1
PENDAHULUAN
A. DEFENISI
1. Berdasarkan LPT
Da = Dd x LPT
1,73 M2
2. Berdasarkan BB
Clark :
Da = W... Dd
70
W = BB (Kg)
3. Berdasarkan Usia
Frekuensi Pemberian Obat
Pemberian obat dapat :
Tiap 5 menit Sekali
sehari tujuan, kinetika obat, t½,
Beberapa kali sehari onset dan durasi obat
Setiap bulan
Interval Pemakaian Obat
Kebiasaan :
3 x sehari pagi, siang dan sore
Optimal :
3 x sehari tiap 6 atau 8 jam
interval : 24 jam - (6 - 8 jam)
3
ARTI % DALAM OBAT
• % berat / berat = gram/gram % misal : Boorzalf
10% = tiap 100 g zalf mengandung 10 g acidum
boricum
• % berat / volume = gram / ml % misal : 1% morphine HCl
= 1 g morphine HCl dlm 100 ml larutan / injeksi
• % vol. / vol = ml / ml % misal : alkohol 70% = tiap 100 ml
campuran mengandung 70 ml ethylalkohol murni
• % vol / berat = ml / gram % misal : kadar minyak 10%
dlm suatu simplisia berarti tdp 10 ml minyak dlm 100
g simplisia
FASe K e r j a O b a t
Efek obat terjadi karna interaksi fisiko-
kimiawi antara obat atau metabolit aktif
dengan reseptor atau bagian tertentu dari
tubuh.
Untuk mencapai tempat kerjanya maka
obat
harus melalui 3 proses :
1.Fase Farmasetik
2.Fase Farmakokinetik
3.Fase Farmakodinamik
Fase Farm asetika
Fase yang dipengaruhi antara lain oleh cara
pembuatan obat, bentuk sediaan obat dan
zat tambahan yang digunakan.
Tablet terdegradasi granul Par -
tikel kecil pelepasan zat aktif Zat
aktif terdisolusi absorpsi
DISINTEGRASI DISOLUSI
TABLET
Fase Farmakokinetik
Mempelajari absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi obat dari dalam
tubuh atau mempelajari pengaruh tubuh
terhadap obat
1. Absorpsi
Pasif
Aktif
Pinositosis
2. Distribusi
Penyebaran obat dari pembuluhdarah ke jaringan atau
tempat kerja.
Kecepatan distribusi dipengaruhi oleh permeabilitas
membran kapiler terhadap molekul obat.
Faktor lain yang mempengaruhi distribusi obat adalah
fungsi kardiovaskuler, ikatan obat dgn protein plasma
Organ (jantung, ginjal, hati) yang
mendapat suplai darah lebih banyak atau
cepat akan menerima obat lebih banyak
dan cepat dari organ lain (tulang, abses).
Pada saat obat masuk ke sirkulasi sistemik ,
sebagian besar akan terikat oleh protein
plasma (albumin), ikatan ini
membentuk molekul besar sehingga
tdk dapat menembus membran.
Hanya obat bebas yg mencapai sasaran dan
mengalami metabolisme sehingga mudah
diekskresikan.
Berkurangnya obat bebas (tidak terikat)
akan menyebabkan pelepasan obat yang
terikat oleh protein, jadi terjadi
keseimbangan yg dinamis.
Perbandingan obat bebas dan obat terikat
menentukan durasi obat
Obat lipofil mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap jaringan, sehingga cenderung
terakumulasi, apabila aliran darah sedikit
di jaringan, maka distribusi obat
terhambat. Pemberian obat yang terlalu
cepat berpotensi menimbulkan toksik.
3. Metabolisme
Merupakan reaksi perubahan zat kimia
dalam jaringan biologis yang dikalisis oleh
enzim menjadi metabolitnya.
Hati merupakan organ utama tempat
metabolisme obat.
Kebanyakanmetabolisme menggunakan
enzim sitokrom P450 (hepar dan GI)
4. Ekskresi
Ginjal adalah organ utama dalam ekskresi
obat atau metabolitnya.
Organ lain tempat ekskresi adalah
instestinal (feses), paru-paru, kulit,
keringat, air liur dan air susu.
Kecepatan ekskresi dilihat dari nilai t½,
obat yg panjang t½nya maka
frekuensinya pemakaiannya relatif
panjang.
Proses ekskresi obat dalam ginjal meliputi :
a. Filtrasi glomelurus
Obat bebas akan mengalami filtrasi
glomelurus masuk ke tubulus.
