MODUL
DISUSUN OLEH :
Rodhi Hartono, SKp., Ns., M.Biomed
Syamsul Arif, SKp., Ns., M.Biomed
Shobirun, MN
Supriyadi, MN
BIODATA MAHASISWA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada
kami sehingga Modul praktikum Mata Ajar Keperawatan Perioperatif bagi mahasiswa
Program Studi Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ini
dapat kami susun. Modul berisi lima belas kegiatan belajar tentang konsep dasar
keperawatan periperatif.
Kami menyadari bahwa modul praktika Mata Ajar Keperawatan Perioperatif ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kami mengharapkan masukan dan saran
demi sempurnanya modul ini,serta kesesuaian isi modul dengan perkembangan praktek
ilmu Keperawatan Perioperatif.
DAFTAR ISI
BIODATA MAHASISWA ........................................................................................... 2
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 3
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 4
TATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM KEPERAWATAN ................. 5
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 7
KEGIATAN BELAJAR 1 : Teknik cuci tangan scrubing ........................................... 9
KEGIATAN BELAJAR 2 : Pengajaran Pra Bedah Leg exercise, batuk efektif, teknik
kontrol nyeri ................................................................... 13
KEGIATAN BELAJAR 3 : Timbang terima pasien di kamar bedah dan
chek list alkes .................................................................. 17
KEGIATAN BELAJAR 4 : Pemakaian baju, tutup kepala, masker & alas kaki kamar
bedah ............................................................................... 21
KEGIATAN BELAJAR 5 : Persiapan basic instrumens dan instrumens set ............... 25
KEGIATAN BELAJAR 6 : Posisi posisi pasien dalam kamar operasi ....................... 29
KEGIATAN BELAJAR 7 : Pengelolaan sampah kamar operasi ................................ 36
KEGIATAN BELAJAR 8 : Identifikasi kamar bedah ................................................. 38
KEGIATAN BELAJAR 9 : Pengkajian Aldrete score, steward dan
bromage score ................................................................. 45
KEGIATAN BELAJAR 10: Sign in-time out-sign out kamar bedah .......................... 49
KEGIATAN BELAJAR 11: Teknik gowning dan gloving ......................................... 53
KEGIATAN BELAJAR 12: Identifikasi jenis benang dan jarum jahit ....................... 57
KEGIATAN BELAJAR 13: Teknik & jenis jahit luka/ wound closer ........................ 62
KEGIATAN BELAJAR 14: Persiapan linen dan teknik drapping .............................. 67
PENUTUP ................................................................................................................... 73
B. Selama Praktikum
1. Praktikan dapat memulai praktikum setelah luluslatihan unjuk kerja sesuai
standard nilai yang ditetapkan untuk prosedur yang akan dilakukan dan
mendapat petunjuk serta ijin dari tutor yang bersangkutan untuk
menyiapkanpelaksanaan prosedur.
2. Selama praktikum berlangsung, praktikan :
a. Dilarang meninggalkan ruangan tanpa seijin tutor atau penanggung jawab
hari tersebut.
b. Harus dapat menjaga keselamatan diri, alat-alat, kebersihan laboratorium,
dan ketertiban.
C. Selesai Praktikum
1. Setelah praktikum selesai dan disetujui tutor, praktikan :
PENDAHULUAN
Deskripsi Modul, Relevansi, dan Petunjuk Belajar
pada setiap kegiatan belajar, silahkan Anda menilai kemampuan keterampilan Anda.
Selamat belajar, jangan pernah ragu untuk mencoba dan tetap berlatih.
Kegiatan Belajar 1
TEKNIK CUCI TANGAN SCRUBBING
170 Menit
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
( K O G N I T I F, AF E K T I F, D A N
P S I K O M O TO R )
Setelah Anda menyelesaikan kegiatan belajar 1, selama 1 x 120 menit
praktika di laboratorium, diharapkan Anda dapat:
1. Menjelaskan tujuan cuci tanga scrubbing
2. Mendemonstrasikan prosedur cuci tangan scrubbing
B. POKOK-POKOK MATERI
3. Persiapan
a) Petugas
1) Kuku jari harus pendek
2) Menyingsingkan lengan baju seragam sampai diatas siku
D. PROSEDUR SCRUBBING
5cm diatas siku hingga bersih, bila diulang tetap dari ujung jari ke
lengan tidak boleh bolak balik.
11 Peras spon dan lumuri kembali tangan sampai 3/4lengan dengan
menggunakan clorhexidin 4%.
12 Gunakan spon untuk membersihkan tangan kanan, mulailah
menggosok telapak tangan selama 15 detik, punggung tangan 15
detik, kemudian seluruh jari secara berurutan selama 30 detik. Setiap
jari digosok seolah mempunyai 4 sisi.
13 Gunakan spon untuk membersihkan tangan kiri, mulailah menggosok
telapak tangan selama 15 detik, punggung tangan 15 detik, kemudian
seluruh jari secara berurutan selama 30 detik. Setiap jari digosok
seolah mempunyai 4 sisi.
14 Buang spon, kemudian bilas tangan dibawah air mengalir dari ujung
jari hingga 5cm diatas siku sampai bersih.
15 Ambil clorhexidin 4% dan lumuri kembali sampai pergelangan
tangan, gosok tangan selama satu menit untuk kedua tangan dengan
tehnik cuci tangan prosedural, kemudian bilas dibawah air mengalir
sampai bersih.
16 Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai kesiku, untuk
mencegah kontaminasi.
17 Matikan kran dengan siku atau kaki jika tidak menggunakan kran
otomatis.
18 Pertahankan posisi tangan saat menuju kamar operasi.
19 Gunakan punggung anda untuk membuka kamar bedah, jika tidak
tersedia pintu otomatis
E. LATIHAN/TRIGGER CASE/TUGAS
C.
Setelah Anda selesai membaca prosedur menggosok tangan dengan cairan
berbasis alcohol dan menggunakan air dan sabun pada kegiatan belajar 1, buatlah
rangkuman pada buku catatan urutan prosedur cuci tangan scrubbing di atas untuk
memudahkan Anda mengingat dan mendemonstrasikan kembali. Diskusikan
rangkuman Anda dengan anggota kelompok yang lain.
R
A
T
F
A
D
.
F
Modul Praktika Mata Kuliah Keperawatan Perioperatif
Kegiatan Belajar 2
170 Menit
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
( K O G N I T I F, A F E K T I F, D A N P S I K O M O TO R )
I
R
E
T
A
M
K
O
K
O
P
-
K
O
K
O
P
B.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran diatas, Anda akan mempelajari pokok-
pokok materi sebagai berikut:
1. Tujuan leg exercise, batuk efektif, teknik kontrol nyeri
2. Prosedur leg exercise, batuk efektif, teknik kontrol nyeri
I
R
E
T
A
M
N
A
I
A
R
U
.
C
1. Definisi leg exercise, nafas dalam batuk efektif, teknik kontrol nyeri
Leg exercise adalah suatu latihan persiapan fisik yang di ajarkan kepada pasien
sebelum operasi (pra operatif)
Latihan napas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan
diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh (Parsudi, dkk., 2002). Napas dalam merupakan bagian dari
melakukan batuk efektif yang memiliki suatu metode batuk dengan benar, dimana
klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak
secara maksimal.
2. Tujuan dilakukan latihan pra bedah
a Leg excercise Memperlancar peredaran darah, Mencegah vena statis,
Mempertahankan tonus otot
b Batuk efektif Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret,
Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laboratMengurangi sesak
nafas karena akumulasi secret
c Nafas dalam Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
a. Peralatan dan bahan yang harus Anda siapkan untuk batuk efektif adalah:
1) Kertas tissue
2) Bengkok
3) Perlak dan pengalas
4) Handuk
5) Sputum pot berisi desinfektan / lisol 2-3%
G
E
L
R
U
D
E
S
O
R
P
.
