TIM DEPARTEMEN
KEPERAWATAN JIWA
1/1/2019
VISI DAN MISI PRODI DIII
KEPERAWATAN
STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA
VISI
Menjadi Program studi yang unggul di tingkat nasional, dengan
menghasilkan perawat yang penuh kasih dan persaudaraan.
MISI
1. Menyelenggarakan program studi yang memberi bekal baik hard-skills
dan soft-skills pada alumni
2. Menyelenggarakan kegiatan tridharma secara berkelanjutan dan
berorientasi pada peningkatan kompetensi dosen dan mahasiswa,
pengembangan ilmu dan pemecahan persoalan dalam masyarakat
3. Menyelenggarakan kerjasama dengan mitra strategis untuk mendukung
pelaksanaan tridharma perguruan tinggi dan pendayagunaan alumni
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
penyusunan Modul Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Jiwa ini dapat
diselesaikan.
Keterampilan klinik sangat diperlukan untuk menunjang proses belajar
mengajar para calon perawat di STIKES “Dirgahayu” Samarinda. Buku ini
sebagai pegangan mahasiswa untuk mengetahui keterampilan apa yang di dapat
pada setiap semesternya. Keterampilan yang akan dilaksanakan pada tiap
semesternya bertujuan agar mahasiswa lebih siap dalam menyikapi keterampilan
tersebut. Diharapkan dengan keterampilan ini mahasiswa merasa tidak puas
sehingga ada keinginan untuk meningkatkan diri.
Modul ini juga sebagai pegangan instruktur, diharapkan ada kesamaan
pengertian, pandangan antara instruktur dan mahasiswa sehingga dapat
tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Akhirnya kami sebagai
penyusun modul ini sangat mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya
membangun dan perbaikan.
Samarinda 2019
Penyusun
COVER.............................................................................................................. 1
VISI MISI ........................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 3
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 4
KEGIATAN BELAJAR PRAKTIKUM/LABORATORIUM KEPERAWATAN
DASAR .............................................................................................................. 5
A. Deskripsi Mata Ajar ................................................................................ 5
B. Capaian Pembelajaran ........................................................................... 5
1. Capaian Pembelajaran Umum.......................................................... 5
2. Capaian pembelajaran Khusus ......................................................... 5
C. Pelaksanaan Praktikum.......................................................................... 5
D. Metode Evaluasi..................................................................................... 5
E. Pembimbing Praktikum .......................................................................... 6
F. Tata Tertib.............................................................................................. 6
G. Praktikum Keperawatan Jiwa Halusinasi ................................................ 9
H. Praktikum Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah ................................... 40
I. Praktikum Keperawatan Jiwa Defisit perawatan Diri ............................... 65
J. Praktikum Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial ............................................ 90
K. Praktikum Keperawatan Jiwa Perilaku Kekerasan.................................. 111
A. Pengertian
1. Halusinasi adalah terganggunya peresepsi sensori seseorang,
dimana tidak terdapat stimulus. ( varcarolis, 2006 )
2. Halusinasi adalah gangguan peresepsi sensori dari suatu objek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi
seluruh pancaindra.(buku ajar keperawatan jiwa, hal 120)
3. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori peresepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan, perabaan atau
penciuman serta pasien merasakan stimuus yang sebetulnya tidak
ada. ( buku ajar keperawatan jiwa, hal 120)
4. Halusinasi adalah gerakan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa
ada rangsangan dari luar yag dapat meliputi semua sistem panca
indera terjadi pada saat kesadaran individu penuh atau baik. (Depkes
2000 dalam Dermawan & Rusdi 2013)
B. Etiologi
Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti
shizopenra, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang
berhubungan dengan alcohol, halusinasi juga dapat terjadi dengan
epilepsi. Kondisi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga
dapat terjadi pada orang normal yaitu individu yang mengalami isolsai.
Perubahan sensori seperti kebutaan. Kurang nya pendengaran atau
adanya masalah pada pembicaraan, factor biologis, psikologis, sosial
budaya dan stressor pencetus nya adalah lingkungan sumber koping dan
mekanusme koping.
