Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dukungan Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Menurut setiadi (2008) dalam bukunya yang berjudul “konsep dan proses

keperawatan keluarga” mendefenisikan keluarga adalah bagian dari masyarakat

yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat.

Menurut WHO (1969) mendefenisikan keluarga adalah anggota rumah tangga

yang saling berhubungan melalui tali pertalian darah, adopsi atau perkawinan

(Mubarak, 2006). Menurut Depkes RI (1988) keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul

serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Setiawati, 2008).

Pada usia lanjut terjadi penurunan kondisi fisik/biologis, kondisi psikologis

serta perubahan kondisi sosial. Para usia lanjut bahkan masyarakat menganggap

seakan-akan tugasnya sudah selesai, mereka berhenti bekerja dan semakin

mengundurkan diri dari pergaulan masyarakat yang merupakan salah satu ciri fase

ini. Dalam fase ini ciri usia lanjut biasanya merenungkan hakikat hidupnya

dengan lebih intensif serta mencoba mendekatkan dirinya pada tuhan (Tamher &

Noorkasiani, 2009).

Friedman (2003) yang dikutip dari (Siti, 2011 ), bertambahnya usia

diharapkan lansia tetap mendapatkan kualitas hidup tetap baik, tetap melakukan

aktivitas hidup sehari-hari dengan mandiri serta tetap menjaga kesehatannya,

8
9

tentunya hal ini terutama merupakan tugas dari keluarga, menurut Watson (2003)

namun kenyataanya banyak di temukan penurunan kemandirian pada lansia yang

tinggal dengan keluarga, hal ini karena banyak keluarga lansia sibuk dengan

pekerjaan mereka masing-masing di samping itu meningkatnya kebutuhan

ekonomi membuat semua anggota keluarga bekerja diluar rumah, sehingga

menyebabkan keluarga yang mempunyai lansia kurang memperhatikan atau

memberi dukungan yang optimal kepada lansia.

Menurut (Ferani dkk, 2010) yang di kutip dari Ismayadi (2004),

dukungan dari keluarga terdekat dapat saja berupa anjuran yang bersifat

meningatkan si lanjut usia untuk tidak bekerja secara berlebihan (jika lansia masih

bekerja), memberikan kesempatan kepada lansia untuk melakukan aktivitas yang

menjadi hobinya, memberi kesempatan kepada lansia untuk menjalankan ibadah

dengan baik, dan memberikan waktu istirahat yang cukup kepadanya sehingga

lanjut usia tidak mudah stress dan cemas.

Menurut (Lily dkk, 2011) yang dikutip dari Klicker (2010), lanjut usia

akan mengalami penurunan fungsi tubuh akibat perubahan fisik, psikososial,

kultural, spiritual. Perubahan fisik akan mempengaruhi berbagai sistem tubuh

salah satunya adalah sistem kardiovaskuler. Masalah kesehatan akibat dari proses

penuaan dan sering terjadi pada sistem kardiovaskuler yang merupakan proses

degeneratif, diantaranya yaitu penyakit hipertensi. Penyakit hipertensi pada lansia

merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan hipertensi sistolik diatas 140

mmHg dan diastoliknya menetap atau kurang dari 90 mmHg yang memberi

gejala yang berlanjut, seperti stroke, penyakit jantung koroner .


10

Menurut (Handayani, 2012) yang dikutip dari Efendi (2009), peran

keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan kesehatan, mulai dari tahap

peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan, sampai dengan rehabilitasi.

Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam setiap siklus

kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada saat seseorang

sedang mengalami masalah atau sakit, di sinilah peran anggota kelurga diperlukan

untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat .

Menurut (Alnidi etal, 2011) yang di kutip dari Friedman (1998)

menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi afektif, yaitu

fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling

mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan saling

mendukung. Sehingga dukungan keluarga merupakan bagian integral dari

dukungan sosial.Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan

penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan.

Menurut (Setyoadi dkk, 2011) yang dikutip dari Nugroho (2000),

perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya lansia dalam

kehidupan keagamaan. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan dan

terlihat dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual

yang matang akan membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif

dalam kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam

kehidupan. Perubahan spiritual merupakan salah satu parameter yang

mempengaruhi kualitas hidup lansia (WHO, 1996). Pengaruh yang muncul akibat

berbagai perubahan pada lansia tersebut jika tidak teratasi dengan baik cenderung
11

akan mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh. Perlu adanya suatu

pelayanan untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia dan meningkatkan

kualitas hidup lansia. Menurut Demartoto (2007), pelayanan lansia meliputi

pelayanan yang berbasiskan pada keluarga, masyarakat dan lembaga.

