Anda di halaman 1dari 15

STUDI EPIDEMIOLOGI DAN PENILAIAN

RISIKO LINGKUNGAN
A. PENDAHULUAN
Risiko lingkungan merupakan risiko terhadap kesehatan manusia yang
disebabkan oleh karena faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, hayati, maupun social
ekonomi-budaya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa risiko lingkungan merupakan suatu faktor
atau proses dalam lingkungan yang mempunyai kemungkinan (probability) tertentu
untuk menyebabkan konsekuensi yang merugikan manusia dan lingkungannya.
Berdasarkan penjelasan tersebut risiko lingkungan mengandung unsur yang tidak pasti,
kemungkinan terjadinya dapat tinggi atau rendah dan tidak dapat dikatakan pastikan
terjadi. Ketidakpastian dalam memperkirakan adanya risiko dapat disebabkan dari
beberapa hal yaitu kesalahan metodelogi, penetahuan yang terbatas tentang sifat dan
kelakuan system yang kita perkirakan, terjadinya kemungkinan yang rendah (low
probability event) dan kejadian yang tidak dapat diperkirakan.
Risiko secara luas dapat diartikan sebagai kemungkinan dari beberapa kondisi
yang tidak menyenangkan. Risiko secara terbatasdapat diartikan sebagai gambaran
kemungkinan bahwa seseorang yang sehat tetapi terpapar oleh beberapa faktor risiko,
akan dapat menderita suatu penyakit.
Masyarakat luas sangat menaruh perhatian yang cukup besar terhadap faktor
risiko lingkungan untuk terjadinya suatu penyakit. Dengan perhatian yang besar terhadap
faktor risiko tersebut, memungkinkan tersebar luas dalam media masa cara menurunkan
dan mengendalikan faktor risiko tersebut. Beberapa faktor risiko yang sudah dikenal
oleh masyarakat luas antara lain adalah zat kimia beracun dan kecelakanaan nuklir dapat
sebagai faktor risisko terjadinya kanker. Demikian pula penggunaan pil kontrasepsi yang
dapat meningkatkan terjadinya penyakit kardiovaskuler serta risiko terjadinya penyakit
AIDS karena tingkah laku seksual yang menyimpang atau transfuse darah yang tercemar
oleh virus AIDS.
B. PENGERTIAN DAN MODEL PENILAIAN RISIKO
Pengertian penilaian paparan (exposure assement) merupakan tahap dari suatu
penilaian risiko lingkungan (environmental risk assement). Suatu validitas kuantitatif
dan penilaian risiko (risk assement) tergantung dari penilaian paparan (exposure
assement) dan penilaian toksisitas (toxicity assement). Suatu exposure assementy yang
terbaik adalah berdasarkan relevansi dan perhitungan dari konsentrasi bahan di
lingkungan, serta beberapa aspek paparan antara lain rute paparan.
Salah satu model dari retrospective exposure assement adalah model sederhana,
yaitu asumsi bahwa pemaparan langsung berhubungan dengan konsentrasi di tempat
tersebut. Sebagai contoh adalah penghitungan konsentrasi pada pemantauan udara di
pusat kota yang dihubungkan dengan pemaparan inhalasi pada penduduk perkotaan
tersebut.
Model lain adalah NEM (National Exposure Model) yang dipakai oleh EPA
dalam mementukan standar kualitas udara ambient di USA.
Tingkat pemaparan suatu agen dalam lingkungan dalan manusia, merupakan
interaksi antara agen tersebut dengan tubuh manusia (melalui kulit, traktus respiratorius,
traktus gastro intestinalis). Dosis tergantung pada jumlah yang dihisap/ditelan, lokasi
pengambilan polutan, kecepatan translokasi dan polutan serta pemaparan akut atau
kronis.
Dengan demikian, maka yang penting di dalam penilaian paparan pada manusia
adalah :
1) Metode
2) Penghitungan
3) Model

