Anda di halaman 1dari 94

Ricky Crista Candra, S. Farm, Apt.

1
PENDAHULUAN
A. DEFENISI

•Apa itu farmakologi?


–Latin = pharmakon = obat dan logos = ilmu
–Mempelajari bagaimana obat mempengaruhi sistem
tubuh
–Mempelajari respon mahluk hidup terhadap pemberian
obat (nasib obat di dalam tubuh)
Obat : bahan atau sediaan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosi,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari sakit, gejala
sakit atau penyakit untuk meningkatkan kesehatan dan
kontrasepsi.
C. PENGGOLONGAN OBAT
1. Berdasarkan Keamanan (Permenkes No.
949/Menkes/Per/VI/2000.
a. Obat Bebas : parasetamol, vitamin C, asetosal, antasida daftar
obat esensial (DOEN), obat batuk hitam.
b. Obat Bebas Terbatas
(Waarschuwing) artinya
peringatan : klortrimaleas,
mebendazol, obat flu kombinasi tablet.
c. Obat Keras (Gevaarlijk) artinya berbahaya : amoksisilin, asam
mefenamat, semua obat injeksi dan semua obat baru.
d. Psikotropika (obat keras tertentu)
 Golongan I : hanya untuk penelitian; metilen dioksi
metamfetamin, lisergid acid diathylamine (LSD) dan
metamfetamin.
 Golongan II, III dan IV : dapat digunakan untuk pengobatan
asalkan sudah didaftarkan; diazepam, fenobarbital, lorasepam,
dan klordiazepoksid.
e. Narkotika : dapat menimbulkan addiksi (ketergantungan)
Golongan I : hanya untuk penelitian, dilarang produksi; heroin
dan kokain
Golongan II dan III : dapat digunakan untuk pengobatan
asalkan sudah memiliki ijin edar; morfin, petidin, kodein, doveri
dan kodipron.
2. Berdasarkan Cara atau Jalur Pemakaian
a.Obat luar : salep, injeksi, lotion, tetes hidung, tetes telinga,
suppositotia dan krim. Menggunakan etiket biru.
b.Obat dalam : tablet, kapsul, sirup menggunakan etiket putih.

3. Berdasarkan Sumber atau Asalnya


a.Tanaman : alkaloid, glikosida, resin, karbohidrat, protein
b.Hewan : hormon atau enzim, misalnya insulin
c.Mineral : aluminium hidroksida, magnesium trisilat
4. Berdasarkan Bentuk sediaan
a.Padat : ekstrak, serbuk, pil, tablet, suppositoria.
b.Cair : sirup, larutan, suspensi, linimen, lotion
c.Semi Padat : salep, krim, gel dan pasta
d.Gas : aerosol, oksigen dan inhaler

5. Berdasarkan Keamanan Selama Kehamilam


a. Kategori A : obat yang tidak menimbulkan pengaruh
buruk pada janin; parasetamol, penisilin, eritromisin, digoksin,
isoniazid dan asam folat
b. Kategori B : obat yang dibatasi penggunaannnya pada wanita
hamil.
B1 : dari penelitian tidak terbukti menimbulkan kerusakan
pada janin; simetidin
B2 : data dari penelitian hewan tidak memadai; amfoterisin,
dopamin
B3 : pada hewan terjadi kerusakan janin tetapi belum tentu
bermakna pada manusia; griseofulvin, mebendazol
c. Kategori C : obat memberikan pengaruh buruk pada janin
tanpa disertai malformasi anatomi jadi semata-mata efek
farmakologi; narkotika, aspirin, diuretik
d. Kategori D : obat terbukti meningkatkan malformasi pada janin
manusia; androgen, fenitoin, fenobarbital, kinin
e. Kategori X : obat yang mempunyai resiko tinggi memberikan
pengaruh buruk pada janin yang menetap (irreversibel) jika
diminum pada masa kehamilan; dietilstilbestrol.
D. OBAT GENERIK
1. Obat generik, menggunakan nama sesuai zat kimia yang
dikandungnya berdasarkan the international nonpropietary
names list for pharmaceutical preparation (INN);
parasetamol, amoksilin, asam mefenamat
2. Obat Generik dengan nama dagang (branded generic
medicines) yaitu diedarkan dengan nama dagang; amoksan,
panadol, ponstan
3. Obat Generik Berlogo : obat generik yang diproduksi oleh
industri farmasi yang bersertifikat CPOB
POSOLOGI