C. Faktor Predisposisi
Faktor perkemnagan, jika fungsi perkembangan terganggu serta
hubungan intrapersonal terganggu maka individu akan mengalami stress
dan kecemasan. Factor sosiokultural berbagai faktor di masyarakat dapat
menyebabkan seseorang merasa di singkirkan terhadap tempat
lingkungan klien di lahirkan. Faktor biokimia, berhubungan dengan
stressor baik yang datang dari luar maupun dalam. Jika ada stress yang
Mekanisme koping
Tiap upaya yang diarahkan pada upaya penanganan stress,
termasuk upaya penanganan masalah langsung dan meakanisme yang
digunakan untuk pertahanan diri.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial
a. Definisi
Kesendirian yang dialami individu dan dianggap timbul karna orang lain
dan sebagai suatu pernyataan negatif atau mengancam.
b. Batasan Karakteristik
1. Afek datar
2. Afek sedih
3. Anggota subkultur tertentu
4. Ingin sendiri
5. Kesendirian yang ditentukan oleh orang lain
6. Keterlambatan perkembangan
7. Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain
8. Ketidaksesuaian budaya
9. Kondisi difabel
10. Menarik diri
11. Menunjukkan permusuhan
12. Merasa tidak aman ditempat umum
13. Nilai tidak sesuai dengan norma budaya
14. Perasaan beda dari orang lain
15. Preokupasi dengan pikiran sendiri
16. Riwayat ditolak
17. Sakit
18. Tidak ada kontak mata
19. Tidak ada sistem pendukung
20. Tidak mempunyai tujuan
21. Tindakan berulang
22. Tindakan tidak berarti
c. Faktor yang berhubungan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan personal yang
memuaskan (misalnya keterlambatan perkembangan)
Sp 1 pasien
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi pasien :
Topik : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi
Tujuan : 1. Pasien dapat mengendali halusinasi yang di alamai
2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
Tindakan : Bantu pasien mengenali halusinasi
a. Fase orientasi
Selamat pagi ! “saya perawat yang akan merawat anda, saya perawat sp,
senang di panggil S. nama anda siapa senag di panggil apa ? “bagaimana
perasaan bapak hrai ini ? apa keluhan P hari ini? “baiklah, bagaimana kalau
kita bercakap-cakap tentang suara ” yang selama ini Pdengar tetapi tidak
tampak diri nya ? dimana kita duduk ? di ruang tamu ? mau berapa lama ?
bagaimana kalau 30 menit ?
b. Fase kerja
“ apakah P mendengar suara tanpa ada wujudnya ? apa yang dikatakan
suara itu ? “apakah tersut -menerus terdengar atau sewaktu-waktu kapan P
paling sering mendengar suara itu?” “berapa kali sehari P alami ? pada
keadaan apa suara itu terdengar?
c. Fase terminasi
“bagai mana perasaan P setelah latihan ini ? jadi, sudah dada berapa cara
yang p sudah pelajari untik mencegah suara-suara itu ? cobalah kedua cara
ini jiak P mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukan ke dalam
jadwal harian.” Mau latihan jam berapa bercakap-cakap ? nah, nati lakukan
secara teratur sewaktu suara-suara itu muncul ? besok pagi saya akan kesini
lagi bagai mana kalau kita belajar cara yang ke tiga, yaitu melakukan aktivitas
( ________________)
...................................
Pembimbing
( ________________)
...................................
Pembimbing
( ________________)
...................................
Pembimbing
( ________________)
...................................
Pembimbing
( ________________)
( ________________)
...................................
Pembimbing
( ________________)
Kolliat, Budi Anna dkk. 2010 Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta:EGC
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
(Yosep, 2009).
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat
terjadi secara:
1. Situasional, yaituterjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, ditubuh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
a. Privasi yang kurang di perhatiakan, misalnya : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasanagn alat yang tidak sopan (pencukuran
pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa perstujuan.
Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang positif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadapdirinya. Kondisi ini mengtakibatkan respon yang maladaptif.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau
pada klien gangguan jiwa.
Keterangan:
1. Respon adaptif
a. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata, sukses dan diterima.
b. Konsep diri : Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktivitas diri.
2. Respon Maladaptif
a. Keracunan identitas : kegagalan aspek individu mengintegrasikan
identitas identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian
psikososial kepribadian dewasa yang harmonis.
b. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
diri sendiri.
c. Harga diri rendah : transisi antara adaptif dan maladaptif, sehingga
individu cenderung berfikir ke arah negatif.
C. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Dalam tinjauan life span hystori klien, penyebab terjadinya harga
diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian
atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang
dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri
rendah sering muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya (yosep, 2009).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Damaiyanti(2008), tanda dan gejala harga diri rendah kronik
adalah sebagai berikut:
1. Mengkritik diri sendiri.
2. Perasaan tidak mampu.
3. Pandangan hidup yang pesimis.
4. Penurunan produktivitas.
5. Penolakan terhadap kemampuan diri.
E. Penatalaksanaan Medis
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga
diri rendah kronis adalah:
1. Sistem Limbic, yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan
harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus.
a. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena
melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan
lebih banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam
melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama
dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan
latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
b. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk
mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan
perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan
pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada
thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat
dicegah atau dipilihsehingga menjadi berlebihan yang
A. Pengkajian
Tahap pertama pengkajian meliputi faktor predisposisi seperti:
Psikologis, tanda dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien.
