Definisi-definisi
Farmakologi atau ilmu khasiat Obat,
adalah ilmu yang mempelajari
pengetahuan Obat dalam seluruh
aspeknya, yaitu sifat-sifat kimiawi dan
fisikanya, kegiatan fisiologinya , resorpsi
dan nasibnya dalam organisme hidup
Farmakologi klinik menyelidiki semua
interaksi ini antara obat dan khususnya
tubuh manusia, serta penggunaannya
pada pengobatan penyakit.
Undang-undang dibidang
Farmasi
Undang-undang pokok kesehatan No. 23 tahun 1990
mengatur tentang Pokok-pokok Kesehatan , sedangkan
khusus tetang obat-obatan diatur dalam beberapa UU,
yairu, Ordonansi Obat bius,
Obat Keras ditandai dengan lingkaran berwarna merah
dengan logo K yaitu Obat-obatan yang hanya bisa
dibeli dengan resep dokter di Apotik
Obat bebas ditandai dengan lingkaran hijau boleh dibeli
secara bebas dan dijual secara bebas di toko apapun.
Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkatan biru
hanya dapat dibeli di toko Obat berijin.
Farmaceutical availability
Farmaceutical availability (FA) merupakan
ukuran untuk bagian obat yang dilepaskan
dari bentuk pemberiannya dan tersedia
untuk prosess resorpsi. Misalnya tablet,
kapsul serbuk, suppossitoria dan
sebagainya.
Tablet pecah granul zat aktif larut
Biological availability.
Adalah prosentase obat yang diresorpsi tubuh
dari suatu dosis yang diberikan dan tersedia
untuk melakukan efek terapinya . Biasanya efek
ini baru mulai terlihat sesudah obat melalui
sistem pembuluh darah (sistemis).
Pada tahun-tahunterakhir telah dilakukan
percobaan-percobaan untuk menentukan kadar
obat dalam air liur lebih mudah dan sederhana
daripada dalam plasma darah. Ternyata
sejumlah obat terdapat korelasi antara kadar
dalam air liur dan kadar dalam plasma darah.
Cara-cara pemberian.
Disamping faktor formulasi juga cara
pemberian obat turut menentukan cepat
atau lambatnya resorpsi obat , tergantung
dari efek yang diinginkan yaitu efek
sistemis (diseluruh tubuh) atau efek lokal
( stempat). Dari keadaan pasien dan sifatsifat fisiko-kimia obat dapat dipilih
berbagai cara pemberin :
A. Efek sistemis.
B. Efek lokal.
Intra nasal, melalui hidung , digunakan tetes
hidung pada selesma untuk menciutkn
mukosa hidung yng bengkak.
Inhalasi, larutan obat yang isemprotkan
kedalam mulut dengan alat aerosol, resorpsi
terjadi oleh mukosa mulu, tenggorokan dan
saluran napas.
Mukosa mata dan telinga, Obat mata dalam
bentuk tetes mata atau salep mata atau
tetes telinga.
PRINSIP-PRINSIP
FARMAKOKINETIKA
Tubuh kita dapat dianggap sebagai suatu
ruangan besar yang terdiri dari beberapa
kompartemen yang berisi cairan , satu
dengan yang lain terpisah oleh membran
membran sel, kompartemen yang
terpenting adalah saluran lambng usus,
sistem peredaran darah , ruang ekstra sel
( diluar sel, antar jaringan), ruang intra sel
(didalam sel) , ruang serebrospinal (sekitar
otak dan sumsum tulang belakang).
Sistem-sistem transport.
Secara pasif, artinya tanpa menggunakan enersi.
Filtrasi,
Resorpsi.
Sebagaimana telah diuraikan resorpsi obat
berlangsung cepat bila diberikan dengan cara
injeksi intra vena (iv) lebih perlahan dengan
injeksi im dan lebih lambat lagi dengan sc (sub
cutan) karena obat harus melintasi banyak
membran sel sebelum tiba di peredaran darah.
Kecepatan resorpsi, dibatasi oleh cepatnya larut
partikel-partikel obat , semakin halus semakin
cepat resorpsinya
Biotransformasi.
Pada dasarnya obat adalah zat asing yang tidak
diingini, karena merusak sel dan mengganggu
fungsinya. Maka tubuh akan berusaha
merombak zat asing ini menjadi metabolit yang
tidak aktif lagi dan sekaligus bersifat lebih
hidrofil agar ekskresinya oleh ginjal lebih lancar.
Disamping hati sebagai organ tempat
dilakukannya proses biotransformasi juga paruparu, dinding usus juga didalam darah.
Reaksi perombakan
oksidasi, alkohol, aldehida, asam dan zat
hidrokarbon dioksidasi menjadi CO2 dan
oksigen.
reduksi, kloral hidrat direduksi menjadi
triklor etanol.
hidrolisa, molekul obat yang mengikat
molekul air terurai dan melepaskan
molekul airnya.
Distribusi.