 Bentuk Sediaan Obat


 Cara Pemberian Obat
 Perhitungan Dosis Obat
 Frekuensi Pemberian Obat
Rasionalisasi Pemberian Obat
1. Tepat Pasien
2. Tepat Obat
3. Tepat Waktu
4. Tepat Dosis
5. Tepat Rute
6. Tepat Dokumentasi
Rute Pemberian Obat
 Enteral oral, sublingual, bukal
 Parenteral topikal, injeksi, endotrakea,
inhalasi
PERHITUNGAN DOSIS

1. Berdasarkan LPT

Da = Dd x LPT
1,73 M2
2. Berdasarkan BB
Clark :

Da = W... Dd
70

W = BB (Kg)
3. Berdasarkan Usia
Frekuensi Pemberian Obat
Pemberian obat dapat :
Tiap 5 menit Sekali
sehari tujuan, kinetika obat, t½,
Beberapa kali sehari onset dan durasi obat
Setiap bulan
Interval Pemakaian Obat
Kebiasaan :
3 x sehari pagi, siang dan sore

Optimal :
3 x sehari tiap 6 atau 8 jam
interval : 24 jam - (6 - 8 jam)
3
ARTI % DALAM OBAT
• % berat / berat = gram/gram % misal : Boorzalf
10% = tiap 100 g zalf mengandung 10 g acidum
boricum
• % berat / volume = gram / ml % misal : 1% morphine HCl
= 1 g morphine HCl dlm 100 ml larutan / injeksi
• % vol. / vol = ml / ml % misal : alkohol 70% = tiap 100 ml
campuran mengandung 70 ml ethylalkohol murni
• % vol / berat = ml / gram % misal : kadar minyak 10%
dlm suatu simplisia berarti tdp 10 ml minyak dlm 100
g simplisia
FASe K e r j a O b a t
Efek obat terjadi karna interaksi fisiko-
kimiawi antara obat atau metabolit aktif
dengan reseptor atau bagian tertentu dari
tubuh.
Untuk mencapai tempat kerjanya maka
obat
harus melalui 3 proses :
1.Fase Farmasetik
2.Fase Farmakokinetik
3.Fase Farmakodinamik
Fase Farm asetika
Fase yang dipengaruhi antara lain oleh cara
pembuatan obat, bentuk sediaan obat dan
zat tambahan yang digunakan.
Tablet terdegradasi granul Par -
tikel kecil pelepasan zat aktif Zat
aktif terdisolusi absorpsi

Larutan ˃ suspensi ˃ serbuk ˃ kapsul ˃


tablet ˃ tablet salut
. . . . .
. .
..... .... ..
.......... . .
.. .. .
. ..... ..... .....
........
.. .
....
.. .....................

DISINTEGRASI DISOLUSI
TABLET
Fase Farmakokinetik
Mempelajari absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi obat dari dalam
tubuh atau mempelajari pengaruh tubuh
terhadap obat
1. Absorpsi