D
1. Menjaga privacy
2. Mengajak pasien berdo`a (membaca basmalah)
3. Ajarkan pada pasien tiga bentuk latihan yang berisi tentang
gastroknemius.
4. Lakukan dorsofleksi dan plantar fleksi pada kaki. Latihan
betis
5. Fleksi dan ekstensikan lutut serta penekanan kembali lutut ke
tempat tidur
6. Naikkan dan turunkan dari permukaan tempat tidur. Ekstensikan
K
U
T
A
B
R
U
D
E
S
O
R
P
.
E
1. Mempersiapkan pasien
2. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen
K
A
D
N
I
T
N
A
D
K
I
L
A
B
N
A
P
M
U
.
H
Apakah Anda sudah melakukan penilaian prosedur latihan pra bedah secara
mandiri?Jika sudah dan dilakukan dengan benar setiap langkah, mintalah penilaian pada
tutor sesuai dengan jadual pada RPS.Anda akan dinyatakan lulus atau kompeten bila
telah mampu melakukan prosedur sesuai dengan daftar tilik lembar unjuk kerja.
A
K
A
T
S
U
P
R
A
T
F
A
D
.
I
Kegiatan Belajar 3
H
A
D
E
B
R
A
M
A
K
A
M
RI
E
T
G
N
A
B
M
TI
t
i
n
e
M
0
7
1
,
F
I
T
I
N
G
O
K
(
N
A
R
A
J
A
L
E
B
M
E
P
N
A
U
J
U
T
K
O
K
O
P
.
B
I
R
E
T
A
M
N
A
I
A
R
U
.
C
1. Definisi Timbang Terima Pasien di Kamar Bedah
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu
laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima pasien di kamar bedah
adalah tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan/
bangsal dan staf kamar operasi.
2. Tujuan
a Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh petugas ruangan dan
kamar operasi agar pelaksanaan operasi bisa berhasil dengan baik dan
mengutamakan keselamatan pasien.
b Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus lainnya yang
dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan operasi tersebut.
3. Persiapan
Dalam hal ini, petugas ruangan dan petugas kamar operasi bertanggung jawab
atas persiapan pasien calon operasi. Petugas ruangan dan petugas kamar harus
memperhatikan hal-hal berikut dalam timbang pasien, antara lain:
a Identitas pasien
b Validasi data pasien
c Telaah catatan medis pasien
d Check list pra operasi
e Persiapan yang di lakukan sebelum dilakukan pembedahan :
1) Pasien di anjurkan puasa 6-8 jam sebelum di lakukan tindakan operaasi
2) Pasien mandi steril dan sebelumnya pasien di beikan informasi mengenai
daerah pembedahannya agar pada daerah tersebut di bersihkan
3) Pasien di pantau TTV
4) Pasien di lakukan pemeriksaan fungsi ginjal
5) Pasien di lakukan pembersihan pada bagian lambung dan kolon
6) Pasien menggunakan pakaian khusus sebelum memasukan ruang operasi.
M
I
R
E
T
G
N
A
B
M
I
T
R
U
D
E
S
O
R
P
.
D
pada kegiatan belajar 3, buatlah rangkuman pada buku catatan urutan prosedur timbang
terima di kamar bedah di atas untuk memudahkan Anda mengingat dan
mendemonstrasikan kembali.
T
U
NJ
A
L
K
A
D
N
TI
N
A
D
K
LI
A
B
N
PA
M
U
.
F
Apakah Anda sudah melakukan penilaian prosedur timbang terima di kamar
bedah secara mandiri? Jika sudah dan dilakukan dengan benar setiap langkah, mintalah
penilaian pada tutor sesuai dengan jadual pada RPS. Anda akan dinyatakan lulus atau
kompeten bila telah mampu melakukan prosedur sesuai dengan daftar tilik lembar unjuk
kerja. Apabila anda dinyatakan belum kompeten maka Anda diberi kesempatan untuk
mengikuti penilaian kembali pada prosedur keperawatan dimaksud.
A
K
A
T
S
U
P
R
A
T
F
A
D
.
G
Le Mone, R & Burke,K.M., (2000). Medical surgical nursing critical thinking in
client care .2 Ed.New Jersey: Prentice Hall Inc
L u c k m a n a n d S o r e n s e n ( 1 9 9 3 ) . M e d i c a l S u rg i c a l N u r s i n g : A
P s y c h o p h y s i o l o g y a p p ro a c h . To k y o : W B S o u n d e r C o
Kegiatan Belajar 4
AH
BED
R
MA
KA
I
KAK
S
ALA
DAN
KER
MAS
,
ALA
KEP
UP
TUT
U,
BAJ
IAN
AKA
PEM
A
CAR
t
i
n
e
M
0
7
1
,
F
I
T
I
N
G
O
K
(
N
A
R
A
J
A
L
E
B
M
E
P
N
A
U
J
U
T
Setelah Anda menyelesaikan kegiatan belajar 4, selama 1 x 170 menit praktika di
laboratorium, diharapkan Anda dapat:
1. Menjelaskan tujuan pemakaian baju, tutup kepala, masker dan alas kaki kamar
bedah.
2. Mendemonstrasikan cara pemakaian baju, tutup kepala, masker dan alas kaki
kamar bedah
K
O
K
O
P
.
B
I
R
E
T
A
M
N
A
I
A
R
U
.
C
1. Definisi Pemakaian Baju, Tutup Kepala, Masker Dan Alas Kaki Kamar Bedah
Memakai baju
operasi, tutup kepala, masker dan alas kaki kamar bedah adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seorang dokter, perawat, atau bidan sebelum melakukan kegiatan
operasi.
2. Tujuan
a. Memakai baju operasi bertujuan mencegah terjadinya kontaminasi dari perawat,
Mencegah pindahnya mikroorganisme dari perawat (teknik pertahanan).
b. Memakai tutup kepala mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut
dan kulit kepala petugas terhadap alat –alat daerah steril
c. Memakai masker bedah bertujuan mencegah membran mukosa petugas terkena
kontak dgn percikan darah dan cairan tubuh, mencegah kontak droplet dari
mulut dan hidung yang mengandung mikroorganisme
3. Persiapan
Dalam hal ini, petugas ruangan dan petugas kamar operasi bertanggung jawab
atas persiapan. Petugas ruangan dan petugas kamar harus memperhatikan hal-hal
berikut dalam memakai baju operasi, tutup kepala, masker dan alas kaki kamar
bedah, antara lain:
a. Memakai baju bedah
1) Waktu Memakai Baju Bedah
Memakai baju operasi dilakukan pada saat perawat ataupun tim
kesehatan lainnya akan melakukan operasi kepada pasien.
b. Memakai topi bedah
1) Mengenal macam-macam bentuk topi bedah
P
U
T
U
T
,
H
A
D
E
B
U
J
A
B
I
A
K
A
M
E
M
R
U
D
E
S
O
R
P
.
D
Setelah Anda selesai membaca prosedur cara pemakaian baju, tutup kepala,
E
masker dan alas kaki kamar bedah pada kegiatan belajar 4, buatlah rangkuman pada
buku catatan urutan prosedur cara pemakaian baju, tutup kepala, masker dan alas kaki
F
kepala, masker dan alas kaki kamar bedah secara mandiri? Jika sudah dan dilakukan
dengan benar setiap langkah, mintalah penilaian pada tutor sesuai dengan jadual pada
RPS. Anda akan dinyatakan lulus atau kompeten bila telah mampu melakukan prosedur
sesuai dengan daftar tilik lembar unjuk kerja.
A
K
A
T
S
U
P
R
A
T
F
A
D
.