Pengkajian meliputi beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2009), faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah
adalah penolakan orang tua yang tidak realistis , kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergatungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
Menurut Sunaryo (2004), faktor presipitasi :
a. Konflik peran terjadi apabila peran yang diingainkan individu, sedang
diduduki individu lain.
b. Peran yag tidak jelas terjadi apabila individu diberikan peran yang
kebur, sesuai perilaku yang diharapkan.
c. Peran yang tidak sesuai terjadi apabila individu dalam proses
peralihan mengubah nilai dan sikap.
d. Peran berlebihan terjadi jika seseorang individu memiliki banyak
peran dalam kehidupannya.
Menurut Stuart (2006), stresor pencetus juga dapat berasal dari sumber
internal atau eksternal seperti:
a. Trauma seperti penganiyayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai prustasi. Ada tiga
jenis transisi peran :
1.) Transisi peran perkembangan
2.) Transisi peran stituasi
3.) Transisi peran sehat-sakit
3. Perilaku
Menurut Stuart (2006) perilaku yang berhubungan dengan harga diri
rendah kronik sebagai berikut:
a. Menarik diri sendiri dengan orang lain
B. Diagnosa keperawatan
1. Harga diri rendah kronik b.d ganggguan psikiatrik
2. Harga dri rendah situasional b.d gangguan citra tubuh, gangguan fungsi,
gangguan peran sosial, dan ketidakadekuatan pemahaman
3. Isolasi sosial b.d sumber personal yang tidak adekuat
4. Ketidakefektifan koping b.d strategi koping tidak efektif
Sp 1 pasien
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : klien suka mengkritik diri sendiri, tidak berani
menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,
dan bicara lambat dengan nada suara lemah.
Topik : identifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien
Tujuan : 1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
2. klien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan
3. klien dapat memilih kegiatan sesuai dengan
kemampuan
4. klien dapat melatih kegiatan yang dipilih
sesuai dengan kemampuan
Tindakan : 1. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien
2. Diskusikan dengan klien mengenai
kemampuan yang masih dapat di gunakan
saat ini
3. Membantu pasien untuk memilih / menetapkan
kemampuan yang akan dilatih
4. Latihan kemampuan yang dipilih klien
5. Membantu pasien menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang dilatih
A. Tahap Orientasi
“ Selamat pagi O, perkenalkan saya perawat Nensy Herlinda Andriyani, saya
lebih senang dipanggil dengan suster Nensy. Bagaimana keadaan O hari ini ?
O terlihat segar “ bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang kemampuan
dan kegiatan yang pernah O lakukan ? setelah itu kita nilai kegiatan mana
yang masih dapat O lakukan dirumah sakit. setelah kita nilai, kita akan pilih
...................................
Pembimbing
( ________________)
A. Tahap Orientasi
“ selamat pagi, bagaiman perasaan O pagi ini ? wah, O tampak cerah,
bagaimana, O sudah mencoba merapikan tempat tidur ttadi pagi ? bagus
kalau sudah dilakukan (jika pasien belum mampu melakukan, ulang dan bantu
kembali) sekarang kita latih kemampuan yang kedua, masih ingat apa
kegiatan itu O ? “Ya benar, sekarang kita akan latihan mencuci piring didapur”
waktunya sekitar 15 menit, mari kita ke dapur.
B. Tahap Kerja
“O, sebelum mencuci piring kita siapkan perlengkapannya, yaitu sabut / spons
untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring dan air untuk
membilas, O dapt gunakan air yang mengalir dikeran ini. Oh ya, jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa makanan” “sekarang saya
perlihatkan dulu caranya, setelah semua perlengkapan tersedia, O ambil satu
piring kotor. Lalu buang sisa kotoran yang ada dipiring tersebut ke tempat
sampah. Kemudian O bersihkan piring tersebut menggunakan spons yang
sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan
air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun dipiring tersebut. Setelah
itu, O bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di Rak yang sudah
tersedia didapur. Nah selesai ! sekarang coba O yang melakukan ! Bagus
sekali ! O dapat mempraktikan cuci piring dengan baik ! sekarang dilap
tangannya “ Bagus !
...................................
Pembimbing
( ________________)
...................................
