Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Pengujian Efek Obat Hipnotik Sedatif

Oleh Kelompok B2 Shift 1 (P2)


Anggota:

Hashinatul Hurriyyah (162010101061)


Mei Liana Wati (172010101002)
Avie Baldana B. (172010101027)
Manda Ayu (172010101059)
I Nyoman Insan B. P (172010101080)
Haikal Sandika W (172010101107)
Bella Jiwangga (172010101112)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana efek obat hipnotik sedatif dari obat golongan barbiturate pada mencit?
2. Bagaimana efek obat hipnotik sedatif dari obat golongan non barbiturate pada mencit?
3. Bagaimana perbandingan efek obat hipnotik sedative dari obat golongan barbiturate dan
non barbiturate dengan kelompok kontrol pada mencit?
4. Bagaimana mekanisme kerja obat hipnotik sedatif?

TUJUAN
Untuk mengetahui efek obat hipnotik sedatif dari golongan barbiturat dan non barbiturat
pada mencit.

LANDASAN TEORI
Obat-obatan hipnotik sedativ adalah istilah obat-obatan yang dapat mendepresi sistem
saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas yang memberikan efek
menenangkan, obat yang mengurangi gejala cemas, dengan sedikit atau tanpa efek terhadap
status mental atau motorik. Sementara hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek
mengantuk dan dapat memberikan onset serta mempertahankan tidur. Secara klinis obat-obatan
sedatif-hipnotik digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat
seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anestesia, penatalaksanaan kejang, serta
insomnia.
Obat-obatan hipnotik-sedatif diklasifikasikan menjadi :
1. Benzodiazepin
Contoh obat : Diazepam
Benzodiazeepin memperantai kerja asam amino GABA (Gamma Amino Butyric
Acid), neurotransmiter inhibisi utama di otak. Benzodiazepin menimbulkan efeknya dengan
terikat ke tempat khusus di reseptor GABA. Ketika diazepam mengikat reseptor GABA, ia akan
meningkatkan frekuensi dari pembukaan reseptor tersebut. Ketika neurotransmitter GABA
mengikat dengan reseptor, ia memicu perubahan konformasi dalam pori-pori sehingga
memungkinkan lebih banyak Cl- masuk ke dalam sel. Hal ini menghasilkan hiperpolarisasi
dari membran sel, akibatnya menghasilkan penghambatan potensial aksi.
2. Barbiturat
Contoh obat : Luminal/Fenobarbital
Fenobarbital adalah penurun ambang stimulasi sel saraf di korteks motorik sehingga
terjadi hambatan penyebaran aktivitas listrik (lepas muatan) dari fokus aktivitas epilepsi di
otak.Fenobarbital bekerja pada reseptor GABA sehingga menyebabkan peningkatkan
inhibisi sinaptik. Hal tersebutlah yang menyebabkan adanya efek terangkatnya ambang
kejang. Selain itu, hal tersebut pula dapat mengurangi penyebaran aktivitas kejang dari fokus
kejang. Fenobarbital juga dapat menghambat saluran kalsium, mengakibatkan penurunan
pengeluaran transmitter yang memiliki fungsi untuk merangsang.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Chimney Test
Mencit ditempatkan di dalam silinder (pyrex-glass) sepanjang 30 cm yang diberi tanda
pada ketinggian 20 cm dan diameter tabung 2,8 cm. Mencit dimasukkan ke dalam tabung dengan
posisi horizontal, kepala mencit ke arah dasar tabung.
Silinder ditegakkan dalam posisi vertikal dan tikus akan berusaha memanjat dinding silinder.
Catat waktu yang dibutuhkan hewan uji untuk naik ke tabung sampai habis tanda 20 cm. Pada
mencit normal, mencit akan memanjat sampai batas tanda dalam waktu 30 detik.
2. Activity Wheel
Uji ini digunakan untuk menilai aktivitas motorik dengan cara menghitung banyaknya
putaran yang dilakukan mencit selamat berlari di roda putar dalam kurun waktu 30 menit.
3. Tail Suspension Test (TST)
Metode ini digunakan untuk melihat perilaku serta mood dari hewan uji yang dilakukan
dengan cara menggantungkan hewan uji pada ekornya pada ujung meja atau bisa dilakukan
dengan alat khusus selama 6 menit. Yang dinilai dari tes ini adalah immobility time mencit.

METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat dan Bahan:
Alat:
 Gelas ukur dengan diameter 2,8 cm dan tinggi 30cm
 Roda aktivitas
 Alat untuk menggantung ekor
mencit
 Selotip
 Spuit 1 cc
Bahan:
 Hewan coba : mencit
 Obat yang akan diuji : Diazepam 5mg/kgBB intraperitoneal
Luminal 2mg/20grBB intraperitoneal

Cara Kerja:
1. Mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu A: kelompok menggunakan obat
diazepam, dan kelompok B: kelompok menggunakan obat luminal; masing-masing kelompok
dibagi menjadi 3 yaitu A1,A2,A3 dan B1, B2 dan B3
2. Masing-masing kelompok mendapat 6 ekor mencit yang akan dibagi menjadi 3 kelompok
metode perlakuan (metode Chimney test, metode activity wheel, dan metode TST). Tandai
ekor mencit.
a. 3 mencit kelompok kontrol (injeksi aquades 0,1 mL)
b. 3 mencit kelompok diazepam 5mg/kgBB intraperitoneal (untuk kelompok A) dan 3
mencit kelompok luminal (untuk kelompok B)
3. Berikan masing-masing mencit bahan uji secara intraperitoneal
4. Setelah injeksi, bagi masing-masing mencit menjadi 3 kelompok (masing-masing kelompok
perlakuan akan dibagi menjadi 3 macam metode, yaitu chimney test, activity wheel dan TST)
5. Lakukan prosedur penelitian sebagai berikut

Prosedur Kerja Praktikum :


A. Activity Wheel Test
1. Menyiapkan 2 mencit untuk percobaan ini, mencit ke-1 diinjeksikan obat diazepam /
luminal, dan mencit ke-2 diinjeksikan aquades untuk digunakan sebagai kontrol
2. Injeksi diazepam pada mencit ke-1 secara intraperitoneal
3. Injeksi aquades pada mencit ke-2 secara intraperitoneal
4. Kemudian kedua mencit dilihat reaksi motoriknya di roda berputar selama 30 menit,
dan dihitung berapa kali putaran dalam 15 menit pertama & 15 menit berikutnya. 5.
Catat hasil putaran masing-masing dari mencit tersebut

B. Chimney Test
1. Menyiapkan 2 mencit untuk percobaan ini, mencit ke-1 diinjeksikan obat diazepam /
luminal, dan mencit ke-2 diinjeksikan aquades untuk digunakan sebagai kontrol
2. Injeksi aquades pada mencit ke-2 secara intraperitoneal
3. Mencit ditempatkan di dalam suatu silinder (pyrex-glass) sepanjang 30 cm yang
diberi tanda pada ketinggian 20 cm dan diameter tabung 2,8 cm
4. Mencit dimasukkan ke dalam tabung dengan posisi horizontal, kepala mencit ke arah
dasar tabung
5. Silinder ditegakkan dalam posisi vertikal dan tikus akan berusaha memanjat dinding
silinder
6. Catat waktu yang dibutuhkan mencit untuk naik ke tabung sampai batas tanda 20 cm
(pada mencit yang normal, mencit akan memanjat sampai batas tanda dalam waktu 30
detik)

C. Tail Suspension Test (TST)


1. Menyiapkan 2 mencit untuk percobaan ini, mencit ke-1 diinjeksikan obat diazepam /
luminal dan mencit ke-2 diinjeksikan aquades untuk digunakan sebagai kontrol
2. Injeksi diazepam pada mencit ke-1 secara intraperitoneal
3. Injeksi aquades pada mencit ke-2 secara intraperitoneal
4. Kemudian, menggantungkan ekor mencit ke-1 pada tiang khusus
5. Catat waktu yang dibutuhkan hingga mencit mencapai keadaan imobilisasi
6. Setelah itu, lakukan yang sama pada mencit ke-2 dengan menggantungkan ekor
mencit pada tiang khusus
7. Catat waktu yang dibutuhkan hingga mencit mencapai keadaan imobilisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian

Activity Wheel
Mencit Chimney Test TST
15 menit 30 menit
A (Diazepam) > 20 detik 5’ 30’’ 0 0
B (Luminal) 13 detik 2’ 50’’ 39 19
A (normal) 4 detik > 6’ 289 383
B (normal) 15 detik > 6’ 118 172