Pada awalnya 1980 salah satu yang penting pada kebijakan lingkungan adalah
berperannya penilaian risiko (risk assement) dan penilaian manajemen (risk manajemen)
dalam mengambil keputusan di bidang lingkungan.
Di Indonesia hal tersebut sudah ada dan sudah dimulai sejak 1982, yaitu dengan
dikeluarkannya UU No.4/1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelelolaan
lingkungan hidup. Undang-undang tersebut telah diperbaharui dengan UU No.23 tahun
1997. Pemerintah Republik Indonesia juga telah mengeluarkan peraturan tentang analisis
mengenai dampak lingkungan dan pedoman penetapan baku mutu lingkungan.
Pada ketetapan baku mutu lingkungan sudah ditentukan batas yang aman untuk
melindungi kesehatan masyarakat. Suatu polutan mempunyi nilai bku mutu tertentu.
Apabila polutan mempunyai kadar di bawah nilai baku mutu tersebut, maka polutan
dinyatakan tidak berbahaya.
Pada tahun 1980 di USA telah dilakukan penelitian epidemiologi dan didapatkan
kematian sejumlah 2,1 juta dan 460.000 nya disebabkan oleh kanker. Hal ini berarti
resiko kematian karena kanker sebanyak 22%(460.000/2.100.000=0,22).demikian pula
jika merook sebanyak 1 pak sehari mempunyai risiko untuk mati karena kanker atau
penyakit jantung sebesar 25%. Dapat dikatakan pula bahwa telah terjadi pemendekan
umur sekitar 5 menit pada setiap batang rokok.

C. DASAR-DASAR PENILAIAN RISIKO (BASE LINE RISK ASSESMENT)


Dasar-dasar penilaian risiko, merupakan dasar untuk pencarian perbaiakan dari
studi kelayakan untuk mengevaluasi kesehatan manusia.
Berdasarkan Risk Assesment Guidance for Superfind Volume I (EPA). Dasar-
dasar penilaian risiko, mencakup unsur-unsur :
1) Koleksi data dan evaluasi 9data collection dan evaluation)
2) Penilaian pemaparan (exposure assessment)
3) Penilaian toksisitas (toxicity assement)
4) Karakteristik dari risiko risk characterization)

The National academy of Sciences USA (1983) menyebutkan bahwa penilaian


risiko terbagi menjadi 4 tahap yaitu :
1) Identifikasi macam bahaya (hazard identification)
Adalah suatu proses untuk menentukan bahan kimia yang berpengaruh terhadap
kesehatan manusia, misalnya kanker dan cacat lahir. Jika data dari efek bahan kimia
terhadap manusia sukar didapat, maka dipakai dara dari hasil percobaan binatang.
2) Penilaian dosis-respon (Dose-response assement)
Merupakan suatu proses untuk menentukan hubungan antara dosis suatu sgen dengan
efek terhadap kesehatan. Pada analisis ini termasuk metode ekstrapolasi data dari
binatang ke manusia.
3) Penilaian paparan (Exposure assement)
Mengidentifikasi dan menghitung jumlah populasi yang terpapar serta lamanya agen
tersebut bekerja. Mengidentifikasi faktor umur, status kesehatan, sejarah merokok
dan memperkirakan adanya efek sinergistik pada pemaparan bahan toksik.
4) Sifat dari risiko (Risk characterization)
Merupakan gabungan dari ketiga tahap di atas yang menghasilkan perkiraan adanya
masalah kesehatan masyarakat.

