta.
4. Fase keempat / conquering / panic
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari control
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenagkan berubah
menjadi mengancam memrintah dan memarahi klien tidak dapat
berhubungan dengan ornag lain karena terlalau sibuk dengan
halusinasi nya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam
waktu singkat, beberapa jam atau selamanya proses ini menjadi kronik
jika tidak di lakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon
terhadap perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu
orang.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dna ketakutan klien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan
secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa
pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik secara
fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati
klien, bicaralah dengan klien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya klien diberitahu. Klien diberitahu tindakan yang akan
dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan
dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding,
majalah dan permainan.
2 Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 8


secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat
yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.
3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah
yang ada.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah klien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga klien
atau orang lain yang dekat dengan klien.
4. Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat
membantu mengarahkan klien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Klien diajak menyusun jadwal kegiatan
dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
klien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalnya dari percakapan dengan klien diketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi
bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Perawat menyarankan agar klien jangan menyendiri dan menyibukkan
diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini
hendaknya diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar
tidak membiarkan klien sendirian dan saran yang diberikan tidak
bertentangan.
Farmako:
1. Anti psikotik:
a. Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
b. Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
c. Stelazine
d. Clozapine (Clozaril)
e. Risperidone (Risperdal)
2. Anti parkinson:
a. Trihexyphenidile

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 9


b. Arthan
G. Tanda dan Gejala
1. Menarik diri
2. Sering duduk dengan pandangan mata pada satu arah tertentu
3. Tersenyum atau bicara sendiri
4. Tiba-tiba marah dan menyerang orang lain
5. Gelisah
6. Melakukan gerakan seperti menikmati sesuatu
7. Keterangan atau informasi dari pasien tentang halusinasi yang
di alami(lihat, dengar, raba, dan dirasaka
H. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan

Perubahan perilaku sensori : halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep dirai : harga diri rendah

Mekanisme koping
Tiap upaya yang diarahkan pada upaya penanganan stress,
termasuk upaya penanganan masalah langsung dan meakanisme yang
digunakan untuk pertahanan diri.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 10


ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN HALUSINASI
A. Pengkajian
Pengkajian Klien Halusinasi
1. Membina Hubungan Saling Percaya dengan Pasien
Tindakan pertama melakukan pengkajian klien dengan halusinasi adalah
membina hubungan saling percaya, sebagai berikut :
a. Awali pertemuan dengan selalau mengucapkan salam.
Misalnya asalamulaikum, selamat pagi/siang/malam atau sesuai
dengan konteks agama.
b. Berkenalan dengan pasien.
Perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan perawat peran, jam
dinas ruangan, dan senang dipanggil dengan apa.
c. Buat kontrak asuhan.
Jelaskan kepaada pasien tujuan kita merawat klilen, aktivitas apa
yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu, kapan aktivitas
akan dilaksanakan , dan berapa lama akan dilaksanakan aktvitas
tersebut.
d. Bersifat empati
Ditujukkan dengan, mendengarkan keluhan pasien dengan penuh
perhatiian, tidak membantah dan tidak menyokong halusinasi pasien;
segera menolong pasien jika pasien membutuhkan perawatan.
2. Mengkaji Data Objetif Dan Subjektif
a. Dirumah sakit jiwa Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi suara, 20% halusinasi
penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidungan, pengecepan,
perabaan.Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan
mengobservasi perilaku pasien dan menanyakan secara verbal apa
yang sedang dialami psien.
b. Berikut ini jenis-jenis halusinasi , data objektif dan subjektif. Data
objektif dikajji perawat dengan cara mengobservasi perilaku pasien ,
memeriksa, mengukur, Data subjektif didapatkan dengan cara
wawancara, curahan hati, ungkap-ungkapan klien, apa-apa yang
dirasakan dan didengar klien secara objektif. Data ini ditandai dengan

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 11


”klien menyatakan atau klien merasa “. Tipe halusianasi viedback
(2004 : 310) sebagai berikut

Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif


1. Dengar atau  Bicara atau tertawa  Mendengar suara atau gaduhan
suara sendiri  Mendengar suara yang
 Marah-marah tanpa mengajak bercakap-cakap
sebab  Mendengar suara memerintah
 Mencondonkan untuk melakukan sesuatu
telinga kearah
tertentu
 Menutup telinga
2. Penglihatan  Menunjukan kearah  Melihat bayangan, sinar, bentuk
atau optic tertentu kartun, melihat hantu atau
 Ketakutan pada monster
sesuatu yang tidak
jelas
3. Penghidu  Tampak seperti  Mencium bau darah, urin,
mencium bau- feses, dan terkadang aroma
bauan yang menyengat
4. Pengecapan  Sering meludah  Merasakan seperti darah, urin
 Muntah atau feses
5. Perabaan  Mengaruk-garuk  Mengatakan ada sengatan di
 Permukaan kulit permukaan kulit
 Merasakan seperti di sengat
listrik

1. Pengkajian waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi


Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situsi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan
intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghndari situasi yang
menyebabkan munulnya halusinasi.
2. Mengkaji respon terhadap halusinasi

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 12


Untuk mengetahui dampak halusinasi pada klien dan apa respon klien ketika
halisinasi itu muncul, perawat dapat menanyakan pada klien hal yang
dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial
a. Definisi
Kesendirian yang dialami individu dan dianggap timbul karna orang lain
dan sebagai suatu pernyataan negatif atau mengancam.
b. Batasan Karakteristik
1. Afek datar
2. Afek sedih
3. Anggota subkultur tertentu
4. Ingin sendiri
5. Kesendirian yang ditentukan oleh orang lain
6. Keterlambatan perkembangan
7. Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain
8. Ketidaksesuaian budaya
9. Kondisi difabel
10. Menarik diri
11. Menunjukkan permusuhan
12. Merasa tidak aman ditempat umum
13. Nilai tidak sesuai dengan norma budaya
14. Perasaan beda dari orang lain
15. Preokupasi dengan pikiran sendiri
16. Riwayat ditolak
17. Sakit
18. Tidak ada kontak mata
19. Tidak ada sistem pendukung
20. Tidak mempunyai tujuan
21. Tindakan berulang
22. Tindakan tidak berarti
c. Faktor yang berhubungan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan personal yang
memuaskan (misalnya keterlambatan perkembangan)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 13


2. Gangguan kesehatan
3. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
4. Minat tidak sesuai dengan perkembangan
5. Nilai-nilai tidak sesuai dengan norma budaya
6. Perilaku sosial tidak sesuai norma
7. Perubahan penampilan fisik
8. Perubahan status mental
9. Sumber personal yang tidak adekuat (misalnya pencapaian buruk,
kesadaran diri buruk, tidak ada afek dan pengendalian diri buruk)
2. Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap Orang Lain
a. Definisi
Rentan melakukan perilaku yang individu menunjukkan bahwa ia dapat
membahayakan orang lain secara fisik, emosional, seksual.
b. Faktor Resiko
1. Bahasa tubuh negatif (misalnya postur tubuh kaku, mengepalkan
jari/mengunci rahang, hiperaktivitas, terburu-buru, cara berdiri
mengancam)
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Gangguan neurologis (misalnya elektro ensefalogram positif, trauma
kepala, gangguan kejang)
4. Gangguan psikologis
5. Impulsif
6. Intoksikasi patologis
7. Kejam pada hewan
8. Ketersediaan senjata
9. Komplikasi pernatal
10. Menyalakan api
11. Perilaku bunuh diri
12. Pola ancaman kekerasan (misalnya ancaman verbal terhadap
orang/masyarakat, ancaman sosial, sumpah serapah, membuat
catatan/surat ancaman, ancaman seksual)
13. Pola perilaku kekerasan terhadap orang lain (misalnya
memukul/menendang/meludahi/mencakar orang lain, melepar
objek/ menggigit orang, mengigit seseorang, percobaan perkosaan,
pelecehan seksual, mengencingi/membuat kotoran pada orang lain)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 14


14. Riwayat menyaksikan perilaku kekerasan dalam keluarga
15. Riwayat melakukan kekerasan tak langsung (misalnya merobek
objek didinding, mengencingi/mengotori lantai dengan feces,
mengetuk-ngetuk kaki, tempertantrum, melempar objek,
memecahkan jendela, membanting pintu.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 15


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
DENGAN KLIEN HALUSINASI

Sp 1 pasien
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi pasien :
Topik : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi
Tujuan : 1. Pasien dapat mengendali halusinasi yang di alamai
2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
Tindakan : Bantu pasien mengenali halusinasi

a. Fase orientasi
Selamat pagi ! “saya perawat yang akan merawat anda, saya perawat sp,
senang di panggil S. nama anda siapa senag di panggil apa ? “bagaimana
perasaan bapak hrai ini ? apa keluhan P hari ini? “baiklah, bagaimana kalau
kita bercakap-cakap tentang suara ” yang selama ini Pdengar tetapi tidak
tampak diri nya ? dimana kita duduk ? di ruang tamu ? mau berapa lama ?
bagaimana kalau 30 menit ?
b. Fase kerja
“ apakah P mendengar suara tanpa ada wujudnya ? apa yang dikatakan
suara itu ? “apakah tersut -menerus terdengar atau sewaktu-waktu kapan P
paling sering mendengar suara itu?” “berapa kali sehari P alami ? pada
keadaan apa suara itu terdengar?
c. Fase terminasi
“bagai mana perasaan P setelah latihan ini ? jadi, sudah dada berapa cara
yang p sudah pelajari untik mencegah suara-suara itu ? cobalah kedua cara
ini jiak P mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukan ke dalam
jadwal harian.” Mau latihan jam berapa bercakap-cakap ? nah, nati lakukan
secara teratur sewaktu suara-suara itu muncul ? besok pagi saya akan kesini
lagi bagai mana kalau kita belajar cara yang ke tiga, yaitu melakukan aktivitas

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 16


terjadwal ? mau jam berapa ? bagaimana kalau jam 10 ? mau di mana ? di
siani lagi ? sampai besok ya ! “ selamat pagi !

Format Penilaian SPTK 1 Halusinasi (Mengenal dan Menghardik Halusinasi)


No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 3
2. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 6
perawat dan klien
3. Menyampaikan tujuan interaksi 6
4. Menanyakan perasaan klien dan validasi masalah 4
klien
5. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien 3
2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien 5
3. Mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi klien 3
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi 3
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan 3
halusinasi
6. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi 3
7. Mengajarkan klien untuk menghardik halusinasi * 15
8. Menganjurkan klien memasukkan cara 5
menghardik halusinasi dalam jadwal harian
D Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 4
objektif)
2. Melakukan rencana tindak lanjut 4
3. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik 2
4. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 17


...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 18


Sp 2 pasien
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi pasien :
Topik : Melatih pasien untuk mengontrol halusinasi dengan
Bercakap-cakap bersama orang laian
Tujuan : 1. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan dengan
cara
bercakap-cakap dengan orang lain
2. Pasien mampu mengendalika halusinasi dengan
melakukan kegiatan
Tindakan : 1. Melatih pasien mengendaliak halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain
2. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bercakap
3. Member pujian atas kemampuan pasien
4. Menganjurkan klien untuk memasukan dalam jadwal
kegiatan
Harian
a. Fase orientasi
“ selamat pagi P ! bagaimana perasaan P hari ini? apakah suara-suaranya
masih muncui ? apakah sudah di pakai suara yang telah kita latih ?
berkurangkan suara-suaranya ? bagus ! sesuai janji kiat tadi, saya akan latih
cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan cara-cara dengan orang lain,
kita akan latihan 20 menit, mau dimana ? disini saja ?
b. Fase kerja
“cara untuk mencegah atau mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau P mulai mendengar suara-suara
langsung saja mencari teman untuk di ajak ngobrol dengan P contoh nya
begini “tolong saya mulai dengar suara-suara, ayo ngobrol dengan saya”!
kalau datang kerumah, misalnya kakak P, katakana ka kayo ngobrol dengan
P, P sedang dengar saura-suara” begitu P, Coba P lakukan seperti yang
saya lakukan tadi ya, begitu ! coba sekali lagi ! bagus ! nah, latihan terus ya P
! disini, P dapat mengajak perawat atau pasien lain untuk bercakap-cakap.”!

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 19


c. Fase terminasi
“ bagaimana perasaan P setelah latihan ini ? jadi, sudah berapa cara yang P
pelajari untuk mencegah suara-suara itu ? cobalah kedua cara ini jika P
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kiat masukan dalam jadwal
harian. “mau latihan jam berapa bercakap-cakap ? nah, nati lakukan secara
teratur sewaktu suara-suara itu muncul ? besok pagi saya akan kesiani lagi
bagai mana kalau kita latihan cara ke tiag, yaitu melakukan aktivitas terjadwal
? mau jam berapa ? bagaimana kalau jam 10 ? mau dimana? Disini lagi ?
sampai besok ya ? “ selamat pagi !.
Format Penilaian SPTK 2 Halusinasi (Bercakap-cakap dengan orang lain)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 3
2. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 6
perawat dan klien
3. Menyampaikan tujuan interaksi 6
4. Menanyakan perasaan klien dan validasi masalah 4
klien
5. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Mengevaluasi jadwal harian 5
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan 25
bercakap-cakap dengan orang lain *
3. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan 10
bercakap-cakap dengan orang lain dalam jadwal
kegiatan harian
D Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 4
objektif)
2. Melakukan rencana tindak lanjut 4
3. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik 2

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 20


4. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 21


Sp 3 pasien
Hari/tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien :
Topik : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktivitan terjadwal .
Tujuan : 1. Pasien mampu melakukan kegiatan harian yang sudah di
jadi
Jadwal
2. Pasien mampu mengendalikan halusinasi
Tindakan : 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien
2. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengendalikan
halusinsi denagn menghardik dalam bercakap-cakap
dengan
orang lain
3. Melatih pasien mengendalika halusinasi dengan
melakukan
kegiatan (kegiatan yang bisa di lakukan pasien di rumah)
4. Mengajarkan pasien memasukan kegiatan dalam jadwal
kegiatan harian
a. Fase orientasi
“selamat pagi P ! bagaimana perasaan P hari ini ? “apakah suara-suaranya
masih muncu? Apakah sudah pakai dua caea yang telah kita latih?
bagaimana hasil nya? Bagus ! “sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar
dengan cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi taitu melakukan
kegiatan terjadwal,” “mau dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalaui 30 menit ? baiklah
b. Fase kerja
“apa yang bisa P lakukam ? pagi-pagi apa kegiatan nya pagi-pagi terus jam
berikut nya apa ? (terus di kaji hingga didapatkan kegiatan hingga malam)
“wah, banyak sekali kegiatan nya ! mari kita latihan dua kegiatan hari ini
(latihan kegiatan tersebuat) ! bagus sekali jiaka P bisa melakukan untuk
mencegah suara tersebut muncul, kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar
dari pagi samapai malam P ada kegiatan !

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 22


c. Fase terminasi
“bagaimana perasaan P setelah kita bercakap-cakap cara ketiga untuk
mencegah suara-suara ? bagus sekali ! mari kita masuakn dalam jadwal
kegiatan harian P. coba lakukan sesuai jadwal ya ! (perawat dapat melihat
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas
dari pagi samapai malam) “bagaimana kalau menjelang makan siang nanti,
kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat” mau jam berapa
? Bagaimana kalau jam 12 ? di ruang makan ya P ! “sampai jumpa”

Format Penilaian SPTK 3 Halusinasi (Aktivitas terjadwal)


No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 3
2. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 6
perawat dan klien
3. Menyampaikan tujuan interaksi 6
4. Menanyakan perasaan klien dan validasi masalah 4
klien
5. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Mengevaluasi jadwal harian 5
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan 25
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan dirumah
klien *
3. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan dalam 10
jadwal kegiatan harian
D Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 4
objektif)
2. Melakukan rencana tindak lanjut 4
3. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik 2

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 23


4. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 24


Sp 4 pasien
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi pasien :
Topik : Melatih pasien minum obat secara teratur.
Tujuan : 1. Pasien mampu mengendalikan halusinasi dengan
cara minum obat terstur sesuai 5 benar.
2. Pasien mampu memasukan kegiatan minum obat
Ke dalam jadwal kegiatan harian.
Tindakan : 1. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam
mengendalikan halusinasi
2. Melatih pasien mengendaliakn halusinasi dan
minum obat secara teratur sesuai prinsip 5 benar
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal
kegiatan rutin
a. Fase orientasi
“selamat pagi P ! bagaimana perasaan P hari ini ? “apakah sudah digunakan
tiga cara yang telah kita latih ? apakah suar-suar nya masih munjul ? apakah
jadwal kegiatan nya sudah di laksanakan ? apakah pagi tadi sudah minum
obat ? baik hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obat yang P minum.
Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang, disinai
saja ya P ?
b. Fase kerja
“P adakah bedanya setelah minum obat secara teratur ? apakah suara-
sauara mulai hilang atau berkurang ?minum obat sangat penting agar sauar-
suara yang P dengardan menganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa
macam obat yang P minum (perawat menyiapkan obat pasien) yang orange
(cherpromazine, CP2). Gunanya untuk menghilangkan suara-suaran obat
yang warna putih (Tpyhexpendil, TPH) gunanya agar P merasa rileks dan
tidak kaku, sedangkan yang merah jambu (holo peridol HCP) berfungsi untuk
menenagkan pikiran dan menghilangkan suara-suara. Semua obat ini di
minum 3x1 hari, setiap pukul 7 pagi, 1 siang dan 7 malam. Kalau suara-suara
suadah hilang obat nya tidak boleh di berhentikan. Nanti konsultasi dengan
dokter. Sebab kalau putus obat P akan mudah kambuh dan sulit sembuh
seperti keadaan keadaan semuala. Kalau Pobat habis P bisa minta kedokter

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 25


untuk mendapatkan obat lagi. P juga harus teliti saat minum obat-obatan ini,
pastikan obat nya benar, artinya P harus memeriksa kalau obat itu benar-
benar milik P, jangan keliru sama obat orang lain, baca yang benar
kemasannya. Pastikan obat minum pada waktu nya dengan cara yang harus
benar yaitu minum setelah makan dan tepat jam nya. P juga harus
perhatiakan berapa jumlah obat sekai minum, dan P juga harus cuku minum
10 gelas / hari.
c. Fase terminasi
“Bagaimana perasaan P setelah kita bercakap-cakap mengenai obatm?
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara ? Coba
sebutkan ? bagus ! (jika jawaban benar) mari kita masukan jadwal minum
obatnya pada jadwal kegiatan P ! jangan lupa pada waktunya minum obat
minta obat pada perawat atau keluarga kalau di rumah ! “nah makanan
sudah datang !”.“besok kita ketemu lagi untuk melatih manfaat empat cara
mencegah suara yang kita bicarakan. Mau, pukul berapa ? bagaimana kalau
pukul 10 pagi. “
baik ! sampai jumpa P selamat pagi !

