A. Definisi Penyakit
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung
umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas
tertentu tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami (dr. Jan
Tambayong, 2000 ; 94).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Brunner and Suddarth, 2001 ; 896).
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa hipertensi
adalah meningkatnya tekanan darah yang menetap dengan hasil tekanan darah
sistol > 140 mmHg dan distole > 90 mmHg yang biasanya ditemukan pada
orang dewasa atau lanjut usia.
B. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer.
2013/20
14
2013/20
14
5. Faktor Usia :
Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia,
kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada
umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun
namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia
muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari
berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa 1,828,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
6. Faktor Asupan Garam :
WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6
gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium). (Sunita Atmatsier, 2004:64)
7. Kebiasaan Merokok :
Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit
dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Keadaan paru-paru dan jantung
mereka yang merokok tidak dapat bekerja secara efisien (Iman Soeharto,
2001:55).
C. Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang kala merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi dan kadang-kadang berjalan tanpa gejala dan baru timbul setelah
terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, pusing atau migrain, marah, telinga
berdengung, rasa berat di tekuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.
Gejala ini akibat komplikasi hipertensi sepertii gangguan penglihatan,
gangguan neurologi, gejala payah jantung dan gejala lain akibat gangguan
fungsi ginjal.
D. Deskripsi patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer. Berbagai
faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan
2013/20
14
2013/20
14
Patofisiologi Hipertensi
Saraf Simpatis
Renin
Angiotensinogen (Hati)
ACE
(Angiotensin
Converting
Enzym)
Angiotensin II
Rangsang saraf
Vasokonstriksi
Aldosteron
pusat halus
ADH
Retensi Na
(antidiuretik hormon)
Overvolume
TD
Over volume
2013/20
14
a. Pria, usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada
waktu berbaring 130/90 mmHg.
b. Pria, usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya >
145/95 mmHg.
c. Pada wanita tekanan darah 160/95 mmHg, dikatakan hipertensi.
3. Ahli penyakit dalam lain, Gordon H Williams, mengklasifikasikan
hipertensi sebagai berikut.
Tensi Sistolik :
a. < 140 mmHg
= Normal
b. 140-159 mmHg
= Normal Tinggi
Tensi Diastolik :
a. < 85 mmHg
= Normal
b. 85-89 mmHg
= Normal Tinggi
c. 90-104 mmHg
= Hipertensi Ringan
d. 105-114 mmHg
= Hipertensi Sedang
= Hipertensi Berat
= Normal
b. 120-139 mmHg
= Pra Hipertensi
c. 140-159 mmHg
= Hipertensi Derajat I
d. 160 mmHg
= Hipertensi Derajat II
Tekanan Diastolik :
a. < 79 mmHg
= Normal
b. 80-89 mmHg
= Pra Hipertensi
c. 90-99 mmHg
= Hipertensi Derajat I
d. 100 mmHg
= Hipertensi Derajat II
2013/20
14
Klasifikasi hipertensi
Sistolik
Normotensi
Pre hipertensi
Hipertensi tahap II
Hipertensi tahap I
Diastolik
< 130
130-140
140-160
> 160
< 80
80-90
90-100
> 100
2.
Penyebab
penggunaan
spesifiknya
estrogen,
hiperaldisteronisme
diketahui
penyakit
primer,
ginjal,
sindrom
seperti
glomerulonefritis,
hipertensi
chusing,
vaskularrenal,
feotromositoma,
2013/20
14
dan
dapat
mengindikasikan
factor
resiko
seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
3. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
4. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar katekolamin.
5. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
2. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
3. IUP
mengidentifikasikan
penyebab
hipertensi
seperti
Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
4. Photo dada : Menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
G. Penatalaksanaan Medis
Berdasarkan program perawatan bertahap hipertensi (Rodman, 1991) :
1.
Pembatasan natrium
2.
2013/20
14
3.