Adalah proses masuknya obat ke dalam


sirkulasi sistemik.
a. Kelarutan
Kecepatan melarut dari suatu obat akan
menentukan kecepatan absorpsi obat
b. pH : derajat keasaman atau kebasahan
Obat yang bersifat asam lemah akan mudah
menembus membran sel pada suasana
asam atau obat relatif tidak terionisasi.
Aspirin mudah menembus
membran lambung dari pada membran usus
Obat yang bersifat basa lemah
akan mudah
diabsorpsi di usus halus
Lipid bilayer
c. Tempat Absorpsi
Obat dapat diabsorpsi pada kulit, membran
mukosa, lambung dan usus halus.
Absorpsi obat menembus lapisan sel tunggal
seperti pada ephitelium intestinal akan
lebih cepat dibandingkan membran kulit
yang berlapis-lapis
d. Sirkulasi Darah
Obat baiknya diberikan pada daerah yang
kaya akan sirkulasi darah.
Pemberian melalui sublingual lebih
cepat diabsorpsi dari sub kutan (sirkulasi
darah kurang)
Usus MEMBRAN Sel

Pasif

Aktif

Pinositosis
2. Distribusi
Penyebaran obat dari pembuluhdarah ke jaringan atau
tempat kerja.
Kecepatan distribusi dipengaruhi oleh permeabilitas
membran kapiler terhadap molekul obat.
Faktor lain yang mempengaruhi distribusi obat adalah
fungsi kardiovaskuler, ikatan obat dgn protein plasma
Organ (jantung, ginjal, hati) yang
mendapat suplai darah lebih banyak atau
cepat akan menerima obat lebih banyak
dan cepat dari organ lain (tulang, abses).
Pada saat obat masuk ke sirkulasi sistemik ,
sebagian besar akan terikat oleh protein
plasma (albumin), ikatan ini
membentuk molekul besar sehingga
tdk dapat menembus membran.
Hanya obat bebas yg mencapai sasaran dan
mengalami metabolisme sehingga mudah
diekskresikan.
Berkurangnya obat bebas (tidak terikat)
akan menyebabkan pelepasan obat yang
terikat oleh protein, jadi terjadi
keseimbangan yg dinamis.
Perbandingan obat bebas dan obat terikat
menentukan durasi obat
Obat lipofil mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap jaringan, sehingga cenderung
terakumulasi, apabila aliran darah sedikit
di jaringan, maka distribusi obat
terhambat. Pemberian obat yang terlalu
cepat berpotensi menimbulkan toksik.
3. Metabolisme
Merupakan reaksi perubahan zat kimia
dalam jaringan biologis yang dikalisis oleh
enzim menjadi metabolitnya.
Hati merupakan organ utama tempat
metabolisme obat.
Kebanyakanmetabolisme menggunakan
enzim sitokrom P450 (hepar dan GI)
4. Ekskresi
Ginjal adalah organ utama dalam ekskresi
obat atau metabolitnya.
Organ lain tempat ekskresi adalah
instestinal (feses), paru-paru, kulit,
keringat, air liur dan air susu.
Kecepatan ekskresi dilihat dari nilai t½,
obat yg panjang t½nya maka
frekuensinya pemakaiannya relatif
panjang.
Proses ekskresi obat dalam ginjal meliputi :
a. Filtrasi glomelurus
Obat bebas akan mengalami filtrasi
glomelurus masuk ke tubulus.
Kelarutan dan pH tidak berpengaruh
Dipengaruhi oleh ukuran jumlah
partikel,
pori di glomelurus.
b. Reabsorpsi tubulus
Di tubulus kebanyakan obat
mengalami reabsorpsi ke sirkulasi
sistemik kembali, terutama zat non polar
atau bentuk non ion.
c. Sekresi tubulus
Obat yang tdk mengalami FG dapat
masuk ke tubulus melalui sekresi di
tubulus proksimal.
F a s e F a r m a k o d i n a m ik

Mempelajari efek obat dalam tubuh


atau jaringan hidup atau mempelajari
pengaruh obat terhadap fisiologi tubuh.
a. Berinteraksi dengan reseptor
Reseptor dapat berupa protein, asam
nukleat, enzim, karbohidrat atau lemak.
Semakin banyak reseptor yg diduduki maka
intensitas efek semakin meningkat
b. Berinteraksi dgn enzim
Obat dapat menimbulkan efek
karna
mengikat enzim yg dikeluarkan oleh tubuh.
Obat DM : memperbanyak insulin
c. Kerja non spesifik
Obat yang bekerja tanpa mengikat reseptor.
Misalnya alkohol mendenaturasi protein,
norit mengikat racun atau bakteri
KURVA RESPON OBAT