2.1.2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga didefenisikan oleh Gottlieb (1983) dalam Zainuddin

(2002) yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang

diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan

sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat memberikan keuntungan

emosional atau pengaruh pada tingah laku penerimaanya. Dalam hal ini orang

yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega

diperhatikan, menadapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

2.1.3. Jenis Dukungan Sosial Keluarga

Komponen-komponen dukungan keluarga menurut Sarafino, (1994) dalam

Christine (2010), terdiri dari:

a) Dukungan Informasi

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab

bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan

nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh

seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang

dokter, terapi yang baik buat dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk

melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya

dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan


12

menyediakan feedback. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai

penghimpun informasi dan pemberi informasi.

b) Dukungan Pengharapan

Dukungan pengharapan meliputi pertolongan meliputi pada individu untuk

memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan sumber

strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini

juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif

terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara

tentang masalah mereka, terjadi mulai ekspresi pengharapan positif individu

kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan

seseorang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu

meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternative

berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

c) Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmani seperti pelayanan,

bantuan financial, dan materi berupa bantuan nyata (instrumental support material

support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan

masalah praktis termasuk didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang

member atau meminjam uang, memberi pekerjaan sehari- hari, menyampaikan

pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun

mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah.


13

d) Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional,

sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan

seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan

individu rasa nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam

bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang

menerimanya sangat berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga

menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.

2.1.4. Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang

oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga

(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial

keluarga internal, seperti dukungan dari suami atau istri serta dukungan dari

saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 1998).

2.1.5. Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-

tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan,

dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai

kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan

adaptasi keluarga (Friedman, 1998).


14

Wills (1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik efek-efek

penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negative dari stress terhadap

kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi

akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga

dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi

berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang

adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah

sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan

emosi (Friedman, 1998).

2.2 Konsep Lanjut Usia

2.2.1. Pengertian Lansia

World Health Organization (WHO) mengemukakan ada 4 tahap usia

Lansia yaitu; Usia pertengahan (midlle age) yaitu usia antara 45-59 tahun, usia

lanjut usia (Elderly) yaitu antara usia 60-74 tahun, usia tua (Old) yaitu usia

antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90 tahun

(Bandiyah,2009).

2.2.2. Batasan Lansia

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) anatara 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun


15

2.2.3. Tanda-tanda Lansia

Tanda- tanda Lansia adalah menurut (Depkes, 2005) sebagai berikut;

e) Kemunduran-kemunduran biologis

Yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik antara lain; Kulit mulai

mengendur dan pada wajah timbul keriput dan garis-garis yang menetap, rambut

mulai beruban dan memnjadi putih, gigi mulai ompong, penglihatan dan

pendengar mulai berkurang, mulai lelah, dan gerakkan menjadi lamban dan

kurang lincah.

f) Kemunduran kemampuan kognitif

Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik, ingatan kepada hal-hal dimasa

muda lebih baik daripada kepada hal-hal yang baru terjadi, yang pertama lupakan

adalah nama-nama, orientasi umum dan persepsi tehadap waktu dan ruang serta

tempat juga mundur, erat hubungannya dengan daya ingat yang sudah mundur,

meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai intelegensi

menjadi lebih rendah, tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru.

2.2.4. Tipe Lansia

Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung dari berbagai

karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan

ekonominya. Tipe tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut :

a. Tipe arif bijaksana

Karya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan

zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,

dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.


16

b. Tipe Mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam

mencari pekerjaan, berghaul dengan teman dan memenuhi undangan.

c. Tipe Tidak Puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,

tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan bayak menuntut.

d. Tipe Pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan

melakukan kegiatan apa saja.

e. Tipe Bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,

pasif, acuh tak acuh.

Mangkunegoro IV dalam surat wardatama, yang di kutip oleh H.I.