Format Penilaian SPTK 4 Halusinasi (Patuh Obat)


No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 3
2. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 6
perawat dan klien
3. Menyampaikan tujuan interaksi 6
4. Menanyakan perasaan klien dan validasi masalah 4
klien
5. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Mengevaluasi jadwal harian 5
2. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai 25
penggunaan obat secara teratur *
3. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan dalam 10
jadwal kegiatan harian

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 26


D Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
2. Melakukan rencana tindak lanjut 6
3. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik 2
4. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 27


Sp 1 keluarga
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi pasien :
topik : Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian
halusinasi
yang dialamai oleh pasien, tanda dan gejala halusinasi, jenis
halusinasi.
Tujuan : 1. Keluarga pasien dapat menjelaskan atau menceritakan
Perasaan yang dirasakan dalam merawat pasien
2. Keluarga dapat merawat pasien dengan halusinasi
Tindakan : 1. Menjelaskan masalah yang dirasakan keluarga dan
merawat
Pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi dan
Jenis halusinasi yang dialami pasien dengan halusinasi
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan halusinasi
a. Fase orientasi
“selamat pagi bapak ! ibu ! saya M yang merawat bapak atau ibu ….
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah pendapat bapak tentang anak
bapak / ibu ? “ hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak
bapak / ibu alami “ kita mau diskusi dimana ? bagaimana kalau di ruang
wawancara ? berapa lama waktu bapak / ibu ? bagaimana kalau 30 menit.
b. Fase kerja
“masalah apa yang bapak / ibu alami dalam merawat anak bapak / ibu ? apa
yang bapak / ibu lakukan “ya, gejala yang di alami anak bapak / ibu ini
disebut halusinasi yaitu melihat dan mendengarkan sesuatu yang
sebenarnya tidak ada bendanya. Tanda-tandanya berbicara dan tertawa
sendiri atau marah tanpa sebab. Jadi, jika anak bapak / ibu mendengarkan
suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada. Oleh karena itu kita di harapkan
membantu nya. Dengan beberapa cara untuk membantu anak bapak / ibu.
Jangan membantu atau mendukung halusinasinya katakan bapak / ibu
percaya bahwa mendengar suara atau melihat bayangan tetapi bapak / ibu
sendiri tidak mendengar ataupun melihatnya. Kedua, jangan biarkan anak
bapak / ibu melamun dan berbicara sendiri karena kalau melamuan

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 28


halusianasi akan muncul kembali. Upayakan ada orang yang mau bercakap-
cakap dengan nya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama atau
ibadah bersama. Terkait dengan kegiatan sehari-hari, tolong bapak / ibu
pantau pelaksanaan dan berikan pujian jika anak bapak / ibu berhasil
melakukan nya. Ketiga, bantu anak bapak / ibu minum obat secara teratur.
Jadi bapak / ibu dapat mengingatkan kembali obatnya ada 3 macam, jangan
hentikan tanpa konsultasi dengan dokter, terkait dengan obat ini saya juga
sudah melatih anak bapak / ibu untuk minum obat secara teratur. Obat yang
berwarna orange CPZ guna nya untuk menghilangkan suara-suara /
bayangan. Yang warna putih namanya THP berfungsi membuat tenang, yang
berwarna biru namanya HLP gunanya untuk menenang kan pikiran, semua
obat ini harus di minum 3x1 sehari pukul 7 pagi, 1 siang dan 7 malam obat
selau di minum untuk mencegah kambuh. Terakir, jika ada tanda-tanda
halusinasinya mulai muncul putus halusinasinya dengan cara menepuk
punggung anak bapak / ibu sedang apa kamu ? kamu ingat kan yang di
ajarkan perawat jika suara-saura itu muncul ? ya, usir suara itu ! tutup telinga
kamu dan katakan pergi saya tidak mau dengar kamu suara palsu ! ucapkan
berulang-ulang, sekarang coba bapak / ibu praktikan cara yang telah saya
ajarkan, bagus pak bu.
c. Fase terminasi
“Bagaimana perasaan bapak / ibu setelah kita berdiskusi dan latihan
memutus halusinasi anak bapak / ibu ? sekarang coba ibu sebutkan 4 cara
merawat anak bapak / ibu ! “bagus sekali bapak / ibu. Bagaimana kalau 2 hari
kita bertemu untuk memperaktikan cara memutuskan halusinasi di depan
anak bapak / ibu “jam berapa kita bisa bertemu ? baik sampai jumpa ya ?.
Format Penilaian SPTK Keluarga 1 Halusinasi (Menjelaskan halusinasi
dan cara merawat)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 3
2. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 6
perawat
3. Menyampaikan tujuan interaksi 6

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 29


4. Menanyakan perasaan klien dan validasi masalah 4
klien
5. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan oleh 5
keluarga dalam merawat klien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, 15
halusinasi yang dialami klien
3. Menjelaskan cara-cara merawat klien halusinasi 15
D Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
2. Melakukan rencana tindak lanjut 6
3. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik 2
4. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 30


Sp 2 keluarga
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi pasien :
Topik : Melatih keluarga perdetik merawat pasien langsung di depan
pasien, member kesempatan kepada keluarga untuk
memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi
di hadapan pasien
Tujuan : 1. Keluarga dapat memperaktikan cara merawat pasien
Tindakan : 1. Melatih keluarga memperaktek merawat pasien dengan
halusinasi
2. Melatih keluarga langsung cara merawat langsung pasien
halusinasi
a. Fase orientasi
“Selamat pagi ! bagaimana perasaan bapak / ibu pagi ini ? “apakah bapak
atau ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi anak bapak atau
ibu yang sedang mengalami halusinasi ? bagus ! “ sesuai dengan perjanjian
kita, selama 30 menit ini kita akan memperaktikan halusinasi anak bapak,
langsung dihadapan anak bapak / ibu “ mari kita datangi anak bapak / ibu.
b. Fase kerja
Selamat pagi P, bapak / ibu P sangat ingin membantu P mengendalikan
saura-suara yang sering P dengar untuk itu pagi ini. Bapak / ibu P datang
memperaktekan cara memutus suara-saura dan P bicara. Atau tersenyum
sendiri. Bapak / ibu akan mengingatkan nya ? sekarang coba bapak / ibu
peragakan cara memutus halusinasi yang P alami seperti yang sudah kita
pelajari sebelum nya. Tepuk punggung P lalu suruh P usir dengan menutup
telinga, dan menghardik suara itu (perawat mengobservasi apa yang di
lakukan keluarga terhadap pasien) “bagus sekali ! bagaimana P sedang di
bantu bapak / ibu ? nah, bapak atau ibu ingi melihat jadwal harian P (pasien
memperagakan kemudian perawat mendorong orang tua P memberikan
pujian). Baiklah sekarang saya dan orang tua P keruang perawat dulu”
(perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi
dengan keluarga).

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 31


c. Fase terminasi
“Bagaimana perasaan bapak / ibu setelah memperaktik cara memutus
halusinasi langsung di hadapan anak bapak / ibu “di ingat-ingat pelajaran kita
hari ini ya pak / bu. Bapak / ibu dapat melakukan cara itu jika anak bapak
atau ibu mengalami halusinasi. “bagaimana kalau kita bertemu 2 hari lagi
untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan P di rumah. Pukul berapa
bapak / ibu datang ? kita bertemu disini lagi ya pak / bu ? sampai jumapa
bapak / ibu ?
Format Penilaian SPTK Keluarga 2 Halusinasi (Melatih keluarga cara
merawat klien)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 3
2. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 6
perawat
3. Menyampaikan tujuan interaksi 7
4. Mengevaluasi SP sebelumnya 8
5. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Melatihkan keluarga mempraktikkan cara merawat 10
klien dengan halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat 20
langsung dihadapan klien dengan halusinasi
D Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
2. Melakukan rencana tindak lanjut 6
3. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik 2
4. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 32


...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 33


Sp 3 Keluarga
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Topik : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Tujuan : 1. Keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
Minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
a. Fase orientasi
“selamat pagi ibu, karena besok P sudah boleh pulang sesuai dengan janji
kita sekarang bertemu untuk membicarakan jadwal harian P selama di
rumah. “bagaimana pak / bu. Selama bapak / ibu menjenguk P apakah sudah
memperaktekan cara merawat P ? “nah, sekarang kita bicarakan jadwal P di
rumah ? mari kita duduk di ruang perawat ! “berapa lama bapak / ibu ada
waktu ? bagaimana kalau 30 menit ?
b. Fase kerja
"ini jadwal P dirumah sakit, jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah coba bapak /
ibu lihat memungkinkan di lakukan di rumah nanti ? bapak / ibu jadwal yang
telah di buat selama P dirumah sakit tolong di lanjutkan di rumah, baik jadwal
aktivitas maupun minum obatnya. “hal-hal yang perlu di perhatikan lebih
lanjut adalah perilaku yang di tampilkan oleh anak bapak dan ibu selama di
rumah. Misalnya kalau P terus-menerus mendengar saura-suara yang
menganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal itu terjadi,
segera hubungi suster di puskesmas terdekat dari rumah bapak dan ibu ini
nomor telpon nya (0651)877xxx selanjutnya suster B yang akan membantu
memantau perkembangan P selama dirumah.
c. Fase terminasi
”coba bapak ibu sebutkan cara-cara merawat P di rumah “bagus ! (jika ada
yang lupa segera di ingatkan oleh perawat) “ bagaimana bapak // ibu
apakah ada yang ini di tanyakan ? ini jadwal nya untu di bawa pulang,
selanjut nya, silahkan ibu dan bapak “administrasi yang dibutuhkan, kami
akan siapkan P untuk pulang” ! “terimaksih bapak, ibu selamat pagi !.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 34


Format Penilaian SPTK Keluarga 3 Halusinasi (Membuat Perencanaan
Pulang)

No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai


A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 3
2. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 6
perawat
3. Menyampaikan tujuan interaksi 6
4. Mengevaluasi SP sebelumnya 4
5. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di 20
rumah termasuk minum obat (perencanaan
pulang)
2. Menjelaskan tindak lanjut pada klien setelah 25
pulang
D Fase terminasi
4. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
5. Melakukan rencana tindak lanjut 6
6. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
5. Berhadapan dan kontak mata 2
6. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
7. Mempertahankan jarak terapeutik 2
8. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 35


DAFTAR PUSTAKA

Kolliat, Budi Anna dkk. 2010 Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta:EGC

Marammis. 1999. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Erlangga

Ransuan. 2001. Keparawatan Kesehatan Mental Pisictri : Jakarta : Sanggung


Seta

Strut sunden. 1999 Pocket Gulde to Psyctiaric Nursing, Jakarta : EGC

Yosep Iyus.2007. keperawatan Jiwa, Bandung. Rfika Aditama.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 36


PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA
HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
(Yosep, 2009).
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat
terjadi secara:
1. Situasional, yaituterjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, ditubuh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
a. Privasi yang kurang di perhatiakan, misalnya : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasanagn alat yang tidak sopan (pencukuran
pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa perstujuan.
Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang positif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadapdirinya. Kondisi ini mengtakibatkan respon yang maladaptif.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau
pada klien gangguan jiwa.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 37


B. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Aktualisasi Konsep Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
diri diri positif rendah identitas

Keterangan:
1. Respon adaptif
a. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata, sukses dan diterima.
b. Konsep diri : Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktivitas diri.
2. Respon Maladaptif
a. Keracunan identitas : kegagalan aspek individu mengintegrasikan
identitas identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian
psikososial kepribadian dewasa yang harmonis.
b. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
diri sendiri.
c. Harga diri rendah : transisi antara adaptif dan maladaptif, sehingga
individu cenderung berfikir ke arah negatif.

C. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Dalam tinjauan life span hystori klien, penyebab terjadinya harga
diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian
atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang
dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri
rendah sering muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya (yosep, 2009).

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 38


Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri
rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai
berikut:
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart(2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah
kronik meliputi beberapa faktor predisposisi:
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realitis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidak
percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan
struktur sosial.
Menurut Iyus (2008), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah
kronik meliputi beberapa faktor predisposisi:
a. Biologi
Harapan akan struktur,bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat atau sakit. Stressor fisik atau jasmani yang lain
seperti suhu dingin atau panas, suara bising, nyeri, kelelahan,
lingkungan yang tidak memadai dan pecemaran udara.
b. Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realitas,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
Stressor yang lain adalah konflik, tekanan krisis, dan kegagalan.
c. Sosial kultural
Sterotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran
budaya,tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur
sosial.
2. Faktor presipitasi
Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah
biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum,

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 39


gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional
atau kronik. Secara situasional karna trauma yang muncul secara tiba-
tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, diperkosa, atau dipenjara,
termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah
disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang
membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah kronik, biasanya
dirasakan sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki
pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.
Menurut Iyus (2008), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri
rendah kronik meliputi beberapa faktor presipitasi :
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis
b. Ketegangan peran adalah berhubungan dengan peran yang
diharapkan dalam individu, mengalami sebagai frustrasi. Ada 3 jenis
transisi peran :
1) Perkembangan transisi : perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Pertumbuhan termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu dan norma-norma
budaya, nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
2) Situasi transisi peran : bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui orang penting dalam kehidupan individu melalui
kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan
sehat atau sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
a) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
b) Perubahan fisik yang terkait dengan tumbuh kembang normal
c) Prosedur medis dan perawat

D. Manifestasi Klinis
Menurut Damaiyanti(2008), tanda dan gejala harga diri rendah kronik
adalah sebagai berikut:
1. Mengkritik diri sendiri.
2. Perasaan tidak mampu.
3. Pandangan hidup yang pesimis.
4. Penurunan produktivitas.
5. Penolakan terhadap kemampuan diri.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 40


Selain data diatas, dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan
perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani
menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan
suara nada lemah.

Perbedaan Isolasi Sosial dan Harga Diri Rendah


pengertian Tanda dan Gejala
Evaluasi diri / perasaan negatif tentang diri  Mengkritik diri sendiri.
HARGA DIRI RENDAH KRONIK

sendiri atau kemampuan diri yang  Perasaan tidak mampu.


berlangsung lama.  Pandangan hidup yang
pesimis.
 Penurunan produktivitas.
 Penolakan terhadap
kemampuan diri.

Kesendirian yang dialami oleh individu dan  Afek datar


ISOLASI SOSIAL

dianggap timbul karena orang lain dan  Afek sedih


sebagai suatu pernyataan negatif atau  Anggota subkultur
mengancam. tertentu
 Ingin sendirian
 Kesendirian yang
ditentukan oleh orang
lain
 Keterlambatan
perkembangan
 Ketidakmampuan
memenuhu harapan
orang lain
 Ketidaksesuaian budaya
 Kondisi difabel
 Menarik diri
 Menunjukkan
permusuhan

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 41


 Merasa tidak aman di
tempat umum
 Nilai tidak sesuai
dengan norma budaya
 Perasaan beda dari
orang lain
 Preokupasi dengan
pikiran sendiri
 Riwayat ditolak
 Sakit
 Tidak ada kontak mata
 Tidak ada sistem
pendukungan
 Tidak mempunyai tujuan
 Tindakan berulang
 Tindakan tidak berarti

E. Penatalaksanaan Medis
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga
diri rendah kronis adalah:
1. Sistem Limbic, yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan
harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus.
a. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena
melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan
lebih banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam
melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama
dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan
latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
b. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk
mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan
perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan
pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada
thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat
dicegah atau dipilihsehingga menjadi berlebihan yang

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 42


mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu mendominasi
pikiran dari klien.

c. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.


Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang
dapat digunakan adalah:
1) Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang
bertujuan memberikan informasi penting tentang kerja dan
fungsi otak.
2) CT Scan, untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.
3) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT),
melihat wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitaspada otak
dan menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang
terjadi.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Suatu tehnik radiologi dengan menggunakan megnet, gelombang
radio dan komputer untuk mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak
dan dapat mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh
atau otak. Beberapa prosedur menggunakan kontras gadolinium untuk
meningkatkan akurasi gambar.
Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti:
1. Acetyicholine (ACh), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami
penurunan.
2. Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi; mengatur flight-flight dan proses pembelajaran dan memori,
mengalami penurunan yang mengakibatkan kelemahan dan depresi.
3. Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan yang
mengakibatkan klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya.
4. Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang kurang
energi, selalu terlihat mengantuk. Selain itu berdasarkan diagnosa
medis klien yaitu skizofrenia yang sering mengindikasikan adanya
penurunan glutamat.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 43


Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat
digunakan:
1. Positron Emission Tomography (PET), mengukur emisi atau
pancaran dari bahan kimia radioaktif yang diberi label dan telah
disuntik kedalam aliran darah untuk menghasilkan gambaran dua
atau tiga dimensi melalui distribusi dari bahan kimia tersebut di
dalam tubuh dan otak. PET dapat memperlihatkan gambaran aliran
darah, oksigen, metabolisme glukosa dan konsentrasi obat dalam
jaringan otak. Yang merefleksikan aktivitas otak sehingga dapat
dipelajari lebih lanjut tentang fisiologi dan neuro-kimiawi otak.
2. Transcranial Magnetic Stimulations (TMS), dikombinasikan dengan
MRI, para ahli dapat melihat dan mengetahui fungsi spesifik dari
otak. TMS dapat menggambarkan proses motorik dan visual dan
dapat menghubungkan antara kimiawi dan struktur otak dengan
perilaku manusia dan hubungannya dengan gangguan jiwa.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 44


ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Tahap pertama pengkajian meliputi faktor predisposisi seperti:
Psikologis, tanda dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien.
Pengkajian meliputi beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2009), faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah
adalah penolakan orang tua yang tidak realistis , kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergatungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
Menurut Sunaryo (2004), faktor presipitasi :
a. Konflik peran terjadi apabila peran yang diingainkan individu, sedang
diduduki individu lain.
b. Peran yag tidak jelas terjadi apabila individu diberikan peran yang
kebur, sesuai perilaku yang diharapkan.
c. Peran yang tidak sesuai terjadi apabila individu dalam proses
peralihan mengubah nilai dan sikap.
d. Peran berlebihan terjadi jika seseorang individu memiliki banyak
peran dalam kehidupannya.
Menurut Stuart (2006), stresor pencetus juga dapat berasal dari sumber
internal atau eksternal seperti:
a. Trauma seperti penganiyayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai prustasi. Ada tiga
jenis transisi peran :
1.) Transisi peran perkembangan
2.) Transisi peran stituasi
3.) Transisi peran sehat-sakit
3. Perilaku
Menurut Stuart (2006) perilaku yang berhubungan dengan harga diri
rendah kronik sebagai berikut:
a. Menarik diri sendiri dengan orang lain

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 45


b. Penurunan produktivitas
c. Destruktif yang diarahkan padaorang lain
d. Gangguan dalam berhubungan
e. Rasa diri penting yang berlebihan
f. Perasaan tidak mampu
g. Rasa bersalah
h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
i. Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri
j. Ketegangan peran yang dirasakan
k. Pandangan hidup yag pesimis
l. Keluhan fisik
m. Pandangan hidup yang bertentangan
n. Penolakan terhadapkemampuan personal
o. Distruktif terhadap diri sendiri
p. Pengurangan diri
q. Menarik diri secara sosial
r. Penyalahgunaan zat
s. Menarik diri dari realitas
t. Khawatir
4. Sumber koping
Menurut Stuart (2006) semua orang, tanpa memperhatikan gangguan
prilakunya, mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang
meliputi:
a. Aktivitas olahraga da aktivitas di luar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekspresif
d. Kesehatan dan perawatan diri
e. Pendidikan atau pelatihan
f. Pekerjaan, vokasi, atau posisi
g. Bakat tertentu
h. Kecerdasan
i. Imajinasi dan kreatifitas
j. Hubungan interpersonal

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 46


5. Mekanisme koping
Menurut Stuart (2006) mekanisme koping termasuk pertahanan koping
jangka pendek atau jangka panjang serta pengguanaan mekanisme
pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi
diri yang menyakitkan. Pertahanan tersebut mencakup berikut ini:
Jangka pendek:
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
(misalnya, konser musik, beerja keras, menonton televisi secara
obsesif).
b. Aktivitas yang memberikan identitas penganti sementara (misalnya, ikut
serta dalam kelub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau
geng).
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaaan
diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompotitif, prestasia
kademik, kontens untuk mendapatkan popularitas). Pertahanan jangka
panjang mencangkup berikut ini :
1) Penutupan indentitas: adopsi indentitas prematur yang diinginkan
oleh orang terdekat tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, atau
potensi diri individu.
2) Indentitas negatif :asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dari harapan yang diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,
disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement), berbalik marah
terhadap diri sendiri dan amuk.

B. Diagnosa keperawatan
1. Harga diri rendah kronik b.d ganggguan psikiatrik
2. Harga dri rendah situasional b.d gangguan citra tubuh, gangguan fungsi,
gangguan peran sosial, dan ketidakadekuatan pemahaman
3. Isolasi sosial b.d sumber personal yang tidak adekuat
4. Ketidakefektifan koping b.d strategi koping tidak efektif

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 47


STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Sp 1 pasien
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : klien suka mengkritik diri sendiri, tidak berani
menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,
dan bicara lambat dengan nada suara lemah.
Topik : identifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien
Tujuan : 1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
2. klien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan
3. klien dapat memilih kegiatan sesuai dengan
kemampuan
4. klien dapat melatih kegiatan yang dipilih
sesuai dengan kemampuan
Tindakan : 1. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien
2. Diskusikan dengan klien mengenai
kemampuan yang masih dapat di gunakan
saat ini
3. Membantu pasien untuk memilih / menetapkan
kemampuan yang akan dilatih
4. Latihan kemampuan yang dipilih klien
5. Membantu pasien menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang dilatih
A. Tahap Orientasi
“ Selamat pagi O, perkenalkan saya perawat Nensy Herlinda Andriyani, saya
lebih senang dipanggil dengan suster Nensy. Bagaimana keadaan O hari ini ?
O terlihat segar “ bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang kemampuan
dan kegiatan yang pernah O lakukan ? setelah itu kita nilai kegiatan mana
yang masih dapat O lakukan dirumah sakit. setelah kita nilai, kita akan pilih

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 48


satu kegiatan untuk kita latih. Dimana kita duduk ? bagaimana kalau diruang
tamu ? berapa lama ? bagaiman kalau 30 menit ?
B. Tahap Kerja
“ O, kemampuan apa saja yang O miliki ? bagus, apalagi ? saya buat
daftarnya ya. Apa pula kegiatan rumah tangga yang bisa O lakukan ?
bagaimana dengan merapikan kamar ? menyapu ? mencuci piring ? dan
sebagainya. Wah bagus, ada lima kemampuan dan kegiatan yang O miliki !
“O, dari kelima kegiatatan ini, yang masih dapat dikerjakan dirumah sakit,
yang mana ? (mis. Ada tiga yang dapat dilakukan) bagus sekali ada tiga
kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini !” Sekarang coba O pilih
satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini. Baik, yang nomor
satu, merapikan tempat tidur ? kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita
latihan merapikan tempat tidur O. Mari kita lihat tempat tidur O “ nah kalau kita
mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan bantal dan selimutnya,
bagus, sekarang sprei dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi
spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus ! sekarang sebelah kaki, tarik dan
masukan, lalu sebelah pinggir masukan. Sekarang ambil bantal, rapikan dan
letakan disebelh atas kepala. Mari kita lipat selimut ! Bagus !” O, sudah bisa
merapikan tempat tidur denga baik, sekali lagi coba perhatikan bedakan
dengan sebelum dan sesudah dirapikan ! Bagus !” “Coba O lakukan dan
jangan lupa memberi tanda dikertas daftar kegiatan, tulis M (mandiri) kalau T
melakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalau O melakukan dengan
dibantu, dan tulis T (tidak) kalau O tidak melakukan (perawat memberi kertas
berisi daftar kegiatan harian).
C. Tahap Terminasi
“Bagaiman perasaan T setelah kita bercakap – cakap dan latihan merapikan
tempat tidur ? Ya, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan dirumah sakit ini salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah
T praktekan dengan baik sekali, sekarang mari kita masukan dalam jadwal
harian ya ! T mau berapakali merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali, yaitu
pagi jam berapa ? “ besok pagi kita latih lagi kemampuan yang kedua T masih
ingat, kegiatan apa saja yang mampu dilakukan dirumah sakit selain
merapikan tempat tidur ? Ya, bagus, cuci piring. Kalau begitu besok kita akan
berlatih cuci piring jam 8 pagi didapur ruangan ini sehabis makan. Sampai
jumpa ya”

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 49


Format Penilaian SPTK 1 HDR (Identifikasi, Menilai, Memilih, dan Melatih
Aspek Positif)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
3. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
4. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
6. Memberikan salam terapeutik 3
7. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 6
perawat
8. Menyampaikan tujuan interaksi 6
9. Menanyakan perasaan klien dan validasi masalah 4
klien
10. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
3. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif 10
yang dimiliki klien
4. Membantu klien menilai kemampuan klien yang 5
masih dapat digunakan
5. Membantu klien memilih kegiatan yang akan 5
dilatih sesuai dengan kemampuan klien
6. Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang 10
dipilih
7. Memberikan pujian yang wajar terhadap 5
keberhasilan klien
8. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal 5
kegiatan harian
D Fase terminasi
7. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
8. Melakukan rencana tindak lanjut 6
9. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
9. Berhadapan dan kontak mata 2
10. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
11. Mempertahankan jarak terapeutik 2
12. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing
( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 50


Sp 2 pasien
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : Klien sudah tidak banyak menunduk, sudah
mampu melakukan latihan kemampuan walaupun
masih perlu dibantu.
Topik : Latihan kegiatan sesuai kemampuan pasien.
Tujuan : Klien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai
dengan kemampuan
Tindakan : Melatih klien melakukan kegiatan lain yang sesuai
dengan kemampuan klien.

A. Tahap Orientasi
“ selamat pagi, bagaiman perasaan O pagi ini ? wah, O tampak cerah,
bagaimana, O sudah mencoba merapikan tempat tidur ttadi pagi ? bagus
kalau sudah dilakukan (jika pasien belum mampu melakukan, ulang dan bantu
kembali) sekarang kita latih kemampuan yang kedua, masih ingat apa
kegiatan itu O ? “Ya benar, sekarang kita akan latihan mencuci piring didapur”
waktunya sekitar 15 menit, mari kita ke dapur.
B. Tahap Kerja
“O, sebelum mencuci piring kita siapkan perlengkapannya, yaitu sabut / spons
untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring dan air untuk
membilas, O dapt gunakan air yang mengalir dikeran ini. Oh ya, jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa makanan” “sekarang saya
perlihatkan dulu caranya, setelah semua perlengkapan tersedia, O ambil satu
piring kotor. Lalu buang sisa kotoran yang ada dipiring tersebut ke tempat
sampah. Kemudian O bersihkan piring tersebut menggunakan spons yang
sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan
air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun dipiring tersebut. Setelah
itu, O bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di Rak yang sudah
tersedia didapur. Nah selesai ! sekarang coba O yang melakukan ! Bagus
sekali ! O dapat mempraktikan cuci piring dengan baik ! sekarang dilap
tangannya “ Bagus !

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 51


C. Tahap terminasi
“ bagaiman perasaan O setelah latihan cuci piring ? bagaiman jika kegiatan
cuci piring inin kita masukan menjadi kegiatan sehari – hari. O mau berapa
kali mencuci piring ? Bagus sekali ! O mencuci piring tiga kali setelah makan.
Besok kita akan lattihan kemampuan ketiga. Setelah merapikan tempat tidur
dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu ? ya benar kita kan latihan
mengepel. “mau jam berapa ? sama seperti sekarang ? sampai jumpa !

Format Penilaian SPTK 2 HDR (Melatih Kemampuan Kedua)


No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 3
2. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 6
perawat
3. Menyampaikan tujuan interaksi 6
4. Menanyakan perasaan klien dan validasi masalah 4
klien
5. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 5
2. Melatih kemampuan kedua 15
3. Memberikan pujian yang wajar terhadap 5
keberhasilan klien
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal 5
kegiatan harian
D Fase terminasi
10. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
11. Melakukan rencana tindak lanjut 6
12. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
13. Berhadapan dan kontak mata 2
14. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
15. Mempertahankan jarak terapeutik 2
16. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 52


TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing
( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 53


Sp 1 Keluarga
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi Klien : klien sudah tidak banyak menunduk, sudah
mampu melakukan latihan kemampuan walaupun
masih perlu dibantu.
Topik : Diskusi masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien
Tujuan :
1. Keluarga dapat membantu pasien
mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien
2. Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan
kemampuan yang masih dimiliki pasien
3. Keluarga dapat memotivasi pasien untuk
melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien
Tindakan :
1. Mendiskusikan masalah yang dihadapi
keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelasakan pengertian, tanda dan gejala
harga diri rendah
3. Menjelaskan cara merawat pasien
4. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekan cara merawat pasien
5. Mendemonstrasikan cara merawat pasien
A. Orientasi
“Selamat pagi, perkenalkan saya perawat Nensy Herlinda Andriyani, saya
lebih senang dipanggil suster Nensy. Bagaimana keadaan bapak / ibu pagi ini
? “Bagaiman pagi ini kita bercakap – cakap tentang cara merawat pasien O ??
Berapa lama ? Bagaimana kalau 30 menit ? Baik,mari duduk diruang
wawancara“
B. Tahap kerja
“Apa yang bapak/ibu ketahui tentang masalah O ?“ Ya, memang benar sekali
pak/bu, O memang terlihat tidak percaya diri dan sering menyalahkan diri

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 54


sendiri. O sering mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling bodoh
sedunia. Dengan kata lain, bapak/ibu memiliki masalah harga diri rendah yang
ditandai dengan munculnya pikiran – pikiran yang selalu negatif terhadap diri
sendiri. Jika keadaannya terus menerus seperti itu, O akan mengalami
masalah yang lebih berat lagi, misalnya O tidak mau bertemu dengan orang
lain lagi dan memilih mengurung diri. Sampai disini bapak/ibu mengerti bahwa
masalah T dapat menjadi masalah serius, kita perlu memnerikan perawatan
yang baik untuk O”. “Bapak/ibu, apa saja kemampuan yag dimiliki O ? ya
benar, dia juga mengatakan hal yang sama” (jika sama dengan kemampuan
yang dikatakan O). “ O telah melakukan dua kegiatan, yaitu merapikan tempat
tidur dan cuci piring, O juga telah dibuatkan daftar untuk kegiatan tersebut.
Untuk hari ini, bapak/ibu dapat mengingatkan O untuk melakukan kegiatan
tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat – alat nya ya pak/bu.
Jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat, ajak pula
memberi tanda contreng pada jadwal kegiatannya. Selain itu, jika O sudah
tidak lagi dirawat dirumah sakit, bapak/ibu tetap perlu memantau
perkembangan lagi, bapak/ibu dapat membawa O ke puskesmas”. “Nah,
sekarang bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberi pujian
pada O. Temui O dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
pujian seperti “bagus sekali O kamu sudah terampil mencuci piring !”. coba
bapak/ibu praktekkan sekarang juga. Bagus”
C. Tahap Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak / ibu setelah percakapan kita tadi ?” “Dapatkah
bapak / ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi O dan bagaimana cara
merawatnya ? ”. “Bagus sekali bapak / ibu dapat menjelaskannya dengan
baik. Nah, setiap kali bapak/ibu mengunjungi O lakukan seperti itu. Nanti juga
dirumah demikian”. Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang
untuk latihan cara memberi pujian langsung kepada O”. “pukul berapa
bapak/ibu datang ? baik akan saya tunggu. Sampai jumpa !”
Format Penilaian SPTK Keluarga 1 HDR (Menjelaskan tentang HDR dan
cara merawat)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
3. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
4. Menjelaskan kondisi klien 5

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 55


B Fase Orientasi (25%)
6. Memberikan salam terapeutik 3
7. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 3
perawat
8. Menyampaikan tujuan interaksi 5
9. Menanyakan perasaan keluarga dan validasi 5
masalah klien
10. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 4
C Fase Kerja (40%)
4. Mendiskusikan masalah yang dirasakan oleh 10
keluarga dalam merawat klien
5. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, HDR 15
yang dialami klien
6. Menjelaskan cara-cara merawat klien HDR 15
D Fase terminasi
4. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
5. Melakukan rencana tindak lanjut 6
6. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
5. Berhadapan dan kontak mata 2
6. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
7. Mempertahankan jarak terapeutik 2
8. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 56


Sp 2 keluarga
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi kien : klien sudah tidak banyak menunduk, sudah
mampu melakukan latihan kemampuan walaupun
masih perlu dibantu
Topik : Mempraktekan cara merawat pasien
Tujuan : keluarga mampu mempraktekkn cara merawat
pasien
Tindakan : melatih keluarga mempraktekan cara merawat
pasien

A. Orientasi
“Selamat pagi pak / ibu ! bagaimana perasaan bapak / ibu hari ini ? “Bapak/ibu
masih ingat latihan merawat anak bapak / ibu seperti yang kita / keluarga
pelajari dua hari yang lalu ?. “baik, hari ini kita akan mempraktekkanya
lagsung pada O”. “Bagaimana kalau 30 menit ? sekarang mari kita temui O”
B. Tahap kerja
“Selamat pagi O bagaimana perasaan O hari ini ? hari ini saya datang
bersama orang tua O. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya. Orang
tua O juga ingin merawat O agar cepat pulih (kemudian anda berbicara
kepada keluarga sebagai berikut). “Nah, pak / ibu sekarang bapak / ibu bisa
mempraktekan apa yang sudah kita latihan beberapa hari lalu, yaitu
memberikan pujian terhadap perkembangan anak bapak / ibu” (perawat
mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang
telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya). Bagaiman perasaan O setelah
berbincang – bincang dengan orang tua O ? Baiklah sekarang suster dan
orang tua O keruang perawat dulu.” (perawat dan keluarga meninggalkan
pasien untuk melakukan terminasi)
C. Tahap Terminasi
“Bagaiman perasaan bapak / ibu setelah kita latihan tadi ?”
“mulai sekarang bapak / ibu sudah dapat melakukan cara merawat tadi pada
O”

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 57


“tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman bapak / ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang ya”.
Format Penilaian SPTK Keluarga 2 HDR (Melatih keluarga cara merawat
klien)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
3. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
4. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
6. Memberikan salam terapeutik 3
7. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 5
perawat
8. Menyampaikan tujuan interaksi 6
9. Mengevaluasi SP sebelumnya 6
10. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 5
C Fase Kerja (40%)
3. Melatihkan keluarga mempraktikkan cara merawat 20
klien dengan HDR
4. Melatih keluarga melakukan cara merawat 20
langsung dihadapan klien dengan HDR
D Fase terminasi
13. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
14. Melakukan rencana tindak lanjut 6
15. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
17. Berhadapan dan kontak mata 2
18. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
19. Mempertahankan jarak terapeutik 2
20. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( _______________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 58


Sp 3 Keluarga
Hari / Tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi Klien : klien sudah tidak banyak menunduk, sudah mampu
melakukan latihan kemampuan walaupun masih perlu
dibantu
Topik : membuat perencanaan pulang
Tujuan : keluarga mampu membuat perencanaan pulang bersama
perawat