Conc

MEC

To T1 T2 T3
Waktu
To - T1 = Mula
To – T2 = Puncak, T1 – T3 = Lama Kerja Obat
Obat Otonom
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri atas
otak dan
sumsum tulang belakang.
Sistem saraf tepi terdiri atas
sistem saraf somatis dan sistem
saraf otonom.
Sistem saraf otonom terdiri atas
sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis.
Obat perangsang simpatik adalah adrenergik,
simpatomimetik atau agonis adrenergik
Obat penghambat simpatik adalah simpatolitik atau
antiadrenergik
Obat perangsang parasimpatik adalah
kolinergik,
parasimpatomimetik atau agonis kolinergik
Obat penghambat parasimpatik adalah
parasimpatolitik atau antikolinergik
Sistem Saraf Simpatis
Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah
sebagai berikut.
• Mempercepat denyut jantung
• Memperlebar pembuluh darah
• Relaksasi bronkus
• Mempertinggi tekanan darah
• Memperlambat gerak peristaltis
• Memperlebar pupil
• Menurunkan sekresi ludah
Sistem Saraf Parasimpatis
Sistem saraf parasimpatik memiliki
fungsi yang berkebalikan dengan fungsi
sistem saraf simpatik. Misalnya pada
sistem saraf simpatik berfungsi
mempercepat denyut jantung,
sedangkan pada sistem saraf
parasimpatik akan memperlambat
denyut jantung
Sel Saraf (Neuron) dan Impuls

Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf


yang disebut neuron. Neuron
bergabung membentuk suatu
jaringan untuk mengantarkan
impuls (rangsangan). Satu sel saraf
tersusun dari badan sel, dendrit, dan
akson.
1. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang
paling besar dari sel saraf Badan sel
berfungsi untuk menerima rangsangan dari
dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada
badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma,
mitokondria, sentrosom, badan golgi,
lisosom, dan badan nisel. Badan sel
merupakan kumpulan retikulum endoplasma
tempat transportasi sintesis protein.
2. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan
bercabang-cabang. Dendrit merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi
untuk menerima dan menghantarkan
rangsangan ke badan sel.
3. Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah
serabut sel saraf panjang yang
sitoplasma
merupakan badan sel. Di dalam neurit
perjuluran
terdapat benang-benang halus yang disebut
neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh
beberapa lapis selaput mielin yang
banyak mengandung zat lemak dan
berfungsi untuk mempercepat jalannya
rangsangan
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang
diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,
kemudian dibawa oleh neuron. Impuls
dapat juga dikatakan sebagai serangkaian
pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf.
Contoh rangsangan adalah sebagai berikut.
a.Perubahan dari dingin menjadi panas.
b.Perubahan dari tidak ada tekanan pada
kulit menjadi ada tekanan.
c. Berbagai macam aroma yang tercium
oleh hidung.
Neurotransmitter ada dua macam :
1. NT untuk saraf simpatik adalah norepinefrin (NE)
2. NT untuk saraf parasimpatik adalah asetilkholin
(Ach)
1. Adrenergik
a. Bekerja
Langsung Obat Khasiat
Fenileprin Dekongestan
Klonidin Penurun Tekanan Darah
Dobutamin Meningkatkan Kerja Jantung
Isoproterenol Meningkatkan Kerja Jantung &
Bronkodilator
Albuterenol Bronkodilator
Terbutelin Bronkodilator
Metoproteronol Bronkodilator
b. Bekerja tidak Langsung
Mendorong pengeluaran NE dari tempat
penyimpanannya amfetamin dan
metilphenidatseperti
(keduanya sebagai antidefresan)
2. Obat Antiadrenergik
Berkerja melalui penghambatan terhadap
reseptor adrenergik.
a. α 1 bloker : terapi hipertensi (vasodilatasi
pembuluh darah) ; prazosin, terazosin dan
doxazosin
b. ß bloker untuk terapi hipertensi (mengurangi
frekuensi dan kekuatan denyut jantung) ; atenolol,
metoprolol, propanolol, nadolol dan pindolol
3. Kolinergik
a. Bekerja Langsung
Langsung berinteraksi dgn
reseptor muskarinik untuk
menghasilkan efek kolinergik.
Contohnya : bethanekol (terapi
retensi urin akibat tindakan
pembedahan atau gangguan
neurogenik kandung kemih)
b. Bekerja tidak Langsung
Tidak menduduki reseptor tetapi mengikat
Asetilkolinesterase sehingga Ach meningkat.
Contoh : neostigmin (miastenia gravis)
4. Antikolinergik
Menghambat reseptor muskarinik sehingga efeknya
berlawanan dgn obat kolinergik.
Contoh : atropin (mengurangi sekresi sal. Pernapasan
pd tindakan operasi), scopolamin (mabuk
perjalanan), ipatropium (asma)
Obat sal. pernapasan
Sistem pernapasan terdiri dari :
1. Trakea
2. Bronkus
3. Bronkiolus
4. Alveolus
5. Paru-Paru
Fungsi sistem pernapasan :
1. Menyediakan oksigen untuk sel tubuh
2. Membuang karbon dioksida dari sel tubuh
3. Pertahanan tubuh melawan senyawa asing
4. Menghasilkan suara untuk bicara
rhinitis
Merupakan radang membran mukosa hidung
(bersin, gatal, hidung berlendir dan kongesti)
Penyebab :
a.Menghirup elergen (debu, bulu
binatang,
serbuk sari, asap rokok, polutan)
b.Zat berinteraksi dgn sel
mast melepaskan
histamin, leukotrin
Terapi :
a.Antihistamin (CTM, difenhidramin)
b.Dekongestan (fenileprin,
pseudoefedrin)
Side Effect :
a.Insomnia
b.Aritmia
bronkodilator
Obat ini digunakan pd penderita asma. Penyebab
bronkokontriksi :
a.Perangsangan parasimpatis
b.Penghambatan simpatis
Asma biasa terjadi karna bronkus terlalu sensitif
terhadap rangsangan
Pengobatan asma :
1.Agonis ß2 (salbutamol, terbutalin,fenoterol)
2.Metil Xantin (teofilin) cAMP, LD50/ED50
sempit
3.Antikolinergik (ipatropium bromid)
4. Kortikosteroid (prednison, deksametason,
triamsinolon) antiinflamasi di sal.
pernapasan
mukolitik
Asma, bronkitis produksi mukus (glikoprotein
polisakarida, eksudat infeksi)

