PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dispepsia adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau
rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat
kenyang, dan sering bersendawa (Wibawa, 2006). Sindroma dispepsia lebih
dikenal masyarakat umum sebagai penyakit maag (walaupun sebenarnya kurang
tepat, karena maag berasal dari bahasa Belanda, yang berarti lambung. Padahal
keluhan yang muncul pada penyakit mag tidak selalu berasal dari lambung).
Penggunaan terapi obat dispepsia digunakan sebagai kombinasi untuk
mengurangi kumpulan keluhan/gejala-gejala klinis (sindrom) yang timbul pada
dispepsia yang terdiri dari, rasa tidak enak/sakit perut di bagian atas yang disertai
dengan keluhan lain, perasaan panas di dada, daerah jantung (heart burn),
regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia,
mual, muntah, dan beberapa keluhan lain (Citra, 2003). Obat yang digunakan
yaitu, antasida sebanyak 80%, antiemetik sebanyak 76%, antibiotik 76%,
analgesik dan antipiretik 67%, antispasmodik sebanyak 50% dan ansiolitik
sebanyak 15%.
Penyebab dispepsia ada beberapa macam,antara lain infeksi bakteri
Helicobacter Pylori, gangguan sistem imun,penggunaan obat Anti-Inflamasi Non
Steroid,penggunaan antibiotik,penggunaan obat-obatan pereda rasa sakit (NSAID
- Non Steroid Anti - Inflamsi Drugs) seperti aspirin,obat-obatan rematik yang
dapat menyebabkan iritasi serta kerusakan lambung yang berakibat pada suatu
perdarahan pada lambung.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi obat-obat dispepsia.
2. Untuk mengetahui sediaan obat-obat dispepsia serta indikasi dan
kontaindikasinya.
3. Untuk mengetahui farmakokinetik obat-obat dispepsia.
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui definisi obat-obat dispepsia.
2. Untuk mengetahui sediaan obat-obat dispepsia serta indikasi dan
kontaindikasinya.
3. Untuk mengetahui farmakokinetik obat-obat dispepsia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Dispepsia
Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani yaitu yaitu dys (buruk) dan
peptein (pencernaan) yang berarti pencernaan yang jelek. Menurut Konsensus
Roma
tahun
2000,
dispepsia
didefinisikan
sebagai
rasa
sakit
atau
Dispepsia non organik dikenal juga dispepsia fungsional, atau dispepsia non
ulkus (DNU). Dispepsia yang terjadi tanpa adanya kelainan organ lambung, baik
dari pemeriksaan klinis, biokimiawi hingga pemeriksaan penunjang lainnya,
seperti USG, Endoskopi, Rontgen hingga CT Scan. Dispepsia fungsional tidak
jelas
penyebabnya,
kemungkinan
berhubungan
dengan
ketidaknormalan
dibandingkan dispepsia akut, namun respon terhadap obat lebih cepat daripada
pada dispepsia akut.
C. Penyebab Dispepsia
1. Intoleransi Makanan
intoleransi makanan merupakan penyebab dari dispepsia. pada kondisi
akut, dispepsia mungkin disebabkan oleh makan berlebihan, makan yang terlalu
cepat, makan makanan berlemak, makan saat keadaan stress, atau minum alcohol
atau kopi terlalu banyak. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
a. Alergi terhadap makanan tertentu seperti : buah-buahan yang mengandung
asam, susu sapi, telur, kacang, dan ikan laut.
b. Non Alrergi : Misalnya produk dari alam, laktosa, sukrosa, galaktosa, gluten,
kafein. Dan bahan kimia, missal monosodium glutamate, asam benzoate, nitrit dan
nitrat.
2. Obat- obatan
Banyak obat-obatan yang dapat menyebabkan dyspepsia, seperti aspirin,
NSAID,
antibiotic
(metronidazol,
makrolid),
obat
diabetes
(metformin,
(niasin,
fibrat),
obat-obat
neuropsikiatrik
(penghambat
3. Kelainan Struktural
Dispepsia dapat terjadi akibat disfungsi lumen saluran cerna. Keadaan
keadaan berikut ini dapat menyebabkan disfungsi lumen saluran cerna: Ulkus
peptik terjadi pada 5-15% pasien dyspepsia. Gastro Esofageal Refluks Desease
(GERD) terjadi pada 20% pasien dengan dyspepsia, walaupun tanpa rasa terbakar
di dada. Kanker lambung atau esophagus teridentifikasi pada 0.25-1% tapi ini
sangat jarang pada orang di bawah 55 tahun dengan dyspepsia yang tidak
berkomplikasi. Penyebab lainnya termasuk gastroparesis (terutama pada DM),
penyakit saluran empedu, penyakit pancreas, penyakit usus. Penyakit metabolic/
sistemik, seperti tuberculosis, gagal ginjal, hepatitis, sirosis hepatis, tumor hepar,
diabetes mellitus, hipertiroid, hipotiroid, hiperparatiroid, ketidakseimbangan
elektrolit, penyakit jantung kongestif, penyakit jantung iskemik, dan penyakit
kolagen.