A. Tahap Orientasi
“Selamat pagi pak / bu karena O hari ini sudah boleh pulang, kita akan
membicarakan jadwal O selama dirumah”. “Berapa lama bapak / ibu ada
waktu ? mari kita bicarakan di kantor !”
B. Tahap Kerja
“Pak / ibu, jadwal kegiatan O selama dirumah sakit coba diperhatikan apakah
semua dapat dilaksanakan dirumah ? pak / ibu jadwal yang telah dibuat
selama O dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah baik jadwal
kegiatan maupun jadwal minum obatnya.
“Hal – hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh O selama dirumah. Contohnya kalau O terus menerus
menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri menolak
minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal
ini terjadi, segera hubungi puskesmas terdekat dari rumah bapak / ibu.
Selanjutnya perawat puskesmas tersebut yang akan membantu
perkembangan O selama dirumah”.
C. Tahap Terminasi
“Bagaimana pak / ibu ? Ada yang belum jelas ? Ini jadwal kegiatan harian O
untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat yang berada di
puskemas terdekat. Jangan lupa kontrol ke puskesmas sebelum obat habis
atau ada gejala yang terlihat. Silahkan selesaikan administrasinya.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 59


Format Penilaian SPTK Keluarga 3 HDR (Membuat Perencanaan Pulang)

No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai


A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 3
2. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 5
perawat
3. Menyampaikan tujuan interaksi 6
4. Mengevaluasi SP sebelumnya 6
5. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 5
C Fase Kerja (40%)
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di 20
rumah termasuk minum obat (perencanaan
pulang)
2. Menjelaskan tindak lanjut pada klien setelah 15
pulang
D Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
2. Melakukan rencana tindak lanjut 6
3. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik 2
4. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 60


DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan pada...., EKA NUR HALIFAH Fakultas Ilmu Kesehatan


UMP, 2016

Damayanti, Mukhrifah (2008). Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik


Keperawatan. Bandung : Refika Aditama
H. Iyus Yosep, Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Health Nursing. Bandung: Refika Aditama

Iyus, Yosep. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama


Iskandar, Mukhripah Damaitanti. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama

Keliat, Budi Ana. (2005). Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC


Meridean L. Maas. ed. 5 Nursing Outcomes Classification (NOC). EGC 2016,
ISBN Singapure: Elsevier

Meridean L. Maas. ed. 5 Nursing Interventions Classification (NIC). EGC 2016,


ISBN Singapure: Elsevier

Monica Ester. ed 10 NANDA. EGC 2015, jakarta: Herdman T.Heather

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 61


PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau nafas,
dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu
masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa
kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini
merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik
dalam keluarga maupun masyarakat.
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhanya. Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan dirinya. (Aziz R, 2003).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri (mandi, makan, toileting). (Nurjannah, 2004)
Defisit perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan dirinya. (Tarwoto dan Wartonah, 2000).
B. Penyebab
Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik sering kali tidak memperdulikan
perawatan diri. Hal ini disebabkan karena pasien dikucilkan dalam keluarga
dan masyarakat.
C. Faktor predisposisi
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 62


Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkunganya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
D. Faktor prespitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/ lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sendiri sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak perduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Ekonomi Sosial
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karna dengan pengetahuan
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
meilitus ia harus berjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo, dan lain-lain.
7. Kondisi fisik atau psikis

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 63


Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.

E. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut Nanda-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:
1. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri
2. Defisit perawatan diri: berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri.
4. Defisit perawatan diri: eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
F. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala defisit perawatn diri menurut Fitria (2009) adalah
sebagai berikut :
1. Mandi / Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian / berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian
dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan
kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil
pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 64


menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka
container, memanipulasi makanan didalam mulut, mengambil makanan
dari wadah lalu memasukanya ke mulut, melengkapi makanan, mencerna
makann menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau
gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,
dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000), manifestasi klinis klien dengan defisit perawatan
diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai bau mulut
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1. Interaksi kurang
2. Kegiatan kurang
3. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
G. Penatalaksanaan medis
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
2. Membimbing dan menolong klien.
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
H. Dampak Masalah Defisit Perawatan Diri
1. Dampak fisik

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 65


Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak Psikososial
Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

I. Pohon Masalah

Isolasi Sosial (ISOS)

Defisit Perawatan Diri (DPD)

Harga Diri Rendah (HDR) Halusinasi

Koping Individu dan


keluarga tidak efektif

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang sering muncul dalam defisit keperawatan diri adalah:
2. Data subjektif:
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya
3. Data objektif:
a. Rambut kotor, acak-acakkan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt
4. Diagnosa Keperawatan

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 66


a. Defisit perawatan diri: mandi
b. Defisit perawatan diri: makan
c. Defisit perawatan diri: berpakaian
d. Defisit perawatan diri: Eliminasi

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

SP I pasien
Hari/ tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit
kotor, kuku panjang dan kotor, malas menarik
diri , penampilan tidak rapi, dan interaksi
kurang.
Topik : diskusikan pentingnya kebersihan diri, cara
cara merawat diri dan latih pasien tentang
cara-cara perawatan kebersihan diri.
Tujuan :

1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.


2. pasien mampu melakukan berhias secara baik
3. paisen mampu makan dengan baik
4. pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri

Tindakan :

1. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri


2. Menjelaskan alat-alat dan car-cara keberihan diri
3. Melatih pasien memperaktikan cara menjaga kebersihan diri
1) Tahap orientasi
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya perawat Nensy Herlinda Andriyani,
saya senang dipanggil suster Nensy, siapa namanya dan senang di panggil
apa? Saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.
Selama di rumah sakit ini saya yang akan merawat bapak / ibu. Dari tadi saya
melihat bapak / ibu menggaruk-garuk badanya, gatal ya? Bagaimana kalau

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 67


kita bicara tentang kebersihan diri? Berapa lama kita berbicara? Bagaimana
kalo 30 menit? Mau di mana ? disini saja ya ?
2) Tahap kerja
“Berapa kali bapak / ibu mandi dalam sehari? Apakah bapak / ibu sudah
mandi hari ini? Menurut bapak / ibu apa kegunaanya mandi? apa alasan
bapak / ibu sehingga tidak merasa suka merawat diri ? menurut bapak / ibu
apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri?”
“ Kira- kira tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa?
Badan gatal, bau mulut, apa lagi…? Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri, masalah apa menurut bapak / ibu yang bisa muncul ? betul
ada kudis, kutu dll. Apa yang bapak / ibu lakukan untuk merawat rambut dan
muka ? kapan saja bapak / ibu menyisir rambut ? bagaimana dengan mencuci
muka ? apa maksud dan tujuan berhias?”
“ berapa kali bercukur dalam seminggu ? kapan bapak terakhir bercukur apa
gunanya bercukur? Apa alat-alat yang diperlukan ? iya, sebaiknya bercukur 2
kali seminggu. Nanti alat cukurnya minta dengan perawat ya ? berapa kali
bapak / ibu makan siang? Apa pula yang dilakukan setelah selesai makan ?
betul, kita harus sikat gigi setelah makan. Dimana biasanya bapak / ibu BAB /
BAK? Bagaimana membersihkannya ? iya, kita BAB / BAK harus di wc “
“ lalu jangan lupa membersihkan pakaian dan cuci tangan pakai air sabun!
Sebelum mandi apa yang di persiapkan ? benar sekali, bapak / ibu perlu
menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo, sabun, odol, sisir”
“ bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, perawat akan membimbing
bapak / ibu melakukanya. Sekarang buka pakaian dan siram seluruh tubuh
bapak / ibu termasuk rambut lalu ambil shampo , gosokan di rambut bapak /
ibu sampai berbusa lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali ! selanjutnya ambil
sabun , gosokan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai
bersih, jangan lupa sikat gigi bapak / ibu mulai dari depan, sampai belakang,
atas bawah, setelah itu kumur- kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi
seluruh tubuh bapak / ibu sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Bapak
/ ibu bagus sekali melakukannya. Selanjutnya bapak / ibu pakai baju dan susir
rambutnya dengan baik.
3) Tahap terminasi

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 68


“ bagaimana perasaan bapak / ibu setelah mandi dan mengganti pakaian ?
coba bapak / ibu sebutkan lagi apa saja cara- cara mandi yang aik yang
sudah bapak /ibu lakukan tadi?”
“ bagaimana perasaan bapak / ibu setelah kita mendiskusikan tentang
pentingnnya kebersihan diri tadi ? sekarang coba B ulang lagi tanda- tanda
kebersihan”
“ bagus sekali I mau berapa kali B mandi dan sikat gigi ? dua kali, pagi dan
malam, mari kita masukan ke dalam jadwal aktivitas harian !”
“ nah lakukan ya B. dan beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa di
suruh, B (bantuan)kalau diingatkan baru dilakukan , dan T (tidak) tidak
melakukan. Baik besok kita latihan lagi, untuk berdadan. B mau jam berapa
? bagaimana jika jam 7 pagi ? mau di mana ? bagaimana kalau di sini lagi. “
baiklah saya pamit dulu, selamat pagi “
Format Penilaian SPTK 1 DPD (Menjelaskan Pentingnya Kebersihan &
Mempraktikkan)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
3. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
4. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
6. Memberikan salam terapeutik 3
7. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 4
perawat dan klien
8. Menyampaikan tujuan interaksi 4
9. Menanyakan perasaan klien dan validasi masalah 3
klien
10. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri 5
2. Menjelaskan alat-alat kebersihan diri 5
3. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri 10
4. Melatih klien mempraktikkan cara menjaga 15
kebersihan diri
5. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal 5
harian
D Fase terminasi
4. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
5. Melakukan rencana tindak lanjut 6

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 69


6. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik 2
4. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 70


Sp 2 pasien
Hari/ tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : badan bau, pakai kotor, rambut dan kulit kotor, kuku
Panjang dan kotor, kotor, malas, menarik diri,
penampilan tidak rapi dan interaksi kurang.
Topik : latih bersama pasien untuk berhias
Tujuan : pasien mampu berhias dengan baik
Tindakan : melatih pasien berhias (laki-laki): berpakaian,
menyisir rambut dan bercukur (perempuan) berhias,
berpakaian, menyisir rambut.
a. Laki-laki
1) Tahap orientasi
“ selamat pagi bapak/ibu ? bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini ?
bapak/ibu sudah mandi? Sudah di tanda di jadwal harinya ? hari ini kita
akan latihan berhias diri, mau di mana latihannya, bagaimana kalau di
ruang tamu? Bagaimana kalau 30 menit?
2) Tahap kerja
“ apa yang bapak lakukan setelah mandi ? apa bapak udah ganti baju ?
untuk berpakaian pilihlah pakaian bersih dan kering. Berganti pakaian
yang bersih 2 kali sehari. Sekarang coba bapak ganti baju ya, bagus
seperti itu apakah bapak menyisir rambut ? bagaimana cara bersisir ? coba
kita praktikan lihat ke cermin , bagus sekali ! apakah bapak suka bercukur
? berapa kali sehari bercukur ? betul 2 kali seminggu. Tampaknya kumis
dan jenggot bapak sudah mulai panjang. Mari pak di rapikan, ya. Bagus 1”
(catatan : jenggot di rapikan bila pasien tidak memelihara janggut).
3) Tahap terminasi
“ bagaimana perasaan bapak setelah berhias. Coba pak, sebutkan cara
berhias diri yang baik sekali, selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi
berdadan pakai baju seperti tadi ya ! mari kita masukan, kedalam jadwal
kegiatan harian ! pagi jam berapa dan sore jam berapa ?

“ nanti siang kita latihan makan yang baik ya. Di ruang makan bersama
dengan teman bapak yang lain. Selamat pagi.”

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 71


b. Perempuan
1) Tahap orientasi
“ selamat pagi, bagaimana perasaan ibu pagi ini ? ibu sudah mandi? Sudah
ditandai di jadwal hariannya? Hari ini kita akan berhias diri supaya ibu
tampak rapi dan cantik. Mari kita mendekat ke cermin dan bawa alat-
alatnya (sisir, bedak, dan lipstik).
2) Tahap kerja
“Sudahkah ibu mengganti pakaiannya setelah mandi ? bagus. Nah,
sekarang di sisir rambutnya yang rapi. Bagus ! apakah ibu bisa pakai
bedak ? coba di bedaki mukanya, yang rata dan tipis ya …. Bagus sekali !
ibu punya lipstik ? mari di oleh tipis. Nah coba di lihat di kaca ! ”
3) Tahap terminasi
“ bagaimana perasaan ibu setelah berdadan”
“ ibu jadi tampak segar dan cantik, mari masukan ke dalam jadwal kegiatan
harian. Nanti siang kita akan latihan makan yang baik di ruang makan
bersama teman ibu yang lain ya ! sampai jumpa !

Format Penilaian SPTK 2 DPD (Membantu klien berhias)


No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
3. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
4. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
6. Memberikan salam terapeutik 3
7. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 4
perawat dan klien
8. Menanyakan perasaan klien dan validasi masalah 7
klien
9. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
4. Mengevaluasi jadwal harian 5
5. Menjelaskan cara berhias yang baik 15
a. Pada wanita (berpakaian, menyisir, berhias)
b. Pada laki-laki (berpakaian, menyisir rambut,
bercukur)
6. Mempraktikkan cara berdandan 15
7. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal 5
kegiatan harian
D Fase terminasi

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 72


4. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
5. Melakukan rencana tindak lanjut 6
6. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik 2
4. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 73


Sp 3 pasien
Hari/ tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi pasien : penampilan sudah rapi, badan tidak bau, malas
makan masih berantakan.
Topik : latihan makan secara mandiri
Tujuan : pasin mampu melakukan makan dengan baik
(secara mandiri)
Tindakan : menjelaskan cara merapikan peralatan makan
setelah makan dan memperaktikan makan sesuai
dengan tahap makan
1) Tahap orientasi
“ selamat siang B, B tampak rapi hari ini. Siang ini kita akan latihan
bagaimana cara makan yang baik. Kita langsung di ruangan makan ya ! mari
…. Itu sudah datang makannya.”
2) Tahap kerja
“ bagaimana kebiasaan saat sebelum atau sesudah makan ? dimana B
makan, sebelum makan kita harus mencuci tangan dengan sabun ya. Mari
kita praktikan ! bagus, setelah itu mari kita duduk dan ambil makan tetapi
sebelum di santap kita berdoa dulu. Silahkan B yang pimpin ! bagus!
“ mari kita makan ! saat makan kita harus menyuap makan satu persatu
dengan pelan-pelan. Ayo sayurnya juga di makan . setelah makan kita
bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul, dan kita akhiri dengan cuci
tangan ! ya bagus ! itu suster A sedang membagi obat, coba B minta sendiri
obatnya”
3) Tahap terminasi
“ bagaimana perasaan B setelah kita makan bersama-sama ? apa yang kita
lakukan saat makan (cuci makan , duduk yang baik, ambil, makanan, berdoa,
makan yang baik, cuci piring dan gelas lalu cuci tangan ). Nah coba B lakukan
seperti tadi setiap hari ketika makan, mau kita masukan kedalam jadwal ?
besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB dan BAK yang baik, bagaimana jika
pukul 10 ? tempatnya di sini saja ya. Sampai jumpa.”

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 74


Format Penilaian SPTK 3 DPD (Melatih Klien Cara Makan Yang Baik)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
3. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
4. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
6. Memberikan salam terapeutik 3
7. Menanyakan perasaan klien dan validasi masalah 6
klien
8. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
4. Mengevaluasi jadwal harian 4
5. Menjelaskan cara makan yang baik 10
6. Membantu mempraktikkan cara makan yang baik 21
a. Mengambil makan
b. Menyuap dengan baik
c. Mencuci piring dan gelas
7. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan dalam 10
jadwal kegiatan harian
D Fase terminasi
4. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 4
objektif)
5. Melakukan rencana tindak lanjut 4
6. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
5. Berhadapan dan kontak mata 2
6. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
7. Mempertahankan jarak terapeutik 2
8. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 75


Sp 4 pasien
Hari/ tangal
Interaksi ke :
Kondisi pasien : penampilan sudah rapi, badan tidak bau, tidak tau /
Mengerti cara BAB/BAK yang baik
Topik : latihan BAB / BAK secara mandiri
Tindakan :
1. Menjelaskan tempat BAB / BAK yang sesuai
2. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB / BAK
3. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB / BAK
4. Menjelaskan pasien melakukan BAB / BAK secara mandiri
1) Tahap orientasi
“ selamat pagi B ? bagaimana perasaan B hari ini ? baik sudah di jadwalkan
atau jalankan jadwal kegiatan ? kita akan membicarakan tentang cara
membuang air besar dan air kecil yang baik. Ya hari ini kira-kira 30 menit. Di
mana kita duduk ? ”
2) Tahap kerja
Pasien laki-laki
“ di mana biasanya B BAB /BAK ? benar B BAB / BAK yang baik itu di wc /
kamar mandi atau tempat lain yang tertutup atau ada saluran pembuangan
kotorannya. Jadi kita tidak boleh BAB / BAK di sembarang tempat
“ sekarang coba B jelaskan kepada saya bagaimana cara B cebok ? sudah
bagus ya B. yang di ingat saat mencebok B membersihkan bokong atau
kemaluannya dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja / air kencing
yang masih di tubuh. Setelah B selesai cebok jangan lupa tinja dan air
kencingnya di siram dengan air secukupnya sampai tinja dan air kencing itu
tidak tersisa di wc. B membersihkan tinja / air kencing seperti ini, berarti B ikut
mencegah menyuburkan kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran / air
kencing. Setelah selesai membersihkan tinja / air kencing B perlu merapikan
kembali pakaian sebelum keluar dari wc pastikan resleting celana telah di
tutup rapi , lalu cuci tangan menggunakan sabun.”