Sekret yg banyak sukar bernapas sehingga


diperlukan pemberian mukolitik
Pengobatan :
1. Bromheksin (memutuskan ikatan
mukopolisakarida)
2. Asetilsistein (memecah glikoprotein)
antitusif
Atau batuk kering tenggorokan gatal, suara
serat atau hilang.
Penyebab :
a. Inhalasi partikel makanan
b. Bahan iritan
c. Asap rokok
d. Perubahan suhu
Pengobatan :
1. Kodein
2. Dekstrometorfan (L-isomer opioid)
3. Uap Mentol ( sensitifitas faring dan laring)
Obat Saluran Pencernaan
Obat yang bekerja mulai dari mulut sampai
kolon, misalnya :
1. Obat untuk terapi Ulcer
2.Antidiare
3.Pencahar atau Laksantif
4.Antispasmodik
5.Dsb
Obat Ulcer
Penyebab :
1.Infeksi Helicobacter pylori
2.Peningkatan sekresi asam lambung
3. Kerentanan mukosa sal. Percernaan
terhadap HCl dan gastrin
4. Side effect
obat AINS
1. Penghambat sekresi asam
Sekresi asam lambung berlangsung di sel
parietal yg dikontrol oleh Ach, histamin,
prostaglandin dan gastrin.
Ach, histamin dan gastrin bila berikatan dgn
reseptor akan mengaktifkan pompa proton
(H+) yg akan meningkatkan sekresi HCl,
sedangkan prostaglandin malah
mengurangi HCl lambung.
Obat penghambat sekresi asam lambung :
a. H2-antagonis (antihistamin)
Yaitu simetidin, ranitidin, famotidin
dan nizatidin.
Jika asam lambung disebabkan oleh histamin
dan gastrin maka sekresi HCl akan
dihambat secara lengkap tapi parsial bila
penyebabnya oleh Ach.
Efek samping :
a. Diare
b. Sakit kepala
c. Kelelahan
d. Mialgia
e. Konstipasi
b. Penghambat Pompa Proton
Absorpsi obat ini sangat dipengaruhi oleh
adanya makanan dan bioavailabilitasnya
dapat berkurang sampai 50%. Sebaiknya
diminum sebelum makan atau 1 jam setelah
makan.
Obat : omeprazol, landsoprazol
Obat ini diberikan sebagai sediaan kapsul
enterik dan akan terurai menjadi bentuk
yg lebih aktif (pro drug) .
Obat akan dikonversi menjadi
senyawa sulfonamid yg akan berikatan
dgn enzim H+/K+-ATPase yg akan
menginaktifasi enzim.
Efek samping : diare, sakit kepala,
nyeri
abdomen
2. Antasida
Untuk mengurangi nyeri dan rasa terbakar
di ulu hati karna hiperasiditas dan gastritis.
Berasal dari basa lemah, jika masuk
lambung akan bereaksi dgn asam membentuk
air dan garam. pH lambung akan naik (4-5)
aktifitas pepsin terhambat dan akan
mengurangi iritasi mukosa.
Konstipasi merupakan efek samping antasida
yg mengandung Al dan Ca karna dapat
menghambat absorpsi air dan fosfat.
Sedangkan diare merupakan efek samping
Mg.
Untuk menangani masalah ini maka
kebanyakan antasida ditambahkan Al dan
Mg untuk saling menetralisasi.
3. Pelindung Mukosa
Sukralfat merupakan senyawa kompleks yg
akan berikatan dgn protein, membentuk
kompleks dgn mukus (gel) yg akan melapisi
mukosa shg terhindar dari kerusakan oleh
gastrin.
Antidiare
1. Diare spesifik Memerlukan antimikroba
2. Diare non spesifik
Diare terjadi karna meningkatnya
peristaltik atau motilitas GI.
a. Penghambat motilitas
Bekerja menghambat Ach (antikolinergik) yg
akan mengurangi motilitas GI.
Contoh obatnya : loperamid HCl dan
defenoksilat. Obat ini tdk boleh diberikan
pada diare akut pd anak-anak karna dapat
terjadi paralisis.
Efek samping : kram GI.
b. Absorpben
Cara kerja : mengabsorpsi toksin,
mikroorganisme atau melindungi mukosa
dari rangsangan zat yg dapat meningkatkan
peristaltik GI.
Contoh : kaolin, pektin, metil selulosa,
atalpulgit, arang aktif dan norit (semua
merupakan obat keras).
Pencahar atau Laksantif
Obat yg digunakan untuk memudahkan
pengeluaran tinja dari kolon dan rektum.
Selain itu digunakan pula untuk :
a.Kombinasi dgn obat cacing
b.Pengosongan sal. Pencernaan (pembedahan
atau rontegen)
c. Konstipasi
a. Pencahar pembentuk massa
Membentuk massa gel di usus besar yg
menyebabkan retensi air. Massa besar
dan encer di usus besar akan
merangsang peningkatan peristaltik dan
memacu BAB keluar.
Obat ini khusus konstipasi dgn tinja sedikit
dan
keras.
Jenis pencahar : agar, metilselulosa, psilium
b. Pencahar stimulan
Menyebabkan iritasi yg memacu peningkatan
peristaltik, peristaltik relatif kuat shg dapat
menimbulkan kram abdomen.
Obat : bisakodil, natrium dokusat,
dioktil
sulfosuksinat dan gliserol.
c. Pelunak tinja
Membentuk emulsi dgn tinja shg tinja
menjadi lebih lunak.
Obat : Na-dokusat, minyak mineral dan gliserin
d. Pencahar osmotik
Membentuk massa dgn menarik air dalam usus
sehingga tinja menjadi lebih encer.
Contoh : garam enggris, laktulosa.
Obat ini bekerja sangat cepat dan kuat
(MgSO4) shg umumnya digunakan untuk
pengosogan perut dan untuk terapi
konstipasi.
Antispasmodik
Untuk merelaksasi otot polos GI. Obat golongan
ini digunakan pula pada nyeri GI karna
kontraksi yg berlebihan.
Contoh : ekstrak belladon, atropin
sulfat, propantalin, propantalin bromida
dan hiosin butil bromida.
ANTIMIKROBA