4.
dari penyakit ulkus peptic, infeksi ini bukan penyebab pada dyspepsia yang tidak
ada penyakit ulkus peptiknya. Prevalensi dari H. pylori berhubungan dengan
gastritis kronik pada pasien dengan dyspepsia tanpa penyakit ulkus peptic sekitar
20-50%, sama pada sebagian besar populasi.
D. Terapi pada Dispepsia
1. Terapi Farmakologi
a.
Antasida
Antasida akan menetralisir sekresi asam lambung. Campuran yang
baik dari pada yang berbentuk tablet (Hadi, Sujono. 2002). Pemakaian obat ini
sebaiknya jangan diberikan terus menerus, sifatnya hanya sistematis untuk
mengurangi rasa nyeri, Penggunaan dosis besar dapat menyebabkan diare..
Antasida mempunyai durasi yang singkat, membutuhkan pemberian berulang
ulang dalam sehari untuk menghasilkan penetralan asam yang terus menerus.
Antasida yang baik harus mempunyai kemampuan penetralan yang baik dan
cepat. Bekerja setelah 15-30 menit bahkan kurang setelah diminum, dan akan
bekerja selama 2-4 jam.
Salah satu obat yang termasuk antasida adalah Acitral. Acitral
mengandung Aluminium Hidroksida Koloidal dan Magnesium Hidroksida yang
merupakan antasida yang efektif, mempunyai daya mengkat dan menetralkan
asam lambung yang tinggi. Dengan demikian menghilangkan rasa nyeri, rasa
mual, sakit perut serta gangguan-gangguan lainnya padsa saluran pencernaan.
Acitral mengandung Simetikon sebagai yang dapat memecahkan gelembunggelembung udara dalam perut sehingga mengurang rasa sakit perut dan disepsia,
Simetikon bukan obat antasida, namun mempunyai daya kerja sebagai defoamer
atau antiflatulent. Bekerja dengan cara mendispersi atau mencegah terjadinya
kantung-kantung gas yang dikelilingi oleh mukus atau lendir. Sediaan tablet harus
dikunyah atau dibiarkan melarut perlahan-lahan di dalam mulut. Dianjurkan untuk
minum obat diantara waktu makan dan pada malam hari sebelum tidur.
Peringatan dan Perhatian :
a. ACITRAL harus diberikan dengan hati-hati pada penderita gangguan
fungsi ginjal.
b. Tidak dianjurkan untuk digunakan terus-menerus (lebih dari 2 minggu)
kecuali atas petunjuk dokter, karena dapat menimbulkan ketergantungan
fungsi lambung.
c. Bila diperlukan penggunaan bersama-sama dengan Cimetidine atau
Tetracycline, harap diberikan dengan jarakwaktu 1-2 jam.
b. Antagonis reseptor H2
8
dengan
gejala
tukak
lambung
atau
refluks
esofagitis
10
suatu rintangan sitoprotektif pada sisi ulkus sehingga menahan degradasi oleh
asam dan pepsin.
Sukralfate bekerja dengan 3 cara :
a. Membentuk suatu kompleks kimiawi pada sisi ulkus dan menghasilkan
suatu rintangan pelindung.
b. Menghambat kerja dari asam, pepsin dan empedu secara langsung
c. Memblok diffusi asam lambung melintasi rintangan mukosa.
e. Stimulan Motilitas
Metoklopramida dan domperidon bermanfaat untuk pengobatan
dyspepsia non tukak. Kedua obat tersebut bermanfaat untuk mengatasi mual dan
muntah non spesifik. Metoklopramida, secara kimia obat ini ada hubungannya
dengan prokainamid yang mempunyai efek anti-dopaminergik dan kolinomimetik.
Jadi obat ini berkhasiat sentral maupun perifer.
Khasiat metoklopramid ada 3 pokok, yaitu:
a. Meningkatkan pembedaan asetilkolin dari saraf terminal post-ganglionik
kolinergik
b. Merangsang reseptor muskarinik pada asetilkolin.
c. Merupakan reseptor antagonis dopamin.
Jadi dengan demikian metoklopramid akan merangsang kontraksi dari
saluran makanan dan mempercepat pengosongan lambung. Efek samping: reaksi
distonik, iritabilitas atau sedasi dan efek samping ekstrapiramidal, karena efek
antagonisme dopamine sentral dari metoklopramid. Pemberian dosis tinggi pada
anak dapat menyebabkan hipertoni dan kenjang. Dosis yang dianjurkan 3 kali
10 mg sehari. Dapat juga diberikan berbentuk parenteral (Hadi, Sujono. 2002).
mengandung susu dalam porsi kecil. Jadi makanan yang dimakan harus lembek,
mudah dicerna, tidak merangsang dan kemungkinan dapat menetralisir asam
HCl. Pemberiannya dalam porsi kecil dan berulang kali.
