Waktu: 2 x 60 menit
Submateri pertemuan:
1. SOP Pengukuran JVP dan interpretasi hasil
2. Tes Tuberculin dan Interpretasi Hasil
3. Pemeriksaan Visus dan Interpretasinya
4. Tes pendengaran Rinne dan Webber test
5. Indikator Pemeriksaan Laboratorium
C. Persiapan Alat
1. Penggaris 2 buah dengan skala centimeter
2. Alat tulis (Spidol)
3. Penlight /senter
D. Prosedur
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur, tujuan tindakan, lamanya tindakan pada klien
3. Beri kesempatan klien bertanya sebelum tindakan dimulai
4. Jaga privacy klien selama tindakan dilakukan
5. Posisikan pasien berbaring telentang dan pastikan otot sternomastoideus dalam keadaan
rileks dengan kepala ditinggikan 30 – 45 derajat (posisi semi fowler), atau sesuaikan sehingga
pulsasi vena jugularis tampak paling jelas.
6. Lepaskan pakaian yang sempit/menekan leher atau thorak bagian atas.
7. Anjurkan kepala klien menengok menjauhi arah pemeriksa.
8. Identifikasi vena jugularis. Ada bbrpa cara untuk mengindetifikasi pulsasi vena jugularis:
a. Gunakan lampu senter/penlight dari arah miring untuk melihat bayangan vena jugularis.
Identifikasi pulsasi vena jugular interna (bedakan denyutan ini dengan denyutan dari
arteri karotis interna di sebelahnya), jika tidak tampak gunakan vena jugularis eksterna.
b. Menekan pada bagian ujung proksimal vena jugularis (dekat angulus mandibulae)
sambil melepaskan bendungan pada supra clavicula. Mengamati tingginya bendungan
darah yang ada dan beri tanda dengan menggunakan spidol.
9. Tentukan titik tertinggi dimana pulsasi vena jugularis interna/eksterna dapat dilihat
(Meniscus).
Acang, N dkk. Buku Ajar Fisis Diagnostik Penyakit Dalam FK Unand (2008). Padang: Pusat
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Bickley LS et al. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking. 11th ed. Philadelphia,
PA: Lippincott Williams & Wilkins. 2013;361-5.
Uji tuberkulin atau mantoux test adalah salah satu metode yang digunakan untuk mendiagnosis
infeksi TB. Ini sering digunakan untuk skrining individu dari infeksi laten dan menilai rata-rata infeksi TB
pada populasi tertentu.
Uji tuberkulin dilakukan untuk melihat seseorang mempunyai kekebalan terhadap basil TB,
sehingga sangat baik untuk mendeteksi infeksi TB. Tetapi uji tuberkulin ini tidak dapat untuk
menentukan Mycobacterium tuberculosis tersebut aktif atau tidak aktif (latent).
No Komponen Keterangan
1) Anak dengan gejala dan tanda sakit TB
2) Kontak erat dengan penderita TB dewasa aktif (BTA +)
3) Anak dengan faktor resiko tinggi terpapar TB (tuna wisma,
alkoholik, pengguna Narkoba suntik).
1 Indikasi pemeriksaan
4) Pasien immunocompromised (infeksi HIV, sindroma nefrotik,
keganasan) dan pasien yang akan mendapat imunosupresan
jangka panjang.
5) Bayi yang akan mendapat BCG di atas usia 3 bulan.
1. tuberculin PPD (Purified Protein Derivative) dosis 0,1 cc
2 Jenis antigen
REFERENSI ;
http://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/testing/skintesting.htm
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; Pedoman Interpretasi Data Klinis. 2011. Jakarta
A. Pengertian
Pemeriksaan visus/ketajaman mata merupakan salah satu pemeriksaan fungsi mata untuk
mendeteksi kelainan pada mata. Setiap gejala yang dialami oleh mata harus dilakukan
pemeriksaan dan pencatatan sebagai langkah awal penatalaksanaan.
Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak lima atau enam meter.
Pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi.
B. Tujuan
Prosedur ini digunakan untuk mengukur ketajaman penglihatan individu.
C. Kebijakan
Pemeriksaan visus mata dilakukan pada pasien umur > 5 tahun
D. Persiapan alat
1. Optotipe Snellen
2. Alat penunjuk
3. Alat tulis
E. Prosedur
1. Cuci tangan
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
3. Pastikan cahaya ruang pemeriksaan cukup
4. Berikan instruksi kepada pasien dengan jelas dan sopan
5. Mintalah pasien duduk pada jarak 5 atau 6 m dari optotipe Snellen
6. Minta penderita untuk menutup satu matanya tanpa menekan bola matanya, mulai
pemeriksaan pada mata kanan penderita (tutuplah mata kiri)
7. Minta pasien untuk melihat ke depan dengan rileks, tanpa melirik atau mengerutkan kelopak
mata
8. Tunjuk huruf, angka atau symbol pada optotipe Snellen dari atas kebawah, dengan
menggunakan alat penunjuk
Referensi ;
Ilyas, S., 2000. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 2011. Panduang Belajar Ilmu Penyakit Mata.
Yogyakarta: FKUGM
Tes pendengaran/hearing test merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menguji fungsi
pendengaran pasien baik secara kualitatif (garpu tala) maupun secara kuantitatif (audiometer).
Pemeriksaan pendengaran secara kualitatif dilakukan dengan garpu tala, dimana garpu tala akan menguji
hantaran bunyi melalui udara (Air Conduction) dan tulang telinga (Bone Conduction).
Pada umumya garpu tala yang digunakan adalah dengan kekuatan bunyi 512 Hz, 1024 Hz, dan 2048
Hz. Ada beberapa macam pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala, yaitu; Test Rinne, dan Test
Webber.
No
1 Prinsip Membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga
3 Interpretasi a. Bila penderita masih mendengar bunyi garpu tala yang dipindahkan ke
depan meatus akustikus eksternus dikatakan Rinne (+), berarti NORMAL
ATAU TULI SENSORINEURAL.
No
1 Prinsip Membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan telinga kanan
3 Interpretasi a. Bila terdengar keras ke salah satu telinga, >> TERJADI LATERALISASI KE
ARAH TELINGA TERSEBUT.
b. Bila tidak dapat dibedakan ke arah mana yang terdengar keras >> TIDAK
TERJADI LATERALISASI
c. Jika tidak terjadi lateralisasi >> NORMAL
d. Bila lateralisasi kea rah telinga yang sakit >> TULI KONDUKTIF
e. Bila lateralisasi kea rah telinga yang sehat >> TULI SENSORI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hematologi Hemoglobin Pria : 13 - 18 g/dL a. Nilai meningkat terjadi pada; anemia zat besi,
(Hb) Wanita : 12 - 16 g/dL sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan
asupan cairan dan kehamilan.
Leukosit Bayi baru lahir : 10.000 a. Nilai meningkat (leukositosis) (di atas 20.000/mm3)
– 26.000/mm3 dapat disebabkan oleh leukemia. Penderita kanker
post-operasi.
Dewasa : 4500 –
10.000/mm3
Elektrolit Natrium (Na+) 135 – 144 mEq/L a. Nilai meningkat (Hiponatremia); kondisi
hipovolemia (kekurangan cairan tubuh), dan
hipervolemia (kelebihan cairan tubuh).
Kalium (K+) 0 - 17 tahun: 3,6 - 5,2 a. Nilai meningkat (Hiperkalemi); gagal ginjal,
mEq/L kerusakan sel (luka bakar, operasi), asidosis, penyakit
≥ 18 tahun : 3,6 – 4,8 Addison, diabetes yang tidak terkontrol dan transfusi
mEq/L sel darah merah.