94
Antimikroba harus memiliki sifat
toksisitas selektif artinya bahwa
antimikroba tersebut harus bersifat
toksik untuk mikroba tetapi tidak
toksik terhadap hospes.
- Bakteriostatik
- Bakterisid
Spektrum Aktivitas AM
1. Spektrum Sempit
Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah isoniazid
yang hanya aktif pada mikobakteria.
2.Spektrum Sedang
Ampisilin efektif pada bakteri gram positif dan beberapa
gram negatif.
3.Spektrum Luas
Kloramfenikol dan Tetrasiklin efektif pada spesias
mikroba secara luas. Pemberian AM ini dapat merubah
flora normal bakteri dan menimbulkan superinfeksi,
contohnya kandida yang perkembangannya dipengaruhi
oleh adanya mikroorganisme lainnya.
Mekanisme Kerja AM
1. Mengganggu Metabolisme Sel Mikroba
AM: Sulfonamid, Trimetoprin, Asam p-
aminosalisilat (PAS) dan sulfon.
2. Menghambat Sintesis Dinding Sel Mikroba
AM: Penisilin, Sefalosporin, Basitrasin,
Vankomisin
dan Sikloserin.
3. Mengganggu Permeabilitas Membran Sel Mikroba
AM: Polikmisin, Golongan Polien dan AM
kemoterapeutik.
Mekanisme Kerja AM
4. Menghambat Sintesis Protein Sel Mikroba AM:
Aminoglikosida, Makrolaid, Linkomisin,
Tetrasiklin dan Kloramfenikol.
5. Menghambat Sintesis atau Merusak Asam
Nukleat Sel mikroba
AM: Rifampisin dan Golongan Kuinolon.
Resistensi Antimikroba
Resisten dapat diartikan sebagai tidak berpengaruhnya
AM terhadap pertumbuhan mikroba pada kadar
maksimum.
1. Resistensi Genetik
a. Mutasi Spontan
Pada keadaan ini sel hasil mutasi dapat bereplikasi dan
mentransmisikan sifat-sifat pada sel anaknya sehingga
timbul strain yang resisten, contohnya strain
Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap rifampisin
(tunggal).
b. Resistensi Obat Karena Transfer DNA
Kondisi ini ditandai dengan adanya transfer DNA dari satu
organisme ke organisme lainnya. Faktor R ekstrakromosomal
ini masuk ke dalam sel melalui proses transformasi ,
transduksi dan konyugasi bakteri.
2.Mekanisme Resistensi
a. Modifikasi Tempat Target
Perubahan tempat target melalui mutasi dapat menimbulkan
resistensi misalnya pada pengikatan protein oleh penisilin
pada S. aureus yang resisten terhadap metisilin.

Anda mungkin juga menyukai