Pembimbing
( ________________)
A. Orientasi
“Selamat pagi pak / ibu ! bagaimana perasaan bapak / ibu hari ini ? “Bapak/ibu
masih ingat latihan merawat anak bapak / ibu seperti yang kita / keluarga
pelajari dua hari yang lalu ?. “baik, hari ini kita akan mempraktekkanya
lagsung pada O”. “Bagaimana kalau 30 menit ? sekarang mari kita temui O”
B. Tahap kerja
“Selamat pagi O bagaimana perasaan O hari ini ? hari ini saya datang
bersama orang tua O. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya. Orang
tua O juga ingin merawat O agar cepat pulih (kemudian anda berbicara
kepada keluarga sebagai berikut). “Nah, pak / ibu sekarang bapak / ibu bisa
mempraktekan apa yang sudah kita latihan beberapa hari lalu, yaitu
memberikan pujian terhadap perkembangan anak bapak / ibu” (perawat
mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang
telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya). Bagaiman perasaan O setelah
berbincang – bincang dengan orang tua O ? Baiklah sekarang suster dan
orang tua O keruang perawat dulu.” (perawat dan keluarga meninggalkan
pasien untuk melakukan terminasi)
C. Tahap Terminasi
“Bagaiman perasaan bapak / ibu setelah kita latihan tadi ?”
“mulai sekarang bapak / ibu sudah dapat melakukan cara merawat tadi pada
O”
...................................
Pembimbing
( _______________)
A. Tahap Orientasi
“Selamat pagi pak / bu karena O hari ini sudah boleh pulang, kita akan
membicarakan jadwal O selama dirumah”. “Berapa lama bapak / ibu ada
waktu ? mari kita bicarakan di kantor !”
B. Tahap Kerja
“Pak / ibu, jadwal kegiatan O selama dirumah sakit coba diperhatikan apakah
semua dapat dilaksanakan dirumah ? pak / ibu jadwal yang telah dibuat
selama O dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah baik jadwal
kegiatan maupun jadwal minum obatnya.
“Hal – hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh O selama dirumah. Contohnya kalau O terus menerus
menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri menolak
minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal
ini terjadi, segera hubungi puskesmas terdekat dari rumah bapak / ibu.
Selanjutnya perawat puskesmas tersebut yang akan membantu
perkembangan O selama dirumah”.
C. Tahap Terminasi
“Bagaimana pak / ibu ? Ada yang belum jelas ? Ini jadwal kegiatan harian O
untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat yang berada di
puskemas terdekat. Jangan lupa kontrol ke puskesmas sebelum obat habis
atau ada gejala yang terlihat. Silahkan selesaikan administrasinya.
...................................
Pembimbing
( ________________)
A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau nafas,
dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu
masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa
kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini
merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik
dalam keluarga maupun masyarakat.
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhanya. Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan dirinya. (Aziz R, 2003).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri (mandi, makan, toileting). (Nurjannah, 2004)
Defisit perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan dirinya. (Tarwoto dan Wartonah, 2000).
B. Penyebab
Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik sering kali tidak memperdulikan
perawatan diri. Hal ini disebabkan karena pasien dikucilkan dalam keluarga
dan masyarakat.
C. Faktor predisposisi
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun
I. Pohon Masalah
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang sering muncul dalam defisit keperawatan diri adalah:
2. Data subjektif:
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya
3. Data objektif:
a. Rambut kotor, acak-acakkan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt
4. Diagnosa Keperawatan
SP I pasien
Hari/ tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit
kotor, kuku panjang dan kotor, malas menarik
diri , penampilan tidak rapi, dan interaksi
kurang.
Topik : diskusikan pentingnya kebersihan diri, cara
cara merawat diri dan latih pasien tentang
cara-cara perawatan kebersihan diri.
Tujuan :
Tindakan :
...................................
Pembimbing
( ________________)
“ nanti siang kita latihan makan yang baik ya. Di ruang makan bersama
dengan teman bapak yang lain. Selamat pagi.”
...................................
Pembimbing
( ________________)
...................................
Pembimbing
( ________________)
Pasien perempuan
“ cara membilas yang bersih setelah B buang air yaitu dengan menyiramkan
air dari arah depan ke belakang jangan sebaliknya ya ! cara seperti ini
...................................
Pembimbing
( ________________)
Hari/ tangal :
Interaksi ke :
Kondisi pasien : penampilan sudah tampak rapi, badan tidak
bau, personal hygine masih harus di
damping.
Topik : memberikan penddikan kesehatan
Tujuan : keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah (DPD)
Tindakan :
...................................