Pasien perempuan
“ cara membilas yang bersih setelah B buang air yaitu dengan menyiramkan
air dari arah depan ke belakang jangan sebaliknya ya ! cara seperti ini

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 76


berguna mencegah masuknya kotoran / tinja yang ada di belakang ke bagian
kemaluan anda. Setelah B selesai cebok, jangan lupa B, tinja atau air kencing
tersebut di siram dengan air sampai dengan tinja / air kencing seperti ini
berarti B ikut mencegah penularan kuman yang berbahaya yang ada pada
kotoran / air kencing. Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar
wc, lalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun ”
3) Tahap terminasi
“ bagaimana perasaan B setelah kita membicarakan tentang cara buang air
besar / kecil yang baik. Coba B jelaskan ulang tentang cara BAB / BAK yang baik
! bagus untuk selanjutnya B dapat melakukan cara – cara yang telah di jelaskan
tadi . nah , besok kita ketemu lagi untuk melihat sudah sejauh mana B bisa
melakukan jadwal kegiatannya. Sampai jumpa ”

Format Penilaian SPTK 4 Halusinasi (Membantu Klien Cara Eliminasi


Yang Baik)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
3. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
4. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
6. Memberikan salam terapeutik 3
7. Menanyakan perasaan klien dan validasi masalah 6
klien
8. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
4. Mengevaluasi jadwal harian 5
5. Menjelaskan cara eliminasi yang baik 15
a. Laki-laki
b. perempuan
6. Membantu klien mempraktikkan cara eliminasi 20
yang baik
7. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan dalam 5
jadwal kegiatan harian
D Fase terminasi
4. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
5. Melakukan rencana tindak lanjut 6
6. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 77


5. Berhadapan dan kontak mata 2
6. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
7. Mempertahankan jarak terapeutik 2
8. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 78


Sp 1 Keluarga

Hari/ tangal :
Interaksi ke :
Kondisi pasien : penampilan sudah tampak rapi, badan tidak
bau, personal hygine masih harus di
damping.
Topik : memberikan penddikan kesehatan
Tujuan : keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah (DPD)
Tindakan :

1. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang di hadapi


keluarga dalam merawat pasien.
2. jelaskan tentang merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah DPD
1) Tahap orientasi
“Selamat pagi pak / bu, saya perawat A, perawat yang merawat B, nama
bapak / ibu siapa ? baiklah saya mau bertanya sekitar tentang B ? apa
pendapat bapak / ibu tentang B ? baiklah hari ini kita akan berdiskusi tentang
maslah yang di alami B dan bantuan apa yang dapat di berikan. Berapa lama
bapak / ibu mau berdiskusi? bagaimana kalau 30 menit ? mari kita duduk di
kantor.”
2) Tahap kerja
“ apa saja masalah yang di alami bapak / ibu dalam merawat B ? perawatan
utama adalah kebersihan diri, berdandan, BAB serta BAK ”
“ perilaku yang ditunjukan B itu di karenakan gangguan jiwanya yang
membuat B tidak memiliki minat mengurus diri sendiri . baik saya akan
jelaskan untuk kebersihan diri, kami telah melatih B untuk mandi, keramas,
gosok gigi, ganti baju dan potong kuku. Kami harapkan bapak/ibu dapat
menyediakan peralatannya B juga memiliki jadwal pelaksanaanya untuk
berhias kami harapkan di motivasi sehabis mandi untuk sisiran yang rapi.
Untuk makan, sebaiknya makan bersama dengan keluarga di rumah. B telah
mengetahui langkah – langkahnya, yaitu cuci tangan, ambil makan, berdoa,
makan yang rapi, cuci piring dan gelas lalu cuci tangan. Sebaiknya makan
saat jam minum obat agar sehabis makan langsung minum obta. B juga

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 79


belajar BAB / BAK yang bersih kalau B kurang motovasi dalam merawat diri
apa yang bapak / ibu lakukan ? bapak / ibu perlu mendampingnya pada saat
merawat diri sehingga dapat diketahui apakah B sudah mandiri atau
mengalami hambatan dalam melakukannya jangan lupa memberi pujian
kepada B.”
“ apakah ada yang bapak/ ibu tanyakan ?”
3) Tahap terminasi
“ bagaimana perasaan ibu / bapak setelah kita bercakap – cakap tadi ? coba
bapak / ibu sebutkan lagi apa saja yang di perhatikan dalam membantu B
merawat diri.”
“baik, nanti bapak / ibu besuk lagi bisa di perhatikan dalam membantu B
merawat diri.”
“ dua hari lagi kita akan bertemu dan bapak / ibu akan saya dampingi untuk
memotivasi B dalam merawat diri .”
“baik bapak/ ibu jika tidak ada lagi yang di tanyakan, kita sudah dulu.

Format Penilaian SPTK Keluarga 1 DPD (Menjelaskan pengertian DPD


dan cara merawat)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
5. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
6. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
11. Memberikan salam terapeutik 3
12. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 6
perawat
13. Menyampaikan tujuan interaksi 5
14. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
7. Mendiskusikan masalah yang dirasakan oleh 10
keluarga dalam merawat klien
8. Menjelaskan pengertian DPD yang dialami klien 10
9. Menjelaskan tanda dan gejala DPD 10
10. Menjelaskan cara-cara merawat klien DPD 10
D Fase terminasi
7. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
8. Melakukan rencana tindak lanjut 6

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 80


9. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
9. Berhadapan dan kontak mata 2
10. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
11. Mempertahankan jarak terapeutik 2
12. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 81


Sp 2 keluarga
Hari/ tangal :
Interaksi ke :
Kondisi pasien : penampilan sudah rapi, badan tidak bau,
personal hygine harus di dampingi.
Topik : latihan merawat diri
Tujuan : keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah defisit perawatan
diri
Tindakan : melatih keluarga cara merawat pasien
1) Tahap orientasi
“ selamat pagi bapak / ibu, sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita
sekarang bertemu lagi. Bagaimana bapak / ibu ada pertanyaan tentang cara
merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu.”
“ sekarang kita akan latihan cara – cara merawat tersebut ya pak / bu ? kita
akan coba di sini dulu ya. Setelah itu baru kita coba langsung pada B ya.
2) Tahap kerja
“ sekarang anggap saja saya adalah B, coba bapak / ibu praktikan cara
memotivasi B untuk mandi, menyisir rambut, buang air dan makan.”
“ bagus, etul begitu caranya ! ”
“ sekarang coba praktikan cara memberi pujian kepada B. bagus ! bagaimana
kalau cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadwal.” Bagus ternyata bapak / ibu sudah mengerti cara merawat B.
bagaimana sekarang kita mencoba langsung kepada B ? (ulangi semua cara
di atas langsung pada pasien)
3) Tahap terminasi
“ bagaimana perasaan bapak / ibu setelah kita beralih cara merawat B ?
setelah ini coba bapak / ibu lakukan apa yang sudah kita latih tadi setiap kali
bapak / ibu membujuk B ? baiklah bagaimana kalo dua hari lagi bapak / ibu
datang kembali kesini dan kita akan mencoba lagi merawat B sampai bapak /
ibu bisa kemari ? baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini yang pak /
bu, sampai jumpa.”

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 82


Format Penilaian SPTK Keluarga 2 DPD (Melatih keluarga cara merawat
klien)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
5. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
6. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
11. Memberikan salam terapeutik 3
12. Menyampaikan tujuan interaksi 6
13. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
5. Melatihkan keluarga mempraktikkan cara merawat 20
klien dengan DPD
6. Melatih keluarga melakukan cara merawat 20
langsung dihadapan klien dengan DPD
D Fase terminasi
16. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 7
objektif)
17. Melakukan rencana tindak lanjut 7
18. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
21. Berhadapan dan kontak mata 2
22. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
23. Mempertahankan jarak terapeutik 2
24. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 83


Sp 3 keluarga
Hari/ tangal :
Interaksi ke :
Kondisi pasien : penampilan sudah rapi, badan tidak bau,
personal hygine masih harus di dampingi
Tujuan : keluarga dapat merawat anggota keluarga
yang mengalami defisit perawatan diri
Tindakan : membuat perencanaan pulang dengan
keluarga
1) Tahap orientasi
“ selamat pagi bapak / ibu, hari ini B sudah boleh pulang. Oleh karena itu,
perlu di bicarakan jadwal B selama di rumah ? bagaimana pak / bu. Selama
bapak / ibu membesuk, apakah sudah terus di latih cara merawatnya ? nah
sekarang mari kita bicarakan jadwal di rumah tersebut di isi ya ! ”
2) Tahap kerja
“ pak / bu ini jadwal kegiatan di rumah sakit, coba coba perhatikan apakah
dapat dilaksanakan di rumah. Jadwal yang dibuat di rumah sakit tolong di
lanjutkan di rumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya ?
“ hal – hal yang yang perlu di perhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang di
tampilkan oleh anak bapak / ibu selama di rumah jika misalnya B menolak
minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain segera
hubungi perawat O di puskesmas atma jaya, puskesmas terdekat dari rumah
bapak / ibu ini nomor telponya (0541-6569-0098).”
“ selanjutnya suster O yang akan membantu memantau perkembangan B
selama di rumah”
3) Tahap terminasi
“ bagaimana pak / bu ada yang belum jelas ? ini jadwal harian B untuk di
bawa pulang. Dan ini surat rujukan untuk suser di puskesmas indra puri.
Jangan lupa kontrol ke puskesmas sebelum obat habis atau gejala – gejala
yang tampak. Silahkan selesaikan administrasinya.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 84


Format Penilaian SPTK Keluarga 3 DPD (Membuat Perencanaan Pulang)

No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai


A Fase Pra-Interaksi (10%)
5. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
6. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
11. Memberikan salam terapeutik 3
12. Menyampaikan tujuan interaksi 6
13. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
9. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di 20
rumah
10. Menjelaskan tindak lanjut pada klien setelah 20
pulang
D Fase terminasi
19. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 10
objektif)
20. Melakukan rencana tindak lanjut 5
21. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
25. Berhadapan dan kontak mata 2
26. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
27. Mempertahankan jarak terapeutik 2
28. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 85


DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Anna Budi. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta:EGC
Damayanti, Mukripah., Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 90


PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian
1. Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya secara wajar dalam hanyalannya sendiri yang tidak realistik.
2. Keadaan dimana individu/kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan, keinginan untuk meningkatkan ke tertiban dengan orang lain
tetapi tidak mampu membuat kontrak.
3. Merupakan proses pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun
lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara
menarik diri secara fisik maupun psikis.
B. Penyebab
Terjadinya faktor ini dipenggaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya
perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya dengan orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
hubungan dengan orang lain.
C. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan
hubungan social yang positif diharapkan dilalui dengan sukses. Keluarga
yang terganggu dapat menunjukkan perkembangan respon social
maladaptif.
2. Faktor biologis
Faktor yang berperan dalam respon social maladaptif
3. Faktor social kultural
4. Isolasi social merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan, hal
ini di akibatkan oleh norma yang tidak mendukung.
5. Faktor dalam keluarga
6. Komunikasi dalam keluarga dapat mengontrol seseorang dalam gangguan
berhubungan. Hal-hal negative akan mendorong anak mengenakan harga
diri rendah.
D. Faktor Presipitasi

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 91


1. Stres sosiokultural
Menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dengan orang yang
berarti.
2. Stress psikologis
Ansietas yang berat dan berkepanjangan terjadi bersamaan
keterlibatan kemampuan untuk mengatasinya.
E. Tanda dan Gejala
1. Menyendiri dalam ruangan
2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
3. Sedih, afek datar
4. Perhatian dan tindakan tidak sesuai dengan usia
5. Apatis
6. Mengekspresikan penolakan/ kesepian pada orang lain
7. Menggunakan kata-kata simbolik
8. Menggunakan kata-kata yang tidak berarti
9. Kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara
10. Rendah diri
F. Manifestasi Prilaku
1. Tanda dan Gejala
Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan didapatkan
data objektif meliputi : Apatis, ekpresi wajah sedih, efek tumpul,
menghindar dari orang lain, kontak mata kurang, klien lebih sering
menunduk. Berdiam diri di kamar, menolak berhubungan dengan orang
lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, meniru posisi janin saat lahir.
Sedangkan data subjektif : suka di dapat, jawab yang singkat seperti
“tidak”,”ya” dan “tidak tahu”.
2. Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptive menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansientas. Mekanisme
tersebut berkaitan dengan 2 jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail.W
stuart,2006) koping yang berhubungan dengan kepribadian antisosial
antara lain proyeksi splitting dan merendahkan orang lain, koping yang
berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang spitting, formasi
reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, dan merendahkan orang lain.
3. Sumber koping

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 92


Respon sosial maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga
yang luas, teman, hubungan dengan hewan peliharan, mengekspresikan
stress interpersonal misalnya kesenian, music dan tulisan.
G. Akibat dari Isolasi Sosial
sensori persepsi (Halusinasi) atau bahkan perilaku kekerasan mencidrai diri
sendiri (Akibat HDR ) disertai dengan harapan yang suram, mungkin klien
mengakhiri hidupnya.Klien dengan isoslasi sosial dapat berakibat terjadi
resiko perubahan.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Untuk mengkaji pasien isolasi sosisal, kita dapat menggunakan teknik
wawancara dan observasi pasien dan keluarga.tanda dan gejala isolasi
sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara adalah sebagai berikut :
a. Pasien meenceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain.
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan sulit membuat keputusan.
f. Pasien merasa tidak nyaman.
g. Pasien tidak yakin dapat melangusngjkan hidup.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat ditanyakan pada saat wawancara
untuk mendapatakan data subjektif.:
a. Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang disekitarnya?
b. Apakah pasien memiliki teman dekat? jika ada siapa teman dekatnya?
c. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat
dengannya?
d. Apa yang pasien inginkan dari orang-orang disekitarnya?
e. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami pasien ?
f. Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan
orang disekitarnya?
g. Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
h. Apakah ada perasaan ragu untuk dapat melanjutkan hidup?
Tanda dan gejala yang dapat melalui observasi.
a. Tidak memiliki teman dekat.
b. Menarik diri.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 93


c. Tidak komunikatif
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna.
e. Asik dengan pikiranya sendiri.
f. Tidak ada kontak mata.
g. Tampak sedih efek tumpul
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi social
b. Hambatan interaksi social
c. Harga diri rendah situasional
d. Defisit Perawatan diri: mandi

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 94


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL

KONDISI KLIEN

1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain


2. Pasien merasa tidak aman berada aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabisi waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membut keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
A. TINDAKAN KEPERAWATAN KEPADA KLIEN
1. Tujuan Keperawatn
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b. Pasien dapat menyadari penyebab isolasi sosial
c. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
2. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya :
1) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
2) Berkenalan dengan pasien
3) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
4) Buat kontrak asuhan
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi pasien
6) Tunjukkan sikap empati terhadap pasien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien
b. Mambantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial dengan cara :
1) Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain.
2) Tanyakan penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang
lain.
3) Bantu pasien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan
orang lain dengan mendiskusikan manfaat jika klien memiliki
banyak teman.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 95


SP 1 pasien

Hari / tanggal :

Interaksi ke :

Ruangan :

Tindakan Keperawatan

1. Membina hubungan saling percaya


2. Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial
3. Membantu pasien mengenal manfaat hubungan isolasi sosial
4. Mengajarkan pasien berkenalan
1) Fase Orientasi
Selamat pagi, perkenalkan nama saya perawat Nensy Herlinda Andriyani,
saya senang dipanggil suster Nensy, saya perawat diruangan cempaka ini.
Siapa nama anda ? senang di panggil siapa?
Apa keluhan O hari ini ? bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman O?
Mau dimana kita bercakap-cakap ? bagaimana kalau di ruangan tamu? Mau
berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?
2) Fase Kerja
( jika pasien baru)
Siapa saja yang tinggal serumah dengan O? siapa yang paling dekat dengan
O? siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S? apa yang membuat S
jarang bercakap-cakap dengannya ?

(Jika pasien sudah lama dirawat )


Apa yang O rasakan selama O di rawat di sini? Siapa saja yang O kenal
diruangan ini? Apa saja kegiatan yang biasa O lakukan bersama dengan
teman yang dikenal O.
Apa yang menghambat O dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien lain? Menurut O apa manfaatnya kalau kita memilki teman ?
Nah, apa kerugian kalau O tidak memiliki teman ? jadi apakah O mau belajar
bergaul dengan orang lain ? Bagus! Bagaimana kalau sekarang kita belajar
berkenalan dengan orang lain?

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 96


Untuk berkenalan dengan orang lain kita terlebih dahulu menyebutkan
nama kita, nama panggilan yang di sukai, asal kita, dan hobi kita.

Contohnya : Nama saya M, suka di panggil O, asal saya dari kota Y, hobi
menari ! ayo O coba ! coba berkenalan dengan saya ! bagus
sekali! Coba sekali lagi ! ya, bagus !
3) Fase Terminasi
Bagaimana perasaan O setelah kita latihan berkenalan ?
O tadi sudah memperagakan cara berkenalan dengan baik sekali !
selanjutnya O dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi sehingga O
lebih siap lagi untuk berkenalan dengan orang lain. Besok kita akan bertemu
lagi, waktu dan tempat yang sama yaitu jam 10 pagi, di ruang tama ya, O
Sampai jumpa besok .

