Anda di halaman 1dari 20

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


Jl. Raya Cilegon KM 06 Pelamunan Kramatwatu Serang Banten
Tlp/Fax.0254.232729
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GERONTIK STIKes FALETEHAN
HIPERTENSI

A. Definisi Penyakit
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung
umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas
tertentu tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami (dr. Jan
Tambayong, 2000 ; 94).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Brunner and Suddarth, 2001 ; 896).
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa hipertensi
adalah meningkatnya tekanan darah yang menetap dengan hasil tekanan darah
sistol > 140 mmHg dan distole > 90 mmHg yang biasanya ditemukan pada
orang dewasa atau lanjut usia.
B. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer.

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

2013/20
14

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi


diantaranya adalah :
1. Genetik :
Kasus hipertensi esensial 70-80% diturunkan dari orang tuanya. Apabila
riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi
esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita
hipertensi ataupun pada kembar monozygot (sel telur) dan salah satunya
menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan besar menderita
hipertensi.
2. Obesitas :
Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena
seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan
energi yang lebih besar jantung pun bekerja ekstra karena banyaknya
timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi,
sehingga tekanan darah menjadi tinggi (Suparto, 2000:322).
3. Stress :
Hampir semua orang didalam kehidupan mereka mengalami stress
berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena
tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja
lembur).
4. Gender :
Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi
wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan
pembuluh darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita
hipertensi dari pada wanita. Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan
oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan.
Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi terkena hipertensi
dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich seorang pria dewasa
akan mempunyai peluang lebih besar yakni 1 diantara 5 untuk mengidap
hipertensi (Lanny, Sustrani, 2004:25).

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

2013/20
14

5. Faktor Usia :
Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia,
kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada
umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun
namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia
muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari
berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa 1,828,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
6. Faktor Asupan Garam :
WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6
gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium). (Sunita Atmatsier, 2004:64)
7. Kebiasaan Merokok :
Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit
dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Keadaan paru-paru dan jantung
mereka yang merokok tidak dapat bekerja secara efisien (Iman Soeharto,
2001:55).
C. Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang kala merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi dan kadang-kadang berjalan tanpa gejala dan baru timbul setelah
terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, pusing atau migrain, marah, telinga
berdengung, rasa berat di tekuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.
Gejala ini akibat komplikasi hipertensi sepertii gangguan penglihatan,
gangguan neurologi, gejala payah jantung dan gejala lain akibat gangguan
fungsi ginjal.
D. Deskripsi patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer. Berbagai
faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

2013/20
14

mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor


genetik, stres, obesitas, jenis kelamin, usia, kebiasaan merokok. Selain curah
jantung dan tahanan perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh
tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh
hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhimya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

2013/20
14

Patofisiologi Hipertensi
Saraf Simpatis

Renin

Angiotensinogen (Hati)

Angiotensin I (di paru-paru)

ACE

(Angiotensin

Converting

Enzym)
Angiotensin II

Rangsang saraf

Vasokonstriksi

Aldosteron

pusat halus

ADH

Retensi Na

(antidiuretik hormon)

Overvolume

TD

Over volume

Sumber : Buku Ajar Keperawatan Cardiovaskuler (2001 ; 116)


E. Tahapan/ Grade/ Tingkatan Penyakit
Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi Menurut :
1. WHO (World Health Organization), memberikan batasan tekanan normal
adalah 140/90 mmHg. Tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia
dan jenis kelamin.
2. NM. Kaplan (Bapak Ilmu Penyakit Dalam), memberikan batasan dengan
membedakan usia dan jenis kelamin sebagai berikut :

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

2013/20
14

a. Pria, usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada
waktu berbaring 130/90 mmHg.
b. Pria, usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya >
145/95 mmHg.
c. Pada wanita tekanan darah 160/95 mmHg, dikatakan hipertensi.
3. Ahli penyakit dalam lain, Gordon H Williams, mengklasifikasikan
hipertensi sebagai berikut.
Tensi Sistolik :
a. < 140 mmHg

= Normal

b. 140-159 mmHg

= Normal Tinggi

c. > 159 mmHg

= Hipertensi Sistolik Tersendiri

Tensi Diastolik :
a. < 85 mmHg

= Normal

b. 85-89 mmHg

= Normal Tinggi

c. 90-104 mmHg

= Hipertensi Ringan

d. 105-114 mmHg

= Hipertensi Sedang

e. > 115 mmHg

= Hipertensi Berat

4. National Institute of Health, lembaga kesehatan nasional diAmerika


mengklasifikasikan sebagai berikut :
Tekanan Sistolik :
a. > 119 mmHg

= Normal

b. 120-139 mmHg

= Pra Hipertensi

c. 140-159 mmHg

= Hipertensi Derajat I

d. 160 mmHg

= Hipertensi Derajat II

Tekanan Diastolik :
a. < 79 mmHg

= Normal

b. 80-89 mmHg

= Pra Hipertensi

c. 90-99 mmHg

= Hipertensi Derajat I

d. 100 mmHg

= Hipertensi Derajat II

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

2013/20
14

5. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII (The joint national committee on


Detection Evaluation, and treatment of High Blood Pressure, 1984)
N
o
1
2
3
4

Klasifikasi hipertensi

Sistolik

Normotensi
Pre hipertensi
Hipertensi tahap II
Hipertensi tahap I

Diastolik

< 130
130-140
140-160
> 160

< 80
80-90
90-100
> 100

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi 2 golongan yaitu :


1.