D. PENGUMPULAN DAN EVALUASI DATA (DATA COLLECTION DAN


EVALUATION)
Termasuk pengumpulan data yang relevan dalam mengevaluasi kesehatan
manusia dan mengidentifikasi adanya bahan sebagai focus dalam proses analisis risiko.
Koleksi (pengumpulan data). Diperlukan latar belakang untuk koleksi data yang
meliputi :
1) Tipe data
a Identitas kontaminan
b Konsentrasi kontaminan
c Karakteristik sumber kontaminan
d Karaktristik lingkungan
2) Komponen data primer untuk RI (Remerdial Inveestigation) dan FS (Feasibility
study)
a Kondisi sifat dari lokasi
b Penentuan asal limbah
c Penilaian risiko
d Tindakan testing
3) Identifikasi dini dari data yang diperlukan
4) Petunjuk tujuan pemakaian data kualitatif
Evaluasi data (Data evaluation). Tahapan dalam evaluasi data yang diperlukan
adalah:
1) Pengumpulan data yang akurat
2) Mengevaluasi pemakaian metode analisis
3) Mengevaluasi kualitas data berhubungan dengan kode
4) Mengevaluasi kualitas data berhubungan dengan kekosongan sampel
5) Mengevaluasi kualitas data berhubungan dengan keterbatasan jumlah sampel
6) Mengevaluasi identifikasi komponen
7) Membandingkan potensi hubungan kontaminasi dengan lokasi
8) Menghubungkan set data untuk dipakai dalam penilaian risiko
9) Mengusahakan jumlah bahan kimia yang diperlukan.

E. PENILAIAN PAPARAN (EXPOSURE ASSEEMENT)


Meliputi cara estimasi dari potensi, frekuensi deviasi dan pekerjaan suatu
paparan polutan pada manusia. Pada penilaian tersebut yang paling penting adalah :
1) Mengestimasi paparan maksimum dilingkungan dengan pemakain lahan dimasa
yang akan dating.
2) Mengetahui estimasi
3) Pengelolaan bagi pengambil keputusan
Unsur-unsur yang diperlukan addalah:
1) Analisi kontaminasi
2) Identifikasi penuduk terpapar
3) Identifikasi perjalanan penting dari pemaparan (potential partway)
4) Estimasi konsentrasi pada titik paparan
5) Monitor data lingkungan dan prediksi bahan kimia
6) Estimasi kontaminasi yang masuk ke dalam jalur masuk tubuh
Proses analisis paparan meliputi tiga tahap yaitu:
1) Aturan dari sifat paparan (characteristic exposure setting)
2) Identifikasi jalur paparan (identy exposure setting)
3) Jumlah paparan (quantify exposure)
F. PENILAIAN TOKSISITAS (TOXICITY ASSEMENT)
Penilaian toksisitas dilakukan dengan cara:
1) Mengusulkan informasi toksisitas secara kualitatif dan kuantitatif
2) Menentukan nilai toksisitas
Komponen lain dari penilaian toksisitas meliputi:
1) Tipe kemunduran kesehatan yang berhubungan dengan paparan bahan kimia.
2) Hubungan antara besarnya paparan dan gagasan kesehatan.
3) Hubungan yang tidak menentu antara bahan kimia dengan karsinogen pada manusia.
Secara ringkas tahapan penilaian toksisitas adalah:
1) Mengumpulkan informsi toksisitas secara kualitatif dan kuantitatif untuk bahan
evaluasi.
2) Mengidentifikasi periode paparan untuk menilai toksisitas
3) Menghitung nilai toksisitas untuk efek non karsinogenik
4) Menghitung nilai toksisitas untuk efek karsinigenik
5) Ringkasan informasi toksisitas.