G
Le Mone, R & Burke,K.M., (2000). Medical surgical nursing critical thinking
in client care .2 Ed.New Jersey: Prentice Hall Inc
Kegiatan Belajar 5
N
E
M
U
R
T
S
N
I
C
I
S
A
B
N
A
P
A
I
S
R
E
P
t
i
n
e
M
0
7
1
N
RA
AJ A
EL
MB
PE
N
UA
TU J
A.
D
,
F
I
T
K
E
F
A
,
F
I
T
I
N
G
O
K
(
Setelah Anda menyelesaikan kegiatan belajar 5, selama 1 x 170 menit praktika
di laboratorium, diharapkan Anda dapat:
a. Melakukan persiapan basic instrumens dan instrumens set kamar bedah
K
O
K
O
P
.
B
pokok materi sebagai berikut:
a. Basic instrumens dan instrumens set kamar bedah
1. Definisi
I
R
E
T
A
M
N
A
I
A
R
U
.
C
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk pembedahan.
Instrumen dasar/basic instrument merupakan dasar atau persiapan dasar dari
alat-alat bedah umum.
Instrumen khusus yaitu alat yang khusus dipergunakan untuk operasi tertentu
Instrumentasi teknik (instek) merupakan metode atau cara praktis dalam
menyiapkan, merencanakan, mengatur, melaksanakan dan memantau instrumen atau
bahan yang dipergunakan sesuai dengan jenis operasi.
S
N
E
M
U
R
T
S
N
I
C
I
S
A
B
.
D
NO INSTRUMENT JUMLAH
1 desifektan klem 1 buah
2 Duk klem/ Tenaculum Forces 12 buah
3 Handvat mes no 4/ tangkai pisau/ Scapel 1 buah
4 Handvat mes no 3 1 buah
5 Pincet anatomi 2 buah
6 Pincet chirugie 2 buah
7 Arteri klem van pean lurus 6 buah
8 Arteri klem van pean bengkok 6 buah
9 Arteri klem van kocher lurus 6 buah
10 Arteri klem van koche bengkok 6 buah
11 Gunting preparasi (besar bengkok) 1buah
12 Gunting metzemboum ( kecil bengkok) 1 buah
13 Gunting benang 1 buah
14 Nald Voerder/ Pemegang jarum 2 buah
15 Woundhaag/ pengait luka bergigi 4 tajam 1 pasang
T
E
S
S
N
E
M
U
R
T
S
N
I
.
E
1. Set bedah minor
NO INSTRUMENTS
1 Nald vooder/Needle
2 Holder/Nald Heacting
3 Gunting
4 Pisau Bedah
5 Klem (Clamp)
6 Retraktor (Wound Hook)
7 Pinset
8 Deschamps Aneurysm Needle
9 Wound Curet
10 Sonde (Probe
11 Korentang
2. Set Bedah Mayor
NO INSTRUMENTS
1 Scalpel dan Scalpel Handle
2 Gunting
3 Forceps
4 Tang
5 Needle Holders
6 Probes
7 Instrument tray
S
A
G
U
T
E/
S
A
C
R
E
G
G
RI
T
N/
A
H
TI
A
L
.
K
A
D
N
I
T
N
A
D
K
I
L
A
B
N
A
P
M
U
.
G
Apakah Anda sudah melakukan penilaian basic instruments dan instruments set
kamar bedah secara mandiri? Jika sudah dan dilakukan dengan benar setiap langkah,
mintalah penilaian pada tutor sesuai dengan jadual pada RPS. Anda akan dinyatakan
lulus atau kompeten bila telah mampu melakukan prosedur sesuai dengan daftar tilik
lembar unjuk kerja.
R
A
T
F
A
D
.
thinking in client care .2 Ed.New Jersey: Prentice Hall Inc
Kegiatan Belajar 6
.
ASI
ER
OP
R
MA
KA
M
LA
DA
IEN
PAS
I
SIS
PO
t
i
n
e
M
0
7
1
Setelah Anda menyelesaikan kegiatan belajar 6 , selama 1 x 170 menit
I
T
I
N
G
O
K
(
N
A
R
A
J
A
L
E
B
M
E
P
N
A
U
J
U
T
praktika di laboratorium, diharapkan Anda dapat:
1. Mengatur posisi pasien dalam kamar bedah
B . P O K O K - P O K O K M AT E R I
I
S
I
S
O
P
M
A
C
A
M
M
A
C
A
M
.
D
Pasien berbaring terlentang dan kepala disokong dengan bantal. Lengan
diletakkan disamping tubuh atau diregangkan pada papan lengan. Tumpuan
berat badan berada pada oksiput, pundak dan scapula, sacrum, betis, dan tumit.
Pada posisi ini lordosis lumbal yang normal dapat hilang, yang bisa
mengakibatkan nyeri punggung post operasi. Insidens terjadinya keluhan nyeri
post op ini dihubungkan dengan lamanya operasi.
Posisi Supine biasanya digunakan pada operasi otak, operasi jantung,
operasi Ekstrimitas, Abdomen, dll.
a. Variasi Posisi Supine
1) Posisi supine dengan kontur / Lawn Chair
Panggul dan lutut sedikit fleksi mirip dalam posisi anatomi alami
sendi yang diasumsikan sama dengan posisi istirahat pada kursi malas.
Posisi ini termasuk pada posisi yang lebih alami, khususnya pada
prosedur operasi yang lama, karena sendi ekstremitas bawah tidak terlalu
terekstensi, tidak sama halnya dengan posisi supine tradisional. Dengan
bantal dibawah bahu, kepala dinaikkan diatas posisi atrium, sehingga
dapat mengurangi tekanan vena serebri.
Keuntungan dari posisi ini terletak pada kenyamanan baik pasien
sadar maupun tersedasi karena berat badan lebih terdistribusikan, dan
mengurangi tegangan pada panggul dan sendi lutut.
2) Posisi supine frogleg (kaki kodok)
Dilakukan dengan fleksi yang bersamaan dari panggul dan lutut,
dimana panggul berotasi keluar, menjadikan tumit berada pada posisi
midline. Posisi paha selanjutnya dirotasi eksterna dari panggul. Bantalan
diletakkan dibawah lutut, pada bagian lateral paha dan bagian kaki yang
rendah
3) The Supine-Hanging leg position (Posisi supine dengan kaki tergantung)
Digunakan pada operasi yang melibatkan sendi lutut. Pada posisi
ini pasien ditempatkan pada ujung meja operasi, sehingga lutut
tergantung di ujung meja.
4) Thyroiditis Position
Thyroiditis yaitu posisi supinasi dimana daerah leher pasien sedikit
ekstensi.
Tujuan : Operasi daerah leher (operasi thyroidectomy, operasi
Oessopogus, operasi Larynx, operasi tracheostomia).
b. Komplikasi Posisi Supine
1) Beberapa permukaan kulit beresiko terjadinya trauma dari tekanan
langsung (Gambar 4).
2) Menimbulkan bulla dan nekrosis kulit karena penurunan aliran darah
kulit.
3) Pada bayi kecil dan anak-anak, kepala mereka beresiko selama anestesi
yang memanjang dengan posisi supine. Sebagian besar area oksipital
merupakan tumpuan penuh dari berat kepala, yang berpotensi
menimbulkan iskemik akibat tekanan dan kerontokan rambut.
4) Alopesia (kebotakan sirkular) dapat terjadi dalam beberapa hari atau
minggu setelah operasi. Bahkan tumpuan yang adekuat tidak dapat
mencegah terjadinya trauma selama prosedur operasi yang lama.
Pengangkatan kepala dan pijatan kulit kepala ringan atau menolehkan
kepala dalam interval waktu yang teratur dapat mencegah masalah
tersebut diatas.
Yakni suatu posisi dimana pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.