Hipertensi primer atau essensial yang tidak diketahui penyebabnya


atau idiopatik terdapat sekitar 90% kasus dan banyak penderita tidak
menunjukkan gejala atau keluhan. Berbagai hal seperti faktor genetik,
aktivitas saraf simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme natrium dalam
ginjal, gangguan mekanisme pompa Na (sodium pump) dan faktor renin,
angiotensin, aldosteron serta faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas, alkohol, merokok dan polisetimia mempunyai kaitan erat dengan
peningkatan tekanan darah esensial.

2.

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5%


kasus.

Penyebab

penggunaan

spesifiknya

estrogen,

hiperaldisteronisme

diketahui

penyakit

primer,

ginjal,

sindrom

seperti

glomerulonefritis,

hipertensi
chusing,

vaskularrenal,
feotromositoma,

koarktasioaorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lainlain.


F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Kimia darah (K, Na, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol, protein urin
24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH)

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

2013/20
14

2. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan


(viskositas)

dan

dapat

mengindikasikan

factor

resiko

seperti

hipokoagulabilitas, anemia.
3. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
4. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar katekolamin.
5. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
2. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
3. IUP

mengidentifikasikan

penyebab

hipertensi

seperti

Batu

ginjal,perbaikan ginjal.
4. Photo dada : Menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
G. Penatalaksanaan Medis
Berdasarkan program perawatan bertahap hipertensi (Rodman, 1991) :
1.

Langkah I. Tindakan-tindakan konservatif :


a. Modifikasi diet
1)

Pembatasan natrium

2) Penurunan masukan kolesterol dan lemak jenuh


3) Penurunan masukan kalori untuk mengontrol berat badan
4) Menurunkan masukan minuman beralkohol
b. Menghentikan merokok
c. Penatalaksanaan stress
d. Program latihan regular untuk menurunkan berat badan

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

2.

2013/20
14

Langkah II. Farmakoterapi bila tindakan-tindakan konservatif


gagal untuk mengontrol TD sercara adekuat. Salah satu dari berikut ini
dapat digunakan.
a. diuretik
b. penyekat beta adrenergik
c. penyekat saluran kalsium
d. penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE)

3.

Langkah III Dosis obat dapat dikurangi, obat kedua dari kelas yang
berbeda dapat ditambahkan atau penggantian obat lainnya dari kelas yang
berbeda.

4.

Langkah IV. Obat ketiga dapat ditambah atau obat kedua


digantikan yang lain dari kelas yang berbeda.

5.

Langkah V. Evaluasi lanjut atau rujukan pada spesialis atau


keempat dapat ditambahkan masing-masing dari kelas yang berbeda.

H. Terapi Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulkan intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
7. Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angiotensin.

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

I. Patoflow hipertensi

2013/20
14

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

Pathway Hipertensi

2013/20
14

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

umur

Elastisitas

2013/20
14

Jenis kelamin

hidup

obesitas

, arteriosklerosis

hipertensi
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi

otak

ginjal

Pembuluh darah

Resistensi pembuluh
Suplai
darah
O2
Vasokonstriksi
otak
otak menurun
pembuluh darah ginjal
sistemik

koroner Spasme arte

vasokonstriksi
Blood flow munurun
Nyeri kepala
Gangguan pola tidur
sinkop
Afterload meningkat

Iskemi miocard

Nyeri dada

Respon RAA
Gangguan perfusi jaringan
Penurunan curah jantungFatique
Rangsang aldosteron
Intoleransi aktifitas
Retensi Na
edema

J. Asuhan Keperawatan

Retina

Kelebihan volume
cairan

diplopia

Resti inju

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

2013/20
14

1. Pengkajian klien dengan hipertensi

a. Aktifitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung

b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.
Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.

c. Integritas Ego
Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.

d. Eliminasi
Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.
e. Makanan/ cairan
Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun),
riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
f. Neurosensori
Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital,
gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori,
perubahan retina optik.
Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/
masssa.
h. Pernafasan
Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea,
batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan
alat bantu pernafasan.