G. KARAKTERISTIK RISIKO (RISK CHARACTERIZATION)


Karakteristik risiko adalah merupakan ringkasan dan hasil dari penilaian paparan
dan toksisitas yang bersifat kualitatif dan kuantitatif pada suatu karakteristik dasar dari
risiko lingkungan.
Selama prosese penentuan karakteristik risiko, maka informasi toksisitas bahan
kimia spesifik dibandingkan dalan hal ukuran tingkat pemaparan dan tingkat produksi
dari model proses perjalanan (fate) dan transportasi kontaminan.
Karakeristik risiko merupakan kumpulan dari beberapa kegiatan meliputi:
1) Tinjauan kembali hasil akhir pengeluaran dan toksisitas analis paparan.
2) Mengkuantifikasi risiko dari bahan kimia tertentu.
3) Mengkuantifikasi risiko dari bahan kimia gabungan.
4) Membandingkan risiko saat perjalanan paparan.
5) Menentukan dan mempresentasekan ketidaktentuan.
6) Mempertimbangkan lokasi spesifik dari studi pada manusia.
Untuk menentukan karakteristik dari suatu risiko kesehatan lingkungan sangat
sukar. Hal ini disebsbkan karena untuk mengetahui karakteristik risiko, harus lebih
dahulu dilakukan suatu penilaian risiko.
Oleh karena itu, maka USA The National Academy of Science pada tahun 1983
membuat sejumlah pertanyaan agar jawabannya nanti dapat digunakan untuk
menentukan karakteristik risiko kesehatan lingkungan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
adalah:
1) Bagaimana ketidaktentuan statistic (The statistical uncertainties) dalam
mengestimasi efek kesehatan?
2) Bagaimana menghitung dan menyatakan ketidaktentuan tersebut?
Apa bentuk ketidaktentuan biologis?
Apa kenyataanya?
Bagaimana mengestimasinya?
Efek apa yang terjadi dalam estimasi secara kuantitatif?
3) Bagaimana ketidaktentuan tersebut dibeberkan pada organisasi pembuat keputusan?
4) Penilaian dose respons dan penilaian pemaparan mana yang dipakai?
5) Populasi mana yang dijadikan populasi target untuk dilindungi dan apa yang
disediakan agar lebih berarti dalam hal risiko lingkungan?

H. METODE MEMPERKIRAKAN RISIKO LINGKUNGAN


Dapat dibedakan menjadi 2 metode yaitu:
1) Perkiraan Langsung
Besarnya suatu risiko merupakan fungsi dari besrnya kementakan dengan
konsekuensi tertentu. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut:
R = ƒ(p × K)
Dimana:
R = Risiko
P = Probabilitas
K = Konsekuensi
F = faktor
Dalam peristiwa yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan, probabilitas
(kementakan) untuk terjadinya kematian lebih kecil dari kementakan timbulnya
penyakit yang kronis. Sebagai contoh kasus adalah kecelakaan Pembangkit Listrik
tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl. Pada kecelakaan tersebut yang dilaporkan
langsung meninggal dunia adalah 32 orang. Sedangkan yang menghadapi risiko
kematian dikemudian hari akibat kanker diperkirakan sebesar 25.000 orang.
Peristiwa lain adalah dib opal (india), di mana yang meninggal langsung sekitar
2.000 orang, sedangkan yang mempunyai risiko untuk menderita penyakit kronis
sebanyak puluhan ribu.
Harga p (kementakan) dapat dihitung jika tersedia data statistikyang cukup.
Faktor yang diperlukan pada analisis suatu risiko lingkungan adalah mengidentifikasi
risiko yang penting.

2) Perkiraan tidak Langsung


Kecelakaan PLTN di Chernobyl dan kebocoran zat beracun di Bopal merupakan
suatu kejadian yang sangat jarang terjadi, sehingga tidak cukup tersedia data statistic
untuk melakukan perhitungan langsung. Risiko dihitung secara tidak langsung
berdasarkan pengalaman terjadinya kecelakaan dengan tingkat konsekuensi tertentu
pada industry dan instansi lain.
Contoh penentuan risiko lingkungan:
a) Seorang pekerja dengan berat badab 60 kg terpapar oleh bahan karsinogen.
Paparan terjadi 5 hari perminggu, 50 minggu pertahun dan pemaparan terjadi
selama 20 tahun. Pekerja diasumsikan menghisap bahan beracun selama 2 jam
setiap hari sebanyak 1,5 m3/jam dan 6 jam perhari sebanyak 1 m3/jam. Faktor
potensi dari bahan beracun (karsinogen) adalah 0,02 mg/kg perhari. Faktor
absorbs diperkirakan 80%. Rata-rata bahanberacun diudara sekitar 0,05 mg/m3.
Dari data tersebut di atas dapat di hitung besarnya risiko terkena kanker sebagai
berikut:
Total udara yang dihiasap (daily intake rate):
(1,5m3/jam×2 jam)+(1 m3/jam×6 jam) = 9 m3/jam
Total dosis = 9 m3/jam×5 m3/jam×50 m3/jam×20 tahun×0,05 mg/m3×0,8 =
1.800mg/20 tahun.