Pembimbing
( ________________)
...................................
Pembimbing
( ________________)
...................................
Pembimbing
( ________________)
ISOLASI SOSIAL
A. Pengertian
1. Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya secara wajar dalam hanyalannya sendiri yang tidak realistik.
2. Keadaan dimana individu/kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan, keinginan untuk meningkatkan ke tertiban dengan orang lain
tetapi tidak mampu membuat kontrak.
3. Merupakan proses pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun
lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara
menarik diri secara fisik maupun psikis.
B. Penyebab
Terjadinya faktor ini dipenggaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya
perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya dengan orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
hubungan dengan orang lain.
C. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan
hubungan social yang positif diharapkan dilalui dengan sukses. Keluarga
yang terganggu dapat menunjukkan perkembangan respon social
maladaptif.
2. Faktor biologis
Faktor yang berperan dalam respon social maladaptif
3. Faktor social kultural
4. Isolasi social merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan, hal
ini di akibatkan oleh norma yang tidak mendukung.
5. Faktor dalam keluarga
6. Komunikasi dalam keluarga dapat mengontrol seseorang dalam gangguan
berhubungan. Hal-hal negative akan mendorong anak mengenakan harga
diri rendah.
D. Faktor Presipitasi
KONDISI KLIEN
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Ruangan :
Tindakan Keperawatan
Contohnya : Nama saya M, suka di panggil O, asal saya dari kota Y, hobi
menari ! ayo O coba ! coba berkenalan dengan saya ! bagus
sekali! Coba sekali lagi ! ya, bagus !
3) Fase Terminasi
Bagaimana perasaan O setelah kita latihan berkenalan ?
O tadi sudah memperagakan cara berkenalan dengan baik sekali !
selanjutnya O dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi sehingga O
lebih siap lagi untuk berkenalan dengan orang lain. Besok kita akan bertemu
lagi, waktu dan tempat yang sama yaitu jam 10 pagi, di ruang tama ya, O
Sampai jumpa besok .
...................................
Pembimbing
( ________________)
Hari/Tanggal :
Interaksi ke :
Ruangan :
1) Fase Orientasi
Selamat pagi O ! bagaimana perasaan O hari ini ?
Sudah ingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan ?
Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan suster ?
Bagus sekali O masih ingat. Nah, sesuai perjanjian saya, saya akan mengajak
O mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat L, tidak tidak lama kok
kira-kira 10 menit .
Bagaimana O ? ayo kita temui perawat L disana.
2) Fase Kerja
Selamat pagi perawat L, O ingin berkenalan dengan anda ? baiklah O, O bisa
berkenalan dengan L seperti yang kita praktikkan kemarin !
( pasien berkenalan dengan perawat L )
Ada lagi yang ingin O tanyakan kepada perawat L ?
Jika tidak ada lagi yang ingin ditanyakan, O dapat menyudai perkenalan ini,
lalu O bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan perawat.
Baiklah perawat L, karena O sudah berkenalan, saya dan O akan kembali
keruangan.
Selamat pagi !
3) Fase Terminasi
Bagaimana perasaan O setelah bercakap-cakap dan berkenalan dengan
perawat L ? O tampak bagus sekali saat berkenalan tadi ! pertahankan terus
apa yang sudah O lakukan tadi, jangan lupa untuk menanyakan topik lain
supaya perkenalan berjalan dengan lancar.
Bagaimana kalau kegiatan bercakap-cakap dan berkenalan kita masukkan ke
jadwal ? mau berapa hari sekali ? bagimana kalau 2 kali ?
Baik S, besok kita latihan lagi. Jam 10 yah ! sampai jumpa besok.
...................................
Pembimbing
( ________________)
Hari / Tanggal :
Interaksi :
Ruangan :
1) Fase Orientasi
Selamat pagi O ! Bagaimana perasaan O hari ini?
Apakah O bercakap-cakap dengan perawat L kemarin siang ?
Bagus sekali O, menjadi senang karena punya teman lagi !
Bagimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan teman seruangan O
yang lain ? yaitu M, seperti biasa, kira-kira 10 menit !
Mari kita temui M sekarang !
2) Fase Kerja
Selamat pagi ! perkenalkan nama saya suster Nensy. ini ada pasien saya
yang ingin berkenalan !
Baiklah O, O sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang O telah
lakukan sebelumnya !
( pasien berkenalan dengan pasien M )
Ada lagi yang ingin O tanyakan kepada M ? kalau tidak ada lagi yang ingin
ditanyakan, O bisa mengakhiri perkenalan, lalu O bisa membuat janji dengan
M untuk bertemu lagi jam 4 sore !
