PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Enzim sebagai protein alosterik.
2. Hambatan umpan-balik.
3. Aktivasi alosterik.
4. Modifikasi kovalen enzim.
5. Inaktivasi enzim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1. Regulasi Aktivitas Enzim
Enzim merupakan katalisator, dimana enzim dapat mempercepat reaksi kimia dengan
menurunkan energi aktivasi. Enzim akan bergabung sementara dengan reaktan sehingga mencapai
keadaan transisi dengan energi aktivasi yang lebih rendah daripada energi aktivasi yang diperlukan
untuk mencapai keadaan transisi tanpa bantuan katalisator atau enzim.
Katalisator didefinisikan sebagai percepatan reaksi kimia oleh beberapa senyawa dimana
senyawanya tidak mengalami perubahan kimia secara permanen. Enzim terikat sementara pada
reaktan yang dikatalisisnya,dan kembali seperti semula setelah terbentuk produk.
1. Struktur Enzim
Enzim merupakan protein tunggal atau gabungan dari protein dan senyawa non-protein
yang hanya dapat dihasilkan makhluk hidup, baik manusia maupun mikroorganisme.
1) Apoenzim
Apoenzim adalah bagian enzim yang berupa senyawa protein yang mengandung binding
site, yaitu antara lain:
a. Sisi aktif adalah sisi yang berikatan dengan substrat. Substrat merupakan zat yang akan
dijadikan produk.
b. Sisi alosterik adalah sisi yang berikatan dengan kofaktor (aktivator) enzim. Sisi
alosterik dapat diganggu oleh inhibitor non-kompetitif yang ber-struktur sama dengan
kofaktor. Inhibitor akan mencegah enzim untuk mengubah-ubah bentuk sisi aktif.
2) Kofaktor/aktivator enzim
2
Kofaktor/aktivator enzim adalah bagian enzim berupa senyawa non-protein. Kofaktor
dapat mengubah-ubah bentuk sisi aktif sehingga substrat tertentu dapat menempel.
Macam-macam kofaktor enzim:
a. Koenzim adalah kofaktor berupa senyawa organik (vitamin) yang berikatan secara non-
kovalen dengan enzim. Contoh: koenzim NAD+.
b. Gugus prostetik adalah kofaktor berupa senyawa anorganik (mineral) yang berikatan secara
kovalen dengan enzim. Contoh: Cl- dan Ca2+ pada enzim amilase, Fe pada hemoglobin,
dan Mg pada klorofil.
Enzim yang telah berikatan dengan kofaktor disebut holoenzim. Sisi aktif dapat
diganggu oleh inhibitor kompetitif yang berstruktur sama dengan substrat. Inhibitor akan
mencegah substrat untuk berikatan. Sedangkan sisi alosterik dapat diganggu oleh inhibitor non-
kompetitif yang ber-struktur sama dengan kofaktor. Inhibitor akan mencegah enzim untuk
mengubah-ubah bentuk sisi aktif.
2. Sifat-Sifat Enzim
Adapun sifat-sifat enzim sebagai katalisator adalah sebagai berikut:
1) Terlibat dalam jalannya reaksi, namun jumlahnya tidak berubah.
2) Mempercepat laju reaksi, namun tidak mengubah komposisi produk.
3) Menurunkan energi aktivasi.
4) Hanya dapat mengkatalisis reaksi tertentu.
5) Dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
6) Dapat dihambat zat tertentu.
7) Dapat bekerja dalam reaksi bolak-balik.
3
b. Kofaktor mengubah bentuk sisi aktif agar dapat mengikat substrat tertentu.
c. Substrat kemudian diubah menjadi produk dan lepas dari enzim.
d. Enzim dapat digunakan kembali untuk substrat berikutnya.
4
Enzim alosterik mempunyai dua bagian aktif, yaitu bagian aktif yang menangkap substrat dan bagian
yang menangkap penghambat.
Apabila ada senyawa yang dapat memasuki bagian yang menangkap penghambat maka enzim
menjadi tidak aktif, senyawa penghambat tersebut merupakan penghambat alosterik. Struktur
senyawa penghambat alosterik tidak mirip dengan struktur substrat. Pengikatan penghambat alosterik
pada enzim menyebabkan enzim tidak aktif, sehingga substrat tidak dapat dikatalisis dan tidak
menghasilkan produk. Apabila enzim menangkap substrat maka penghambat tidak dapat terikat pada
enzim, sehingga enzim dapat aktif mereaksikan substrat menjadi produk.
Enzim memiliki tenaga katalitik yang luar biasa, yang biasanya jauh lebih besar dari katalisator
sintetik. Spesifisitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya, dan enzim mempercepat reaksi kimia
spesifik tanpa pembentukan produk samping. Enzim ini bekerja dalam cairan larutan encer, suhu, dan
pH yang sesuai dengan kondisi fisiologis biologis.