Chronic daily intake (CDI)


1.800 mg
× 0,00117 mg/kg/hari
60 kg×70 tahun×365 hari/tahun
Risiko menderita kanker adalah
0,00117 mg/kg/hari × 0,02 mg/kg/hari = 2,3 × 105
(23 kemungkinan dalam 1 juta)

b) Pada suatu pabrik yang mempunyai cerobong asap dengan ketinggian efektif
100m, mengeluarkan emisi gas NO2 dengan kecepatan 110 g/detik. Kecepatan
angin pada ketinggoan 100 m adalah 5 m/detik.
Dari data tersebut di atas dapat diperkirakan risiko masyarakat yang bertempat
tinggal 2 km dari cerobong tersebut.
Data termasuk dalam kelas stabilitas D. setelah dihitung, maka:
Y = 126 m
Z = 51 m
(y dan z = horizontal dan vertical spread parameter)
Berdasar rumus (Gaussan model)
110 (10)6 1 2 2 (—H)2 (—H)2
C= exp [ 0 /126 ] × {exp [—1/2 × ] + exp [—1/2 ×
22 512 ]
2 ( 7 ) (126)(51) 2 512
2
= 545 (1)2 exp (—1/2 × 100 )
512

= 545 × 0,293
= 159 µ/n3 (microgram/m3)
Conversi 159 mikrogram/m3 NO2, menjadi ppm adalah sebagai berikut:
Paha suhu 150C dan tekanan 1 atmosfer, maka:
24,45×10—3 n3 /noS ×159×10—6 g/n3
N02 = 46 g/noS