Friedrich Trendelenburg mempopulerkan posisi operasi dengan head
down 45o sekitar tahun 1870an dengan tujuan meningkatkan akses menuju pelvis
disebabkan isi abdomen akan bergeser ke arah cephal mengikuti gravitasi.
b. Komplikasi Posisi Reverse Trendelenburg :
3. Posisi Lateral
Posisi Lateral yaitu posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan
sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu.
a. Kidney Position
Posisi ginjal dengan kidney rest dibagian bawah krista iliaka untuk
meminimalkan interferensi pada pergerakan diafragma bagian bawah.
Kidney rest, penghalang meja yang dielevasikan, digunakan untuk semakin
memisahkan krista iliaka dari tepi lateral kosta. Dapat dilihat pada
penggunaan posisi ginjal, dimana fleksi truncal dapat menyebabkan
penurunan kapasitas vital hingga 15%. Penurunan ini disebabkan
terbatasnya pergerakan dinding dada dan gangguan pergerakan
hemidiafragma bilateral.
B. Knee Chest Position
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Tujuan :
a) Operasi: Vesico/Rektovaginal Fistel
b) Tindakan: Sigmoidescopy, Endoscopy
4. Fowler Position
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
a. Manfaat : Memberikan anestesi kepada pasien yang full stomach (perut penuh)
b. Tujuan : untuk tindakan operasi Craniotomy atau daerah wajah.
5. Posisi prone
Posisi prone yaitu posisi dimana pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring
dengan wajah menghadap ke bantal.
Tujuan : untuk tindakan operasi pada bagian kepala belakang, punggung, lutut
bagian belakang.
Komplikasi yang berhubungan dengan posisi prone dengan kepala yang
dielevasi atau posisi supine dengan kepala yang dielevasi hampir sama dengan posisi
prone dan supine tradisional. Disamping komplikasi yang mungkin muncul sebagai
hasil dari perubahan fisiologis akibat reposisi, pada posisi prone dengan kepala yang
dielevasi ditakutkan terjadinya komplikasi opthalmika berupa kompresi pada mata.
6. Posisi Litotomi
Posisi Litotomi adalah posisi dimana pasien berbaring telentang dengan
mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas bagian perut.
Tujuan : untuk tindakan Operasi kebidanan, hemorrhoid, Operasi urologi
(TUR, Cyctoscopy).
Komplikasi Yang Berhubungan Dengan Posisi Litotomi
a. Walaupun beberapa komplikasi telah dilaporkan, termasuk rasa terbakar pada
jari, low back pain (14%) pada pasien post operasi, rhabdomiolisis, dan
peningkatan kreatinin kinase akibat kompresi otot betis dan iskemia, tidak ada
satupun yang ditemukan pada anak-anak.
b. Sindrom compartment, sangat jarang tetapi merupakan komplikasi yang
mengancam jiwa, terjadi setelah prosedur yang cukup lama pada kelompok usia
pediatrik. Fasciotomi diperlukan untuk pemulihan sindrom compartment,
c. Untuk prosedur yang cukup lama, penggunaan penyangga kaki yang
ditempatkan pada fossa poplitea atau betis sebaiknya dihindari.
d. Hipotensi sistemik sebaiknya dihindari dan resiko pemberian zat-zat
vasokonstriktor yang menurunkan aliran darah perifer sebaiknya harus
diperhatikan.
G
U
T
/
E
S
A
C
R
E
G
G
I
R
T
/
N
A
H
I
T
A
L
.
Setelah Anda selesai membaca macam-macam posisi pasien dalam kamar
E
bedah pada kegiatan belajar 6, buatlah rangkuman pada buku catatan macam-macam
posisi pasien dalam kamar bedah di atas untuk memudahkan Anda mengingat dan
mendemonstrasikan kembali. Diskusikan rangkuman Anda dengan anggota kelompok
yang lain.
R
A
T
F
A
D
.
G
Kegiatan Belajar 7
PENGELOLAAN SAMPAH
KAMAR BEDAH
170 Menit
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
( K O G N I T I F, A F E K T I F, D A N
P S I K O M O TO R )
Setelah Anda menyelesaikan kegiatan belajar 7, selama 1 x 170 menit
praktika di laboratorium, diharapkan Anda dapat:
1. Menjelaskan langkah – langkah dalam melakukan pengelolaan sampah medik
dan non medik di kamar bedah.
B. POKOK-POKOK MATERI
RI
E
T
A
M
N
A
I
A
R
U
C.
1. Tujuan pengelolaan sampah kamar bedah
a Sebagai acuan langkah – langkah dalam melakukan pengelolaan sampah medik
dan non medik di kamar operasi.
b Mencegah terjadinya penularan penyakit atau infeksi nosokomial.
E. LATIHAN/TRIGGER CASE/TUGAS
D.
Kegiatan Belajar 8
H
DA
BE
R
MA
KA
ASI
FIK
NTI
IDE
t
i
n
e
M
0
7
1
N
A
R
A
J
A
L
E
B
M
E
P
N
A
U
J
U
T
Setelah Anda menyelesaikan kegiatan belajar 8, selama 1 x 170 menit
I
T
I
N
G
O
K
(
B . P O K O K - P O K O K M AT E R I
1. Definisi
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan
keadaan suci hama (steril).
6. Tim Operasi
Steril :
a. Ahli bedah
b. Asisten bedah
c. Perawatan Instrumentator (Scrub Nurse)
a) Setelah pembedahan (Post Operasi)
a) Memfiksasi drain, dan kateter.
b) Membersihkan dan memeriksa adanya kerusakan kulit pada
daerah yang dipasang elektrode.
c) Menggantikan alat tenun, baju pasien dan penutup serta
memindahkan pasien dari meja operasi ke kereta dorong.
d) Memeriksa dan mneghitung semua instrumen dan menghitung
sebelum dikeluarkan dari kamar operasi.
e) Memeriksa ulang catatan dan dokumentasi pembedahan dalam
keadaan lengkap.
f) Membersihkan instrumen bekas pakai dengan cara :
g) Pembersihan awal.
h) Merendam dengan cairan desinfektan yang mengandung
deterjen.
i) Menyikat sela – sela instrumen.
j) Membilas dengan air mengalir.
k) Mengeringkan.
Non Steril :
a. Ahli anastesi
b. Perawat anastesi
c. Circulating nurse
d. Teknisi (operator alat, ahli patologi,dll)
Peran Perawat Sirkuler
1) Definisi Perawat Sirkuler
Tenaga perawatan profesional yang diberi wewenang dan tanggung
jawab membantu kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan.
2) Peran Perawat Sirkuler
1) Sebelum Pembedahan (Pre Operasi)
a) Menerima pasien yang akan dibedah.
b) Memeriksa dengan menggunakan formulir “ check list “ meliputi :
c) Memeriksa pemeriksaan fisik.
d) Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan sesuai isian check
list, dengan perawat ruang rawat.
e) Memberikan penjelasan ulang kepada pasien sebatas kewenangan
tentang :
1. Tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
2. Tim bedah yang akan menolong.
3. Fasilitas yang ada didalam kamar bedah antara lain lampu operasi
dan mesin pembiusan.
4. Tahap – tahap anestesi.
2) Saat pembedahan
a) Mengatur posisi pasien sesuai jenis pembedahan dan bekerja sama
dengan petugas anestesi.
b) Membuka set steril dengan memperhatikan teknik aseptik.
c) Mengingatkan tim bedah jika mengetahui adanya penyimpangan
penerapan teknik aseptik.
d) Mengikatkan tali jas steril tim bedah.
e) Membantu, mengukur dan mencatat kehilangan darah dan cairan,
dengan cara mengetahui : jumlah produksi urine, jumlah perdarahan,
jumlah cairan yang hilang.
f) Mencatat jumlah cairan yang hilang dengan cara menjumlahkan
perdarahan yang berasal dari kasa, suction, urine dikurangi dengan
pemakaian cairan untuk pencucian luka selama pembedahan.
g) Melaporkan hasil pemantauan dan pencatatan kepada ahli anestesi.
h) Menghubungi petugas penunjang medis ( petugas radiologi, petugas
laboratorium ) bila diperlukan selama pembedahan.
i) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan.
j) Menghitung dan mencatat pemakaian kain kasa, bekerjasama dengan
perawat instrumen.
k) Mengukur dan mencatat tanda – tanda vital.