Format Penilaian SPTK 1 Isolasi Sosial (BHSP, membantu klien mengenal


Isos, dan mengajarkan berkenalan)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
5. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
6. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
11. Memberikan salam terapeutik 3
12. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 4
perawat dan klien
13. Menyampaikan tujuan interaksi 4
14. Menanyakan perasaan klien dan validasi masalah 3
klien
15. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial 8
2. Berdiskusi dengan klien tentang manfaat 8
berinteraksi dengan orang lain
3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak 8
berinteraksi dengan orang lain
4. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan orang 8
lain
5. Menganjurkan klien memasukkan cara 6
menghardik halusinasi dalam jadwal harian
D Fase terminasi
7. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan
objektif)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 97


8. Melakukan rencana tindak lanjut 6
9. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik 2
4. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 98


SP 2 Pasien

Hari/Tanggal :

Interaksi ke :

Ruangan :

Tindakan Keperawatan : Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap

( berkenalan denagn orang lain / pertama (perawat)

1) Fase Orientasi
Selamat pagi O ! bagaimana perasaan O hari ini ?
Sudah ingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan ?
Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan suster ?
Bagus sekali O masih ingat. Nah, sesuai perjanjian saya, saya akan mengajak
O mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat L, tidak tidak lama kok
kira-kira 10 menit .
Bagaimana O ? ayo kita temui perawat L disana.
2) Fase Kerja
Selamat pagi perawat L, O ingin berkenalan dengan anda ? baiklah O, O bisa
berkenalan dengan L seperti yang kita praktikkan kemarin !
( pasien berkenalan dengan perawat L )
Ada lagi yang ingin O tanyakan kepada perawat L ?
Jika tidak ada lagi yang ingin ditanyakan, O dapat menyudai perkenalan ini,
lalu O bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan perawat.
Baiklah perawat L, karena O sudah berkenalan, saya dan O akan kembali
keruangan.
Selamat pagi !
3) Fase Terminasi
Bagaimana perasaan O setelah bercakap-cakap dan berkenalan dengan
perawat L ? O tampak bagus sekali saat berkenalan tadi ! pertahankan terus
apa yang sudah O lakukan tadi, jangan lupa untuk menanyakan topik lain
supaya perkenalan berjalan dengan lancar.
Bagaimana kalau kegiatan bercakap-cakap dan berkenalan kita masukkan ke
jadwal ? mau berapa hari sekali ? bagimana kalau 2 kali ?
Baik S, besok kita latihan lagi. Jam 10 yah ! sampai jumpa besok.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 99


Format Penilaian SPTK 2 Isolasi Sosial (Mengajarkan Klien Berinteraksi
dengan Orang Lain)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 10
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 3
2. Memvalidasi Perasaan klien 4
3. Melakukan evaluasi SP sebelumnya 7
4. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Memberikan kesempatan pada klien untuk 32
memperkenalkan diri, yaitu menyebutkan : *
a. Nama lengkap
b. Nama panggilan
c. Asal
d. Hobi
2. Membantu klien memasukkan kegiatan bercakap- 8
cakap dengan orang lain dalam jadwal kegiatan
harian
D Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
2. Melakukan rencana tindak lanjut 6
3. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
5. Berhadapan dan kontak mata 2
6. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
7. Mempertahankan jarak terapeutik 2
8. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 100


SP 3 Pasien

Hari / Tanggal :

Interaksi :

Ruangan :

Tindakan Keperawatan : Melatih pasien berkenalan secara bertahap

( Berkenalan dengan orang ke-2)

1) Fase Orientasi
Selamat pagi O ! Bagaimana perasaan O hari ini?
Apakah O bercakap-cakap dengan perawat L kemarin siang ?
Bagus sekali O, menjadi senang karena punya teman lagi !
Bagimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan teman seruangan O
yang lain ? yaitu M, seperti biasa, kira-kira 10 menit !
Mari kita temui M sekarang !
2) Fase Kerja
Selamat pagi ! perkenalkan nama saya suster Nensy. ini ada pasien saya
yang ingin berkenalan !
Baiklah O, O sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang O telah
lakukan sebelumnya !
( pasien berkenalan dengan pasien M )
Ada lagi yang ingin O tanyakan kepada M ? kalau tidak ada lagi yang ingin
ditanyakan, O bisa mengakhiri perkenalan, lalu O bisa membuat janji dengan
M untuk bertemu lagi jam 4 sore !
Baiklah M, karena O sudah selesai berkenalan, saya dan O akan kembali
keruangan O, selamat pagi !
3) Fase Terminasi
Bagaimana perasaan O, setelah berkenalan dengan M ?
Dibandingkan kemarin pagi, O tampak lebih baik ketika berkenalan dengan M.
pertahankan apa yang sudah O lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu M
jam 4 nanti ! Selanjutnya bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-
cakap dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian, jadi satu hari O
dapat berbincang-bincang denagn orang lain sebanyak tiga kali jam 10 pagi,

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 101


jam 1 siang dan jam 8 malam ! Selanjutnya O bisa berkenalan dengan orang
lain lagi secara bertahap, bagaimana O, setuju kan ?
Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman O.
Pada jam yang sama dan tempat yang sama ya ! sampai bertemu besok.
Format Penilaian SPTK 3 Isolasi Sosial (Mengajarkan klien berinteraksi
dengan orang kedua)

No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai


A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 3
2. Mempaviladi perasaan klien 4
3. Melakukan evaluasi SP sebelumnya 7
4. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Memberikan kesempatan pada klien untuk 20
berkenalan dengan dua orang/lebih :
a. Membantu klien memperkenalkan dirinya
(menyebutkan nama lengkap, panggilan, asal,
hobi)
b. Membantu klien bertanya nama lengkap,
panggilan, asal, hobi orang yang diajak
berkenalan
2. Memberikan pujian atas keberhasilan klien 10
3. Membantu klien memasukkan kegiatan bercakap- 10
cakap dengan orang lain dalam kegiatan harian
D Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan
objektif)
2. Melakukan rencana tindak lanjut 6
3. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik 2
4. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 102


B. Tindakan Keperawatan Pada Keluarga
1. Tujuan Keperawatan
Setelah melakukan tindakan keperawatan, perawat dapat merawat pasien
isolasi sosial.
2. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan system pendukung utama bagi pasien untuk dapat
membantu pasien mengatasi masalah isolasi sosial karena keluargalah
yang selalu bersama-sama dengan pasien.
Tindakan keluarga agar keluarga dapat merawat pasien isolasi sosial
dirumah meliputi hal-hal berikut :
a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Jelaskan tentang :
1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya bagi pasien
2) Penyebab isolasi sosial
3) Cara-cara merawat pasien isolasi sosial :
a) Bina hubungan saling percaya
b) Berikan semangat dan dorongan kepada pasien
c) Tidak membiarkan perawat sendiri dirumah
d) Buat rencana / jadwal bercakap-cakap

Bantu keluarga pasien untuk mempraktikkan cara merawat pasien


yang telah dipelajari dan mendiskusikan masalah yang di hadapi.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 103


SP 1 Keluarga

Hari / Tanggal :

Interaksi ke :

Ruangan :

Tindakan Keperawatan : Memberikan PENKES kepada keluarga mengenai


Mengenai masalah isolasi sosial, penyebab isolasi
Sosial,
Dan cara merawat pasien isolasi sosial.
1. Fase Orientasi
Selamat pagi bapak/ibu,perkenalkan nama saya perawat Nensy Herlinda
Andriyani, saya senang dipanggil dengan nama suster Nensy, saya yang
merawat O diruang cempaka ini.
Nama bapak /ibu siapa ? senang di panggil apa ?
Bagaimana perasaan bapak/ibu sekarang ? bagaimana kalau kita berbincang-
bincang tentang masalah anak bapak/ibu dan cara perawatannya ?
Kita diskusikan disini saja ya. Berapa lama bapak/ibu punya waktu ?
Bagaimana kalau 30 menit ?
2. Fase Kerja
Apa masalah yang bapak/ibu hadapi dalam merawat O ? Aapa saja yang
sudah bapak/ibu lakukan ?
Masalah yang di hadapi oleh O disebut isolasi sosial. Isolasi sosial adalah
salah satu gejala penyakit yang juga di alami oleh pasien-pasien gangguan
jiwa yang lain. Tanda-tandanya antara lain, tidak mau bergaul dengan orang
lain, mengurung diri, dan kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah
menunduk. Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang
mengecewakan ketika berhubungan dengan orang lain. Seperti sering di
tolak, tidak dihargai, atau berpisah dengan orang-orang yang dicintai. Jika
masalah isolasi sosial tidak diatasi seseorang dapat mengalami halusinasi.
Yakni mendengar suara atau melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada.
Untuk menghadapi keadaan yang demikian bapak dan anggota keluarga
lainnya harus sabar menghadapi O. untuk merawat O keluarga perlu
melakukan beberapa hal, pertama, keluarga harus membina hubungan saling
percaya dengan O, dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 104


memberikan semangat dan dorongan kepada O untuk dapat melakukan
kegiatan bersama orang lain. Selanjutnya jangan biarkan O sendiri, buatlah
rencana aau bercakap-cakap dengan O misalnya ibadah bersama, makan
bersama, rekreasi bersama, atau melakukan kegiatan ibadah rumah tangga
bersama. Nah, bagaimana sekarang kita latihan melakukan semua cara itu ?
begini contoh komunikasinya. Bapak/ibu lihat sekarang kamu sudah bisa
bercakap-cakap dengan orang lain, perbincangannya juga lumayan lama.
Bapak/ibu senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak, coba kamu
berbincang-bincang dengan yang lain, Bagaimana nak O kamu mau
mencobanya ? “ Nah, coba sekarang bapak/ibu peragakan cara
berkomunikasi seperti yang saya contohkan ! Bagus, Bapak/ibu telah
memperagakan dengan baik sekali !”
“ sampai disini ada yang ingin ditanyakan “.
3. Fase Terminasi
“ Baiklah waktunya sudah habis. Bagimana perasaan Bapak/ibu setelah kita
latihan tadi?”
“ Coba bapak/ibu ulangi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-
tandanya. Selanjutnya dapatkah bapak/ibu sebutkan kembali cara-cara
merawat anak bapak/ibu yang mengalami isolasi sosial ?
“ Bagus sekali, Bapak/ibu dapat menyebutkan kembali cara-cara perawatan
tersebut, nanti kalau ketemu O. Coba Bapak/ibu lakukan dan tolong ceritakan
kepada semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama.
“ Bagaimana kalau kita bertemu tiga hari lagi untuk sering latihan dengan O.

Format Penilaian SPTK Keluarga 1 Isolasi Sosial (Menjelaskan


pengertian ISOS dan cara merawat)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
7. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
8. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
15. Memberikan salam terapeutik 3
16. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 6
perawat
17. Menyampaikan tujuan interaksi 5
18. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 105


C Fase Kerja (40%)
11. Menanyakan masalah yang dirasakan oleh 6
keluarga dalam merawat klien
12. Menjelaskan pengertian Isolasi Sosial 8
13. Menjelaskan tanda dan gejala Isolasi Sosial 8
14. Menjelaskan proses terjadinya Isolasi Sosial 8
15. Menjelaskan cara-cara merawat klien Isolasi 10
Sosial
D Fase terminasi
10. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
11. Melakukan rencana tindak lanjut 6
12. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
13. Berhadapan dan kontak mata 2
14. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
15. Mempertahankan jarak terapeutik 2
16. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 106


SP 2 Keluarga

Hari / Tanggal :

Interaksi ke :

Ruangan :

Tindakan Keperawatan : Melatih keluarga cara merawat pasien isolasi sosial

Langsung dihadapan pasien.


1. Fase Orientasi
“ selamat pagi bapak/ibu. Bagaimana perasaan Bapak/ibu hari ini ?
“ Bapak/ibu masih ingat latihan merawat anak Bapak/ibu seperti yang kita
pelajari beberapa hari yang lalu ?
“ Mari praktikkan langsung pada O ! Bapak/ibu punya waktu berapa lama?
“ Baik kiata akan coba 30 menit “.
Sekarang mari kita temui O.
2. Fase Kerja
“ Selamat pagi O, Bagaimana perasaan O hari ini ?
“ Bapak/ibu O datang membesuk dan memberi salam ! Bagus tolong O
tunjukkan jadwal kegiatannya ( Kemudian Bapak/ibu berbicara kepada
keluarga sebagai berikut )
“ Nah, sekarang Bapak/ibu dapat mempraktikkan apa yang sudah kita latih
beberapa hari yang lalu.
( Perawat mengobservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
seperti yang telah di latihkan pada pertemuan yang sebelumnya .
“ Bagaimana perasaan O setelah berbincang-bincang dengan bapak/ibu O .
“ Baiklah sekarang saya dan orang tua O keruang perawat dulu.
3. Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaan Bapak/ibu setelah kita latihan tadi ? Bapak/ibu sudah
bagus melakukannya “.
“ Mulai sekarang Bapak/ibu sudah dapat melakukan cara merawat tersebut
kepada O “.
“ Tiga hari lagi kita bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari.
“ Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang yah pak/bu.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 107


Format Penilaian SPTK Keluarga 2 DPD (Melatih keluarga cara merawat
klien)
No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai
A Fase Pra-Interaksi (10%)
7. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
8. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
14. Memberikan salam terapeutik 3
15. Menyampaikan tujuan interaksi 6
16. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
7. Melatihkan keluarga mempraktikkan cara merawat 20
klien dengan Isolasi Sosial
8. Melatih keluarga melakukan cara merawat 20
langsung dihadapan klien dengan Isolasi Sosial
9. Memberikan pujian yang wajar atas keberhasilan 5
keluarga
D Fase terminasi
22. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 3
objektif)
23. Melakukan rencana tindak lanjut 6
24. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
29. Berhadapan dan kontak mata 2
30. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
31. Mempertahankan jarak terapeutik 2
32. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( _______________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 108


Sp 3 kelurga
Hari/tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : klien tampak berinteraksi dengan orang lain, respon
verbal
meningkat dapat mengontrol halusinasi.
Topik : membuat perencanaan pulng bersama keluarga
Tujuan : keluarga dapat membuat perencanaan pulan bersama
perawat
Tindakan : membuat perencanaan pulan bersama keluarga
1) Tahap Orientasi
“selamat pagi Bapak/Ibu karena J sudah boleh pulang maka sesuai janji kita
sekurang bertemu untuk membicarkan jadwal J selama dirumah.
“Bagimana Bapak/Ibu selama Bapak/Ibu membesuk apakah sudah
mempraktikan cara merawat J?
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal J dirumah ? mari kita duduk diruangan
perawat.
“Berapa lama Bapak/Ibu mau kita bercakap-cakap ! Bagimana kalau 30
menit?”
2) Tahap kerja
“ini jadwal kegiatan J di rumah sakit, jadwal ini dapat dilanjutkan dirumah
dicoba Bapak/Ibu lihat mungkinkan dilakukan dirumah siapa yang kira-kira
akan memotivasi dan mengingatkan Bapak/Ibu, jadwal yang telah dibuat
selama J dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas
maupun minum obatnya”
“Hal-hal yang harus perhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh anak ibu dan bapak selama dirumah misalnya kalau J terus- menerus
mendengarkan suara-suara yang menganggu dan tidak memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain jika hal ini terjadi segera hubungi suster
dipuskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telponnya 0651-6654-
768.
3) Tahap Terminasi
“bagaimana Bapak/Ibu ? ada yang ingin ditanyakan ?
“coba Bapak/Ibu sebutkan cara-cara merawat J dirumah?”

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 109


“bagus ( jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat) ini jadwalnya
untuk dibawa pulang, selanjutnya silahkan ibu menyelesaikan administrasi
yang dibutuhkan kami siakan J untuk pulang.

Format Penilaian SPTK Keluarga 3 DPD (Membuat Perencanaan Pulang)

No. Fase Komunikasi Skor Ya Tidak Nilai


A Fase Pra-Interaksi (10%)
7. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, dua 5
unsur: Proses Kep & Strategi Komunikasi)
8. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
14. Memberikan salam terapeutik 3
15. Menyampaikan tujuan interaksi 5
16. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
11. Memperlihatkan jadwal harian klien kepada 5
keluarga
12. Membantu keluarga membuat jadwal harian 20
dirumah termasuk minum obat
13. Menjelaskan tindak lanjut pada klien setelah 20
pulang
D Fase terminasi
25. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif dan 10
objektif)
26. Melakukan rencana tindak lanjut 5
27. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
33. Berhadapan dan kontak mata 2
34. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
35. Mempertahankan jarak terapeutik 2
36. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 3
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 110


DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati, S.Kep dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan

gangguan jiwa, Jakarta : cv trans Info media

Dermawan, Deden., Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa, konsep dan Kerangka

Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen publisher

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 111


PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA
PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian
Prilaku kekerasan adalah suatu tindakan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain ( Yoseph,2017 ).
Prilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah
atau ketakutan (panik) prilaku agresif dan prilaku kekerasan itu sering
dipandang sebagai suatu rentang dimana agresif verbal disuatu sisi dan
prilaku kekerasan ( vidence ) disisi yang lain.

B. Rentan Respon Marah


Adaptif Maladaftif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/marah

1. Asertif
Suatu cara berperilaku dimana perasaan dan pandangan yang di punyai
diungkapkan secara terus terang tanpas melukai perasaan orang lain atau
tanpa merendahkan harga diri dan martabat orang lain, atau kemarahan
yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
2. Frustasi
Suatu proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang dalam
mencapai keinginannya, cara yang sehat bila seseorang mengalami
frustasi yaitu dapat menerima atau menunda buat sementara pemenuhan
kebutuhan tersebut sambil menunggu adanya kesempatan yang
memungkinkan jika sesorang tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu
dengan cara yang wajar, mengindahkan orang lain dan keadaan sakitnya,
atau kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat.
3. Pasif
Suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu mengungkapkan
perasaannya sebagai usaha untuk mempertahankan.