Langkah III Dosis obat dapat dikurangi, obat kedua dari kelas yang
berbeda dapat ditambahkan atau penggantian obat lainnya dari kelas yang
berbeda.
4.
5.
H. Terapi Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulkan intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
7. Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angiotensin.
I. Patoflow hipertensi
2013/20
14
Pathway Hipertensi
2013/20
14
umur
Elastisitas
2013/20
14
Jenis kelamin
hidup
obesitas
, arteriosklerosis
hipertensi
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
otak
ginjal
Pembuluh darah
Resistensi pembuluh
Suplai
darah
O2
Vasokonstriksi
otak
otak menurun
pembuluh darah ginjal
sistemik
vasokonstriksi
Blood flow munurun
Nyeri kepala
Gangguan pola tidur
sinkop
Afterload meningkat
Iskemi miocard
Nyeri dada
Respon RAA
Gangguan perfusi jaringan
Penurunan curah jantungFatique
Rangsang aldosteron
Intoleransi aktifitas
Retensi Na
edema
J. Asuhan Keperawatan
Retina
Kelebihan volume
cairan
diplopia
Resti inju
2013/20
14
a. Aktifitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.
Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.
c. Integritas Ego
Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.
d. Eliminasi
Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.
e. Makanan/ cairan
Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun),
riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
f. Neurosensori
Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital,
gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori,
perubahan retina optik.
Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/
masssa.
h. Pernafasan
Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea,
batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan
alat bantu pernafasan.
2013/20
14
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi, cara brejalan.
j. Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Seperti pengkajian pada BB, TB, mata, JVP, paru (irama pernapasan,
frekuensi, jenis suara napas, adanya ronchi), jantung (mengukur
tekanan darah, denyut nadi, suara bunyi jantung), abdomen (peristaltik
usus), ekstremitas (refleks, edema).
K. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul dan Prioritas diagnosa
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan
berlebihan
L. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Intervensi (NIC)
Cardiac Care
Fluid Management
Perencanaan
Aktivitas (NOC)
- Evaluasi
adanya
nyeri
dada
(intensitas,lokasi, durasi)
- Catat adanya disritmia jantung
- Catat adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac output
- Monitor status kardiovaskuler
- Monitor
status
pernafasan
yang
menandakan gagal jantung
- Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
- Monitor balance cairan
Monitor adanya perubahan tekanan
darah
- Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
- Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan
Activity Therapy
bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi
yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
Kolaborasikan
dengan
Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
Bantu
pasien/
keluarga
untuk
menunjukkan aritmia
atau iskemia
Adanya dyspneu atau
ketidaknyamanan saat
beraktivitas.
Keseimbangan aktivitas
dan istirahat
Self Care :
Konservasi
ADLs
eneergi
Pain Management
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi
nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan
rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda
vital
dalam
rentang normal
Tidak
mengalami
gangguan tidur
Analgesik
administration
Mengerti
factor yang
meningkatkan berat
badan
Mengidentfifikasi
tingkah laku dibawah
kontrol klien
Memodifikasi diet
dalam waktu yang lama
untuk mengontrol berat
badan
Penurunan berat badan
1-2 pounds/mgg
Menggunakan energy
untuk aktivitas sehari
Weight Management
hari
Nutrition Management
intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
Membantu menentukan daerah atau
derajat kerusakan serebral yang terjadi
dan kesulitan pasien dalam beberapa
atau seluruh tahap proses komunikasi
Klien mungkin kehilangan kemampuan
untuk memantau ucapan yang keluar dan
tidak menyadari bahwa komunikasi yang
diucapkannya tidak nyata.
Melalukan penilaian terhadap adanya
kerusakan sensorik
Melalukan penilaian terhadap adanya
kerusakan motorik
Mengurangi isolasi sosial pasien dan
meningkatkan pencipataan komunikasi
yang efektif.
Pengkajian
secara
individual
kemampuan bicara dan sensori, motorik
dan
kognitif
berfungsi
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
atau
kebutuhan terapi.