3) Setelah pembedahan
a) Membersihkan dan merapikan pasien yang sudah selesai dilakukan
pembedahan.
b) Memindahkan pasien dari meja operasi ke kereta dorong yang telah
disediakan.
c) Mengukur dan mencatat tanda – tanda vital :
Pernafasan.
Tekanan darah.
Suhu, nadi.
d) Mengukur tingkat kesadaran, dengan cara memanggil nama pasien,
memberikan stimulus, memeriksa reaksi pupil.
e) Meneliti, menghitung dan mencatat obat – obatan serta cairan yang
diberikan kepada pasien.
f) Memeriksa kelengkapan dokumen medik antara lain :
Laporan pembedahan.
Laporan anestesi.
Pengisian formulir Patologi Anatomi ( PA ).
7. Post Operasi
Dimulai masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery room) dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik rumah.
Peran perawat : fokus pengkajian efek anestesi, memantau fungsi vital serta
mencegah komplikasi.
Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, yaitu:
a Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anestesr
(recovery room/ruang pemulihan)
b Perawatan pasca anestest di ruang pulih (RR)
c Transformasi pasien ke ruang rawat
8. Identifikasi Kamar Bedah
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi
yang terdiri atas topi, masker, baju dan celana operasi.
c Area ketat/terbatas (restricted area).
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi
lengkap dan melaksanakan prosedur aseptic.
d Daerah Aseptik 0
digunakan untuk meletakkan kasa, kain steril, dan perban dan alat-alat
bedah, jaringan yang dibuang juga diletakkan di tempat itu, orang-orang
yang berhubungan dengan pembedahan yaitu ahli bedah, perawat
instrumentator berada di daerah asepsis 0
e Daerah asepsis 1 & 2
digunakan untuk meletakkan alat-alat anestesi dan alat-alat rontgen bila
ada, orang anestesi juga berada di sini.
S
A
G
U
T
E/
AS
C
R
E
G
G
RI
T
N/
A
H
TI
A
L
.
D
Setelah Anda selesai membaca macam-macam posisi pasien dalam kamar
bedah pada kegiatan belajar 8, buatlah rangkuman pada buku catatan Identifikasi
kamar bedah di atas untuk memudahkan Anda mengingat dan mendemonstrasikan
kembali. Diskusikan rangkuman Anda dengan anggota kelompok yang lain.
Demonstrasikan Identifikasi kamar bedah dengan anggota kelompok yang lain, dan
lakukan penilaian secara mandiri. Jika Anda dapat melakukan prosedur ini dengan
benar lanjutkan dengan penilaian dengan tutor Anda sesuai jadual di RPS.
K
I
L
A
B
N
A
P
M
U
.
E
sudah dan dilakukan dengan benar setiap langkah, mintalah penilaian pada tutor sesuai
dengan jadual pada RPS. Anda akan dinyatakan lulus atau kompeten bila telah mampu
melakukan prosedur sesuai dengan daftar tilik lembar unjuk kerja. Apabila anda
dinyatakan belum kompeten maka Anda diberi kesempatan untuk mengikuti penilaian
kembali pada prosedur keperawatan dimaksud. Jika Anda sudah dinyatakan kompeten
melakukan macam-macam posisi pasien dalam kamar beda Identifikasi kamar bedah h
maka Anda berhak mempelajari kegiatan belajar 9 berikutnya. Bagus sekali dan
selamat
R
A
T
F
A
D
.
F
Modul Praktika Mata Kuliah Keperawatan Perioperatif
Kegiatan Belajar 9
,
e
r
o
c
S
e
t
e
r
d
l
A
n
a
i
j
a
k
g
n
e
P
t
i
n
e
M
0
7
1
N
A
R
A
J
A
L
E
B
M
E
P
N
A
U
J
U
T
RI
E
T
A
M
N
A
I
A
R
U
C.
C.
1. Komplikasi Pasa Bedah
a Komplikasi Respirasi
Problem-problem respirasi adalah komplikasi serius yang paling sering
ditemukan di PACU. Kebanyakan berhubungan dengan sumbatan jalan
nafas, hipoventilasi dan hipoksemia. Karena hipoksemia adalah jalan akhir
menuju morbiditas dan mortalitas, monitor rutin oksimetri denyut di PACU
akan mengenali lebih awal komplikasi –komplikasi ini dengan hasil yang
sedikit agak menyimpang.
1) Sumbatan Jalan Nafas
2) Hipoventilasi
3) Hipoksemia
b Komplikasi Kardiovaskuler
Gangguan sirkulasi yang paling umum di PACU adalah hipotensi,
hipertensi dan aritmia. Kemungkinan ketidaknormalan sirkulasi itu adalah
sekunder dari gangguan sirkulasi yang mendasar yang selalu harus
dipertimbangkan sebelum beberapa intervensi yang lain.
1) Hipotensi
2) Hipertensi
3) aritmia
Pengkajian yang dilakukan untuk pasien yang dilakukan spinal anestesi
E
OR
SC
E
ET
DR
AL
N
JIA
KA
NG
PE
UR
ED
OS
PR
D.
GERAKAN SKOR
Dapat menggerakan ke 4 ekstremitasnya sendiri atau dengan perintah 2
Dapat menggerakkan ke 2 ekstremitasnya sendiri atau dengan perintah 1
Tidak dapat menggerakkan ekstremitasnya sendiri atau dengan perintah 0
PERNAPASAN
Bernapas dalam dan kuat serta batuk 2
Bernapas berat atau dispnu 1
Apnu atau napas dibantu 0
TEKANAN DARAH SKOR
N
A
I
J
A
K
G
N
E
P
R
U
D
E
S
O
R
P
.
E
GERAKAN SKOR
Melakukan Pergerakan bertujuan 2
Melakukan pergerakan tidak bertujuan 1
Tidak dapat menggerakkan ekstremitasnya sendiri 0
PERNAPASAN
Bernapas dalam dan kuat serta batuk/menagis 2
Bernapas berat atau dispnu 1
Apnu atau napas dibantu 0
KESADARAN SKOR
Menagis/ Sadar Penuh 2
Ada reaksi terhadap rangsangan 1
Tidak sadar, tidak ada reaksi terhadap rangsangan 0
Dapat Di pindah ke ruangan apabila score > 5
E
OR
SC
E
AG
M
O
BR
N
JIA
KA
NG
PE
UR
ED
OS
PR
F.
GERAKAN SKOR
Dapat Mengangkat Tungkai Bawah 0
Tidak Dapat menekuk Lutut Tapi bisa Mengangkat Kaki 1
Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi masih dapat menekuk 2
lutut.
Tidak dapat mengangkat kaki sama sekali 3
R
E
G
G
I
R
T
/
N
A
H
I
T
A
L
.
G
Setelah Anda selesai membaca pengkajian aldrete score, steward score dan
bromage score pada kegiatan belajar 9, buatlah rangkuman pada buku catatan
pengkajian aldrete score, steward score dan bromage score di atas untuk memudahkan
Anda mengingat dan mendemonstrasikan kembali. Diskusikan rangkuman Anda
dengan anggota kelompok yang lain.
Kegiatan Belajar 10
H
DA
BE
AR
M
KA
T
OU
GN
SI
T-
OU
E
M
TI
IN-
GN
SI
t
i
n
e
M
0
7
1
Setelah Anda menyelesaikan kegiatan belajar 10, selama 1 x 170 menit praktika
I
T
I
N
G
O
K
(
N
A
R
A
J
A
L
E
B
M
E
P
N
A
U
J
U
T
.