Widyapranata menyebutkan bahwa orang tua (lanjut usia) dalam literature lama di

(jawa) di bagi dua golongan yaitu :

1. Wong sepuh orang yang tidak sepi hawa nafsu, menguasai ilmu

“dwitunggal”, yakni membedakan antara baik dan yang buruk, sejati

dan palsu, Gusti (Tuhan) dan kaulanya atau hambanya.

2. Wong sepuh lanjut usia yang kosong, tidak atau rasa, bicara mulu-

muluk tanpa isi, tingkah lakunya di buat-buat dan berlebihan, serta

memalukan yang membuat hidupnya menjadi hambar (kehilangan

dinamika dan romantika hidup)


17

2.2.5. Masalah Fisik yang Sering di Temukan pada Lansia

Menurut Azijah (2010), masalaah fisik yang sering di temukan pada lansia

adalah :

a. Mudah jatuh

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan oleh penderita atau saksi mata

yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak

berbaring/tertunduk, di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau

tanpa kehilangan kesadaran atau luka.

b. Mudah lelah

Disebabkan oleh :

1. Factor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan deprsi).

2. Gangguan organis.

3. Pengaruh obat-obatan

c. Berat badan menurun

Disebabkan oleh :

1. Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup atau

keseluruhan.

2. Adanya penyakit kronis

3. Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan

terganggu.

4. Factor-faktor sosioekonomis (pensiun).

d. Sukar Menahan Buang Air Besar

Disebabkan oleh :
18

1. Obat-obatan pencahar perut

2. Keadaan diare

3. Kelainan pada usus besar

4. Kelainan pada ujung saluran pencernaan

e. Gangguan pada ketajaman penglihatan

Umumnya disebabkan oleh :

1. Presbiop

2. Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)

3. Kekeruhan pada lensa (katarak)

4. Tekanan dalam mata yang tinggi (glukoma)

2.2.6. Penyakit yang Sering di Jumpai pada Lansia

Menurut Azizah (2011), di kemukakan ada empat penyakit yang sangat

erat hubungannya dengan proses penuaan yakni :

a. Gangguan sirkulasi darah, seperti ; hipertensi, kelainan pembulkuh darah,

gangguan pembuluhb darah di otak (koroner) dan ginjal.

b. Gangguan metabolisme hormonal, seperti ; diabetes melitus, dan

ketidakseimbangan tiroid.

c. Gangguan pada persendian seperti ;osteoartritis, goat arthritis, atau

penyakit kolagen lainnya.


19

2.3. Kemandirian Lansia

2.3.1. Pengertian kemandirian

Lanjut usia potensial biasanya hidup di rumah sendsiri atau tidak tinggal di

Panti Werda. Mereka masih mampu bekerja dan mencari nafkah baik untuk

dirinya sendiri maupun untuk keluarganya. Lanjut usia tidak potensial

membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-

hari. Bagi yang memiliki keluarga, bahkan hidupnya terlantar biasanya menjadi

penghuni panti Werda yang berada di bawah naungan kementrian Sosial. Segala

kebutuhan hidupnya menjadi tanggung jawabg Panti Werda dan biasanya mereka

tinggal disana sampai akhir hidupnya (Indriana, 2012).

Mandiri adalah kebebasan untuk bertindak , tidak tergantung pada orang

lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau

aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan ataua

penyakit. Mandiri juga dikatakan merawat diri sendiri atau merawat diri dan dapat

melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). AKS ADL pekerjaan rutin

sehari-hari seperti halnya : makan, minum, mandi, berjalan, tidur, duduk, BAB,

BAK, dan bergerak. (Ramadhan, 2009).

2.3.2. Faktor- faktor yang memepengaruhi kemandian orang lanjut usia.

Meliputi faktor kondisi kesehatan , faktor kondisi ekonomi, dan faktor

kondisi sosial :

1. Kondisi Kesehatan

Lanjut usia yang memiliki tingkat kemandirian tertinggi adalah secara fisik

dan psikis memiliki kesehatan yang cukup prima. Prosentase yang paling tinggi
20

adalah mereka yang mempunyai kesehatan baik. Dengan kesehatan yang baik

mereka bisa melakuan aktivitas apa saja dalam kehidupannya sehari-hari seperti :

mengurus dirinya sendiri, bekerja dan rekreasi. Hal ini sejalan dengan pendapat

Setiati (2000) bahwa kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas

kesehatan sehingga dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). AKS

ada 2 yaitu AKS standar dan AKS instrumental. AKS standar meliputi

kemampuan merawat diri seperti makan, berpakaian, buang air besar/kecil, dan

mandi. Sedangkan AKS instrumental meliputi aktivitas yang komplek seperti

memasak, mencuci, menggunakan telepon, dan menggunakan uang.