Pemeriksaan AST/ SGOT Pria : < 38 U/L a. Peningkatan kadar AST dapat terjadi pada MI,
Fungsi Hati penyakit hati, pankreatitis akut, trauma, anemia
Wanita : < 32 U/L. hemolitik akut, penyakit ginjal akut, luka bakar parah
dan penggunaan berbagai obat, misalnya: isoniazid,
eritromisin, kontrasepsi oral.
ALT/SGPT Laki-laki : < 41 U/L a. Peningkatan kadar ALT dapat terjadi pada penyakit
Perempuan : < 31U/L. hepatoseluler, sirosis aktif, obstruksi bilier dan
hepatitis.
Bilirubin Total : 0,3 – 1,0 mg/dl a. Peningkatan nilai dari kadar normal yang disertai
Direct : < 0, 20 mg/dl penyakit hati dapat terjadi pada gangguan
Indirect : < 0,60 mg/dl hepatoseluler, penyakit sel parenkim, obstruksi
saluran empedu atau hemolisis sel darah merah.
Pemeriksaan Amilase 20 – 123 U/L a. Enzim yang mengubah amilum menjadi gula
Gastrointestinal
b. Nilai meningkat dapat terjadi pada pankreatitis akut,
kanker paru-paru, kanker esophagus, kanker
ovarium, gastrektomi parsial, obstruksi saluran
pankreas, ulkus peptikum, penyakit gondok,
obstruksi atau inflamasi saluran atau kelenjar saliva,
kolesistitis akut, trauma serebral, luka bakar, syok
trauma, diabetes ketoasidosis dan aneurism.
Kreatinin Pria : 0,8 – 1,3 mg/dl a. Nilai meningkat: gangguan fungsi ginjal, baik
Wanita : 0,6 – 1,2 mg/dl karena gangguan fungsi ginjal disebabkan oleh
nefritis, penyumbatan saluran urin, penyakit
otot atau dehidrasi akut.
Cardiac Marker Troponin I < 0,01 ng/ml Merupakan indicator pemeriksaan laboratorium pada
(Enzim Jantung) pasien dicurigai sindrom koroner akut, dengan hasil
Troponin T < 0,01 ng/ml anamnesis;
Nyeri dada substernal
CKM < 24 u/l Lama lebih dari 20 menit
Keringat dingin
Gambaran EKG abnormal
Dapat disertai penjalaran kelengan kiri,
punggung, rahang dan ulu hati
Terdapat salah satu atau lebih faktor risiko
Cancer Marker CA 125 (cancer 0 – 35 U/mL (ELFA) Merupakan penanda kanker ovarium. Digunakan untuk:
antigen 125) a. Melihat keberhasilan pengobatan
b. Melihat pertumbuhan jaringan kanker setelah
akhir treatment
CA 15-3 and CA < 31.3 U/mL (MEIA) Merupakan penanda kanker payudara. Untuk melihat
27-29 (cancer perkembangan pengobatan pada pasien dengan kanker
antigens 15-3 payudara stadium lanjut.
and 27-29)
PSA (prostate- < 4 ng/mL Merupakan penanda kanker prostat. Digunakan untuk :
specific a. Screening kanker prostat
antigen) b. Melihat perkembangan pengobatan kanker
c. Melihat perkembangan jaringan kanker setelah
pengobatan berakhir
CEA 0 – 5 ng/mL (CMIA) Merupakan penanda; kanker kolorektal dan juga untuk
(carcinoembry kanker paru, abdomen, tiroid, pancreas, payudara dan
onic antigen) ovarium. Digunakan untuk :
a. Melihat keberhasilan pengobatan
b. Melihat perkembangan jaringan kanker setelah
pengobatan berakhir
AFP (Alpha- < 13.4 ng/mL (CMIA) Merupakan penanda kanker liver, bisa juga untuk
fetoprotein) kanker ovarium dan testis. Digunakan untuk :
a. Menegakkan diagnosis kanker liver
b. Mengetahui nahwa kanker telah bermetastase
(mengetahui stadium kanker)
Pemeriksaan Tes Widal (Felix Negatif Pemeriksaan tes widal dan Anti Salmonela (TuBex)
Mikrobiologi Widal) merupakan uji serologis dalam mendiagnosis demam
tifoid, yang ditadnai dengan tanda gejala; influenza-like
symptom disertai dengan menggigil, sakit kepala di
bagian frontal, anorexia, nausea, rasa tidak nyaman di
abdominal, batuk kering dan myalgia. Dari pemeriksaan
fisik akan didapatkan nyeri tekan pada abdominal,
hepatomegaly dan splenomegal.