A
di laboratorium, diharapkan Anda dapat:
Mengidentifikasi Fase Sign In- Time Out-Sing Out Kamar Bedah
K
O
K
O
P
.
B
pokok materi sebagai berikut:
1. Sign In
2. Time Out
3. Sign Out
N
A
I
A
R
U
.
C
kesehatan yang aman dan tidak menimbulkan kerugian bagi pasien yang dirawat
(Shojania et al., 2001).
Surgery safety ceklist WHO merupakan penjabaran dari sepuluh hal penting
tersebut yang diterjemahkan dalam bentuk formulir yang diisi dengan melakukan
ceklist. Ceklist tersebut sudah baku dari WHO yang merupakan alat komunikasi
yang praktis dan sederhana dalam memastikan keselamatan pasien pada tahap
preoperative, intraoperatif dan pasca operatif, dilakukan tepat waktu dan
menunjukan manfaat yang lebih baik bagi keselamatan pasien (WHO 2008).
saling kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim mengkonfirmasi
dengan suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar, pada pasien yang
benar. Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan
dalam 60 menit sebelumnya.
4. Pelaksanaan Checklist
Implementasi Surgical Safety Checklist memerlukan seorang koordinator
untuk bertanggung jawab untuk memeriksa checklist. Koordinator biasanya
seorang perawat atau dokter atau profesional kesehatan lainnya yang terlibat dalam
operasi. Surgical Safety Checklist dibagi tiga tahap yaitu sebelum induksi anestesi
(Sign In), periode setelah induksi dan sebelum bedah sayatan (Time Out), dan
periode selama atau segera setelah penutupan luka tapi sebelum mengeluarkan
pasien dari operasi kamar (Sign Out). Pada setiap fase, koordinator checklist harus
diizinkan untuk mengkonfirmasi bahwa tim telah menyelesaikan tugasnya sebelum
melakukan kegiatan lebih lanjut.
S
A
G
U
T
E/
S
A
C
R
E
G
G
RI
T
N/
A
H
TI
A
L
.
G
Setelah Anda selesai membaca Mengidentifikasi Fase Sign In- Time Out-Sing
Out Kamar Bedah pada kegiatan belajar 10, buatlah rangkuman pada buku catatan
urutan Mengidentifikasi Fase Sign In- Time Out-Sing Out Kamar Bedah diatas untuk
memudahkan Anda mengingat dan mendemonstrasikan kembali.
K
A
D
N
I
T
N
A
D
K
I
L
A
B
N
A
P
M
U
.
H
Apakah Anda sudah melakukan penilaian Mengidentifikasi Fase Sign In- Time
Out-Sing Out Kamar Bedah secara mandiri? Jika sudah dan dilakukan dengan benar
setiap langkah, mintalah penilaian pada tutor sesuai dengan jadual pada RPS. Anda
akan dinyatakan lulus atau kompeten bila telah mampu melakukan prosedur sesuai
dengan daftar tilik lembar unjuk kerja.
R
A
T
F
A
D
.
client care .2 Ed.New Jersey: Prentice Hall Inc
I
L u c k m a n a n d S o r e n s e n ( 1 9 9 3 ) . M e d i c a l S u rg i c a l N u r s i n g : A
P s y c h o p h y s i o l o g y a p p ro a c h . To k y o : W B S o u n d e r C o
Kegiatan Belajar 11
G
N
VI
O
L
G
N
A
D
G
N
NI
W
O
G
K
NI
K
TE
t
i
n
e
M
0
7
1
N
A
R
A
J
A
L
E
B
M
E
P
N
A
U
J
U
T
.
A
I
T
I
N
G
O
K
(
Setelah Anda menyelesaikan kegiatan belajar 11, selama 1 x 170 menit praktika di
laboratorium, diharapkan Anda dapat:
1. Melakukan tindakan gowning
2. Melakukan tindakan Gloving terbuka
3. Melakukan tindakan Gloving tertutup
N
A
S
A
H
A
B
K
O
K
O
P
.
B
Untuk mencapai tujuan pembelajaran diatas, Anda akan mempelajari pokok-pokok
materi sebagai berikut:
1. tindakan gowning
2. tindakan Gloving terbuka
3. tindakan Gloving tertutup
A. Pengertian
I
R
E
T
A
M
N
A
I
A
R
U
.
C
G
N
I
N
W
O
G
R
U
D
E
S
O
R
P
.
D
1. Memakai Gaun Bedah Secara Mandiri.
NO PROSEDUR YA/TIDAK
1 Cuci tangan dan pembedahan.
2 Buka bungkusan steril yang berisi baju steril.
3 Ambil baju steril secara aseptic yaitu pegang baju pada
garis leher bagian dalam dengan menggunakan tangan kiri
dan posisi tangan kanan tetap setinggi bahu.
4 Buka lipatan baju dengan cara melepaskan again yang
terjepit tangan dan jangan sampai terkontaminasi.
5 Tangan kiri tetap memegang bagian leher baju kanan dan
masukkan tangan kanan ke lubang lengan baju kanan,
diikuti dengan tangan kiri dimasukkan ke lengan kiri.
6 Perawat sirkulasi berdiri dibelakangnya untuk membantu
mengikat tali baju dengan menarik bagian belakang leher
baju.
7 Buka tali ikat pinggang, berikan salah satu ujung tali
tersebut pada perawat sirkulasi.
8 Dengan korentang tali tersebut terjepit, orang yang
memakai baju memutarkan badannya, kemudian
mengambil tali dari jepitan serta mengikat tali tersebut.
Pada saat memutar tidak boleh terjadi kontaminasi.
NO PROSEDUR YA/TIDAK
1 Petugas yang akan memakaikan jas kepada operator
harus sudah melakukan gauning dan gloving.
2 Setelah operator memakai baju dan sarung tangan steril
ambil baju dengan menggunakan bagian luarnya.
I
A
K
A
M
E
M
(
G
N
I
V
O
L
G
R
U
D
E
S
O
R
P
.
E
1. Memakai Sarung Tangan Steril Secara Mandiri.
NO PROSEDUR YA/TIDAK
1 Usahakan jari tangan tetap berada di dalam gaun saat
memegang sarung tangan yang terlipat keluar.
2 Pastikan sarung tangan sesuai dengan tangan kanan
(R/right) atau tangan kiri (L/left).
3 Posisikan jempol sarung tangan sejajar dengan jempol jari
dengan jari masih di dalam gaun, dengan bantuan tangan
satunya yang masih tertutup gaun pakai sarung tangan.
4 Seperti tahap sebelumnya lakukan pemakaian sarung
tangan pada tangan satunya dan rapikan.
S
A
G
U
T
E/
S
A
C
R
E
G
G
RI
T
N/
A
H
TI
A
L
.
F
K
A
D
N
I
T
N
A
D
K
I
L
A
B
N
A
P
M
U
.
G
Apakah Anda sudah melakukan penilaian prosedur gowning dan gloving secara
mandiri? Jika sudah dan dilakukan dengan benar setiap langkah, mintalah penilaian
pada tutor sesuai dengan jadual pada RPS. Anda akan dinyatakan lulus atau kompeten
bila telah mampu melakukan prosedur sesuai dengan daftar tilik lembar unjuk kerja.
Apabila anda dinyatakan belum kompeten maka Anda diberi kesempatan untuk
mengikuti penilaian kembali pada prosedur keperawatan dimaksud. Jika Anda sudah
dinyatakan kompeten melakukan latihan timbang terima di kamar bedah maka Anda
berhak mempelajari kegiatan belajar 12 berikutnya. Bagus sekali dan selamat.