Baiklah M, karena O sudah selesai berkenalan, saya dan O akan kembali
keruangan O, selamat pagi !
3) Fase Terminasi
Bagaimana perasaan O, setelah berkenalan dengan M ?
Dibandingkan kemarin pagi, O tampak lebih baik ketika berkenalan dengan M.
pertahankan apa yang sudah O lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu M
jam 4 nanti ! Selanjutnya bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-
cakap dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian, jadi satu hari O
dapat berbincang-bincang denagn orang lain sebanyak tiga kali jam 10 pagi,
Hari / Tanggal :
Interaksi ke :
Ruangan :
...................................
Pembimbing
( ________________)
Hari / Tanggal :
Interaksi ke :
Ruangan :
...................................
Pembimbing
( _______________)
...................................
Pembimbing
( ________________)
A. Pengertian
Prilaku kekerasan adalah suatu tindakan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain ( Yoseph,2017 ).
Prilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah
atau ketakutan (panik) prilaku agresif dan prilaku kekerasan itu sering
dipandang sebagai suatu rentang dimana agresif verbal disuatu sisi dan
prilaku kekerasan ( vidence ) disisi yang lain.
1. Asertif
Suatu cara berperilaku dimana perasaan dan pandangan yang di punyai
diungkapkan secara terus terang tanpas melukai perasaan orang lain atau
tanpa merendahkan harga diri dan martabat orang lain, atau kemarahan
yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
2. Frustasi
Suatu proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang dalam
mencapai keinginannya, cara yang sehat bila seseorang mengalami
frustasi yaitu dapat menerima atau menunda buat sementara pemenuhan
kebutuhan tersebut sambil menunggu adanya kesempatan yang
memungkinkan jika sesorang tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu
dengan cara yang wajar, mengindahkan orang lain dan keadaan sakitnya,
atau kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat.
3. Pasif
Suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu mengungkapkan
perasaannya sebagai usaha untuk mempertahankan.
Stres
Cemas
Marah
Berkepanjangan menurun
D. Manifestasi Klinis
1. Muka merah dan tegang
2. Mengatupkan rahang dengan kuat
3. Mengepalkan tangan
4. Jalan mondar-mandir
5. Bicara kasar
6. Suara tinggi, menjerit atau teriak
7. Mengancam secara verbal atau fisik
8. Melempar / memukul benda / orang lain
9. Merusak barang
10. Tidak mampu mencegah
PERILAKU KEKERASAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2013), masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh
factor predispoisis factor yang (melatarbelakangi munculnya masalah) dan
factor presipitasi (factor yang memicu adanya masalah)
Didalam fakotr predisposisi terdapat beberapa factor yang menyebabkan
terjadinya masalah perilaku kekerasan.
a. Faktor psikologis
1) Psychoanalytical Theory
Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari
instinctual drives. Freud berendapat bahwa perilaku manusia
dipengaruhi 2 insting. Pertama, insting hidup yang dipengaruhi di
ekspresikan dengan seksualitas dan kedua, insting hidup di
ekspresikan dengan agresifitas.
2) Frustalion-agresion Theory
Mengatakan bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu
usaha/tujuan mengalami hambatan maka timbul dorongan agresif
yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku melukai.
b. Factor social budaya
Sosial learning theory (Bandara) mengemukakan bahwa agresif tidak
berbeda dengan respon-respon yang lain. Dapat dipelajari melalui
observasi insitasi, dan semakin sering mendapatkan pengelatan maka
semakin besar kemungkinan untuk terjadi.
Contoh internal :
Seorang anak yang marah karena tidak boleh makan es krim kemudian
ibunya memberi es agar anaknya berhenti marah. Anak tersebut akan
belajar bahwa bila ia marah maka ia akan mendapatkan apa yang ia
mau.
Contoh eksternal :
Seorang anak menunjukan perilaku agresif setelahh ia melihat
orang dewasa berperilaku agresif terhadap boneka.
c. Factor Biologis
B. Pohon Masalah
Perilaku kekerasan
C. Diagnosis Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri b/d gangguan dengan
psikologis
2. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain b/d pola perilaku kekerasan
terhadap orang lain
3. Ketidakefektifan koping b/d ketidakmampuan mengatasi masalah
4. Distress spiritual b/d Marah
Sp 1 pasien
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : Klien tampak tegang, muka merah, mata melotot, mata
mengepal, jalan mondar-mandir dan rahang mengatup.