B. Pembahasan
1. Pembahasan per metode
Pada uji chimney test didapatkan bahwa mencit A yang diberi diazepam dapat keluar
dari chimney glass dalam waktu lebih dari 20 detik, mencit B yang diberi luminal dapat keluar
dari chimney glass dalam waktu 13detik. Sedangkan mencit A yang tidak diberi perlakuan dapat
keluar dari chimney glass dalam waktu 4 detik, dan mencit B yang tidak diberi perlakuan dapat
keluar dari chimney glass dalam waktu 15 detik (hal ini mungkin disebabkan karena BB mencit
B (luminal) lebih besar daripada BB mencit B (normal)).
Pada uji TST (tail suspension test) didapatkan bahwa mencit A (diazepam) tidak motik
dalam waktu 5 menit 30 detik, mencit B (luminal) tidak motil dalam waktu 2 menit 50 detik,
sedangkan mencit A (normal) dan B (normal) tetapi motil pada menit ke-6.
Pada uji activity wheel mencit A (diazepam) dalam 15 menit pertama hingga menit ke-
30 sama sekali tidak berlari pada rotarod, mencit B (luminal) pada 15 menit pertama berlari 39
kali dan pada menit ke-30 berlari 19 kali pada rotarod. Sedangkan mencit A (normal) pada 15
menit pertama berlari 289 kali dan pada menit ke-30 berlari sebanyak 383 kali, mencit B
(normal) pada menit ke-15 berlari sebanyak 118 kali dan 172 kali pada menit ke 172 kali.

2. Perbandingan aktivitas mencit pada kelompok kontrol dan obat luminal


Menurut Farmakologi dan Terapi UI, efek utama golongan barbiturate (luminal) ialah
depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat
anestesia, koma, sampai dengan kematian. Efek antiansietas barbiturat berhubungan dengan
tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek hipnotik barbiturat dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit
dengan dosis hipnotik. Karena itu, menurut teori, seharusnya aktivitas pada hewan dengan
perlakuan lebih sedikit dibandingkan dengan hewan pada kelompok kontrol.
Dari hasil percobaan, khususnya pada percobaan activity wheel test dan TST, terbukti
bahwa mencit yang telah diinjeksikan akan memiliki aktivitas yang lebih sedikit, dibuktikan
dengan sedikitnya putaran mencit dan lebih cepatnya fase tidak motil pada mencit. Namun, pada
chimney test didapatkan hasil sebaliknya, yaitu mencit kelompok kontrol tidak lebih cepat dari
mencit pada kelompok perlakuan. Hal ini diduga disebabkan karena proporsi tubuh mencit yang
berbeda atau salah cara menginjeksi.

3. Perbandingan aktivitas mencit pada kelompok obat luminal dan diazepam


Benzodiazepin bekerja terutama merupakan potensiasi inhibisi neuron dengan asam
gamma aminobutirat (GABA) sebagai mediator. Fendapat ini ditunjang oleh hasil
elektrofisiologik dan perilaku hewan coba yang menunjukkan adanya penghambatan efek
benzodiazepin oleh antagonis GABA, seperti bikukulin atau penghambat sintesis GABA
misalnya tiosemikarbasid.
Berdasarkan teori, diazepam lebih mudah larut lipid daripada luminal, sehingga
diazepam lebih cepat menuju CNS dan mempunyai onset of action yang lebih cepat daripada
luminal, sehingga obat diazepam lebih poten dibandingkan dengan luminal. Pada percobaan ini,
didapatkan hasil sesuai teori pada activity wheel test dan chimney test, tetapi didapatkan hasil
berbeda pada percobaan TST, yaitu waktu immotilitas mencit dengan perlakuan diazepam lebih
lama dibandingkan dengan mencit dengan pemberian obat luminal, yang artinya mencit yang
diberikan obat diazepam lebih aktif dibandingkan dengan mencit dengan obat luminal. Hal ini
mungkin terjadi karena kesalahan pengukuran waktu, kesalahan injeksi, atau mencit masih
dirangsang meskipun sudah immotil.

KESIMPULAN
Dari hasil praktikum kelompok B2 shift 2 yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa obat luminal (golongan barbiturate) lebih cepat dalam menurunkan aktivitas
motorik sehingga membuat mencit cepat mencapai immobility time dibandingkan dengan obat
diazepam (golongan benzodiazepine). Obat golongan barbiturate ini mempunyai efek utama
dalam mendepresi sistem saraf pusat sehingga memiliki pengaruh terhadap aktivitas motorik,
perubahan perilaku, koordinasi, refleks sensoris dan motorik serta suhu tubuh. Obat diazepam
(golongan benzodiazepine) bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor GABA dengan
meningkatkan frekuensi pembukaan kanal klorida, sedangkan obat luminal (golongan
barbiturate) bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor GABA dengan meningkatkan durasi
terbukanya saluran ion klorida. Obat golongan barbiturate ini lebih mendepresi nafas daripada
obat golongan benzodiazepine. Obat golongan barbiturate memiliki indeks terapi yang lebih
sempit daripada obat golongan benzodiazepine.

Anda mungkin juga menyukai