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 81


4. Agresif
Suatu perilaku yang menyertai rasa marah, merupakan dorongan mental
untuk bertindak, dapat secara konstruktif maupun destruktif dan masih
terkontrol perilaku agresif ini dibedakan dalam 2 kelompok yaitu pasif
agresif dan agresif. Gejala pasif agresif dinyatakan dengan sikap yang
suka menghambat, bermalas-malasan, bermuka asam, keras kepala
pendendam dan sebagainya. Sedangkan tingkah laku agresif dinyatakan
suka membantah, menolak setiap semua penjelasan, sikap menentang,
bicara kasar, cenderung menuntut secara terus menerus, bertingkah laku
kasar disertai kekerasan.
5. Amuk/marah
(Vialent) rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai dengan
kehilangan kontradiri. Perilaku klien pada keadaan ini adalah perilaku yang
merusak baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Karakteristik Pasif Asertif Amuk
Nada bicara  Negative  Positif  Berlebihan
 Menghina diri  Menghargai diri  Menghina
 Dapatkah saya sendiri orang lain
lakukan?  Saya dapat/akan  Anda
 Dapatkah ia lakukan selalu/tidak
lakukan? pernah?
Nada suara  Diam  Diatur  Tinggi
 Lemah  Menuntut
 Merengek
Sikap tubuh  Melorot  Tegak  tegang
 Menundukan  relaks  bersandar
kepala kedepan

Personal  orang lain dapat  menjaga jarak yang  memiliki


space masuk pada menyenangkan territorial orang
territorial  mempertahankan lain
pribadinya hak tempat/teritorial
Gerakan  minimal  memperlihatkan  mengancam,
 lemah gerakan yang ekspansi

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 82


 resah sesuai gerakan
Kontak mata  sedikit/ tidak  sesekali (intermiten)  melotot
ada sesuai dengan
kebutuhan interaksi

C. Proses Terjadinya Kemarahan

Ancaman atau kebutuhan

Stres

Cemas

Marah

Merasa kuat Mengungkapkan secara vertikal Merasa tidak adekuat

Menantang Menjaga kebutuhan Menantang orang lain

Masalah tidak selesai Lega Mengingkari marah

Marah ketengangan Marah tidak terungkap

Berkepanjangan menurun

Rasa marah teratasi

Muncul rasa bermusuhan

Rasa Bermusuhan menahun

Marah pada diri

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 83


Sendiri
Marah pada orang
Orang lain/ Lingkungan

Depresi psikosomatik Agresif / Mengamuk

D. Manifestasi Klinis
1. Muka merah dan tegang
2. Mengatupkan rahang dengan kuat
3. Mengepalkan tangan
4. Jalan mondar-mandir
5. Bicara kasar
6. Suara tinggi, menjerit atau teriak
7. Mengancam secara verbal atau fisik
8. Melempar / memukul benda / orang lain
9. Merusak barang
10. Tidak mampu mencegah

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 84


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

PERILAKU KEKERASAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2013), masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh
factor predispoisis factor yang (melatarbelakangi munculnya masalah) dan
factor presipitasi (factor yang memicu adanya masalah)
Didalam fakotr predisposisi terdapat beberapa factor yang menyebabkan
terjadinya masalah perilaku kekerasan.
a. Faktor psikologis
1) Psychoanalytical Theory
Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari
instinctual drives. Freud berendapat bahwa perilaku manusia
dipengaruhi 2 insting. Pertama, insting hidup yang dipengaruhi di
ekspresikan dengan seksualitas dan kedua, insting hidup di
ekspresikan dengan agresifitas.
2) Frustalion-agresion Theory
Mengatakan bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu
usaha/tujuan mengalami hambatan maka timbul dorongan agresif
yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku melukai.
b. Factor social budaya
Sosial learning theory (Bandara) mengemukakan bahwa agresif tidak
berbeda dengan respon-respon yang lain. Dapat dipelajari melalui
observasi insitasi, dan semakin sering mendapatkan pengelatan maka
semakin besar kemungkinan untuk terjadi.
Contoh internal :
Seorang anak yang marah karena tidak boleh makan es krim kemudian
ibunya memberi es agar anaknya berhenti marah. Anak tersebut akan
belajar bahwa bila ia marah maka ia akan mendapatkan apa yang ia
mau.
Contoh eksternal :
Seorang anak menunjukan perilaku agresif setelahh ia melihat
orang dewasa berperilaku agresif terhadap boneka.
c. Factor Biologis

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 85


Penelitian neurobologi mendapatkan bahwa dorongang agresifitas
mempunyai dasar biologis. Dibuktikan dengan pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (sistim limbik) binatang ternyata
menimbulkan perilaku agresif. Stimulus yag diberikan menyebabkan
seekor kucing mengeluarkan cakar, mengangkat ekornya, mendesis,
bulunya berdiri, mengeram, matanya terbuka lebar, pupilnya dilatasi,
dan hendak menerkam tidak atau objek disekitarnya.
Faktor-faktor yang mendukung :
1) Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
2) Sering mengalami kegagalan
3) Kehidupan yang penuh tindakan agresif
4) Lingkungan yang tidak konduktif (bising, padali)
2. Faktor Prepisitasi
Seorang akan berespon berupakan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut berup marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injuri secara fisik atau ancaman
terhadap konsep diri. Ancaman dapat berupa internal maupun eksternal :
Stresor Eksternal :
a. Kehilangan hubungan yang bermakna
b. Ktitikan dari orang lain
Stressor Internal :
a. Gagal dalam pekerjaan
b. Kehilangan orang yang dicintai
c. Ketakutan terhadap penyakit yang diderita
3. Faktor Resiko
NANDA (2016) menyatakan factor-faktor resiko dari resiko perilaku
kekerasan terhadap diri sendiri dan resiko perilaku kekerasan terhadap
orang lain.
a. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed
violence)
1) Usia ≥ 45 tahun
2) Usia 15-19 tahun
3) Isyarat tingkah laku (menulis catatan cinta yang sedih, menyatakan
pesan bernada kemarahan kepada orang tertentu yang telah
menolak individu tersebut dll)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 86


4) Konflik mengenai orientasi seksual
5) Konflik dalam hubungan interpersonal
6) Pengangguran atau kehilangan pekerjaan nya (masalah pekerjaan)
7) Terlibat dalam tindakan seksual autoerotic
8) Sumber daya personal yang tidak memadai
9) Gangguan psikologis
10) Isolasi social

b. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed


violence)
1) Akses atau ketersedian senjata
2) Riwayat penyalahgunaan zat
3) Riwayat menyaksikan kekerasan dalam keluarga
4) Impulsive
5) Gangguan neurologi (trauma kepala, gangguan serangan, kejang dan
lain-lain)

B. Pohon Masalah

Resiko mencinderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

C. Diagnosis Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri b/d gangguan dengan
psikologis
2. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain b/d pola perilaku kekerasan
terhadap orang lain
3. Ketidakefektifan koping b/d ketidakmampuan mengatasi masalah
4. Distress spiritual b/d Marah

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 87


STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

KLIEN DENGAN PRILAKU KEKERASAN

Sp 1 pasien

Hari / tanggal :

Interaksi ke :

Kondisi klien : Klien tampak tegang, muka merah, mata melotot, mata
mengepal, jalan mondar-mandir dan rahang mengatup.

Topik : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi


penyebab, tanda gejala, akibat dan cara pengendalian
prilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (latihan
nafas dalam).

Tujuan :

1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab dan tanda-


tanda perilaku kekerasan.
2. Pasien dapat menyebutkan jenis, akibat dan cara
mencegah perilaku kekerasan.
Tindakan :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku
kekerasan sekarang dan yang lalu.
3. Diskusikan perasaan tanda dan gejala yang dirasakan
pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
4. Diskusikan bersama pasien akibat dan cara
mengendalikan perilaku kekerasan.
5. Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan
secara fisik (latihan nafas dalam).

A. Tahap orientasi
“ Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya bonifasia julan bapak bisa
panggil saya julan. Saya perawat yang di nas diruangan enggang ini. Hari ini

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 88


saya dinas pagi dari jam7 pagi sampai jam 2 siang. Saya akan merawat
bapak selama bapak dirumah sakit ini. Nama bapak siapa? Senang dipanggil
apa?“ Bagaimana perasaan bapak hari ini, masih ada perasaan kesal atau
marah? Apa yang terjadi dirumah bapak?“ Baik sekarang kita akan berbicang-
bincang tentang perasaan marah bapak”. “Berapa lama bapak mau
berbincang-bincang. Bagaimana kalau 20 menit? “Bagimana kita berbincang-
bincang diruang tamu?”
B. Tahap kerja
“Apa yang menyebabkan bapak A marah seperti ini? Apakah sebelumnya
bapak A pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan
sekarang? O.... jadi ada 2 penyebab bapak marah”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti apa bapak A pulang kerumah dan
istri belum menyiedikan makanan (misalnya ini penyebab marah pasien).
“Apakah bapak A merasa kesal keudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat dan tangan mengepal?” “Setalah itu apa yang
bapak rasakan?” “Jadi bapak A memukuli istri dan memecahkan piring?
Apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu saja tidak, apa
kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-
piring pecah.” “Menurut bapak A adakah cara lain yang lebih baik? Maukah
bapak A belajar menggunakan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?” “Ada beberapa cara untuk mengendalikankemarahan pak. Salah
satunya adalah cara fisik, jadi melalui kegiatan fisik, rasa marah disalurkan.”
“Begini pak, kalau tanda merah sudah bapak rasakan lalu keluarkan perlahan-
lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo silahkan bapak
coba, tarik dari hidung, bagus... tahan tiup melalui mulut lakukan lagi bapak.
Nah bagus !, lakukan 5 kali, bagus bapak A sudah melakukannya. Bagaimana
perasaannya?” “Nah, sebaikanya latihan ini bapak lakukan secara rutin
sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak A sudah terbiasa
melakukannya.”
C. Tahap terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?” “Iya, jadi dua penyebab bapak marah...(sebutkan ) dan yang bapak
rasakan....(sebutkan) dan yang bapak lakukan...(sebutkan) serta
akibatnya...(sebutkan) “Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi
penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah. Dan

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 89


jangan lupa untuk latihan nafas dalam ya pak!” “Sekarang kita buat jadwal
latihan ya pak, berapa kali bapak mau latihan nafas dalam?” “Baik bagaimana
kalau dua jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah terjadinya kemarahan bapak.” “Tempatnya bapak mau dimana?
Bagaimana kalau disini lagi?” “Baik, saya pamit ya pak, selamat pagi.”

Format Penilaian SPTK 1 Perilaku Kekerasan (Menjelaskan pengertian


Perilaku Kekerasan dan cara merawat)
No Fase Komunikasi Skor Ya Tida Nilai
. k
A Fase Pra-Interaksi (10%)
7. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, 5
dua unsur: Proses Kep & Strategi
Komunikasi)
8. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
16. Memberikan salam terapeutik 3
17. Memperkenalkan diri/ mengingatkan 4
nama perawat dan klien
18. Menyampaikan tujuan interaksi 5
19. Menanyakan perasaan klien dan validasi 4
masalah klien
20. Melakukan kontrak waktu, tempat dan 4
topik
C Fase Kerja (40%)
1. Mengidentifikasi Penyebab PK 5
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK 5
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan 5
4. Mengidentifikasi akibat PK
5. Menyebutkan cara mengendalikan PK 5
6. Membantu klien mempraktikan latihan fisik I : 15
tarik napas dalam
7. Menganjurkan klien memasukan dalam 5
jadwal kegiatan harian
D Fase terminasi
10. Mengevaluasi respon klien (secara 3
subyektif dan objektif)
11. Melakukan rencana tindak lanjut 6
12. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya 6
:

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 90


a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik 2
4. Menggunakan kata-kata yang mudah 3
dimengerti
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 91


Sp 2 pasien
Hari / tanggal :
Interaksi :
Kondisi klienklien : Tampak tegang, muka merah, mata melotot, mata
mengepal, jalan mondar-mandir dan rahang mengatup.
Topik :membantu klien melatih memgendalikan perilaku
kekersan dengan cara fisik (evaluasi latihan nafas dalam,
dan pukul kasur dan bantal serta menyusun jadwal
kegiatan hari kedua)
Tujuan : pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan secara
fisik
Tindakan :bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara fisik kedua.
A. Tahap orientasi
“Selamat pagi pak A, sesuai dengan janji sya dua jam yang lalu sekarang
saya datang lagi. Bagaimana perasaan bapak saat ini adakah hal yang
membuat bapak marah?” “Baik sekarang kita akan belajar cara pengendalian
perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua. Mau berapa
lama? Bagaiman kalau 20 menit ? dimana bapak , mau berbicang-bincang.”
B. Tahap kerja
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam bapak juga dapat memukul
kasur dan bantal.” “Sekarang, mari kita latihan memukul kasur dan bantal,
marikita kekamar bapak, kamar bapak dimana, bisa antarkan saya kesana,
jadi begini nanti kalau bapak kesal dan ingin marah, langsung kekamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal , ya bagus
, coba lagi bapak, ya bagus sekali lagi bapak melakukannya kesalahan
lampiaska kekasur dan bantal, nah, cara ini pun dapat dilakukan secara rutin
juga ada perasaan marah. Kemudian jangan merapikan tempat tidurnya.
C. Tahap terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi
sudah ada beberapa cara yang sudah kita latih, coba sebutkan? lagi bagus!”
“Mari kita masukan dalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Bagaimana
kalau setiap mau tidur? Baik jam 5 sore dan 3 sore. Lalui kalau ada keinginan
marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak.” “Besok jam 10 pagi,

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 92


kita ketemu lagi, kita akan latihan cara mengendalikan marah dengan belajar
bicara yang baik.” “Sampai jumpa lagi pak, selamat pagi.”
Format Penilaian SPTK 2 Perilaku Kekerasan (Mengajarkan cara fisik II :
Pukul kasur dan bantal)
No Fase Komunikasi Skor Ya Tida Nilai
. k
A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, 5
dua unsur: Proses Kep & Strategi
Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 4
2. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 5
perawat dan klien
3. Menanyakan perasaan klien dan validasi 5
masalah klien
4. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Mengidentifikasi Penyebab PK 5
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK 5
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan 5
4. Mengidentifikasi akibat PK
5. Menyebutkan cara mengendalikan PK 5
6. Membantu klien mempraktikan latihan fisik I : 15
pukul bantal dan kasur
7. Menganjurkan klien memasukan dalam 5
jadwal kegiatan harian
D Fase terminasi
13. Mengevaluasi respon klien (secara 3
subyektif dan objektif)
14. Melakukan rencana tindak lanjut 6
15. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya 6
:
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 93


3. Mempertahankan jarak terapeutik 2
4. Menggunakan kata-kata yang mudah 3
dimengerti
TOTAL NILAI 100

Sp 3 pasien
Hari / tanggal :
Interaksi :
Kondisi klien : klien tampak tegang, dan sudah dapat mengontrol prilaku
kekerasannya dengan cara fisik
Topik :Membantu pasien memgendalikan perilaku kekerasan
secara sosial dan cara mengungkapkan rasa marah seara
verbal.
Tujuan :
1. pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan
secara social
2. pasien dapat mengungkapkan rasa marah seara
verbal.

Tindakan : membantu pasien memgendalikan perilaku kekerasan


secara sosial dan cara mengungkapkan rasa marah seara
verbal.

A. Tahap orientasi
“selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang kita ketemu
lagi bagaiman pak, sudah dilakukan latihan nafas dalam dan pukul bantal dan
kasur. Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan teratur? Apakah rasa
marahnya sudah berkurang? Coba saya lihat jadwal hariannya. Bagus! Nah
kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M artinya mandiri, kalau
diingatkan suster baru dilakukan tulis B artinya belum dapat melakukan.
Bagaimana sekarang kita latihan cara berbicara yang baik untuk mencegah
marah? Dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
B. Tahap kerja
“Sekarang, kita latihan cara berbicara yang baik untuk mencegah marah kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur atau

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 94


bantal, dan sudah lega, kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita
marah.
Ada tiga cara pak:
1. meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah dan
tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak bilng penyebab
marahnya karena istri tidak memberi uang. Coba bapak minta uang dengan
baik katakan “bu, saya perlu uang untuk membeli leh” coba bapak
praktekan, bagus pak!
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh bapak, dan bapak tidak
ingin melakukannya . katakan “ maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjakan” coba bapak praktekan, bagus pak !”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal dapat mengatakan “ saya jadi marah dengan perkataan mu
itu” coba praktekan, bagus!
C. Tahap terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang bagaimana
mengendalikan marah dan bicara yang baik? Coba bapak sebutkan lagi cara
bicara yang baik yang telah kita pelajari! Bagus sekali! Sekarang Mari kita
masuk kedalam jadwal harian, bapak mau berapa kali latihan bicara yang
baik? Coba masukan kedalam jadwal latihan sehari-hari, misalnyasaat minta
obat,uang dll. Bagus nanti dicoba ya pak!” “bagaimana dua jam lagi kita
bertemu? Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa
marah bapak, yaitu dengan cara beribadah, bapak setuju? Mau dimana pak?
Disini lagi ? baik kalau begitu saya pamit, sampai nanti ya pak”
Format Penilaian SPTK 3 Perilaku Kekerasan (Mengajarkan cara Verbal/
sosial)
No Fase Komunikasi Skor Ya Tida Nilai
. k
A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, 5
dua unsur: Proses Kep & Strategi
Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 3
2. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 5

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 95


perawat dan klien
3. Menanyakan perasaan klien dan validasi 6
masalah klien
4. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 5
2. Melatih klien mengendalikan PK dengan cara 30
verbal : *
a. Mengungkapkan rasa marah dengan baik
b. Meminta dengan baik
c. Menolak dengan baik
3. Menganjurkan klien untuk memasukan dalam 5
jadwal kegiatan harian
D Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif 4
dan objektif)
2. Melakukan rencana tindak lanjut 5
3. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
1. Berhadapan dan kontak mata 2
2. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
3. Mempertahankan jarak terapeutik 2
4. Menggunakan kata-kata yang mudah 3
dimengerti
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 96


Sp 4 pasien

Hari / tanggal :
Interaksi :
Kondisi klien : klien tampak tenang, ketegangan sudah mulai berkurang,
sudah dapat mengontrol prilaku kekerasannya.
Topik : membantu pasien memgendalikan perilaku kekerasan
secara spiritual
Tindakan : membantu pasien memgendalikan perilaku kekerasan
secara spiritual

A. Tahap orientasi
“ selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu, sekarang kita
akan berlatih ya pak. Bagaimana pak latihan apa yang sudah dilakukan? Apa
yang dirasakan setelah latihan secara teratur? Bagus sekali, sekarang
bagaimana sekarang rasa marahnya? Bagaimamana kalau sekarang kita
latihan cara lain untuk mencegah rasa marah itu dengan ibadah sesuai agama
bapak? Dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat tadi?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30
menit? Baik.
B. Tahap kerja
“ coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan? Bagus baik yang
mana yang mau dicoba? Kalau bapak sedang marah coba bapak langsung
duduk dan coba tarik nafas dalam. Kegiatan ibadah mana yang mau dicoba
selama berada dirumah sakit? Coba pilih dua kegiatan yang ingin bapak
lakukan “mari coba lakukan, bagus sekali!. “ bapak bisa melakukan ibadah
secara teratur untuk meredakan marah.”
C. Tahap terminasi
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ke 4 ini. Jadi sudah berapa cara mengendalikan marah yang kita pelajari?
Bagus! Mari kita masukan kegiatan ibadah. Coba bapak sebutkan lagi
kegiatan ibadah yang bapak lakukan saat merasa marah. Setelah ini coba
bapak lakukan jadwal ibadah sesuai jadwal yang telah kita buat tadi dan
perhatiakan apakah rasa marah bapak berkurang. Besok kita ketemu lagi ya
pak! Nanti kita bicara lagi cara ke 5 mengendalikan rasa marah, yaitu dengan
patuh minum obat. Jam berapa bapak mau? Bagaimana kalau jam 8 pagi

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 97


pak? “dimana kita berbincang-bincang bagaimana kalau ditempat ini lagi,
sampai jumpa lagi pak”.