Khususnya melalui peredaran darah, obat yang
telah melalui hati bersama dengan metabolitnya
disebarkan secara merta ke seluruh jaringan
tubuh, melalui kapiler dan cairan ekstra sel
(yang mengelilingi jaringan) obat di transport ke
tempat kerjanya didalam sel ( intra sel), yaitu
organ atau otot yang sakit. Tempat kerja ini
hendaknya memiliki penyaluran darah yang
baik, karena obat hanya dapat melakukan
aktifitasnya jika konsentrasi obat di tempat itu
cukup besar selama waktu yang cukup lama.
Ekskresi.
kulit, bersama keringat, misalnya paraldehide
dan bromide
paru-paru, dengan pernafasan keluar,
biasanya zat-zat terbang, alkohol, anestetika
(klorofo, haotan)
empedu, obat dikeluarkan secara aktif oleh
hati dengan empedu di usus obat tersebut
tidak diresorpsi kembali sehingga dikeluarkan
melalui faeses (tinja) contoh, penisilin,
eritromisin dan rifampisisn.
Konsentrasi plasma
Besarnya efek obat tergantung pada
konsentrasinya ditempat kerja dan ini
berhubungan erat dengan konsentrasi
plasma. Pada obat yang resorpsinya baik,
kadar obat didalam plasma meninggi bila
dosis nya diperbesar. Konsentrasi obat
dalam plasma yang nilainya lebih kurang
sama dengan konsentrasi dalam darah
dapat diukur dengan alat-alat modern.
. PRINSIP-PRINSIP
FARMAKODINAMIKA
Efek terapetik
terapi kausal, pada mana penyebab penyakit ditiadakan ,
khususnya pemusnahan kuman atau parasit (contoh
kemoterapeutika, antibiotika, anti malaria, sulfonamida).
Terapi simptomatis hanya gejala penyakit yang
diringankan, penyebab yang sebenarnya tidak diatasi
misalnya kerusakan pada suatu organ atau syaraf seperti
analgetik, obat hipertensi dan jantung.
Plasebo
Suatu faktor penting yang turut menentukan
efek terapetik obat adalah kepercayaan atas
obat yang diberikan oleh dokter. Berdasarkan
kepercayaan ini kadang-kadang diberikan obat
plasebo (saya ingin menyenangkan) yang sama
sekali tidak mengandung zat berkhasiat,
biasanya obat ini diberikan kepada penderita
yang tidak mungkin sembuh lagi, atau pada
orang yang ketagihan obat tertentu (misalnya
narkoba).
Efek toksis.
Efek teratogen , obat pada dosis terapeutik
untuk ibu hamil, mengakibatkan cacat pada
janin, misalnya focomelia (kaki tangan seperti
singa laut) atau terjadi kerusakan pada mata,
telinga , jantung , saluran pencernaan dan
saluran kemih.
Kerusakan yang terhebat terjadi pada
kehamilan muda (12 minggu pertama) karena
pada masa inilah kaki, tangan dan organ-organ
penting dari bayi terbentuk.
Resistensi bakteri
Resistensi bawaan primer, yang secara
alamiah sudah terdapat pada kuman , misalnya
adanya enzim yang menguraikan antibiotika
(penisilinase yang menguraikan penisilin dan
sefalosforin).
Resistensi sekunder, adalah akibat kontak
kuman dengan kemoterapeutika terjadi kuman
bentuk lain (mutan), atau kuman menyesuaikan
metabolismenya guna melawan efek obat,
antara lain dengan merobah pola enzimnya.
Dosis.
Dosis obat yang diberikan pada pasien untuk
menghasilkan efek yang diharapkan tergantung
dari banyak faktor, antara lain usia, bobot badan,
kelamin, besarnya permukaan badan, beratnya
penyakit, dan keadaan sisakit.
Takaran pemakaian yang dimuat didalam
Farmakope Indonesia dan farmakope negaranegara lain hanya dimaksudkan sebagai
pedoman saja . Begitu pula dosis maksimal
(MD) yang bila dilampaui dapat mengakibatkan
efek toksis.
Indeks terapi
Hampir semua obat pada dosis yang cu-kup
besar dapat menimbulkan efek toksis (TD) yang
pada akhirnya dapat menimbulkan kematian
(LD)
Untuk menilai keamanan dan efek suatu obat
adalah perbandingan antara LD 50 dengan ED
50 (indeks terapi)
Dosis yg mematikan 50% hewan percoba-an
(LD50),dosis yang menimbulkan efek 50% dari
hewan percobaan (ED50).
Semakin besar indeks terapi semakin aman obat
tersebut.
Kombinasi Obat.
Antagonisme, kegiatan obat pertama dikurangi atau
ditiadakan sama sekali oleh obat kedua yang memiliki
khasiat farmakoli bertentangan, misal barbital dengan
strychnin, adrenalin dan asetilkholin.
Sinergisme, adalah kerjasama antara lebih dari satu macam
obat .
Adisi, sumasi, efek kombinasi adalah sama dengan jumlah
kegiatan masing-masing obat misalnya kombinasi asetosal
parasetamol.
Potensiasi (memper tinggi potensi) kegiatan obat
diperkuat oleh obat kedua, yang memiliki kegiatan yang
sama misalnya estrogen dan progesteron, sulfa metoksazol
dan trimetoprim (kotrimoksazol).
Interaksi obat