Kelarutan dan pH tidak berpengaruh
Dipengaruhi oleh ukuran jumlah
partikel,
pori di glomelurus.
b. Reabsorpsi tubulus
Di tubulus kebanyakan obat
mengalami reabsorpsi ke sirkulasi
sistemik kembali, terutama zat non polar
atau bentuk non ion.
c. Sekresi tubulus
Obat yang tdk mengalami FG dapat
masuk ke tubulus melalui sekresi di
tubulus proksimal.
F a s e F a r m a k o d i n a m ik
Conc
MEC
To T1 T2 T3
Waktu
To - T1 = Mula
To – T2 = Puncak, T1 – T3 = Lama Kerja Obat
Obat Otonom
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri atas
otak dan
sumsum tulang belakang.
Sistem saraf tepi terdiri atas
sistem saraf somatis dan sistem
saraf otonom.
Sistem saraf otonom terdiri atas
sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis.
Obat perangsang simpatik adalah adrenergik,
simpatomimetik atau agonis adrenergik
Obat penghambat simpatik adalah simpatolitik atau
antiadrenergik
Obat perangsang parasimpatik adalah
kolinergik,
parasimpatomimetik atau agonis kolinergik
Obat penghambat parasimpatik adalah
parasimpatolitik atau antikolinergik
Sistem Saraf Simpatis
Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah
sebagai berikut.
• Mempercepat denyut jantung
• Memperlebar pembuluh darah
• Relaksasi bronkus
• Mempertinggi tekanan darah
• Memperlambat gerak peristaltis
• Memperlebar pupil
• Menurunkan sekresi ludah
Sistem Saraf Parasimpatis
Sistem saraf parasimpatik memiliki
fungsi yang berkebalikan dengan fungsi
sistem saraf simpatik. Misalnya pada
sistem saraf simpatik berfungsi
mempercepat denyut jantung,
sedangkan pada sistem saraf
parasimpatik akan memperlambat
denyut jantung
Sel Saraf (Neuron) dan Impuls
94
Antimikroba harus memiliki sifat
toksisitas selektif artinya bahwa
antimikroba tersebut harus bersifat
toksik untuk mikroba tetapi tidak
toksik terhadap hospes.
- Bakteriostatik
- Bakterisid
Spektrum Aktivitas AM
1. Spektrum Sempit
Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah isoniazid
yang hanya aktif pada mikobakteria.
2.Spektrum Sedang
Ampisilin efektif pada bakteri gram positif dan beberapa
gram negatif.
3.Spektrum Luas
Kloramfenikol dan Tetrasiklin efektif pada spesias
mikroba secara luas. Pemberian AM ini dapat merubah
flora normal bakteri dan menimbulkan superinfeksi,
contohnya kandida yang perkembangannya dipengaruhi
oleh adanya mikroorganisme lainnya.
Mekanisme Kerja AM
1. Mengganggu Metabolisme Sel Mikroba
AM: Sulfonamid, Trimetoprin, Asam p-
aminosalisilat (PAS) dan sulfon.
2. Menghambat Sintesis Dinding Sel Mikroba
AM: Penisilin, Sefalosporin, Basitrasin,
Vankomisin
dan Sikloserin.
3. Mengganggu Permeabilitas Membran Sel Mikroba
AM: Polikmisin, Golongan Polien dan AM
kemoterapeutik.
Mekanisme Kerja AM
4. Menghambat Sintesis Protein Sel Mikroba AM:
Aminoglikosida, Makrolaid, Linkomisin,
Tetrasiklin dan Kloramfenikol.
5. Menghambat Sintesis atau Merusak Asam
Nukleat Sel mikroba
AM: Rifampisin dan Golongan Kuinolon.
Resistensi Antimikroba
Resisten dapat diartikan sebagai tidak berpengaruhnya
AM terhadap pertumbuhan mikroba pada kadar
maksimum.
1. Resistensi Genetik
a. Mutasi Spontan
Pada keadaan ini sel hasil mutasi dapat bereplikasi dan
mentransmisikan sifat-sifat pada sel anaknya sehingga
timbul strain yang resisten, contohnya strain
Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap rifampisin
(tunggal).
b. Resistensi Obat Karena Transfer DNA
Kondisi ini ditandai dengan adanya transfer DNA dari satu
organisme ke organisme lainnya. Faktor R ekstrakromosomal
ini masuk ke dalam sel melalui proses transformasi ,
transduksi dan konyugasi bakteri.
2.Mekanisme Resistensi
a. Modifikasi Tempat Target
Perubahan tempat target melalui mutasi dapat menimbulkan
resistensi misalnya pada pengikatan protein oleh penisilin
pada S. aureus yang resisten terhadap metisilin.