Tujuan :
A. Tahap orientasi
“ Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya bonifasia julan bapak bisa
panggil saya julan. Saya perawat yang di nas diruangan enggang ini. Hari ini
...................................
Pembimbing
( ________________)
Sp 3 pasien
Hari / tanggal :
Interaksi :
Kondisi klien : klien tampak tegang, dan sudah dapat mengontrol prilaku
kekerasannya dengan cara fisik
Topik :Membantu pasien memgendalikan perilaku kekerasan
secara sosial dan cara mengungkapkan rasa marah seara
verbal.
Tujuan :
1. pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan
secara social
2. pasien dapat mengungkapkan rasa marah seara
verbal.
A. Tahap orientasi
“selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang kita ketemu
lagi bagaiman pak, sudah dilakukan latihan nafas dalam dan pukul bantal dan
kasur. Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan teratur? Apakah rasa
marahnya sudah berkurang? Coba saya lihat jadwal hariannya. Bagus! Nah
kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M artinya mandiri, kalau
diingatkan suster baru dilakukan tulis B artinya belum dapat melakukan.
Bagaimana sekarang kita latihan cara berbicara yang baik untuk mencegah
marah? Dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
B. Tahap kerja
“Sekarang, kita latihan cara berbicara yang baik untuk mencegah marah kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur atau
...................................
Pembimbing
( ________________)
Hari / tanggal :
Interaksi :
Kondisi klien : klien tampak tenang, ketegangan sudah mulai berkurang,
sudah dapat mengontrol prilaku kekerasannya.
Topik : membantu pasien memgendalikan perilaku kekerasan
secara spiritual
Tindakan : membantu pasien memgendalikan perilaku kekerasan
secara spiritual
A. Tahap orientasi
“ selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu, sekarang kita
akan berlatih ya pak. Bagaimana pak latihan apa yang sudah dilakukan? Apa
yang dirasakan setelah latihan secara teratur? Bagus sekali, sekarang
bagaimana sekarang rasa marahnya? Bagaimamana kalau sekarang kita
latihan cara lain untuk mencegah rasa marah itu dengan ibadah sesuai agama
bapak? Dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat tadi?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30
menit? Baik.
B. Tahap kerja
“ coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan? Bagus baik yang
mana yang mau dicoba? Kalau bapak sedang marah coba bapak langsung
duduk dan coba tarik nafas dalam. Kegiatan ibadah mana yang mau dicoba
selama berada dirumah sakit? Coba pilih dua kegiatan yang ingin bapak
lakukan “mari coba lakukan, bagus sekali!. “ bapak bisa melakukan ibadah
secara teratur untuk meredakan marah.”
C. Tahap terminasi
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ke 4 ini. Jadi sudah berapa cara mengendalikan marah yang kita pelajari?
Bagus! Mari kita masukan kegiatan ibadah. Coba bapak sebutkan lagi
kegiatan ibadah yang bapak lakukan saat merasa marah. Setelah ini coba
bapak lakukan jadwal ibadah sesuai jadwal yang telah kita buat tadi dan
perhatiakan apakah rasa marah bapak berkurang. Besok kita ketemu lagi ya
pak! Nanti kita bicara lagi cara ke 5 mengendalikan rasa marah, yaitu dengan
patuh minum obat. Jam berapa bapak mau? Bagaimana kalau jam 8 pagi
( ________________)
A. Tahap orientasi
“ selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin, hari ini kita ketemu lagi
bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal,
bicara yang baik serta beribadah? Apakah yang dirasakan setelah latihan
secara teratur coba kita cek kegiatannya.bagus! berkurang rasa marahnya? “
bagaimana kalau kita sekarang bicara dan latihan cara minum obat yang
benar untuk mengendalikan rasa marah? Dimana kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit?
B. Tahap kerja
“ (perawat membawa obat pasien). “ bapak sudah dapat obat dari
dokter? Berapa macam obat bapak minum? Obatnya ada 3 macam warnanya
apa saja? Jam berapa bapak minum? Ada 3 macam, warna yang orange
namanya cp2 gunanya agar pikiran tenang, yang putih namanya THP agar
bapak rilek dan tidak tegang, dan yang warna merah jambu namanya THP
agar rasa marah berkurang semua ini harus bapak minum 3 kali sehari. Pukul
7 pagi, 1 siang dan 7 malam. Jika nanti setelah minum obat mulut bapak bisa
mengisap es batu atau air putih dan jika mata terasa berkunang-kunang,
bapak sebaikanya istirahat dan jangan beraktifitas dulu”.
