Anda di halaman 1dari 2

PENGGOLONGAN OBAT OTONOM

Menurut efek utamanya maka obat otonom dapat dibagi dalam 5 golongan :
1. Parasimpatomimetik atau kolinergik. Efek obat golongan ini menyerupai efek yang
ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf parasimpatis. Obat kolinergik dibagi dalam
tiga golongan :
(1) Ester kolin; dalam golongan ini termasuk : asetilkolin, metakolin, karbakol,
betanekol.
Efek samping : Asma bronkial atau ulkus peptikum merupakan kontraindikasi
untuk pengobatan semacam ini. Ester kolin dapat mendatangkan serangan iskemia
jantung pada penderita angina pektoris, karena tekanan darah yang menurun
mengurangi sirkulasi koroner, Penderita hipertiroidisme dapat mengalami librilasi
atrium, terutama pada pemberian metakolin
(2) Antikolinesterase, termasuk didalamnya : eserin (lisostigmin), prostigmin
(neostigmin), diisopropil- fluorofoslat (DFP), dan insektisid golongan
organofoslat;
(3) Alkaloid tumbuhan, yaitu : muskarin, pilokarpin dan arekolin.
2. Simpatomimetik atau adrenergik yang efeknya menyerupai efek yang ditimbulkan
oleh aktivitas susunan saraf simpatis.
Kerja obat adrenergik dapat dibagi dalam 7 jenis :
(1) perangsangan perifer terhadap otot polos, pembuluh darah kulit dan mukosa, dan
terhadap kelenjar liur dan keringat
(2) penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot
rangka
(3) perangsangan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan
kontraksi
(4) perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernapasan, peningkatan
kewaspadaan, aktivitas psikomotor, dan pengurangan nafsu makan
(5) efek metabolik, misalnya peningkatan glikogenolisis di hati dan otot, lipolisis dan
penglepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
(6) efek endokrin, misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin dan hormon
hipofisis
(7) efek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan pelepasan
neurotransmitor NE dan ACh (secara fisiologis, efek hambatan lebih penting).
Salah satu contoh obatnya adalah amfetamin. Obat ini memiliki efek psikik dapat
berupa peningkatan kewaspadaan, hilangnya rasa ngantuk, dan berkurangnya rasa
lelah; perbaikan mood, bertambahnya inisiatif, keyakinan diri, dan daya konsentrasi;
mungkin pula euforia; peningkatan aktivitas motorik dan aktivitas bicara.
3. Parasimpatolitik atau penghambat kolinergik menghambat timbulnya elek akibat
aktivitas susunan saraf parasimpatis. Salah satu jenisnya adalah antimuskarinik seperti
atropine dan skopolamin. Efek samping antimuskarinik hampir semuanya merupakan
efek farmakodinamik obat. Pada orang muda efek samping mulut kering, gangguan
miksi, meteorisme sering terjadi, tetapi tidak membahayakan. Pada orang tua efek
sentral terutama sindrom demensia, dapat terjadi. Memburuknya retensi urin pada
pasien dengan hipertrofi prostat dan penglihatan pada pasien glaukoma,
4. Simpatolitik atau penghambat adrenergic menghambat timbulnya efek akibat
aktivitas saraf simpatis. Berdasarkan tempat kerjanya golongan obat ini dibagi atas
antagonis adrenoseptor dan penghambat saraf adrenergic. Contoh obatnya adalah obat
golongan Beta Bloker.
a. Antagonis adrenoseptor atau adrenoseptor bloker ialah obat yang menduduki
adrenoseptor sehingga menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat
adrenergik, dan dengan demikian menghalangi keria obat adrenergik pada sel
efektornya.
b. Penghambat saraf adrenergik ialah obat yang mengurangi respons sel
efektor.terhadap perangsangan saraf adrenergik, tetapi tidak terhadap obat
adrenergik eksogen. Obat golongan ini bekerja pada uiung saral adrenergic
mengganggu pelepasan dan/atau penyimpanan norepinelrin (NE).
5. Obat ganglion merangsang atau menghambat penerusan impuls di ganglion.
Transmisi dari obat ini lebih sulit dari obat sebelumnya. Jenis dari obat ini ada 2
macam, ada yang bekerja dengan merangsang ganglion (contohnya Nikotin) dan ada
yang menghambat ganglion (heksametonium (C6), pentolinium (CS),
tetraetilamonium(TEA), klorisondamin, mekamilamin dan trimetafan.).

Anda mungkin juga menyukai