Anti Salmonela Negative (0-2)
IgM (TuBex)
Tes Malaria Negatif Pada penderita malaria dapat ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala klinis sebagai berikut : Demam tinggi
(demam paroksismal tiap 48-72 jam), sakit kepala,
menggigil, nyeri di seluruh tubuh. Pada beberapa kasus
dapat disertai gejala lainnya berupa mual, muntah dan
diare.
Anti dengue Negatif Antibodi IgM positif menunjukkan bahwa pasien
IgG mengalami infeksi primer, sedangkan pasien dengan
infeksi sekunder menunjukkan antibodi IgG positif,
biasanya disertai dengan antibodi IgM positif
Anti dengue Negatif Pasien yang menunjukkan antibodi IgM dan IgG negatif,
IgM menunjukkan bahwa pasien tidak terkena infeksi virus
dengue, tetapi disebabkan oleh infeksi yang lain,
meskipun trombosit turun atau mengalami
hemokonsentrasi.
Pemeriksaan Peningkatan T3 tanpa adanya peningkatan T4
fungsi hormon T3(Triiodothyr 1.3 – 3.1 nmol/L atau kebanyakan merupakan gejala awal dari tirotoksikosis
onine) 0.8-2.0 ng/mL rekuren pada pasien yang telah mendapat terapi.
Tekanan Parsial 80-100 mmHg a. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada
Oksigen (PaO2) penyakit paru obstruksi kronik (PPOK),
penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi
akibat gangguan fisik atau neuromuskular dan
Nilai ini gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari
menunjukkan 40 mmHg perlu mendapat perhatian khusus.
kemampuan paru- b. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada
paru dalam peningkatan penghantaran O2 oleh alat bantu
menyediakan (contoh: nasal prongs, alat ventilasi mekanik),
oksigen bagi hiperventilasi, dan polisitemia (peningkatan
darah. sel darah merah dan daya angkut oksigen).
Tekanan Parsial 35-45 mmHg a. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada
Karbon Dioksida hipoksia, anxiety/nervousness dan emboli paru.
(PaCO2) Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapat
perhatian khusus.
Dapat digunakan b. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada
untuk gangguan paru atau penurunan fungsi pusat
menentukan pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mgHg perlu
efektifitas mendapat perhatian.
ventilasi alveolar c. Umumnya, peningkatan PaCO2 dapat terjadi
dan keadaan
pada hipoventilasi sedangkan penurunan nilai
asam-basa dalam
darah. menunjukkan hiperventilasi.
d. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan
menurunkan tekanan PaCO2 sebesar 1,3
mmHg.
pH 7,35 – 7,45 a. Umumnya nilai pH akan menurun dalam
keadaan asidemia (peningkatan pembentukan
asam).
pH
b. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan
menggambarkan
keseimbangan alkalemia (kehilangan asam).
URINALISIS
Refrensi;
Edmund L. Kidney function tests. Clinical chemistry and molecular diagnosis. 4th ed. America: Elsevier;
2010. p.797-831.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; Pedoman Interpretasi Data Klinis. 2011. Jakarta
Miller G, Myers GL, Ashwood ER, Killeen AA, Wang E, Thienpont LM, et al. Creatinine measurement. Arch
Pathol Lab Med. 2005; 129: 297-304.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis (Ppk) Dan Clinical
Pathway (Cp) Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah. Jakarta; Edisi pertama