“ nanti setelah dirumah minum obat ini, bapak lihat dulu label dikotak obat
apakah benar nama bapak yang tertulis dilabel itu, berapa dosis yang
harus diminum. Baca juga nama obat apakah sudah benar? Disini minta
obat sama suster kemudian dicek lagi apakah benar obatnya! Jangan
...................................
Pembimbing
( ________________)
Interaksi Ke :
Kondisi Klien : klien sudah tampak rilexs dan dapat mengontrol prilaku
Tindakan :
...................................
Pembimbing
( ________________)
Hari / Tanggal :
Interaksi ke :
Tindakan :
B. Tahap kerja
“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan
? baik sekali. Bapak coba langsung duduk dan tarik nafas dalam jika tidak
redah juga marahnya. Rebahkan badan agar rilexs bapak bisa melakukan
ibadah secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan kemarahan.
Cara teratur adalah minum obat teratur ya pak,bu agar pikiran bapak jadi
tenang,tidurnya juga tenang,tidak ada rasa marah. Coba bapak jelaskan
berapa macam obatnya, bagus ! jam berapa minum obat? Apa guna obat?
Bagus ! “ Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat ? nah, bagus
C. Tahap terminasi
“Baiklah bu, latihan kita sdah selsai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita
latihan cara mengendalikan marah langsung kepada bapak ? bisa ibu
sebutkan lagi ada beberapa cara mengendalikan marah? Selanjutnya tolong
yang sudah dibuat jangan lupa diberikan pujian untuk bapak bila
melakukannya dengan benar,ya bu” “Karena sebentar lagi bapak mau pulang
bagaimana kalau dua hari lagi ibu ketemu saya ntuk membicarakan jadwal
aktivitas bapak selama dirumah nanti” “jam 10 seperti hari ini ya bu, diruangan
ini juga”
Format Penilaian SPTK Keluarga 2 Perilaku Kekerasan (Melatih keluarga
cara merawat klien)
No Fase Komunikasi Skor Ya Tida Nilai
. k
A Fase Pra-Interaksi (10%)
9. Mempersiapkan SPTK (dalam bentuk tertulis, 5
dua unsur: Proses Kep & Strategi
Komunikasi)
10. Menjelaskan kondisi klien 5
B Fase Orientasi (25%)
17. Memberikan salam terapeutik 3
18. Memperkenalkan diri/ mengingatkan 6
nama perawat
19. Menyampaikan tujuan interaksi 5
20. Melakukan kontrak waktu, tempat dan 6
topik
C Fase Kerja (40%)
10. Mengevaluasi SP sebelumnya 5
11. Melatih keluarga mempraktikan cara 15
merawat PK
12. Melatih keluarga melakukan cara 20
merawat langsung dihadapan klien dengan
halusinasi
D Fase terminasi
28. Mengevaluasi respon klien (secara 3
subyektif dan objektif)
29. Melakukan rencana tindak lanjut 6
...................................
Pembimbing
(
________________
)
Hari / Tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi Klie : Klien sudah mulai tampak rilexs, dan dapat mengontrol
prilaku kekerasannya secara fisik,spritual,dan obat yang
teratur
A. Tahap orientasi
“ selamat pagi pak,bu karena bapak sdah boleh pulang, maka sesuai dengan
janji kita sekarang bertemu untuk membicarakan jadwal bapak selam dirumah
bagaimana pak,bu, selama membesuk apakah sudah terus berlatih cara
merawat bapak dirumah,disini saja? “Berapa lama bapak dan ibu mau bicara
? bagaimana kalau 30 menit?
B. Tahap kerja
“ Pak,bu jadwal yang telah dibuat selama bapak dirumah sakit tolong
dilanjutkan Dirumah pak, jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya mari
kita lihat jadwal bapak,hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah
prilaku yang ditampilkan oleh bapak selama dirumah misalnya bapak menolak
minum obat atau memperhatiakn prilaku yang membahayakan orang jika hal
ini terjadi segera hubungi suster E dipuskesmas terdekat dari rumah ibu, ini
nomor telfon puskesmas (0541 ). (1010xxx) jika tidak teratasi suster E yang
akan memantau perkemba ngan bapak selama dirumah.”
C. Tahap terminasi
“Bagaimana bu? Ada yang ingin ditanyakan ?” “Coba ibu sebutkan apa saja
yang perlu diperhatikan ( jadwal kegiatan,tanda dan gejala,tindak lanjut ke
puskesmas )” “Baiklah, selsaikan administrasinya ! saya akan persiapkan
pakaian dan obatnya !”
Format Penilaian SPTK Keluarga 3 Perilaku kekerasan (Membuat
Perencanaan Pulang)
...................................
Pembimbing
( ___________)