BAB III
TELAAH RESEP
A. Resep
12
Apoteker
SIPA
SIA
R/ Vosedon
15 mg
Ostelox 7,5 mg
B. Salinan Resep
Braxidin
tab
M f caps dtd No XX
S1dd I
R/ Lapraz
No XX
S1dd I
R/ Amitriptilin
10 mg
Valisanbe
1 mg
Esilgan 1 mg
M f caps dtd No X
S 1 dd I jam 9 malam
Det
R/ HCT
25 mg no XXX
S 1 dd I Pagi
Det
13
Mona Rahmi, S.Farm, Apt, M.Farm
No. SIPA : 01/SIPA/SDK/2012
C. Perhitungan Bahan
R/
1. Domperidon 10 mg = 15/10 x 20 = 30 Tablet
2. Meloxicam 7,5 mg = 7,5/7,5 x 20 = 20 Tablet
3. Braxidin tab = x 20 = 10 Tablet
R/
1. Lansoprazol = 20 Tablet
D. Perhitungan Dosis
E. Cara Pengerjaan Resep
1) TTK menerima resep dari pasien, kemudian memeriksa kelengkapan dan
keabsahan resep tersebut.
2) Kemudian TTK memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila
obat yang dibutuhkan tersedia, dilakukan pemberian harga dan
memberitahukannya kepada pasien. Setelah pasien setuju segera dilakukan
14
pembayaran atas obat pada bagian kasir. Alamat dan nomor telepon pasien
dicatat. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan
resep untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kwitansi
maka dapat pula dibuatkan kwitansi.
3) Bila obat tidak tersedia obat bisa diganti dengan merk dagang lain yang
mengandung zat aktif yang sama atas persetujuan pasien dan untuk
mengganti obat-obat khusus TTK wajib menelpon dokter dan meminta acc
dari apoteker.
4) Resep diberi nomor urut resep, selanjutnya nomor resep tersebut
diserahkan ke pasien untuk mengambil obat pada bagian penyerahan obat.
5) Resep asli diserahkan ke bagian peracikan atau penyiapan obat. TTK pada
bagian peracikan atau penyiapan obat dan meracik, menyiapkan obat
sesuai dengan resep.
6) Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas.
7) Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali meliputi nomor
resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya. Jika ada copy
resep dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta
kebenaran kuitansi.
8) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep lalu pasien
diberi informasi tentang cara pemakaian obat, efek samping obat dan
informasi lain yang diperlukan pasien serta berikan KIE (Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi) kepada pasien.
9) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep
dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun.Pada setiap tahapannya,
petugas apotek wajib membubuhkan paraf atas apa saja yang dikerjakan
pada resep tersebut, jika terjadi sesuatu dapat dipertanggung jawabkan atas
pekerjaan yang dilakukan.
F. Aturan Pakai
R/
1. Domperidon 10 mg
2. Meloxicam 7,5 mg
3. Braxidin tab
Satu kali sehari satu kapsul 30 menit sebelum makan malam
R/
1. Lansoprazol : satu kali sehari satu kapsul sebelum makan malam
15
2. Meloxicam
3. Braxidine
4. Lansoprazol
cahaya.
3. Braxidine
4. Lansoprazol
cahaya.
I. Monografi Obat
1. Vosedon
Kandungan
Domperidone
Golongan
K Merah
Indikasi
Gejala mual, muntah akut, mual-muntah yang disebabkan oleh levadopa dan
bromokriptin pada penyakit Parkinson, pengobatan gejala dispepsia fungsional,
penanggulangan mual dan muntah pada anak-anak setelah kemoterapi kaker atau
radiasi.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas.
Perhatian
Hindari mengendarai atau mengoperasikanmesin (mengendarai kendaraan).
Efek Samping
Muka merah, sakit kepala, mengantuk, mulut kering, ruam, urtikaria.
Kemasan
Tablet 10 mg
Dosis
Dewasa : Untuk dispepsia fungsional : 3 x10 mg(1 tab atau 1 sdth). Untuk mual
dan muntah : Dewasa : 3-4 x 20 mg. Anak : 3 x 0.25 mg/kg berat badan sehari.
Obat sebaiknya diberikan 15-30 menit sebelum makan.
16
2. Ostelox
Kandungan:
Meloxicam 7,5 mg
Golongan
K merah
Indikasi
Pengobatan jangka pendek gejala-gejala eksaebasi osteoatritis, pengobatan jangka
panjang gejala-gejala osteoatritis rematoid dan pengobatan gejala-gejala spodilitas
ankilosa.