2. Kondisi Ekonomi

Lanjut usia yang mandiri pada kondisi ekonomi sedang karena mereka

dapat menyesuaikan kembali dengan kondisi yang mereka alami sekarang,

misalnya perubahan gaya hidup. Dengan berkurangnya pendapatan setelah

pensiun, mereka dengan terpaksa harus menghentikan atau mengurangi kegiatan

yang dianggap menghamburkan uang (Hurlock, 2000).

3. Kondisi Sosial

Menunjang kebahagiaan bagi orang lanjut usia adalah menikmati kegiatan

sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan tean-teman (Hurlock, 2000).

2.3.3 Tingkat Kemandirian Lansia

Menurut Maryam (2011), tingkat kemandirian lansia dibagi menjadi tiga

yaitu :

a. Mandiri apabila lansia dapat melakukan aktivitas sehari-hari sendiri dan

hanya membutuhkan bantuan kecil saja.


21

b. Ketergantungan apabila lansia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari

membutuhkan bantuan pada hal-hal sulit.

c. Ketergantungan total yaitu apabila lansia membutuhkan bantuan orang lain

untuk melakukan semua aktivitas sehari-harinya.

2.3.4. Cara pengukuran kemandirian lansia menurut indeks barthel

Indeks Barthel merupakan suatu istrumen pengkajian yang

berfungsi mengukukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan

mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan

fungsional yang mengalami gangguan keseimbangan. Mengunakan 10 indikator,

yaitu :

Instrumen pengkajian menurut Indeks Barthel.

No Item yang dinilai skor

1 Makan (feeding) 0=Tidak mampu


1=Butuh bantuan memotong, mengoles dll.
2=Mandiri
2 Mandi(bathing) 0=Tergantung orang lain
1= Mandiri
3 Perawatan 0=Membutuhkan bantuan orang lain
1=Mandiri dalam perawatan muka, rambut,gigi
diri(Grooming) dan bercukur

4 Berpakaian (Dressing) 0=Tergantung orang lain


1= sebagian dibantu misalnya mengancing baju
2= Mandiri
5 Buang air kecil 0=Inkontinensia pakai kateter atau tidak terkontrol
(Bowel) 1=Kadang inkotinensia ( maksimal 2x24 jam)
2=Inkontinensia teratur
6 Buang air besar ( 0=Inkontinensia tidak teratur atau perlu enema
Bladder) 1= kadang BAB sekali seminggu
2=BAB teratur
7 Penggunaan Toilet 0=Tergantung bantuan orang lain
1=membutuhkan bantuan tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2=Mandiri
22

8 Transfer 0=tidak mampu


1=butuh bantuan untuk bisa duduk
2=bantuan kecil satu orang
3=mandiri
9 Mobilitas 0=Tidak mampu
1=Menggunakan kursi roda
2=berjalan dengan bantuan satu orang
3= Mandiri ( meskipun menggunakan alat bantu
seperti tongkat )
10 Naik turun tangga 0=Tidak mampu
1=membutuhkan bantuan
2=Mandiri

Interpretasi hasil :

26 =Mandiri

21 –25 =Ketergantungan ringan

16 - 20 =Ketergantungan sedang

9 - 15 =Ketergantungan berat

0–8 =Ketergantungan total

2.4 Pengertian Aktivitas Lansia

Activity Daily Living (ADL) ataupun aktivitas sehari-hari merupakan

kegiatan oleh lanjut usia setiap hari. Aktivitas tersebut dapat berupa Mandi,

berpakaian, makan, atau melakukan mobilisasi. Seiring dengan proses penuaan

maka terjadi kemunduran fisik, penglihatan dan pendengaran sehingga terkadang

seorang lanjut usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah melakukan

berbagai aktivitas sehari-hari tersebut. (Stanley, 2009).