Sifat-sifat enzim alosterik berbeda nyata dari enzim-enzim bukan pengatur (biasa). Adapun
perbedaannya antara lain sebagai berikut:
1. Seperti semua enzim, enzim alosterik memiliki sisi katalitik yang berikatan dengan substrat
dan mengubahnya, tetapi enzim ini juga memiliki satu atau lebih sisi pengatur atau alosterik
untuk mengikat metabolit pengatur, yang disebut modulator (pengatur) atau efektor. Sama
seperti sisi katalitik enzim yang bersifat spesifik bagi substiarnya, sisi alosterik bersifat
spesifik bagi modulator (pengatur)-nya.
2. Molekul enzim alosterik umumnya lebih besar dan lebih kompleks dibandingkan dengan
molekul enzim biasa. Kebanyakan enzim-enzim alosterik memiliki dua atau lebih rantai
atau subunit polipeptida.
3. Enzim alosterik biasanya memperlihatkan penyimpangan yang nyata dari tingkah laku
klasik Michaelis-Menten. Hal ini salah satu ciri yang pertama-tama membedakannya dari
enzim-enzim biasa.
Aktivitas katalisis enzim alosterik dapat distimulasi atau dihambat oleh suatu modulator.
Modulator dapat berupa modulator posiitif (untuk menstimulasi sisi aktif enzim) dan modulator
negatif (untuk mengambat sisi aktif enzim). Modulator dapat berupa produk akhir katabolisme atau
anabolisme, zat intemediet dari jalur metabolik, atau produk dari jalur metabolik lain.
Aktivitas enzim yang mengkatalisis pada tahap awal jalur metabolisme dihambat oleh hasil
akhir jalur ini. Namun hambatan seperti itu tidak tergantung pada kompetisi tempat ikatan substrat
pada enzim, karena struktur hasil akhir dan substrat biasanya berbeda. Kecuali, hambatan tergantung
pada kenyataan bahwa enzim yang diatur adalah alosterik: setiap enzim memiliki tidak hanya satu
5
tempat katalitik, yang mengikat substrat, tetapi juga satu atau lebih tempat lain yang mengikat
molekul pengatur yang kecil, atau efektor.
Pengikatan suatu efektor pada tempatnya menyebabkan perubahan konformasional pada enzim,
sehingga afinitas tempat katalitik untuk substrat direduksi (hambatan alosterik) atau ditingkatkan
(aktivasi alosterik). Protein alosterik biasanya oligomerik. Dalam beberapa hal, subunitnya identik,
masing-masing subunit memiliki tempat katalitik maupun tempat efektor; dalam hal lain subunitnya
berbeda, satu tipe hanya memiliki satu tempat katalitik dan yang lain hanya satu tempat efektor.
6
L-Threonine
L- Threonine
deaminase
E1 E2 E3 E4
Gambar 3: Hambatan Umpan-Balik L-Threonin deaminase oleh L-isoleusin. Jalur biosintesis isoleusin dan valin diperantarai oleh
empat enzim. (Sumber: Mikrobiologi Kedokteran Hal: 132)
Glukosa
7
Glukosa 6-fosfat Glukosa 1-fosfat ADP-Glukosa
ADP
Fruktosa 1.6 di fosfat
3-Fosfagliserat
3-Fosfoenolpiruvat
AMP
Piruvat
Gambar 4: Penggunaan pemanfaatan glukosa oleh kombinasi aktivasi alosterik dan hambatan alosterik.
(Sumber: Mikrobiologi Kedokteran Penerbit Salemba Medika, Hal: 133)
8
Gambar 5. Modifikasi Kovalen Enzim (Sumber: http://www.personalas.ktu.lt/2011/julivan/MF/
preclinical/studies/Lecture/regulation-enzyme-activity.pdf )
Inhibitor irreversibel dimana inhibitor ini berikatan dengan sisi aktif enzim secara kuat
sehingga tidak dapat terlepas. Enzim menjadi tidak aktif dan tidak dapat kembali seperti semula
(irreversible).
BAB III
PENUTUP
9
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Enzim adalah suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator, senyawa
yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam tubuh mahluk hidup.
2. Mekanisme kerja enzim dapat dijelaskan melalui teori kunci gembok (lock and key)dan
teori ketetapan induksi (induced fit).
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi kerja enzim antara lain suhu, ph (derajat keasaman),
dan inhibitor.
4. Enzim alosterik adalah enzim yang memiliki sisi lain selain sisi katalitik. Enzim alosterik
mempunyai dua bagian aktif, yaitu bagian aktif yang menangkap substrat dan bagian yang
menangkap penghambat.
5. Penghambatan umpan balik disebabkan oleh hasil akhir suatu rangkaian reaksi enzimatik
yang menghambat aktifitas enzim pada reaksi pertama.
6. Aktivator adalah suatu zat yang dapat mengaktifkan enzim yang semula belum aktif.
Enzim yang belum aktif disebut pre-enzim atau zymogen (simogen).
7. Modifikasi kovalen merupakan modifikasi aktivitas enzim banyak enzim melalui
pembentukan ikatan kovalen
8. Inaktivasi enzim dilakukan dengan mekanisme feed back negative (inhibitor).
3.2. Saran
Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mahasiswa mengenai regulasi aktivitas enzim serta dapat diterapkan dan berguna didalam dunia
pekerjaan khususnya dibidang kesehatan dimasa yang akan datang.
10