Kontraindikasi
Hipersensitif, jangan diberikan pada penderita asma, nasal polip, angioedema dan
urtikaria bila diberikan asetosal atau AINS, insufisiensi hati berat dan insufisiensi
ginjal berat, pendarahan pembuluh darah otak, keamanan dan efektifitas pada
anak-anak dan remaja <15 th belum diketahui dengan pasti, masa kehamilan dan
menyusui, tukak lambung aktif, pendarahan gastrointestinal atau penyakit
pendarahan lainnya.
Kemasan
Tablet 7,5 mg , tablet 15 mg.
Dosis
Tablet : eksaserbasi akut pada osteartritis: 7,5 mg/hari, dapat ditingkatkan sehari
15mg. Artritis reumatoid: sehari 15 mg, untuk usia lanjut dosis yang dianjurkan
jangka panjang 7,5 mg/hari. Spondilitis ankilosa: 15 mg/hari; Pada penderita
dalam dialisa dengan gagal ginjal berat dosis tidak boleh melebihi 7,5 mg/hari;
dosis tidak boleh lebih sehari 15 mg. Pemberian rektal: 1 suppositoria 1 hari,
basahi air sebelum digunakan.
3. Braxidin
Kandungan :
Klordiazepoksid 5 mg, klidinium bromida 2,5 mg.
Golongan
K Merah
Indikasi
17
Pengobatan manifestasi gejala otonom dan somatik yang disebabkan oleh rasa
cemas. Pengobatan gejala tukak lambung dan usus 12 jari, hipersekresi dan
hipermotilitas saluran pencernaan, nervous dispepsia, iritasi dan spastik kolon,
diskinesia empedu, kejang ureter dan diskinesia ureter, irritable bowel syndrom,
kolitis, diare, dismenore.
Kontraindikasi
Glaukoma dan hipertrofi prostat
Perhatian
Tidak boleh diberikan pada kehamilan trisemester pertama, hati-hati pada
penderita dengan gangguan hati.
Efek Samping
mengantuk,
hipotesi,
ketergantungan.
Pada
gangguan
pemakaian
mental,
obat
gangguan
Braxidin
penglihatan,
jangka
panjang
dan
dapat
menimbulkan efek antikolinergik seperti mulut yang terasa kering, gangguan pada
saat berkemih, dan konstipasi atau sembelit.
Kemasan
Tablet
Dosis
Dewasa 3-4 tab sehari sebelum makan dan menjelang tidur. Orang tua dan
penderita yang lemah: dosis awal, sehari 1-2 tab, ditingkatkan bertahap sampai
tercapai dosis efektif.
4. Lapraz
Kandungan :
Lansoprazol 30 mg.
18
Golongan
K merah
Indikasi
Ulkus duodenum, refluks esofagitis, ulkus gastrik
Kontraindikasi
Hipersensitif
Efek Samping
Diare, sakit kepala, mual dan reaksi kulit, anoreksia, konstipasi, pusing,
proteinuria, lesu, dispepsia, mulut kering, urtikaria, pruritus; artralgia, edema
perifer dan depresi, trombositopenia, eosinofilia, leukopenia
Kemasan
Kapsul
Dosis
Tukak usus 12 jari, tukak lambung rekuren: 30 mg sehari 1x selama 4-8 minggu.
Refluks eosfagitis: sehari 1x 30 mg selama 8 minggu.
J. Perhitungan Harga
R/
1. Domperidon 10 mg = 15/10 x 20 = 30 Tab x Rp.250 = Rp. 7500;
2. Meloxicam 7,5 mg = 7,5/7,5 x 20 = 20 Tab x Rp. 450 = Rp. 9000;
3. Braxidin tab = x 20 = 10 Tab x Rp. 625 = Rp. 6250 ;
Total = Jumlah Keseluruhan + Tuslah
= ( Rp. 7500 + Rp. 9000 + Rp. 9000 ) + Rp. 2000
= Rp. 22.750 + Rp. 2000
= Rp. 24.750;
R/
1.Lansoprazol = 20 kapsul x Rp. 1000; = Rp. 20.000;
Total = Jumlah Keseluruhan + Tuslah
= Rp. 20.000 + Rp. 1000
19
= Rp. 21.000;
Total yang harus dibayar = Rp. 24.750; + Rp. 21.000;
= Rp. 45.750;
K. Etiket Obat
R/
R/
20
BAB IV
SKENARIO
21
Lampiran
Domperidon 10 mg
22
Meloxicam 7,5 mg
Braxidin tablet
23
Lansoprazol kapsul
DAFTAR PUSTAKA
Tan, H.T, Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT. Elex Media
Compatindo Kelompok Gramedia
24
25