Aktivitas dasa sehari-hari bagi lanjut usia sebenarnya meliputi tugas

perawatan pribadi setiap harinya yang berkaitan dengan kebersihan diri, nutrisi

dan aktivitas-aktivitas lain yang terbatas. Agar tetap dapat menjaga kebugaran dan
23

dapat melakukan aktivitas dasar maka lanjut usia perlu melakukan latihan fisik

sangat penting untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup.

(Muhammad,2010).

2.4.1 Tinjauan Umum Tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari.

Friedman (1998) dalam Murniasih (2007) menyatakan dukungan keluarga

adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota

keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan

keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung

selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam pemenuhan aktifitas

sehari-harinya (Maryam dkk, 2009). Diantaranya sebagai berikut:

1. Emosional

a. Melakukan pembicaraan terarah

b. Mempertahankan kehangatan keluarga dengan menyediakan waktu

untuk mendengar keluh kesah lansia.

c. Memberikan kasih sayang dan perhatian, menghormati dan menghargai

jangan menganggapnya sebagai beban.

d. Mintalah nasihatnya dalam peristiwa penting.

e. Membantu lansia dengan tulus ikhlas.

f. Tidak membiarkan lansia sendiri saat menghadapi masalah.

g. Melibatkan dalam musyawarah keluarga.

h. Memberikan pujian atas usahanya memenuhi aktivitas sehari-hari.


24

i. Menjaga privasi (rahasia) lansia.

j. Tidak berkata kasar kepada lansia

2. Fisik

a. Membimbing untuk olahraga secara teratur dan sesuai kemampuan.

b. Melakukan pemeriksaan kesehatan lansia secara teratur.

c. Memelihara penampilan lansia yang rapi dan bersih.

d. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersamanya.

e. Mengetahui jadwal pemeriksaan kesehatan lansia.

f. Meminta pendapat untuk menentukan tempat berobat atau tempat

pemeriksaan kesehatan.

g. Menerima lansia dengan segala keterbatasan.

h. Tidak membiarkan lansia untuk melakukan semua pekerjaan rumah.

i. Mengontrol makanan yang di makan lansia.

j. menjelaskan tentang pentingnya menjaga kesehatan.

k. Menyarankan untuk rutin mengikuti kegiatan di Puskesmas.

l. Menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk mandi seperti

handuk,sabun, pegangan pada kamar mandi agar tidak terjatuh

3. Sosial dan Ekonomi

a. Membantu memenuhi sumber-sumber keungan.

b. Mempersiapkan tabungan untuk hari tua.

c. Mengajarkan kepada lansia berwiraswasta.

d. Menganjurkan untuk berasuransi.

e. Mengikutsertakan lansia dalam setiap acara keluarga.


25

f. Membantu dalam hal transportasi.

g. Mengajak lansia untuk ikut dalam acara kelurahan.

h. Mengajak lansia untuk berekreasi atau jalan-jalan.

i. Mengingatkan untuk terus meningkatkan iman dan taqwa.

j. Membimbing untuk tetap tawakkal di penghujung usia.

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka antara konsep

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan

datang (Notoatmodjo, 2005). Berikut ini akan digambarkan keterkaitan antara

konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) pada penelitian

ini. Skema kerangka konsepnya adalah sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

Dukungan keluarga: Kemandirian lansia:


1. Mendukung 1. Mandiri
2. Tidak 2. Ketergantungan ringan
mendukung 3. Ketergantungan sedang
4. Ketergantungan berat
5. Ketergantungan total

Skema 2.1. Kerangka Konsep

Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan

aktivitas sehari-hari.
26

- Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab timbulnya variabel dependent, yang terdiri dari : dukungan

informasi, dukungan pengharapan, dukungan instrumental dan dukungan

emosional

- Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau yang terjadi

akibat karena pengaruh variabel bebas, yaitu dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

2.6 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan

penelitian (Notoadmodjo, 2012). Hipotesis ini merupakan suatu rumusan hipotesis

untuk membuat tujuan ramalan tentang peristiwa yang terjadi bila suatu gejala

muncul, adapun hipotesis penelitian ini adalah “ ada hubungan antara Dukungan

Keluarga dengan Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari Di

Desa Rimbasoping kec padangsidimpuan angkola julu tahun 2017”.

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

Ho: tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

Ha: terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai