Anda di halaman 1dari 17

Deodorant spray

Oleh

Nama : Noly Oktavia


No. Bp : 1611012035
Pengertian
Deodorant adalah sediaan kosmetika yang digunakan
untuk menyerap keringat, menutupi bau badan dan mengurangi
bau badan (Rahayu, dkk., 2009)
Deodorant memiliki beberapa bentuk, ada yang cair ada
pula yang padat. Untuk penggunaan kebersihan tubuh misalnya,
deodorant digunakan pada bagian permukaan tubuh tertentu
untuk menghilangkan bau tak sedap. Karena kebanyakan bau
tidak sedap dari tubuh disebabkan oleh aktivitas bakteri pada
kulit, kedalam deodorant biasanya ditambahkan pula zat
antiseptik yang berfungsi untuk membunuh bakteri penyebab
bau. Batu bara aktif dan silika gel menghilangkan bau dari udara
dengan cara menyerap kepermukaan aktifnya. (Tranggono dan
Latifah, 2007)
Deodoran dapat juga diaplikasikan pada ketiak, kaki, tangan
dan seluruh tubuh biasanya dalam bentuk spray (Egbuobi,
dkk., 2013). Bahan aktif yang digunakan dalam deodoran
dapat berupa: (Wasitaatmadja, 1997, Butler, 2000).
1. Pewangi (parfum); untuk menutupi bau badan yang tidak
disukai. Dengan adanya pewangi maka deodoran dapat
digolongkan dalam kosmetik pewangi (perfumery).
2. Pembunuh mikroba yang dapat mengurangi jumlah
mikroba pada tempat asal bau badan.
a. Antiseptik: pembunuh kuman apatogen atau patogen,
misalnya heksaklorofen, triklosan, triklokarbanilid,
amonium kwartener, ion exchange resin. Sirih
merupakan antiseptik tradisional yang banyak
digunakan.
b. Antibiotik topikal: pembunuh segala kuman, misalnya
neomisin, aureomisin. Pemakaian antibiotik tidak
dianjurkan karena dapat menimbulkan resistensi dan
sensitisasi.
c. Antienzim yang berperan dalam proses pembentukan
bau, misalnya asam malonat, metal chelating, klorofil.
Dosis yang diperlukan terlalu tinggi sehingga dapat
menimbulkan efek samping.

3. Eliminasi bau (odor eliminator); yang dapat mengikat,


menyerap, atau merusak struktur kimia bau menjadi
struktur yang tidak bau, misalnya seng risinoleat, sitronelik
senesiona, ion exchange resin.
Formula Sediaan yang Ada di Pasar
1. Deodorant Dove go fresh

Formula : butane, isobutane, propane,


aluminium, chlorohydrate,
cyclopentasiloxane, PPG-14 butyl
ether, perfume, helianthus annuus
(sunflower) seed oil, C12-15 alkyl
benzoate, disteardimonium hectorite,
octyldodecanol, BHT, propylene
carbonate, dimethiconol, PEG-4,
propylene glycol.
2. Rexona Men Ice Cool Deodorant Spray

Formula : butane, isobutane,


propane, aluminium chlorohydrate,
cyclopentasiloxane, PPG-14 butyl
ether, perfume, disteardimonium
hectorite, propylene carbonate,
caprylic/ capric triglyceride,
hydrated silica, gelatin
crosspolymer, water, cellulose gum,
sodium benzoate, sodium starch,
octenylsuccinate, maltodextrin,
hydrolyzed com starch, silica, HBT.
* gelatin crosspolymer (fish source)
3. Nivea Black & White Clear Spray