= 85,5 × 10–9g/nol
= 0,086 ppn
Baku mutu udara ambient (SK Men KLH) untuk NO2 = 0,05 ppm
Jadi dapat disimpulkan bahwa risiko masyarakat yang berdomisili pada jarak
2 km dari cerobong, cukup besar RISIKO nya untuk keracunan gas NO2
Analisis Resiko Lingkungan (ARL)
Risiko merupakan perkiraan kemungkinan terjadinya konsekuensi kepada manusia
atau lingkungan. Risiko yang terjadi kepada manusia disebut sebagai risiko kesehatan,
sedangkan risiko yang terjadi kepada lingkungan disebut sebagai risiko ekologi.
Analisis Risiko Lingkungan ( ARL ) adalah proses memperkirakan resiko pada
organisme, sistem, atau populasi ( sub ) dengan segala ketidakpastian yang menyertainya,
setelah terpapar oleh agen tertentu, dengan memperhatikan karakteristik agen dan sasaran
yang spesifik. Menekankan proses keseimbangan antara biaya yang dikeluarkan untuk
mengurangi risiko lingkungan dengan keuntungan yang diperoleh dari berkurangnya risiko
lingkungan tersebut. Jadi intinya Analisis risiko lingkungan adalah proses prediksi
kemungkinan dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan sebagai akibat dari kegiatan
tertentu.
Beragam permasalahan dalam lingkup sistem sosial, proses sosial,dan relasi sosial
telah memunculkan tiga macam risiko ekologis, yaitu:
1. Risiko fisik-ekologis (physical-ecological risk),
Risiko fisik-ekologis yaitu aneka risiko kerusakan fisik pada manusia dan
lingkungannya. Berupa kerusakan arsitektur homo humanus dan oikos, yang dapat
disebabkan oleh proses alam (seperti gempa, tsunami, letusan gunung) atau yang
diakibatkan oleh kegiatan manusia (man made risks). Banjir bandang merupakan kejadian
yang paling sering menimbulkan kerusakan fisik-ekologis. Aneka risiko biologis yang
diproduksi melalui aneka makanan, sayuran, hewan ternak, buah-buahan yang menciptakan
aneka penyakit kanker, tumor ganas, syaraf, kulit disebabkan oleh intervensi proses
artifisial-kimiawi terhadap proses alam yang melampaui batas. Misalnya, risiko akibat
penggunaan zat kimia dalam proses reproduksi hewan atau tanaman, atau zat kimia (seperti
formalin dan boraks) pada makanan hyper-artificiality.
2. Risiko mental (mental risk),
Risiko mental yaitu aneka risiko kerusakan mental akibat perlakuan buruk pada
tatanan psikis. Berupa hancurnya bangunan psyche, berupa perkembangan aneka bentuk
abnormalitas, penyimpangan (deviance) atau kerusakan psikis lainnya, baik yang
disebabkan faktor eksternal maupun internal. Pembiaran berbagai bentuk kelainan psikis
(seksual, kekerasan, kriminalitas) dengan membiarkan berbagai risikonya telah menciptakan
manusia-manusia yang kehilangan rasa kemanusiaannya sendiri, yaitu manusia yang tanpa
perasaan, rasa malu, empati, simpati dan tanggung jawab. Kerusakan parah ekosistem
mental disebabkan pembiaran aneka risiko mental dari berbagai tindakan sosial, misalnya
pembiaran kekerasan, korupsi, seks bebas dalam waktu yang lama inhuman condition.
3. Risiko sosial (social risk),
Risiko sosial yaitu aneka risiko yang menggiring pada rusaknya bangunan dan
lingkungan sosial (eco-social).Berupa kerusakan bangunan sosial, sebagai akibat dari
faktor-faktor eksternal kondisi alam, teknologi, industri. Resiko fisik kecelakaan (lalu lintas
jalan, pesawat terbang, kecelakaan laut), bencana (banjir, longsor, kebakaran hutan,
kekeringan) menciptakan pula secara bersamaan risiko sosial, berupa tumbuhnya aneka
penyakit sosial ketakpedulian, ketakacuhan, indisipliner, fatalitas, selfishness, egoisme dan
immoralitas. Risiko sosial paling besar sebagai akibat dari berbagai risiko fisik lainnya
adalah mulai terkikisnya rasa sosial itu sendiri, yang menciptakan masyarakat tanpa rasa,
kepekaan, kebersamaan dan tanggung jawab sosial asocial
Tiga macam risiko ekologis tersebut di atas menciptakan sebuah kondisi ruang
kehidupan yang sarat ancaman, ketakutan, dan paranoia. Kondisi sarat risiko ini tidak dapat
dibiarkan terus membiak dan berlipat ganda secara eksponensial, yang dapat menggiring
pada kerusakan total fisik, mental dan sosial. Tidak saja diperlukan pikiran-pikiran reflexive
dalam mengantisipasi, mengurangi atau mengatasi dampak-dampak risiko, tetapi juga
diperlukan renungan-renungan reflective melalui sentuhan halus kemanusiaan dalam
mencari pemecahan-pemecahan lebih fundamental di balik aneka risiko yang dihadapi
masyarakat, maka dari ini diperlukan analisis lingkungan untuk menncegah atau
mengurangi kerusakan lingkungan yang memang wajib kita jaga keberadaan dan
keberlangsungannya untuk penerus bangsa selanjutnya.