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

2013/20
14

i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi, cara brejalan.
j. Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Seperti pengkajian pada BB, TB, mata, JVP, paru (irama pernapasan,
frekuensi, jenis suara napas, adanya ronchi), jantung (mengukur
tekanan darah, denyut nadi, suara bunyi jantung), abdomen (peristaltik
usus), ekstremitas (refleks, edema).
K. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul dan Prioritas diagnosa
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan
berlebihan

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

L. Intervensi Keperawatan
No

Diagnosa Keperawatan

Resiko tinggi terhadap


penurunan curah jantung
b/d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/
rigiditas
ventrikuler,
iskemia miokard

Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan asuhan
selamapenurunan
kardiak output tidak terjadi
dengan kriteria hasil:
Tanda
Vital
dalam
rentang normal (Tekanan
darah, Nadi, respirasi)
Dapat
mentoleransi
aktivitas,
tidak
ada
kelelahan
Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada
asites
Tidak ada penurunan
kesadaran
AGD
dalam
batas
normal
Tidak ada distensi vena
leher
Warna kulit normal

Intervensi (NIC)
Cardiac Care

Fluid Management

Vital Sign Monitoring

Perencanaan
Aktivitas (NOC)
- Evaluasi
adanya
nyeri
dada
(intensitas,lokasi, durasi)
- Catat adanya disritmia jantung
- Catat adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac output
- Monitor status kardiovaskuler
- Monitor
status
pernafasan
yang
menandakan gagal jantung
- Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
- Monitor balance cairan
Monitor adanya perubahan tekanan
darah
- Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
- Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

Intoleransi aktivitas b/d


kelemahan,
ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
ditandai dengan :
melaporkan
secara
verbal
adanya
kelelahan
atau
kelemahan.
Respon abnormal dari
tekanan darah atau nadi
terhadap aktifitas
Perubahan EKG yang

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama .
Pasien bertoleransi terhadap
aktivitas dengan Kriteria
Hasil :
Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan
RR
Mampu melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri

Activity Therapy

bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi
yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
Kolaborasikan
dengan
Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
Bantu
pasien/
keluarga
untuk

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

menunjukkan aritmia
atau iskemia
Adanya dyspneu atau
ketidaknyamanan saat
beraktivitas.

Keseimbangan aktivitas
dan istirahat

Self Care :

Konservasi

ADLs

eneergi

Nyeri akut : sakit kepala Setelah dilakukan tinfakan


b/d peningkatan tekanan keperawatan selama .
vaskuler serebral
Pasien tidak mengalami
nyeri, dengan kriteria hasil:
Mampu
mengontrol
nyeri (tahu penyebab

Pain Management

mengidentifikasi kekurangan dalam


beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
Kaji adanya faktor yang menyebabkan
kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi yang
adekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan
fisik dan emosi secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap
aktivitas (takikardi, disritmia, sesak
nafas, diaporesis, pucat, perubahan
hemodinamik)
Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi
nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan
rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda
vital
dalam
rentang normal
Tidak
mengalami
gangguan tidur

Analgesik
administration

untuk mengetahui pengalaman nyeri


pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Kontrol
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi
dari
analgesik
ketika
pemberian lebih dari satu

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan


lebih dari kebutuhan tubuh keperawatan selama .
b/d masukan berlebihan
Ketidak seimbangan nutrisi
lebih teratasi dengan kriteria
hasil:

Mengerti
factor yang
meningkatkan berat
badan
Mengidentfifikasi
tingkah laku dibawah
kontrol klien
Memodifikasi diet
dalam waktu yang lama
untuk mengontrol berat
badan
Penurunan berat badan
1-2 pounds/mgg
Menggunakan energy
untuk aktivitas sehari

Weight Management

Tentukan pilihan analgesik tergantung


tipe dan beratnya nyeri
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Diskusikan bersama pasien mengenai
hubungan antara intake makanan,
latihan, peningkatan BB dan penurunan
BB
Diskusikan bersama pasien mengani
kondisi medis yang dapat mempengaruhi
BB
Diskusikan bersama pasien mengenai
kebiasaan, gaya hidup dan factor
herediter yang dapat mempengaruhi BB
Diskusikan bersama pasien mengenai
risiko yang berhubungan dengan BB
berlebih dan penurunan BB
Dorong pasien untuk merubah kebiasaan
makan
Perkirakan BB badan ideal pasien
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik

hari

Nutrition Management

intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
Membantu menentukan daerah atau
derajat kerusakan serebral yang terjadi
dan kesulitan pasien dalam beberapa
atau seluruh tahap proses komunikasi
Klien mungkin kehilangan kemampuan
untuk memantau ucapan yang keluar dan
tidak menyadari bahwa komunikasi yang
diucapkannya tidak nyata.
Melalukan penilaian terhadap adanya
kerusakan sensorik
Melalukan penilaian terhadap adanya
kerusakan motorik
Mengurangi isolasi sosial pasien dan
meningkatkan pencipataan komunikasi
yang efektif.
Pengkajian
secara
individual
kemampuan bicara dan sensori, motorik
dan
kognitif
berfungsi
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
atau
kebutuhan terapi.

Anda mungkin juga menyukai