Formula : butane, isobutane,


propane, cyclomethicone,
aluminium chlorohydrate, C12-15
alkyl benzoate, isopropyl palmitate,
disteardimonium hectorite,
octyldodecanol, propylene
carbonate, dimethiconol,
palmitamidopropyltrimonium
chloride, propylene glycol, parfum.
Fungsi masing-masing formula
1. Deodorant Dove go fresh
2. Rexona Men Ice Cool Deodorant Spray
3. Nivea Black & White Clear Spray
Karakteristik mutu kosmetik
Untuk mencapai kepuasan konsumen yang terdiri dari design,
manufaktur, sales. Persyaratan kualitas dasar meliputi safety, stability,
efficacy, usability.
a. Safety
Kriteria : aman, tidak ada iritasi kulit, tidak berbahaya
b. Stability
Kriteria : stabil terhadap perubahan mutu, warna, bau, kontaminasi
bakteri
c. Efficacy
Kriteria : mengurangi bau tak sedap, mengurangi warna gelap pada
ketiak
d. Usability:
Kriteria : kemudahan menggunakan (mudah diaplikasikan), preference
(bau harus wangi), design produk harus menarik
Jaminan mutu kosmetik
Jaminan mutu produk untuk mencapai kepercayaan dan kepuasan konsumen
(mutu mencapai longterm usage): jaminan safety, stability, efficacy, usability
a. Safety
Kriteria : uji keamanan (bebas dari logam berat dan bahan- bahan berbahaya)
b. Stability
Kriteria : uji kestabilan warna (warna tidak boleh berubah agar kualitas
terjamin), kestabilan sediaan (harus tetap stabil dalam penyimpanan suhu
kamar), kestabilan bau (tetap stabil yaitu bau khas dari parfum)
c. Usability
Kriteria : Uji kebergunaan (Sensory test) jika digunakan pada kulit ketiak
tidak menyebakan iritasi
 d. Efficacy
Kriteria : uji efikasi (dapat digunakan untuk mengurangi bau tak sedap,
mengurangi warna gelap pada ketiak)
Jaminan mutu kemasan kosmetik
a. Jaminan perlindungan isi
Kriteria : uji perlindungan thd cahaya (hindari pemakaian wadah bening dan berbahan
kertas), perlindungan bau (wadah harus tertutup rapat agar mempertahankan kuliatas
bau)
b. Jaminan kecocokan bahan
Kriteria : uji ketahanan kimia (zat aktif dan bahan tambahan harus stabil dan cocok
dengan wadah) , penggunaan wadah kemasan harus sesuai dengan zat yang terkandung
dalam sediaan untuk menghindari terjadinya kerusakan oleh sinar matahari
c. Jaminan keamanan bahan
Kriteria : bahan deodorant dengan kemasan harus kompatibel
d. Jaminan fungsi (terhadad manusia, fungsi fisik)
Kriteria : praktis, mudah dibawa
e. Keamanan penggunaan
Kriteria : kemasan aman digunakan
f. Jaminan Disposibility
Kriteria : kemasan mudah dibuang dan dimusnahkan
Kesimpulan
Dari ketiga deodorant spray diatas yaitu Deodorant Dove go
fresh, Rexona Men Ice Cool Deodorant Spray, dan Nivea Black
& White Clear Spray memiliki kelebihannya masing-masing.
Deodorant Dove go fresh memiliki kesegaran tersendiri saat
memakainya, Rexona Men Ice Cool Deodorant Spray
dikhususkan untuk pria, dan Nivea Black & White Clear Spray
memiliki kelebihan mencegah adanya noda tertinggal dan sulit
dibersihkan pada pakaian. Jadi untuk memilih mana yang lebih
baik cukup sulit, karna fungsinya sama-sama menghilangkan bau
badan dan mencegah keringat berlebih.
Daftar Pustaka
1. Hasby, E. 2001. Keringat dan Bau Badan. www.compas.com. Diakses:
4 November 2015
2. Egbuobi, R.C., Ojiegbe, G.C., Dike-ndudim, J.N., dan Enwun, P.C.
2013. Antibacterial Acitivities of Different Brands of Deodorants
Marketed in Owerrri, Imo State, Nigeria. African Journal of Clinical
and Experimental Microbiology 14 (1): 14-16
3. Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:
UI Press
4. Tranggono, R.I., dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
5. Rahayu, S., Sherly, dan Indrawati, S. 2009. Deodorant-antiperspirant.
Naturakos IV (12). BPOM RI (online).
https://perpustakaan.pom.go.id/koleksilainnya/buletinnaturakos/0309
 

Anda mungkin juga menyukai