R
A
T
F
A
D
.
client care .2 Ed.New Jersey: Prentice Hall Inc
Kegiatan Belajar 12
AH
BED
AR
KAM
ANG
BEN
DAN
UM
JAR
S
JENI
KASI
TIFI
DEN
GIN
MEN
t
i
n
e
M
0
7
1
Setelah Anda menyelesaikan kegiatan belajar 12, selama 1 x 170 menit praktika
I
T
I
N
G
O
K
(
N
A
R
A
J
A
L
E
B
M
E
P
N
A
U
J
U
T
.
A
di laboratorium, diharapkan Anda dapat:
1. Melakukan identifikasi jenis jarum dan benang kamar bedah
K
O
K
O
P
.
B
materi sebagai berikut:
1. Identifikasi Jenis Jarum Kamar Bedah
2. Identifikasi jenis Benang Kamar Bedah
I
R
E
T
A
M
N
A
I
A
R
U
.
C
1. DASAR TEORI
a Jarum bedah (surgical needles)
merupakan alat yang berfungsi untuk mengantarkan benang pada saat
melakukan penjahitan luka operasi. Pemilihan jarum bedah disesuaikan dengan
prosedu dan kebutuhannya.
1) Karakteristik utama jarum bedah
a) terbuat dari stainless steel
b) cenderung membengkok sebelum putus.
c) Cukup kuat untuk mempenetrasi jaringan tanpa bengkok.
d) elastis untuk menembus jaringan tanpa merusaknya.
e) Cukup tipis sehingga dapat meminimalisir trauma pada jaringan saat
penjahitan.
f) Cukup tajam untuk memudahkan penetrasi ke dalam jaringan.
2) Struktur jarum bedah
a) Ujung jarum ( point of needle)
b) Badan / Batang (body / shat needle)
c) Mata jarum (eye needle)
R
A
M
A
K
I
D
M
U
R
A
J
S
I
N
E
J
.
D
1. Bentuk-bentuk Jarum Bedah
a Lurus (straight)
b Curve
c ½ curve
d ¼ circle
e ½ circle
f ⅜ circle
g ⅝ circle
3) Klasifikasi jarum bedah
a) Jarum lepas
(1)Memerlukan waktu penyambungan benang dengan jarum
(2) Memerlukan re–sterilisasi
(3)Memerlukan perawatan ujung jarum
(4)Resiko jarum berkarat
(5)Resiko benang terlepas dari jarum
(6)Pemilihan jarum harus tepat dengan benang
b) Jarum atraumatic
(1)Benang bedah menyatu dengan jarum sekaligus
(2)Penyambungan benang bedah dengan jarum secara channelateau drilled
(3)Benang tunggal, sehingga menimbulkan trauma yang minimal pada
jaringan
R
A
M
A
K
I
D
G
N
A
N
E
B
S
I
N
E
J
.
E
a) Berdasarkan keberadaannya didalam tubuh pasien dibagi atas
(1) Diserap ( absorbable sutures )
Material di dalam tubuh akan diserap yang lamanya bervariasi,
sehingga tidak ada benda asing yang tertinggal di dalam tubuh.
(2) Tidak diserap ( non ansorbable sutures )
Merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan terhadap
enzim penyerapan dan tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa
reaksi penolakan selama bertahun – tahun.
b) Berdasarkan materi atau bahan
(1) Bahan Alami
(a) Dapat diserap : dibuat dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan
serabut collagen tendon flexsor sapi. contoh: surgical catgut plain
dan surgical catgut chromic.
Tidak diserap :terbuat dari linen maupun silk. Contohnya surgical
silk, virgin silk. Ada yang terbuat dari kapas, contoh: surgical
cotton.
(2) Bahan Sintetis
(a) Dapat diserap: Terbuat dari sintetik polimer, sehingga mudah
diserap oleh tubuh secara hidrolisis dan waktu penyerapan oleh
tubuh mudah diprediksi, Contoh : Polyglactin 910
(b) Tidak diserap: Terbuat dari bahan buatan ( sintetis ) dan dibuat
sedemikian rupa sehingga reaksi jaringan yang timbul sangat kecil.
contoh : Polypropamide (Ethilon®)
c) Berdasarkan penampang benang, dibagi atas
(1) Monofilamen ( satu helai )
Terbuat dari satu lembar benang, tidak meneyerap cairan ( non
capilarity ). Contoh: catguy, PDS, dan prolene.
(2) Multifilamen
Terbuat dari bebeapa filament atau lembar bahan benang yang dipilih
menjadi satu. Contoh: vicryl, silk.
S
A
G
U
T
E/
S
A
C
R
E
G
G
RI
T
N/
A
H
TI
A
L
.
kamar bedah pada kegiatan belajar 12, buatlah rangkuman pada buku catatan urutan
mengindentifikasi jenis jarum dan benang kamar bedah diatas untuk memudahkan Anda
mengingat dan mendemonstrasikan kembali.
A
L
K
A
D
N
I
T
N
A
D
K
I
L
A
B
N
A
P
M
U
.
G
Apakah Anda sudah melakukan penilaian mengindentifikasi jenis jarum dan
benang kamar bedah secara mandiri? Jika sudah dan dilakukan dengan benar setiap
langkah, mintalah penilaian pada tutor sesuai dengan jadual pada RPS. Anda akan
dinyatakan lulus atau kompeten bila telah mampu melakukan prosedur sesuai dengan
daftar tilik lembar unjuk kerja.
R
A
T
F
A
D
.
in client care .2 Ed.New Jersey: Prentice Hall Inc
Kegiatan Belajar 13
ER
OS
CL
ND
OU
W
/
KA
LU
T
HI
JA
S
NI
JE
&
IK
KN
TE
t
i
n
e
M
0
7
1
Setelah Anda menyelesaikan kegiatan belajar 13, selama 1 x 170 menit praktika
I
T
I
N
G
O
K
(
N
A
R
A
J
A
L
E
B
M
E
P
N
A
U
J
U
T
.
A
di laboratorium, diharapkan Anda dapat
1. mengetahui cara menjahit luka.
2. mengetahui cara merawat jahitan luka
3. mengetahui cara mengangkat dan mengambil jahitan
K
O
K
O
P
.
B
N
A
I
A
R
U
.
C
Menjahit luka merupakan cara yang dilakukan untuk menutup luka melalui
jahitan. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya pendarahan, mencegah
infeksi silang, dan mempercepat proses penyembuhan. (Musrifatul U.)
Persiapan alat dan bahan :
a. Pinset anatomi
b. Pinset cirurghi
c. Gunting steril
d. Naald voerder
e. Benang
f. Larutan betadineTM
g. Alcohol 70%
h. Obat anastesia
i. Spuit
j. Duk steril
k. Pisau steril
l. Gunting verbant
m. Plester
n. Bengkok
o. Kasa steril
p. Mangkok kecil
q. Handschoon steril
hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi infeksi luka, cukup dibuka
jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama
untuk mengerjakannya.
b. Running Suture/ Simple Continous Suture (Jahitan Jelujur)
Jahitan jelujur menempatkan simpul hanya pada ujung-ujung jahitan,
jadi hanya dua simpul. Bila salah satu simpul terbuka, maka jahitan akan
terbuka seluruhnya. Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur
baju. Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan
penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar, dan sebaiknya tidak dipakai
untuk menjahit kulit.
c. Running Locked Suture (Jahitan Pengunci/ Jelujur Terkunci/ Feston)
Jahitan jelujur terkunci merupakan variasi jahitan jelujur biasa, dikenal
sebagai stitch bisbol àkarena penampilan akhir dari garis jahitan berjalan
terkunci. Teknik ini biasa digunakan untuk menutup peritoneum. Teknik jahitan
ini dikunci bukan disimpul, dengan simpul pertama dan terakhir dari jahitan
jelujur terkunci adalah terikat.
R
U
D
E
S
O
R
P
.