2.3 Tahapan Analisis Resiko lingkungan


1. Tentukan batasan studi atau analisis
2. Tentukan area yang ingin diperdalam dan informasi yang ingin di dapat
3. Lakukan uji dampak lingkungan berdasarkan informasi data dan pengkategorian data yang
telah dikumpulkan
4. Evaluasi informasi yang diperoleh dari uji data, dengan melakukan uji aspek dan dampak
lingkungan lingkungan. Indentifikasi dari kegiatan pada masa lalu, masa kini dan masa
yang akan datang memiliki potensi memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.

· 2.4 Langkah menentukan aspek dan dampak lingkungan


1. Identifikasi secara menyeluruh aktifitas dari suatu kegiatan dengan menggunakan diagra alir
atau table
2. Identifikasi aspek lingkungan dari kegiatan yang dilakukan sebanyak-banyaknya
3. Identifikasi dampak yang ditimbulkan berdasarkan aspek-aspek yang telah dibuat
4. Evaluasi dampak yang signifikan.
Proses evalusi dapat dilakuakan dengan mengkombinasikan opini pribadi dengan
matrik evaluasi resiko. Matrik evaluasi resiko dapat dilakukan dengan analisis kulitatif dan
kuatitatif.
 Analisis kualitatif : menggolongkan tingkat resiko berdasarkan hirarki probabilitas risiko
dan tingkat risiko akibat dampat.
 Analisis semi kuatitatif : konsepnya sama dengan yang kualitatif, tapi memakai angka untuk
menentukan tingkat potensial risiko. tujuan untuk mempermudah memberikan detail tingkat
resiko untuk lebih mempermudah dalam menentukan prioritas masalah.
 Analisa kuantitatif : Menggunakan angka dan perhitungan matematis dalam menentukan
tingkat risiko. Data dapat diperoleh dari : Data base, pengalaman sebelumnya, eksperimen,
literature, pemodelan.