Format Penilaian SPTK 3 Perilaku Kekerasan (Mengajarkan cara Spiritual)


No Fase Komunikasi Skor Ya Tida Nilai
. k
A Fase Pra-Interaksi (10%)
1. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, 5
dua unsur: Proses Kep & Strategi
Komunikasi)
2. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
1. Memberikan salam terapeutik 3
2. Memperkenalkan diri/ mengingatkan nama 5
perawat dan klien
3. Menyampaikan tujuan interaksi 5
4. Menanyakan perasaan klien dan validasi 6
masalah klien
5. Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik 6
C Fase Kerja (40%)
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 5
2. Melatih klien mengendalikan PK dengan cara 25
spiritual
3. Menganjurkan klien untuk memasukan dalam 5
jadwal kegiatan harian
D Fase terminasi
4. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif 3
dan objektif)
5. Melakukan rencana tindak lanjut 6
6. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
5. Berhadapan dan kontak mata 2
6. Membungkuk kearah klien, terbuka dan rileks 3
7. Mempertahankan jarak terapeutik 2
8. Menggunakan kata-kata yang mudah 3
dimengerti
TOTAL NILAI 100

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 98


...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 99


Sp 5 pasien
Hari / tanggal :
Interaksi :
Kondisi klien : klien sudah mulsi tampak rilek dan sudah mau menatapi
sudah dapat mengontrol prilaku kekerasannya. Secara fisik
dan spiritual
Topik : membantu pasien memgendalikan perilaku kekerasan
dengan obat
Tujuan : pasien dapat memgendalikan perilaku kekerasan dengan
obat
Tindakan : membantu pasien latiha memgendalikan perilaku
kekerasan dengan obat

A. Tahap orientasi
“ selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin, hari ini kita ketemu lagi
bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal,
bicara yang baik serta beribadah? Apakah yang dirasakan setelah latihan
secara teratur coba kita cek kegiatannya.bagus! berkurang rasa marahnya? “
bagaimana kalau kita sekarang bicara dan latihan cara minum obat yang
benar untuk mengendalikan rasa marah? Dimana kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit?
B. Tahap kerja
“ (perawat membawa obat pasien). “ bapak sudah dapat obat dari
dokter? Berapa macam obat bapak minum? Obatnya ada 3 macam warnanya
apa saja? Jam berapa bapak minum? Ada 3 macam, warna yang orange
namanya cp2 gunanya agar pikiran tenang, yang putih namanya THP agar
bapak rilek dan tidak tegang, dan yang warna merah jambu namanya THP
agar rasa marah berkurang semua ini harus bapak minum 3 kali sehari. Pukul
7 pagi, 1 siang dan 7 malam. Jika nanti setelah minum obat mulut bapak bisa
mengisap es batu atau air putih dan jika mata terasa berkunang-kunang,
bapak sebaikanya istirahat dan jangan beraktifitas dulu”.
“ nanti setelah dirumah minum obat ini, bapak lihat dulu label dikotak obat
apakah benar nama bapak yang tertulis dilabel itu, berapa dosis yang
harus diminum. Baca juga nama obat apakah sudah benar? Disini minta
obat sama suster kemudian dicek lagi apakah benar obatnya! Jangan

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 100


pernah menghentikan minum sebelum berkonsultasi dengan dokter
karena dapat terjadi kekambuhan. Sekarang kita masukan waktu minum
obatnya kedalam jadwal ya pak!
C. Tahap terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minm
obat yang Benar ?” “ coba bapak sebutkan lagi jenis obat yang bapak minum
bagaimana cara minum obat yang benar ? Nah sudah berapa cara
mengendalikan perasaan marah yang sudah kita pelajari ? sekarang kita
tambahkan jadwal kegiatan dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan
dengan teratur ya. Baik besok kita ketemu lagi untuk melihat sejak mana
bapak melaksanakan kegiatan dan sejah mana bapak dapat mencegah rasa
amarah, sampai jumpa”
Format Penilaian SPTK 5 Perilaku Kekerasan (Patuh Obat)
No Fase Komunikasi Skor Ya Tida Nilai
. k
A Fase Pra-Interaksi (10%)
5. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, 5
dua unsur: Proses Kep & Strategi
Komunikasi)
6. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
9. Memberikan salam terapeutik 3
10. Memperkenalkan diri/ mengingatkan 3
nama perawat dan klien
11. Menyampaikan tujuan interaksi 4
12. Menanyakan perasaan klien dan validasi 4
SP sebelumnya
13. Melakukan kontrak waktu, tempat dan 6
topik
C Fase Kerja (40%)
8. Mengevaluasi jadwal harian 5
9. Membantu klien mengendalikan PK dengan 40
cara minum obat *
a. Guna obat
b. Akibat putus obat
c. Lima benar obat ( nama klien, dosis,
waktu, cara minum)
D Fase terminasi
7. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif 3
dan objektif)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 101


8. Melakukan rencana tindak lanjut 6
9. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
9. Berhadapan dan kontak mata 2
10. Membungkuk kearah klien, terbuka dan 3
rileks
11. Mempertahankan jarak terapeutik 2
12. Menggunakan kata-kata yang mudah 3
dimengerti
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 102


Sp 1 Keluarga
Hari / Tanggal :

Interaksi Ke :

Kondisi Klien : klien sudah tampak rilexs dan dapat mengontrol prilaku

Kekerasannya secara fisik,spritual, dan obat

Topik :memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga


tentang cara merawat pasien prilaku kekerasan dirumah

Tujuan :keluarga dapat merawat pasien dirumah

Tindakan :

1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam


merawat pasien
2. Diskusikan bersama keluarga kondisi pasien yang
perlu segera dilaporkan kepada perawat
3. Diskusikan bersama keluarga tentang prilaku
kekerasan dirumah
4. Membantu latihan keluarga dalam merawat pasien
prilaku kekerasan
A. Tahap orientasi
“ selamat pagi,perkenalkan nama saya julan,saya perawat diruangan ini
enggang ini, saya akan merawat bapak ( pasien ). Nama ibu siapa ? senang
dipanggil apa ?” bisa kita berbincang-bincang masalah ibu hadapi ? berapa
lama bu kita berbincang-bincang,bu? Bagaimana kalau diruang perawat? “
B. Tahap kerja
“Bu, apa masalah yang ibu hadapi dalam merawat bapak? Apa yang ibu
lakukan ? Baik bu, saya akan jelaskan tentang marah bapak dan yang perlu
diperhatikan bu. Marah adalah satu perasaan yang wajar, tetapi jika tidak
disalrkan dengan benar akan membahayakan diri sendiri,orang lain,dan
lingkungan. Hal yang menyebabkan suami ibu marah dan mengamuk adalah
kalau ia merasa direndahkan dan keinginannya tidak terpenuhi. Tanda orang
marah adalah tampak tegang dan marah,kemudian kelihatannya gelisah
kemudian setelah itu ia akan melampiaskan dengan membanting perabotan
rumah tangga ata memukul,berbicara kasar. kalau sedang marah apa yang

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 103


terjadi dengan bapak? Lalu apa yang bapak lakukan saat marah? Jika hal
tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang,bicara lembut,tetapi tegas,jangan
lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar bapak seperti
pisau dan gelas. Jahkan juga anak-anak kecil dari bapak. Jika bapak masih
marah dan mengamuk segera bawa ke puskesmas ata RSJ setelah
sebelumnya diikat dulu ( ajarkan caranya kepada keluarga ). Jangan meminta
bantuan orang lain saat mengangkat bapak ya, bu lakukan dengan tidak
menyakiti bapak,dan jelaskan alasan yaitu agar bapak tidak menciderai diri
sendiri,orang lain,dan lingkungan. Nah ibu,ibu sudah liat yang saya ajarkan
kepada bapak bila ada tanda kemarahan itu muncul ibu bisa membantu bapak
dengan cara mengingatkan jadwal latihan cara mengendalikan marah yang
sudah dibuat, yaitu secara fisik,verbal,spritual,dan obat teratur kalau bapak
bisa latihannya dengan baik jangan lupa dipuji ya bu”.
C. Tahap terminasi
“ Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat
bapak. Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak. Setelah ini coba ibu
ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk bapak ya,bu.” “Bagaiman kita ketemu
dua hari lagi untuk latihan cara-cara yang sudah kita bicarakan tadi langsng
pada bapak ? tempatnya disini lagi ya bu.”
Format Penilaian SPTK Keluarga 1 Perilaku Kekerasan (Menjelaskan PK
dan cara merawat)
No Fase Komunikasi Skor Ya Tida Nilai
. k
A Fase Pra-Interaksi (10%)
9. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, 5
dua unsur: Proses Kep & Strategi
Komunikasi)
10. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
19. Memberikan salam terapeutik 3
20. Memperkenalkan diri/ mengingatkan 6
nama perawat
21. Menyampaikan tujuan interaksi 5
22. Melakukan kontrak waktu, tempat dan 6
topik
C Fase Kerja (40%)
16. Mendiskusikan masalah yang dirasakan 10
oleh keluarga dalam merawat klien

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 104


17. Menjelaskan pengertian, tanda dan 15
gejala, PK yang dialami klien
18. Menjelaskan cara-cara merawat klien PK 15
D Fase terminasi
13. Mengevaluasi respon klien (secara 3
subyektif dan objektif)
14. Melakukan rencana tindak lanjut 6
15. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya 6
:
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
17. Berhadapan dan kontak mata 2
18. Membungkuk kearah klien, terbuka dan 3
rileks
19. Mempertahankan jarak terapeutik 2
20. Menggunakan kata-kata yang mudah 3
dimengerti
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ________________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 105


Sp 2 Keluarga

Hari / Tanggal :

Interaksi ke :

Kondisi Klien : Klien sudah tampak rilexs dan sudah dapat


mengontrol prilaku kekerasan secara
fisik,verbal,spritual, dan obat

Topik : Melatih keluarga melakukan cara-cara meredakan


kemarahan

Tujuan : Keluarga dapat merawat pasien dirumah

Tindakan :

1. Melatih keluarga melakukan cara-cara


mengembalikan kemarahan
2. Mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang
marah
3. Menganjurkan keluarga untuk memberikan
pujian kepada pasien jika pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat
4. Menganjurkan keluarga untuk memotifasi
pasien melakukan tindakan yang telah
dianjurkan
5. Mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan
jika
pasien menunjukan gejala-gejala prilaku
kekerasan
A. Tahap orientasi
“ Selamat pagi bu, sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu, sekarang kita
ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengendalikan kemarahan bapak.
Bagaimana ibu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau ibu
tanyakan? Berapa lama ibu mau kita latihan? Bagaiman latihan disini saja?
Sebentar, saya panggilkan bapak agar bisa berlatih bersama.”

B. Tahap kerja

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 106


“Nah bapak, coba ceritakan kepada ibu latihan yang bapak sudah lakukan,
bagus sekali ! coba perlihatkan kepada ibu jadwal harian bapak, bagus ! “
Nanti dirumah ibu bisa membantu bapak latihan mengendalikan kemarahan
bapak. Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya,pak masih ingat
pak? Kalau tanda-tanda marah sdah bapak rasakan apa yang harus
dilakukan bapak ? ya...... betul bapak berdiri, lalu tarik nafas dari hidung tahan
sebentar lalu keluarkan / tiup perlahan-lahan melalui mulut, seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi tarik dar hidung,bagus,tahan dan
tiup melalui mulut. Nah,lakukan lima kali coba ibu temani dan bantu bapak
menghitung latihan ini sampai 5 kali, bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa
melakukannya dengan baik. Cara yang kedua,masih ingat,pak bu ? ya benar,
kalau ada yang menyebabkan kemarahan dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam bapak dapat memukul
kasur dan bantal. Mana kamar bapak ? jadi nanti kalau kesal dan ingin marah
, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul
kasur. Nah,coba bapak bapak lakukan sambil didampingi ibu berikan bapak
semangat ya bu, ya bags sekali bapak melakukannya. Ada 3 cara pak coba
praktekkan langsung pada ibu cara bicaranya ini :
1. Minta dengan baik tanpa marah dan nada sara rendah dan serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya : Bu “ saya perlu uang untuk beli
rokok “ coba bapak praktekan bagus pak!
2. Menolak dengan baik, jika ada orang yang menyuruh kita jiika bapak tidak
ingin melakukannya, katakan ! “ maaf saya tidak bisa melakukannya
karena saya sedang ada kerjaan” coba bapak praktekan bagus pak !
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal, bapak dapat mengatakan: “ saya jadi ingin marah dengan
perkataan itu”. Coba praktekkan bagus pak !

“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan
? baik sekali. Bapak coba langsung duduk dan tarik nafas dalam jika tidak
redah juga marahnya. Rebahkan badan agar rilexs bapak bisa melakukan
ibadah secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan kemarahan.
Cara teratur adalah minum obat teratur ya pak,bu agar pikiran bapak jadi
tenang,tidurnya juga tenang,tidak ada rasa marah. Coba bapak jelaskan
berapa macam obatnya, bagus ! jam berapa minum obat? Apa guna obat?
Bagus ! “ Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat ? nah, bagus

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 107


sekali! Dua hari yang lalu saya jelaskan obat yang bapakn dapatkan,ibu tolong
selama dirumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan
jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter.”

C. Tahap terminasi
“Baiklah bu, latihan kita sdah selsai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita
latihan cara mengendalikan marah langsung kepada bapak ? bisa ibu
sebutkan lagi ada beberapa cara mengendalikan marah? Selanjutnya tolong
yang sudah dibuat jangan lupa diberikan pujian untuk bapak bila
melakukannya dengan benar,ya bu” “Karena sebentar lagi bapak mau pulang
bagaimana kalau dua hari lagi ibu ketemu saya ntuk membicarakan jadwal
aktivitas bapak selama dirumah nanti” “jam 10 seperti hari ini ya bu, diruangan
ini juga”
Format Penilaian SPTK Keluarga 2 Perilaku Kekerasan (Melatih keluarga
cara merawat klien)
No Fase Komunikasi Skor Ya Tida Nilai
. k
A Fase Pra-Interaksi (10%)
9. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, 5
dua unsur: Proses Kep & Strategi
Komunikasi)
10. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
17. Memberikan salam terapeutik 3
18. Memperkenalkan diri/ mengingatkan 6
nama perawat
19. Menyampaikan tujuan interaksi 5
20. Melakukan kontrak waktu, tempat dan 6
topik
C Fase Kerja (40%)
10. Mengevaluasi SP sebelumnya 5
11. Melatih keluarga mempraktikan cara 15
merawat PK
12. Melatih keluarga melakukan cara 20
merawat langsung dihadapan klien dengan
halusinasi
D Fase terminasi
28. Mengevaluasi respon klien (secara 3
subyektif dan objektif)
29. Melakukan rencana tindak lanjut 6

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 108


30. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya 6
:
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
37. Berhadapan dan kontak mata 2
38. Membungkuk kearah klien, terbuka dan 3
rileks
39. Mempertahankan jarak terapeutik 2
40. Menggunakan kata-kata yang mudah 3
dimengerti
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

(
________________
)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 109


Sp 3 Keluarga

Hari / Tanggal :

Interaksi ke :

Kondisi Klie : Klien sudah mulai tampak rilexs, dan dapat mengontrol
prilaku kekerasannya secara fisik,spritual,dan obat yang
teratur

Topik : Membuat perencanaan pulang

Tujuan : Keluarga dapat merawat pasien dirumah

Tindakan : Membuat perencaan pulang bersama keluarga

A. Tahap orientasi
“ selamat pagi pak,bu karena bapak sdah boleh pulang, maka sesuai dengan
janji kita sekarang bertemu untuk membicarakan jadwal bapak selam dirumah
bagaimana pak,bu, selama membesuk apakah sudah terus berlatih cara
merawat bapak dirumah,disini saja? “Berapa lama bapak dan ibu mau bicara
? bagaimana kalau 30 menit?
B. Tahap kerja
“ Pak,bu jadwal yang telah dibuat selama bapak dirumah sakit tolong
dilanjutkan Dirumah pak, jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya mari
kita lihat jadwal bapak,hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah
prilaku yang ditampilkan oleh bapak selama dirumah misalnya bapak menolak
minum obat atau memperhatiakn prilaku yang membahayakan orang jika hal
ini terjadi segera hubungi suster E dipuskesmas terdekat dari rumah ibu, ini
nomor telfon puskesmas (0541 ). (1010xxx) jika tidak teratasi suster E yang
akan memantau perkemba ngan bapak selama dirumah.”
C. Tahap terminasi
“Bagaimana bu? Ada yang ingin ditanyakan ?” “Coba ibu sebutkan apa saja
yang perlu diperhatikan ( jadwal kegiatan,tanda dan gejala,tindak lanjut ke
puskesmas )” “Baiklah, selsaikan administrasinya ! saya akan persiapkan
pakaian dan obatnya !”
Format Penilaian SPTK Keluarga 3 Perilaku kekerasan (Membuat
Perencanaan Pulang)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 110


No Fase Komunikasi Skor Ya Tida Nilai
. k
A Fase Pra-Interaksi (10%)
9. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, 5
dua unsur: Proses Kep & Strategi
Komunikasi)
10. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
17. Memberikan salam terapeutik 3
18. Memperkenalkan diri/ mengingatkan 4
nama perawat
19. Mengevaluasi SP sebelumnya 7
20. Melakukan kontrak waktu, tempat dan 6
topik
C Fase Kerja (40%)
14. Membantu keluarga membuat jadwal 20
aktivitas di rumah termasuk minum obat
(perencanaan pulang)
15. Menjelaskan tindak lanjut pada klien 20
setelah pulang
D Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon klien (secara subyektif 10
dan objektif)
2. Melakukan rencana tindak lanjut 5
3. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya : 6
a. Waktu
b. Tempat
c. Topik
E Sikap Terapeutik (10%)
41. Berhadapan dan kontak mata 2
42. Membungkuk kearah klien, terbuka dan 3
rileks
43. Mempertahankan jarak terapeutik 2
44. Menggunakan kata-kata yang mudah 3
dimengerti
TOTAL NILAI 100

...................................
Pembimbing

( ___________)

PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA 111

Anda mungkin juga menyukai