D
1. Prosedur Cara Menjahit Luka
NO PROSEDUR YA/TIDAK
1 Cuci tangan
2 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3 Gunakan sarung tangan steriL
4 Lakukan desinfeksi pada daerah yang akan dijahit ( dengan
betadine dan alcohol 70%), kemudian lakukan anastesi pada
daerah yang akan dijahit
5 Lakukan jahitan pada daerah yang akan dikehendaki dengan
menggunakan teknik menjahit yang telah disesuaikan dengan
kondisi luka
6 Berikan obat betadineTM
7 Tutup luka dengan menggunakan kasa steril
8 Lakukan pembalutan
9 Catat perubahan keadaan luka
10 Cuci tangan
2. Prosedur Cara Mengangkat Dan Mengambil Jahitan
NO PROSEDUR YA/TIDAK
1 Cuci tangan
K
A
D
N
I
T
N
A
D
K
I
L
A
B
N
A
P
M
U
.
G
R
A
T
F
A
D
.
H
Kegiatan Belajar 14
NG
PI
AP
DR
IK
KN
TE
N
DA
N
NE
LI
AN
IAP
RS
PE
t
i
n
e
M
0
7
1
RA N
AJ A
BEL
PE M
UA N
TU J
A.
Setelah Anda menyelesaikan kegiatan belajar 14 , selama 1 x 170 menit praktika
,
F
I
T
K
E
F
A
,
F
I
T
I
N
G
O
K
(
di laboratorium, diharapkan Anda dapat
1. Persiapan linen dan teknik drapping
B
I
R
E
T
A
M
K
O
K
O
P
-
K
O
K
O
P
.
pokok materi sebagai berikut:
1. Persiapan linen dan teknik drapping .
RI
E
T
A
M
N
A
AI
R
U
C.
1. Pengertian Linen
Kamar operasi sebagai salah satu tempat untuk melakukan operasi harus
memiliki perlengkapan atau biasa kita sebut dengan logistik. Istilah logistik di kamar
operasi berbeda dengan istilah logistik yang kita bayangkan. Logistik yang dimaksud
salah satunya adalah linen. Setiap melakukan operasi pasti menggunakan linen. Linen
kamar operasi terdiri dari beberapa macam sesuai dengan fungsi dan tujuan pembuatan
linenya. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai macam-macam linen yang
biasanya digunakan di kamar operasi :
a. Jas operasi
Jas operasi adalah semacam baju yang dipakai oleh tim bedah.Yang memakai jas ini
adalah operator, asisten operator, dan instrumentator. Tetapi terkadang assesor juga
memakai jas operasi pada saat melakukan pembiusan pada kasus operasi tertentu,
misalnya operasi jantung. Setiap operasi biasanya menggunakan jas operasi 3 atau
sesuai dengan kebutuhan.
b. Duk sedang
Duk sedang biasanya berukuran minimal 1,5 meter x 1,5 meter. Jumlah duk ini
biasanya berjumlah minimal 5 buah atau sesuai dengan kebutuhan.
c. Duk kecil
Duk sedang biasanya berukuran minimal 1 meter x 1 meter. Jumlah duk ini biasanya
berjumlah minimal 1 buah atau sesuai dengan kebutuhan.
d. Duk lubang
Duk lubang sesuai dengan namanya, duk ini terdapat lubang yang berada di tengah
duk tersebut. Jenis lubangnya pun bervariasi ada yang melingkar dan kadang ada
yang persegi panjang. Duk ini biasanya berjumlah 1.
3. Pengelolaan Linen
a. Segera dekatkan waskom berisi Chlorine 0,5%, untuk cuci handschoen operator.
Mintalah operator melepaskan handschoen untuk direndam pada waskom tsb.
b. Segera buka jas operasi operator. Letakkan didalam ember linen kotor berpenutup.
c. Semua duk dimasukkan ke ember linen kotor. Jangan biasakan menjatuhkan duk di
lantai.
d. Jika ada kain alas kaki dilantai juga dimasukkan ke dalam ember tsb.
e. Jika apron terbuat dari plastik saja dan tidak ada bagian yang menyerap cairan tubuh
pasien cukup dibersihkan dengan cairan chlorine saja. Tapi bila terbuat dari parasit
dan atau ada bagian yang menyerap cairan tubuh pasien, harus diperlakukan
sebagaimana linen.
f. Pakaian OK setelah berganti pakaian diletakkan didalam ember. Jangan dibiasakan
berserakan dilantai
4. Sterilisasi Linen
a. Menggunakan autoclave
b. Jika linen akan didistribusikan ke ruangan-ruangan, duk disimpan dalam tromol.
6. Teknik Drapping
Drapping adalah istilah yang digunakan di instalasi bedah sebagai suatu
teknik atau seni dalam menutup daerah sayatan pembedahan. Drapping merupakan
prosedur menutup pasien yang sudah berada di atas meja operasi dengan menggunkan
alat tenun steril, dengan tujuan memberi batas yang tegas pada daerah steril
pembedahan. Secara khusus, teknik drapping berbeda pada setiap tempat atau daerah
insisi dan tergantung kepada bentuk posisi pembedahan. Secara umum, teknik drapping
bertujuan untuk mempertahankan kesterilan pada daerah sekitar inisisi operasi.
m) Barakshort
n) Mitella (penutup kepala pasien)
o) Kantong sarung tangan
p) Kantong cannula, suction, dan cauter
q) Sarung kaki
r) Sarung tabung O2
s) Lap tangan atau handuk
t) Baju pasien
u) Perlak besar dan kecil
b. Ukuran
1) Sarung tangan mayo 140 cm x 75 cm
2) Sarung mayo dan tray 80 cm x 55 cm
3) Sarung kaki 140 cm x 60 cm
4) Sarung couter 10 cm x 200 cm
5) Duk rapat 100 cm x 75 cm
6) Duk lubang 80 cm x 80 cm
R
U
D
E
S
O
R
P
.
D
1. Letakkan drape di tempat yang kering, lantai di sekitar meja operasi
harus kering
2. Jangan memasang drape dengan tergesa-gesa, harus teliti dan
memepertahankan prinsip steril
3. Pertahankan jarak antara daerah steril dengan daerah non steril
4. Pegang drape sedikit mungkin
5. Jangan melintasi daerah meja operasi yang sudah terpasang drape/alat
tenun steril tanpa perlindungan gaun operasi.
6. Jaga kesterilan bagian depan gaun operasi, berdiri membelakangi
daerah yang tidak steril.
7. Jangan melempar drape terlalu tinggi saat memasang drape (hati-hati
menyentuh lampu operasi)
8. Jika alat tenun yang akan dipasang terkontaminasi. Maka perawat
omloop bertugas menyingkirkan alat tenun tersebut.
9. Hindari tangan yang sudah steril menyentuh daerah kulit pasien yang
belum tertutup.
10. Setelah semua lapisan alat tenun terbentang dari kaki sampai bagian
kepala meja operasi, jangan menyentuh hal-hal yang tidak perlu.
G
U
T
/
E
S
A
C
R
E
G
G
I
R
T
/
N
A
H
I
T
A
L
.
E
Setelah Anda selesai membaca macam Persiapan linen dan teknik drapping
pada kegiatan belajar 14, buatlah rangkuman pada buku catatan Persiapan linen dan
teknik drapping di atas untuk memudahkan Anda mengingat dan mendemonstrasikan
kembali. Diskusikan rangkuman Anda dengan anggota kelompok yang lain.
N
A
D
K
I
L
A
B
N
A
P
M
.
F
R
A
T
F
A
D
.
G
and Glove.
PENUTUP
Demikian modul Praktika Mata Kuliah Perioperatif yang telah kami susun.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan modul ini,
sehingga kami dapat menyelesaikan modul ini dengan baik dan sesuai ketentuan yang
telah disahkan. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen mampu
memberikan perkuliahan Perioperatif sesuai modul. Mahasiswa mampu mendapatkan
ilmu Perioperatif dengan baik dan sesuai prosedur yang telah ditentukan.