2.5 Cara Menganalisis Risiko Lingkungan


1. Analisis Risiko Lingkungan Pemukiman
 Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar hutan lindung, dapat berupa
perkotaan atau perdesaan. Berfungsi untuk tempat tinggal atau hunian tempat melaksanakan
kegiatan perikehidupan dang penghidupan.
 Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
yang dilengapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar lingkungan fisik dan
sarana lingkungan yaitu fasililitas penunjang yang mendukung penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan.
 Persyaratan kesehatan lingkungan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah ketentuan
teknis yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni atau masayrakat yang
bermukim dan /atau masyarakat sekitar dari bahaya dan ganguan kesehatan.
ARL perumahan dan pemukiman dapat dialakukan berdasarkan Persyaratan kesehatan
pemukimannya Yang umum di analisa yaitu, berdasarkan Kepmenkes no
829/Menkes/SK/VII/1999 antara lain :
a. Lokasi
b. Kualitas Udara
c. Kebisingan dan Getaran
d. Kualitas tanah daerah pemukiman dan Perumahan
e. Prasarana dan sarana Lingkungan
f. Vektor Penyakit
g. Penghijauan
2. Analisis Risiko Lingkungan Perusahaan
ARL di perusahaan dilakukan pada proses dan kegiatan perusahaan yang berisiko
menimbulkan bahaya bagi lingkungan perusahaan dan lingkugan sekitarnya. Dapat
dilakuakn dengan menggunakan diagram alir ataupun audit lingkungan.
Fungsi Audit Lingkungan :
 Merupakan dokumen suatu usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan pengelolaan,
pemantauan, pelaporan atau rencana perubahan peratuaran dan proses internal perusahaan
 Alat untuk melakukan identifikasi masalah lingkungan internal
 Alat untuk melakukan evaluasi kenerja organisasi dan divisi lingkungan
Manfaat Audit Lingkungan intinya :
 untuk mengindentifikasi masalah lingkungan
 menghindari sanksi karena kesalahan prosedur pengelolaan
 menghindari kerugian materi
 Mengindentifikasi potensi penghematan biaya
 Sebagai dokumen perushaan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analiss resiko lingkungan merupakan kegiatan untuk mengkaji perkiraan
kemungkinan terjadinya konsekuensi kepada manusia atau lingkungan. Dimana resiko
tersebut terbagi menjadi dua, yakni Risiko yang terjadi kepada manusia disebut sebagai
risiko kesehatan, sedangkan risiko yang terjadi kepada lingkungan disebut sebagai risiko
ekologi. Ekologi merupakan cabang dari ilmu biologi, dimana Ekologi adalah salah satu
komponen dalam sistem pengelolaan lingkungan hidup yang harus ditinjau bersama dengan
komponen lain untuk mendapatkan keputusan yang seimbang. Jd dalam hal ini, Ekologilah
yang menjadi titik pusat perhatian.
Analisis Resiko Lingkungan (ARl) adalah proses prediksi kemungkinan dampak
negatif yang terjadi terhadap lingkungan sebagai akibat dari kegiatan tertentu. Analisis
resiko lingkungan (ARI) diatur dalam UU No. 32 Tahun 2009. Dengan melakukam
Analisis resiko lingkunngan (ARL) diharapkan piihak manajemen akan lebih mudah untuk
melakukan pengelolaan lingkungannya dan akan sangat bermanfaat dalam audit lingkungan.
Penerapan dari ARI ini sendiri diperuntukkan kepada industri-industri yang banyak
menggunakan bahan-bahan kimia yag beracun.
Dalam hal yang berkaitan dengan aspek sosial, terdapat tiga macam risiko ekologis
yang dimnuculkan dari hal tersebut, yakni :
1. Risiko fisik-ekologis (physical-ecological risk), yaitu aneka risiko
kerusakan fisik pada manusia dan lingkungannya;
2. Risiko mental (mental risk), yaitu aneka risiko kerusakan mental akibat perlakuan buruk
pada tatanan psikis;
3. Risiko sosial (social risk), yaitu aneka risiko yang menggiring pada rusaknya bangunan dan
lingkungan sosial (eco-social).
Tiga macam resioko yng dirtimbulkan diatas, dapat menimblkan suatu keadaan yang tidAK
Baik, dimana resiko tersebut dapat enimbulkan keadaan yang berupa ketakutan, ancaman,
paranoia,. Keadaan seperti ini tidak dapat dibiarkan terus-menerus, untuk itu diperlukan
adanya upaya analisis lingkungan untuk menncegah atau mengurangi kerusakan lingkungan
yang memang wajib kita jaga keberadaan dan keberlangsungannya untuk penerus bangsa
selanjutnya adabun tahapan tahapannya yaitu :
 Tahapan Analisis Resiko lingkungan
 Melakukan Proses evalusi dapat dilakuakan dengan mengkombinasikan opini pribadi
dengan matrik evaluasi resiko. Matrik evaluasi resiko dapat dilakukan dengan analisis
kulitatif dan kuatitatif.
 Analisis Risiko Lingkungan Pemukiman
 Analisis Risiko Lingkungan Perusahaan

Ditambah lagi dengan maraknya kasus pengrusakan Lingkungan Hidup yang terjadi di
Indonesia, telah manyadarkan kita akan pentingnya menjaga Lingkungan Hidup. dengan
adanya Analisis resiko Lingkungan ini diharapkan dapat menjadi upaya untuk mendapatkan
lingkungkkungan yang lebih baik lagi, baik kini, maupun yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Tim pengasuh hukum lingkungan, 2004, Bahan ajar Hukum Lingkungan


Undang – Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
http://geoenviron.blogspot.com/2011/12/analisis-dampak-lingkungan-dan-
analisis.html
http://geoenviron.blogspot.com/2011/12/analisis-dampak-lingkungan-dan-analisis.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem

Anda mungkin juga menyukai