Anda di halaman 1dari 5

No.

8 Interpretasi pemeriksaan lab anemia

· Hematokrit (Htc)

Nilai normal :

-pria :40%-50% Sl Unit :0,4-0,5


-wanita:35%-45% : 0,35-0,45
Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume darah total.
Implikasi klinik:
1. Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab),
reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan
hipertiroid. Penurunan Hct sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami
anemia sedang hingga parah.
2. Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan
paru-paru kronik, polisitemia dan syok.
Hal yang harus diwaspadai : Nilai Hct <20% dapat menyebabkan gagal
jantung dan kematian; Hct >60% terkait dengan pembekuan darah spontan

· Hemoglobin (Hb)

Nilai normal :

Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L

Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L

Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi oksigen (O2) dan
karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai protein yang terdiri dari dua
unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen
merah).

Implikasi Klinik :
1) Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena
kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan
asupan cairan dan kehamilan.
2) Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka
bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang
yang hidup di daerah dataran tinggi.
· Eritrosit (sel darah merah)

Nilai normal:

Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L

Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L

Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan
mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb.

Implikasi klinik :
1) Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat anemia,
serta respon terhadap terapi anemia
2) Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan
fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus sistemik. Dapat
juga terjadi karena obat (drug induced anemia). Misalnya: sitostatika,
antiretroviral.
3) Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia sekunder,
diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran
tinggi.

Susunan sel darah merah

1). Mean Corpuscular Volume (MCV) (Volume korpuskuler rata – rata)

Perhitungan : MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/μL)

Nilai normal : 80 – 100 (fL)

MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV menunjukkan ukuran
sel darah merah tunggal apakah sebagai Normositik (ukuran normal), Mikrositik (ukuran
kecil < 80 fL), atau Makrositik (ukuran kecil >100 fL).

Implikasi klinik :

1) Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi, anemia
pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik.

2) Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism, terapi antimetabolik,
kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat, disebut juga anemia makrositik..

2). Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler rata – rata)

Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah

Nilai normal : 28– 34 pg/ sel


Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam sel darah merah,
dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik, hipokromik, hiperkromik)
sel darah merah. MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia.

Implikasi Klinik:

1) Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik

2) Penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik.

3). Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Konsentrasi Hemoglobin


Korpuskuler rata – rata)

Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematokrit

Nilai normal : 32 – 36 g/dL

Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah; semakin kecil sel,
semakin tinggi konsentrasinya. Perhitungan MCHC tergantung pada Hb dan Hct. Indeks ini
adalah indeks Hb darah yang lebih baik, karena ukuran sel akan mempengaruhi nilai MCHC,
hal ini tidak berlaku pada MCH.

Implikasi Klinik:

1) MCHC menurun pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena
piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik.

2) MCHC meningkat pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa.

4). Retikulosit

Perhitungan : Retikulosit (%) = [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X 100

Nilai normal : 0,5-2%

Retikulosit adalah sel darah yang muda, tidak berinti merupakan bagian dari rangkaian
pembentukan eritrosit di sumsum tulang. Peningkatan jumlah retikulosit mengindikasikan
bahwa produksi sel darah merah dipercepat; penurunan jumlah retikulosit mengindikasikan
produksi sel darah merah oleh sumsum tulang berkurang.

Implikasi Klinik:

1) Jumlah retikulosit dapat membedakan antara anemia karena kerusakan sumsum tulang
dengan anemia karena pendarahan atau hemolisis (kerusakan sel darah) karena
pendarahan atau hemolisis akan menstimulasi pembentukan retikulosit pada pasien
dengan sumsum tulang yang normal.
2) Jumlah retikulosit akan meningkat pada pasien anemia hemolitik, penyakit sel sabit
dan metastase karsinoma.

3) Jika jumlah retikulosit tidak meningkat pada pasien anemia, hal ini menandakan
sumsum tulang tidak memproduksi eritrosit yang cukup (misal anemia kekurangan besi,
anemia aplastik, anemia pernisiosa, infeksi kronik dan terapi radiasi).

Sumber : Kemenkes RI. 2011 . Pedoman Interpretasi Data Klinik

No. 3
Apa yang menyebabkan seseorang kekurangan darah (Dari skenario)

Pada skenario, anus pada anak tersebut mengalami gatal karena pada anus anak tersebut
terdapat cacing ataupun telur cacing yang menandakan bahwa anak tersebut terkena gejala
penyakit yang diakibatkan oleh cacing enterobius vermicularis dimana patofisiologi dari
penyakit ini yaitu didapatkan adanya cacing ataupun telur cacing pada bagian perianal
biasanya gejala yang ditimbulkan yaitu akan terasa gatal yg hebat pada daerah anus
terlebih malam hari. Jadi cacing ini akan berkembang biak didalam usus halus(telur
menetas=duodenum, matur/dewasa=jejunum dan ileum). kemudian cacing betina gravid
akan bermigrasi/berpindah tempat ke sekitar anus, hal ini akan menyebabkan rasa
gatal/pruritus ani. Rasa gatal yang timbul biasanya terjadi pada malam hari sehingga
membuat penderita akan terus menggaruk bagian pantat dan menyebabkan telur cacing
tersebut akan menempel pada bagian tangan sehingga ketika penderita tidak mencuci
tangan akan membuat autoinfection. Kemudian selain dari tangan infeksi dari cacing ini
bisa melalui retroinfeksi yaitu telur akan pecah di bagian anal kemudian akan masuk dan
bermigrasi lagi kedalam anus menuju ke usus besar/ kolon. Kemudian bisa melalui
perantara udara, jika tempat tidur atau pakaian penderita dikibaskan bisa membuat infeksi
melalui udara dan masuk ke pernafasan.
Terbentuknya limfadenopati pada kelenjar limfe submandibula seukuran butir jagung
dengan konsistensi lunak, nyeri tekan, mudah digerakkan dari kulit dan jaringan dibawahnya
disebabkan oleh cacing enterobius vermicularis. Limfadenopati terjadi akibat pada saat
penderita tidak membersihkan tangan nya dengan benar kemudian ketika penderita makan
maka telur cacing akan masuk juga kedalam mulut dan akan menyebabkan terbentuknya
imunitas tubuh untuk melawan parasit sehingga tubuh seseorang juga akan mengalami
demam. Dan juga akibat kurang nya hemoglobin/SDM maka tubuh akan kurang
memproduksi sdm sehingga mengakibatkan jantung akan bekerja lebih kuat untuk
menyalurkan nutrisi ke seluruh tubuh.

Setelah masuk kedalam tubuh maka cacing akan bergerak menuju ke bagian
lambung, duodenum, dan jejunum. Pada daerah ini cacing akan melakukan
perkembangbiakan dan secara tidak langsung akan menyerap nutrisi pada daerah
duodenum dan jejunum. Sementara itu, kita ketahui bahwa pada daerah duodenum dan
lambung merupakan tempat dari perubahan besi menjadi ferro, dan juga daerah duodenum
dan jejunum merupakan tempat dari absorpsi dari ferro yang nantinya akan diangkut oleh
transferin plasma ke sumsum tulang untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan
di jaringan. Apa bila cacing tersebut berkembang biak maka pasokan hemoglobin ke
sumsum tulang semakin sedikit.
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah,
artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan
sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah.Jika simpanan zat besi
dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah berarti orang tersebut menderita anemia
walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah
lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum
tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah
yang disebut anemia gizi besi.

Anda mungkin juga menyukai